MODUL PERKULIAHAN Business Ethic And Good Governance Shareholders :Ownership Fakultas Program Studi FEB Magister Manajemen Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh MK35040 Prof Said Djamaluddin Ph.D Abstract Kompetensi Kepemilikan saham perusahaan ditentukan oleh mayoritas pemegang saham Mahasiswa diharapkan mampu memahami pemilik perusahaan didasarkan oleh kepemilikan saham Pembahasan BAB I PENDAHULUAN PENGERTIAN SHAREHOLDER Secara umum berarti pemegang saham dalam sebuah perusahaan, entah yg minoritas / mayoritas, biasanya berada di luar perusahaan.Pemegang saham (bahasa Inggris: shareholder atau stockholder adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka. Pemegang saham diberikan hak khusus tergantung dari jenis saham, termasuk hak untuk memberikan suara (biasanya satu suara per saham yang dimiliki) dalam hal seperti pemilihan dewan direksi, hak untuk pembagian dari pendapatan perusahaan, hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan hak terhadap asetperusahaan pada saat likuidasi perusahaan. Namun, hak pemegang saham terhadap aset perusahaan berada di bawah hak kreditor perusahaan. Ini berarti bahwa pemegang saham biasanya tidak menerima apa pun bila suatu perusahaan yang dilikuidasi setelah kebangkrutan (bila perusahaan tersebut memiliki lebih untuk membayar kreditornya, maka perusahaan tersebut tidak akan bangkrut), meskipun sebuah saham dapat memiliki harga setelah kebangkrutan bila ada kemungkinan bahwa hutang perusahaan akan direstrukturisasi. Shareholder adalah seseorang yang mempunyai saham finansial di suatu perusahaan. Ini berarti shareholder adalah pemilik sebagian dari perusahaan. Mereka akan mendapat keuntungan jika perusahaan bertumbuh, berkembang, dan mendapat nilai lebih dari produksi perusahaan. Shareholder adalah orang-orang pada umumnya yang memberikan uang mereka ke pada perusahaannya untuk menjadi pemilik sebagian dari perusahaan. Shareholder bisa membeli 2015 2 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id saham melalui pasar saham. Perusahaan membutuhkan shareholder untuk meningkatkan modal mereka. Shareholder akan mendapatkan keuntungan tergantung dari produksi dan berapa keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu, karena mereka mempunyai saham di perusahaan, mereka juga adalah stakeholder terbesar dari perusahaan. Ini karena apapun yang terjadi dengan perusahaan, shareholder akan terkena dampaknya secara langsung. Jika perusahaan mendapat untung, shareholder juga mendapat utung dari dividen dan bonus. Jika perusahaan mengalami kerugian shareholder juga akan merugi. Pendekatan Shareholder Pendekatan shareholder sebagai cara pandang trdisional menganggap perusahaan merupakan instrumen legal bagi para pemilik modal untuk memaksimalkan kepentingan mereka, yakni memperoleh pendapatan dari investasi yang mereka lakukan. Paling tidak ada dua mekanisme yang dirancang untuk menjamin kepentingan mereka, yaitu : 1. Rapat umum pemegang saham sebagai forum tertinggi untuk menentukan hal-hal strategis perusahaan. 2. Kehadiran dewan pengawas atau komisaris dalam perusahaan bertugas mengawasi jalannya perusahaan agar selalu sesuai dengan kepentingan para pemilik modal. Dalam pandangan klasik dan tradisional ini, satu-satunya berdirinya sebuah organisasi perusahaan adalah “melayani” kepentingan pemilik modal (shareholder). Dalam hal ini, kepentingan utama para pemilik modal adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya melalui pembagian deviden. Pendekatan shareholder mendapatkan legitimasi dari Teori Agensi (Jensen dan Meckling, 1976) yang berbicara tentang hubungan antara pemilik modal (principal) dan pengelola perusahaan (agent) yang diwarnai dengan konflik kepentingan. Pemisahaan antara hak pengelolaan perusahaan dan hak kepemilikan, sebagaimana dikonsepsikan oleh Berle dan Means pada tahun 1932, adalah simbol dari sistem korporasi modern sebagai wahana pengakuan akan hak kepemilikan (property right). Sistem ini tumbuh subur di Inggris dan terutama di Amerika Serikat sehingga sistem shareholder ini sekaligus menandai apa yang dinamakan sebagai model tata kelola korporasi Anglo-Saxon. 2015 3 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Pasar modal (capital market) 2. Pasar tenaga kerja, terutama level manajer (managerial labour market) 3. Pasar yang berfungsi sebagai pengontrol korporasi (market for corporate control) Pasar modal berfungsi mengontrol perusahaan lewat mekanisme valuasi harga saham. Jika perusahaan mengalami penurunan kinerja perusahaan, harga sagamnya di bursa akan melorot. Maka dari itu, salah satu orientasi pengelola perusahaan adalah menjaga agar penilaian pasar terhadap saham-sahamnya semakin membaik. Dengan demikian, pasar berfungsi “mendisplinkan” para pengelola perusahaan. Pasar tenaga kerja juga berfungsi sebagai alat control. Jika dinilai menunjukan kinerja jelek, manajer dapat dengan mudah bisa diganti dengan manajer baru oleh para pemegang saham lewat rapat umum pemegang saham atau dewan pengawas. Asumsinya, pergerakan tenaga kerja level atas ini bebas sehingga bisa berpindah-pindah dengan mudah. Adanya agen pencari pekerja tingkat tinggi (head hunter) membuktikan bahwa pasar tenaga kerja level manajer sangat cair sehingga jika tidak berkinerja baik, manajer akan dengan mudah diganti. Sementara itu, dalam sistem berbasis pendekatan pasar, terjadi pula mekanisme pencaplokan perusahaan yang sedang mengalami masalah oleh perusahaan lain yang lebih sehat. Dalam sistem Anglo-Saxon, hal semacam ini sangat dimungkinkan serta lazim terjadi. Banyak perusahaan yang diambil alih oleh perusahaan lain karena berbagai kesulitan, umumnya dalam hal keuangan. Praktik semacam ini sering disebut sebagai “pengambilalihan dalam suasana keterpaksaan” (hostile takeover). Dalam shareholder, mekanisme pasar diyakini akan memecahkan segala macam persoalan internal perusahaan. Praktik-praktik semacam ini agak sulit ditemui dalam konteks sistem tata kelola korporasi di Jepang atau Jerman. Di Jepang, pasar tenaga kerja terkenal sangat kaku, bahkan bersifat seumur hidup sehingga sulit berharap ada control bagi manajer yang berkinerja kurang baik lewat penggantian tenaga kerja. Demikian pula pengambilalihan perusahaan lewat mekanisme pasar. Pendekatan Stakeholder Pendekatan stakeholder relative baru karena muncul pada akhir abad ke-20. Sementara itu, posisi teoretisnya berlawanan dengan pendekatan tradisional yang telah menjadi aliran utama 2015 4 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id atau dominan dalam waktu cukup lama. Pada dasarnya, pandangan ini mendefinisikan perusahaan sebagai tempat atau wilayah (tidak selalu dalam pengertian geografis) ajang interaksi antar-berbagai pihak secara luas. Dalam hal ini, interaksi tidak sekedar melibatkan pengelola perusahaan dan pemilik modal, tetapi juga pihak-pihak lain, seperti pekerja, pemasok, konsumen, masyarakat local, pemerintah daerah, dsb. Perhatian utama pendekatan ini adalah pola interaksi antar-berbagai pihak dalam cakupan yang luas dari perusahaan serta dalam dimensi waktu yang panjang. Jika ditanya apa motivasi utama sebuah organisasi perusahaan, jawabnya bukanlah mencari keuntungan, melainkan hidup terus. Tujuan utama perusahaan pertama-tama adalah hidup terus dalam suatu kesinambungan jangka panjang. Salah satu persyarat agar perusahaan bisa hidup terus adalah memperoleh keuntungan. Namun, keuntungan bukanlah tujuan utama dan pertama. Cara pikIr ini merupakan salah satu implikasi penting dari pendekatan stakeholder. Pertanyaannya, bagaimana perusahaan bisa hidup terus? Jawabannya terletak pada kemampuan perusahaan menyeimbangkan kepentingan antara-berbagai pihak yang mempengaruhi perusahaan dalam cakupan luas dan dimensi panjang tadi. Tanpa keseimbangan antar-berbagai pihak, perusahaan akan jatuh pada siklus hidup yang pendek dan cepat mengalami krisis yang sulit diatasi sehingga cepat bangkrut serta mati. Pandangan stakeholder membantu kita berpikir luas serta memiliki visi jangka panjang dalam mengelola perusahaan. 2015 5 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id BAB II KEPEMILIKAN PERUSAHAAN 1. JENIS-JENIS KEPEMILIKAN PERUSAHAAN Bentuk usaha atau bentuk pemilikan perusahaan ada yang berbentuk badan hukum dan tidak berbadan hukum. Yang dimaksud dengan berbadan hukum yaitu badan usaha yang mempunyai kekayaan sendiri, terpisah dari harta kekayaan para pendirinya. Para anggota tidak bertanggung jawab dengan harta kekayaannya diluar yang tersebut dalam saham yang dimilikinya. Perbedaan yang mendasar dari bentuk Usaha berbadan hukum dan tidak berbadan hukum adalah Usaha berbadan hukum adalah: Dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum (rechtsbetrekking) Mempunyai harta kekayaan sendiri, dimana harta perusahaan dan harta pribadi dipisahkan secara jelas. Mempunyai hak dan kewajiban Dapat digugat dan menggugat didepan pengadilan Contoh : Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Daerah (Prusda), Koperasi, dan Yayasan. Sedangkan usaha tidak berbadan hukum adalah: Tidak dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum karena bukan merupakan subjek hukum Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum diletakan pada mitra atau sekutu dari bentuk usaha tersebut, dengan pembatasan pengaturan yang ditetapkan oleh undangundang Harta kekayaan perusahaan dan pribadi tidak terpisah dengan jelas, atau pada prinsipnya usaha ini tidak memiliki kekayaan sendiri. 2015 6 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tidak mempunyai hak dan kewajiban Tidak dapat digugat dan menggugat pada bentuk usaha ini tetapi dapat dilakukan pada pemilik atau pengurusnya karena merekalah secara tidak langsung yang melakukan hubungan hokum Contoh: Perusahaan Perseorangan, Persekutuan Perdata, Firma dan Persekutuan Komanditer (CV) 2. Teori Kepemilikan Perusahaan Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham Faisal (2005) dalam Sabrina (2010). Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dalam Sabrina (2010) menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme yang dapat mengendalikan masalah keagenan yang ada di suatu perusahaan. A. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen Sujono dan Soebiantoro (2007) dalam Sabrina (2010). Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan. Meningkatkan kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk 2015 7 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah. B. Kepemilikan Institusional Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et. al 2006) dalam Winanda (2009). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah kepemilikan institusional. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Penmgawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Semakin besar kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham Solomon (2004) dalam Sabrina (2010). Hal ini disebabkan karena jika tingkat kepemilikan manajeral tinggi, dapat berdampak buruk terhadap perusahaan karena menimbulkan masalah pertahanan, yang berarti jika kepemilikan manajerial tinggi, para manajer memiliki memiliki posisi yang kuat untuk melakukan suatu kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan para manajer tersebut. 3. INDIVIDU DAN HAK KORPORASI (Pemisahan Kepemilikan dan Kontrol) Pada dasarnya konsep perusahaan (modern) mulai muncul pada saat perusahaan tersebut dimiliki oleh banyak pihak, tidak lagi dimiliki oleh perorangan ataupun hanya dimiliki beberapa pihak saja. Kebutuhan modal usaha dan pengembangan bisnis mungkin 2015 8 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menjadi salah satu alasan mengapa kepemilikan perusahaan dibuka kepada banyak pihak. Pada mulanya pada saat perusahaan masih belum berkembang (tertutup), pemilik (owner) masih merangkap juga sebagai manajer perusahaan yang menjalankan usaha sehari-hari. Namun seiring dengan berkembangnya kepemilikan pada banyak pihak (diverse ownership), maka para pemilik perusahaan (shareholders) harus menyerahkan pengendalian perusahaan (control) kepada pihak lain, dalam hal ini management yang akan menjalankan kegiatan sehari-hari TEORI PEMISAHAN KEPEMILIKAN DAN PENGENDALIAN ( KONTROL) Makna Pertama Inilah awal konsep “separation of ownership and control”- pemisahan antara kepemilikan (ownership) dan pengendalian (control). Pemisahan ini kemudian dikenal dengan teori “agency theory / agency relationship”, dimana terdapat pihak principal (shareholders) yang mendelegasikan kewenangan mengelola perusahaan kepada agent (manajemen) dan untuk bertindak mewakili kepentingan principal. Adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian ini juga menimbulkan permasalahan yang dikenal sebagai “agency problem”, yaitu adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen. Pemilik mengharapkan perusahaannya bisa tumbuh dalam jangka panjang, sedangkan manajemen dalam menjalankan tugasnya lebih berorientasi kepada jangka pendek, sesuai dengan kontrak masa kerjanya, dan penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi yang dibebankan kepada perusahaan. Secara teoritis, agency theory and agency problem merupakan cikal bakal tumbuhnya ilmu corporate governance. Secara sederhana corporate governance bisa diartikan bagaimana mekanisme perusahaan dikelola dan dijalankan serta mempelajari hubungan antara berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan. Dari sinilah muncul berbagai macam pengaturan terhadap perusahaan yang dikenal sebagai “good corporate governance” untuk melindungi kepentingan shareholders dan stakeholders. Makna kedua Dalam konteks ini, konsep “separation of ownership and control” adalah terkait dengan struktur/ kepemilikan perusahaan publik. Kalau dalam konsep pertama lebih bersifat kepada asal mula teori pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam suatu perusahaan, maka dalam makna kedua ini lebih terkait dengan struktur kepemilikan perusahaan publik yang sudah modern dan bersifat komplek. 2015 9 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam konsep ke-dua ini, terdapat dua pengertian fundamental terkait dengan kepemilikan perusahaan, yaitu Ownership Right (OR) dan Control Right (CR). Ownership Right (OR) mengacu kepada besarnya kepemilikan suatu pihak terhadap perusahaan yang diukur dari jumlah uang/modal yang telah diinvestasikan dalam perusahaan, yang sering kita lihat sebagai persentase kepemilikan. Atas dasar investasi ini, maka pemodal berhak mendapatkan Cash Flow Right (CFR) dalam bentuk dividen atas sahamnya. Dalam kerangka pengertian ini, maka Ownership Right (OR) juga sering disebut sebagai Cash Flow Right (CFR). Control Right (CR) mengacu kepada kekuatan mengontrol perusahaan yang tercermin pada kekuatan suara dalam penentuan kebijakan strategis perusahaan dalam sebuat rapat umum pemegang saham, sehinggga Control Right (CR) sering juga disebut sebagai Voting Right (VR). Secara teori, seharusnya cash flow right dan voting right adalah sama dikarenakan saham menganut prinsip one-share-one-vote principle. Artinya persentase kepemilikan suatu pihak yang tercermin dari jumlah nominal investasinya adalah sama dengan persentase suara yang dimiliki pihak tersebut dalam rapat pengambilan keputusan. Ini adalah konsep yang fair, dimana uang yang dikeluarkan untuk investasi dalam perusahaan memberikan hak yang sebanding dalam mengontrol perusahaan melalui kekuatan suara dalam rapat. Namun demikian, terdapat kondisi atau penyimpangan dimana ownership right/cash flow right adalah tidak sama dengan control right/voting right. Yang terjadi adalah control/voting right melebihi dari ownership/cash flow right. Adanya voting right yang lebih besar dari cash flow right mencerminkan ketidakadilan, dimana ada pemegang saham yang memperoleh control (suara) lebih besar dibanding persentase kepemilikan (investasi)-nya. Atau dengan kata lain, investasi sedikit pada perusahaan namun mendapat hak voting yang lebih besar. Penyimpangan inilah yang juga kemudian dikenal sebagai makna lain dari konsep “separation of ownership and control”. Bahwa antara ownership (cash flow right) dan control (voting right) terdapat penyimpangan atau perbedaan (deviation/separation). Yang menggelitik adalah kenapa bisa terjadi penyimpangan ini. Terdapat dua sebab utama. Pertama, memang terdapat perbedaan kelas saham (misal adanya saham preferen yang memang menyimpang dari prinsip one-share-one-vote). Biasanya ini terjadi pada 2015 10 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perusahaan negara (BUMN), dimana diterbitkan saham preferen dalam bentuk gold shares/kelas A yang dimiliki oleh pemerintah. Kedua, penyimpangan dilakukan melalui pengaturan struktur kepemilikan terhadap suatu perusahaan, yaitu melalui pyramidal structure, cross-holding dan konglomerasi. Sebab kedua inilah yang memang sengaja diciptakan oleh para pemilik/pengendali/family clan, terutama terhadap perusahaan publik melalui pengaturan struktur kepemilikan, untuk memperoleh manfaat voting right yang lebih besar dari cash flow right. Tentunya pihak pemegang saham yang dirugikan adalah pemegang saham lainnya yang berkurang voting right-nya dibandingkan dengan control right-nya. Pemegang saham lainnya disini bisa merupakan pemegang saham publik atau pemegang saham minoritas lainnya. Terkait dengan fenomena ini, khususnya yang melalui struktur kepemilikan, bagaimana cara mendeteksi dan mengukurnya, misalnya untuk perusahaan terbuka/publik? Untuk bisa menyimpulkan terjadinya penyimpangan, analisa struktur kepemilikan perusahaan publik/terbuka harus dilakukan. Dengan tergambarnya struktur kepemilikan yang komprehensif sampai dengan ultimate shareholder (pemegang saham paling atas, biasanya perorangan atau keluarga), maka dapat diketahui bahwa ultimate shareholder tersebut mendapatkan keuntungan berupa voting right yang lebih besar dari cash flow right. Memang jika hanya melihat satu atau dua derajat ke atas terhadap pemegang saham dari suatu perusahaan publik, maka tidak terlihat adanya penyimpangan ini, dimana cash flow right adalah sama dengan voting right. Penyimpangan ini akan terlihat jika kita menyusuri rantai kepemilikan sampai dengan paling atas (ultimate shareholder). Cara mengukur besarnya cash flow right adalah berdasarkan persentase kepemilikan jika kepemilikan langsung dan berdasarkan perkalian persentase kepemilikan sepanjang jalur rantai kepemilikan untuk kepemilikan tidak langsung. Sedangkan untuk mengukur besarnya voting right kepenilikan langsung, maka atas suatu persentase kepemilikan yang ada, harus diklarifikasi apakah terdapat penyimpangan dari one-share-one-vote principle. Apabila tidak ada penyimpangan, maka persentase voting right sama besar dengan persentase cash flow right. Jika terdapat penyimpangan, maka harus ditentukan berdasarkan voting right yang riil yang dimiliki oleh pemegang saham tersebut. Sedangkan untuk mengukur voting right dalam suatu jalur rantai kepemilikan (pemilikan 2015 11 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tidak langsung), nilai voting right yang dipakai adalah nilai voting right yang paling rendah dalam rangkaian rantai kepemilikan tersebut. Dari hasil pembandingan pengukuran antara cash flow right dan voting right yang dimiliki pemegang saham akhir terhadap suatu perusahaan publik yang dimiliki melalui pengaturan struktur kepemilikan, biasanya akan diketemukan penyimpangan yang cukup besar. Sebagai contoh konglomerasi di Korea, melalui pengaturan pyramidal structure dan cross holding, ultimate shareholder dapat menguasai voting right sebesar 24% terhadap sebuah perusahaan publik di Korea dengan hanya memiliki 6% cash flow right. Sebuah penyimpangan yang cukup material dan merugikan pemegang saham lainnya yang hak voting right-nya terkurangi secara signifikan. 4. ELEMEN PENTING DARI STRUKTUR PERUSAHAAN Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumberdaya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang). ELEMEN-ELEMEN DALAM SEBUAH PERUSAHAAN. Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penilaian Resiko (Risk Assesment), Prosedur Pengendalian (Control Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta Informasi dan Komunikasi (Information and Communication). a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi 2015 12 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern yang lain. b. Penilaian Resiko (Risk Assesment) Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. c. Prosedur Pengendalian (Control Procedure) Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut: • Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib. • Pelimpahan tanggung jawab. • Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait. • Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional. d. Pemantauan (Monitoring) Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi. Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan. e. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen Winnebago pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. 2015 13 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal. 5. MEKANISME HAK PEMEGANG SAHAM Kecuali dibatasi atau ditetapkan dalam akte pendirian perseroan atau oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku, setiap jenis saham memberikan hak-hak dasar kepada para pemiliknya sebagai berikut: a. Hak untuk ikut serta dalam pengelolaan perusahaan. Termasuk memilih anggota direksi dengan hak suara yang proporsional dengan hak kepemilikan sahamnya di dalam perusahaan, dan hak untuk memperoleh laporan keuangan perusahaan dan menentukan kebijakan-kebijakan strategis perusahaan. b. Hak untuk mendapatkan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dibagikan oleh perusahaan. c. Hak untuk mendapatkan pembagian aktiva bersih perusahaan. Meliputi hak untuk membagi dividen dan hak memperoleh pembayaran kembali atas penyertaan modalnya apabila perusahaan harus dibubarkan atau dilikuidasi. d. Hak untuk mengubah akte pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan. Meliputi hak untuk memberikan persetujuan atas perubahan-perubahan akte pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan, dan hak untuk mempertahankan rasio kepemilikan sahamnya diperusahaan. e. Hak untuk dapat mempertahankan jumlah relative saham yang dimiliki melalui pembelian saham-saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan yang disebut preemptive right. Yang memungkinkan seorang pemegang saham untuk membeli sejumlah saham tambahan dalam hal perusahaan melakukan emisi atau menerbitkan saham baru. Sebagai akibatnya, rasio kepemilikan saham tidak bisa dikurangi sebagai akibat dari penerbitan saham-saham baru yang dilakukan oleh perusahaan, kecuali pemegang saham tidak menggunakan haknya untuk membeli saham baru Tidak setiap pemegang saham memperoleh hak-hak dasar sebagaimana dikemukakan diatas. Sebagai contoh, preemptive right seringkali sudah dieliminasi melalui perubahan akta pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan. Disamping itu, memang sengaja tidak setiap pemegang saham diberikan hak-hak yang sama. Banyak perusahaan besar menerbitkan beberapa jenis sekuritas saham, dengan karakteristik dan hak-hak yang 2015 14 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berbeda (hak suara dalam rapat umum pemegang saham, hak prioritas untuk memperolah pembayaran dividen, hak atas jumlah minimum dividen). 6. KERANGKA KERJA UNTUK MONITORING DAN RESPON PEMEGANG SAHAM Masalah etika, pengambilan keputusan dan praktek dalam keseluruhan sebagai organisasi harus dipupuk melalui praktek tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan didefinisikan sebagai perilaku etis oleh direksi atau orang lain dibebankan oleh pemerintahan dalam penciptaan dan penyajian nilai bagi seluruh stakeholder. • Organization for Economic Coperation and Development (OECD) menyatakan : "Corporate Governance melibatkan sebuah hubungan antara manajemen perusahaan , dewan direksi, para stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya. • Perusahaan juga menyediakan struktur melalui, mana tujuan perusahaan yang ditetapkan, dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan memantau kinerja ditentukan. • Tata kelola perusahaan yang baik harus memberikan insentif yang tepat bagi dewan dan manajemen untuk mengejar tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham dan harus memfasilitasi monitoring yang efektif. • Sehubungan dengan pemerintahan umum, negara-negara OECD: "Baik, pemerintahan umum yang efektif membantu untuk memperkuat hak-hak demokrasi dan asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi dan kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya alam, dan memperdalam kepercayaan pemerintah dan publik Adminitrasi. " • Sebagai bagian dari kerangka kerja ini, aturan harus dibentuk untuk mengelola dan melaporkan risiko bisnis, mereka harus memerlukan organisasi untuk memiliki sistem pengendalian internal untuk memonitor risiko ketika memanfaatkan cara-cara baru dan inovatif untuk meningkatkan bisnis. • Bersamaan, kerangka kerja ini merupakan flatform untuk perlindungan stakeholder karena mendefinisikan tanggung jawab dewan direksi. • Dengan cara itu, pemegang saham, investor dan pemangku kepentingan lainnya akan telah menetapkan tugas dan struktur yang memadai untuk memutuskan tentang investasi mereka, dalam kerangka tranparent. Dengan demikian, tata kelola 2015 15 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perusahaan berusaha untuk menyerang keseimbangan antara tujuan yang saling bertentangan dari exploting kesempatan yang tersedia untuk meningkatkan nilai stakeholder di satu sisi, sambil menjaga operasi organisasi dalam batas-batas persyaratan peraturan dan kewajiban sosial di sisi lain. • Mengingat pentingnya tanggung jawab sosial dalam tata kelola perusahaan, Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) telah meluncurkan pengembangan Standar Internasional (ISO 26000) memberikan pedoman sukarela untuk tanggung jawab sosial (SR). • Kerangka kerja ini sedang semakin diamanatkan oleh badan pemerintah dari berbagai negara dalam upaya untuk mengurangi frekuensi dan dampak dari laporan keuangan tidak akurat, dan memberikan transparansi dan akuntabilitas. • Banyak dari peraturan pemerintah termasuk persyaratan bahwa manajemen senior harus setuju pada pengendalian internal yang memadai dan mencakup penilaian pengendalian internal organisasi dalam laporan keuangan organisasi. 7. KEPEMILIKAN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tanggung jawab sosial perusahaan sangat erat kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: • Apakah memang perusahaan punya tanggung jawab moral dan sosial ? • Kalau ada, manakah lingkup tanggung jawab itu ? • Apakah, terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan itu, perusahaan perlu terlibat dalam kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat atau tidak ? • Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan itu dapat dioperasionalkan dalam suatu perusahaan ? Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadapkonsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan 2015 16 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau devidenmelainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development. Tanggung Jawab Perusahaan Yang Baik CSR yang baik (good CSR) memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni fairness, transparency, accountability, dan responsibility, secara harmonis. Ada perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih memerhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan. Sebagai contoh, fairness bisa berupa perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas; transparency menunjuk pada penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu; sedangkan accountability diwujudkan dalam bentuk fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris, dan direksi yang harus dipertanggung jawabkan. a. Syarat bagi Tanggung Jawab Moral Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu Dalam membahas prinsip-prinsip etika profesi dan prinsip-prinsip etika bisnis, kita telah menyinggung tanggung jawab sebagai salah satu prinsip etika yang penting. Persoalan yang pelik yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakah kondisi bagi adanya tanggung jawab moral. Manakah kondisi yang relevan yang memungkinkan kita menuntut agar seseorang bertanggung jawab atas tindakannya. b. Status Perusahaan Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu: 2015 17 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya berdasarkan hokum Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya (Milton Friedman,The Social Responsibilities of Business to Increase Its Profits, New York Times Magazine,13-09-1970) Perusahaan adalah sebuah badan hukum. Artinya perusahaan dibentuk berdasarkan peraturan hukum tertentu dan disahkan dengan hukum atau legal tertentu. Karena itu, keberadaannya dijamin dan sah menurut hukum tertentu. Itu berarti perusahaan adalah bentukan manusia, yang eksistensinya diikat berdasarkan aturan hukum yang sah. Sebagai badan hukum perusahaan mempunyai hak hak legal tertentu sebagaimana yang dimiliki oleh manusia. Misalnya hak milik pribadi, hak paten, hak atas milik tertentu, dan sebagainya. Sejalan itu, perusahaan juga mempunyai kewajiban legal untuk menghormati hak legal perusahaan lain atau tidak boleh merampas hak perusahaan lain. Ini hanyalah bentuk tanggung jawab legal… Anggapan bahwa perusahaan tidak punya tanggung jawab moral sama saja dengan mengatakan bahwa kegiatan perusahaan bukanlah kegiatan yang dijalankan oleh manusia Tanggung jawab moral perusahaan dijalankan oleh staf manajemen Tanggung jawab legal tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab moral. Sesungguhnya, pada tingkat operasional bukan hanya staf manajemen yang memikul tanggung jawab sosial dan moral perusahaan ini, melainkan seluruh karyawan…. c. Lingkup Tanggung jawab Sosial Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas Keuntungan ekonomis Tanggung jawab social menunjukkan tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan 2015 18 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung jawab social perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah baik bahwa perusahaan mengejar keuntungan, tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak lain. Artinya keuntungan dalam bisnis tidak mesti dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, atau kepentingan masyarakat luas. Dengan demikian dengan konsep tanggung jawab social dan moral perusahaan mau dikatakan bahwa suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang mempunyai pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi. d. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya Argument keras yang menentang keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan social sebagai wujud tanggung jawab social perusahaan adalah paham dasar bahwa tujuan utama, bahkan satu satunya, dari kegiatan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar besarnya. Selain itu, fungsi bisnis ini adalah fungsi ekonomis, buka fungsi social. Artinya bisnis adalah kegiatan ekonomi bukan kegiatan social Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan Yang mau dikatakan disini adalah bahwa keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab social perusahaan akan menimbulkan minat dan perhatian yang bermacam ragam, yang pada akhirnya akan mengalihkan, bahkan mengacaukan para perhatian pimpinan perusahaan. Asumsinya keberhasilan perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat sangat ditentukan oleh konsentrasi seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh konsentrasi pimpinan perusahaan, pada core businessnya. Biaya Keterlibatan Sosial Keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan malah dianggap memberatkan masyarakat. Alasannya, biaya yang dgunakan untuk keterlibatan perusahaan itu bukan biaya yang disediakan oleh perusahaan itu, melainkan biaya yang telah diperhitungkan sebagai salah satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar. Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial Argument ini kembali menegaskan mitos bisnis amoral yang telah kita lihat. Dengan argument ini mau dikatakan bahwa para pemimpin perusahaan tidak professional 2015 19 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalam membuat pilihan dan keputusan moral. Mereka hanya professional dalam bidang bisnis dan ekonomi. Karena itu, perusahaan tidak punya tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan social tertentu. e. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah Setiap kegiatan bisnis dimaksudkan untuk mendatangkan keuntungan. Ini tidak bisa disangkal. Namun dalam masyarakat yang semakin berubah, kebutuhan dan harapan masyarrakat terhadap bisnis pun ikut berubah. Karena itu, untuk dapat bertahan dan berhasil dalam persaingan bisnis modern yang ketat sekarang ini, para pelaku bisnis semakin menyadari bahwa mereka tidak bisa begitu saja hanya memusatkan perhatian pada upaya mendatangkan keuntungan yang sebesar besarnya. Terbatasnya Sumber Daya Alam Argument ini didasarkan pada kenyataan bahwa bumi kita ini mempunyai sumber daya alam yang terbatas. Bisnis justru berlangsung dalam kenyataan ini, dengan berupaya memanfaatkan secara bertanggungjawab dan bijaksana sumber daya alam yang terbatas itu demi memenuhi Lingkungan Sosial yang Lebih Baik Bisnis berlangsung dalam suatu lingkungan social yang mendukung kelangsungan dan keberhasilan bisnis itu dimasa depan. Ini punya implikasi etis bahwa bisnis mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral dan social untuk memperbaiki lingkungan sosialnya kea rah yang lebih baik. Semakin baiknya lingkungan sosialnya dengan sendirinya akan memperbaiki iklim bisnis yang ada. Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan Keterlibatan social khususnya, maupun tanggung jawab social perusahaan secara keseluruhan, juga dilihat sebagai suatu pengimbang bagi kekuasaan bisnis modern yang semakin raksasa dewasa ini Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna Keuntungan Jangka Panjang f. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan, adalah bahwa struktur mengikuti strategi 2015 20 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Artinya, struktur suatu organisasi didasarkan ditentukan oleh strategi dari organisasi atau perusahaan itu Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi perusahaan perlu dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup nilai-nilai dan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial Saat ini sudah banyak perusahaan yang menerapkan program program tanggung jawab sosial. Mulai dari perusahaan yang terpaksa menjalankan program tanggung jawab sosial-nya karena peraturan yang ada, sampai perusahaan yang benar-benar serius dalam menjalankan program tanggung jawab sosial dengan mendirikan yayasan khusus untuk program program tanggung jawab sosial mereka. Berdasarkan konsep Triple Bottom Line (John Elkington, 1997) atau tiga faktor utama operasi dalam kaitannya dengan lingkungan dan manusia (People, Profit, and Planet), program tanggung jawab sosial penting untuk diterapkan oleh perusahaan karena keuntungan perusahaan tergantung pada masyarakat dan lingkungan. 2015 21 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id BAB III KESIMPULAN Dari Makalah diatas dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. shareholder atau stockholder adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. 2. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka. 3. Shareholder adalah seseorang yang mempunyai saham finansial di suatu perusahaan. Ini berarti shareholder adalah pemilik sebagian dari perusahaan. Mereka akan mendapat keuntungan jika perusahaan bertumbuh, berkembang, dan mendapat nilai lebih dari produksi perusahaan. 4. Pendekatan shareholder sebagai cara pandang trdisional menganggap perusahaan merupakan instrumen legal bagi para pemilik modal untuk memaksimalkan kepentingan mereka, yakni memperoleh pendapatan dari investasi yang mereka lakukan. Paling tidak ada dua mekanisme yang dirancang untuk menjamin kepentingan mereka, yaitu : a. Rapat umum pemegang saham sebagai forum tertinggi untuk menentukan hal-hal strategis perusahaan. b. Kehadiran dewan pengawas atau komisaris dalam perusahaan bertugas mengawasi jalannya perusahaan agar selalu sesuai dengan kepentingan para pemilik modal. 5. Bentuk usaha atau bentuk pemilikan perusahaan ada yang berbentuk badan hukum dan tidak berbadan hukum. Yang dimaksud dengan berbadan hukum yaitu badan usaha yang mempunyai kekayaan sendiri, terpisah dari harta kekayaan para pendirinya. Para anggota tidak bertanggung jawab dengan harta kekayaannya diluar yang tersebut dalam saham yang dimilikinya. 6. TEORI PEMISAHAN KEPEMILIKAN DAN PENGENDALIAN ( KONTROL) a. Makna Pertama 2015 22 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Inilah awal konsep “separation of ownership and control”- pemisahan antara kepemilikan (ownership) dan pengendalian (control). Pemisahan ini kemudian dikenal dengan teori “agency theory / agency relationship”, dimana terdapat pihak principal (shareholders) yang mendelegasikan kewenangan mengelola perusahaan kepada agent (manajemen) dan untuk bertindak mewakili kepentingan principal. Adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian ini juga menimbulkan permasalahan yang dikenal sebagai “agency problem”, yaitu adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen. Pemilik mengharapkan perusahaannya bisa tumbuh dalam jangka panjang, sedangkan manajemen dalam menjalankan tugasnya lebih berorientasi kepada jangka pendek, sesuai dengan kontrak masa kerjanya, dan penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi yang dibebankan kepada perusahaan. Secara teoritis, agency theory and agency problem merupakan cikal bakal tumbuhnya ilmu corporate governance. Secara sederhana corporate governance bisa diartikan bagaimana mekanisme perusahaan dikelola dan dijalankan serta mempelajari hubungan antara berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan. Dari sinilah muncul berbagai macam pengaturan terhadap perusahaan yang dikenal sebagai “good corporate governance” untuk melindungi kepentingan shareholders dan stakeholders. b. Makna kedua Dalam konteks ini, konsep “separation of ownership and control” adalah terkait dengan struktur/ kepemilikan perusahaan publik. Kalau dalam konsep pertama lebih bersifat kepada asal mula teori pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam suatu perusahaan, maka dalam makna kedua ini lebih terkait dengan struktur kepemilikan perusahaan publik yang sudah modern dan bersifat komplek. Dalam konsep ke-dua ini, terdapat dua pengertian fundamental terkait dengan kepemilikan perusahaan, yaitu Ownership Right (OR) dan Control Right (CR). Ownership Right (OR) mengacu kepada besarnya kepemilikan suatu pihak terhadap perusahaan yang diukur dari jumlah uang/modal yang telah diinvestasikan dalam perusahaan, yang sering kita lihat sebagai persentase kepemilikan. Atas dasar investasi ini, maka pemodal berhak mendapatkan Cash Flow Right (CFR) dalam bentuk dividen atas sahamnya. Dalam kerangka pengertian ini, maka Ownership Right (OR) juga sering disebut sebagai Cash Flow Right (CFR). 2015 23 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Control Right (CR) mengacu kepada kekuatan mengontrol perusahaan yang tercermin pada kekuatan suara dalam penentuan kebijakan strategis perusahaan dalam sebuat rapat umum pemegang saham, sehinggga Control Right (CR) sering juga disebut sebagai Voting Right (VR). 7. ELEMEN-ELEMEN DALAM SEBUAH PERUSAHAAN. Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penilaian Resiko (Risk Assesment), Prosedur Pengendalian (Control Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta Informasi dan Komunikasi (Information and Communication). a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern yang lain. b. Penilaian Resiko (Risk Assesment) Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. c. Prosedur Pengendalian (Control Procedure) Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut: • Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib. • Pelimpahan tanggung jawab. • Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait. • Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional. d. Pemantauan (Monitoring) Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan 2015 24 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi. Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan. e. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen Winnebago pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturanperaturan yang berlaku pada perusahaan. Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal. 2015 25 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Jensen dan Meckling, 1976 (http://m.kompasiana.com/post/read/560809/2/corporate-governance-dua-maknakonsep-separation-of-ownership-and-control-.html) (lawfile.blogspot.com/2011/07/perbedaan-bentuk-usaha-berbadan-hukum.html) http://pustakabakul.blogspot.com/2013/06/teori-kepemilikan-perusahaan-dan.html (http://indrathebandit.blogspot.com/2011/11/elemen-elemen-dalam-perusahaan.html) (http://karangtangis.blogspot.com/2010/08/hak-hak-pemegang-saham.html) (weblog.esaunggul.ac.id/wp.../IT-Governance-) 2015 26 Business Ethic and Good Governance Prof Said Djamaluddin Ph.D Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id