BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab terakhir ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai hasil penelitian yang telah disajikan pada bab empat. Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi dan saran. Berikut ini adalah kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini, diskusi dari hasil yang ada, dan saran berdasarkan hasil penelitian ini. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara loneliness dengan psychological well-being pada dewasa muda lajang yang berkarir. Dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara loneliness dan psychological well-being. Arah hubungan tersebut adalah negatif sehingga apabila loneliness menurun, maka psychological well-being juga akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. 5.2 Diskusi Dari hasil penghitungan mean sebanyak 53 subjek, tingkat loneliness berada pada kategori rendah. Hal ini berarti sebagian besar dari subjek tidak memiliki kesenjangan antara hubungan sosial yang subjek capai dengan hubungan sosial yang subjek inginkan. Subjek cukup merasa puas dengan hubungan sosial yang dicapai saat ini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Weiss (dalam Peplau & Perlman, 1982), dimana loneliness tidak disebabkan oleh kesendirian, namun karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan hubungan atau rangkaian hubungan pasti, atau karena tidak tersedianya hubungan yang dibutuhkan oleh individu tersebut. Tingkat kesepian yang tergolong rendah, serta tingkat psychological wellbeing tinggi dapat disebabkan karena sebagian besar responden adalah laki-laki yang berada pada usia produktif. Pada usia ini mereka belum terlalu memprioritaskan membina hubungan dengan lawan jenis. Apabilla dikaitkan dengan teori karir Gibson et. al. (2005), pada usia tersebut merupakan tahap stabilisasi karir, dimana pekerjaan merupakan bagian dari kehidupan yang berjalan dengan menyenangkan sehingga membuat mereka bersemangat, berkonsentrasi dan memiliki tujuan jelas dalam karir. Selain itu, bagi laki-laki, usia 26-35 tahun merupakan usia yang masih tergolong wajar apabila belum menikah. Tidak terlalu besar tuntutan yang ditujukan kepada mereka untuk segera menikah dibanding pada perempuan. Dimensi yang mempunyai korelasi paling rendah dengan loneliness adalah penguasaan lingkungan. Karakterisitik individu yang matang dalam penguasaan lingkungan terlihat dari individu yang matang dan mampu berpartisipasi dalam aktivitas diluar dirinya. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi loneliness lebih dipengaruhi oleh perasaan subjektif dari subjek berkaitan dengan relasi interpersonal dengan orang lain, sedangkan penguasaan lingkungan berkaitan dengan peran individu terhadap lingkungannya. Dalam korelasi antara loneliness dengan masing-masing dimensi psychological well-being ditemukan bahwa dimensi hubungan positif dengan orang lain mempunyai korelasi yang signifikan terhadap loneliness yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi hubungan positif dengan orang lain maka semakin rendah tingkat loneliness. Seseorang yang memiliki hubungan positif dengan 2 orang lain mampu membina hubungan hangat dan penuh kepercayaan dengan orang lain sehingga tingkat lonelinessnya rendah. Selain itu, dimensi otonomi juga mempunyai korelasi yang signifikan terhadap loneliness. Seseorang yang memiliki otonomi akan mampu mengambil keputusan tanpa campur tangan orang lain dan dapat mengatur tingkah laku dari dalam diri. Pada dewasa muda lajang yang berkarir, otonomi tersebut dimiliki karena mereka tidak harus membagi atau mengurangi otonominya dengan pasangan. Seseorang yang mempunyai otonomi dalam hidupnya akan merasa otonom dalam hidupnya karena mampu merealisasikan dirinya menjadi seperti apa yang diinginkan walaupun hidup tanpa pasangan sehingga tingkat loneliness rendah. Kondisi tinggal bersama orang tua/keluarga atau tinggal sendiri sepertinya mempunyai peran dalam tingkat psychological well being, terutama dimensi otonomi, dan tingkat kesepian pada subjek. Selain itu, menurut Pinquart (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2012) seseorang yang tinggal sendiri lebih beresiko mengalami kesepian. Namun dalam penelitian ini peneliti tidak menjadikannya sebagai data kontrol, sehingga tidak dapat dipastikan keterkaitan antara tinggal atau tidak tinggal bersama orang tua/keluarga dengan psychological well-being dan loneliness. Jumlah subjek tidak merepresentatifkan seluruh populasi dewasa muda lajang yang berkarir di Jakarta, karena hanya disebar di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu yang tersedia dalam menyebarkan kuesioner dan keengganan subjek dalam berpartisipasi menjadi responden penelitian mengingat subjek adalah orangorang berkarir yang memiliki keterbatasan waktu. Akhirnya peneliti hanya memperoleh subjek pada daerah-daerah yang dapat dilalui peneliti (accidental sampling), seperti daerah Jakarta Pusat & Jakarta Selatan. 3 Pada penelitian ini ditemukan tidak ada perbedaan yang signifikan pada psychological well-being berdasarkan jenis kelamin, tetapi hasil tersebut belum dapat digeneralisasikan karena kurang berimbangnya jumlah subjek antara lakilaki dan perempuan. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengontrol responden yang tinggal sendiri dengan yang tinggal bersama orang tua. Secara keseluruhan, penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain alat ukur yang digunakan telah disesuaikan dengan keadaan Indonesia. Pernyataan yang kurang relevan juga ditiadakan sehingga kuesioner lebih singkat, padat dan jelas tanpa mengurangi validitas dan reliabilitasnya yang tergolong tinggi. Pada saat pengambilan data item dari alat ukur loneliness dan psychological well-being yang memiliki validitas dibawah 0,30 (berdasarkan hasil pilot study) tidak direvisi. Padahal menurut Guilford (1973) item dengan reliabilitas dibawah 0,30 atau yang mendekati 0,00 sebaiknya direvisi atau dieleminasi untuk meningkatkan nilai reliabilitas karena tergolong reliabilitas rendah. Saat pilot study peneliti menyebarkan 32 kuesioner penelitian tetapi hanya 24 kuesioner yang dapat diolah, karena karakteristik responden tidak sesuai dengan kriteria penelitian. Dikarenakan keterbatasan waktu dari pilot ke field, maka tidak dilakukan pengambilan data lagi untuk pilot study. Secara statistik data yang berjumlah (N) 24 kurang memenuhi syarat dalam pengolahan data. 4 5.3 Saran Saran yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah: 5.3.1 Saran Teoritis 1. Dapat dilakukan penelitian serupa dengan skala populasi dan responden yang lebih besar, yang merepresentatifkan seluruh wilayah di Jakarta secara proposional. 2. Sebaiknya apabila melakukan penelitian yang sejenis jumlah subjek baik laki-laki maupun perempuan lebih seimbang, sehingga dapat merepresentasikan populasi yang sebenarnya. 3. Dalam penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan wawancara pada beberapa subjek, agar diketahui lebih mendalam apa yang menyebabkan loneliness yang dirasakannya tinggi atau rendah 4. Peneliti juga menyarankan, dilakukan studi perbandingan yaitu membandingkan tingkat loneliness dan psychological well-being pada pria dan wanita berkarir, baik yang masih tinggal dengan orangtua maupun yang sudah tinggal sendiri. 5.3.2 Saran Praktis 1. Untuk dewasa muda lajang yang berkarir sebaiknya membina hubungan positif dengan orang lain, seperti dengan keluarga, teman dan kerabat terdekat. Relasi interpersonal yang baik dengan orang lain akan dapat meningkatkan psychological well-being dan menurunkan perasaan loneliness. 2. Sebaiknya dewasa muda lajang yang berkarir lebih mempertahankan otonomi yang dimiliki, seperti kemampuan untuk hidup mandiri, mengambil keputusan sendiri, dan melakukan segala hal yang 5 bermanfaat bagi diri dan karirnya, sehingga psychological well-being baik dan terhindar dari loneliness. 3. Bagi praktisi psikologi, dalam menghadapi klien yang mengalami kesepian dengan karakteristik dewasa muda lajang yang berkarir, dapat membantu klien meningkatkan aspek-aspek yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. 6