PEMANFAATAN SENYAWA FLAVONOID DARI

advertisement
PKMP-3-9-1
PEMANFAATAN SENYAWA FLAVONOID
DARI TUMBUHAN Goniothalamus macrophyllus
SEBAGAI BIOLARVASIDA DAN PENGENDALI HAMA YANG RAMAH
LINGKUNGAN
Nurwakhid Suko Diantoro, Elok Faridah, Nina Rismawati
Universitas Airlangga, Surabaya
ABSTRAK
Kata kunci:
PENDAHULUAN
Pengembangan insektisida alami merupakan solusi terbaik saat ini karena
insektisida alami bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang bersifat toksik
terhadap serangga dan mudah terdegradasi sehingga tidak mencemari lingkungan
dan relatif aman bagi manusia karena akan cepat menghilang di alam (Kardinan
dalam Hasnitasari, 2003).
Tanaman Goniothalamus macrophyllus merupakan salah satu famili
Annonaceae dari genus Goniothalamus dimana famili Annonaceae merupakan
famili tanaman yang sering digunakan masyarakat sebagai insektisida alami
(Valkenburg,2002).
Beberapa penelitian menunjukkan aktivitas senyawa-senyawa yang
terdapat dalam famili Annonacea sebagai biolarvasida melalui berbagai macam
mekanisme. Penelitian yang dilakukan oleh Saxena et al (1993) berhasil
membuktikan aktivitas larvasida Annona squamosa terhadap larva nyamuk
Anopheles stephensi. Murty et al (1997) membuktikan bahwa ekstrak daun
Polyalthia longifolia memiliki aktivitas sebagai larvasida terhadap nyamuk Culex
quinquefasciatus (Ganguly, 2003). Sedangkan Fatimah (2004) telah membuktikan
bahwa senyawa flavonoid dari Saccopetalum horsfieldii Benn juga memiliki
aktivitas sebagai biolarvasida.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut senyawa yang aktif sebagai
larvasida adalah dari golongan flavonoid dan terpenoid. Senyawa golongan
flavonoid yang mempunyai aktivitas insektisida yang berasal dari tanaman di
antaranya adalah rotenon dan deguelin yang terdapat pada tumbuhan
Lonchocarpus utilis (Casida, 1999), kuersetin 3,7,4’-trimetil eter yang terdapat
pada tumbuhan Saccopetalum horsfieldii (Fatimah,2004) dan mirisetin 3-metil
eter dari Goniothalamus thwatesii (Seidel, 2000)
Sedangkan senyawa terpenoid yang mempunyai aktivitas insektisida yang
telah berhasil ditemukan dalam tanaman antara lain piretrin dari beberapa spesies
Chrysanthemum, camphene dan azadirachtin yang berasal dari famili Meliaceae
dan Rutaceae (Duke,1990).
Penelitian senyawa metabolit sekunder dari spesies Goniothalamus
gardneri dan Goniothalamus thwaitesii menunjukkan kandungan senyawa
flavonoid dan terpenoid dalam ekstrak etil asetat (Seidel, 2000).
PKMP-3-9-2
METODE DAN HASIL PENELITIAN
Kulit batang Goniothalamus macrophyllus kering sebanyak 3 kg
dimaserasi menggunakan aseton selama 3x24 jam sebanyak tiga kali, kemudian
disaring sehingga diperoleh ekstrak aseton. Ekstrak aseton kemudian dievaporasi
sehingga didapatkan ekstrak aseton kental, kemudian ditambahkan metanol untuk
melarutkan ekstrak aseton. Fraksi metanol ini kemudian dipartisi menggunakan nheksan. Ekstrak metanol kemudian ditambah dengan asam sitrat 5% (pH=30-4).
Partisi selanjutnya dilakukan dengan etil asetat berkali-kali. Ekstrak etil asetat
yang diperoleh selanjutnya dicuci dengan air, selanjutnya fasa etil asetat bebas air
ditambah dengan NaSO4 anhidrat untuk menghilangkan kandungan air. Ekstrak
etil asetat kemudian dievaporasi dan didapatkan ekstrak kental.
Pemisahan senyawa dilakukan dengan metode kromatografi yang
meliputi KLT dan kromatografi kolom. Ekstrak kental dikeringkan kemudian
dimasukkan ke dalam kolom berdiameter 10 cm yang telah diisi silica gel GF254.
Elusi dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksan – aseton dengan berbagai
perbandingan berdasarkan kenaikan gradien kepolaran.
Fraksi-fraksi yang
dihasilkan diuji dengan KLT menggunakan eluen n-heksan – aseton (8:2) yang
menghasilkan 5 fraksi yaitu fraksi A(1-4), fraksi B (5-21) , fraksi C (22-24), fraksi
D (25-26) dan fraksi E (27-37).
Pada fraksi B dilakukan kromatrografi kolom tekan I dilakukan dengan
menggunakan eluen n-heksan – aseton (8:2) sehingga diperoleh 37 fraksi.
Masing-masing fraksi diuji KLT menggunakan eluen n-heksan – etil asetat (8:2).
Fraksi-fraksi tersebut digabung dan dievaporasi, selanjutnya dilakukan
kromatografi kolom tekan II menggunakan eluen n-heksana – etil asetat (8:2).
Dari proses ini diperoleh 85 fraksi dan masing-masing fraksi diuji KLT
menggunakan eluen n-heksana – etil asetat (8:2). Fraksi 30-85 digabung dan
dievaporasi kemudian dilakukan kromatografi kolom tekan III menggunakan
eluen n-heksana – etil asetat dengan perbandingan 8 : 2. Dari proses pemisahan ini
diperoleh 120 fraksi dan masing-masing fraksi diuji KLT menggunakan eluen
yang sama. Noda dengan harga Rf yang sama tampak sebagai satu noda,
selanjutnya dilakukan rekristalisasi dengan pelarut campuran n-heksana – aseton
menghasilkan serbuk putih yang menunjukkan satu noda dengan berbagai eluen.
Uji kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan menggunakan KLT dengan
tiga macam eluen yang berbeda. Selanjutnya senyawa yang diperoleh disebut
senyawa 1. Senyawa ini memiliki titik leleh 2220- 2240.
Tabel 4. Hasil uji kemurnian senyawa 1
Eluen
Jumlah noda
CHCL3 : metanol
=8:2
1
CHCL3 : aseton
=7:3
1
n-heksana : etil –asetat = 7 : 3
1
Harga Rf
0,2
0,8
0,24
Hasil analisis spektroskopi UV-Vis senyawa hasil isolasi dalam pelarut
metanol menunjukkan λmaks 208nm (Lampiran 2) menunjukkan bahwa senyawa
tersebut golongan terpenoid..
Analisis spektroskopi infra merah memberikan pita serapan pada bilangan
gelombang 3451,4 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur gugus hidroksil. Pita serapan
pada bilangan gelombang 1692,1 cm-1 merupakan vibrasi ulur gugus C = 0 yang
PKMP-3-9-3
terkonjugasi, sedangkan pita serapan pada bilangan gelombang 1249,9 cm-1
menunjukkan adanya gugus eter pada senyawa hasil isolasi. Untuk pita serapan
pada bilangan gelombang 3090,24 — 2839,47 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur C-H
metilen dan metil (George, Mclyntyre, 1987).
Dari hasil tersebut tidak ditemukan adanya serapan cincin benzena,
sehingga serapan OH bukan merupakan vibrasi ulur OH fenolik. Dapat
disimpulkan bahwa senyawa tersebut bukan merupakan golongan flavonoid. Hal
ini diperkuat dengan hasil analisis spektroskopi UV-Vis.
Pada penelitian ini telah dilakukan uji biolarvasida senyawa terpenoid dari
Goniothalamus macrophyllus terhadap larva instar III Aedes aegypti. Pengamatan
terhadap larva Aedes aegypti dilakukan pada saat 24 jam setelah larva tersebut
kontak dengan larutan sampel. Larva yang mulai keracunan ditandai dengan
gerakan yang semula biasa menjadi cepat kemudian perlahan dan akhirnya mati.
Larva yang mati ditemukan dengan tubuh pucat, kaku dan agak bengkak. Uji
biolarvasida senyawa hasil isolasi dilakukan pada konsentrasi 500 ppm, 250 ppm,
125 ppm, 62,5 ppm dan 31,25 ppm. Hasil pengamatan terhadap larva Aedes
aegypti yang mati ditunjukkan pada tabel 7.
Tabel 7. Data % kernatian larva Aedes aegypti dalam sampel
Konsenterasi (ppm)
Rata-rata kematian dalam
sampel
Kontrol
0
500
10
250
8
125
4
62,5
3
31,25
1
% kematian
0
100
80
40
30
10
Dan data tersebut diperoleh persamaan regresi linier Y = 0,1845X + 16,25.
Berdasarkan persamaan regresi linier yang diperoleh dapat diketahui bahwa
senyawa terpenoid hasil isolasi dari kulit batang Goniothalamus macrophyllus
menghasilkan LC50 = 183,42 ppm.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap kulit batang Goniothalamus
macrophyllus dapat diambil Kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat senyawa golongan flavonoid dalam tumbuhan
Goniothalamus macrophyllus.
2. Terdapat senyawa golongan terpenoid dalam tumbuhan Goniothalamus
macrophyllus.
3. Senyawa golongan terpenoid hasil isolasi dari Goniothalamus
macrophyllus mempunyaiaktivitas biolarvasida terhadap larva Aedes
aegypti dengan LC50 sebesar 183,42 ppm
IV. SARAN
1. Perlu dilakukan analisa spektroskopi yang lain guna memperoleh
struktur senyawa hasil isolasi dari Goniothalamus macrophyllus.
PKMP-3-9-4
2. Perlu dilakukan uji aktivitas biolarvasida senyawa hasil isolasi pada
insekta yang lain
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A., 1986. Kimia Organik Bahan Alam, Jakarta : Karunia.
Backer, A. C., Brink, B. Van Den R. C., 1963. Flora of Java, Vol. I, The
Netherlands : N. V. P. Noordhoff.
Fatimah, N., 2004. Isolasi dan Uji Biolarvasida Senyawa Flavonoid dan Kulit
Batang Saccopetalum horsfleldii Benn, Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA
Unair, Surabaya.
Gutter, R. J., Bobbite, J. M., Schwarting, A. L., diterjemahkan Kosasih
Padmawinata, 1991. Pengantar Kromatografi, terbitan ke-2, Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Hakim, E. H., Achmad, S. A., Makmur, L., Mujahidin, D., Syah, Y. M., 2001.
Profil Kimia Annonaceae, Buletin of The Indonesia Society of Natural
Product Chemistry.
Hamidah, H. A., Burhan, L., Nurtianti, Affandi, M., 1999. Pengaruh Pemberian
Berbagai Fraksi Daun Annona muricata terhadap Perkembangan dan
Mortalitas Larva Aedes aegypti, Penelitian, Surabaya : Lembaga
Penelitian Unair.
Harborne, J. B., 1987. Metode Fitokimia : Penentuan Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, terjemahan : Padmawinata K, Edisi ke-2,
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II, Badan Litbang
Kehutanan Jakarta, Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Hostettemann, K., Hostettemann, M., Maston, A., 1995. Cara Kromatografi
Preparatif, Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Hufford, C. D. and Laswell, Jr. W. L., 1978. Isochaminetin ang Uvarinol, Two
Novel Citotoxic C-Benzylflavonones from Uvaria chamae, J. Organic
Chemistry, 41 (7), 1297-98.
Jantan, I. B., Ahmad, F., Din, L. B., 2005. Chemical Constituents of The Bark
Oil of Goniothalamus macrophyllus Hook. F. from Malaysia, Journal
of Essential Oil Research : JEOR, Mar/Apr 2005.
MacEdo, M. E. et al, 1997. Screening of Asteraceae (Compositae) Plant
Extracts for Larvicidal Activity Against Aedes fluvitialis (Diptera :
Culicidae), Bioline International, Vol. 92 (4).
Mclafferty, F. W., diterjemahkan Dr. Hardjono Sastromidjojo, 1988. Interpretasi
Spektra Massa, edisi ke-3, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Markham, K. R., 1998. Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Bandung : Institut
Teknologi Bandung.
Mulya, Muhammad dan Suharman, M., 1995. Analisis Instrumental, Edisi I,
Surabaya: Airlangga University Press.
Okorie, D. A., 1977. New Benzylhidrochalcone from Uvaria chamae, Journal
Phytochemistry, 16, 159 1-94.
Padua, L. S. de., Bunyapraphatsara, N., Lemmens, R. H. M. J. (Eds.), 1999. Plant
Resources of South East Asia, Medicinal and Poisonous Plants I,
Bogor : Prosea.
PKMP-3-9-5
Robinson, Trevor, diterjemahkan Kosasih Padmawinata, 1995. Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi ke-6, Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Seidel, V., Bailleul, F., Waterman, P. G, 2000. (Rel)-1β, 2α-di-(2,4-dihydroxy-6methoxybenzoyl)-3β, 4α-di-(4-methoxyphenyl)-cyclobutane and Other
Flavonoids from The Aerial Parts of Goniothalamus gardneri and
Goniothalamus thwaitesii, Phytochemistry, Nov : 55, 439-46.
Sukana, B., 1993. Pemberantasan Vektor DBD di Indonesia, Media Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 3 No. 01, Jakarta Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
Tanjung, M., 1996. Isolasi dan Biosktivitas Senyawa Flavonoid dan Rimpang
Kaempferia pandurata ROXB, Penelitian, Surabaya: Lembaga
Penelitian Unair.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta),
Yogyakarta : Gajahmada University Press.
Valkenburg, I. L. C. H. Van., Bunyapraphatsara (Eds.), 2002. Plants Resources
of South-East Asia, Medicinal and Poisonous Plants 2, Bogor : Prosea.
Download