5126 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
GAMBARAN KUALITAS TIDUR PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
Umbarwanto*), Eko Susilo**), Umi Aniroh**)
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Kualitas tidur bisa memicu produksi hormon kartisol, menurunkan toleransi glukosa dan mengurangi
hormon tiroid. Semua itu menyebabkan meningkatnya resistensi insulin dan memperburuk metabolisme. Kurang
tidur membuat tubuh menimbun lemak karena kalori pembakarnya berkurang. Akibatnya kadar glukosa dalam
darah akan meningkat, sehingga terkadang penderita memerlukan perawatan inap di rumah sakit Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang.
Desain penelitian ini deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang jumlah sampel 74 orang menggunakan teknik
pengumpulan data accidental sampling. Alat pengambilan data menggunakan PSQI. Analisis data yang
digunakan distribusi frekuensi
Hasil penelitian menunjukkan kualitas tidur pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang sebagian besar kategori buruk yaitu sebanyak 40 orang (54,1%). Kualitas tidur subjektif
pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar kategori cukup baik (66,2%), latensi tidur pasien diabetes mellitus
tipe 2 sebagian besar ≤ 15 menit (45,9%), lama tidur pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar 5-6 jam
(70,3%), efisiensi tidur pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar 65-74% (77,0%), gangguan tidur pasien
diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar tidak ada pada minggu lalu (54,1%), pemakaian obat tidur pasien diabetes
mellitus tipe 2 semuanya tidak ada pada minggu lalu (100,0%), disfungsi pada siang hari pasien diabetes mellitus
tipe 2 sebagian besar tidak ada pada minggu lalu (90,5%). Sebaiknya perawat dapat berperan aktif mendukung
proses intervensi khususnya bagi pasien DM.
Kata Kunci:
kualitas tidur, diabetes mellitus tipe 2
ABSTRACT
Lack of sleep can trigger the production of hormones kartisol, lower glucose tolerance and reduced
thyroid hormone. All that led to increased insulin resistance and worsens the metabolism. Lack of sleep causes
the body to store fat for reduced calorie burner, As a result, blood glucose levels will increase, so sometimes
patients require inpatient care in hospitals The aim of this study is to describe the quality of sleep of patients
with type 2 diabetes mellitus in Ungaran Semarang District Hospital.
The study design was a descriptive cross sectional approach. The study population was patients with
type 2 diabetes mellitus in hospitals Ungaran Semarang District 74 the number of samples using the technique
of accidental sampling data collection. Data retrieval tool using PSQI. Data analysis used frequency
distribution.
The results showed the sleep quality of patients with type 2 diabetes mellitus in hospitals Ungaran
Semarang District worse in most categories as many 40 people (54,1%). Subjective sleep quality of patients with
type 2 diabetes mellitus in most categories in quite good (66,2%), sleep latency patients with diabetes mellitus
type 2 mostly ≤ 15 minutes (46,0%), long sleep of patients with type 2 diabetes mellitus mostly 5-6 hours
(70,3%), sleep efficiency patients with type 2 diabetes mellitus mostly 65-74% (77,0%), sleep disorders patients
with type 2 diabetes mellitus is largely absent in the last week (54,0%), the use of sleeping pills patients with
type 2 diabetes mellitus are all there in the last week (100%), daytime dysfunction in patients with diabetes
mellitus type 2 is mostly absent in the last week (90,5%). We recommend that nurses can play an active role to
support the intervention process, especially for patients with diabetes mellitus.
Keywords: quality of sleep, patients with diabetes mellitus type 2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan
penyakit gangguan metabolisme kronis
yang ditandai peningkatan glukosa darah
(hiperglikemia),
disebabkan
karena
ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh
dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya
glukosa dalam sel agar dapat digunakan
untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.
Berkurang atau tidak adanya insulin
menjadikan glukosa tertahan di dalam
darah dan menimbulkan peningkatan gula
darah, sementara sel menjadi kekurangan
glukosa yang sangat dibutuhkan dalam
kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto,
2012).
Prevalensi diabetes di Indonesia
berdasarkan Riskesdas
tahun
2013
adalah 2,1%. Angka tersebut lebih tinggi
dibanding dengan tahun 2007 (1,1%).
Prevalensi tertinggi Diabetes pada umur ≥
15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala
hasil Riskesdas tahun 2013 adalah di
Provinsi Sulawesi Tengah (3,7%), yang
terendah ialah di Provinsi Lampung
(0,8%). Sedangkan prevalensi untuk
Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,0%
(Dinkes RI, 2013). Prevalensi diabetes
melitus tergantung insulin di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar
0,06 lebih rendah dibanding tahun 2011
(0,09%). Prevalensi tertinggi adalah
Kabupaten Semarang sebesar 0,66%.
Sedangkan prevalensi kasus DM tidak
tergantung insulin lebih dikenal dengan
DM tipe II, mengalami penurunan dari
0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012.
Prevalensi tertinggi adalah Kota Magelang
sebesar
7,93% (Dinkes Prov Jateng,
2013).
Temuan Departemen Kesehatan RI
memperkuat keparahan penyakit ini,
bahwa penderita diabetes mellitus yang
mengalami rawat inap dan rawat jalan di
rumah sakit menduduki urutan pertama
dari keseluruhan pasien penyakit dalam
(Nurjanah dan Julianti, 2007). Rawat jalan
2
dan rawat inap adalah bagian dari
pelayanan di rumah sakit. Catatan yang
penting dalam dokumen medis ketika
rawat inap adalah minimal memuat
identitas pasien, pemeriksaan, diagnosa
atau masalah, persetujuan tindakan medis,
tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Wildan &
Hidayat, 2008).
Penanganan DM baik pada usia lanjut
maupun orang dewasa pada umumnya
adalah untuk mencegah terjadinya
dekompensasi metabolik akut serta
menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian akibat komplikasi. Penanganan
ini diharapkan menuju pencapaian kualitas
hidup yang lebih baik. Meskipun menjadi
tujuan utama penanganan DM pada usia
lanjut, namun pemberian obat-obatan tidak
boleh dilakukan secara agresif dan nonprosedural (Atun, 2010).
Kurang tidur dapat meningkatkan
peradangan
dalam
darah
dan
meningkatkan
rasa
lapar.
Studi
menunjukkan
bahwa
peradangan
diprovokasi oleh sel-sel kekebalan tertentu
dan diabetes tipe 2. Diabates tipe 2
berhubungan langsung dengan obesitas
dan merupakan epidemil diseluruh dunia.
Ada semakin banyak bukti bahwa orang
yang tidur kurang dari 7 jam setiap malam
memiliki risiko diabetes yang lebih tinggi.
Kehilangan 3-4 jam tidur normal selama
beberapa hari sudah cukup untuk memicu
perubahan metabolik yang konsisten
dengan keadaan prediabetic. Mereka
menyatakan bahwa kettika tidur dibatasi
hanya 4 jam setiap malam selama 6 malam
berturut-turut, kemampuan tubuh untuk
menjaga kadar gula darah pada tingkat
yang konsisten akan menurun secara
signifikan,
yangmeningkatkan
risiko
diabetes tipe 2 (Fible, 2012).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang diperoleh data
jumlah penderita diabetes mellitus non
insulin di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang pada tahun 2015 sebanyak 285
pasien. Hasil wawancara dengan 10 orang
Gambaran Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
pasien yang memeriksakan glukosa darah
diperoleh rata-rata glukosa darah mereka
230,7 mg/dl. Diperoleh 5 orang kualitas
tidurnya baik (tidak mengalami kesulitan
untuk
jatuh
tertidur,
dapat
mempertahankan
tidur
dan
jarang
terbangun di malam hari) dan 5 orang
mempunyai kualitas tidurnya buruk
(kesulitan untuk jatuh tertidur, sulit
mempertahankan tidur dan sering bangun
di malam hari). Hal tersebut menunjukkan
masih banyak responden yang mempunyai
kualitas tidur kurang baik. Hal tersebut
diduga dikarenakan psikologis mereka
yang tidak terjaga seperti stres dalam
pekerjaan atau karena faktor usia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah penelitian ini
adalah adakah gambaran kualitas tidur
pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang?.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
engetahui gambaran kualitas tidur pasien
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
Bagi RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang, diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang kualitas tidur pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang.
Bagi perawat dan tenaga kesehatan,
diharapkan dapat menjadi pendorong agar
perawat dapat berperan aktif mendukung
proses intervensi khususnya pasien DM.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskriptif. Rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan pendekatan cross sectional.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada
tanggal 13-15 Februari 2016.
Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang jumlah
pasien untuk bulan Desember 2015
sebanyak 285 orang.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang yang
dihitung dengan menggunakan rumus
Slovin, sehingga didapatkan 74 responden.
Teknik Sampling
Metode Pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode
accidental sampling.
Pengumpulan Data
Alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
yaitu
lembar
kuesioner, yang dilengkapi data umur, jenis
kelamin dan pendidikan responden.
Instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengukur variabel kualitas tidur
dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI).
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisi univariat yang
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik
setiap
variabel penelitian. Adapun variabel yang
di analisis adalah kualitas tidur pasien DM.
Data disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi.
Gambaran Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
3
HASIL PENELITIAN
Gambaran Kualitas Tidur Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
f
%
Kualitas tidur
Buruk
40
54,1
Baik
34
45,9
Total
74
100,0
Gambaran Kualitas Tidur Subjektif
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
Subjektif Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2 di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
Kualitas tidur
f
%
Subjektif
Cukup baik
49
66,2
Kurang baik
25
33,8
Total
74
100,0
Gambaran Latensi Tidur Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Latensi Tidur
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
f
%
Latensi tidur
≤15 menit
34
46,0
16-30 menit
20
27,0
31-60 menit
20
27,0
Total
74
100,0
4
Gambaran Lama Tidur Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Lama Tidur
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
f
%
Lama tidur
5-6 jam
52
70,3
< 5 jam
22
29,7
Total
74
100,0
Gambaran Efisiensi Tidur Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Efisiensi Tidur
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
f
%
Efisiensi tidur
65-74%
57
77,0
<65%
17
23,0
Total
74
100,0
Gambaran Gangguan Tidur Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
f
%
Gangguan tidur
Tidak ada pada
40
54,0
minggu lalu
Kurang dari sekali
27
36,5
dalam seminggu
Sekali atau dua kali
7
9,5
dalam seminggu
Total
74
100,0
Gambaran Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Gambaran Pemakaian Obat Tidur
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Pemakaian Obat
Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
di
RSUD
Ungaran
Kabupaten
Semarang
f
%
Pemakaian obat tidur
tidak ada pada minggu
74
100.0
lalu
Total
74
100,0
Gambaran Disfungsi Pada Siang Hari
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Disfungsi Pada
Siang Hari Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
Disfungsi pada Siang
f
%
Hari
tidak ada pada minggu
67
90,5
lalu
kurang dari sekali
7
9,5
dalam seminggu
Total
74
100,0
PEMBAHASAN
Gambaran Kualitas Tidur Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas tidur pasien diabetes mellitus tipe
2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
kategori buruk yaitu sebanyak 40 orang
(54,1%) dan kategori baik sebanyak 34
orang (45,9%) Kurang tidur bisa memicu
produksi hormon kartisol, menurunkan
toleransi glukosa dan mengurangi hormon
tiroid.
Semua
itu
menyebabkan
meningkatnya
resistensi insulin
dan
memperburuk metabolisme. Kurang tidur
membuat tubuh menimbun lemak karena
kalori pembakarnya berkurang. Akibatnya
kadar glukosa dalam darah akan
meningkat, sehingga terkadang penderita
memerlukan perawatan inap di rumah
sakit.
Tidur terbukti membantu mengatur
hormon yang mempengaruhi selera makan.
Tidur yang kurang meningkatkan nafsu
makan dan ketika itu badan menginginkan
asupan tinggi kalori, lemak dan
karbohidrat. Kekurangan tidur akan
mengarah kepada penyakit DM tipe 2,
sebab
kekurangan
tidur
dapat
mempengaruhi tubuh dalam memproses
glukosa dan darah (Jayanata dan Cholil,
2012).
Penelitian yang dilakukan pada 1.709
laki-laki selama kurang lebih 15 tahun di
Massachusets menuliskan bahwa yang
melaporkan durasi tidur pendek ≤ 5 jam
per malam dua kali lebih munkin untuk
mengembangkan diabetes, sedangkan yang
melaporkan durasi tidur panjang > 8 jam
per malam lebih dari 3 kali kemungkinan
untuk
mengembangkan
diabetes
(Rafknoledge, 2008).
Gangguan tidur dapat mempengaruhi
terjadinya resistensi insulin dan penyakit
DM tipe 2 baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung gangguan
tidur mempengaruhi terjadinya resistensi
insulin terkait dengan adanya gangguan
pada komponen pengaturan glukosa
sedangkan secara tidak langsung kurang
tidur menyebabkan peningkatan hormone
ghrelin yang otomatis meningkatkan nafsu
makan dan menurunkan kadar hormone
leptin yaitu hormone pengirim sinyal
kenyang. Dalam kondisi kerja insulin yang
tidak optimal tersebut peningkatan nafsu
makan tentunya menyebabkan peningkatan
berat badan dan obesitas dimana obesitas
merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya resistensi insulin dan DM
(Puspaningtias, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas tidur pasien diabetes mellitus tipe
2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
kategori kurang terutama pada komponen
latensi tidur. Sebagian besar responden
membutuhkan wakti 16-30 menit untuk
dapat jatuh tertidur yaitu sebanyak 39
responden (52,7%), bahkan 32 responden
Gambaran Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
5
(43,2%) membutuhkan waktu 31-60 menit
untuk dapat jatuh tertidur. Faktor yang
mempengaruhi kulitas tidur diantaranya
status kesehatan.
Kualitas tidur yang buruk ini
dipengaruhi oleh karakteristik responden
seperti umur, tingkat pendidikan dan
pekerjaan. Responden dalam penelitian ini
sebagian besar memiliki umur lebih dari
30 tahun. Semakin tua maka semakin
mengalami penurunan fungsi sistem tubuh
akibat proses penuaan sehingga dapat
mempengaruhi siklus kehidupannya secara
umum salah satunya perubahan pola tidur
(Asmadi, 2008). Responden yang berusia
lebih dari 30 tahun menyatakan mengalami
gangguan tidur terutama di malam hari.
Gambaran Kualitas Tidur Subjektif
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Kualitas tidur yang baik diperlihatkan
dengan mudahnya seseorang memulai
tidur saat jam tidur, mempertahankan tidur,
menginisiasi untuk tidur kembali setelah
terbangun di malam hari, dan peralihan
dari tidur ke bangun di pagi hari dengan
mudah (LeBourgeois et al., 2005 cit.
Saputri, 2009). Evaluasi kualitas tidur
secara subjektif merupakan evaluasi
singkat terhadap tidur seseorang tentang
apakah tidurnya sangat baik atau sangat
buruk (Saputri, 2009).
Kualitas tidur subjektif pasien diabetes
mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang kategori kurang baik
dimana sebagian besar mereka menyatakan
bahwa kualitas tidur responden secara
keseluruhan pada minggu yang lalu
kategori sangat buruk. Mereka menyatakan
sering terbangun di malam hari dan
terkadang sulit untuk dapat tertidur
kembali sehingga pada pagi harinya
mereka merasa mengantuk. Faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur subjektif
diantaranya lingkungan.
Lingkungan dapat meningkatkan atau
menghalangi seseorang untuk tidur.
Lingkungan yang tenang memungkinkan
seseorang dapat tidur dengan nyenyak,
6
sebaliknya lingkungan yang ribut, bising
dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur (Asmadi, 2008). Lingkungan
rumah sakit yang kurang nyaman
diantaranya ruangan gerah/panas terutama
di siang hari yang menyebabkan mereka
menjadi
berkeringat.
Mereka
juga
menyatakan bahwa terkadang di malam
hari juga suasana ruangan menjadi panas,
sedangkan pihak rumah sakit hanya
menyediakan kipas angin yang tidak dapat
membuat ruangan menjadi nyaman.
Gambaran Latensi Tidur Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Latensi tidur adalah durasi mulai dari
berangkat tidur hingga tertidur. Seseorang
dengan kualitas tidur baik menghabiskan
waktu kurang dari 15 menit untuk dapat
memasuki tahap tidur selanjutnya secara
lengkap. Sebaliknya, lebih dari 20 menit
menandakan
level
insomnia
yaitu
seseorang yang mengalami kesulitan
dalam memasuki tahap tidur selanjutnya
(Buysse et al., 1989 cit. Modjod, 2007).
Faktor yang mempengaruhi latensi tidur
diantaranya stres psikologis.
Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas
akan meningkatkan norepineprin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan
mengurangi tahap IV NREM dan REM
(Asmadi, 2008).
Gambaran Lama Tidur Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
Durasi tidur dihitung dari waktu
seseorang tidur sampai terbangun di pagi
hari tanpa menyebutkan terbangun pada
tengah malam. Orang dewasa yang dapat
tidur selama lebih dari 7 jam setiap malam
dapat dikatakan memiliki kualitas tidur
yang baik (Buysse et al., 1989 cit. Modjod,
2007). Faktor yang mempegnaruhi lama
tidur diantaranya latihan dan kelelahan.
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi
dapat memerlukan lebih banyak tidur
Gambaran Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
untuk menjaga keseimbangan energi yang
telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat
pada seseorang yang telah melakukan
aktivitas dan mencapai kelelahan. Orang
kelelahan akan lebih cepat untuk dapat
tidur karena tahap tidur gelombang lambat
(NREM) diperpendek (Hidayat, 2008)
mengandung kafein di senja atau sore hari,
berolahraga pada saat mau tidur, mengikuti
jadwal pagi dan malam yang tidak
beraturan, dan bekerja atau melakukan
suatu pekerjaan yang memerlukan aktivitas
daya pikir sesaat
sebelum tidur
(Rafknoledge, 2004).
Gambaran Efisiensi Tidur Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Efisiensi kebiasaan tidur adalah rasio
persentase antara jumlah total jam tidur
dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan
di tempat tidur. Seseorang dikatakan
mempunyai kualitas tidur yang baik
apabila efisiensi kebiasaan tidurnya lebih
dari 85% (Buysse et al., 1989 cit. Modjod,
2007). Faktor yang mempengaruhi
efeisensi tidur diantaranya diet.
Makanan yang banyak mengandung
L-Triptofan seperti keju, susu, daging dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang
mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan
mengganggu tidur (Asmadi, 2008).
Gambaran Pemakaian Obat Tidur
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gangguan tidur pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang semuanya tidak ada pada
minggu lalu yaitu sebanyak 74 orang
(100,0%). Penggunaan obat-obatan yang
mengandung sedatif mengindikasikan
adanya masalah tidur. Obat-obatan
mempunyai efek terhadap terganggunya
tidur pada tahap REM. Oleh karena itu,
setelah
mengkonsumsi
obat
yang
mengandung sedatif, seseorang akan
dihadapkan pada kesulitan untuk tidur
yang disertai dengan frekuensi terbangun
di tengah malam dan kesulitan untuk
kembali
tertidur,
semuanya
akan
berdampak langsung terhadap kualitas
tidurnya (Buysse et al., 1989 cit. Modjod,
2007). Faktor yang mempengaruhi
pemakain obat diantaran motivasi.
Motivasi merupakan suatu dorongan atau
keinginan seseorang untuk tidur, dapat
mempengaruhi proses tidur (Asmadi,
2008).
Gambaran Gangguan Tidur Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Gangguan tidur merupakan kondisi
terputusnya tidur yang mana pola tidurbangun seseorang berubah dari pola
kebiasaannya, hal ini menyebabkan
penurunan baik kuantitas maupun kualitas
tidur seseorang (Buysse et al., 1989 cit.
Modjod,
2007).
Faktor
yang
mempengaruhi gangguan tidur diantaranya
gaya hidup.
Keteladan dapat mempengaruhi pola
tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan
nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode
tidur REM lebih pendek. Tanpa disadari,
kita bisa saja melakukan hal rutin yang
buruk atau tidak sehat setiap hari, yang
bisa menghalangi perolehan tidur yang
baik. Gaya hidup ini antara lain kebiasaan
minum alkohol atau minum minuman yang
Gambaran Disfungsi Pada Siang Hari
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Seseorang dengan kualitas tidur yang
buruk menunjukkan keadaan mengantuk
ketika beraktivitas di siang hari, kurang
antusias atau perhatian, tidur sepanjang
siang,
kelelahan,
depresi,
mudah
mengalami distres, dan penurunan
kemampuan beraktivitas (Buysse et al.,
1989 cit. Modjod, 2007).
Faktor yang mempengaruhi disfungis
pada siang hari diantaranya obatobatan.Obat-obatan yang dikonsumsi
Gambaran Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
7
seseorang ada yang berefek menyebabkan
tidur, ada pula yang sebaliknya
mengganggu tidur,
misalnya, obat
golongan amtetamin akan menurunkan
tidur REM (Asmadi, 2008).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur
berupa kuesioner, dimana dimungkinkan
jawaban responden sangat bergantung
kepada subjektivitas dan kondisi mereka.
Oleh sebab itu upaya peneliti untuk
mengantisipasi jawaban yang bias, maka
dilakukan pendampingan ketika pengisian
kuesioner. Keterbatasan penelitian lainnya
adalah pengukuran kejadian seminggu
yang lalu sehingga dimungkinkan jawaban
yang mereka berikan sangat tergantung
kepada kemampuan mengingat. Selain itu
usia responden dalam penelitian ini tidak
diberikan batasan sehingga dimungkinkan
kualitas tidur yang buruk dari responden
disebabkan oleh faktor lainnya misalnya
umur atau penyakit penyerta lainya.
KESIMPULAN
Kualitas tidur pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang sebagian besar kategori buruk
yaitu sebanyak 40 orang (54,1%).
Kualitas tidur subjektif pasien diabetes
mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang sebagian besar
kategori cukup baik yaitu sebanyak 49
orang (66,2%).
Latensi tidur pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang sebagian besar ≤ 15 menit yaitu
sebanyak 34 orang (46,0%).
Lama tidur pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang sebagian besar 5-6 jam yaitu
sebanyak 52 orang (70,3%).
Efisiensi tidur pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang sebagian besar 65-74% yaitu
sebanyak 57 orang (77,0%).
Gangguan tidur pasien diabetes
mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran
8
Kabupaten Semarang sebagian besar tidak
ada pada minggu lalu yaitu sebanyak 40
orang (54,0%).
Pemakaian obat tidur pasien diabetes
mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang semuanya tidak ada
pada minggu lalu yaitu sebanyak 74 orang
(100,0%).
Disfungsi pada siang hari pasien
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang sebagian besar tidak
ada pada minggu lalu yaitu sebanyak 67
orang (90,5%).
Saran
Sebaiknya pihak RSUD Ungaran
Kabupaten
Semarang
meningkatkan
pelayanan bagi pasien diabetes mellitus
tipe 2 terutama dalam meningkatkan
kualitas
tidur
diantaranya
dengan
menyediakan ruangan perawatan yang
nyaman.
Prodi Keperawatan STIKES Ngudi
Waluyo diharapkan menjadikan hasil
penelitian ini sebagai dasar untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang
berkaitan dengan kecemasan dan kualitas
hidup penderita diabetes mellitus yang
mengalami ulkus diabetikum.
Perawat dan tenaga kesehatan
diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi pendorong agar perawat dapat
berperan
aktif
mendukung
proses
intervensi khususnya bagi pasien DM.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.
2008.
Konsep
keparawatan. Jakarta : EGC
dasar
Atun, 2010. Diabetes mellitus memahami,
mencegah dan merawat penderita
penyakit gula. Bantul : Kreasi Wacana
offset
Budiharto. 2008. Metodologi penelitian
kesehatan, dengan contoh bidang ilmu
kesehatan gigi. Jakarta : EGC
Gambaran Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Diah, 2012. Perencanaan Menu Untuk
Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta :
Penebar Swadaya
Nursalam, 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta
:Nuha Medika
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2013. Semarang
Prasadja, 2009. Ayo Bangun Dengan
Bugar Karena Tidur Yang Benar.
Jakarta: PT. Mizan Utama.
Dinkes Jateng, 2012. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2013.
Semarang
Smeltzer & Bare, 2007. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Hasdianah. 2012. Mengenal diabetes
mellitus pada orang dewsa dan anakanak
dengan
solusi
herbal.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan,
Jakarta:
Salemba
Medika
Khasanah & Hidayati, 2012. Kualitas
Tidur Lansia Balai Rehabilitasi.
Sosial “MANDIRI” Semarang.
Mahendra, 2008. Care Your Self Diabetes.
Mellitus. Jakarta: Penebar Plus
Nabyl, R.A. 2012. Panduan hidup sehat:
mencegah dan mengobati diabetes
mellitus.
Yogyakarta
:
Aulia
Publishing
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT.
Rineka Cipta.
Soegondo, S., Soewondo, P dan Subekti,
I. 2013. Penatalaksanaan diabetes
mellitus terpadu. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alphabeta
Swarjana, 2012. Metode penelitian
kesehatan.
Tuntunan
praktis
pembuatan
proposal
penelitian.
Yogyakarta : Penerbit ANDI
Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: Trans Info Media.
Wallance dan Grossman, 2008. Using the
Berlin Questionnaire to Identify
Patients at Risk for The Sleep Apnea
Syndrome. Ann Intern Med. 131: 45891.
Gambaran Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
9
Download