I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lamun adalah tumbuhan air berbunga yang hidup dan tumbuh di perairan dangkal, berpembuluh, berimpang (rhizoma), berakar, dan berkembang biak secara generatif dan vegetatif. Keragaman spesies lamun di seluruh dunia tergolong rendah, yakni kurang dari 60 spesies. Keragaman spesies lamun tertinggi berada di wilayah Indo-Pasifik sebanyak 14 spesies dan 13 spesies di antaranya ditemukan di Indonesia (Short et al., 2007; Dahuri et al., 2008). Hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area pesisir atau laut dangkal disebut padang lamun. Padang lamun dapat tersusun atas satu jenis lamun (monospecific) atau lebih (mixed vegetation) dengan kerapatan tanaman yang padat ataupun jarang (Azkab, 2006). Lamun memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir. Lamun mampu memerangkap sedimen, menstabilkan substrat dasar, memperlambat arus, dan menjernihkan air (Hutomo dan Azkab, 1987). Lamun memfiksasi sejumlah karbon organik yang sebagian besar memasuki rantai makanan, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui dekomposisi sebagai serasah. Lamun juga menyediakan tempat berlindung bagi organisme berukuran kecil dari predator besar (Adrim, 2006). Selain itu, lamun berguna sebagai daerah pemijahan, daerah asuhan, tempat mencari makan, dan daerah pembesaran bagi berbagai jenis organisme (Saenger et al., 2013). Oleh karena itu, perlindungan lamun merupakan hal yang penting untuk menjaga keberlangsungan berbagai jenis organisme yang berasosiasi dengannya. Penelitian mengenai lamun di Indonesia telah banyak dilakukan. Takaendengan dan Azkab (2010) menemukan komposisi jenis lamun di Pulau Talise, Sulawesi Utara terdiri atas 4-7 jenis dengan padang lamun tipe campuran dan didominasi oleh Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii. Selanjutnya Wicaksono et al. (2012) menemukan komposisi jenis lamun di perairan Karimunjawa terdiri atas 8 jenis dan didominasi oleh Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Poedjirahajoe et al. (2013) di kawasan pesisir Kabupaten Sumbawa Barat yang menemukan 9 spesies lamun dengan persentase tutupan lamun antara 23,3% hingga 69,2%. 1 Jenis penelitian lain yang berkaitan dengan lamun yakni komunitas ikan yang berada di padang lamun. Hasil penelitian Manik (2011) menunjukkan kondisi komunitas ikan di padang lamun Kecamatan Wori, Sulawesi Utara yaitu sedang dengan kelimpahan ikan relatif rendah. Triandiza (2013) menyatakan kondisi komunitas ikan padang lamun di Pulau Kei Besar, Maluku Tenggara yaitu moderat dan didominasi oleh ikan famili Gerreidae. Sebagian besar penelitian lamun di Indonesia masih difokuskan pada struktur komunitas lamun atau struktur komunitas ikan. Sedangkan penelitian yang mengkaji tentang hubungan keduanya masih sedikit dilakukan, padahal lamun memiliki peran penting bagi kehidupan ikan. Beberapa penelitian terdahulu mengenai asosiasi lamun dengan ikan disajikan sebagai berikut. Arifin dan Jompa (2005) menyatakan bahwa potensi lamun sebagai daerah asuhan di perairan Pulau Tanakeke, Sulawesi Selatan dikategorikan tinggi yang ditunjukkan oleh banyaknya juvenil biota laut. Adi (2007) menemukan peningkatan kerapatan lamun disertai dengan peningkatan jumlah spesies larva dan juvenil ikan. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Rahmawati et al. (2012) yang menyatakan kerapatan lamun memiliki korelasi positif terhadap kelimpahan ikan atau bisa dikatakan rata-rata kelimpahan ikan lebih besar pada stasiun bervegetasi dibandingkan stasiun yang tidak bervegetasi. Padang lamun di Indonesia tersebar di beberapa wilayah. Salah satu wilayah yang memiliki padang lamun yaitu perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Penelitian lamun di lokasi tersebut pernah dilakukan oleh Mulia (2011). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis lamun yang ditemukan yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Jenis biota yang berasosiasi yaitu spong, bulu babi, teripang, kerang, keong, ikan kapas, umangumang, ular pasir, bintang laut, bintang bantal, bintang mengular, dolar laut, ikan badut, ubur-ubur, kepiting, udang, kade-kade, sabuk raja, ikan sebelah, dan kima sisik. Penelitian tersebut hanya menginventarisasi jenis lamun dan biota yang berasosiasi di dalamnya tanpa menjelaskan kaitan yang terjadi di antaranya. Oleh sebab itu penelitian ini berusaha menyajikan informasi tentang struktur komunitas lamun dan asosiasi dengan ikan yang hidup di dalamnya. Data tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dasar dalam upaya pengelolaan ekosistem lamun dan ikan, serta sebagai data 2 penunjang dalam penentuan kebijakan menyeluruh sumber daya perikanan di perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur komunitas lamun dan peran padang lamun bagi ikan yang berada di perairan Pulau Panggang. 3. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi terbaru dan melengkapi data tentang komunitas lamun dan ikan di perairan Pulau Panggang. Informasi ini dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan lamun dan ikan di perairan Kepulauan Seribu, khususnya di Pulau Panggang. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 3