Kebijakan Moneter dan Fiskal

advertisement
Kebijakan
Moneter dan
Fiskal
A lecturing note
Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang
Adelia Puspita, SP. MP
Referensi
– Bank Indonesia, 2013. Tinjauan Kebijakan Moneter. Diakses dari
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-moneter/tinjauan/Default.aspx
– https://www.economicsnetwork.ac.uk/slides/Macro7_AD_AS_shortrun_lob.ppt
– http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter%20II.pdf
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Akses Kebijakan Moneter dan
Fiskal
– Kebijakan Fiskal
– http://www.fiskal.kemenkeu.go.id
– Kebijakan Moneter
– http://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-moneter/tinjauan
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan Fiskal dan Moneter
– Kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dibedakan menjadi dua, yakni
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
– Secara definitif kebijakan fiskal adalah kebijakan yang digunakan untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah. Yang membuat kebijakan adalah kementrian keuangan.
– Instrument kebijakan fiscal meliputi : pengeluaran publik, pajak, piutang publik.
– Sedangkan kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Yang membuat
kebijakan adalah Bank Indonesia.
– Instrumen kebijakan moneter meliputi operasi pasar terbuka, fasilitas diskonto, rasio
cadangan wajib, serta himbauan moral.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan Fiskal dan Moneter
– Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini
sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
– Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga
barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
– Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan
moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework)
dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating).
– Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.
Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas
nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
– Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter
melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan
utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
– Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumeninstrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan.Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Inflasi
– Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
– Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari
paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa
dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Inflasi
–
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:
–
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi
yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam
jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat
pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id]
–
Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan
jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas
dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
–
Pengelompokan Inflasi
–
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the
Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
–
Kelompok Bahan Makanan
–
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
–
Kelompok Perumahan
–
Kelompok Sandang
–
Kelompok Kesehatan
–
Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
–
Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Inflasi
– Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan
yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan
tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
– Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun
sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang,
terutama orang miskin, bertambah miskin.
– Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku
ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang
tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi,
dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
– Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara
tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat
memberikan tekanan pada nilai rupiah
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
– http://centralfutures.com/inilah-pengaruh-peredaran-jumlah-uang-terhadapBahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
tingkat-inflasi/?=OTA-Trading=4100001
Kebijakan Moneter
– Jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut
sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
– Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut
sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan
Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya
mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke
tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan
dan sektor keuangan, serta sektor riil.
– Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya :
– jalur suku bunga
– jalur kredit
– jalur nilai tukar
– jalur harga asset
– jalur ekspektasi.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Instrumen Kebijakan Moneter
–
Operasi pasar terbuka
–
–
Fasilitas diskonto (discount rate)
–
–
Tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Jika pemerintah ingin menambah
jumlah uang yang beredar maka tingkat suku bunga pinjaman (diskonto) diturunkan, sehingga tingkatbunga pinjama lebih murah. Dan
bank umum akan semakin banyak meminjam uang untuk disalurkan, sehingga jumlah uang yang beredar makin banyak
Rasio cadangan wajib
–
–
Menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah, dhi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang
(SPBU). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah
uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga
pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.
Mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.
Himbauan moral
–
Dilakukan oleh pejabat yan berwenang untuk mengarahkan persepsi public atas kondisi ekonomi yang diharapkan. kebijakan moneter
untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
Bahan Ajar
Kebijakan
Moneter dandalam
Fiskal-Mayang
Adelia
Puspita,
SP.mengurangi
MP
perbankan pemberi
kredit
untuk berhati-hati
mengeluarkan
kredit
untuk
jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan Moneter Kontraktif
– Suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Mendorong suku bunga
dalam negeri meningkat dan nilai tukar akan cenderung apresiatif. Nilai tukar
yang apresiasif akan mendorong impor dan menurunkan ekspor sehinga neraca
transaksi berjalan akan memburuk.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan Moneter Ekspansif
– Kebijakan Moneter Ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. pada saat munculnya kontraksional
gap. Berikut grafik kebijakan moneter ekspansif. Dari gambar dibawah
dapat dilihat kondisi awal penawaran uang (Ms1) dan tingkat suku bunga
adalah kurva (R1). Pada kurva R1 tingkat suku bunga yang peka terhadap
pengeluran adalah I=(a+Ip), rencana pengeluaran agregat menjadi AEp(R1)
dan Produk Domestik Bruto adalah (Y1).
– Selain itu kurva PDB pada Y1 membantu menetukan posisi kurva
permintaan uang pada kurva L(R, Y1) dimana besama-sama dengan kurva
(Ms1) menentukan tingkat suku bunga (R1). Ketika Ms1 meningkat menjadi
Ms2 maka tingkat suku bunga turun karena pendapatan dan pengeluaran
naik menjadi menjadi (R1), AEp (R1) dan Y1.
– Mendorong menurunnya suku bunga dan nilai tukar cenderung depresiatif.
Nilai tukar yang depresiatif akan menurunkan impor sehingga neraca
perdagangan membaik.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
a. Jalur suku bunga dan kredit
– Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga
kredit perbankan.
– Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan
kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas
ekonomi.
– Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit
dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.
– Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk
melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga
aktifitas perekonomian semakin bergairah.
– Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan
menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat
sehingga mengurangi tekanan inflasi.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
b) Jalur Nilai tukar
– Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut
jalur nilai tukar.
– Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong
investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia
seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran
modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah.
– Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar
negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan
mengurangi ekspor.
– Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan
perekonomian.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
c) Jalur Harga Aset
– Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui
perubahan harga aset.
– Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan
obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada
gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan
ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
d) Jalur Ekspetasi
– Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur
ekspektasi).
– Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong
pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan
dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.
– Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa
berbeda dengan yang lain.
– Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat
cepat.
– Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan
moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku
bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan
menaikkan penyaluran kredit.
– Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya
permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu.
– Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan
efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan Fiskal
– Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
– Instrumen kebijakan fiscal meliputi :
– Pengeluaran pemerintah untuk membangun fasilitas publik
– Pajak
– Rangsangan fiscal berupa subsidi, insentif dan piutang public pada sector usaha
tertentu
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan Fiskal Ekspansif
– suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap.
Konstraksional gap adalah suatu kondisi dimana output potensial lebih tinggi
dibandingkan dengan output Actual. Pada saat terjadi kontraksional gap ini
kondisi perekonomian ditandai oleh tingginya tingkat pengangguran.
– Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran
pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y)
– Adapun mekanismenya disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik atau selisih
pajak (∆T) turun maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas
sehingga pendapatan akan naik dari (Y1) menjadi (Yf).
Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter%20II.pdf
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan Fiskal Kontraktif
– Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara
menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak.
– Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan
mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan
ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas
(overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat munculnya
ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output
potensial lebih kecil dibandingkan dengan output Actual.
– Adapun mekanisme dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah
(∆G) turun atau selisih pajak (∆T) naik maka akan menggeser kurva
pengeluaran agregat kebawah sehingga Pendapatan akan turun dari (Y1)
menjadi (Yf)
Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter%20II.pdf
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Pergeseran Kurva IS akibat
Kebijakan Fiskal
– Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan
melalui perubahan–perubahan pada variabel pengeluaran pemerintah (G) dan
pajak (T) yang terkait dengan kebijakan fiskal.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan Fiskal dan Kurva IS (pengeluaran
pemerintah)
Peningkatan Pengeluaran Pemerintah
menggeser kurva IS ke kanan.
Kurva IS bergeser ke kanan
sebesar ΔG/(1-MPC),...
Y=C(Y-T)+I(r)+G
...IS
M/P=L(r,Y)
...LM
r
LM
...dan tingkat suku bunga.
r2
r1
IS2
IS1
yang meningkatkan pendapatan
Y1
Y2
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Y
Kebijakan Fiskal dan Kurva IS (penurunan pajak)
Penurunan pajak akan menggeser kurva IS ke
kanan
Kurva IS bergeser ke kanan
sebesar ΔTxMPC/(1–MPC),...
Y=C(Y-T)+I(r)+G
...IS
M/P=L(r,Y)
...LM
r
LM
Dan tingkat suku bunga
r2
r1
IS2
IS1
Yang meningkatkan pendapatan
Y1
Y2
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Y
Contoh kebijakan
fiscal :
Peningkatan pajak
– Kenaikan pajak membuat konsumen
mengurangi pengeluarannya sehingga
membuat pendapatan berkurang.
– Berkurangnya
pendapatan
membuat
permintaan akan uang berkurang, bank
sentral akan merespon berkurangnya
permintaan uang dengan menurunkan
tingkat bunga, sehingga keseimbangan
kurva IS-LM bergeser dari a ke b.
– Adanya
penurunan
pendapatan
menunjukkan bahwa peningkatan pajak
menyebabkan resesi.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Pergeseran Kurva LM akibat
Kebijakan Moneter
– Pergeseran dan pergerakan dalam kurva LM, secara umum dapat dilakukan
melalui perubahan–perubahan pada variabel jumlah uang yang beredar (Md)
yang terkait dengan kebijakan moneter.
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Kebijakan moneter dan kurva LM (peningkatan jumlah
penawaran uang)
Peningkatan penawaran uang akan
menggeser kurva LM ke kanan
Y=C(Y-T)+I(r)+G
...IS
M/P=L(r,Y)
...LM
r
LM1
Suku bunga yang lebih rendah
LM2
r1
r2
IS1
Yang meningkatkan pendapatan
Y1
Y2
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Y
Interaksi kebijakan fiscal dan moneter
– Bagaimana
ekonomi
merespon
kenaikan
pajak
berdasarkan
respon dari penawaran
uang
…Jika penawaran
uang diasumsikan
konstan, maka
kurva LM akan tidak
berubah.
r
LM1
• Suku Bunga
dan output
menurun.
IS1
IS2
Y
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Interaksi kebijakan fiscal dan moneter
Untuk mempertahankan suku
bunga di level konstan, penawaran
uang harus dikurangi (kontraksi)
• Bagaimana ekonomi
merespon kenaikan
pajak
berdasarkan
respon
dari
penawaran uang
r
LM2
LM1
• Hanya
output yang
menurun
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
IS1
IS2
Y
Interaksi kebijakan fiscal dan moneter
Jika pendapatan dipertahankan
konstan, maka suku bunga harus
diturunkan
• Bagaimana ekonomi
merespon kenaikan
pajak
berdasarkan
respon
dari
penawaran uang
r
LM1
• Hanya
tingkat suku
bunga yang
menurun
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
LM2
IS1
IS2
Y
Dampak Kebijakan Moneter dan Fiskal
Terhadap Keseimbangan Kurva IS-LM
Kebijakan/dampak
Pergeseran Pergeseran Perubahan Perubahan
IS
LM
Output Suku Bunga
Peningkatan Pajak
Kiri
Tidak ada
Bawah
Bawah
Penurunan Pajak
Kanan
Tidak ada
Atas
Atas
Peningkatan Belanja Pemerintah
Kanan
Tidak ada
Atas
Bawah
Penurunan Belanja Pemerintah
Kiri
Tidak ada
Bawah
Bawah
Peningkatan Peredaran Uang
Tidak ada
Bawah
Atas
Bawah
Penurunan Peredaran Uang
Tidak ada
Atas
Bawah
Atas
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Teori Fluktuasi Jangka Pendek
Keynesian
Cross
IS
Curve
IS-LM
Model
Money
Market
LM
Curve
AD
Curve
AD-AS
Model
Short-run
Fluctuations
Explanation
AS
Curve
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
IS-LM sebagai teori Permintaan Agregat
r
LM(P2)
Pada level harga P yang lebih tinggi
akan menggeser kurva LM keatas
LM(P1)
Dan membuat Y lebih rendah
IS1
Y2
– Kemungkinan tingkat harga yang
bervariasi dalam model IS-Lm
menjelaskan teori posisi dan
kemiringan kurva AD.
Y
Y1
Kurva AD merangkum
hubungan antara P dan
Y
P
P2
P1
AD
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Y2
Y1
Y
IS-LM sebagai teori Permintaan Agregat
r
LM(P1)
Ekspansi moneter menggeser kurva
LM ke bawah
LM(P1)
Dan meningkatkan Y.
IS1
Y1
– Jika harga dipertahankan konstan
maka bias dilihat efek fiscal dan
moneter pada AD melalui IS-LM
Y
Y2
Peningkatan AD di
berbagai tingkat harga
P
P1
AD2
AD1
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP
Y1
Y2
Y
IS-LM sebagai teori Permintaan Agregat
r
LM(P1)
Ekspansi fiscal menggeser kurva IS ke
atas
IS2
IS1
Meningkatkan Y
Y1
Y2
Y
Peningkatan
AD di setiap
level harga
P
P1
AD2
AD1
Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP.
Y MP
1
Y2
Y
IS-LM dan AD-AS pada jangka pendek dan jangka panjang
– Diasumsikan bahwa perekonomian dalam
kondisi full employment output.
LRAS
r
LM(P1)
LM(P2)
1
Ketika harga turun, permintaan uang
menurun dan LM akan bergeser ke
bawah
2
IS
Y
Pada jangka pendek, harga akan tetap
di P1 keseimbangan ada titik 1.
Y
P
Pada jangka panjang, harga turun di
P2, jumlah barang yang diminta
meningkat, dan keseimbangan akan
bergeser ke titik 2. hal ini ditunjukkan
oleh bergesernya kurva SRAS.
P1
P2
SRAS1
1
2
• Keseimbangan jagka panjang
ada di titik 2.
SRAS2
AD1
Y
Y
Persamaan matematis IS-LM yang menjelaskan AD
Jika kurva IS terbentuk sesuai persamaan
berikut
ac
1
b
d
Y

G
T
r
1 b 1 b
1 b
1 b
r  (e / f )Y  (1/ f ) M / P
Kurva LM terbentuk sesuai
persamaan sbb
z (a  c)
z
zb
d
M
Y

G
T
1 b
1 b
1 b
(1  b)[ f  de /(1  b)] P
Memasukkan “r” ke
persamaan IS untuk
mendapatkan nilai Y
Download