Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin terhadap Kinerja dan

advertisement
Rio Marpaung, Maria Krisna
Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin terhadap Kinerja dan
Loyalitas Karyawan di PT Riau Andalan Pulp and Paper Bisnis
Unit Riau Fiber
Rio Marpaung
Fakultas Ekonomi Universitas Riau
Maria Krisna
Karyawan Perusahaan Swasta
Abstract: Becoming a leader is never an easy task. A leader is requied to take charge of his organization
and help it reach it’s goals. There are many ways that a leader could use to improve his subordinates’
perfomance and to get their loyalties. One of the characteristics that a leader must have is a high Emotional
intelligence, comprised of Emotional Awareness, Self-management, Motivation, Empathy, and Social skill.
This Emotional Intellegence could help a leader be more productive and more successful towards his goals
and help his subordinates to be more productive as well. This research is an analytical survey to analyze the
infuence of Emotional Intellegence of leadertowards the job perfomance and loyalty of employees in PT.
Riau Andalan Pulp and Paper, Riaufiber Business Unit. The population of this research is 141 employeesfrom
various levels, sexes, positions, ages, educational backgrounds and length of services. Questionnaire is
used as a method to gain the data for this research and SPSS 19 is used to analyze the data. The conclusion
of this research shows that the Emotional Intellegence of a leader do infuence the Job Perfomance (α=0,044),
the Emotional Intellegence of a leader do influence the Loyalty (α=0,356), and the Job Perfomance influences the Loyalty (α=0,288). It is recommende that a leader should improve his leadership by improving his
Emotional Intellegence so that the Job Perfomance and Loyalty Of his subordinates could also be improved.
Keywords: emotional intellegence, job perfomance, loyalty, leader, employee
Abstrak: Menjadi pemimpin bukan merupakan tugas yang mudah. Seorang pemimpin diperlukan untuk
memimpin organisasi dan membantu mencapai tujuan organisasi. Beberapa cara yang bisa digunakan seorang
pemimpin untuk meningkatkan kinerja bawahannya dan untuk mendapatkan loyalitas mereka. Salah satu
karakteristik bahwa seorang pemimpin harus memiliki adalah Kecerdasan emosional yang tinggi, terdiri dari
Kesadaran Emosional, Self-manajemen, Motivasi, Empati, dan keterampilan sosial. Kecerdasan Emosional ini
dapat membantu seorang pemimpin menjadi lebih produktif dan lebih sukses menuju tujuan dan membantu
bawahannya untuk menjadi lebih produktif juga. Penelitian ini merupakan survei analitik untuk menganalisis
pengaruh dari Kecerdasan Emosional pemimpin terhadap kinerja karyawan dan loyalitas karyawan di PT. Riau
Andalan Pulp and Paper, Riaufiber Unit Bisnis. Populasi dalam penelitian ini adalah 141 berbagai tingkatan
karyawan,meliputi jenis kelamin, posisi, usia, latar belakang pendidikan dan waktu pelayanan. Kuesioner
digunakan sebagai metode untuk mendapatkan data untuk penelitian ini dan SPSS 19 digunakan untuk
menganalisis data. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosional seorang pemimpin
mempengaruhi kinerja karyawan (α = 0,044), dengan Kecerdasan Emosional seorang pemimpin mempengaruhi
Alamat Korespondensi:
Rio Marpaung, Fakultas Ekonomi Universitas Riau
682
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME682
10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin terhadap Kinerja dan Loyalitas Karyawan
pengaruh Loyalitas (α = 0,356), dan kinerja pekerjaan mempengaruhi Loyalty (α = 0,288). Hal ini
merekomendasikan seorang pemimpin untuk meningkatkan kepemimpinannya dengan meningkatkan
kecerdasan emosionalnya yang juga dapat meningkatkan kinerja karyawan dan loyalitasnya..
Kata Kunci: kecerdasan emosional, kinerja , loyalitas, pemimpin, karyawan
Turnover karyawan yang menjadi salah satu masalah
di perusahaan-perusahan di Indonesia juga dialami
oleh perusahaan PT RAPP. Menurut Purjono (2008)
hasil survei Global Strategic Rewards 2007/2008
yang dilakukan oleh Watson Wyatt Indonesia, kehilangan karyawan berprestasi tinggi dan karyawan
dengan keahlian khusus sudah menjadi masalah yang
perlu diwaspadai oleh industri di Indonesia. Hasil
survei yang dilakukan sejak pertengahan tahun 20062007 itu menunjukkan turnover untuk posisi-posisi
penting (level manajerial dan di atasnya) di industri
perbankan antara 6,3%–7,5%. Sedangkan turnover
karyawan di industri pada umumnya hanya berkisar
0,1–0,74%.
Berdasarkan data perusahaan, pertahunnya Riau
Fiber kehilangan karyawan rata-rata 6,09%. Sementara angka turnover di Indonesia pada umumnya
hanya 0,1–0,74%. Salah satu alasan pokok karyawan
keluar dari perusahaan adalah masalah kepemimpinan.
Alex Nitisemito (1991) mengatakan bahwa salah
satu sebab hilangnya loyalitas karyawan adalah tidak
cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin serta lingkungan kerja yang buruk.
Terkait dengan kepemimpinan dan loyalitas karyawan, Stanley (2011) mengutip Arcus Buckingham
dan Curt Hoffman penulis buku First Break All the
Rules, mengatakan alasan utama karyawan keluar
dari perusahaan adalah karena buruknya hubungan
dengan atasan langsung atau atasan tertinggi di departemennya. Karyawan yang berhenti tersebut akan
membawa semua pengetahuan dan kemampuannya
ke pesaing perusahaan tersebut. Masih dikutip dari
Stanley (2011), survei majalah Fortune beberapa
tahun lalu menemukan bahwa hampir 75% karyawan
telah menderita di tangan para atasan yang sulit.
Penelitian yang dilakukan oleh Kenneth (2009)
menyebutkan bahwa seorang manajer yang memiliki
kinerja tertinggi adalah yang memiliki emosional.
Miskin sosial dan kecerdasan emosional adalah prediktor kuat bagi seorang eksekutif untuk ”menyimpang”
atau gagal dalam karirnya. Ini artinya bahwa seorang
pemimpin yang memiliki peranan kuat dalam keberhasilan sebuah organisasi tidak saja harus cerdas
secara intelektual tetapi harus juga memiliki kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional seorang pemimpin sangat
dibutuhkan seperti yang dinyatakan oleh Sheridan bahwa kepuasan bekerja dan loyalitas karyawan berkaitan erat dengan hubungan mereka dengan pemimpin
organisasi (Sheridan & Vrendenburgh, 1984).
Goleman (1998) mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) menyumbangkan kira-kira 20%
bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam
hidup, dan yang 80% lainnya diisi oleh kekuatankekuatan lain, termasuk kecerdasan emosional. Hal
senada juga diungkapkan oleh Ari Ginanjar (2001)
yang mengemukakan bahwa kecerdasan emosional
memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan disegala bidang. Ken Blanchard (2008)
mengatakan bahwa ketika orang-orang keluar dari
perusahaan, seringkali bukan karena perusahannya
itu sendiri, melainkan karena pimpinan mereka.
Jumlah pegawai yang keluar akibat ketidakcocokan dengan manajer dan supervisor lebih besar
ketimbang mereka yang keluar akibat ketidakcocokan
dengan perusahaan atau pekerjaan. Bentuk lain dari
fenomena ini: Pegawai yang handal dan berbakat bisa
jadi bergabung pada perusahaan karena pimpinannya
yang kharismatik, gaji yang besar, program pengembangan diri yang luar biasa atau yang lain. Tapi yang
membuat dia bisa bertahan lama dan yang menentukan produktivitasnya adalah hubungan dia dengan
pimpinan/supervisor terdekatnya atau yang langsung
berada di atasnya.
Penelitian lainnya yang masih dilakukan oleh
Hochwater (2010) dalam The Leadership Quaterly mengungkapkan bahwa, ketertekanan seorang pegawai di
lingkungan kerjanya membuat dia merasa cepat lelah
dan akan menolak tugas-tugas tambahan lainnya. Dan
sikap ini akan memicu tindakan indispliner lainnya dan
akan mengarah ke PHK dan bentuk turnover lainnya.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
683
Rio Marpaung, Maria Krisna
Tingginya turn over karyawan di PT. RAPP
salah satu penyebabnya adalah sumbangan dari
kurangnya kecerdasan emosional para pemimpin.
Dengan rendahnya kecerdasan emosional pemimpin
di RAPP berakibat ketidaknyamanan dalam bekerja
sehingga karyawan lebih memilih keluar dari pada
bertahan. Ketidaknyamanan yang terjadi dapat berupa: pertama, kurangnya perhatian terhadap jenjang
karir karyawan. Pimpinan lebih mengutamakan target kerja dan tidak memperhatikan kebutuhan lain dari
karyawan. Kedua, munculnya konflik di antara sesama karyawan yang berlarut-larut dan kurang pedulinya pemimpin terhadap masalah atau konflik yang
terjadi. Berdasarkan fenomena yang terjadi, penulis
mencoba meneliti tentang ”Pengaruh Kecerdasan
Emosional terhadap Kinerja dan Loyalitas Karyawan
di PT. RAPP Bisnis Unit Riau Fiber”.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
• Apakah kecerdasan emosional pemimpin berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. RAPP.
• Apakah kecerdasan emosional pemimpin dapat
mempengaruhi Loyalitas karyawan di PT.
RAPP.
• Apakah kinerja karyawan berpengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap
loyalitas karyawan di PT. RAPP
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional pemimpin terhadap kinerja
dan loyalitas karyawan serta pengaruh kinerja terhadap loyalitas karyawan di PT RAPP.
emosional diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosional orang lain (empati) dan kemampuan untuk
membina hubungan (kerjasama) dengan anak
buahnya.
Kecerdasan emosional
Menurut Timpe (1993) kinerja merupakan aksi
atau kreatifitas karyawan yang memiliki tingkat yang
berbeda-beda dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja
tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha,
dan kesempatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa
kinerja merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan penekanannya
pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam
periode waktu tertentu.
Untuk menentukan tinggi rendahnya kinerja pada
karyawan, perusahaan melakukan penilaian tahunan
yang disebut annual performance appraisal. Pada
penilaian tahunan ini seorang atasan menilai kelemahan, kekuatan, displin, kepemimpinan dan teamwork.
Salovey dan Mayer (1990) pertama kali memperkenalkan konsep Kecerdasan emosional sebagai
jenis kecerdasan sosial. Kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memahami secara akurat, menilai, dan mengekspresikan
emosional, kemampuan untuk mengakses dan menghasilkan perasaan manakala mereka berpikir, kemampuan memahami emosional dan pengetahuan emosional, dan kemampuan untuk mengatur emosional untuk
meningkatkan pertumbuhan emosional dan intelektual.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
kecerdasan emosional adalah kemampuan seorang
pemimpin untuk mengenali emosional diri, mengelola
684
Kepemimpinan
Menurut Weirich dan Koontz (1993), kepemimpinan merupakan seni atau proses mempengaruhi
orang lain, sehingga mereka bersedia dengan kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk
mencapai tujuan organisasi. Hal yang sama disampaikan oleh Hellriegel dan Slocum (1992) kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi,
memotivasi dan mengarahkan orang lain guna mencapai tujuan.
Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan
berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya.
Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat
dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga
pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri
setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
Kinerja
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin terhadap Kinerja dan Loyalitas Karyawan
Loyalitas
Berbagai pendapat mengenai loyalitas karyawan
disampaikan beberapa peneliti antara lain: Richard
Coughlan dalam jurnalnya (Couglan, 2005) bahwa
Loyalitas adalah tindak etis seorang karyawan dalam
melakukan pekerjaan dan dalam membina hubungan
dengan rekan kerja.
Jasna Auer Antoncic (Antoncic, 2011) mengatakan bahwa loyalitas adalah apabila karyawan memiliki
kesadaran dan tanpa paksaan untuk berkomitmen
menjalankan tanggung jawab dan berupaya memberikan kinerja mereka yang terbaik bagi perusahaan.
Untuk mendapatkan loyalitas dari karyawannya maka
perusahaan harus senantiasa menjaga keharmonisan
Tingkat turn over yang tinggi di sebuah perusahaan bisa menggambarkan rendahnya tingkat loyalitas
para pekerja terhadap perusahaan itu. Loyalitas yang
rendah tentu saja merupakan penyakit serius yang
dapat menghambat kemajuan sebuah perusahaan.
Kondisi itu tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarutlarut dan menjadi duri dalam daging di lingkungan
kerja.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1 : Adanya pengaruh kecerdasan emosional
pemimpin terhadap kinerja karyawan.
H2 : Adanya pengaruh kecerdasan emosional
pemimpin terhadap loyalitas karyawan
H3 : Adanya pengaruh Kinerja Karyawan terhadap loyalitas karyawan.
METODE
Penelitian ini dilakukan di PT Riau Andalan Pulp
And Paper yang berlokasi di Pangkalan Kerinci,
Kabupaten Pelalawan Riau. Kawasan ini berada jauh
dari kota besar seperti Pekanbaru, yang perekonomian
masyarakatnya baru berkembang sejak didirikannya
pabrik Pulp and Paper ditempat itu. Karakter karyawan terbentuk dari budaya perusahaan yang mengutamakan kerja dan disiplin serta pencapaian target
ditambah lagi dengan lokasi tertutup perumahan
karyawan membuat karyawan merupakan orang-orang eksklusif bagi masyarakt sekitarnya.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan objek penelitian adalah
karyawan yang bekerja di PT RAPP divisi Bisnis Unit
Riaufiber.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
karyawan yang jumlahnya diketahui sebanyak 1646
orang. Pengambilan sampel adalah dengan
menggunakan rumus Slovin.
n =
N
1 + Ne 2
n = Number of samples (jumlah sampel)
N = Total population (jumlah seluruh anggota
populasi)
e = Error tolerance (toleransi terjadinya galat;
taraf signifikansi; untuk sosial dan pendidikan
lazimnya 0,05 dan yang terbaik adalah 0,01) –>
(^2 = pangkat dua)
n=
1646
1 + 1646 (0,1) 2
n = 94, 2726
sehingga diperoleh jumlah sampel untuk penelitian ini
sebanyak 95 responden, kuesioner yang dibagikan
sebanyak 250.
Pengambilan sampel ditentukan berdasarkan
jumlah persentase Jabatan di Riaufiber.
Definisi Operasional Variabel
Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional pemimpin adalah serangkaian kemampuan baik verbal maupun nonverbal yang
dimilki seorang pemimpin untuk menciptakan, mengenal, mengekspresikan, memahami, dan mengevaluasi emosional yang diukur berdasarkan lima
indikator.
• Kesadaran diri yaitu kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri, memiliki rasa percaya
diri, penilaian diri yang realistik dan rasa humor.
• Mengelola diri yaitu sifat yang layak dipercaya
dan keterbukaan dengan perubahan
• Motivasi diri yaitu dorongan yang kuat untuk mencapai optimisme dan komitmen organisasi yang
tinggi.
• Empati yaitu keahlian untuk membangun dan
mempertahankan bakat, kepekaan terhadap
perasaan orang lain.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
685
Rio Marpaung, Maria Krisna
•
Kecakapan sosial yaitu kemampuan untuk
memimpin upaya perubahan, pembujukan dan
keahlian dalam pembentukan tim.
Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai
oleh karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab yang diukur dengan lima
indikator yaitu:
• Kekuatan karyawan yaitu berupa kualitas pekerjaan yang dihasilkan tepat waktu dalam penyelesaian pekerjaan.
• Sikap profesional karyawan adalah karwan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan dan melakukannya dengan sikap profesional.
• Pro aktif adalah penyelesaian masalah ditempat
kerja dengan melaksanakan Continous improvement (CI) dan sugestion system (SS) dalam
rangka mewujudkan motto perusahaan better,
faster dan lower cost.
• Team work adalah, kemampuan karyawan
bekerja dalam tim kerja
• Penilaian tahunan adalah hasil yang dicapai
karyawan berdasarkan penilaian dari atasan
setiap tahun.
Loyalitas
Loyalitas adalah kepatuhan dan kesediaan karyawan yang diukur dalam empat indikator sebagai
berikut:
• Berkarir diperusahaan adalah keinginan untuk
menetap di perusahaan serta tidak memililki
keinginan mencari pekerjaan ditempat lain.
• Mengenal perusahaan yaitu memiliki pengetahuan tentang perusahaan serta mengetahui aktifitas perusahaan, mengenal pimpinan di divisi
perkerjaan karyawan.
• Kebanggaan sebagai bagian dari perusahaan
adalah Merasa bagian dari perusahaan, merasa
telah dibesarkan perusahaan, bersedia mendukung tercapainya tujuan perusahaan, menjaga
nama baik perusahaan, menceritakan perusahaan
sebagai perusahaan yang tepat untuk bekerja,
bekerja di perusahaan merupakan pilihan terbaik.
• Disiplin jam kerja adalah masuk dan keluar kerja
sesuai jam kerja
686
Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini menggunakan skala Likert,
menurut Kinnear (1988) dari Husein Umar (1998)
mengatakan bahwa skala Likert berhubungan dengan
pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu,
misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan
baik tidak-tidak baik. Dalam penelitian ini digunakan
pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal
dalam jumlah lima kategori dengan gradasi sangat
positif sampai sangat negatif.
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan statistik infrensial yaitu dengan metode
statistik analisis jalur (Path analysis). Analisis jalur
dimaksud adalah untuk mengetahui pengaruh langsung
dan tidak langsung variabel kecerdasan emosional
pemimpin terhadap kinerja dan loyalitas karyawan.
Serta apakah Kinerja intervening dengan loyalitas
karyawan.
HASIL
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
penelitian
Uji validitas instrument penelitian dimaksudkan
untuk menguji apakah instrument yang digunakan,
dalam hal ini apakah angket memenuhi persyaratan
validitas, pada dasarnya digunakan korelasi Pearson.
Cara analisisnya dengan cara menghitung koefisien
korelasi antara masing-masing nilai pada nomor
pertanyaan dengan nilai total dari nomor pertanyaan
tersebut. Data diolah dengan program SPSS, asalkan
r yang diperoleh diikuti harga p ≤ 0,05 berarti nomor
pertanyaan itu valid.
Uji Reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan
konsistensi internal dan instrument penelitian terhadap
masing-masing dimensi penelitian. Nilai-nilai untuk
pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item
angket yang valid. Instrument memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh
>0,60.
Untuk mempermudahkan perhitungan digunakan
program aplikasi SPSS versi 19. Hasil perhitungan
validitas dan reliabilitas ini dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan uji validitas dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa korelasi adalah 0,000. Dengan
demikian seluruhnya ini berarti < dari 0,005 sehingga
seluruh item yang diuji adalah valid karena memiliki
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin terhadap Kinerja dan Loyalitas Karyawan
harga p ≤ 0,05, sehingga dapat digunakan tahap
analisis selanjutnya.
Hasil perhitungan reliabilitas instrument dengan
menggunakan alpha cronbach adalah tertinggi 0,930
dan terendah adalah 0,748. Dengan demikian nilai
alpha seluruhnya adalah reliable karena memiliki alpha >0,60 sehingga seluruh variabel yang diteliti adalah
reliable dan dapat digunakan dalam tahap analisis.
Uji Normalitas
Uji ini untuk melihat bahwa data penelitian
berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan
kolmogorov-spirnov . Kesimpulan uji ini adalah bahwa
semua P< dari 0,05 dan mean lebih kecil dari standard deviasi. Dengan demikian disimpulkan bahwa
model yang dipakai dalam penelitian ini memenuhi
asumsi kenormalan.
Uji Linieritas
Pengujian ini untuk melihat adanya hubungan
yang linier antar variabel dengan asumsi apabila
p<0,05 maka hubungannya linier dan apabila p> 0,05
maka hubungannya tidak linier.
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yaitu
untuk menguji variabel bebas terhadap variabel terikat
• Uji terhadap variabel Kecerdasan emosional
Pemimpin (X) didapatkan thitung sebesar 5,836
dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena thitung
lebih besar dari ttabel (5,836>1,97718) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,000<0,05), maka
variabel Kecerdasan emosional Pemimpin (X)
berpengaruh signifikan terhadap variabel Kinerja
(Y1) dapat disampaikan bahwa variabel Kecerdasan emosional Pemimpin (X) berpengaruh
signifikan terhadap variabel Kinerja (Y1). Hal
ini berarti jika Kecerdasan emosional Pemimpin
ditingkatkan maka akan berdampak pada peningkatan kinerja dan sebaliknya jika Kecerdasan emosional Pemimpin menurun maka mengakibatkan penurunan kinerja. Dengan demikian
Hipotesis 1 dapat diterima.
• Uji terhadap variabel Kecerdasan emosional
Pemimpin (X) didapatkan thitung sebesar 3,628
dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena thitung
lebih besar dari ttabel (3,628>1,97718) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,000<0,05), maka
variabel Kecerdasan emosional Pemimpin (X)
berpengaruh signifikan terhadap variabel Loyalitas (Y2) dapat disampaikan bahwa variabel
Kecerdasan emosional Pemimpin (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel Loyalitas (Y1).
Hal ini berarti jika Kecerdasan emosional Pemimpin ditingkatkan maka akan berdampak pada
peningkatan Loyalitas dan sebaliknya jika Kecerdasan emosional Pemimpin menurun maka
mengakibatkan penurunan loyalitas. Dengan
demikian Hipotesis 2 dapat diterima.
• Uji terhadap variabel Kinerja (Y1) didapatkan
thitung sebesar 4,490 dengan signifikansi sebesar
0,000. Karena t hitung lebih besar dari t tabel
(4,490>1,97718) atau signifikansi t lebih kecil dari
5% (0,000<0,05), maka variabel Kinerja (Y1) intervening secara signifikan terhadap variabel Loyalitas (Y2) disampaikan bahwa variabel Kinerja
(Y1) berpengaruh terhadap variabel Loyalitas
(Y1). Hal ini berarti jika Kinerja meningkat maka
akan berdampak pada peningkatan Loyalitas dan
sebaliknya jika Kinerja menurun maka mengakibatkan penurunan loyalitas. Dengan demikian
Hipotesis 3 dapat diterima.
Pengaruh langsung dan tidak langsung melalui
Kinenerja (Y1) serta pengaruh total kecerdasan
emosional pemimpin (X) terhadap loyalitas (Y2) dapat
diuraikan sebagai berikut:
Pengaruh langsung X terhadap Y2: 0,356.
Pengaruh tidak langsung X terhadap Y2 melalui Y1:
0,444 x 0,288 = 0,127872 + 0,356 = 0,483872
Sehingga pengaruh total X terhadap Y2 melalui
Y1 adalah sebesar 0,483872.
Berdasarkan pengujian tersebut disimpulkan
bahwa secara sendiri-sendiri variabel kecerdasan
emosional pemimpin dapat mempengaruhi loyalitas
karyawan, dan variabel kinerja menjadi variabel intervening terhadap loyalitas. Ini berarti kecerdasan
emosional tidak hanya berpengaruh secara langsung
terhadap loyalitas karyawan tetapi dapat juga melalui
kinerja karyawan. Pengujian tersebut membuktikan
bahwa Kecerdasan emosional lebih besar pengaruhnya secara langsung terhadap loyalitas karyawan
daripada pengaruh tidak langsung apabila melalui
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
687
Rio Marpaung, Maria Krisna
kinerja karyawan terhadap loyalitas karyawan. Secara bersama-sama kecerdasan emosional pemimpin
dan kinerja karyawan dapat mempengaruhi loyalitas
karyawan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan
emosional pemimpin serta Loyalitas karyawan di PT
Riau Andalan Pulp And Paper Bisnis Unit Riaufiber
bisa disimpulkan rendah, dan kinerja karyawan tinggi.
Jika ditelusuri maka pernyataan-pernyataan yang
mendapat nilai rendah adalah:
X1.1.2 : Atasan selalu suka bercanda (humoris)
X1.2.1 : Dalam situasi yang menekan atasan bisa
tetap bersikap rileks
Y2.1.1 : Meluangkan sisa karir di perusahaan
Y2.1.2 : Tidak mempunyai keinginan mencari kerja
ditempat lain
Y.2.2.3 : Mengenal semua pimpinan di divisi perusahaan
Y2.3.6 : Bekerja di perusahaan sebagai pilihan terbaik
Hal-hal diatas memerlukan perhatian khusus dan
menjadi informasi yang berharga agar manajemen
perusahaan dapat melakukan pembenahan-pembenahan.
Pengaruh Kecerdasan emosional Pemimpin
terhadap Kinerja
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini terbukti
dalam kata lain bahwa kecerdasan emosional pemimpin berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hal ini
berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan
emosional dapat meningkatkan kinerja anggotanya,
karena kecerdasan emosional pemimpin merupakan
suatu kemampuan seorang pimpinan dalam memonitor
perasaan dan emosional baik pada diri sendiri maupun
pada orang lain, seorang pemimpin akan mampu
membedakan dua hal tersebut dan kemudian
menggunakan informasi itu untuk membimbing pikiran
dan tindakan untuk membimbing anak buahnya
mencapai kesuksesan dalam kinerja.
Hasil penelitian ini mendukung beberapa temuan
sebelumnya tentang pengaruh kecerdasan emosional
pemimpin terhadap kinerja yang dikemukakan
diantaranya oleh, Dwi Ari Wibawa (2010), Ronald E.
688
Riggio (2008), Murianto (2007), Bred Antony Hayward (2005) dan yang disampaikan oleh Goleman
(2002) bahwa Pemimpin yang memiliki kecerdasan
emosional menyadari bahwa suasana hati dan emosional orang yang dipimpinnnya mempengaruhi kinerja
organisasinya. Sehingga dia selalu berusaha menjaga
suasana hati dan memberikan suasana yang kondusif
dalam bekerja. Bila suasana hati baik maka kinerja
pun akan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan emosional pemimpin dapat mempengaruhi kinerja karyawan.
Pengaruh Kecerdasan emosional Pemimpin
terhadap Loyalitas
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini terbukti
dalam kata lain bahwa kecerdasan emosional pemimpin berpengaruh terhadap loyalitas hal ini menunjukkan
seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional yang baik dapat meningkatkan loyalitas anak
buahnya.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat dari hasil
penelitian sebelumnya diantaranya oleh Atika
Modassir (2008), Caesar Douglas (2005) dan juga
senada dengan apa yang disampaikan oleh Amit Lohia
(Kongres HR 2008) mengungkapkan, pimpinan yang
baik dan perduli dengan anak buahnya menempati
urutan pertama dari setidaknya lima faktor penggerak
karyawan. Menyusul kemudian ”empowerment”,
”job charity and fit”, ”growth prospect” dan ”compensation and flexibel reward”.
Tingkat turn over karyawan yang tinggi pada
sebuah perusahaan bisa menggambarkan rendahnya
loyalitas karyawan, banyak hal yang bisa menjadi
penyebabnya. Tetapi salah satu yang terpenting adalah rasa aman dalam melakukan pekerjaan. Atasan
yang memiliki keperdulian tinggi akan membuat suasana kerja yang nyaman. Kenyamanan bekerja yang
dirasakan seorang karyawan tidak membuatnya
pindah ke perusahaan lain.
Untuk itu seorang pimpinan harus dapat menciptakan suasana kenyamanan lewat sikap kekeluargaan,
tidak kaku kepada anak buahnya dan dapat memposisikan diri sebagai mitra diskusi dan tidak bersikap
otoriter. Terutama apabila sebagian besar karyawan
adalah kelompok usia muda dan produktif.
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin terhadap Kinerja dan Loyalitas Karyawan
Karena kelompok usia ini biasanya sangat kritis
dan mudah berpindah apabila sudah merasa tidak
nyaman dengan lingkungan kerjanya.
Sebuah pendapat yang dikutip dari Jurnal Manajemen Karir (Ken Blanchard. 2008) menyatakan bahwa
sering sekali karyawan memutuskan keluar dari
perusahaan bukan karena kekurangan yang dimiki
perusahaan tetapi karena pimpinan mereka. Bentuk
lain dari fenomena ini: Pegawai yang handal dan
berbakat bisa jadi bergabung pada perusahaan karena
pimpinannya yang kharismatik, gaji yang besar, program pengembangan diri yang luar biasa atau yang
lain. Tapi yang membuat seorang karyawan bisa
bertahan lama dan produktif adalah hubungan antara
karyawan dengan pimpinan/supervisor terdekatnya
atau yang langsung berada di atasnya.
Ini juga sebuah bukti bahwa kecerdasan emosional seorang pemimpin berpengaruh terhadap loyalitas
responden.
Pendapat lain yang mendukung adanya hubungan
kecerdasan emosional dan loyalitas adalah dari
Steven, B. Wolf (2009) menyatakan bahwa salah satu
unsur dari Kecerdasan Emosional yaitu Empati apabila dimiliki oleh seorang pemimpin akan mendorong
anggotanya memahami dan memenuhi tugas yang
diberikan kepadanya. Kecerdasan emosional melalui
empati membuat seorang pemimpin memahami permasalahan di tempat kerja sehingga mendorong
kemampuan dalam penyelesaian masalah. Hal ini
membuat anggota kelompoknya memiliki keinginan
untuk turut serta mencapai tujuan organisasi. Uraian
ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional
pemimpin berpengaruh terhadap loyalitas karyawan.
Hubungan Intervening antara Kinerja dan
Loyalitas
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa
hipotesis 3 yang diajukan dalam penelitian ini terbukti
dalam kata lain bahwa variabel kinerja memiliki
hubungan yang intervening dengan loyalitas. Dengan
adanya peningkatan kinerja maka loyalitas juga akan
meningkat
Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya
seperti yang dikemukakan Kenneth Nowack (2010)
yang walaupun masih berhubungan dengan kepimimpinan Nowack menjelaskan apabila suasana kerja
nyaman maka karyawan dapat meningkatkan kinerja
dengan demikian mengurangi keinginan karyawan
untuk berhenti dari perusahaan tersebut. Penelitian
dan teori ini membuktikan bahwa Kinerja karyawan
memiliki hubungan yang intervening dengan Loyalitas
karyawan, artinya meningkatnya loyalitas karyawan
dibarengi dengan meningkatnya kinerja karyawan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan penganalisaan terhadap data hasil penelitian pada PT Riau
Andalan Pulp And Paper Bisnis unit Riaufiber, maka
dapat disimpulkan dari pengaruh Kecerdasan emosional Pemimpin terhadap Kinerja dan Loyalitas adalah
sebagai berikut:
• Kecerdasan emosional pimpinan di PT Riau
Andalan Pulp And Paper masuk pada kategori
masih rendah. Penilaian karyawan pada pimpinan
mendapat nilai terrendah terutama pada pimpinan
yang kurang suka bercanda (tidak humoris), pimpinan tidak dapat bersikap rileks pada situasi yang
menekan serta pimpinan tidak mampu membaca
situasi bawahan. Dengan demikian pimpinan
dianggap kurang memiliki kemampuan kesadaran
diri, mengelola diri dan kurang memiliki empati.
• Kinerja karyawan dinilai oleh responden sudah
tinggi, tetapi masih ada beberapa yang masih
memerlukan sedikit perbaikan terutama pada
kualitas kerja karyawan, kemauan menjalankan
continous improvement yaitu keinginan meningkatkan kualitas kerja.
• Loyalitas karyawan dinilai sangat rendah terutama pada rendahnya keinginan karyawan untuk
tetap bekerja di perusahaan, serta kurangnya rasa
bangga karyawan sebagai bagian dari perusahaan.
Saran
Atas dasar kesimpulan yang ditarik dari hasil
penelitian ini dapat diajukan beberapa saran kepada
jajaran pimpinan adalah sebagai berikut:
• Rendahnya kecerdasan emosional pemimpin di
PT Riau Andalan Pulp Andalan Paper Bisnis Unit
Riaufiber perlu disikapi oleh manajemen untuk
melakukan perbaikan-perbaikan terutama pada
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
689
Rio Marpaung, Maria Krisna
•
•
posisi seorang pemimpin di perusahaan (devisi/
departemen). Perlu dilakukan pelatihan terhadap
kecerdasan emosional pemimpin. Karena Pelatihan yang didapatkan selama ini hanya berupa
pelatihan kompetensi sebagai atasan untuk
kenaikan golongan maupun untuk kemampuan
teknikal lainnya yang terkait dengan posisi pekerjaan.
Perusahaan juga harus dapat menciptakan suasana nyaman ditempat kerja dan suasana kekeluargaan. Adapun acara-acara Family gathering masih bersifat kaku dan tidak mengena untuk
semua lapisan. Karena justru pimpinan yang
diharapkan hadir justru tidak hadir dengan alasan
kesibukan pekerjaan. Hal ini menunjukkan niat
melakukan gathering hanya lib service.
Pimpinan ataupun manajemen memperbaiki cara
atau gaya kepemimpinan yang kaku serta cenderung otoriter dalam mengejar terpenuhinya target kerja.
DAFTAR RUJUKAN
Agustian, A.G. 2007, ESQ Emotional Spirit Quotient,
Buku. Jakarta: Penerbit Arga
Antoncic, J.A. Antoncic, Bostjan, 2005, Employee Loyalty And Its Impact On Firm Growth, University of
Primorska, Slovenia, University of Primorska, Slovenia
International Journal of Management & Information Systems-First Quarter 2011 Volume 15, Number 1 © 2011 The Clute Institute 81.
Anthony, H., Bred. 2005, Relationship between employee
performance, leadership and emotional intelligence
in a south African Parastatal Organisation, A thesis submitted in fulfillment of the requirements for
the degree of Master of Commerce,Department of
Management, Rhodes University.
Ariwibawa, D. 2010. Kecerdasan emosional Pemimpin dan
Kualitas Kinerja Pegawai Kantor Pelayanan Perbendaharaan, makalah Seksi Pencairan Dana KPPN
Rantauprapat, Sumater Utara.
Clemmer, J. 2003. Sang Pemimpin, Prinsip Abadi untuk
keberhasilan Tim dan Organisasi diterjemahkan dari
The Leader’s Digest: Timeless principles for Team
and Organization, success, TCG Press (Clemmer
Group Inc.) Ontario, Canada. Diterjemahkan oleh
Dahlia Siahaan & Litarini Hartanto, 2009.
C.P. Khokhar. 2009, Emotional Intelligence and Work Performance among Executives, Gurukul Kangri University, Haridwar, Europe’s Journal of Psychology 1/2009,
p 1–13.
690
Coughlan, R. 2005, Employee loyalty as adherence to
shared moral value, Pittsburg State University-Department of Economics, Journal BusinessHuman resources and labor relations p 16–43.
Crimmon, M. 2009. Why Emotional Intelligence is not
esscential for Leadership, Ivey Business Journal,
January/ February 2009.
Douglas, C. 2003, Emotional Intelligence, Leadership effectiveness and teams outcomes, The International
Journal of Organizational Analysis, Vol 11, No. 1, p.21–
40.
Ernesto, R., Paola, S., Luigi, Z. 2009. Can we teach emotional intelligence?, Columbia University, Northwestern University, University Of Chicago p 1–19.
Goleman, D. 1995, Emotion concepts: Artikel pada majalah
manajemen, aremotional intelligence.
Gill, R. 2011, Using Storytelling to Maintain Employee
Loyalty during Change, Public Relations and Communications Faculty of Higher Education Swinburne
University of Technology Melba Avenue, Lilydale,
Victoria 3140 Australia, International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 15; August 2011
23.
Gunawan, I. 2010. Analisa Jalur, Blog Imam Gunawan.
Hochwarter, W. 2007. Who’s afraid of the big bad boss?
Plenty of us, new FSU study shows, The Florida University news.
Kurniawan, B.H. 2011,The Art Of Leadership, Consist Training Centre, Padang Sumatera Barat, Indonesia.
Ming, C. 2010, Karyawan Loyal Perusahaan Maju, Harian
Kompas 23 Nopember 2010.
Modasir, A. 2008, Relationship of Emotional Intelligence
with transformational Leadership and Organizational, Wipro Technologies, Bangalore, Indian, International Journal of Leadership Studies, Vol. 4 Iss.
1, 2008, p. 3–21.
Murianto. 2007. Keefektifan Kepemimpinan Berdasarkan
Kecerdasan Emosional Dalam Loyalitas Guru (Studi
di MIN Model Kawistolegi, MTS Miftahul Ulum
Kuluran, dan MA Matholi’ul Anwar Simo Sungelebak
Lamongan). Universitas Islam Negeri Malang.
Nitisemito, A.S. 1991. Manajemen Personalia: Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Noriah, Mohd. Ishak, Ramlee, M., Siti, R.A., & Syed, N.S.H.
2003. Kecerdasan emosional dan hubungannya
dengan nilai kerja.Jurnal Teknologi, 39(E) Dis. 2003:
77–84 © Universiti Teknologi Malaysia.
Nowack, K. 2010, Leadership, Emotional Intelligence and
Employee Engagement: Creating a Psychologically
Healthy Workplace, Envisia Learning ken@envisia
learning.com, www.envisialearning.com, page 1–13.
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin terhadap Kinerja dan Loyalitas Karyawan
Oktaviana, R. 2010, Pengaruh Kecerdasan Emotional,
Konsep Diri, Motivasi Terhadap Kinerja Dosen Universitas Bina Darma Palembang, Fakultas Psikologi
Universitas Bina Darma Palembang.
Purjono, A.S. 2008. Tingginya ”Turnover” Karyawan
di Indonesia, WordPress.com weblog.
Rahmat. 1999. Menakar Loyalitas Karyawan, Ulasan.
Jakarta: Kompas Group.
Rahmat, I.S. 2010, Pengaruh Budaya Organisasi dan
Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan PT Riau
Andalan Pulp And Paper Bisnis Unit Riaufiber,
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Diponegoro.
Riggio, R.E. 2008, The emotional and social intelligences
of effective Leadership, An emotional and social skill
approach, Journal of Managerial Psychology Vol. 23
No. 2, 2008 pp. 169–185.
Rock, Michael, E. 1999, Emotional Intelligence (EQ) QuizFuel for Success, Seneca College, Toronto.
Sheridan, J., dan Vredenburgh, D. 1984, Contextual Model
of leadership in Hospital Unit, Academi of Management Journal, 1984 Vol. 27, No. 1, p. 57–78.
Stanley. 2010. Pengaruh Pemimpin terhadap Turnover di
perusahaan, http://blog.bakulkomputer.com/
uncategorized/mengapa-karyawan-meningggalkanperusahaan.
Stéphane Côté a, Paulo, N., Lopes, b., Peter, Salovey, C.,
Christopher T.H. Miners 2010. Emotional intelligence and leadership emergence in small groups,
University of Toronto, Canada, b Catholic University
of Portugal, Portugal, Yale University, United States,
Queen’s University, Canada, The Leadership Quarterly 21 (2010) 496–508.
Stefanus, T., dan Shelvieana, S. 2010, Analisis Pemotivasian dan Loyalitas Karyawan Bagian Pemasaran PT.
Palma Abadi Sentosa di Palangka Raya, Jurnal Mitra
Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.1, No. 2, Oktober
2010, 176–193, Alumni Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
Somantri, G.R. Desember 2005, Memahami Metoda
Kualitatif, Tulisan, MAKARA, SOSIAL HUMANIORA,
VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005:57–65.
Sumarni, T. 2008, Pengaruh Kecerdasan emosionalonil
Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat di Rumah Sakit Bangkatan Binjai, Universitas Sumatera
Utara.
Tommy Stefanus dan Shelvieana Saputra (2010) Analisis
Pemotivasian dan Loyalitas Karyawan bagian Pemasaran PT Abadi Sentosa di Palangkaraya,
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Jurnal
Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis Volume1.
Tuti, S. 2008. Kecerdasan emosional Pemimpin terhadap
Motivasi Kerja Perawat di Rumah Sakit Bangkatan
Binjai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumater Utara.
Umar, H. 1998, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis.
Jakarta: Rajawali Pers.
Wibawa, D.A. Kecerdasan emosional Pemimpin dan
Kualitas Kinerja, KPPN Rantauparapat-SUMUT.
Wolff, S.B. 2009. Emotional Intelligence as the Basis of
Leadership Emergence in Self-Managing Teams,
School of Manajemen Marist College 3399 North Road
Poughkeepsie, New York p 1–34.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
691
Download