Pengasuh: dr. H Rasyid M Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF. Adrenalin Si Hormon Pembangkit D i tempat praktek dokter hormon adrenalin boleh dibilang selalu tersedia dalam bentuk cairan siap disuntikkan. Khasiatnya yang cukup terkenal adalah untuk “membangkitkan” pasen yang mengalami syok karena suntikan yang dia tidak tahan terhadapnya. Suntikan ini juga digunakan untuk membangkitkan penderita asma yang mengalami “kelemahan” parah karena sesaknya. Bahkan nama hormon ini juga digunakan dalam nama grup musik maupun perhelatan musik yang penuh keriuhan suara alat musik yang menghentakhentak mengikuti irama maupun gerakan si penyanyi. Hormon. Hormon adalah zat yang berfungsi sebagai pengendali atau pengatur fungsi-fungsi dalam tubuh; hormon dikeluarkan oleh “kelenjar buntu”. Nama ini diberikan karena untuk bekerjanya hormon itu tidak dikeluarkan lewat saluran keluar (tidak punya saluran; buntu), tetapi dengan melepaskannya langsung sebagai rembesan langsung ke aliran darah, kemudian terbawa liran darah untuk bekerja di tempat yang “jauh” dari tempat dihasilkannya. Di dalam tubuh banyak macam hormon ataupun yang mirip dengannya yang dihasilkan, baik oleh bentukan yang benar-benar merupakan kelenjar ataupun 46 MPA 312 / September 2012 oleh sel-sel tertentu di banyak macam organ-organ yang berbeda. Secara menyeluruh hormon itu dikendalikan oleh kelenjar hormon “juragan” (master), yaitu kelenjar pitutary yang disebut juga pineal body. Kelenjar ini berada di dasar otak, menghasilkan hormon yang memerintah kelenjar hormon untuk mengeluarkan hormon produknya, menghasilkan, ataupun mengurangi produksinya. Kelenjar Adrenalin. Kelenjar adrenalin yang juga bernama epinephrine atau suprarenal berada menempel di atas ginjal (supra= atas, renal= ginjal). Kelenjar ini walaupun kecil (3-4 cm) bukanlah hanya menghasilkan satu hormon. Kelenjar adrenalin ini tersusun dalam bentuk dua “lapisan” yaitu inti (medulla) dan lapisan luar atau kulit (cortex); di lapisanlapisan itu diproduksi hormon-hormon yang berbeda dengan fungsinya masing-masing. Korteks adrenalin merupakan bagian penting, utama dalam kehidupan; tanpa adanya lapisan ini orang akan mati dalam hitungan hari. Lapisan ini menghasilkan hormon-hormoan antara lain kortisol (untuk pengendalian “pembakaran” di dalam tubuh yang meliputi karbohidrat, lemak, maupun protein), aldosteron (pengendalian tekanan darah secara umum dengan mengendalikan jumlah cairan tubuh dan garam-garaman), dan hormon-hormon androgen (yang berperan dalam mengendalikan sifat kelaki-lakian; perannya pada perempuan masih belum jelas). Bayi yang lahir dengan kelainan kekurangan korteks ini merupakan keadaan yang mengancam, akan meninggal jika tidak diberi obat-obat pengganti hormon yang seharusnya diproduksinya. Jika gangguan ini terjadi di umur dewasa, penderita dapat mengalami kelemahan, badan kian kurus, tekanan darah rendah, kadar gula darah rendah, dengan warna kulit kian gelap. Jika aktivitas lapisan korteks ini berlebihan (misalnya karena tumor), pengaruhnya tergantung pada bagian mana dari lapisan ini yang berlebihan; misalnya saja dapat muncul sifatsifat kelaki-lakian yang berupa per­ tumbuhan otot, menebalnya ram­but di seluruh tubuh. Lapisan inti kelenjar adrenalin ini sebenarnya merupakan bagian dari sistem syaraf simpatis, mengha­ silkan hormon-hormon yang di­ ke­ lom­ pokkan sebagai hormon kate­ kolamin, terutama adrenalin dan nor-adrenalin. Tumor yang tumbuh dari inti kelenjar adrenalin ini akan menghasilkan banyak kedua hormon itu dengan segala akibatnya, namun biasanya hormon nor-adrenalin yang lebih banyak. Akibatnya antara lain tekanan darahnya naik dan mungkin disertai dengan kadar gula darahnya yang tinggi. Hormon adrenalin. Hormon adrenalin mempunyai fung­ si sebagai pelecut tubuh se­ cara umum jika menghadapi te­­ ka­­ nan; hormon ini dikaitkan dengan munculnya “fight or flight” (bertempur diawali dengan “ama­ rah”, ataukah lari). Hormon ini akan meningkatkan kerja jantung memacu kecepatan denyutnya, mele­ barkan pem­ buluh darah koroner untuk me­­­ ningkatkan aliran darah ke otot jan­ tung maupun otot rangka agar mampu bekerja lebih kuat; kulit tampak memerah. Ini dilakukan dengan juga adanya efek menciutkan pembuluh darah di tubuh bagian lain sehingga darah lebih banyak yang terdorong kembali ke dalam rongga jantung sehingga pemompaan darah dari jantung dapat lebih banyak. Dengan cara ini Hormon adrenalin meningkatkan pemecahan cadangan glikogen untuk tersedianya glukosa darah buat bahan bakar pembakaran secara umum. Hormon ini juga memu­ dahkan pemecahan lemak tubuh se­hingga banyak tersedia asam lemak bebas siap untuk dibakar guna menghasilkan energi untuk kerja. tekanan darah naik menjadikan aliran darah ke seluruh tubuh (termasuk yang ke otak) jadi lebih lancar, sehingga penderita yang mengalami syok dapat “bangkit” kembali. Aliran darah di otot rangka juga meningkat menjadikannya mampu mengkerut dengan lebih kuat untuk bekerja, di samping juga membantu baliknya darah vena mengalir ke jantung. Hormon adrenalin ini yang bekerja pada otot polos pembuluh darah dengan pola yang berbeda pada pembuluh darah yang berbeda, ternyata pada otot polos saluran nafas (trachea, bronchus maupun salurannya yang lebih kecil lagi) bekerja sebagai “pengendor” atas saluran nafas yang semula menyempit ketika terjadi serangan asma itu menjadi mengendor, sehingga longgarlah pernafasan. Permasalahan yang ada di sini adalah bahwa karena penga­ ruhnya pada sistem peredaran darah sebagaimana diuraikan di atas, maka pada pemberian adrenalin ini harus hati-hati pada penderita yang punya tekanan darah tinggi. Hormon adrenalin meningkatkan pemecahan cadangan glikogen untuk tersedianya glukosa darah buat bahan bakar pembakaran secara umum. Hormon ini juga memu­ dahkan pemecahan lemak tubuh se­ hingga banyak tersedia asam lemak bebas siap untuk dibakar guna menghasilkan energi untuk kerja. Meningkatnya aliran darah disertai dengan melebarnya saluran nafas oleh hormon ini juga meningkatkan kemampuan kerja otak. Hormon Nor-Adrenalin Hormon nor-adrenalin dipro­duksi hanya seperempat banyaknya hormon adrenalin. Peran hormon ini ada yang sama dengan hormon adrenalin, tetapi ada pula yang berlawanan, misalnya bahwa walau­ pun keduaduanya menaikkan teka­ nan darah sistol, nor-adrenalin me­nu­runkan denyut jantung tetapi menaikkan teka­ nan diastol (jadi nor-adrenalin “meng­hambat” aliran darah). Klinik. Kelainan-kelainan yang muncul dari akibat gangguan hormonal sangatlah banyak, katakanlah se­ banyak aktivitas yang mungkin dila­kukan oleh orang. Biasanya ke­ cu­ rigaan atas adanya kelainan ini muncul ketika tindakan yang “biasa” ternyata tidak menolong, sehingga barulah dilakukan pemeriksaan analisa hormon (yang tidak murah). Misalnya saja tumor yang tumbuh dari inti kelenjar adrenalin biasanya memproduksi hormon nor-adrenalin yang lebih banyak. Akibatnya antara lain tekanan darahnya naik dan mungkin disertai dengan kadar gula darahnya yang tinggi. Oleh karena itulah penderita tekanan darah tinggi sebaiknya diperiksa kandungan hormon-hormon ini di dalam air kemihnya, karena jika tumor ini dioperasi tekanan darahnya mudah kembali normal. Penutup. Hormon adrenalin maupun noradrenalin di dalam tubuh hanya bekerja sebentar (hanya dalam hi­ tungan menit; “terpakai”, karena dipecah, ataupun dibuang bersama air kemih) sehingga pengaruhnya juga berlangsung singkat. Tumor yang tumbuh dari kelenjar adrenalin ini akan menghasilkan banyak hor­ mon yang terkait dengan segala aki­ batnya. Dari fungsi hormon adre­ nalin itu saja dapat dipahami bahwa semangat atau gairah, yang memicu tercurahnya hormon adrenalin, akan meningkatkan kemampuan kerja tubuh. Semoga uraian di atas ber­ manfaat. MPA 312 / September 2012 47