Pengalaman dan Tantangan dalam Manajemen Obat di RSUDZA dalam Era JKN dr. Fachrul Jamal, SpAn.KIC Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Profil RSUDZA Rumah Sakit Pusat rujukan di Aceh Rumah sakit pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan Kapasitas 511 tempat tidur 800 kunjungan pasien rawat jalan per hari RSUDZA sebagai rumah sakit yang bertujuan menjamin penyelenggaraan upaya kesehatan salah satunya menjamin ketersediaan obat Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Manajemen ketersediaan Obat di RSUDZA Melibatkan bidang : 1. Bidang Bina Program dan Pemasaran → Memastikan ketersediaan dana 2. Bidang Pengadaan → Mengatur seluruh pengadaan yang ada di rumah sakit 3. Instalasi Farmasi → Unit yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Instalasi Farmasi RSUDZA STRUKTUR ORGANISASI Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 1. 2. 3. 4. Tugas dan Fungsi IFRS : Perencanaan Seluruh perbekalan Farmasi Pengadaan Produksi Penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi 5. Dispensing obat 6. Pengendalian mutu, distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan farmasi diRS 7. Pelayanan farmasi klinis Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jumlah tenaga farmasi di IF RSUDZA sebanyak 84 orang terdiri dari: 1. Apoteker 10 orang 2. Asisten Apoteker 67 orang 3. Tenaga Administrasi 3 orang 4. Tenaga pengangkut 4 orang Jumlah tenaga IF RSUDZA belum memenuhi kebutuhan Manajemen RSUDZA berupaya menambah tenaga farmasi Sebagian besar tenaga farmasi sudah mendapatkan pelatihan Manajemen Pengelolaan Obat (MPO) Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pemilihan obat di RSUDZA Berdasarkan: Formularium Rumah Sakit 2014 → mengacu pada DOEN 2013, Fornas, dan Obat-obat tambahan yang telah disepakati oleh tim Komite Farmasi Dan terapi (KFT). → KFT melakukan pemantauan dan evaluasi obat bila dianggap perlu untuk menambah atau mengurangi obat-obat yang ada dalam formularium Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Penentuan Jumlah kebutuhan obat di RSUDZA → 1. 2. 3. 4. Berdasarkan: Pola konsumsi tahun sebelumnya Tren penyakit Penambahan jumlah pasien dan kapasitas tempat tidur Penambahan jumlah ketersediaan obat di perkirakan 10-30 % dari tahun sebelumnya → → Anggaran RS untuk pengadaan obat-obatan pada prinsipnya tidak bermasalah. Biaya obat bertambah karena Rendahnya tarif INA CBG yang ditetapkan oleh BPJS untuk beberapa diagnosa NO 1 NAMA OBAT COFACT DIAGNOSA BPJS TARIF INA CBGS Hanya digunakan untuk pendarahan akibat overdosis Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) 6.231.400 HARGA OBAT 4.400.000 www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Biaya Obat menjadi tanggungan rumah sakit karena obat tersebut tidak sesuai dengan diagnosa dalam Fornas NO NAMA OBAT HARGA OBAT DIAGOSA FORNAS KETERANGAN 1 SANDIMUN (cyclosporin) 43.000/ TABLET SLE Pemakaian obat tidak hanya untuk SLE tapi juga untuk pengobatan pada penyakit autoimun lainnya 2 Cytodrox (Hidroksi urea) 5.940/ tablet Untuk leukemia granulositik kronik, trombositosis esensial, polisitemia vera, dan thalasemia. BPJS menetapkan cytodrox hanya bisa untuk diagnosa Ca Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia OBAT-OBAT HIV-AIDS, TB dan MALARIA Pengadaan obat-obat tersebut melalui Dinas provinsi Rumah sakit membuat laporan ke Dinas Provinsi untuk mendapatkan obat tersebut Penyimpanan dilakukan di gudang farmasi Pendistribusian obat : – Untuk obat HIV-AIDS dan Malaria di Depo Farmasi terpadu – Untuk Obat TB di Depo Farmasi PTT (Perawatan TB Terpadu) Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pengadaan Obat di RSUDZA 1. 2. 3. Dilakukan melalui e-kataloq Manual (pengadaan obat langsung ke distributor pemenang e- katalog obat) → bila obat melalui e-kataloq proses pengirimannya lama (rata-rata diperlukan waktu 1 bulan bahkan lebih untuk sampai ke RS ) → Beberapa obat yang melalui e-kataloq bila dipesan (prinsiple/pabrik/distributor) tidak sanggup memasok kerumah sakit (over kuota) misal: Parazelsus → Pihak prinsiple/pabrik lama menjawab (tidak online) ketika pengadaan melalui ekataloq Pengadaan obat diluar e-kataloq → Untuk obat-obat yang harganya belum tersedia melalui e-kataloq tapi obat masuk dalam Fornas. Misal : triheksifenidil, asam retinoat, tamoksifen, warfarin, ferro sulfat tablet dan sirup, asam traneksamat tablet dan injeksi, salbutamol sirup, N-asetyl systein kapsul → Untuk obat-obat tidak ada dalam FORNAS tapi masuk dalam Formularium RSUDZA → Pengadaannya melalui bidang pengadaan RSUDZA → ± 20 % obat-obatan yang diluar FORNAS masuk dalam Formularium RSUDZA Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Penyimpanan dan Distribusi Obat di RSUDZA Penyimpanan Perbekalan farmasi (Obat,Alkes,BMH) Panitia Pemeriksa barang Gudang Farmasi Ruang-ruang Rawat (Poliklinik, ruang rawat Inap) Pendistribusian Depo-depo Farmasi pencatatan Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Semua perbekalan farmasi sebelum masuk ke RS diperiksa oleh Panitia Pemeriksa barang (cek kebenaran barang, Expire date, jumlah, keaslian dan lain-lain) Setelah lulus uji di simpan di gudang farmasi Semua barang (faktur) di entri ke software dan di catat ke kartu stok barang Disusun berdasarkan jenis perbekalan farmasi (Prinsip: First In First Out (FIFO) dan FEFO (First Expire First Out)) Pendistribusian perbekalan farmasi ke ruang-ruang rawat dan depo-depo farmasi Sebelum pendistribusian perbekalan farmasi harus melalui bidang logistik selaku pengawas pendistribusian perbekalan farmasi Sistem distribusi obat pasien rawat inap di lakukan secara one day doses Sistem distribusi pasien rawat jalan berdasarkan resep individual (obat diberikan maksimal untuk 10 hari kecuali obat kronis dapat diberikan untuk 30 hari). Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Penggunaan Obat oleh Pemberi Pelayanan RSUDZA RSUDZA berkerja sama dengan apotek Kimia Farma pelengkap. Untuk mengatasi kekosongan obat Ketidakrasionalan peresepan Obat masih terjadi Peran Komite Medik Peran KFT Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Monitoring Ketersediaan Obat Bidang Logistik Bidang Bina Program Bidang Pengadaan Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Masalah dan Rekomendasi Pengelolaan Obat No Masalah Rekomendasi 1 Dalam penetapan Rencana Anggaran Belanja Obat harus menentukan Volume obat yang akan dibeli Volume obat tidak ditentukan dalam RAB 2 Pabrik/distributor obat dalam e-kataloq yang tidak bisa memastikan kapan obat tersedia atau sampai ke RS Memilih pabrikan atau ditributor yang kompeten 3 Alur Pemesanan Obat melalui e-kataloq yang panjang Alur pemesanan obat melalui e-kataloq diperingkas 4 Beberapa harga obat melalui e-kataloq lebih mahal Rumah sakit diberikan kesempatan membeli Obat yang lebih murah dengan jenis obat yang sama Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) www.aiphss.org Kementerian Kesehatan Republik Indonesia