No. dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlakusejak Revisi halaman 03 Maret 2008 00 BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI Makalah Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan - Organogenesis In Vitro pada Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Kecambah Tembakau (Nicotianan tabacum) oleh: - FakultasBiologi UniversitasGadjahMada Yogyakarta 2014 ORGANOGENESIS IN VITRO PADA TANAMAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) DAN KECAMBAH TEMBAKAU (Nicotianan tabacum) 1. Pendahuluan a. Latar Belakang Kultur jaringan tumbuhan secara in vitro merupakan salah satu metode perbanyakan vegetatif yang menggunakan sel, jaringan atau No. dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlakusejak Revisi halaman 03 Maret 2008 00 BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI organ tanaman yang ditumbuhkan secara aseptis dalam medium yang sesuai yang terkontrol. Didalam kultur jaringan, ada beberapa tahap yang dilalui pada tanaman kultur jaringan sehingga dari eksplan yang merpakan awal dari tanaman kultur sampai tumbuh dan berkembang menjadi tanaman kultur yang siap ditanam di lingkungan luar, yaitu: 1) Pembuatan Medium 2) Perkecambahan Biji 3) Induksi Kalus 4) Organogenesis 5) Embriogenesis Kali ini, praktikum yang akan dilakukan tentang organogenesis. Organogenesis merupakan jalur perkembangan di mana tunas atau akar telah diinduksi untuk membedakan dari kelompok sel. Organogenesis merupakan salah satu proses morfogenesis. Adapun proses morfogenesis yang lain adalah emriogenesis. Perbedaan keduanya yaitu organogenesis organogenesis berhubungan dengan jaringan somatik, sedangkan embriogenesis berkaitan dengan jaringan reproduksi. Organogenesis juga dikaitkan dengan mikropropagasi yang memilik dua jalur, yaitu regenerasi dari meristem yang sudah ada maupun dengan menginduksi meristem baru. Organogenesis juga melibatkan dua hormon, yaitu auksin dan giberelin yang mengatur perkembagan dan diferensiasi tanaman kultur. Adapun organogenesis dibagi menjadi organogenesis langsung (tidak melalui tahap kalus), dan tidak langsung (melalui tahap kalus). b. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi pada praktikum kali ini adalah tentang teknik dasar mikropropagasi tanaman bawang putih (Allium sativum L.) dan kecambah tembakau (Nicotianan tabacum). Selain itu, proses morfologenesis in vitro juga menjadi permasalahan yang akan dibahas pada praktikum ini. c. Tujuan No. dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlakusejak Revisi halaman 03 Maret 2008 00 BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI Tujuan yang diraih dalam praktikum ini adalah dapat mempelajari teknik dasar mikropropagasi tanaman bawang putih (Allium sativum L.) dan kecambah tembakau (Nicotianan tabacum). Selain itu, tujuan yang juga ingin dicapai dalam praktikum ini adalah dapat mengamati proses morfologenesis in vitro. 2. Tinjauan Pustaka Organogenesis adalah jalur perkembangan di mana tunas atau akar telah diinduksi untuk membedakan dari kelompok sel. In vitro regenerasi tanaman dengan organogenesis biasanya melibatkan induksi dan pengembangan tunas dari jaringan eksplan (tunas organogenesis), diikuti dengan transfer ke media yang berbeda untuk menginduksi pembentukan akar dan pengembangan. Jika No. dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlakusejak Revisi halaman 03 Maret 2008 00 BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI tunas atau akar diinduksi dan berkembang secara langsung dari eksplan tanpa harus menjalani fase kalus awal, ini disebut organogenesis langsung atau adventif (Su, 2002). Dalam organogenesis, multiseluler dan struktur monopolar mengembangkan helai procambial yang membangun koneksi dengan jaringan pembuluh darah yang sudah ada tersebar di dalam kalus atau kultur eksplan Namun perbedaan utama antara embriogenesis dan organogenesis adalah bahwa organogenesis adalah properti dari jaringan somatik, sedangkan embriogenesis berkaitan dengan jaringan reproduksi. (Singh & Kumar, 2009). Morfogenesis in vitro, yaitu oragonegenesis in vitro atau embriogenesis somatk in vitro dapat terjadi secara langsung. Morfogenesis yang dimulai dari sel-sel merostematik asli disebut morfogenesis langsung (Duncan, 2011). Sedangkan morfogenesis yang dimulai dari sel meristematik yang berkembang biak yaitu kalus disebut morfogenesis tidak langsung (Duncan, 2011). Dalam praktikum ini, terdapat istilah budidaya atau mikropropagasi. Mikropropagasi pertama kali diusulkan pada tahun 1968 dan didefinisikan sebagai prosedur aseptik untuk aseksual produksi planlet dari organ, jaringan, dan sel melewati proses seksual atau cara lain propagasi aseksual (Krikorian, 1982; Hartman & Kester, 1983; Arditti, 2009). Adapun hormon (auksin dan sitokinin) pada mikropropagasi digunakan untuk mengontrol perkembangan dan diferensiasi in vitro. (Arditti, 2009). Rasio auksin-sitokinin sering dimanipulasi untuk mempromosikan jenis tertentu pertumbuhan (Coenen dan Lomax 1997). Dalam beberapa kasus, auksin dihilangkan selama inisiasi kultur untuk meningkatkan pertumbuhan tunas dan ditambahkan kemudian untuk menginduksi pembentukan akar. Setelah seluruh tanaman regenerasi, mereka dipelihara pada hormon-bebas ½ MS, MS, atau media WPM. (Sugii & Ramoueux, 2004). No. dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlakusejak Revisi halaman 03 Maret 2008 00 BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI 3. Metode a. Alat Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Erlenmeyer dalam ukuran 250 mL dan gelas beker 250 mL. Selain itu, disediakan juga pipet steril, petridish berisi kertas saring steril, skapel, mata pisau, No. dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlakusejak Revisi halaman 03 Maret 2008 00 BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI pisau/cutter, lampu spritus, pinset steril, Plastic Seal, Aluminium foil steril, kertas label, hand sprayer berisi spritus, tissue, dan Laminar Air Flow. b. Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini terdiri dari embrio bawang putih (Allium sativum L.) yang sehat, kecambah temabakau (Nicotiana tabacum) in vitro , Medium MS padat dengan variasi zat pengatur tumbuh NAA dan BA, dan MS0 sebagai kontrol, serta alkohol 70 %. c. Cara Kerja 1) Persiapan Medium Kultur Pembuatan medium padat dengan penambahan zat pengatur tumbuh NAA dan BA yang dikombinasi sebagai berikut: KOMBINASI I II III IV NAA (µM) 0 1 3 5 BA (µM) 0 5 3 1 2) Persiapan Eksplan, Sterilisasi, dan Inokulasi a) Umbi Bawang Putih Umbi bawang putih dipisahkan satu persatu, kemudian kulitnya dikupas dengan pisau dan cutter. Umbi yang telah dikupas dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian dibawa ke dalam LAF. Umbi direndam di dalam alkohol 70 % selama beberapa saat. Umbi diambil dengan pinset, dilalukan di atas nyala api, dan dibiarkan sampai api padam. Diulangi tiga kali. Umbi yang telah steril diletakkan di atas petridish yang sudah dialasi kertas saring. Bagian embrio dari umbinya dipisahkan dengan skalpel tajam dan dibuat potongan melintang pada embrio serta dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pangkal, tengah, dan ujung. No. dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlakusejak Revisi halaman 03 Maret 2008 00 BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI Potongan umbi ditanam pada medium yang telah disiapkan. Botol kultur ditutup, diberi label, dan diinkubasi dengan pencahayaan. b) Kecambah Tembakau Kecambah tembakau yang digunakan berasal dari percobaan perkecambahan in vitro, sehingga inokulan yang digunakan sudah steril dan tidak dilakukan sterilisasi. Kecambah diletakkan di atas petridish yang sudah dialasi kertas saring. Kecambah diambil bagian hipokotil epilkotil, dan helaian daun dengan skalpel tajam. Untuk hipokotil dan epikotil dipotong dengan ukuran kira-kira 0,5 cm, sedangkan untuk helaian daun dipotong melewati pertulangan daun dengan ukuran (0,5 x 0,5) cm2. Eksplan ditanam pada medium yang telah disiapkan di dalam botol kultur dengan pinset steril dan dijaga jarak satu eksplan dengan eksplan yang lainnya agar tidak saling berdempetan. Botol kultur ditutup, diberi label, dan diinkubasi dengan pencahayaan. 3) Pengamatan Selama empat minggu (atau sesuai dengan yang ditentukan saat praktikum), diamati waktu dan letak yang mana tunas dan akar terbentuk. Selain itu, diperhatikan juga pada perlakuan variasi hormon apa akar dan tunas terbentu dan dihitung berapa tanaman regenerasi (tunas dan akar) yang terbentuk pada setiap eksplan. Keberadaan (ada tidaknya), macam, dan letak serta terjadinya browning juga diperhatikan pada pengamatan kali ini. 4. Daftar Pustaka Arditti, J. (2009). Micropropagation of orchids (Vol. 1). John Wiley & Sons. No. dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlakusejak Revisi halaman 03 Maret 2008 00 BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI Duncan, D. R. (2011). Historical Technology in Plant Transformation. Plant Transformation Techmology Revolution in Last Three Decades: Technology in Plant Transformation, Bentham Science Publishers, Oak Park, 44-54 Lamourex, C. & Sugii, N. (2004). Tissue Culture as a Conservation Method: An Empirical View from Hawaii. Ex Situ Plant Conservation: Supporting Species Survival in The Wild, Island Press, Washington DC, 189-205 Singh, M. P. & Kumar, S. (2009). Plant Tissue Culture. APH Publishing. Su, W. W. (2002). Cell culture and regeneration of plant tissues. Transgenic Plants and Crops, Marcel Dekker, New York, 151176.