kakao… - USU Repository

advertisement
KAKAO…YANG NIKMAT SULIT DIRAWAT
Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M. Sc.
Departemen HPT Fakultas Pertanian USU
[email protected]
A. Prospek Kakao
Apabila kita makan coklat, pasti terasa nikmatnya. Theobrama cacao ditemukan pertama
kali oleh bangsa Aztek (Indian) di Mexico (Amerika Tengah) sekitar abad ke-14 hingga
sekarang abad ke-20 merupakan salah satu komoditi ekspor yang sangat penting. Sejak
ditemukan, coklat merupakan santapan para dewa (Theos=para dewa; Broma=santapan),
karena cita rasa yang sangat tinggi nilainya. Pada masa kerajaan Montezuma dijadikan
pula sebagai alat pembayaran yang sah. Pohon kakao tingginya antara 4-15 meter,
pertumbuhannya dimorphous (bercabang 2 macam; secara plagiotrop=horisontal dan
orthotrop=vertikal) (Purseglove, 1968).
Produksi coklat di Indonesia sebelum perang dunia kedua pernah menduduki tempat yang
penting di pasaran dunia. Ekspor kakao dari Indonesia cenderung meningkat setiap tahun.
Pada tahun 1993, volume ekspor kakao di Indonesia mencapai 25.228 ton dengan nilai
US $ 41.802.000 dan pada tahun 1994 mencapai 228.799 ton dengan nilai US $
210.934.000. Dengan adanya target pemerintah pada tahun 2000, Indonesia sebagai
negara produser kakao nomor satu di dunia, perlu adanya upaya-upaya pengamanan
produksi kakao, salah satunya disebabkan oleh masalah hama pengganggu dan perusak.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada kakao dapat menyerang sejak masa pra
tanam hingga pasca panen. Secara khusus, serangga hama yang menginfeksi biji kakao
pada masa pasca panen di tempat penyimpanan, merupakan salah satu komponen OPT
yang dapat merugikan baik secara kuantiítas dan kualitas (Kalshoven, 1951). Oleh karena
itu, perlu dilakukan penanaman dan pengelolaan kakao secara teknologi tepat guna.
1
Ameilia Zuliyanti Siregar : Kakao…Yang Nikmat Sulit Dirawat, 2007
USU Repository © 2007
B. Hama Pra Tanam
Hama pra tanam coklat menurut Kartasapoetra (1993) terdiri dari:
1. Pengerek Buah Kako (PBK) (Conopomorpha cramerella=Acrocercops cramerella).
Banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi, Sangihe, Talaut, dan beberapa perkebunan di
Filipina. Menyerang buah-buah muda dan tua sehingga kerusakan biji dapat
menurunkan produksi sampai dengan 80%. Pengendalian terpadu dilakukan dengan
karantina, kultur teknis, sanitasi, mekanis, dan eradiksi (pemangkasan). Pengendalian
terpadu ditunjukkan secara relatif apabila luas serangan PBK menurun 20% dari luas
serangan sebelumnya. Sedangkan tindakan pemberantasan eradiksi berhasil apabila
luas serangan menjadi 0% pada tahun berikutnya. Pemberantasan menggunakan
insektisida dari jenis Endrin 19.2%=250-350 cc/ha, Endrin dust 1% dua kali
seminggu berdosis 10 kg/ha, Arkotin D25=300 cc, 40 cc Teepol 710 dan diemulsikan
dalam air sebanyak 70 liter/ha. Pada tahun 1982, Balai Penelitian Perkebunan Bogor
mengkampanyekan
”kondomisasi”
dengan
menyelebungi
buah-buah
coklat
menggunakan bungkus plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka sehingga
menekan penurunan produksi dari 80% menjadi 1 %.
2. Penghisap Buah Kako (Helopeltis sp).
Helopeltis terbagi dua macam, H. Antonii (warna hitam, dada berwarna merah, bagian
menyerupai tanduk tampak lurus) dan H. Theivora (warna sama tetapi bagian tanduk
tampak membengkok ke belakang). Terjadi pada saat pembuahan di musim hujan.
Suhu, kelembaban, cahaya, dan curah hujan merupakan kondisi optimum bagi
perkembangan PeBK. Serangan berat pada buah muda dapat mematikan dan
menggugurkan buah, sedangkan pada buah yang lebih tua dapat merubah bentuk,
penurunan ukuran buah dan berat biji kering hingga buah membusuk. Serangan pada
pucuk muda dapat menyebabakan kematian pucuk. Pengendalian dapat dilakukan
dengan karantina, kimiawi (insektisida dan pestisida: Endrin 19.2 EC berkadar
0.4%dilanjutkan penyemprotan BHC 0.5% dan Basudin 60=0.2% pada malam hari),
kultur teknis (sanitasi, teknik budidaya, perbaikan kondisi lingkungan), mekanis
(mengubur kulit buah kakao), dan biologi (menggunakan semut hitam=Dolichoderus
thoracicus) berasosiasi dengan kutu putih.
2
Ameilia Zuliyanti Siregar : Kakao…Yang Nikmat Sulit Dirawat, 2007
USU Repository © 2007
3. Penggerek Cabang Kako (Zeuzera spp).
Disebut juga Penggerek Cabang Merah (PCM) yang akan menyebabkan kematian
cabang atau batang bagian ujung. Pertumbuhan terhambat, meranggas dan mati
(adanya lubang pada batang pokok di musim kemarau). Pemberantasan dilakukan
terpadu dengan mekanis (memotong cabang-cabang kecil yang terserang, membakar,
membenamkan cabang dalam tanah, membunuh ulat dengan kawat), biologis
(penyemprotan menggunkan Beavueria bassiana pada larva di liang-liang gerekan)
serta kimiawi (insektisida sistemik). Pemeliharaan tanaman (pemangkasan,
pemupukan) serta intensif dapat menekan tingkat kerusakan dan memperbaiki
pertumbuhan tanaman.
4. Hyposidra spp
Ulat kilan ini berwarna coklat dengan titik-titik putih pada bagian dorsal, siklus hidup
dari telur menjadi kupu-kupu berlangsung 2.5-3.5 bulan tergantung pada makanan
dan iklim. Banyak ditemukan pada daun muda tanaman coklat dari jenis H. Talaca,
Antitrygodes divisaria, dan Boarmia bhurmitra. Manakala pada tanaman coklat
ditemukan jenis H. Infixaria yang banyak ditemukan di Jawa Tengah, Kalimantan,
Birma dan Asia Tenggara. Pemberantasan hama dilakukan dengan insektisida Endrin
19.2 EC 0.4%, BHC Dust 5%, sparay 0.5%, thiodfin 35...0.2%, Anthio 40...0.2%
dengan penyemprotan yang teratur.
5. Dasychira inclusa
Ulat Jaran/Ulat Kuda berwarna coklat yang disebut petani Jawa Tengah dan Jawa
Timur ini memiliki bulu-bulu gatal berwarna putih atau hitam di bagian dorsal,
bersifat polybag, panjangnya 4-5 cm, kepompong di cabang tanaman atau permukaan
daun, musuh predatornya Apanteletes mendosae. Pembasmian dilakukan dengan
penyemprotan insektisida pada musim hujan maupun musim kemarau secara tepat
guna yang ditetukan pihak Departemen Pertanian.
3
Ameilia Zuliyanti Siregar : Kakao…Yang Nikmat Sulit Dirawat, 2007
USU Repository © 2007
6. Parasa lepida
Ulat Srengenge menyerang daun muda, kuncup atau bunga, siklus hidupnya dari telur
menjadi kupu-kupu betina berlangsung sebulan. Cara pemberantasan dilakukan
menggunakan Diazinon 60%,Thiodan 35% EC dan Malathion. Dengan penyemprotan
masing-masing pohon 45cc dapat melumpuhkan 95% ulat muda.
7. Pseudococcus lilacinus
Kutu coklatini berwarna putih yang bersimbiosis dengan semut. Berkembang di
Malaysia, Taiwan, Filipina, dan Indonesia. Hidupnya berkoloni, siklus hidup 37-50
hari, merusak tanamna dengan infeksi pada pangkal buah pada tempat yang
terlindung, selanjutnya ke buah coklat yang masih kecil sehingga mengering,
predatornya Scymnus, dan Coccophagus pseudococc. Preventif dilakukan dengan
pemeliharaan tanaman, sedangkan pengendalian biologi menggunakan semut hitam
dan grammang, diperbanyak sarangnya menggunakan daun-daun coklat/bumbung.
Secara kuratif dilakukan menggunakan EC atau WP ditambah zat-zat pelarut lilin,
emulsi Medol 1-2% (0.4% tepung Derris, 0.4% Arkotin 25 D dan Teepol). Apabila
semut hendak dikurangi atau diberantas dapat disemprotkan menggunakan 25 Deldrin
50% WP ditambah dengan 0.5% Shell Tenac Sticker.
8. Adroretus compressus, Anomala anchrolis, dan Apogonia
Ketiga kumbang ini memakan daun muda tanaman coklat pada malam hari. Adroretus
memulai serangan dari bagian tengah daun dan Apogonia dari tepi daun. Kedua
kumbang ini berukuran kecil (1 cm), berwarna coklat kehitam-hitaman, banyak
ditemukan di Asia Tenggara, musuh larva adalah Metarrhizium, Philodicus javanus,
Emphysomera, Prosena siklus hidup 70-75 hari. Manakala Anomala tidak terdeteksi
penyerangannya, ukuran tubuh 9 cm, berwarna coklat muda, bercak kehitam-hitaman,
banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembasmian dilakukan secara
kimiawi menggunakan insektisida sesuai anjuran tenaga penyuluh (PPL).
4
Ameilia Zuliyanti Siregar : Kakao…Yang Nikmat Sulit Dirawat, 2007
USU Repository © 2007
9. Glenea novemguttata
Penggerek batang atau cabang tanaman coklat, berwarna coklat dengan bintik putih
pada elytranya, banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemberantasan
dilakukan menggunakan insektisida secara tepat guna dan teratur.
C. Hama Pasca Panen
Menurut Wahyu (1982), hama yang umum ditemukan pada pasca panen coklat adalah:
1. Ngengat Ara (Ephestia=Cadra cautella Walker).
Serangga ini bersifat kosmopolit dan menyukai bahan-bahan yang mengandung
minyak, aktif di malam hari dengan menyerang biji-biji kakao yang melekat menjadi
satu dengan butiran-butiran kotoran larva berwarna coklat hitam.
2. Ngengat Abu-Abu (Ephestia=Cadra elutella Hubner) (Cocoa Moth).
Ngengat abu-abu (coklat abu-abu) hidup pada suhu 30ºC dengan kelembaban 70%.
Bici kakao yang diserang akan mengumpul, dipintal oleh benang seperti sutera.
3. Araecerus fasciculatus Degeer.
Biji kakao digerek oleh larva dengan meninggalkan sisa gerekan berupa tepung.
4. Lasioderma serricorne Fabricius.
Menyerang biji kakao dengan membuat rongga atau merusak biji kakao. Aktif
terbang pada sore hingga malam hari.
5. Red Flour Beetle (Tribolium castaneum Herbst).
Hama ini dapat menyerang kakao, biji kakao warnanya menjadi kotor karena
tercampur dengan kotoran, bekas kulit larva dan bekas kepompong.
6. Kumbang Khapra (Trogoderma granarium Evers).
Kumbang menyerang biji kakao dengan menimbulkan sisa gerekan berupa tepung.
5
Ameilia Zuliyanti Siregar : Kakao…Yang Nikmat Sulit Dirawat, 2007
USU Repository © 2007
Pemberantasan kumbang hama pasca panen pada prinsipnya terdiri dari pencegahan dan
penekanan populasi. Pencegahan dilakukan apabila bahan simpanan belum terserang
hama/mencegah agar hama-hama yang menyerang di lapangan tidak terbawa ke tempat
penyimpanan. Sedangkan penekanan populasi dilakukan apabila bahan simpanan telah
terserang hama yang bertujuan untuk mengurangi kerugian (Soeprapto, 1970). Khusus
terhadap hama pasca panen lebih diutamakan pelaksanaan tindakan pencegahan
(penggunaan pembungkus yang sesuai=polyster, mylar 0.001 inchi), sanitasi, mengatur
kondisi fisik (penjemuran, pemanasan denagn bahan bakar) sehingga kadar air biji kakao
7.5% dan karantina. Sedangkan penekanan populasi hama pasca panen dilakuakn dengan
cara fisis (penjemuran, pengunaan lampu perangkap merah), mekanis (perangkap di
gudang dengan lem) dan kimiawi (insektisida, fumigasi). Selain itu penggunaan pestisida
nabati untuk pengendalian hama pasca panen mulai diaktifkan dan sering dilakukan.
Referensi:
1. Kalshoven LGE. 1951. De Plagen Van De Cultuurgewassen in Indonesia. Deel I-II.
Uitgeverij W. Van Hoeve S. Gravenhage- Bandung.
2. Kartasapoetra AG. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara,
Jakarta.
3. Purseglove JW. 1968. Tropical Crops Dicotyledons. New York.
4. Soeprapto M. 1970. Ilmu Hama Khusus Tanaman Keras. UGM Press, Yogyakarta.
5. Wahyu M. 1982. Bercocok Tanam Coklat. Jakarta.
6
Ameilia Zuliyanti Siregar : Kakao…Yang Nikmat Sulit Dirawat, 2007
USU Repository © 2007
Download