JURNAL PEMBERITAAN TENTANG KASUS SIDANG MKD PAPA MINTA SAHAM DI SURAT KABAR (Studi Analisis Isi Berita Kasus Sidang MKD Papa Minta Saham di Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia Periode Bulan November – Desember 2015) Oleh: JATMIKO SIGIT MARYANTO D0212056 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 PEMBERITAAN TENTANG KASUS SIDANG MKD PAPA MINTA SAHAM DI SURAT KABAR (Studi Analisis Isi Berita Kasus Sidang MKD Papa Minta Saham di Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia Periode Bulan November – Desember 2015) Jatmiko Sigit Maryanto Widyantoro Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Papa Minta Saham case was a political issue which was much discussed in the end of 2015 because in this case, there was a misusing name of President and Vice President of Indonesia commited by Setya Novanto, Chairman of DPR, to get a stock from PT Freeport Indonesia. Both public and mass media also highlighed this case by various reactions through the news that they shared. This research has purpose to know the difference between Kompas and Media Indonesia when they serve papa minta saham news based on the difference of transmission category, locating news page and news source. The theory used in this research is the agenda setting theory. In every news writing, every media certainly has its own characteristics. Because in every writing of news, a media certainly has its own agenda setting for shaping public opinion. In the agenda setting theory, mass media in conveying the news to the reader always on issues considered important by some media. This research is descriptive research using content analysis tested quantitatively by chi square to see that the difference is significant or not between two medias with same category. The result of research shows no significant difference in locating news page which has result that X2result less than X2table (17 > 7,815). No significant difference shows that Kompas and Media Indonesia are likely to see cases of papa minta saham have the same news value. Besides, there is a significant difference in transmission category which has result that X2result more than X2table (23,85 > 5,991). This significant difference indicates that in the selection of the news and how to deliver the news of Papa Minta Saham, either Kompas and Media Indonesia has his own views. Compass in conveying the news tend to be neutral, while Media Indonesia support for the MKD session. And, there is also significant difference in news source which has result that X2result more than X2table (52,1 > 19,675). This difference indicates that the Kompas and Media Indonesia has a different trend in the search for the source of news about the MKD session of papa minta saham in accordance with the needs of the agenda they want to build. Keyword : News, Papa Minta Saham Case, Content Analysis 1 Pendahuluan Akhir tahun 2015 yang lalu terjadi pergolakan politik di Indonesia yang menggemparkan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya dugaan pencatutan nama yang dilakukan oleh ketua DPR Setya Novanto terhadap Presiden dan Wakil Presiden Indonesia dalam perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. Banyak media memberitakan kasus tersebut dan menjuukinya dengan kasus papa minta saham. Bahkan menurut survey yang dilakukan oleh Lembaga Survey Indonesia (LSI), kasus Papa Minta Saham terpilih menjadi topik terpanas selama tahun 2015 mengalahkan empat topik lainnya, yakni : Pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri, Bencana Asap, Gejolak Rupiah dan Hukuman Mati Terpidana Narkoba1. Kasus ini bermula dari laporan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ,Sudirman Said melaporkan dan menyerahkan rekaman pertemuan Setya Novanto dan Maroef Syamsoedin kepada MKD. Akan tetapi, MKD DPR tidak langsung membawa laporan ini ke persidangan lantaran sejumlah anggota MKD menentang kasus ini dibawa ke persidangan. Bahkan MKD juga mempermasalahkan legal standing Sudirman Said sebagai pelapor2. Namun, atas desakan masyarakat, MKD akhirnya melakukan voting terbuka untuk menentukan kelanjutan kasus ini. Di depan masyarakat, banyak anggota MKD yang terketuk hatinya sehingga kasus ini pun dibawa ke persidangan. Akhirnya MKD meneruskan persidangan kasus papa minta saham dengan memanggil teradu, Ketua DPR Setya Novanto. Sidang MKD dengan agenda pemanggilan Novanto digelar tertutup, padahal publik berharap Novanto yang selama ini membela diri berani tampil terbuka. Namun harapan itu hampa karena Novanto menolak sidang terbuka dengan alasan ada pernyataan-pernyataan yang sangat penting. Meski semua anggota MKD menyatakan Novanto melakukan pelanggaran kode etik, namun MKD akhirnya tak menjatuhkan sanksi bagi 1 Republika.co.id,(http://republika.co.id/beria/nasional/politik/15/12/22nzqtqe330-survey-kasuspapa-minta-saham-jadi-topik-terpanas-2015) diakses 8 Mei 2016 2 Tribunnews.com,(http://m.tribunnews.com/nasional/2015/11/23/mkd-permasalahkan-legalstanding-sudirman-said-laporkan-novanto) diakses 5 April 2015 2 Novanto. Hal ini dikarenakan Novanto mengirim surat pengunduran diri sebagai Ketua DPR sebelum MKD mengambil keputusan final soal sanksi untuk Novanto. Novanto menyampaikan pengunduran dirinya dari kursi DPR namun tidak ada penegasan bahwa dirinya merasa bersalah dalam persoalan ini. Setelah surat pengunduran diri itu dibacakan di sidang MKD, Ketua MKD Surahman Hidayat pun menutup sidang tanpa vonis, hanya keputusan singkat bahwa kasus ini dinyatakan ditutup. Media massa sebagai salah satu bentuk dari komunikasi massa gencar memberitakan permasalahan ini. Koran menjadi salah satu media massa yang tak luput memberitakan permasalahan ini. Walaupun keberadaan Koran di masyarakat mulai tergeser oleh media televisi, peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan negara-negara (nation-state) modern bisa hadir tanpa keberadaanya3. Kasus Sidang MKD papa minta saham ini dipilih peneliti karena kasus ini menjadi kasus yang banyak menyedot perhatian masyarakat. Bahkan, muncul tiga petisi di situs change.org yang menghendaki Setya Novanto mundur. Salah satunya adalah yang berjudul Pecat Ketua DPR Setya Novanto yang Mencatut Nama Presiden Joko Widodo dan Wapres JK ini mampu menggalang pendukung paling banyak4. Petisi ini mampu mendapat dukungan sebanyak 80.885 per 24 November 2015. Padahal petisi ini digelar dalam waktu satu minggu dan hampir menyamai perolehan suara Setya Novanto saat Pemilu 2014 yang mendapat 85.188 suara. Karena banyaknya antusiame masyarakat itulah yang membuat banyak media memberitakan tentang Sidang MKD papa minta saham. Sebagai media massa yang mempunyai fungsi komunikasi seperti alat pertukaran dan penyebaran informasi, koran Kompas dan Media Indonesia selalu memberitakan informasi yang aktual dan terbaru. Dua koran ini sama-sama memiliki target pembaca yang sama yaitu nasional. 3 William L Rivers, et. al.,Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Prenada Media Group, 2000) hlm 17. 4 www.liputan6.com,(http://www.liputan6.com/news/read/2369005/3-petisi-minta-setya-novantodipecat-dari-jabatan-ketua-dpr) diakses 6 April 2015. 3 Alasan pemilihan Kompas dan Media Indonesia sebagai obyek penelitian adalah kemampuan dari kedua surat kabar ini dalam meyajikan informasi yang aktual kepada masyarakat. Terbukti, kedua surat kabar tersebut juga mengawal kasus ini dari awal hingga akhir sidang MKD papa minta saham. Selain itu, latar belakang yang berbeda dari pemilik kedua surat kabar juga menarik untuk diteliti, apakah nantinya akan ada perbedaan cara pandang dari kedua surat kabar tersebut atau tidak terhadap satu isu yang sama. Landasan Teori 1. Komunikasi Massa Defleur dan Dennis McQuail mengutarakan, komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan- pesan secara luas, dan secara terus- menerus menciptakan makna yang diharapkan dapat mempengaruhi5. Menurut Wiryanto, Komunikasi massa mempunyai kemampuan memperluas pandangan, pendengaran dalam jarak yang hampir tidak terbatas dan dapat melipat gandakan suara dan kata-kata secara luas6. Sedangkan menurut Effendy, pengertian komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop7. Definisi komunikasi massa menurut Dani Vardiansyah, Komunikasi Massa melibatkan jumlah komunikan, tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama 8. Karena itu agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi. 2. Pers Indonesia 5 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa,(Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 104. Ibid.,hlm. 13 7 Onong Uchyana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 79. 8 Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia, 2004), hlm. 33. 6 4 Dalam UU pers no 40 tahun 1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia9. Sedangkan Jacob Oetama, dalam koteks masyarakat Indonesia, pers mempunyai peran khusus yaitu sebagai berikut10 : a. Tugas untuk memperkuat dan mengkreatifkan konsensus-konsensus dasar nasional. Ini penting karena umumnya negara sedang berkembang adalah bangsa yang masih membutuhkan konsensus dasar bagi perekat integrasi nasional. Itulah infrastruktur kejiwaan bagi pembangunan bangsa. b. Pers perlu mengenal masalah-masalah sosial yang peka dalam masyarakatnya. Bukan untuk didiamkan, juga bukan serta merta diberitakan begitu saja. Perlu diusahakanpemecahannya bersama pemerintah dan masyarakat secara bijaksana dengan tetap berorientasi maju. c. Pers perlu menggerakkan prakarsa masyarakat, memperkenalkan usahausahanya sendiri, dan menemukan potensi-potensinya yang kreatif dalam usaha memperbaiki perikehidupannya. d. Pers menyebarluaskan dan memperkuat rasa mampu masyarakat untuk mengubah nasibnya sendiri. e. Kekurangan, kegagalan, serta korupsi dilaporkan bukan untuk merusak dan membangunkan rasa pesimis, tetapi untuk koreksi dan pembangkit 9 M. Ridlo Eisy, Peranan Media dalam Masyarakat,(Jakarta: Dewan Pers, 2007), hlm 65. Jakob Oetama, Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), hlm 17-18. 10 5 gairah dan selalu melangkah maju. Karena itu harus bersedia mengoreksi diri dan dikoreksi. 3. Berita Menurut Hoeta Soehoet, berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia11. Sedangkan menurut Hikmat dan Purnama Kusumaningrat dalam bukunya Jurnalistik Teori dan Praktik12 dalam membuat berita haruslah memperhatikan unsur-unsur kelayakan berita, yakni : a. Berita harus akurat b. Berita harus lengkap, adil dan berimbang c. Berita harus objektif d. Berita harus ringkas dan jelas e. Berita harus hangat Menurut Sumadiria, berita dapat dilasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni13 : a. Berita berat (hard news) adalah berita yang menyangkut kepentingan nasional dan kepentingan khalayak banyak dalam hubungannya dengan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). b. Berita ringan (soft news) adalah berita yang menyangkut kepentingan sekelompok pembaca tertentu atau daerah tertentu. 4. Agenda Setting Teori agenda setting pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw pada tahun 1973 untuk menjelaskan fenomena kegiatan kampanye Pemilu Presiden AS tahun 1968 dengan publikasi pertamanya berjudul The Agenda Setting Function of The Mass Media. Dalam teori agenda setting, media massa dalam menyampaikan berita kepada pembaca selalu mengenai isu-isu yang dianggap penting oleh suatu media tersebut. Hal ini karena media mampu menyeleksi dan mengarahkan 11 Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik, (Jakarta: IISIP, 2003), hlm 23. Hikmat Kusumaningrat dan Purnama, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 47-58. 13 As Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Dimensi Publisher, 2005), hlm 65-68 12 6 perhatian masyarakat pada suatu isu atau peristiwa tertentu. Media mengatakan kepada kita apa yang penting dan tidak penting, media juga mengatur apa yang harus kita lihat dan tidak. Jadi apa yang diterima publik pada saat tertentu lewat media, sebenarnya isu yang disampaikan sudah melalui proses seleksi oleh media. Secara singkat, teori agenda setting mengatakan bahwa setiap media massa khususnya berita, tidak selalu memberi apa yang harus kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita apa yang harus kita lakukan. Media membentuk agendaagenda melalui pemberitaan, dan khalayak yang membaca berita tersebut akan mengikutinya. 5. Analisis Isi Dalam penelitian ini digunakan metode Analisis Isi (Content Analysis). Analisis isi secara sederhana diartikan sebagai metode untuk mengumpulkan dan menganalisis muatan dari sebuah “teks”. Teks dapat berupa kata-kata, makna gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis isi berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkandung dalam sebuah teks, dan memperoleh pemahaman terhadap pesan yang direpesentasikan. Pada International Journal Of Communications, Media Framming In Corporate Social Responsibility: A Korea-U.S Comparative study, University of Southern Indiana, volume 4 2010, Yoon Joo Lee menjelaskan: Content analysis is a technique for studying and analyzing communication data in a systematic, objective, and quantitative manner to measure vriable14. Dalam sebuah jurnal Content and Discourse Analysis, disebutkan bahwa analisis isi adalah metode penelitian untuk menjawab pertanyaan mengenai komunikasi. Konten komunikasi diubah obyektif dan sistematis ke dalam aturan kategorisasi sehingga menjadi data yang dapat diringkas dan 14 Yoon Joo Lee, Media Framming In Corporate Social Responsibility: A Korea-U.S Comparative study, University of Southern Indiana, volume 4 2010. 7 dibandingkan15. Dalam penelitian ini, kategori yang ingin diteliti adalah berita politik kasus papa minta saham yang dimuat dalam harian Kompas dan Media Indonesia, sehingga kategori-kategori yang dianalisis adalah : a. Halaman Penempatan Berita b. Arah Kecenderungan Pemberitaan c. Sumber Berita Metode Penelitian Penelitian dengan mengangkat judul “Pemberitaan Tentang Kasus Sidang MKD Papa Minta Saham di Surat Kabar” ini menggunakan proses penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia periode November – Desember 2015 yang memberitakan tentang Sidang MKD Papa Minta Saham. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yakni dengan menggunakan lembar koding (coding sheet) yang dibuat berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan. Analisis data yang digunakan dihitung dengan menggunakan penghitungan Chi Square. Analisa data dilakukan dengan membandingkan masing-masing kategori dari data yang diperoeh dalam Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia. Pembahasan Tujuan utama dari analisis data ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penyajian pemberitaan kasus papa minta saham pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia periode November – Desember 2015 dengan menggunakan perhitungan Chi Square. Analisa data dilakukan dengan membandingkan masing-masing kategori dari data yang diperoeh dalam Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia. Untuk melihat perbedaan tersebut, peneliti 15 Paisley dalam Holsti, O.R. Content analysis for the social sciences and humanities, (AddisonWesley Pub. Co. 1969), hal 3 8 akan menggunakan rumus perhitungan Chi Square. Adapun rumus Chi Square tersebut adalah sebagai berikut: X2 = Keterangan: X2 = Chi Kuadrat O = frekuensi observasi E = frekuensi harapan Langkah-langkah dalam menghitung Chi Square akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Menghitung Frekuensi yang diharapkan (E) dengan rumus Setelah menemukan hasil penghitungan E, maka selanjutnya masukkan ke rumus Chi Square X2 = 2. Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus (k-1) (b-1), dimana k adalah kolom dan b adalah baris. 3. Menentukan level signifikan pada tabel critical values for x2. Dalam penelitian ini, peneliti memilih level signifikan 5% (0,05). Ini berarti tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan yang kecil adalah 5%, dan yang benar adalah 95%. 4. Masukkan hasil Chi Square atau disebut X2hitung ke dalam tabel nilai kritis atau disebut X2tabel sesuai dengan nilai df masing-masing kategori pada taraf signifikan 5%. 5. Menginterpretasikan hasil X2hitung dengan kesimpulan, jika X2hitung < X2tabel maka tidak ada perbedaan signifikan. Demikian sebaliknya, jika X2hitung > X2tabel maka ada perbedaan yang signifikan. A. Kategori Penempatan Halaman Berita Kategori halaman penempatan berita dalam penelitian ini adalah halaman depan headline, halaman depan non headline, halaman dalam, dan halaman belakang. Distribusi frekuensi dari masing-masing kategori tersebut dapat dilihat dari tabel berikut : 9 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Penyajian Kategori Penempatan Halaman Berita Kasus Papa Minta Saham pada Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia periode November – Desember 2015 Kompas No Kategori 1 Halaman Depan Headline Jumlah F P F P F P 11 31.4 28 51.9 39 43.8 9 25.7 7 12.9 16 17.9 Halaman Depan Non 2 Media Indonesia Headline 3 Halaman Dalam 15 42.9 19 35.2 34 38.2 4 Halaman Belakang 0 0 0 0 0 0 35 100 54 100 89 100 Total Tabel 2 Nilai X2 Kategori Penempatan Halaman Berita Kasus Papa Minta Saham Periode November – Desember 2015 Surat Kabar Penempatan Berita O E O-E (O - E)2 Halaman Depan Headline 11 15.3 -4.3 18.49 1.2 9 6.3 2.7 7.29 1.2 Halaman Dalam 15 13.4 1.6 2.56 0.2 Halaman Belakang 0 0 0 0 0 Halaman Depan Headline 28 23.7 4.3 18.49 0.8 7 9.7 -2.7 7.29 0.8 Halaman Dalam 19 20.6 -1.6 2.56 0.1 Halaman Belakang 0 0 0 0 0 Halaman Depan Non Kompas Media Indonesia Headline Halaman Depan Non Headline X2 4.3 Sementara df = (4 – 1) x (2 – 1) = 3. Nilai X2 = 4.3 dengan derajat kebebasan (df) = 3, kemudian dibandingkan dengan tabel kritis Chi Kuadrat. 10 Jadi nilai Chi Square pada derajat kebebasan (df) 3 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 7,815. Ternyata nilai X2 kurang dari nilai kritis Chi Square, yang berarti dalam kategori penempatan halaman berita tidak ada perbedaan yang signifikan pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia. B. Kategori Arah Kecenderungan Pemberitaan Kategori dalam arah kecenderungan berita penelitian ini adalah mendukung dilakukannya sidang etik MKD atau menyatakan Setya Novanto bersalah, menolak atau meragukan sidang etik MKD, dan netral. Distribusi frekuensi masing-masing kategori dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3 Perbandingan Frekuensi Penyajian Kategori Arah Kecenderungan Pemberitaan Kasus Papa Minta Saham pada Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia Periode November – Desember 2015 No Kategori Kompas Media Indonesia Jumlah F P F P F P 1 Favourable 3 8.6 32 59.3 35 39.3 2 Unfavourable 3 8.6 4 7.4 7 7.9 3 Netral 29 82.9 18 33.3 47 52.8 35 100% 54 100% 89 100 Total 11 Tabel 4 Nilai X2 Kategori Arah Kecenderungan Berita Kasus Papa Minta Saham Periode November – Desember 2015 Surat Arah Kabar Pemberitaan Kompas Media Indonesia O E O-E (O - E)2 Favourable 3 13.8 -10.8 116.64 8.5 Unfavourable 3 2.7 0.3 0.09 0.03 Netral 29 18.5 10.5 110.25 5.9 Favourable 32 21.2 10.8 116.64 5.5 Unfavourable 4 4.3 -0.3 0.09 0.02 Netral 18 28.5 -10.5 110.25 3.9 X2 23.85 Sementara df = (3 - 1) x (2 – 1) = 2. Maka, nilai X2 = 23.85 dengan derajat kebebasan (df) = 2, kemudian dibandingkan dengan tabel kritis Chi Kuadrat. Nilai Chi Square pada derajat kebebasan (df) = 2 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 5,991. Sehingga didapat nilai X2 lebih besar dari nilai kritis Chi Square, yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia dalam kategori arah kecenderungan pemberitaan. C. Sumber Berita Kategori sumber berita dalam penelitian ini adalah Pemerintah, MKD, Freeport, Partai Politik, Pengamat Politik, Setya Novanto, dan Sumber lainnya. Distribusi frekuensi masing-masing kategori dapat dilihat dalam tabel berikut: 12 Tabel 5 Perbandingan Frekuensi Penyajian Kategori Sumber Berita Sidang MKD Papa Minta Saham pada Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia Periode November – Desember 2015 No Kategori Kompas Media Indonesia Jumlah F P F P F P 1 Pemerintah 11 31.4 18 33.3 29 32.6 2 MKD 9 25.7 9 16.7 18 20.2 3 Freeport 0 0 1 1.9 1 1.1 4 Partai Politik 2 5.7 1 1.9 3 3.4 4 11.4 11 20.4 15 16.9 0 0 2 3.7 2 2.2 9 25.7 12 22.2 21 23.6 35 100 54 100 89 100 5 6 7 Pengamat Politik Setya Novanto Sumber Lainnya Jumlah 13 Tabel 6 Nilai X2 Kategori Sumber Berita Sidang MKD Papa Minta Saham Periode November – Desember 2015 Surat Kabar Kompas Media Sumber Berita O E O-E (O-E)2 Pemerintah 11 29 -18 324 11.2 MKD 9 18 -9 81 4.5 Freeport 0 1 -1 1 1 Partai Politik 2 3 -1 1 0.3 Pengamat Politik 4 15 -11 121 8.1 Setya Novanto 0 2 -2 4 2.0 Sumber Lainnya 9 21 -12 144 6.9 Pemerintah 18 29 -11 121 4.2 MKD 9 18 -9 81 4.5 Freeport 1 1 0 0 0 Partai Politik 1 3 -2 4 1.3 Pengamat Politik 11 15 -4 16 1.1 Setya Novanto 2 2 0 0 0 Sumber Lainnya 12 21 -9 Indonesia X2 81 3.9 48.9 Sementara df = (7 – 1) x (2 - 1) = 6. Jadi, nilai X2 = 48,9 dengan derajat kebebasan (df) = 6, kemudian dibandingkan dengan tabel kritis Chi Kuadrat. Maka nilai Chi Square pada derajat kebebasan (df) 6 dan taraf signifikan 0,05 14 adalah 12,59. Dan ternyata nilai X2 lebih dari nilai kritis Chi Square, yang berarti dalam kategori sumber berita ada perbedaan yang signifikan pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia. Dari penghitungan analisis Chi Square di atas, dapat ditarik kesimpulan hasilnya sebagai berikut : 1. Penempatan Halaman Berita Dari penghitungan Chi Square, didapatkan hasil nilai X2 kurang dari nilai kritis Chi Square, yang berarti dalam kategori penempatan halaman berita tidak ada perbedaan yang signifikan pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia. Hal ini bisa dipahami karena dari hasil analisis berita yang dikoding oleh peneliti dan pengkoding satunya tidak menunjukkan jumlah selisih yang cukup besar dalam kategori penempatan halaman berita ini. Tidak adanya perbedaan yang signifikan ini menunjukkan bahwa Kompas dan Media Indonesia memandang kasus Sidang MKD papa minta saham dengan sudut pandang yang hampir sama dan menilai bahwa kasus tersebut memiliki nilai berita yang sama. Terbukti dari kedua media memiliki hampir kesamaan dalam penempatan halaman berita tentang sidang MKD papa minta saham. 2. Arah Pemberitaan Dari penghitungan Chi Square, didapatkan hasil nilai X2 lebih dari nilai kritis Chi Square, yang berarti dalam kategori arah pemberitaan terdapat perbedaan yang signifikan pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan berita dan cara menyampaikan berita mengenai sidang MKD Papa Minta Saham, baik Kompas maupun Media Indonesia memiliki pandangannya sendiri. Sikap tersebut tercermin dalam cara menyajikan berita dengan agenda media masing-masing guna mempengaruhi opini publik. Hal ini juga berkaitan erat dengan kepentingan pihak tertentu dalam media itu sendiri maupun ideologi media itu sendiri. Melalui berita yang disajikannya, Media Indonesia berusaha membangun opini publik melalui agenda media yang disajikan kepada pembacanya bahwa Ketua DPR Setya Novanto adalah tersangka dalam kasus Papa Minta Saham 15 dan harus segera diusut melalui sidang etik MKD. Selain itu, Media Indonesia juga dengan lantang mengatakan mengatakan bahwa Novanto seharusnya segera mundur dari kursi Ketua DPR. Sedangkan pada Surat Kabar Kompas, melalui berita yang disajikan berusaha membangun opini publik melalui agenda media yang disajikan kepada pembaca dengan cara penyajian yang lebih santun dan tidak berat sebelah. Dalam setiap penyajian pemberitaan tentang sidang MKD Papa Minta Saham, Kompas tidak dengan secara lantang mengatakan bahwa Setya Novanto bersalah dan harus segala dihukum. Akan tetapi Kompas selalu menampilkan berita dengan pandangan dari semua kubu yang terlibat dalam kasus berita tersebut. Sehingga mayoritas pemberitaan di Kompas tidak memihak salah satu pihak manapun yang terkait dalam pemberitaan tersebut. Perbedaaan yang signifikan dalam kategori arah kecenderungan berita antara Kompas dan Media Indonesia ini menunjukkan bahwa kedua surat kabar tersebut menanggapi berita mengenai sidang MKD Papa Minta Saham dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari judul berita, isi berita, dan juga penekanan dari narasumber. Dengan agenda media masingmasing surat kabar tersebut, mereka berharap bisa membentuk opini publik di kalangan pembacanya. 3. Sumber Berita Dari penghitungan Chi Square, didapatkan hasil nilai X2 lebih dari nilai kritis Chi Square, yang berarti dalam kategori sumber berita terdapat perbedaan yang signifikan pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia. Dalam hal ini berarti bahwa Kompas dan Media Indonesia memiliki kecenderungan yang berbeda dalam mencari sumber berita tentang sidang MKD papa minta saham. Akan tetapi, berdasarkan data yang ada, Kompas dan Media Indonesia menyajikan berita dari sumber yang terpercaya dan dapat memberikan informasi yang benar sesuai dengan agenda dari media itu sendiri. Karena pemilihan narasumber dapat mempengaruhi bagaimana cara pandang berita yang disampaikan. 16 Kesimpulan Dari hasil pengkodingan serta perhitungan analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti terhadap berita kasus papa minta saham pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia periode November – Desember 2015, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kompas dan Media Indonesia dalam menyajikan berita kasus papa minta saham memiliki perbedaan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari kategori yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam poin-poin berikut : 1. Dalam kategori penempatan halaman berita, surat kabar Kompas dalam memberitakan tentang Sidang MKD papa minta saham didominasi oleh penempatan halaman dalam sebesar 42,9%, akan tetapi angka tersebut tidak terpaut jauh dari penempatan halaman depan, baik headline maupun non headline yang mencapai 31,4% dan 25,7%. Sedangkan pada surat kabar Media Indonesia, penempatan halaman berita Sidang MKD papa minta saham didominasi oleh penempatan halaman headline sebesar 51,9%. Kemudian halaman dalam dan non headline sebesar 35,2% dan 12,9%. Setelah melakukan penghitungan Chi Square, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua surat kabar untuk kategori halaman penempatan berita. hal ini menunjukkan bahwa kedua surat kabar tersebut memandang bahwa kasus Sidang MKD papa minta saham dianggap penting oleh kedua surat kabar tersebut dan mempunyai nilai berita yang cukup tinggi untuk diberitakan dan menjadi agenda media. 2. Dalam kategori arah kecenderungan pemberitaan, surat kabar Kompas dalam memberitakan tentang Sidang MKD papa minta saham didominasi oleh berita dengan arah kecenderungan netral yang mencapai 82,9%, sedangkan pada surat kabar Media Indonesia didominasi oleh berita dengan arah kecenderungan mendukung (favourabel) sebesar 59,3%. Setelah melakukan penghitungan menggunakan analisis Chi Square, terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua surat kabar tentang arah pemberitaan berita Sidang MKD papa minta saham. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana agenda media sangat berperan penting dalam pemberitaan suatu fenomena yang sedang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana media memilih untuk 17 menjadi media propaganda atau tidak dalam kasus pemberitan Sidang MKD papa minta saham. Hal ini menunjukkan bahwa dari hasil penghitungan Chi Square, Kompas tetap menjaga prinsip netralitas terhadap pemberitaan Sidang MKD papa minta saham dengan tidak mengarahkan opini pembaca untuk mendukung ataupun tidak mendukung Sidang MKD papa minta saham. Sedangkan Media Indonesia mengarahkan opini pembaca untuk mendukung Sidang MKD papa minta saham lewat pemberitaan yang mereka lakukan. 3. Dalam kategori sumber berita, kedua surat kabar baik Kompas dan Media Indonesia paling banyak memilih sumber berita dari kalangan Pemerintah. Akan tetapi, untuk pemilihan sumber berita yang lainnya, dalam surat kabar Kompas tidak terlihat begitu timpang hasil prosentase sumber berita satu dengan lainnya. Berbeda dengan Media Indonesia yang memiliki perbedaan yang mencolok antara prosentase sumber berita satu dengan lainnya. Setelah melakukan penghitungan analisis Chi Square, terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua media untuk kategori sumber berita. Hal inilah yang semakin menunjukkan bagaimana media tersebut ingin mempengaruhi opini pembacanya lewat berita yang mereka sampaikan dengan cara pemilihan sumber berita. Karena dengan pemilihan sumber berita juga akan sangat berpengaruh terhadap arah kecenderungan dari isi berita keseluruhan itu sendiri. Saran 1. Dalam setiap penyajian berita tentunya media sudah memiliki patokan kebijakan redaksionalnya sendiri, namun akan lebih baik lagi jika setiap penyajian berita yang mereka lakukan haruslah bersikap netral dan objektif. Jangan sampai kebijakan redaksional media ditunggangi oleh kepentingankepentingan lain yang memicu kesimpangsiuran informasi di masyarakat. Cukuplah perbedaan tersebut menjadi identitas media dalam menyajikan setiap beritanya kepada masyarakat. 18 2. Saran peneliti untuk peneliti yang selanjutnya adalah agar penelitian yang selanjutnya bisa mencari tahu alasan dari kebijakan redaksional media dalam penyajian berita, jadi tidak hanya terbatas pada perbedaan penyajian berita. Daftar Pustaka Effendy, O. Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Eisy ,M. Ridlo. 2007. Peranan Media dalam Masyarakat. Jakarta: Dewan Pers. Holsti, O.R. 1969. Content analysis for the social sciences and humanities, Addison-Wesley Pub. Co. Isnaeni, Nadya. 2015. 3 Petisi Minta Setya Novanto Dipecat Dari Jabatan Ketua DPR.(http://www.liputan6.com/news/read/2369005/3-petisi-minta-setyanovanto-dipecat-dari-jabatan-ketua-dpr) diakses 6 April 2016. Kusumaningrat, H., dan Purnama. 2007. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Lee, Yoon Joo. 2010. Media Framming In Corporate Social Responsibility: A Korea-U.S Comparative study. Vol. 4. University of Southern Indiana. Oetama, Jakob. Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Soehoet, H. 2003. Dasar-dasar Jurnalistik. Jakarta: IISIP. Sumadiria, A. H. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung: Dimensi Publisher. Supriyadi, Eko. 2015. Survei : Kasus Papa Minta Saham Jadi Topik Terpanas 2015.(http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/15/12/22/nzqtqe 330-survei-kasus-papa-minta-saham-jadi-topik-terpanas-2015) diakses 8 Mei 2016 Vardiansyah, D. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia. Waskita, Ferdinand. 2015. MKD Permasalahkan Legal Standing Sudirman Said Laporkan Novanto. (http://m.tribunnews.com/nasional/2015/11/23/mkdpermasalahkan-legal-standing-sudirman-said-laporkan-novanto). Diakses 5 April 2016. Rivers, William L, e.a. 2008. Media Massa dan Masyarakat Modern. Prenada Media Group. Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo. 19