KENDA MEN ALI MUT NGGUNA MU TU DAUN

advertisement
KENDA
ALI MUT
TU DAUN
N JATI BE
ELANDA
A (Guazum
ma ulmifo
olia)
MEN
NGGUNAKAN FOTOMETE
ER JINJIING DAN
N TEKNIK
K
PEN
NGENALA
AN POLA
A
UHAMMA
AD FAKIIH KURN
NIAWAN
MU
DEPARTEME
EN KIMIA
A
FAKUL
LTAS MATEMATIK
KA DAN ILMU
I
PE
ENGETAH
HUAN ALA
AM
I
INSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2012
2
ABSTRAK
MUHAMMAD FAKIH KURNIAWAN. Kendali Mutu Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia) Menggunakan Fotometer Jinjing dan Teknik Pengenalan
Pola. Dibimbing oleh RUDI HERYANTO dan ARYO TEDJO.
Jati belanda (Guazuma Ulmifolia) merupakan tanaman obat tradisional.
Kendali mutu tanaman diperlukan untuk mengontrol kualitas dan keamanan obat.
Pada penelitian ini keragaman mutu daun jati belanda dievaluasi menggunakan
fotometer jinjing yang dikombinasikan dengan teknik pengenalan pola
kemometrik PCA dan PLSDA. Analisis total flavonoid menunjukkan daun jati
belanda berumur 1, 2, dan 3 bulan memiliki keragaman mutu senyawa aktif.
Analsis PCA daun jati belanda dengan 7 sumber lampu menggunakan 2 PC
pertama mampu menjelaskan 94% dari keragaman total (PC1 86% dan PC2 8%).
Kombinasi 3 lampu (LED hijau, LED biru, dan LED biru-ungu) memberikan
kesamaan pola plot skor PCA seperti pada analisis menggunakan 7 lampu LED.
Analisis PLSDA dengan 7 lampu LED menghasilkan 3 model, yaitu model
PLSDA umur 1 bulan (R2 = 0.9674), 2 bulan (R2 = 0.8781), dan 3 bulan (R2 =
0.9430). Model tersebut telah berhasil memprediksi sampel daun berumur 1
bulan. Model PLSDA 7 lampu masih lebih baik daripada model PLSDA dengan 3
lampu jika dilihat dari indikator kebaikan pemodelan (nilai R2, RMSEC, RMSEP)
yang didapatkan. Model PLSDA daun dengan 3 sumber lampu (LED hijau, LED
biru, LED biru-ungu) masih cukup sensitif untuk mengklasifikasikan dan
memprediksi sampel yang diujikan.
Kata kunci: fotometer jinjing, jati belanda, kendali mutu, PCA, PLSDA.
ABSTRACT
MUHAMMAD FAKIH KURNIAWAN. Quality Control of Jati Belanda Leaves
(Guazuma ulmifolia) Using Portable Photometer and Pattern Recognition
Technic. Supervised by RUDI HERYANTO and ARYO TEDJO.
Jati belanda (Guazuma ulmifolia) is one of traditional medicinal plants.
Quality control of medicinal plants is necessary to control the quality and safety
of medicines. In this study, various qualities of jati belanda leaves was evaluated
using a portable photometer combined with chemometric pattern recognition
techniques PCA and PLSDA. Total flavonoids leaves at age 1, 2, and 3 months
showed various quality of active compounds. PCA analysis the leaves with 7 light
sources using the first 2 principle component (PC) was able to describe 94% of
total variant in the data (PC1 = 86%, PC2 = 8%). Combination of 3 LED (green,
blue, and blue-purple LEDs) provided the same pattern in the PCA score plot
analysis using the 7 LED lights. Analysis PLSDA with 7 LED lights resulted 3
models, namely models PLSDA at age 1 month (R2 = 0.9674), 2 month (R2 =
0.8781), and 3 months (R2 = 0.9430). The model has successfully predicted
samples of jati belanda leaves at age 1 month. PLSDA models with 7 LED lights
was still better than PLSDA model with 3 LED light from the standpoint of from
modeling indicator goodness (R2, RMSEC, RMSEP). PLSDA models for jati
belanda leaves with 3 light sources (green, blue, and blue-purple LED) is sensitive
enough to classify and predict the sample being tested.
Keywords: jati belanda, PCA, PLSDA, portable photometer, quality control.
KENDALI MUTU DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia)
MENGGUNAKAN FOTOMETER JINJING DAN TEKNIK
PENGENALAN POLA
MUHAMMAD FAKIH KURNIAWAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi: Kendali Mutu Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia)
Menggunakan Fotometer Jinjing dan Teknik Pengenalan Pola
Nama
: Muhammad Fakih Kurniawan
NIM
: G44080039
Disetujui oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Rudi Heryanto, S.Si, M.Si
NIP 19760428 2005001 1 002
Aryo Tedjo, S.Si, M.Si
NIP 19750202 200812 1 001
Diketahui oleh
Ketua Departemen
Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 19501227 197603 2 002
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Kendali Mutu Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) Menggunakan Fotometer
Jinjing dan Teknik Pengenalan Pola” ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana sains pada Program Studi Kimia FMIPA IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi Heriyanto, S.Si,
M.Si sebagai pembimbing pertama dan Bapak Aryo Tedjo, S.Si, M.Si sebagai
pembimbing kedua atas arahan, saran, dan ilmu yang telah diberikan kepada
penulis selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih
kepada staf Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB,
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor (PSB IPB) dan
Laboratorium Spektroskopi Departemen Fisika FMIPA IPB yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitiannya
ditempat tersebut. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Akhiruddin dan Mas Nio atas segala bantuan yang diberikan selama penelitian.
Ungkapan terima kasih juga dihaturkan untuk kedua orang tua serta kakak penulis
yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada
rekan-rekan satu bimbingan (Septhia, Lupi, Kiki, Anissa) dan beberapa pihak
yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan dalam penelitian ini. Semoga
tulisan ini bermanfaat dalam dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Bogor, November 2012
Muhammad Fakih Kurniawan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekalongan, pada tanggal 2 Mei 1990 dari Ayah
Djumadi dan Ibu Marfuah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Pada tahun 2008 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kajen dan
pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Masuk IPB (USMI). Penulis masuk Program Studi S1 Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan penulis aktif di organisasi Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa Agria Swara dan Ikatan Mahasiswa
Kimia (Imasika). Penulis melakukan Praktik Lapang di Pusat Teknologi Terapan
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik pada bulan Juli-Agustus 2011. Penulis juga
pernah menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun
ajaran 2010/2011 dan 2011/2012, asisten praktikum Kimia Analitik Ekstensi
Departemen Kimia IPB tahun ajaran 2010/2011, asisten praktikum Kimia Analitik
Layanan mayor Biologi Departemen Kimia IPB tahun ajaran 2010/2011, asisten
praktikum Kimia Analitik I mayor Kimia Departemen Kimia IPB tahun ajaran
2010/2011, asisten praktikum Kimia Analitik II mayor Kimia Departemen Kimia
IPB tahun ajaran 2011/2012. Selain aktif di kampus, penulis juga menjadi tentor
Kimia TPB tahun 2010 di bimbingan belajar “Katalis”.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 METODE ................................................................................................................ 2 Bahan dan Alat ................................................................................................... 2 Lingkup Penelitian ............................................................................................. 2 Prosedur Penelitian ............................................................................................. 2 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 4 Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Jati Belanda .......................... 4 Pencirian Lampu LED ........................................................................................ 4 Analisis Daun Jati Belanda Menggunakan Fotometer Jinjing ........................... 5 Pengelompokan Daun Jati Belanda Menggunakan Principle
Component Analysis (PCA)............................................................................... 6 Pembentukan Model Daun Jati Belanda Menggunakan Partial Least
Square Discriminant Analysis (PLSDA) ............................................................ 7 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 9 Simpulan ............................................................................................................. 9 Saran ................................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10 LAMPIRAN .......................................................................................................... 12 DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil pengukuran intensitas lampu LED ............................................................ 4
2 Nilai PC pada kombinasi tiga lampu LED ......................................................... 7 3 Kriteria kebaikan model PLSDA (7 lampu) ....................................................... 8 4 Prediksi daun jati belanda umur 1 bulan dengan PLSDA (7 lampu) ................. 8 5 Kriteria kebaikan model PLSDA (3 lampu) ....................................................... 9
6 Prediksi daun jati belanda umur 1 bulan dengan PLSDA (3 lampu) ................. 9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia) ............................................................. 2 2 Fotometer jinjing ................................................................................................ 3
3 Kadar flavonoid total ekstrak daun jati belanda ................................................. 4
4 Spektrum lampu LED ......................................................................................... 5
5 Spektrum intensitas pengkuran sampel menggunakan LED biru-ungu ............. 5
6 Alur proporsi variasi 7 komponen utama ........................................................... 6
7 Plot skor PC 1 dan PC 2 pengukuran sampel (7 lampu) .................................... 6 8 Plot loading PC 1 dan PC 2 pengukuran sampel (7 lampu) ............................... 6 9 Plot skor PC 1 dan PC 2 pengukuran sampel (3 lampu) .................................... 7 DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan alir penelitian......................................................................................... 13 2 Fotometer yang sedang dikembangkan (skematis) .......................................... 14
3 Penetapan flavonoid total ekstrak daun jati belanda ........................................ 15
4 Uji statistika ANOVA dan Duncan kadar flavonoid daun jati belanda ........... 16
5 Data hasil pengukuran nilai tegangan daun jati belanda berumur 1, 2, 3
bulan menggunakan fotometer jinjing .............................................................. 17
6 Hasil PCA menggunakan kombinasi 3 lampu LED ......................................... 20
Halaman
7 Prediction vs reference PLSDA umur 1, 2, dan 3 bulan (7 lampu) ................. 23 8 Prediction vs reference PLSDA umur 1, 2, dan 3 bulan (3 lampu) ................. 24 PENDAHULUAN
Tanaman obat telah dimanfaatkan secara
luas ribuan tahun lalu di negara timur seperti
Cina, Korea, dan Jepang (Liang et al. 2004).
Saat ini, pemanfaatan tanaman obat terus
mengalami peningkatan sebagai bahan terapi
dan kosmetik (Gogtay et al. 2002). Banyak
orang beranggapan penggunaan obat dari
tanaman relatif lebih aman dibandingkan obat
sintesis. Hal ini disebabkan karena obat
tradisional memiliki efek samping yang relatif
lebih sedikit daripada obat modern.WHO
merekomendasi penggunaan obat herbal
tradisional dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan, dan pengobatan
penyakit terutama untuk penyakit kronis,
penyakit degeneratif, dan kanker (Sari 2006).
Penggunaan tanaman obat semakin
meningkat sehingga diperlukan kendali mutu
untuk mengontrol kualitasnya. Kualitas obat
herbal ditentukan oleh komposisi senyawa
aktifnya. Menurut Liang et al. (2004), khasiat
dari tanaman obat dapat timbul karena adanya
interaksi yang sinergis antara senyawasenyawa aktif kimia yang terkandung dalam
tanaman obat. Keragaman komposisi senyawa
aktif kimia pada suatu tanaman dipengaruhi
oleh kondisi tanah dan lingkungan (Singh et
al. 2010). Oleh sebab itu, tanaman obat dari
tempat berbeda memiliki komponen aktif
yang berbeda pula baik secara kualitas
maupun kuantitasnya. Faktor lain yang dapat
memengaruhi komposisi senyawa-senyawa
aktif kimia ini adalah umur dari tanaman obat
itu sendiri (Anuradha 2010).
Metode yang telah diterapkan pada kendali
mutu tanaman obat yaitu teknik kromatografi
seperti kromatografi cairan kinerja tinggi
(KCKT), kromatografi gas (KG), dan
kromatografi lapis tipis (KLT) (Singh et al.
2010). Metode ini cukup akurat tetapi
memakan waktu yang lama dan banyak tahap
saat persiapan sampel (Mao 2006). Oleh
karena itu, perlu dikembangkan metode yang
cepat, sederhana, dan akurat untuk identifikasi
mutu herbal. Saat ini telah dikembangkan
metode
kendali
mutu
dengan
mengombinasikan spektroskopi molekular dan
analisis statistik multivariat (Singh et al.
2010). Penelitian yang dilakukan Zou et al.
(2005) menggunakan FTIR untuk analisis
kualitatif senyawa aktif pada tanaman obat
(herbal) kasar dengan analisis komponen
utama (PCA) untuk mengelompokkan
tanaman obat ke dalam group berbeda sesuai
dengan asal tanaman obat. Alat tersebut cukup
mahal dan sulit dioperasikan. Oleh karena itu,
dikembangkan alat yang lebih sederhana yaitu
fotometer jinjing.
Fotometer jinjing yang digunakan pada
penelitian ini merupakan alat yang telah
dikembangkan oleh Departemen Fisika
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
dan Bagian Kimia Analitik Departeman Kimia
Institut Pertanian Bogor. Alat ini memiliki
kelebihan dalam pengoperasiannya yang lebih
mudah, meminimumkan penggunaan bahan
kimia, murah, ringan, dan mudah dibawa.
Prinsip kerjanya juga sederhana yaitu
penyinaran sampel oleh sumber sinar
menyebabkan sinar sebagian diserap dan
sebagian dipantulkan. Sinar yang dipantulkan
ini disebut sinar reflektan. Sinar reflektan
selanjutnya ditangkap oleh detektor diubah
menjadi perbedaan tegangan listrik. Perbedaan
tegangan listrik yang dihasilkan ini dideteksi
oleh voltmeter (Siburian 2011).
Alat fotometer ini tergolong sederhana
karena tersusun dari lampu LED sebagai
sumber sinar, detektor, dan alat pembaca
sinyal yang berupa multimeter. Fotometer
jinjing ini sebelumnya diaplikasikan pada
penelitian dan berhasil melihat perbedaan
antara sel dan jaringan karsinoma (kanker)
dengan sel jaringan normal menggunakan
metode autofluoresensi multiekstensi (Zain et
al. 2007). Selain itu digunakan pada penelitian
pengukuran warna kulit manusia secara in
vitro dan in vivo (Siburian 2011). Pada bidang
pertanian, alat fotometer jinjing ini telah
digunakan pada penelitian kendali mutu
rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
pada umur yang berbeda (Fathniyah 2011).
Selain itu juga digunakan pada penelitian
kendali mutu sambiloto (Andrographis
paniculata) pada umur yang berbeda
(Permana 2011).
Tanaman
jati
belanda
(Guazuma
Ulmifolia) merupakan salah satu tanaman obat
yang banyak digunakan masyarakat sebagai
obat tradisional. Daun dan kulit batang jati
belanda mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin, dan tanin. Sementara kulit batang
mengandung 10% zat lendir, 9.3% damardamaran, 2.7% tanin, beberapa zatpahit,
glukosa, dan asam lemak (Sulaksana 2005).
Penggunaan ekstrak daun jati belanda secara
tradisional sebagai obat pelangsing sudah
banyak dilakukan akan tetapi masih sedikit
sekali penelitian yang membahas masalah
tersebut. Menurut Sulaksana (2005), tanaman
jati belanda (Guazuma ulmifolia) mempunyai
efek antidiare, astringen, dan menguruskan
badan.
Fiber Optiic Vis-Nir (Ocean optics),
o
Spektrofotom
meter UV-VIS
S Shimadzu 1700
PC, alat sonikkasi, blender, alat pembuatt pelet,
oven, penguaap putar, neracca analitik, perralatan
gelas, peranngkat keras komputer, serta
perangkat luunak The Unnscrambler 9.7 dan
SPSS versi 166.
L
Lingkup
Pen
nelitian
Gambar 1
Daun Jati Belanda (G
Guazuma
ulmifolia).
mbar 1)
Kualitas tanaman jati belanda (Gam
dilihat dari produksi daaun dan kanndungan
flavonoidnyya (Febrandyy 2006). Flaavonoid
merupakan salah satu metabolit seekunder,
m daun
kemungkinaan keberadaaannya dalam
dipengaruhi oleh adanyaa proses fotoosintesis
sehingga daaun muda beelum terlalu banyak
mengandungg flavonoid (Markham 1988).
Pada umum
mnya ada 2 bentuk flavonoiid, yaitu
flavonoid yang
y
terikat pada gula sebagai
glikosida dan
d
flavonoiid bebas (aaglikon).
Flavonoid alam ditemuukan dalam bentuk
glikosida, yaaitu suatu benntuk kombinassi antara
gula dan allkohol. Metodde kendali mutu
m
jati
belanda yang
y
telah dilakukan adalah
kromatograffi lapis tipis (TLC)
(
(Seigleer 2005)
dan spekttroskopi infr
fra merah (FTIR)
(Setiawan 2008).
Penelitiaan ini berrtujuan mennjadikan
fotometer jiinjing yang seedang dikembbangkan
sebagai alatt untuk kendaali mutu jati belanda
(Guazuma Ulmifolia) dengan melihat
keragaman mutu berdasarkan umurr tanam
yang berbedda, dikombinaasikan dengann teknik
pengenalan pola kemoometrik PCA
A dan
PLSDA.
METO
ODE
Bahan dan
n Alat
Bahan-bbahan yang digunakan pada
penelitian inni ialah daun jati belanda berumur
b
1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan yang diambil
dari kebunn Biofarmakaa Dramaga Bogor,
etanol 70%,, heksametilenntetramina 0.55% b/v,
aseton, HCll 25% dalam air, etilasetaat, asam
asetat glasiaal 5% v/v (daalam metanol)), AlCl 3
2%, kuersetiin, metanol daan akuades.
Alat-alatt yang digunaakan adalah footometer
jinjing, adapptor (input 2200 V, output DC 3– 12
V, current DC
D 1200 mA
A), lampu LED
D (biruungu, biru, putih, hijau, UV, kuningg-merah,
S
eter tipe US
SB-2000
dan IR), Spektrofotome
Metode penelitian
p
yanng akan dilaakukan
mengikuti diaagram alir padda Lampiran 1 yang
meliputi pem
mbuatan pelet daun jati beelanda,
pengukuran menggunakan
m
n fotometer jinjing,
dan pengujiann total flavonooid ekstrak daaun jati
belanda. Anaalisis kuantitaatif flavonoid
d total
sampel dilaakukan mennggunakan metode
m
Depkes 20100. Sampel ddilakukan ek
kstraksi
maserasi-soniikasi, kemuddian ekstrak kasar
direfluks dann dilakukan ekstraksi caair-cair
etanol. Nilai absorbansi diiukur menggu
unakan
meter UV-VIS
S dengan kuersetin
spektrofotom
sebagai standdar. Analisis kualitatif dilaakukan
dengan penggukuran pelett daun jati belanda
menggunakann fotometer jinjing (Lampirran 2).
Data hasil peengukuran diolah dengan teknik
pengenalan pola kemom
metrik (PCA
A dan
k The
PLSDA) mennggunakan peerangkat lunak
Unscrambler 9.7.
P
Prosedur
Pen
nelitian
Preparasi Saampel
Daun jatii belanda yaang telah mencapai
umur diinginnkan (1,2, dann 3 bulan) dipanen
dari 10 pohoon yang berbeeda dengan kondisi
k
tanam yang sama. Tujuaan penggunaaan 10
pohon tersebbut adalah uuntuk meingk
katkan
variasi dataa. Sampel daun kem
mudian
dikeringkan mengunakan oven pada suhu
40ºC selama 6 jam. Daunn yang telah kering
b
kemudian dihhaluskan mennggunakan blender
sehingga dihaasilkan serbukk daun jati belaanda.
Serbuk daaun jati belandda berumur 1 bulan
diambil sebaanyak 10 graam dan diek
kstraksi
secara maseerasi-sonikasii dengan pelarut
p
etanol 70% (1:10) selam
ma 15 menit. Hasil
maserasi-soniikasi disarinng dan filttratnya
dipindahkan ke erlemeeyer lain. Residu
R
e
dimaserasi-soonikasi kembbali dengan etanol.
Ekstraksi diilakukan 3 kali. Filtrat hasil
maserasi-soniikasi
diggabungkan
dan
dipekatkan dengan
d
evapoorator putar sampai
s
terbentuk ekkstrak kental. Proses ek
kstraksi
yang sama dilakukan
d
untu
tuk sampel 2 bulan
dan 3 bulan.
3
Penentuan Kadar Flavonoid Total (metode
Depkes 2000)
Ekstrak ditimbang sebanyak 300 mg lalu
dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Sistem
hidrolisis ditambahkan ke dalamnya, yaitu 1
ml heksametilentetramina 0.5% b/v, 20 ml
aseton, dan 20 ml larutan 25% HCl dalam air.
Hidrolisis dilakukan dengan pemanasan
sampai mendidih selama 30 menit. Campuran
hasil hidrolisis disaring ke dalam labu takar
100 ml. Residu hidrolisis ditambah20 ml
aseton untuk dididihkan kembali selama 10
menit. Penambahan aseton dan pendidihan ini
dilakukan sebanyak dua kali. Filtrat
dikumpulkan ke dalam labu takar. Setelah
labu takar dingin maka volume ditepatkan
sampai 100 ml dan dikocok hingga tercampur
sempurna. Filtrat hasil hidrolisis dalam labu
takar diambil sebanyak 20 ml, dimasukkan ke
dalam corong pisah dan ditambahkan 20 ml
akuades. Setelah itu dipartisi dengan 15 ml
etilasetat dan dilanjutkan dengan 10 ml
etilasetat sebanyak dua kali. Fraksi etilasetat
dikumpulkan ke dalam labu takar 50 ml
kemudian ditepatkan dengan etilasetat sampai
50 ml. Prosedur ini dilakukan sebanyak lima
kali ulangan.
Pemeriksaan spektrofotometri diawali
dengan memindahkan 10 ml larutan fraksi
etilasetat ke dalam labu takar 25 ml kemudian
ditambahkan 2 ml larutan 2 g AlCl 3 dalam
100 ml larutan asam asetat glasial 5% v/v
(dalam metanol). Larutan asam asetat glasial
5% v/v ditambahkan secukupnya sampai tepat
25 ml. Sebagai standar digunakan kuersetin
murni dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan
25 ppm kemudian diukur pada λmaks 370.8
nm. Hasil pengukuran kadar flavonoid total
ekstrak daun jati belanda diolah menggunakan
Analisys of Variance (ANOVA) one-way.
Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan
dengan perangkat lunak SPSS versi 16.
Pembuatan Pelet Daun Jati Belanda
Sebanyak 300 mg dari sampel serbuk daun
jati belanda ditimbang. Selanjutnya serbuk
dimasukkan kedalam alat pembuat pelet. Pada
saat pembuatan pellet, tekanan diatur sehingga
mencapai 80 kN selama selama 3 menit.
Kemudian pelet jati belanda dikeluarkan dari
alat.
Pencirian Sumber Sinar
Fotometer jinjing (Gambar 2) dinyalakan
dengan menekan tombol power, lalu intensitas
awal fotometer ditentukan dengan meletakkan
sumber cahaya pada area berwarna putih
sebagai kontrol. Sumber cahaya diletakkan
tegak lurus (90°) dengan permukaan kertas
standar warna. Diperiksa perbedaan intensitas
sinar pada area berwarna putih. Apabila tidak
terdapat perbedaan, maka nilai intensitas awal
dinaikkan. Intensitas yang sudah ditetapkan
akan digunakan untuk pengukuran setiap
sampel dengan sumber sinar yang sama.
Setiap mengakhiri pengukuran, sumber
cahaya dimatikan dan dinyalakan kembali
sebelum mengukur warna standar lainnya.
Nilai yang tertera pada fotometer dicatat
setelah angka yang tertera tidak menunjukkan
perubahan. Langkah tersebut diulangi dengan
menggunakan kombinasi sumber lampu yang
berbeda-beda. Lampu yang digunakan adalah
LED (biru-ungu, biru, putih, hijau, UV,
kuning-merah, dan IR).
Gambar 2 Spektrofotometer jinjing.
Metode Deteksi Sinar
Permukaan pelet jati belanda selanjutnya
disinari menggunakan kelima sumber sinar.
Pelet jati belanda dari umur 1, 2, dan 3 bulan
diukur sebanyak 10 kali ulangan. Sinar
refleksi yang dihasilkan akan ditangkap oleh
detektor dan intensitas sinar tersebut diubah
menjadi perbedaan tegangan listrik. Perbedaan
tegangan listrik yang dihasilkan ini dideteksi
oleh voltmeter dan dicatat sebagai hasil
berupa angka.
Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Data pengukuran intensitas sinar yang
dihasilkan dari sampel jati belanda umur 1, 2,
dan 3 bulan dengan menggunakan sumber
lampu LED (biru-ungu, biru, putih, hijau, UV,
kuning-merah,
dan
IR),
selanjutnya
dimasukkan kedalam program Ms. Excel
2007. Data dalam format excel 2007
kemudian dianalisis menggunakan metode
multivariat dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak The Unscrambler 9.7.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak
Daun Jati Belanda
Penentuan kadar flavonoid total dimulai
dengan hidrolisis ekstrak daun jati belanda
menggunakan metode refluks. Hal ini
bertujuan agar flavonoid yang masih terikat
dengan gugus gula dapat terurai menjadi
flavonoid dalam bentuk aglikon (flavonoid
tunggal) karena analisis flavonoid akan lebih
baik jika berada dalam bentuk aglikonnya
(Harborne 1996). Sesuai dengan metode
Depkes (2000), pereaksi yang digunakan
adalah AlCl 3 . Senyawa AlCl 3 membentuk
kompleks asam yang stabil dengan C-4 gugus
keto, lalu dengan C-3 atau C-5 gugus
hidroksil dari flavon dan flavonol (Chang et
al.
2002).
Pengukuran
dilakukan
menggunakan spktrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 370.8 nm.
kadar flavonoid (%b/b)
3.50
3.00
2.50
antara satu dengan yang lain. Hasil analisis
statistika ANOVA yang menunjukkan bahwa
ketiga sampel daun jati belanda dengan
masing-masing tiga kali ulangan memiliki
kadar flavonoid berbeda nyata (p value<
0.05)(Lampiran 4). Hal ini menunjukkan
bahwa perbedaan umur tumbuhnya tanaman
tersebut mengakibatkan adanya diferensiasi
kandungan
metabolit
terutama
kadar
flavonoidnya. Menurut Anuradha (2010),
umur tanaman mempengaruhi komposisi
senyawa aktif dari tanaman itu sendiri. Setelah
uji ANOVA, dilakukan uji lanjutan yaitu
menggunakan metode Duncan. Uji ini
didasarkan pada pengelompokan antara nilainilai yang telah diketahui berbeda nyata. Hasil
uji Duncan (α = 0.05) terhadap kadar
flavonoid daun jati belanda pada umur yang
berbeda (Lampiran 4) menunjukkan terdapat
dua pengelompokan data. Daun jati belanda
umur 2 bulan cenderung mengelompok
dengan daun jati belanda berumur 1 bulan
berdasarkan kedekatan nilai konsentrasi
flavonoidnya, sedangkan daun jati belanda
berumur 3 bulan terpisah sendiri.
Pencirian Lampu LED
2.00
ulangan 1
1.50
ulangan 2
1.00
ulangan 3
0.50
0.00
1
2
3
umur daun jati belanda (bulan)
Gambar 3 Kadar flavonoid total ekstrak daun
jati belanda.
Gambar 3 menunjukkan hasil pengkuran
kadar flavonoid total ekstrak daun jati belanda
berumur 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan.
Masing- masing pengukuran dilakukan
sebanyak tiga kali ulangan. Ekstrak dari daun
jati belanda berumur 1 bulan memiliki kadar
flavonoid total terkecil yaitu sebesar 0.92%,
sedangkan ekstrak dari daun jati belanda
berumur 3 bulan memiliki kadar flavonoid
total terbesar yaitu sebesar 2.62% (Lampiran
3). Hal ini berarti semakin tua umur daun jati
belanda,
semakin
besar
kandungan
flavonoidnya. Menurut Rahardjo (2000),
kandungan senyawa aktif tanaman semakin
besar dengan meningkatnya umur tanaman
tersebut.
Nilai kadar flavonoid tiap umur sampel
selanjutnya dianalisis menggunakan uji
ANOVA untuk mengetahui tingkat beda nyata
Pencirian lampu LED dilakukan dengan
pengukuran panjang gelombang masingmasing lampu LED menggunakan alat
Spektrofotometer tipe USB-2000 Fiber Optic
Vis-Nir (Ocean optics). Lampu LED yang
diukur berjumlah 7 buah yaitu LED biruungu, LED biru, LED putih, LED hijau, LED
UV, LED kuning-merah, dan LED IR. Hasil
pengukuran
diperoleh
nilai
panjang
gelombang dominan dan intensitasnya (Tabel
1).
Tabel 1 Hasil pengukuran intensitas lampu
LED
Panjang
Intensitas
Jenis LED
gelombang
tertinggi
dominan (nm)
(counts)
UV
409.29
3877.26
biru-ungu
453.60
3873.93
putih
462.68
3680.97
biru
473.18
3874.20
hijau
518.02
3720.98
kuning626.25
3876.62
merah
IR
986.91
3848.22
Intensitas (count)
5
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
‐500 0
hijau
biru
putih
kuning‐
merah
biru‐ungu
UV
200
400
600
800
1000
1200
IR
panjang gelombang (nm)
Gambar 4 Spektrum lampu LED.
Analisis Daun Jati Belanda Menggunakan
Fotometer Jinjing
Analisis ini diawali dengan pembuatan
pelet dari sampel serbuk daun jati
menggunakan alat penekan. Alat penekan
yang digunakan merupakan alat penekan
untuk pembuatan pelet pada analisis FTIR.
Serbuk daun jati belanda yang digunakan
berasal dari tiga umur berbeda (1 bulan, 2
bulan, 3 bulan) dan masing-masing umur
terdapat 10 pohon yang berbeda serta tiap
pohon dibuat tiga kali ulangan. Oleh karena
itu total pelet yang dibuat sejumlah 90 buah.
Sebelum dilakukan pengukuran, alat
fotometer jinjing dikalibrasi terlebih dahulu
menggunakan karton warna hitam dan putih.
Hal ini agar didapatkan kekonsistenan data
disetiap ulangannya. Kondisi lingkungan juga
diperhatikan saat pengukuran. Ruangan
tempat pengukuran diatur sehingga intensitas
pencahayaannya rendah. Hal ini bertujuan
agar hasil yang diperoleh tidak bias. Jika
dilakukan pengukuran pada daerah yang
inetnsitas
cahayanya
tinggi,
maka
dikhawatirkan terdapat cahaya dari sekeliling
daerah pengukuran ikut terdeteksi juga oleh
detektor sehingga dihasilkan nilai yang lebih
besar dari yang seharusnya (galat positif).
Pengukuran sampel daun jati belanda
berumur 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan
menggunakan fotometer jinjing dengan
berbagai sumber lampu LED menghasilkan
nilai intensitas tegangan (voltase) yang
berbeda (Lampiran 5). Hubungan antara
nomor pengukuran dan intensitas tegangan
pada pengukuran sampel daun jati belanda
menggunakan sumber lampu LED biru-ungu
(Gambar 5) menunjukkan spektrum yang
berbeda pada tiap umurnya.
1920
nilai tegangan (mv)
Karakterisasi
ini
dilakukan
untuk
mengetahui panjang gelombang dominan dan
intensitas tertinggi yang dikeluarkan masingmasing lampu LED (Gambar 4). Data dari
panjang gelombang dominan tersebut dapat
digunakan untuk acuan pada penelitian
selanjutnya tentang aplikasi fotometer jinjing
ini.
1915
1910
1 bulan
1905
2 bulan
3 bulan
1900
0
Gambar 5
20
40
jumlah pengukuran
Spektrum intensitas pengkuran
sampel menggunakan LED
biru-ungu.
Daun jati belanda berumur 1 bulan
menunjukkan nilai intensitas tegangan paling
besar jika dibandingkan umur 2 dan 3 bulan.
Hal ini dikarenakan konsentrasi senyawa aktif
pada daun jati belanda berumur 1 bulan paling
rendah, sehingga sinar lampu LED yang
diserap juga semakin sedikit. Oleh karena itu
intensitas sinar yang dipantulkan (reflektan)
semakin tinggi. Sinar reflektan ini akan
diubah oleh detektor menjadi nilai tegangan.
Jadi semakin tinggi intensitas sinar reflektan
maka semakin tinggi nilai tegangan yang
dihasilkan.
Perbedaan nilai tegangan antar sampel
daun jati belanda pada tiap umurnya sangat
kecil. Oleh karena itu diperlukan teknik
pengolahan lanjutan untuk membedakan umur
sampel tersebut. Teknik yang dipilih yaitu
teknik pengenalan pola kemometrik. Pada
6
penelitian ini dilakukan analisis komponen
utama (PCA) untuk mengelompokkan sampel
berdasarkan umur. Selain itu digunakan teknik
PLSDA untuk membentuk suatu model dan
prediksi sampel lanjutan.
Pengelompokan Daun Jati Belanda
Menggunakan Principle Component
Analysis (PCA)
PCA adalah teknik yang digunakan untuk
menyederhanakan suatu data, dengan cara
mentransformasi data secara linier sehingga
terbentuk sistem koordinat baru dengan
variasi maksimum (Brereton 2003). Oleh
karena itu, pada penelitian ini teknik PCA
dipakai untuk menyederhanakan data hasil
pengukuran fotometer berupa nilai intensitas
tegangan yang jumlahnya banyak. Analisis
komponen utama (PCA) juga dapat digunakan
untuk analisis pola sehingga dihasilkan
pengelompokan daun jati belanda berdasarkan
umurnya.
Pengukuran pelet daun jati belanda dengan
7 jenis sumber lampu LED (biru-ungu, biru,
putih, hijau, UV, kuning-merah, dan IR)
menghasilkan data intensitas tegangan
(Lampiran 4). Data tersebut kemudian
dianalisis menggunakan PCA dengan
intensitas tegangan sebagai respon dan jenis
lampu LED sebagai variabelnya. Hasil PCA
diperoleh 7 buah PC dan varians yang berbeda
beda yaitu PC1 86%, PC2 8%, PC3 2%,PC4
1%, PC5 1%, PC6 1%, dan PC7 0% (Gambar
6). Total nilai varians seluruh PC sebesar
99%. Nilai varians PC 1 paling besar karena
PC 1 digunakan untuk memaksimumkan
varians data, sedangkan PC selanjutnya
digunakan untuk memaksimumkan residual
yang tertinggal dalam data (Brereton 2003).
Pola pemisahan sampel berdasarkan umur
dilakukan dengan pembuatan plot skor
menggunakan 2 nilai PC pertama, yaitu PC1
sebesar 86% dan PC2 sebesar 8%. Menurut
Brereton
(2003),
plot
skor
dengan
menggunakan 2 buah PC pertama dilakukan
karena kedua PC ini menggambarkan varians
terbesar dari data. Hasil plot skor
menunjukkan bahwa daun jati belanda dapat
terpisahkan dengan baik mengunakan PC1
dan PC2 (Gambar 7). Daun jati belanda
terlihat jelas pengelompokkannya berdasarkan
umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan.
Gambar 7 Plot skor PC1 dan PC2 pengukuran
sampel (7 lampu).
Gambar 8
Gambar 6 Alur proporsi variasi 7 komponen
utama.
Plot loading PC1 dan PC2
pengukuran sampel (7 lampu).
7
Tabel 2 Nilai PC pada kombinasi lampu LED
Kombinasi
PC1
PC2
PC3
LED
(%)
(%)
(%)
UV-P-KM
91
5
3
UV-P-BU
92
4
3
UV-B-KM
91
6
3
UV-B-BU
92
5
3
H-P-KM
92
6
2
H-P-BU
93
4
2
H-B-KM
92
6
2
H-B-BU
93
5
2
Keterangan: UV = ultraviolet, P = putih, KM = kuningmerah, BU =biru-ungu, H = hijau B=biru
Gambar 9 Plot skor PC1 dan PC2 pengukuran
sampel (3 lampu).
Pembentukan Model Daun Jati Belanda
Menggunakan Partial Least Square
Discriminant Analysis (PLSDA)
Pengaruh dari sumber lampu (LED) yang
digunakan terhadap hasil pengelompokkan
data sampel berdasarkan umur dapat dilihat
dari plot loading (Gambar 8). Plot loading
menunjukkan lampu LED IR terpisah jauh
dari LED yang lain, sedangkan enam lampu
LED
lain
cenderung
mengelompok.
Pengelompokan tersebut membentuk tiga plot
kelompok lampu LED, yaitu LED UV dan
LED hijau, LED biru dan LED putih, LED
kuning-merah dan LED biru-ungu. Oleh
karena itu, dilakukan analisis PCA lanjutan
dengan memilih kombinasi tiga lampu dari
tiap tiga plot kelompok lampu tersebut.
Hasil kombinasi tiga lampu dari tiga plot
kelompok lampu LED menunjukkan bahwa
sumbangan panjang gelombang yang berperan
pada pengelompokan ini berasal dari sumber
lampu LED hijau (518.02 nm), LED biru
(471.73 nm), dan LED biru-ungu (453.60
nm). Hal ini dikarenakan penggunaan tiga
jenis lampu LED tersebut ternyata
menghasilkan plot skor PCA yang mempunyai
kemiripan dengan plot skor PCA yang dibuat
mengggunakan tujuh jenis lampu LED yang
berbeda (Gambar 9). Plot skor dari kombinasi
lampu LED hijau, LED biru, dan LED biruungu terpisah dengan baik jika dibandingkan
dengan plot skor kombinasi LED lainnya
(Lampiran 6). Selain itu pemilihan kombinasi
ketiga jenis lampu LED tersebut dikarenakan
memiliki PC 1 tertinggi jika dibandingkan
kombinasi jenis lampu LED lainnya (Tabel 2).
PC 1 merupakan plot yang mengindikasikan
variasi maksimum dari sumber data. Oleh
karena itu semakin tinggi nilai PC1 maka
semakin baik variasi sumber datanya.
Analisis
PLSDA
diawali
dengan
pemilihan variabel X dan variabel Y. Variabel
X merupakan perdiktor yang berisi data asli
hasil pengukuran menggunakan fotometer
jinjing. Variabel Y merupakan respon tiap
umur dari daun jati belanda. Respon berisi
nilai 1 untuk salah satu umur dan berisi nilai 0
untuk umur yang lain. Peubah X dan Y
selanjutnya didekomposisi menjadi dua
matriks, yaitu matriks score dan loading. Inti
dari dari PLSDA adalah menghitung score
dari matriks X dan Y yang selanjutnya
digunakan untuk membuat model regresi
diantara nilai-nilai tersebut (Gutierrez et al
2011). Selanjutnya dengan meregresikan
komponen utama antara kedua matriks dibuat
model kalibrasi daun jati belanda umur 1, 2,
dan 3 bulan
Kesahihan model yang terbentuk diuji
dengan validasi silang. Teknik validasi silang
bermanfaat untuk menentukan jumlah
komponen yang optimal dari jumlah contoh
yang sedikit, selain itu juga mampu
melakukan tes secara independen (Stchur et
al. 2002). Kebaikan analisis menggunakan
PLSDA dapat dilihat dari nilai R2, root mean
square error of calibration (RMSEC) dan
root mean square error of prediction
(RMSEP). Suatu model PLS dikategorikan
sebagai model yang dapat dipercaya bila nilai
parameter yang dihasilkan, di antaranya
berupa nilai korelasi dan nilai galat, serupa
untuk setiap tahapan pembuatan model.
Korelasinya (R2) harus bernilai tinggi
sedangkan galatnya bernilai rendah (Baranska
et al. 2005).
8
Tabel 3 Kriteria kebaikan
lampu)
umur
Kalibrasi
(bln)
R2
RMSEC
1
0.9674 0.0875
2
0.8781 0.1659
3
0.9430 0.1071
model PLSDA (7
Prediksi
R2
RMSEP
0.9565 0.1015
0.8430 0.1893
0.9278 0.1211
Nilai R2 dari model PLSDA diatas berada
pada kisaran 0.8781 sampai 0.9674. Meskipun
nilai R2 yang didapatkan masih tergolong baik
tetapi jika dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya dengan fotometer jinjing yang
sama, model ini menghasilkan nilai R2 yang
lebih kecil. Model PLSDA rimpang
temulawak didapatkan rerata R2 sebesar
0.9934 (Fathniyah 2011) dan model PLSDA
sambiloto didapatkan rerata R2 sebesar 0.9967
(Permana 2011). Hal ini mengindikasikan
terdapat galat pemodelan sampel daun jati
belanda pada penelitian ini. Salah satu faktor
yang paling berpengaruh adalah penggunaan
jenis detektor yang berbeda pada alat
fotometer jinjing. Pada penelitian sebelumnya
digunakan LDR (light dependent resistors),
sedangkan pada penelitian ini digunakan PDA
(photodiode array). Karena perbedaan
spesifikasi detektor ini maka terdapat
perbedaan respon terhadap pengukuran
sampel yang berpengaruh terhadap kebaikan
model yang dibuat.
Nilai R2 pada model ini masih tergolong
baik karena masih mendekati nilai 1 yang
berarti konsentrasi nyata dan dugaan memiliki
nilai yang dekat serta memiliki galat yang
kecil. Nilai galat kalibrasi (RMSEC) dan galat
prediksi (RMSEP) untuk semua umur
didapatkan mendekati 0. Model yang dibuat
dapat dikatakan baik dan dipercaya karena
suatu model dapat dikategorikan baik dan
dipercaya jika nilai R2nya mendekati 1 dan
nilai dari galat bernilai sangat kecil atau
mendekati 0 (Brereton 2003).
Model PLSDA tersebut kemudian
digunakan untuk memprediksi sampel daun
jati belanda yang diprediksi berumur 1 bulan.
Sampel diambil dari kebun Biofarmaka
Darmaga Bogor. Karena sampel yang akan
diprediksi berumur 1 bulan, maka diambil
daun jati belanda yang muda dan memiliki
ciri-ciri fisik seperti sampel daun jati belanda
berumur 1 bulan yang dipakai untuk analisis
PCA sebelumnya. Proses preparasi sampel
dilakukan sama seperti preparasi sampel daun
jati belanda untuk analisis PCA. Sampel
diukur menggunakan alat fotometer jinjing.
Selanjutnya, hasil pengukuran dimasukkan
pada model PLSDA yang telah dibuat
menggunakan
perangkat
Unscremble 9.7.
lunak
The
Tabel 4 Data prediksi sampel dengan PLSDA
jati belanda umur 1, 2, dan 3 bulan (7
lampu)
Nilai
Nilai
Model
Ulangan
Prediksi
Referensi
PLSDA
1
1.379
1
2
1.379
1
3
1.398
1
1 bulan
4
1.543
1
5
1.572
1
6
1.475
1
1
0.483
0
2
0.483
0
3
0.483
0
2 bulan
4
0.481
0
5
0.481
0
6
0.486
0
1
-0.333
0
2
-0.333
0
3
-0.270
0
3 bulan
4
-0.248
0
5
-0.126
0
6
-0.172
0
Tabel 4 memberikan informasi nilai
prediksi untuk sampel yang diprediksi
berumur 1 bulan saat diregresikan dengan
model PLSDA yang telah diperoleh
sebelumnya. Hasil regresi menunjukkan
sampel daun jati belanda yang diprediksi
berumur 1 bulan diklasifikasikan sebagai daun
jati belanda berumur 1 bulan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai prediksi sampel yang
mendekati nilai referensi. Kemiripan nilai
prediksi dan nilai referensi ini menunjukkan
bahwa umur sampel prediksi sama dengan
model yang digunakan. Nilai referensi adalah
nilai yang digunakan sebagai respon untuk
membangun model.
Analisis PCA sebelumnya dilakukan
pengurangan jumlah lampu LED yang
digunakan dari tujuh lampu menjadi tiga
lampu. Kombinasi lampu LED hijau, biruungu, ungu menghasilkan plot skor yang
memiliki kemiripan dengan plot skor PCA
yang dibuat mengggunakan tujuh jenis lampu
LED. Ketiga jenis LED ini memberikan
sumbangan panjang gelombang yang berperan
pada pengelompokan daun jati belanda
berdasarkan umur. Oleh karena itu dilakukan
juga pemodelan PLSDA daun jati belanda
dengan tiga lampu LED.
9
Tabel 5 Kriteria kebaikan
lampu)
umur
Kalibrasi
(bln)
R2
RMSEC
1
0.8707 0.1713
2
0.8397 0.1926
3
0.8528 0.1846
model PLSDA (3
R2
0.8616
0.8330
0.8422
Prediksi
RMSEP
0.1804
0.2027
0.1958
Tabel diatas menunjukkan kebaikan
pemodelan PLSDA pada daun jati belanda
dengan tiga jenis lampu LED yaitu LED hijau,
LED biru-ungu, dan LED ungu. Hasil
pemodelan didapatkan nilai R2 yang berkisar
0,8330 sampai 0,8707. Nilai R2 ini lebih kecil
daripada nilai R2 pada pemodelan daun jati
belanda menggunakan variabel keseluruhan
lampu LED (7 lampu). Begitu juga nilai
RMSEC dan RMSEP yang dihasilkan ratarata lebih besar daripada nilai RMSEC dan
RMSEP pada pemodelan PLSDA dengan
tujuh lampu. Artinya untuk pemodelan sampel
daun jati belanda berbeda umur, kombinasi
tujuh lampu masih lebih baik jika
dibandingkan dengan kombinasi tiga lampu
jika dilihat dari indikator kebaikan pemodelan
PLSDA (nilai R2, RMSEC, RMSEP) yang
didapatkan. Kemampuan prediksi model tujuh
lampu lebih baik daripada model PLSDA
dengan tiga lampu.
Tabel 6 Data prediksi sampel dengan PLSDA
jati belanda umur 1, 2, dan 3 bulan (3
lampu)
Model
Nilai
Nilai
Ulangan
PLSDA
Prediksi
Referensi
1
0.835
1
2
0.835
1
3
0.802
1
1 bulan
4
0.847
1
5
0.929
1
6
0.847
1
1
0.240
0
2
0.240
0
3
0.243
0
2 bulan
4
0.239
0
5
0.231
0
6
0.239
0
1
-0.486
0
2
-0.486
0
3
-0.304
0
3 bulan
4
-0.474
0
5
-0.421
0
6
-0.474
0
Jika dilakukan analisis prediksi umur daun
jati
belanda
pada
model
PLSDA
menggunakan tiga lampu LED ini maka
didapatkan hasil yang cukup baik. Seperti
hasil prediksi menggunakan tujuh lampu
LED, penggunaan tiga lampu masih
menghasilkan nilai prediksi sampel daun jai
belanda mendekati nilai referensi. Nilai
prediksi yang mendekati nilai referensi
menunjukkan bahwa umur sampel prediksi
sama dengan model yang digunakan. Oleh
karena itu pada model PLSDA ini dapat
memprediksikan sampel daun jati belanda
berumur 1 bulan sebagai daun jati belanda
berumur 1 bulan.
Penggunaan tiga sumber lampu LED
(hijau, biru, biru-ungu) pada alat fotometer
jinjing tentunya lebih efesien daripada
penggunaan keseluruhan lampu LED (7
lampu). Hasil analisis PCA menggunakan tiga
lampu menghasilkan pola pemisahan yang
mirip pada analisis PCA dengan keseluruhan
lampu. Pola plot skor yang dihasilkan juga
terpisah dengan jelas sampel daun jati belanda
berdasarkan umurnya. Selain itu pemodelan
PLSDA
menggunakan
tiga
lampu
menghasilkan nilai prediksi yang mendekati
nilai referensi dan mampu mengenali sampel
daun jati belanda berumur satu bulan sebagai
daun jati belanda berumur satu bulan.
Meskipun model PLSDA dengan tujuh lampu
lebih baik daripada model PLSDA dengan
tiga lampu berdasarkan indikator kebaikan
model yang didapatkan (R2, RMSEC,
RMSEP), tetapi model ini masih cukup
sensitif untuk mengklasifikasikan dan
memprediksi umur daun jati belanda yang
diujikan. Oleh karena itu penggunakan tiga
sumber sinar (LED hijau, LED biru, LED
biru-ungu) pada aplikasi fotometer jinjing
untuk kendali mutu umur daun jati belanda
lebih
dipilih
daripada
penggunaan
keseluruhan lampu sebagai sumber sinarnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fotometer
jinjing
yang
sedang
dikembangkan sudah dapat membedakan daun
jati belanda berumur 1 bulan, 2 bulan, dan 3
bulan dengan bantuan aplikasi kemometrik
(PCA dan PLSDA). Analsis PCA pada daun
jati belanda menghasilkan nilai PC1 86% dan
PC2 8%. Kombinasi tiga lampu LED yang
memberikan kesamaan pola pada plot skor
PCA tujuh lampu LED adalah LED hijau,
LED biru, dan LED biru-ungu. Analisis
PLSDA
dengan
tujuh
lampu
LED
menghasilkan tiga model yaitu
model
PLSDA daun jati belanda umur 1 bulan
(R2 = 0.9674), 2 bulan (R2 = 0.8781), dan 3
bulan (R2 = 0.9430). Model tersebut telah
berhasil memprediksi sampel daun jati
belanda berumur 1 bulan. Kemampuan
prediksi model tujuh lampu lebih baik
daripada model PLSDA dengan tiga lampu
jika dilihat dari indikator kebaikan pemodelan
PLSDA (nilai R2, RMSEC, RMSEP). Model
PLSDA daun jati belanda dengan tiga sumber
lampu (LED hijau, LED biru, LED biru-ungu)
masih
cukup
sensitif
untuk
mengklasifikasikan dan memprediksi sampel
yang diujikan.
Saran
Perlu dilakukan validasi hasil pengukuran
fotometer jinjing dengan instrument lain yang
umum digunakan untuk mengetahui umur
daun jati belanda berdasarkan kandungan
senyawa aktifnya dan perlu dilakukan
penyeragaman ukuran partikel (mesh) serbuk
daun jati belanda sehingga penyinaran dapat
dilakukan dengan baik lagi. Perlu dilakukan
standardisasi lampu LED dan detektor yang
digunakan sehingga fotometer jinjing dapat
digunakan pada penelitian selanjtnya tanpa
mengurangi optimasi alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anuradha VE. Jaleel CA, Salem MA,
Gomathinayagam M, Panneerselvam R.
2010. Plant growth regulators induced
changes in antioxidant potential and
andrographolide content in Andrographis
paniculata Wall.ex Nees. Pesticide
Biochemistry and Physiology 98:312-316.
Baranska W et al. 2005. Quality control of
Harpagophytum procumbens and its
related phytopharmaceutical products by
means of NIR-FT-Raman spectroscopy.
Biopolymers 77:1-8.
Brereton RG. 2003. Introducing to
multivariate calibration in analytical
chemistry. Analyst 126:2125-2154.
Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC.
2002. Estimation of total flavonoid content
in propolis by two complementary
colorimetric methods. J Food Drug Anal
10:178-182.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak
tumbuhan
Obat.
Jakarta:
Departemen Kesehatan
Fathniyah VEF. 2011. Pengembangan
Fotometer Jinjing untuk Kendali Mutu
Rimpang
Temulawak
(Curcuma
xanthorriza) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Febrandy D. 2006. Karakterisasi Sifat-Sifat
Tanah dan Lahan untuk Kesesuaian Lahan
Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk.)
[skripsi].
Bogor:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Gogtay NJ, Bhatt HA, Dalvi SS, Kshirsagar
NA. 2002. The use and safety of nonallopathic Indian medicine. Drug Saf
25:1005-1019.
Gutierrez L, Coello J, Maspoch S. 2011.
Application of near infrared spectral
fingerprinting and pattern recognition
techniques for fast identification of
Eleutherococcus
senticosus.
Food
Research International 44:557-565.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia:
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K dan Soediro I,
penerjemah; Bandung: Penerbit ITB.
Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Liang YZ, Xie P, Chan K. 2004. Quality
control
of
herbal
medicines.
J
Chromatography 812:53-70.
Mao J, Xu J. 2006. Discrimination of herbal
medicines by molecular spectroscopy and
chemical pattern recognition. Spectrochim
Acta A 65:497-500.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Padmawinata K, penerjemah;
Niksolihin S, editor. Bandung: Penerbit
ITB. Terjemahan dari: Techniques of
flavonoid Identification.
Permana D. 2011. Kendali Mutu Sambiloto
(Andrographis paniculata) Menggunakan
Fotometer Jinjing dan Metode Pengenalan
Pola
[skripsi].
Bogor:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
11
Rachmadani. 2001. Ekstrak Air Daun
Jatibelanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
Berpotensi Menurunkan Kadar Lipid
Darah pada Tikus Putih Strain Wistra
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Rahardjo M. 2000. Echinacea Tanaman Obat
Introduksi Potensial. Warta Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Industri
6(2):1-3.
Sari L. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional
Dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian
3:01-07.
Seigler et al. 2005. Cyanogenic glycosides
and menisdaurin from Guazuma ulmifolia,
Ostrya virginiana, Tiquilia plicata, and
Tiquilia
canescens.
Phytochemistry
66:1567-1580.
Setiawan S. 2008. Identifikasi Golongan
Flavonoid Daun Jati Belanda Berpotensi
Antioksidan [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Siburian F. 2011. Kinerja Fotometer Sebagai
Alat Ukur Warna Kulit Manusia Secara In
Vitro dan In Vivo [skirpsi]. Bogor:
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor
Singh SK, Jha SK, Chaudhary, Yadava RDS,
Rai SB. 2010. Quality control of herbal
medicines
by
using
spectroscopic
techniques and multivariate statistical
analysis. Pharmaceut Biol 48:134-141.
Stchur P, Cleveland D, Zhou J, Michel RG.
2002. A review of recent applications of
near infrared spectroscopy, and the
characteristics of a novel PbS CCD arraybased near infrared spectrometer. Appl
Spect Rev 37:383-428.
Sulaksana, Jaka, Dadang, Jayusman. 2005.
Kemuning dan Jati Belanda. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Zain H, Tedjo A, Kusmardi. 2007.
Karakterisasi sifat autofluoresensi jaringan
adenokarsinoma menggunakan metode
analisis multieksitasi. Makara Kesehatan
11:69-75.
Zongo et al. 2010. Polyphenol content,
antioxidant and antimicrobial activities of
Ampelocissus grantii (baker) planch.
(vitaceae): a medicinal plant from Burkina
faso.
International
Journal
of
Pharmacology 6(6):880-887.
Zou HB, Yang GS, Qin ZR. 2005. Progress in
quality control of herbal medicine with IR
fingerprinting spectra. Anal Lett 38:14571475.
LAMPIRAN
13
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
serbuk daun jati belanda
pelet jati belanda
Ekstrak daun jati belanda
Pengukuran dengan
fotometer jinjing
Uji flavonoid metode
Depkes 2000
Beda tegangan
Kadar flavonoid
Analisis PCA & PLSDA
prediksi umur sampel
14
Lampiran 2 Fotometer yang sedang dikembangkan (skematis)
sumber cahaya & reseptor
1.
adjusment
2.
intesity
15
Lampiran 3 Penetapan kadar flavonoid total ekstrak daun jati belanda
Data absorbans kurva standar kuersetin
Standar
1
2
3
4
5
[ppm]
5
10
15
20
25
Absorbans
2
Absorbans
0.445
0.785
1.081
1.470
1.886
y = 0.0713x + 0.0633
R² = 0.9958
1.5
1
0.5
0
0
10
konsentrasi (ppm)
30
20
Data konsentrasi flavonoid total dalam simplisia daun jati belanda
Sampel Ulangan
1
1
2
3
1
2
2
3
1
3
2
3
Bobot
0.3360
0.3299
0.3379
0.3235
0.3190
0.3368
0.4014
0.4099
0.4070
Absorbans
0.475
0.392
0.375
0.502
0.790
0.611
1.126
1.156
1.554
[ppm]
5.7742
4.6101
4.3717
6.1529
10.1922
7.6816
14.9046
15.3254
20.9074
% b/b
1.07
0.87
0.81
1.19
2.00
1.43
2.32
2.34
3.21
Rerata
0.92
1.54
2.62
Contoh perhitungan sampel 1 ulangan 1:
y
y
0.475
x
%b/b
= bx + a
= 0.0713x + 0.0633
= 0.0713x + 0.0633
= 5.774194 ppm
=[flavonoid](mg/L)×
×100ml ×
×
×
=5.774194 (mg/L) ×
×100ml ×
×
×
= 1.074069 %
×100%
× 100%
16
Lampiran 4 Uji statistika ANOVA dan Duncan terhadap kadar flavonoid daun
jati belanda
Kadar flavonoid
Between groups
Within Groups
Total
ANOVA
Sum of Squares df
4.465
2
0.902
6
5.367
8
Mean Square
F
2.232
14.847
0.150
Sig.
0.005
H0 : umur daun jati belanda tidak berpengaruh terhadap kadar flavonoid
H1 : umur daun jati belanda berpengaruh terhadap kadar flavonoid
Karena p-value kurang dari α=5% maka tolak H0, artinya umur daun jati belanda
berpengaruh terhadap kadar flavonoid
Sampel
N
Umur 1 bulan
Umur 2 bulan
Umur 3 bulan
Sig.
3
3
3
Subset for α = 0.05
a
0.9187
1.5370
0.099
b
2.6227
1.000
17
Lampiran 5 Data hasil pengukuran dengan fotometer jinjing
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.4.1
1.4.2
1.4.3
1.5.1
1.5.2
1.5.3
1.6.1
1.6.2
1.6.3
1.7.1
1.7.2
1.7.3
1.8.1
1.8.2
1.8.3
1.9.1
1.9.2
1.9.3
1.10.1
1.10.2
1.10.3
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.4.1
2.4.2
UV
1865
1864
1865
1864
1865
1864
1863
1864
1863
1864
1864
1864
1863
1863
1864
1862
1863
1862
1864
1863
1864
1863
1863
1863
1863
1864
1864
1863
1863
1863
1864
1864
1864
1864
1863
1864
1863
1863
1862
1863
1863
B-U
1915
1916
1916
1913
1912
1913
1912
1914
1912
1914
1913
1912
1912
1914
1915
1911
1911
1910
1914
1915
1913
1913
1913
1914
1914
1915
1914
1916
1915
1914
1909
1907
1910
1908
1910
1907
1906
1907
1906
1909
1906
P
1877
1876
1877
1876
1877
1876
1876
1875
1876
1876
1877
1876
1876
1875
1877
1874
1874
1873
1876
1876
1876
1876
1876
1876
1875
1876
1876
1876
1876
1875
1873
1873
1873
1872
1872
1872
1871
1870
1871
1872
1870
B
1881
1880
1881
1878
1879
1879
1879
1879
1878
1878
1878
1879
1879
1879
1878
1880
1877
1877
1878
1879
1879
1880
1879
1879
1878
1879
1879
1879
1879
1879
1877
1878
1877
1876
1876
1875
1875
1875
1875
1876
1876
H
1863
1863
1861
1860
1860
1860
1860
1859
1860
1859
1860
1860
1861
1860
1861
1859
1859
1859
1860
1860
1860
1861
1861
1860
1861
1861
1860
1860
1860
1860
1860
1859
1859
1859
1859
1858
1859
1858
1859
1859
1859
K-M
1894
1894
1893
1892
1892
1892
1892
1892
1891
1892
1892
1893
1892
1893
1893
1889
1889
1889
1892
1892
1890
1891
1892
1890
1892
1890
1889
1892
1890
1890
1888
1888
1887
1888
1889
1883
1887
1883
1880
1886
1884
IR
1943
1943
1943
1941
1940
1941
1941
1941
1940
1943
1944
1942
1941
1941
1942
1942
1942
1942
1941
1941
1941
1943
1941
1943
1943
1942
1943
1941
1942
1941
1938
1937
1937
1940
1940
1940
1937
1936
1936
1939
1939
18
Lanjutan
2.4.3
2.5.1
2.5.2
2.5.3
2.6.1
2.6.2
2.6.3
2.7.1
2.7.2
2.7.3
2.8.1
2.8.2
2.8.3
2.9.1
2.9.2
2.9.3
2.10.1
2.10.2
2.10.3
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.3.1
3.3.2
3.3.3
3.4.1
3.4.2
3.4.3
3.5.1
3.5.2
3.5.3
3.6.1
3.6.2
3.6.3
3.7.1
3.7.2
3.7.3
3.8.1
UV
1864
1863
1864
1864
1863
1862
1863
1863
1863
1863
1863
1863
1862
1863
1864
1863
1863
1863
1863
1861
1862
1862
1861
1861
1861
1861
1861
1862
1861
1861
1861
1861
1861
1861
1861
1861
1861
1861
1861
1862
1862
B-U
1908
1909
1909
1909
1907
1908
1907
1908
1907
1907
1906
1906
1907
1905
1907
1907
1907
1907
1907
1907
1906
1905
1905
1907
1905
1904
1903
1903
1904
1905
1904
1905
1905
1905
1905
1906
1906
1905
1906
1906
1909
P
1871
1871
1871
1871
1873
1873
1873
1875
1874
1874
1874
1873
1873
1872
1873
1873
1873
1873
1873
1871
1871
1871
1872
1871
1869
1872
1869
1868
1870
1870
1870
1871
1871
1871
1872
1871
1871
1872
1872
1872
1872
B
1876
1876
1877
1876
1877
1878
1877
1877
1876
1876
1878
1878
1877
1877
1876
1877
1878
1877
1878
1874
1875
1875
1875
1874
1874
1873
1873
1873
1873
1874
1874
1875
1875
1875
1874
1875
1876
1875
1875
1875
1875
H
1858
1859
1859
1859
1859
1859
1859
1860
1860
1859
1859
1859
1859
1858
1859
1858
1858
1859
1859
1857
1857
1856
1857
1857
1856
1856
1856
1856
1857
1857
1857
1857
1857
1857
1857
1857
1857
1858
1857
1857
1858
K-M
1885
1888
1886
1888
1888
1887
1887
1890
1889
1887
1886
1887
1887
1887
1885
1885
1886
1885
1885
1883
1886
1883
1888
1884
1883
1881
1885
1884
1886
1885
1883
1885
1884
1885
1882
1885
1883
1882
1885
1883
1885
IR
1940
1939
1939
1940
1943
1941
1942
1941
1941
1942
1941
1942
1943
1940
1940
1939
1938
1938
1937
1935
1937
1937
1935
1935
1928
1926
1928
1934
1929
1928
1928
1931
1931
1930
1930
1932
1933
1933
1933
1933
1934
19
Lanjutan
3.8.2
3.8.3
3.9.1
3.9.2
3.9.3
3.10.1
3.10.2
3.10.3
UV
1861
1861
1861
1861
1861
1861
1861
1861
B-U
1906
1906
1906
1906
1906
1905
1906
1905
Keterangan:
Angka pertama= umur sampel
Angka kedua = no pohon
Angka ketiga = ulangan
P
1871
1871
1871
1872
1871
1872
1871
1871
B
1876
1875
1874
1874
1873
1875
1875
1875
H
1858
1857
1857
1858
1857
1858
1857
1857
K-M
1881
1883
1883
1884
1885
1883
1881
1882
IR
1933
1933
1932
1933
1933
1931
1932
1933
20
Lampiran 6 Hasil PCA kombinasi 3 lampu LED
Plot skor lampu LED UV-P-KM (UV, putih, kuning-merah)
Plot skor lampu LED UV-P-BU (UV, putih, biru-ungu)
Plot skor lampu LED UV-B-KM (UV, biru, kuning-merah)
21
Lanjutan
Plot skor lampu LED UV-B-KM (UV, biru, biru-ungu)
Plot skor lampu LED H-P-KM (hijau, putih, kuning-merah)
Plot skor lampu LED H-P-BU (hijau, putih, biru-ungu)
22
Lanjutan
Plot skor lampu LED H-B-KM (hijau, biru, kuning-merah)
Plot skor lampu LED H-B-BU (hijau, biru, biru-ungu)
Plot skor hasil outlier lampu LED H-B-BU (hijau, biru, biru-ungu)
23
Lampiran 7 Prediction vs reference PLSDA umur 1 bulan (a), 2 bulan (b), dan 3
bulan (c) (7 lampu)
(a)
(b)
(c)
24
Lampiran 8 Prediction vs reference PLSDA umur 1 bulan (a), 2 bulan (b), dan 3
bulan (c) (3 lampu)
(a)
(b)
(c)
Download