Bab 1 Pendahuluan

advertisement
Bab 1
Pendahuluan
Tea Party Movement adalah pergerakan politik konservatif yang populer dewasa ini di
Amerika Serikat. Gerakan Tea Party muncul pada tahun 2009 melalui rangkaian protes lokal
maupun nasional di Amerika Serikat. Sebagian protes yang dikeluarkan Tea Party adalah
untuk merespon beberapa undang-undang federal seperti Undang-Undang Stabilitas Ekonomi
Darurat 2008, Undang-Undang Pemulihan dan Reinvestasi Amerika 2009, serta rangkaian
rancangan undang-undang pelayanan kesehatan. Salah satu protes yang menjadi cikal bakal
Tea Party dilancarkan pada tanggal 10 Februari 2009 oleh FreedomWorks, sebuah organisasi
yang dipimpin tokoh Republik berpengaruh yang juga mantan Ketua Kongres (House
Majority Leader) Dick Armey.1 Protes ini murni ditujukan untuk massa akar rumput, agar
mereka memprotes Presiden Barack Obama dalam hal Undang-Undang Stabilitas Ekonomi
Darurat 2008. Tea Party melibatkan tokoh-tokoh seperti Glenn Beck dan Sarah Palin, dengan
posisi awal sebagai sayap kanan atau golongan konservatif Partai Republik. Meski demikian,
anggota Tea Party tidak hanya berasal dari Partai Republik. Jajak pendapat tahun 2010
menyatakan bahwa 54% anggota menyebut diri mereka Republikan, 6% Demokrat, dan
sisanya independen.2 Sebagai suatu gerakan yang awalnya berasal dari kaum Republikan,
fenomena bergabungnya beberapa orang Demokrat sebagai anggota adalah sesuatu yang
menarik. Domain gerakan Tea Party berada pada level akar rumput, menyebar melalui email, berbagai jejaring sosial, dan media.
Nama Tea Party merujuk pada Boston Tea Party, sebuah insiden pada tahun 1773
ketika koloni-koloni cikal bakal Amerika Serikat memilih untuk merusak teh Inggris daripada
membayar pajak yang mereka anggap melanggar hak ”tiada pajak tanpa perwakilan.” Tea
Party bukan sebuah partai, melainkan suatu gerakan berdasar ketidakpuasan atas kebijakan
ekonomi pemerintahan George W. Bush dan Barack Obama, yang melepas dana talangan
dengan membebankan pajak yang harus dibayar rakyat.3 Gerakan ini memobilisasi dan
menggalang pengikut untuk melancarkan protes di setiap negara bagian di Amerika Serikat.
1
B. Altemeyer, Comment on the Tea Party Movement (daring), 20 April 2010,
<http://home.cc.umanitoba.ca/~altemey/drbob/Comment%20on%20the%20Tea%20Party.pdf >, diakses pada 19
September 2011.
2
‘The Tea Party Movement : What They Think’, CBS News Poll/The New York Times (daring), 2010,
<http://www.cbsnews.com/htdocs/pdf/poll_tea_party_041410.pdf>, diakses 20 November 2011.
3
Tea Party (daring), <http://www.teaparty.org>, diakses pada 18 September 2011.
1
Beberapa tokoh Tea Party, misal Michelle Bachmann (anggota House of Representative dari
Minnesota) secara langsung juga menganjurkan bahwa sebagai warga negara, setiap rakyat
Amerika seharusnya berhak untuk menolak membayar pajak berkaitan dengan undangundang kesehatan yang baru karena prosedur parlemen yang meloloskan undang-undang
secara asumtif dianggap tidak sah.4 Oleh karena itu, menurut gerakan ini, undang-undang
tersebut tidak wajib dipatuhi. Rakyat Amerika memiliki hak untuk tidak membayar pajak,
tidak membayar pihak yang tidak mereka percayai (dalam hal ini pemerintah), dan tidak
membayar program pemerintah yang tidak mereka setujui karena merugikan rakyat.5
1. Latar belakang isu
Kemunculan Tea Party menjadi suatu fenomena yang unik dalam politik di Amerika
Serikat, di saat masyarakat mulai jenuh dengan sistem dua-partai dan elit yang berjarak dari
masyarakat, serta menginginkan pemerintah Amerika dikembalikan ke gagasan awal
konstitusi, yaitu memihak kepentingan “The People” atau warga Amerika.
Gerakan Tea Party muncul karena beberapa alasan. Tea Party bukan sekedar gerakan
protes anti-pajak biasa. Rata-rata warga Amerika memahami bahwa pajak sangat penting bagi
fungsi fundamental pemerintahan.6 Walaupun mereka punya loyalitas dan kebanggaan besar
pada negara, rakyat Amerika disebut-sebut sebagai benci membayar pajak untuk mendukung
pemerintah,7 Mereka kritis menggarisbawahi fungsi-fungsi pajak tersebut, apakah untuk
menalangi perusahaan yang tidak bertanggungjawab, kesalahan kebijakan pemerintah, atau
kesalahan perorangan.8 Tea Party muncul dari kesadaran sekelompok warga Amerika untuk
tidak lagi menjadi bagian mayoritas yang tidak bersuara (silent majority) dan menyuarakan
pendapat mereka dalam politik.9 Hal ini merupakan suatu langkah besar, mengingat
mayoritas warga Amerika tidak terlalu suka terlibat langsung dalam politik, yang dibuktikan
dengan tingkat partisipasi pemilu yang makin rendah. Misalnya, pada pemilu 2004, warga
negara AS yang memberikan suara berjumlah 125 juta orang atau 63,8% dari yang memiliki
hak pilih. Di tahun 2008, mereka yang memberikan suara dalam pemilihan presiden
4
E. Kleefeld, Bachman: We’re Not Going to Obey Health Care Law – We Don’t Have To (daring),
<http://tpmdc.talkingpointsmemo.com/2010/03/bachmann-were-not-going -to-obey-health-care-law----we-donthave-to-video-php>, diakses pada 19 September 2011.
5
R. Lavoie, Patriotism and Taxation: The Tax Compliance Implications of the Tea Party Movement,
University of Akron School of Law, Akron, 2011, p. 34.
6
J.M. O’Hara, A New American Tea Party, John Wiley & Sons, Hoboken, 2010, p. XXV.
7
Lavoie, p. 1.
8
O’Hara, p. xxv.
9
O’Hara, p. xxi.
2
berjumlah 131 juta orang, sekitar 63,6% dari total warga negara yang memiliki hak pilih.
Pada pemilu 2012, presentasenya makin rendah yaitu hanya 61, 8% dari yang memiliki hak
pilih atau sekitar 132 juta orang.10 Presentase ini lebih rendah dibanding tingkat pemilih di
negara lain, seperti Italia (93%), Jerman (81%), Inggris (75%), dan Kanada (67%).11
Tea Party dikaitkan pula dengan patriotisme dan kecintaan pada negara, di mana ada
aspek historis dari awal pembentukan Amerika Serikat yang berkaitan dengan patriotisme
dan protes pajak.12 Di satu sisi, rakyat tidak ingin disuruh membayar pajak lebih untuk
pemerintah. Namun, di sisi lain pemerintah merasa seharusnya sudah kewajiban rakyat untuk
mematuhi kebijakan pajak, karena dana talangan pun digunakan untuk menyelamatkan
perekonomian negara. Seperti yang dikatakan Wakil Presiden Joe Biden saat Partai Demokrat
mengusulkan kenaikan pajak terhadap penghasilan individu lebih dari $250 ribu setahun: ini
adalah saat untuk menjadi patriotik, waktunya menjadi bagian dari kesepakatan sosial dan
membantu Amerika keluar dari krisis.13
Sebagai pendukung Tea Party, mantan calon wakil presiden dari Partai Republik, Sarah
Palin, berpendapat bahwa kebijakan yang dikeluarkan Partai Demokrat bukanlah cerminan
patriotisme yang sesungguhnya karena kenaikan pajak akan memotong lapangan pekerjaan
dan mencederai usaha kecil.14 Tea Party menyatakan bahwa bergabung pada gerakan mereka
adalah bentuk patriotisme yang sebenarnya karena saat ini Amerika sedang dipimpin oleh
pemerintah yang tidak mengerti arti patriotisme, bahkan mereka pertanyakan identitasnya
sebagai “asli Amerika.” Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya Tea Party mencoba
mengaitkan antara masalah pajak dengan patriotisme di Amerika Serikat untuk meraih
dukungan dan menegaskan posisi mereka terhadap pemerintah.
Selain itu, gerakan protes Tea Party akan selalu diadakan pada tanggal 15 April (Hari
Pajak) setiap tahun di seluruh penjuru Amerika.15 Kekuatan pendorong terjadinya gerakan ini
adalah kepercayaan bahwa Amerika dibebani pajak berlebih (overtaxed) dan Tea Party
adalah tipikal gerakan protes terhadap hal tersebut. Gerakan ini secara eksplisit
menghubungkan antara anti-pajak dengan patriotisme yang mereka anggap di arah yang
10
The Diversifying Electorate-Voting Rates by Race and Hispanic Origin in 2012
(and Other Recent Elections): Population Characteristics, ‘U.S. Census Bureau (daring), May 2013,
<http://www.census.gov/prod/2013pubs/p20-568.pdf>, diakses pada 5 Maret 2014.
11
D.S. Roberts, Why We Don't Vote: Low Voter Turnout in U.S. Presidential Elections, University of
Tennessee, Knoxville, 2009, p. 14.
12
Lavoie, p. 1.
13
M. Falcone, ‘On Tax Policy and Patriotism’, New York Times (daring), 19 September 2008,
<http://query.nytimes.com/gst/fullpage.html?res=9502E4DF153CF93AA2575AC0A96E9C8B63>, diakses
pada 19 September 2011.
14
Falcone, ‘On Tax Policy and Patriotism.’
15
Lavoie, p. 33.
3
benar, sehingga pengikutnya disebut “The Tea Party Patriots.” Selain itu, jajak pendapat juga
menunjukkan bahwa para pendukung Tea Party sebagian besar marah pada reformasi
pelayanan kesehatan, pemerintah yang tidak mencerminkan rakyat, pengeluaran pemerintah,
masalah ekonomi (khususnya pengangguran), ukuran pemerintahan, Kongres, Barack
Obama, defisit anggaran, dan politik partisan.16
2. Fokus kajian
Di balik dugaan isu-isu rasial, agama, dan ideologi yang berada di balik Tea Party serta
kemungkinan terbentuknya ‘partai ketiga’, pro dan kontra mengenai fenomena gerakan ini
terus berkembang dan menjadi babak baru dalam peta politik Amerika Serikat.17 Secara
khusus, skripsi ini akan mengkaji sebab-sebab munculnya Tea Party, potensi
perkembangan, dan implikasi dari gerakan ini terhadap politik di Amerika Serikat. Hal
ini penting mengingat Tea Party adalah kelompok kepentingan yang baru dan menjadi
fenomena Amerika Serikat setelah krisis ekonomi 2008, di samping gerakan serupa lain yang
muncul setelahnya, yaitu Occupy Wall Street.
Kelompok kepentingan sejak lama telah menjadi suatu variabel utama dalam sistem
politik di Amerika Serikat. Pembahasan mengenai kemunculan dan implikasi gerakan Tea
16
‘The Tea Party Movement: What They Think.’
Menurut N.C. Rae dalam The Return of Conservative Populism:The Rise of the Tea Party and Its Impact
on American Politics, (2011, p. 16), pendukung Tea Party kerap dicap rasis dan ekstrim karena beberapa isu
dalam protes mereka adalah berkaitan dengan ras, agama, dan ideologi.
Misalnya, laman kelompok Tea Party di Kansas yang bernama Patriot Freedom Alliance mengumpamakan
Barack Obama sebagai seekor sigung yang berwarna hitam dan putih dan mengeluarkan bau tidak sedap.
Ungkapan ini diprotes Darrell Pope, Presiden Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang-orang Kulit Berwarna
(National Association for the Advancement of Coloured People) karena dinilai rasis. Lihat ‘Racism Row Erupts
Tea Party Calls Barack Obama Skunk’, Daily Mail (daring), 13 Desember 2011,
<http://www.dailymail.co.uk/news/article-2073094/Racism-row-erupts-Tea-Party-calls-Barack-Obamaskunk.html>, diakses pada 2 April 2012.
Dalam ‘Brewing Tea Party Tensions: How The Grassroots Conservative Movement is Flexing Its Muscles’
(p. 11), Reuters melaporkan bahwa spanduk protes Tea Party di beberapa kegiatan demonstrasi, misalnya di
Detroit pada Januari 2010, mencantumkan perumpamaan figur Obama dan kebijakannya sebagai Hitler yang
sosialis.
Dalam isu agama, Tea Party California pernah mengirimkan e-mail provokatif pada koran-koran lokal untuk
menentang pendirian Islamic Centre Temecula Valley pada Juli 2010. Hal tersebut mendapat tentangan dari
Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islam Relation), bahwa Tea Party menyimpang dari
agendanya yaitu protes fiskal dan menghendaki pemerintahan yang fobia pada agama tertentu, dalam hal ini
Islam. Council on American-Islam Relations (CAIR) mendukung National Association for the Advancement of
Coloured People (NAACP) untuk meminta Tea Party menghindari rasisme. Baca ‘California Tea Party to Use
Dogs to Harass Muslims’, Council on American-Islam Relations (daring), 27 July 2010,
<http://ca.cair.com/losangeles/news/california_tea_party_to_use_dogs_to_harass_muslims>.
17
4
Party ini bertujuan untuk melihat bagaimana sebuah kelompok kepentingan terbentuk dan
memberikan pengaruh dalam politik di negara tersebut. Analisis dalam skripsi ini diharapkan
dapat memberi sumbangan pada studi mengenai politik di Amerika Serikat.
3. Kerangka konseptual
Dalam menganalisis kemunculan gerakan Tea Party dan implikasinya dalam politik
Amerika Serikat, skripsi ini akan menggunakan dua konsep yaitu kelompok kepentingan dan
partai politik.
a. Kelompok Kepentingan
Tea Party mengidentifikasi diri sebagai kelompok kepentingan yang bertujuan
memprotes kebijakan pemerintah dalam penggunaan pajak. Ia merupakan respons masyarakat
terhadap krisis politik dan ekonomi di Amerika Serikat. Dalam konteks kelompok
kepentingan, dapat dilihat bahwa Tea Party memiliki struktur dan tujuan yang ingin diraih.
Dari struktur dan tujuannya, dapat dilihat bagaimana strategi mereka agar dapat
mempengaruhi kebijakan pemerintah. Strategi tersebut dijalankan, antara lain, melalui
beberapa anggota atau dukungan dari mereka yang terpilih di Kongres dan kedekatannya
dengan Partai Republik.
Dalam The Governmental Process,18 David Truman menulis bahwa kelompok
kepentingan adalah suatu kelompok yang peduli pada berbagai masalah dalam suatu negara,
misalnya pertumbuhan ekonomi, persamaan, dan kesejahteraan sosial. Terdapat berbagai
macam kelompok dalam masyarakat yang kegiatannya berfokus pada hal-hal tersebut.
Namun, yang membedakan satu kelompok dengan kelompok lain adalah peran politik yang
mereka mainkan dan pengaruhnya bagi pemerintah. Kelompok kepentingan juga memiliki
tujuan masing-masing. Truman menyebutkan bahwa kelompok kepentingan baru akan
tercipta ketika suatu kebutuhan muncul. Ketika individu diancam oleh perubahan, misalnya
ketika pemerintah memberlakukan kebijakan baru, mereka akan berkumpul bersama dan
membentuk kelompok kepentingan.19 Truman melihat hubungan sebab-akibat dari relasi ini.
Suatu keadaan pada titik yang stabil atau seimbang menjadi berubah karena suatu bentuk
18
D. Truman, The Governmental Process: Political Interest and Public Opinion, Alfred A. Knopf, New
York, 2009, p. 33.
19
Truman, p. 27.
5
gangguan yang memaksa kelompok baru tercipta. Oleh karena itu, teori gangguan
(disturbance theory) dalam konsep kelompok kepentingan dapat diterapkan dalam keadaan di
mana sekelompok orang merasa terganggu oleh suatu perubahan, kemudian mereka
berkumpul untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang terusik.
Di Amerika Serikat, kelompok kepentingan sangat penting karena merupakan elemen
penting dalam proses demokrasi. Konsep kelompok kepentingan dari Truman digunakan
untuk menjelaskan sebab terbentuknya gerakan Tea Party. Tea Party dilatarbelakangi oleh
gerakan protes masyarakat karena masalah pajak dan ketidak percayaan pada Presiden
Obama yang mengeluarkan kebijakan dana talangan saat krisis ekonomi. Paket stimulus
ekonomi yang cukup besar dan diloloskan segera setelah Obama dilantik menuai kritik
sebagai sesuatu yang sia-sia dan berdampak tidak signifikan terhadap ekonomi. Di samping
persoalan itu, sebagian besar pendukung Tea Party juga gusar akan reformasi pelayanan
kesehatan, pemerintah yang tidak mencerminkan rakyat, pengeluaran pemerintah yang tidak
menguntungkan rakyat dan cenderung memperparah berbagai masalah ekonomi (khususnya
pengangguran), serta defisit anggaran. Teori gangguan dapat diterapkan untuk menjelaskan
hal tersebut. Para pendukung Tea Party berkumpul untuk memperjuangkan kepentingan
mereka yang terusik karena pemerintah menerapkan kebijakan-kebijakan yang mereka
anggap tidak tepat.
Robert Salisbury dalam An Exchange Theory of Interest Group menambahkan bahwa
kualitas kepemimpinan dalam suatu kelompok juga merupakan sesuatu yang sangat
menentukan dalam pembentukan dan peran kelompok kepentingan.20 Keberadaan kelompok
kepentingan yang kuat harus didukung oleh ‘wirausaha kelompok kepentingan’ (interest
group entrepreneurs) untuk meyakinkan publik agar mau bergabung dengan mereka. Bila hal
ini tidak ada, kelompok kepentingan tidak akan bertahan. Menurut Salisbury, kepemimpinan
adalah katalis yang mengubah kekuatan potensial organisasi menjadi kekuatan politik yang
nyata. Konsepsi dari Salisbury akan membantu menjelaskan mengapa gerakan Tea Party saat
ini cenderung tidak jelas karena tidak adanya pemimpin atau kejelasan organisasi sehingga
diperkirakan bahwa gerakan ini tidak akan bertahan lama.
Gabriel Almond, Russell Dalton, G. Bingham Powell, Jr., dan Kaare Strøm
menegaskan bahwa salah satu fungsi kelompok kepentingan adalah artikulasi kepentingan.
Fungsi ini akan menentukan seberapa signifikan peran suatu kelompok kepentingan.
Artikulasi kepentingan dapat terjadi melalui aksi atau kelompok sosial politik yang diwakili
20
R. Salisbury, ‘An Exchange Theory of Interest Group’, Midwest Journal of Political Science, vol. 13, no.
1, 1969, pp. 1-32.
6
sekelompok orang. Kelompok kepentingan berpartisipasi dalam proses politik, bekerja pada
organisasi pemerintah, dan berjuang dalam parlemen. Menurut mereka, terdapat empat jenis
kelompok kepentingan yang sesuai dengan elaborasi terhadap bentuk dan cara artikulasi
kepentingan, yaitu kelompok anomik, kelompok nonasosiasional, kelompok asosiasional, dan
kelompok institusional (lihat deskripsi masing-masing di Tabel 1).21
Menurut Almond, Dalton, Powell, dan Strøm, memisahkan antara tipe-tipe kelompok
adalah sangat penting menyangkut beberapa alasan soal pembawaan dari suatu kelompok.
Pembawaan dari suatu kelompok mencerminkan sumber dari mana kelompok tersebut
memobilisasi dukungan upaya politiknya.22 Salah satu sumber paling penting adalah struktur
institusional yang menopang usaha politik hingga pemerintah merespon kepentingan
kelompok tersebut, serta signifikansinya dalam mempengaruhi suatu kebijakan. Pembawaan
kelompok juga akan memperjelas taktik yang digunakan untuk mendapat akses politik.
Artikulasi kepentingan adalah tahap pertama dalam pengaruh politik sehingga pembawaan
kelompok akan memperjelas seperti apa kepentingan mereka didengar di dalam sistem politik
dan kepentingan apa yang mereka wakili.
Tabel 1.
Deskripsi Jenis-jenis Kelompok Kepentingan23
Kelompok Anomik
Terbentuk secara spontan, misalnya dalam kegiatan demonstrasi
atau pemberontakan. Ia biasanya menyampaikan kepentingan
kepada sistem politik dengan cara nonkonvensional, seperti
kekerasan.
Kelompok Asosiasional
Kelompok dengan beberapa tujuan formal maupun informal. Ia
memiliki jadwal pasti kapan pertemuan diadakan dan harus
dihadiri seluruh anggotanya. Plenary meeting menunjuk satu
pimpinan utamanya dan sering menggunakan sistem prinsip
mayoritas atau, untuk beberapa, kediktatoran, dengan struktur
organisasi yang aturannya jelas.
Kelompok Non-
Komunitas-komunitas berdasar satu latar belakang yang sama
asosiasional
sehingga biasanya menjadi kelompok kepentingan, misalnya
21
G. Almond, G.B Powell, R. Dalton & K. Strøm, Comparative Politics Today: A World View, 9th edn,
Person Longman, New York, 2009, pp. 54-76.
22
Almond, Powell, Dalton & Strøm, p. 71.
23
Almond, Powell, Dalton & Strøm, pp. 64-67.
7
kelompok etnis, kelompok lokal, kelompok agama, status, kelas,
dan sebagainya. Mereka dapat disebut komunitas yang terjadi
secara alami karena adanya kesamaan-kesamaan tadi sehingga
tidak direpresentasikan dalam suatu organisasi formal. Salah
satu kelemahan dari bentuk ini adalah kurangnya keeratan (sense
of belonging) anggotanya karena sifatnya yang tidak mengikat.
Kelompok Institusional
Berbagai institusi di pemerintah yang ikut mempengaruhi
keputusan pemerintah karena mengartikulasikan kepentingannya
secara langsung melalui perwakilan suatu institusi, misalnya
militer. Kelompok ini menyampaikan pandangan mereka dan
ikut serta dalam pengambilan keputusan dari dalam, sebelum
pemerintah bersikap nonkooperatif. Kelompok inilah yang
menyampaikan beragam pandangan serta tuntutan kepada
pemerintah.
Pembagian jenis kelompok kepentingan oleh Almond, Dalton, Powell, dan Strøm dapat
digunakan untuk menjelaskan bahwa gerakan Tea Party adalah suatu bentuk artikulasi
kepentingan dari rakyat Amerika. Konsep ini dapat mengukur kekuatan Tea Party karena
dapat memetakan kepentingan apa yang mereka wakili, sumber dari mana kelompok tersebut
memobilisasi dukungan upaya politik, taktik yang digunakan untuk mendapat akses politik,
dan signifikansinya dalam mempengaruhi suatu kebijakan melalui struktur dan pembawaan
dari jenis kelompok tersebut.
Menurut Kenneth Janda, Jeffrey Berry dan Jerry Goldman dalam The Challenge of
Democracy, kelompok kepentingan juga berperan dalam beberapa hal, yaitu representasi,
partisipasi, edukasi, pembentukan agenda, dan pengawasan program.24 Sementara itu,
implikasi dari adanya kelompok kepentingan dalam politik di Amerika, sebagaimana
dijelaskan oleh Truman, tergantung pada taktik dan strategi kelompok tersebut dalam
menyebarkan pengaruh. Kelompok kepentingan sangat penting dalam mempengaruhi opini
publik; mendapatkan akses pada partai politik, legislatif, dan eksekutif; serta berperan pada
pemilihan umum.25
Implikasi dari gerakan Tea Party dapat dijelaskan melalui konsepsi Janda, Berry dan
Goldman, serta Truman. Kemunculan Tea Party mengusung isu protes anti-pajak dan kritik
24
K. Janda, J.M. Berry & J. Goldman, The Challenge of Democracy: Government in America, 3rd edn,
Houghton Mifflin, Boston, 1992, pp. 340-345.
25
Truman, pp. 213-426.
8
terhadap pengelolaan negara mencerminkan fungsi representasi, partisipasi, dan edukasi bagi
warga Amerika Serikat. Kritik mereka pada pemerintahan Obama mencerminkan fungsi
pengawasan terhadap pemerintah. Tea Party juga mendapatkan akses berdasar kedekatan
dengan partai Republik dan anggota Kongres yang berafiliasi dengan kepentingannya. Pada
akhirnya, Tea Party mampu menggalang pendukung yang mempengaruhi isu yang akhirnya
diperdebatkan oleh kandidat pemilu presiden 2012, yaitu masalah pajak dan kebijakan
ekonomi.
b. Partai Politik
Ronald Hrebenar mengatakan bahwa perbedaan antara partai politik dan kelompok
kepentingan sangat jelas. Partai politik berupaya menguasai pemerintahan, sedangkan
kelompok kepentingan mempengaruhi keputusan pemerintah. Partai politik akan berfokus
pada pemilu dan kampanye, dengan anggota yang hanya memiliki satu tujuan bersama, yaitu
menguasai pemerintah, sedangkan kelompok kepentingan berfokus pada proses pembuatan
kebijakan.26 Dalam Political Parties in America, Robert Huckshorn menjelaskan bahwa
kelompok kepentingan terbentuk karena mereka mewakili kepentingan yang tidak
ditransformasikan dalam tujuan partai. Partai politik kehilangan kekuatan dan pengaruh
dalam beberapa waktu terakhir, yang menyebabkan munculnya kelompok kepentingan yang
berasal dari partai.27
Tea Party berasal dari salah satu faksi yang ada di Partai Republik, yaitu kelompok
sayap kanan konservatif, yang kemudian muncul menjadi gerakan terpisah dari partai
tersebut. Pada perkembangannya, anggota gerakan ini tidak hanya dari Republik, melainkan
juga Demokrat. Di saat rakyat Amerika sudah tidak merespon positif bahkan cenderung
apatis terhadap politik, Tea Party juga pernah dicurigai menjadi cikal bakal munculnya partai
ketiga.28 Sejalan dengan itu, rakyat Amerika kembali kritis mengartikulasi kepentingan
mereka melalui Tea Party. Dalam hal ini dapat diidentifikasi bahwa artikulasi kepentingan
masyarakat yang tidak terwakili dalam dua partai besar di Amerika Serikat menjadi penting.
Konsepsi sistem kepartaian Amerika juga bisa digunakan untuk melihat apakah Tea Party
sesungguhnya hanya digunakan untuk mendongkrak suara Republik dalam pemilu Kongres
2010 atau tidak. Tea Party berdampak positif pada perbaikan gambaran mengenai Partai
26
R. Hrebenar, Interest Group Politics in America, Prentice Hall, New Jersey, 1982, p. 3.
R. Huckshorn, Political Parties in America, 2nd edn, Brooks/Cole Publishing Company, California, 1984,
p. 354.
28
‘Brewing Tea Party Tensions: How The Grassroots Conservative Movement is Flexing Its Muscles,’ p. 3.
27
9
Republik dan beberapa anggota Kongres yang terpilih pada pemilu 2010 dan berafiliasi
dengan gerakan ini.29
Pemakaian konsep partai politik menjadi penting karena ia dapat menjelaskan sebab
kemunculan Tea Party yang berasal dari partai Republik serta implikasinya bagi partai
tersebut dan politik Amerika secara luas. Konsep partai politik dapat menjelaskan ideologi
dari Partai Republik, yang menjadi cikal bakal kemunculan Tea Party, meskipun akhirnya ia
menolak disangkut pautkan dengan partai ini. Dengan faksi-faksi konservatif dan liberal yang
saling berkompetisi, Partai Republik menjadi fokus dalam pembahasan konsep ini karena
kaitan ia dengan Tea Party.
4. Argumen utama
Dengan menggunakan konsep kepentingan dan partai politik, penulis mengajukan
hipotesis bahwa gerakan Tea Party muncul karena meluasnya kekhawatiran akan
pengelolaan ekonomi oleh pemerintah, khususnya dalam hal pajak, dengan pemicu
berupa kebijakan penalangan finansial bagi perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat
yang terancam bangkrut. Implikasi gerakan ini adalah bahwa ia secara signifikan akan
mempengaruhi opini publik terhadap jalannya pemerintahan dan keberlangsungan
sistem dua-partai dalam politik Amerika Serikat. Tea Party juga berpeluang menjadi
semacam representasi, meningkatkan jumlah partisipasi rakyat dalam artikulasi dan
pendidikan politik, serta menjadi media evaluasi bagi kebijakan pemerintah.
5. Sistematika penulisan
Skripsi ini akan terdiri dari 4 bab. Setelah Bab 1 Pendahuluan ini, Bab 2 akan
menjawab fokus pertanyaan penelitian yang pertama, yang akan dimulai dengan uraian
tentang awal mula gerakan Tea Party, sebab kemunculannya, profil gerakan ini, dan ditutup
dengan potensi yang ia miliki untuk terus berkembang. Bab 3, sebagai jawaban atas fokus
penelitian yang kedua, bertujuan menjelaskan implikasi kemunculan Tea Party bagi warga
Amerika Serikat, bagi Partai Republik melalui sudut pandang relasi antara kelompok
29
J.M. Jones, GOP Image Net-Positive for First Time Since 2005 (daring), 27 January 2011,
<http://www.gallup.com/poll/145805/gop-image-net-positive-first-time-2005.aspx>, diakses pada 5 Desember
2011.
10
kepentingan dan partai politik, terhadap pemerintahan Barack Obama, serta pada pemilu
2012. Skripsi ini akan ditutup dengan Bab 4 yang berisikan kesimpulan dan inferensi berupa
pelajaran yang bisa diambil dari temuan hasil penelitian.
11
Download