BAB V KESIMPULAN ETA (Euskadi Ta Askatasuna

advertisement
BAB V
KESIMPULAN
ETA (Euskadi Ta Askatasuna/ Basque Homeland and Freedom) merupakan salah satu
kelompok teroris radikal tertua di Eropa yang lahir sebagai bentuk nasionalisme bangsa
Basque sekaligus bentuk perlawanan mereka terhadap perubahan kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah Spanyol di masa kepemimpinan diktator Francisco Franco. Hal ini
menjadikan ETA sebagai ancaman keamanan, khususnya bagi Spanyol dan Perancis, karena
ETA berusaha untuk memisahkan bangsa Basque dari kedaulatan negara asalnya yang berada
di wilayah Spanyol utara dan Perancis barat daya dan membentuk negara sendiri yang
bernama Basque Country. ETA merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh
Spanyol, karena aksi-aksi yang kekerasan mereka telah banyak menyebabkan kerugian dan
mengganggu kestabilan politik dan keamanan Spanyol.
Kehadiran jaringan terorisme internasional Al-Qaeda dan penerapan kebijakan war on
terror oleh Amerika Serikat memunculkan semangat baru negara-negara di dunia untuk
melakukan tindakan tegas untuk memerangi terorisme, begitu juga dengan Spanyol.
Pemerintah Spanyol dengan segera mengeluarkan dua kebijakan baru yakni kebijakan antiteror dan kebijakan kontra-teror yang mempertegas pemberantasan terorisme di negara
mereka, terutama terhadap kelompok terorisme ETA. Kemudian pemerintah menempuh
berbagai langkah-langkah untuk menanggulangi perkembangan ETA yang tentunya mengacu
pada kebijakan-kebijakan tersebut.
Melihat perjalanan pemerintah Spanyol dalam mengimplementasikan kebijakan antiteror dan kebijakan kontra-teror terhadap kelompok terorisme ETA dapat disimpulkan bahwa
kebijakan-kebijakan tersebut telah berhasil dalam menanggulangi perkembangan kelompok
ETA. Hal ini ditunjukkan dengan dilakukannya gencatan senjata permanen oleh ETA dan
permohonan untuk dilakukannya perundingan damai antara pihak Basque dengan pemerintah
Spanyol dan Perancis melalui sebuah negosiasi dalam tataran global, dimana terdapat
keterlibatan aktor-aktor internasional yang bertindak sebagai mediator untuk semakin
mempermulus jalan untuk segera dibukanya dialog damai diantara pihak-pihak yang
berkonflik. Keyakinan bahwa keinginan dari pihak ETA untuk menghentikan kekerasan
dibuktikan dengan tidak adanya serangan-serangan ETA sepanjang tahun 2011.
64 Hal tersebut menempatkan de-eskalasi konflik antara ETA dengan pemerintah
Spanyol dalam tahap conflict containment menuju conflict settlement. Namun tentu saja ini
mengawali terwujudnya penyelesaian sengketa dan dapat semakin mengarah pada tahap
conflict transformation. Hadirnya aktor-aktor internasional dipercaya sebagai pihak ketiga
yang mampu membantu terwujudnya perdamaian tersebut. Ini dimaksudkan agar dapat
membangkitkan kepercayaan pemerintah Spanyol untuk kembali membuka harapan akan
terselenggaranya perundingan damai melalui jalur diplomatis.
Keberhasilan pemerintah Spanyol dalam mengimplementasikan kebijakan anti-teror
dan kebijakan kontra-teror terhadap kelompok terorisme ETA dievaluasi berdasarkan
perspektif proses implementasi dan perspektif dampak/ hasil. Berdasarkan perspektif proses
implementasi, terlihat bahwa kebijakan-kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan
baik, pemerintah melakukan tindakan untuk menekan pergerakan sekaligus perkembangan
kelompok ETA dengan melakukan penangkapan besar-besaran terhadap para pemimpin dan
anggota-anggota ETA dan mengkerdilkan partai politik serta pihak-pihak yang berhubungan
dengan ETA. Sedangkan melalui perspektif dampak/ hasil, implementasi kebijakan anti-teror
dan kebijakan kontra-teror pemerintah Spanyol terbukti sukses dilaksanakan dan mencapai
target yang diharapkan. Selama diimplementasikannya kebijakan-kebijakan tersebut, terlihat
bahwa jumlah korban ETA menunjukkan penurunan yang signifikan ketimbang tahun-tahun
sebelumnya.
Dalam mencapai keberhasilan implementasi kebijakan-kebijakan tersebut, terdapat
tiga kelompok variabel yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, diantaranya ialah: (1)
Karakteristik masalah (tractability of the problem) yaitu menganalisis inti dari permasalahan
ETA untuk mengukur tingkat kesulitan teknis dalam upaya pencarian solusi konflik. Selain
itu juga menyangkut tingkat kemajemukan sasaran, dimana kelompok ETA merupakan
kelompok sasaran yang homogen sehingga kebijakan anti-teror dan kebijakan kontra-teror
yang dibuat oleh pemerintah Spanyol relatif lebih mudah untuk diimplementasikan.
Kemudian melemahnya solidaritas etnis masyarakat Basque dan minimnya kompetensi Etarra
yang berbanding terbalik dengan penguatan aparat keamanan dan persenjataan juga didukung
oleh kemajuan teknologi menjadikan banyak anggota ETA yang tertangkap dan seranganserangan teror dapat dilumpuhkan.
Selanjutnya adalah (2) Karakteristik kebijakan (ability of statute to structure
implementation) yaitu mencakup kebijakan anti-teror dan kontra-teror yang dikeluarkan oleh
pemerintah Spanyol dimana isi dari kebijakan-kebijakan ini jelas dan tegas dalam
mematahkan pergerakan dan perkembangan kelompok ETA sehingga mampu menyudutkan
65 posisi tawar mereka hingga pada akhirnya menyatakan gencatan senjata dan melakukan
ajakan perundingan damai dengan pemerintah Spanyol. Selain itu, peran langsung dari
pembuat kebijakan, dalam hal ini Perdana Menteri Zapatero, dalam mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat olehnya, menjadikan permasalahan ETA dapat
ditangani dengan maksimal. Melalui penguatan implementasi kebijakan oleh pemerintah
Spanyol, mampu mempengaruhi saluran-saluran logistik ETA yang membuat semakin
berkurangnya sumber daya ETA baik dari sisi finansial maupun sumber daya manusia. Hal
ini berlawanan dengan alokasi dana pemerintah Spanyol yang cukup besar untuk penanganan
masalah ETA. Ditambah dengan koordinasi yang baik dan intens dalam kerjasama bilateral
pemerintah Spanyol dengan pemerintah Perancis dan juga beberapa negara lainnya, tak
terlepas dari karakter personal Zapatero yang cenderung participatory terhadap negaranegara lain, semakin mengguncang keberlangsungan keberadaan kelompok ETA.
Terakhir yakni (3) Lingkungan kebijakan (nonstatutory variables affecting
implementations) yang mana menyangkut faktor sosial ekonomi politik yang ikut mendukung
keberhasilan kebijakan anti-teror dan kontra-teror pemerintah Spanyol. Dalam hal ini
diantaranya ialah: melemahnya sense of belonging masyarakat Basque terhadap identitas
Basque; menurunnya sumber daya manusia terutama untuk para personil ETA; dukungan
kekerabatan etnis Basque Perancis untuk mengubah gagasan-gagasan nasionalisme radikal
menuju non-kekerasan; simpati dari elemen masyarakat dan politisi Basque Spanyol yang
menginginkan upaya penyelesaian konflik dengan jalan damai dan menolak aktivitas
kekerasan ETA; solidaritas tokoh-tokoh internasional yang ikut melakukan intervensi sebagai
mediator dalam upaya terselenggaranya dialog damai diantara negara-negara yang
berkonflik; dan juga peran Uni Eropa dalam proses tercapainya de-eskalasi konflik diantara
mereka.
Berdasarkan ketiga karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
tersebut sangat berkaitan dan saling mempengaruhi, namun faktor yang paling utama dalam
menentukan keberhasilan implementasi kebijakan anti-teror dan kebijakan kontra-teror
Spanyol dalam menanggulangi gerakan terorisme ETA sejak tahun 2002 hingga 2011 ialah
karakteristik kebijakannya. Formula kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Spanyol untuk
mengatasi problema ETA dirasa lebih akurat dan tepat serta pengimplementasian dari
kebijakan-kebijakan ini lebih terstruktur dan berkelanjutan sehingga kemudian turut
berdampak terhadap faktor-faktor lainnya.
66 
Download