manual penggunaan aplikasi fisika eksperimen

advertisement
MANUAL PENGGUNAAN
APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
LABORATORIUM FISIKA LANJUTAN
JURUSAN FISIKA FMIPA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
DIFRAKSI CELAH TUNGGAL DAN CELAH GANDA .......................................... 3
PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG BUNYI ................................................ 8
EFEK DOPPLER ........................................................................................................ 12
TETAPAN PLANCK ................................................................................................. 16
INTERFERENSI GELOMBANG BUNYI ................................................................ 20
PEMANTULAN GELOMBANG BUNYI ................................................................. 25
DERET BALMER ...................................................................................................... 29
RADIASI ALPHA ...................................................................................................... 35
RADIASI GAMMA .................................................................................................... 43
PERCOBAAN MILIKAN .......................................................................................... 50
INTERFEROMETER MICHELSON ......................................................................... 59
INDUKSI MAGNET .................................................................................................. 64
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
2
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
DIFRAKSI CELAH TUNGGAL DAN CELAH GANDA
Screenshoot:
Gambar 1.1 Screenshoot tampilan aplikasi simulasi
difraksi celah tunggal dan ganda
Deskripsi :
Praktikum Difraksi celah tunggal dan celah ganda bertujuan untuk membuktikan
adanya fenomena difraksi dari berkas cahaya sejajar yang melewati celah tunggal dan
celah ganda. Pola dan variasi intensitas difraksi cahaya ini dapat diamati berdasarkan
pola gambar grafik yang tercetak oleh Ploter XY. Di mana secara sederhana, prinsip
percobaan dalam praktikum ini ialah menembakkan cahaya monokromatis ke arah
celah tunggal A, B, dan C yang masing-masing mempunyai lebar dan dengan jarak
tertentu. Pola difraksi yang terbentuk ini kemudian diamati dan dibandingkan dengan
pola difraksi hasil penembakan berkas cahaya pada jarak yang sama ke arah celah
ganda A, B, dan C, yang mempunyai lebar masing-masing celah, berturut-turut sama
dengan lebar celah tunggal sebelumnya. Dari perbandingan pola difraksi ini,
diharapkan praktikan dapat menghitung masing-masing lebar kisi baik berdasarkan
hasil dari celah tunggal ataupun ganda. Selain itu praktikan juga mampu menentukan
besar intensitas cahaya yang terdifraksi berdasarkan jarak tiap-tiap orde pola gelap
terang yang terbentuk, terhadap terang pusat.
Tujuan :
1. Mengamati pola yang difraksi pada celah tunggal dan celah ganda.
2. Membuktikan adanya sifat difraksi dari berkas sinar sejajar.
3. Menentukan lebar tiap-tiap celah, baik celah tunggal maupun ganda.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
3
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tinjauan Pustaka :
Difraksi merupakan penyebaran gelombang karena adanya kisi atau celah. Semakin
kecil lebar halangan atau celah, sudut pembelokan gelombang semakin besar. Hal ini
diterangkan dalam prinsip Huygens, yaitu difraksi biasanya membentuk pola gelap
dan terang seperti diilustrasikan Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Pola pembelokan cahaya dengan celah tunggal
Dengan mengetahui panjang gelombang (λ) sumber cahaya, maka untuk menghitung
lebar celah tunggal dapat menggunakan persamaan:
(1.1)
dimana:
λ=panjang gelombang cahaya
n=orde gelombang
d=lebar kisi/celah
L=jarak kisi ke Layar
x=jarak cahaya yang terdifraksi terhadap terang pusat.
Sebuah celah dengan lebar infinitesimal akan mendifraksi sinar cahaya insiden
menjadi deretan gelombang circular, dan muka gelombang yang lepas dari celah
tersebut akan berupa gelombang silinder dengan intensitas yang uniform.
Eksperimen celah ganda yang dilakukan oleh Thomas Young menunjukkan sifat
dualisme cahaya, yaitu sebagai gelombang dan partikel. Sumber cahaya koheren yang
menyinari sebuah halangan dengan dua celah selain terdifraksi, cahaya akan
membentuk pola interferensi yang berupa pita cahaya yang terang dan gelap pada
bidang pengamatan. Sehingga untuk menghitung lebar celah pada celah ganda, pola
gelap terang yang dijadikan adalah pola gelap terang mayoritas, bukan pola gelap
terang hasil interferensi. Gambar 2 merupakan contoh perbandingan pola difraksi
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
4
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
hasil pengambilan data menggunakan celah tunggal dan ganda, dan pola gelap terang
minoritas merupakan pola gelap terang hasil interferensi.
Gambar 1.3 Perbandingan pola difraksi yang terbentuk
pada celah tunggal dan ganda
Setting Up Rangkaian :
1. Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi .
2. Pasangkan celah tunggal ke penyangga.
3. Pasangkan penyangga yang sudah dipasangi celah, ke pengait yang berada
diantara sumber sinar dan Plotter XY.
4. Sesuaikan posisi celah pada kisi A, sehingga terbentuk pola gelap terang
dibelakang Plotter XY.
5. Double klik bagian depan Plotter XY, untuk menampilkan/menyembunyikan
tampilan visual proyeksi atas Plotter XY, sekaligus proyeksi depan pola gelap
terang hasil difraksi kisi.
6. Double klik pengait untuk menampilkan/menyembunyikan bar jarak pengait
dengan solar sel.
7. Double klik proyeksi depan pola difraksi untuk menampilkan/menyembunyikan
penggaris.
8. Set axis Y Plotter XY pada 1 mV/cm dan waktu pada
0.1 s/cm. Klik switch
pena kearah pen, tombol power kearah 1 dan jika rangkaian semua sudah siap,
klik tombol switch ke arah start atau rep untuk memulai plotting.
9. Arahkan button waktu ke arah x, untuk mengembalikan posisi pena Plotter XY
ke posisi semula.
10. Catat jarak pengait ke solar sel (L), dan jarak pola terang masing-masing orde ke
terang pusat (x).
11. Double klik kertas grafik yang telah terisi plot hasil difraksi, untuk memperbesar
atau memindahkannya ke posisi lain untuk diganti dengan kertas yang baru.
12. Tekan saklar ruang, jika diperlukan tampilan simulasi dalam ruang gelap.
13. Ulangi langkah 4-10, untuk kisi B, C, dan juga kisi A, B, dan C pada celah
ganda.
14. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali terjadi
crash pada aplikasi.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
5
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Pengambilan Data :
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, persamaan 1.1 adalah persamaan yang
digunakan untuk menghitung lebar kisi, di mana Gambar 1.2 merupakan contoh pola
difraksi yang terbentuk dari hasil difraksi celah tunggal dan ganda. Oleh karena itu,
dengan mengambil nilai λ = 633 nm (laser He-Ne), data-data yang perlu diambil dari
percobaan ini, untuk tiap-tiap celah A, B, dan C masing-masing celah antara lain:
1. Jarak antara pengait ke solar sel, sebagai L.
2. Jarak pembelokan cahaya untuk masing-masing orde terang, sebagai x.
3. Gambar plot intensitas difraksi yang ditangkap oleh solar sel melalui Plotter
XY.
Berikut contoh tabel dan gambar grafik hasil pengambilan data:
Tabel 1. Contoh tabel pengambilan data pada celah tunggal A
Celah
A
L
n
1
2
3
4
5
x
d
drata-rata
Gambar 1.4 grafik hasil plotting Plotter XY
kisi celah tunggal
Catatan:
Tabel di atas merupakan tabel contoh pengambilan data, yang jika dinilai kurang atau
kurang sesuai, praktikan dapat memodifikasi Tabel 1 tersebut sesuai kebutuhan
masing-masing dan dapat mempergunakan tabel hasil modifikasi untuk tabel
pengambilan data celah tunggal B, C dan juga masing-masing kisi pada celah ganda.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
6
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Analisa Data :
Berdasarkan data hasil percobaan difraksi celah tunggal dan celah ganda di atas, halhal yang perlu dijelaskan dan dibandingkan dengan literatur antara lain:
1. Analisa pola difraksi dari masing-masing kisi celah tunggal dan celah ganda.
2. Analisa perbedaan pola difraksi masing-masing kisi celah tunggal dan ganda.
3. Teknik penentuan lebar, berikut nilai lebar yang diperoleh untuk masing-masing
kisi, baik celah tunggal maupun ganda.
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
7
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG BUNYI
Screenshoot :
Gambar 2.1 Screenshoot tampilan aplikasi simulasi
pengukuran panjang gelombang bunyi
Deskripsi :
Gelombang bunyi yang merambat di udara termasuk dalam jenis gelombang
longitudinal. Prinsip percobaan pengukuran panjang gelombang bunyi ini adalah
mencari titik rapatan dan regangan gelombang bunyi di udara dan resonansinya, yang
terdapat disepanjang pipa Kundt. Titik rapatan dan regangan tersebut dideteksi
menggunakan universal microphone, yang berfungsi merubah sinyal bunyi menjadi
sinyal listrik, dan ditampilkan sebagai amplitudo tegangan oleh Osciloscope. Ketika
ujung microphone berada pada posisi rapatan, besarnya amplitudo akan lebih tinggi
dibanding ketika ujung microphone berada pada posisi regangan. Oleh karena itu,
dikarenakan efek resonansi, dengan mengetahui 2 kali jarak posisi regangan ke
regangan, atau dari rapatan ke rapatan yang terjadi disepanjang pipa Kundt, maka
akan dapat dihitung nilai panjang gelombang bunyi secara langsung, dan kemudian
dibandingkan dengan nilai panjang gelombang bunyi yang diperoleh berdasarkan
nilai frekuensi pembangkit dan asumsi kecepatan rambat bunyi di udara berada pada
kondisi suhu kamar.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
8
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tujuan :
1. Menentukan dan mengamati variasi posisi rapatan dan regangan gelombang bunyi
yang terjadi disepanjang pipa Kundt.
2. Menentukan panjang gelombang bunyi pada pipa Kundt untuk nilai frekuensi
yang berbeda.
3. Menentukan pipa Kundt yang digunakan termasuk dalam jenis pipa organa
tertutup atau terbuka.
Tinjauan Pustaka:
Definisi panjang gelombang (seringkali dinotasikan dengan lambda λ) adalah sebuah
jarak antara satuan berulang dari suatu gelombang. Dimisalkan jika mengacu pada
gelombang transversal, yang disebut sebagai panjang gelombang tidak lain adalah
jarak antara puncak ke puncak, atau antara lembah ke lembah seperti yang
diilustrasikan oleh Gambar 2.2a. Sedangkan pada gelombang longitudinal, panjang
gelombang dideskripsikan sebagai jarak antara rapatan ke rapatan atau dari regangan
ke regangan sebagaimana Gambar 2.2b. Dan dalam pipa yang berdiameter d,
gelombang bunyi yang mempunyai panjang gelombang lebih panjang dari 2d,
diasumsikan sebagai gelombang yang merambat mendatar disepanjang pipa tersebut.
Gambar 2.2 Perbandingan pola difraksi yang terbentuk
pada celah tunggal dan ganda
Panjang gelombang λ memiliki hubungan terbalik dengan frekuensi f, yaitu jumlah
satuan panjang gelombang yang melewati suatu titik dalam satuan waktu yang
diberikan. Selain itu juga panjang gelombang berbanding lurus dengan kecepatan
rambat gelombang c pada medium yang dilewati. Untuk gelombang bunyi, kecepatan
rambat gelombang yang dimaksud adalah kecepatan gelombang suara di udara,
dengan hubungan λ, c dan f sesuai persamaan 2.1:
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
9
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
(2.1)
di mana:
λ = panjang gelombang (m)
c = kecepatan gelombang bunyi di udara ≈ 343 m/s
f = frekuensi gelombang (Hz)
Dengan gelombang bunyi, udara yang terdapat dalam pipa mengalami resonansi
sehingga terbentuk pola rapatan dan renggangan yang sesuai dengan setengah kali
panjang gelombang bunyi. Pola rapatan dan renggangan tersebut dapat digambarkan
dalam bentuk lain berupa pola simpul dan perut seperti Gambar 2.3, yang mana
dalam gambar tersebut juga menunjukkan pola perbedaan simpul dan perut yang
terjadi dalam pipa dengan ujung terbuka dan tertutup. Secara sederhana dapat
dikatakan, posisi simpul perut ini tidak lain adalah posisi rapatan dan regangan
gelombang bunyi yang telah beresonansi disepanjang pipa, termasuk pipa Kundt.
Gambar 2.3 Perbedaan pola rapatan dan regangan
pada pipa dengan ujung tertutup dan terbuka
Setting Up Rangkaian :
1. Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi.
2. Sambungkan kabel speaker ke Signal Generator.
3. Nyalakan Signal Generator, set frekuensi output pada frekuensi >=2.000 Hz dan
≤ 20.000 Hz, dengan tombol putar AC dan DC pada Value > 0.
4. Sambungkan Signal Generator ke Osciloscope sebagai input tegangan Channel I.
5. Sambungkan Universal Microphone ke Osciloscope sebagai input tegangan
Channel II.
6. Atur Osciloscope pada mode dual Channel, dengan tombol Time/div dan
Volt/div masing-masing Channel sesuai nilai output frekuensi yang dikeluarkan
Signal Generator dan yang ditangkap oleh microphone.
7. Jika sudah mendapat tampilan di layar Osciloscope, gerak-gerakkan microphone
maju atau mundur, tentukan dan tandai posisi tegangan maksimum dan minimum
tegangan yang ditangkap ujung microphone.
8. Double klik pipa Kundt bagian tengah, untuk menampilkan atau
menyembunyikan skala proyeksi samping pipa dan penggaris, untuk
mengetahui/menandai posisi tegangan langkah 7.
9. Catat posisi terjadinya rapatan dan regangan langkah 8, sebagai data hasil
percobaan.
10. Ulangi langkah 1-9 untuk nilai frekuensi output Signal Generator yang lain.
11. Setting rangkaian dapat dimodifikasi sesuai kreativitas praktikan masing-masing.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
10
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
12. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali terjadi
crash pada aplikasi.
Pengambilan Data :
Universal microphone digunakan untuk mencari titik di mana letak simpul dan perut
dalam pipa Kundt terjadi. Letak simpul dan perut tersebut dapat diketahui dengan
melihat tinggi tegangan yang ditampilkan Osciloscope. Di mana simpul ditunjukkan
oleh tegangan maksimum yang dapat dicapai, sedangkan perut ditunjukkan oleh
tegangan minimum yang dapat dideteksi. Dengan menggerakkan universal
microphone ke arah masuk atau keluar, dan dengan ujung pipa yang ditempati
microphone dianggap sebagai titik 0, maka pengambilan data percobaan ini dapat
mengikuti Tabel 2.1, dengan Sn sebagai letak simpul ke n:
Tabel 2.1 Contoh tabel pengambilan data
F (Hz)
Letak simpul (cm)
S1
S2
S3
S4
Catatan:
Tabel di atas dapat dimodifikasi/ditambah/diganti sesuai kebutuhan.
Analisa Data :
Hal-hal yang perlu dianalisa dari percobaan ini antara lain:
1. Penjelasan alasan bagaimanaa jika panjang gelombang bunyi yang merambat,
mempunyai panjang gelombang lebih kecil dari 2 kali diameter pipa Kundt.
2. Posisi letak simpul dan perut berdasarkan besar frekuensi yang diberikan.
3. Perbandingan nilai panjang gelombang bunyi sesuai besar frekuensi yang
diberikan.
4. Pipa Kundt yang digunakan, termasuk dalam jenis pipa organa tertutup atau
terbuka.
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
11
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
EFEK DOPPLER
Screenshoot :
Gambar 3.1 Screenshoot aplikasi simulasi Efek Doppler
Deskripsi :
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati efek Doppler akibat terjadinya perubahan
jarak antara sumber dan penerima bunyi, yang bergerak dengan kecepatan tertentu.
Berbeda dengan pelaksanaan praktikum di laboratorium yang sebenarnya, dalam
simulasi ini praktikan hanya melakukan pengamatan terhadap frekuensi rata-rata yang
diterima oleh pendengar, berdasarkan gerakan sumber bunyi yang mendekat dan atau
menjauh dan tidak melakukan perlakukan sebaliknya, yang juga menggerakkan
pendengar mendekat atau menjauhi sumber bunyi. Namun dengan hanya
pengambilan data frekuensi rata-rata dan waktu yang digunakan untuk menghitung
kecepatan dengan sumber yang bergerak, diharapkan praktikan dapat menjelaskan
pengaruh perubahan kecepatan pergerakan sumber bunyi terhadap perubahan
frekuensi yang diterima oleh pendengar. Hal ini secara mendasar sudah mewakili
interpretasi dari terjadinya efek Doppler.
Tujuan :
1. Mengamati dan menganalisa pengaruh gerak sumber bunyi terhadap frekuensi
yang diterima oleh pendengar.
2. Menentukan besar perbandingan antara frekuensi yang diterima oleh pendengar
dengan frekuensi asli sumber berdasarkan kecepatan gerak sumber bunyi terhadap
pendengar.
3. Mampu menjelaskan interpretasi dari efek Doppler.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
12
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tinjauan Pustaka :
Efek Doppler, yang penamaanya mengikuti tokoh fisika Christian Andreas Doppler,
adalah fenomena perbedaan frekuensi asli fo dengan frekuensi yang diterima oleh
pendengar, dan disebabkan oleh sumber gelombang bunyi yang bergerak
mendekati/menjauhi pendengar tersebut. Keadaan di atas dan juga seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 3.1, untuk pendengar yang diam dan didekati atau dijauhi
sumber bunyi, masing-masing akan menerima frekuensi f1 berturut-turut dengan
jumlah frekuensi lebih banyak atau lebih sedikit dari frekuensi aslinya fo (sesuai
dengan persamaan 3.1). Sedangkan sebaliknya, untuk sumber bunyi yang diam dan
dengan pendengar yang bergerak, maka jumlah frekuensi f2 yang diterima oleh
pendengar, diberikan oleh persamaan 3.2.
Gambar 3.2 Efek Doppler pada dua object pendengar yang berbeda
(Sumber : http://images.yourdictionary.com/doppler-effect)
f0
f1
1
f2
(3.1)
v
c
f0 1
v
c
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
(3.2)
13
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Setting Up Rangkaian :
1. Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi.
2. Sambungkan masing-masing kabel penghubung Sensor ke Digital Counter 1,
dengan sensor bagian kanan ke knob nomor 1 dan bagian kiri ke knob nomor
lainnya.
3. Set Digital Counter 1 ke mode timer, sembunyikan tanda panah start pada
tombol reset dan tombol stop. Kemudian lakukan set lanjutan, dengan knob 1
diset ke arah tanda
, dan pada knob yang terhubung dengan sensor bagian kiri
diset ke arah tanda
.
4. Sambungkan kabel Loudspeaker ke Signal Generator.
5. Nyalakan Signal Generator, set frekuensi output pada frekuensi >=2.000 Hz dan
≤ 20.000 Hz sebagai fo, dengan tombol putar AC dan DC pada Value > 0.
6. Sambungkan kabel Universal Microphone ke Digital Counter 2, dan set Digital
Counter 2 ke mode repetition dengan satuan kHz.
7. Arahkan posisi Loudpeaker ke posisi maksimum sebelah kanan.
8. Set tombol Control Rotor, dengan tombol kecepatan >0 dan tombol perputaran
ke arah kiri.
9. Klik tombol run Digital Counter 1, 2 dan sesegera mungkin nyalakan saklar
Control Rotor.
10. Ketika Loudspeaker sudah berada pada posisi maksimum sebelah kiri. Sesegera
mungkin matikan tombol stop Digital Counter 2, yang disusul mematikan juga
tombol stop Digital Counter 1.
11. Matikan tombol saklar Control Rotor.
12. Catat waktu yang ditampilkan Digital Counter 1 sebagai waktu tempuh, dan nilai
rata-rata frekuensi Digital Counter 2 sebagai nilai frekuensi sumber bunyi
menjauhi pendengar.
13. Set tombol Control Rotor, dengan tombol kecepatan sama namun dengan tombol
perputaran ke arah kanan.
14. Reset Digital Counter 1 dan 2.
15. Klik tombol run Digital Counter 1, 2 dan sesegera mungkin nyalakan saklar
Control Rotor kembali.
16. Ketika Loudspeaker sudah berada pada posisi maksimum sebelah kanan.
Sesegera mungkin matikan tombol stop Digital Counter 2, yang disusul
mematikan juga tombol stop Digital Counter 1.
17. Catat waktu yang ditampilkan Digital Counter 1 sebagai waktu tempuh, dan nilai
rata-rata frekuensi Digital Counter 2 sebagai nilai frekuensi sumber bunyi
mendekati pendengar.
18. Double klik sensor, baik sebelah kiri ataupun kanan, untuk menampilkan
keterangan jarak antara sensor sebelah kanan ke kiri.
19. Reset Digital Counter 1 dan 2, ulangi langkah 9-17 untuk nilai frekuensi output
Signal Generator yang lain.
20. Setting rangkaian dapat dimodifikasi sesuai kreativitas praktikan masing-masing.
21. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali terjadi
crash pada aplikasi.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
14
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Pengambilan Data :
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, simulator ini hanya dapat melakukan
pengambilan data untuk sumber bunyi (Loudspeaker) yang bergerak dengan objek
pendengar (Microphone) diam. Frekuensi asli yang disimbolkan dengan fo, nilainya
diambil dari frekuensi output Signal Generator. Sedangkan untuk frekuensi rata-rata
pendengar yang dijauhi atau didekati sumber bunyi berturut-turut disimbolkan
dengan f- dan f+. Besar kecepatan v sumber bunyi, dapat dihitung berdasarkan waktu
yang tercatat pada Signal Generator, sebagai pembagi jarak antara sensor kiri ke
kanan, yang dalam simulasi ini diasumsikan berjarak tetap 45 cm. Tabel 3.1
merupakan contoh tabel pengambilan data dalam percobaan ini, yang dalam
implementasinya dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Tabel 3.1 Contoh tabel pengambilan data percobaan Efek Doppler.
t (s)
v (m/s)
No
fo (Hz)
f- (Hz)
f+ (Hz)
Catatan:
Diperlukan latihan pengambilan data terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan
data yang sebenarnya dan tabel di atas dapat dimodifikasi/ditambah/diganti sesuai
kebutuhan.
Analisa Data :
Hal-hal yang perlu dianalisa dari percobaan ini adalah:
1. Menganalisa fenomena efek Doppler yang terjadi.
2. Perbandingan nilai frekuensi yang ditangkap oleh pendengar, akibat gerakan
sumber bunyi mendekat dan menjauhi, dengan besar kecepatan yang sama.
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Anonymous. 2012. Doppler Effect. http://images.yourdictionary.com/doppler-effect
(diakses tanggal : 07 Oktober 2012)
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
15
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
TETAPAN PLANCK
Screenshoot :
Gambar 4.1 Screenshoot percobaan tetapan Planck
Deskripsi :
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan Planck dengan menggunakan
rangkaian fotolistrik. Secara umum percobaan ini menggunakan perangkat pakem
dari Leybold, yang mana di dalamnya sudah terpasang photocell yang fungsinya
sebagai penangkap foton dan sekaligus elektron yang terhambur akibat tumbukan.
Dalam percobaan ini, foton tersebut berasal dari hasil pembiasan cahaya polikromatik
lampu Mercury, dan berupa spektrum cahaya yang mempunyai range frekuensi yang
berbeda-beda. Di mana tiap level berkas cahaya yang mempunyai nilai frekuensi
tertentu, ketika menumbuk layer potassium yang berada dalam photocell akan
menghasilkan arus listrik yang pada langkah selanjutnya digunakan untuk mencari
tegangan ambangnya.
Tujuan :
1. Mengetahui pola visual spektrum cahaya yang terbentuk dari rangkaian.
2. Menentukan nilai tetapan Planck berdasarkan spektrum lampu Mercury.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
16
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tinjauan Pustaka :
Konstanta Planck, dilambangkan dengan huruf h dan merupakan konstanta penting
dan biasa ditemui dalam teori mekanika kuantum dan penamaannya dinamai untuk
menghargai Max Planck, salah seorang pendiri teori kuantum yang nilainya sebesar:
Konstanta Planck mempunyai satuan energi yang dikalikan dengan waktu dan
merupakan satuan usaha. Dalam gelombang elektromagnetik, Konstanta Planck ini
dapat dianggap pula sebagai proporsionalitas konstan antara energi (E) foton dan nilai
frekuensi (ν)-nya. Di mana hubungan antara energi dan frekuensi ini biasa
disebut sebagai hubungan Einstein yang dinotasikan dalam persamaan PlanckEinstein, persamaan 4.1:
(4.1)
Gambar 4.2 Skema photocell
Gambar 4.2 adalah skema kerja photocell yang terdapat dalam perangkat penentu
Konstanta Planck. Dengan mengasumsikan usaha yang diperlukan elektron tereksitasi
dari photocatode sebagai Ac. Hubungan Einstein persamaan 4.1 untuk energi kinetik
dinotasikan menjadi persamaan 4.2, yang mana nilai energi kinetik elektron nilainya
sama dengan besar tegangan yang dikalikan dengan muatan dasar elektron e dan
dapat ditulis kembali menjadi persamaan 4.3.
1 2
mv 0
2
hv Ac
1 2
mv0
2
e.U o
e.U o
hv Ac
(4.2)
(4.3)
Gambar 4.3 adalah contoh gambar spektrum cahaya yang dihasilkan dari perangkat
penentu Konstanta Planck, dengan masing-masing berkas cahaya memiliki frekuensi
sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4.1.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
17
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Gambar 4.3 Spektrum mercury lamp
Tabel 4.1 Nilai-nilai frekuensi dari spektrum lampu Mercury
Warna
Kuning
Frekuensi (1014 s-1) 5.19
Hijau
5.49
Turquoise
6.88
Biru
6.08
Violet
7.41
Setting Up Rangkaian :
1.
2.
3.
4.
Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi.
Set Voltmeter 1 dan 2 untuk mengukur tegangan dengan range maksimum 20 V.
Sambungkan kabel penghubung Voltmeter 2 ke Amplifier.
Sambungkan kabel ground rangkaian potensimeter ke ground yang berada di
Amplifier.
5. Sambungkan juga kabel tegangan perangkat Konstanta Planck ke Amplifier
6. Sambungkan lampu Mercury ke Universal Choke.
7. Nyalakan tombol saklar Amplifier dan Universal Choke, set Amplifier untuk
mengukur tegangan, dengan range tegangan pada 100.
8. Geser penutup jendela spektrum, double klik kaca jendela untuk
menampilkan/menyembunyikan proyeksi depan dan tombol pengatur posisi
photocell.
9. Sesuaikan posisi photocell sesuai berkas cahaya yang akan digunakan sebagai
foton, untuk efek fotolistrik dengan memutar tombol posisi photocell ke kiri atau
ke kanan.
10. Jika tegangan pada Voltmeter 2 tidak sama dengan 0, putar potensiometer ke kiri
atau ke kanan, hingga tegangan di Voltmeter 2 sama dengan atau mendekati 0.
11. Catat nilai tegangan Voltmeter 1 sebagai dara tegangan ambang hasil percobaan
12. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali terjadi
crash pada aplikasi.
Pengambilan Data :
Potensiometer berfungsi sebagai variabel yang digunakan untuk menentukan besar
tegangan ambang. Tegangan ambang yang dimaksud di sini adalah tegangan agar
elektron yang tertumbuk foton, meskipun sudah tereksitasi, elektron tersebut tertarik
kembali ke photocatode, sehingga tegangan yang ditangkap oleh anode dalam
photocell bernilai sama dengan atau mendekati 0. Tegangan photocatode tidak lain
adalah tegangan yang dicatat oleh Voltmeter 1, sedangkan tegangan anode adalah
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
18
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
tegangan yang dicatat oleh Voltmeter 2. Berikut tabel 4.2 merupakan contoh tabel
pengambilan data hasil percobaan:
Tabel 4.2. Contoh tabel pengambilan data percobaan tetapan Planck
Warna
Percb 1
Percb 2
Tegangan Voltmeter 1
Percb 3
Percb 4
Percb 5
Urata-rata
Kuning
Hijau
Torquoise
Biru
Violet
Catatan:
*tabel ini dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Kemudian untuk mempermudah perhitungan, data hasil percobaan Tabel 4.2 diubah
dalam bentuk grafik hubungan tegangan U dan frekuensi v masing-masing warna,
untuk dicari nilai gradientnya.
Gambar 4.4 Grafik kosong hubungan tegangan dan frekuensi
Karena diambil nilai selisih, nilai Ac dapat direduksi sehingga persamaan 4.3 dapat
ditulis kembali menjadi persamaan 4.4, dengan m tidak lain adalah nilai gradient dari
grafik Gambar 4.4.
h
e.
U
v
m
(4.4)
Analisa Data :
Hal-hal yang perlu dibahas dari pelaksanaan percobaan ini antara lain:
1. Proses fotolistrik dari perangkat Kontanta Planck yang digunakan.
2. Nilai tetapan Planck (h) yang didapatkan dan dibandingkan dengan literatur.
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
19
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
INTERFERENSI GELOMBANG BUNYI
Screenshoot:
Gambar 5.1 Screenshoot percobaan
interferensi gelombang bunyi
Deskripsi :
Prinsip percobaan ini adalah dengan melewatkan gelombang bunyi pada layar yang
bercelah untuk menghasilkan interferensi gelombang bunyi. Dalam kasus gelombang
cahaya, dua berkas cahaya atau lebih, dapat berinterferensi yang ditandai dengan
terbentuknya pola gelap terang pada layar. Pada gelombang bunyi juga dapat terjadi
pola gelap terang tersebut, namun pola gelap terang hasil interferensi ditandai dengan
nilai intensitas bunyi yang maksimum, sedangkan pola gelap ditandai dengan nilai
intensitas bunyi yang minimum, bahkan nol. Karena percobaan ini mencari pola gelap
terang yang terjadi pada gelombang bunyi, oleh karena itu diperlukan Universal
Microphone untuk mengetahui pola gelap terang, sekaligus posisi interferensi dari
dua gelombang bunyi yang se-fase.
Tujuan :
1. Membuktikan adanya sifat interferensi pada gelombang bunyi dengan
mengamati pola difraksi 2 celah.
2. Menentukan posisi per orde gelap dan terang dari hasil interferensi gelombang
bunyi.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
20
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tinjauan Pustaka :
Interferensi gelombang merupakan perpaduan antara 2 gelombang atau lebih.
Interferensi tersebut dapat saling menguatkan (maksima) atau melemahkan (minima)
yang dalam gelombang bunyi ditandai oleh ketinggian amplitudo intensitasnya.
Dalam hal lain, interferensi dapat terjadi pula karena terdapat 2 gelombang yang
bertemu pada waktu yang bersamaan, di mana terjadi interferensi konstruktif bila
gelombang yang bertemu mempunyai fase yang sama, sedangkan interferensi
destruktif bila fase masing-masing gelombang berbeda sebesar π.
Gambar 5.2. Percobaan celah ganda
(Sumber: http://h2physics.org/?cat=47)
Sudut maksima αmax tiap orde, yang ditandai bagian terang, secara teori dapat
diketahui menggunakan persamaan 5.1. Sedangkan sudut minima αmin tiap orde, yang
ditandai bagian gelap, dapat diketahui menggunakan persamaan 5.2. Sudut maksima
minima tersebut tidak lain adalah sudut arah terjadinya interferensi pada gelombang.
Gambar 5.3. Sudut α
pada interferensi 2 celah
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
21
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
sin
max
n.
d
(n
sin
min
(5.1)
1 )
2
d
(5.2)
dengan nilai n = 0, 1, 2, …
di mana:
n = orde
α = sudut maxima/minima
d = jarak antar celah
= panjang gelombang bunyi
Setting Up Rangkaian :
1. Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi.
2. Sambungkan Loundspeaker ke Signal Generator.
3. Set frekuensi output Signal Generator pada frekuensi >=2.000 Hz dan ≤ 20.000
Hz, dengan tombol putar AC dan DC pada Value > 0.
4. Sambungkan Signal Generator ke Osciloscope sebagai input Channel 1, dan
sambungkan Universal Microphone ke Channel 2.
5. Nyalakan Osciloscope, set mode ke dual Channel. Atur posisi vartical masingmasing Channel agar sinyal input tidak berhimpit.
6. Arahkan mouse ke pengait penyangga Microphone untuk mengetahui informasi,
Jarak speaker ke kisi, lebar per celah, jarak antar celah (d), dan jarak ujung
Microphone ke kisi.
7. Nyalakan Signal Generator, atur Time/div dan Volt/div masing-masing Channel
Osciloscope sehingga sinyal input dapat ditampilkan.
8. Double klik celah untuk menampilkan atau menyembunyikan proyeksi depan
celah, geser penutup celah sehingga terbuka 2 celah saja.
9. Geser maju atau mundur Microphone, untuk mendapatkan tampilan sinyal output
Channel 2 yang terbaik.
10. Untuk Pergeseran ke kiri dan ke kanan, double klik penyangga/pengait
Microphone, untuk menampilkan/menyembunyikan proyeksi samping
Microphone terhadap celah.
11. Geser microphone ke kiri atau ke kanan, catat posisi maxima dan minima pola
interferensi gelombang yang terdeteksi sebagai data hasil percobaan.
12. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali terjadi
crash pada aplikasi.
Pengambilan Data :
Data yang diambil dari percobaan ini adalah letak di mana posisi maksima/minima
inetrferensi gelombang bunyi yang terjadi dan besar intensitasnya. Gambar 5.4 adalah
ilustrasi pembentukan pola maxima dan minima, yang dalam percobaan ini L sebagai
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
22
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
jarak celah ke ujung Microphone dan x sebagai jarak simpangan Microphone ke kiri
atau ke kanan dari terang pusat/titik tengah celah. Tabel 5.1 merupakan contoh
pengambilan data dengan U sebagai besar tegangan output yang tercatat pada layar
Osciloscope.
Gambar 5.4 Pembentukan pola maxima/minima
interferensi celah ganda gelombang bunyi
Berikut contoh tabel pengambilan data yang dapat digunakan:
Tabel 5.1 contoh tabel pengambilan data
Orde
x (cm)
Maxima
U(Volt)
x (cm)
Minima
U (Volt)
Catatan:
tabel di atas dapat diganti/dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Analisa Data :
Problem yang menjadi pokok pembahasan praktikum ini adalah:
1. Penjelasan mengenai nterferensi gelombang bunyi berdasarkan hasil percobaan
yang telah dilakukan.
2. Nilai maxima dan minima per orde yang di dapatkan.
3. Penjelasan mengenai variasi intensitas gelombang bunyi per maxima dan
minima, serta hubungannya dengan besar simpangan ke kiri atau ke kanan
masing-masing orde.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
23
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Cheng, Poon Siew. 2012. Interference. http://h2physics.org/?cat=47. (diakses tanggal:
10 Oktober 2012)
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
24
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
PEMANTULAN GELOMBANG BUNYI
Screenshoot :
Gambar 6.1 Screenshoot percobaan pemantulan gelombang bunyi
Deskripsi :
Pada dasarnya, percobaan ini adalah memantulkan gelombang bunyi yang
dibangkitkan Loudspeaker dan diarahkan ke reflection plate dengan sudut datang dan
pantul tertentu. Gelombang hasil pemantulan dideteksi besar intensitasnya dengan
menggunakan Universal Microphone, dan ditunjukkan oleh besar tegangan yang
terbaca pada layar Osciloscope. Dengan mengetahui besar sudut datang, sudut pantul
dan besar intensitas pemantulan, maka data-data tersebut akan dapat digunakan untuk
membuktikan hukum pemantulan gelombang, yang dalam kasus ini berupa
gelombang bunyi.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
25
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tujuan :
1.
2.
Membuktikan adanya sifat pemantulan gelombang pada gelombang longitudinal.
Membuktikan hukum pemantulan gelombang.
Tinjauan Pustaka :
Seperti gelombang pada umumnya, bunyi juga dapat memantul apabila mengenai
suatu penghalang. Penghalang ini dapat berupa layar atau batas antara dua medium
yang berbeda kerapatannya. Gambar 6.2 mengilustrasikan contoh pemantulan
gelombang, yang mana besar sudut pantul nilainya akan sama dengan sudut datang
terhadap garis normal. Keadaan ini sesuai dengan hukum Snellius yang menyatakan
bahwa arah sudut datang sama dengan sudut pantul pada optik.
Gambar 6.2 Gelombang datang dan pantul
(Sumber : http://www.oocities.org/wave032002/reflection.htm)
Setting Up Rangkaian :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi.
Sambungkan Loudspeaker ke Signal Generator.
Sambungkan Signal Generator ke Osciloscope sebagai input tegangan Channel 1.
Set frekuensi output Signal Generator pada frekuensi >=2.000 Hz dan ≤ 20.000
Hz, dengan tombol putar AC dan DC pada Value > 0.
Sambungkan Universal Microphone ke Osciloscope sebagai input tegangan
Channel 2.
Nyalakan Osciloscope, set mode ke dual Channel. Sesuaikan Time/div dan
Volt/div masing-masing Channel Osciloscope, sehingga sinyal input dapat
ditampilkan dan tidak berhimpit.
Geser posisi Microphone, Loudspeaker atau putar Layar ke kiri atau ke kanan
untuk mendapatkan variasi perbandingan sinyal output.
Double klik Layar, untuk menampilkan/menyembunyikan proyeksi atas busur
penunjuk sudut pergeseran.
Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali terjadi
crash pada aplikasi.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
26
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Pengambilan Data :
Gambar 6.3 Gelombang datang dan pantul
dalam percobaan
Gambar 6.3 adalah gambar proses pembentukan sudut datang α dan sudut pantul β
terhadap garis Normal, yang menjadi acuan pengambilan data dalam praktikum ini.
Dalam gambar tersebut Loudspeaker yang berfungsi sebagai sumber bunyi ditandai
dengan angka 1, Layar sebagai pemantul gelombang ditandai dengan angka 3, dan
Microphone sebagai detektor intensitas gelombang pantul ditunjukkan dengan angka
2. Dengan menggeser-geser posisi Microphone, Loudspeaker atau memutar Layar ke
kiri atau ke kanan, maka akan didapatkan variasi nilai intensitas bunyi yang
ditampilkan sebagai nilai tegangan oleh Osciloscope. Tabel 6.1 adalah contoh tabel
pengambilan data.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
27
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tabel 6.1. Contoh tabel pengambilan data.
No
1
α (°)
0
2
30
3
60
β (°)
0
30
60
90
0
30
60
90
0
30
60
90
U (Volt)
dst
Analisa Data :
Dari percobaan yang dilakukan, hal-hal yang perlu dijelaskan antara lain:
1. Prinsip dasar pemantulan gelombang bunyi.
2. Hubungan α dan β terhadap besar intensitas gelombang bunyi.
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Anonymous. 2012. Reflection of Waves. http://images.yourdictionary.com/dopplereffect (diakses tanggal : 07 Oktober 2012)
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
28
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
DERET BALMER
Screenshoot:
Gambar 7.1 Screenshoot Aplikasi Deret Balmer
Deskripsi :
Praktikum deret Balmer, secara garis besar adalah menentukan panjang gelombang
cahaya hasil difraksi, berdasarkan bentuk spektrum yang terbentuk oleh emisi atom
hidrogen yang dipancarkan Lampu Balmer. Panjang gelombang tersebut diobservasi
dan kemudian digunakan untuk menghitung Energi transisi yang terjadi dalam atom.
Sehingga selain praktikan dapat menentukan panjang gelombang hasil emisi atom
Hidrogen, dengan praktikum ini juga, praktikan dapat membuktikan besarnya Energi
transisi yang terjadi dalam atom Hidrogen sesuai dengan literatur yang sudah ada.
Tujuan :
4. Menentukan panjang gelombang merah (Hα), turqoise (Hβ) dan biru (Hγ)
sebagai bagian dari deret Balmer atom Hidrogen, berdasarkan spektrum
cahaya hasil difraksi Lampu Balmer.
5. Menentukan besar Energi transisi perkulit berdasarkan panjang gelombang
merah (Hα), turqoise (Hβ) dan biru (Hγ) yang dihasilkan.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
29
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tinjauan Pustaka :
Deret Balmer merupakan karakteristik atom yang menunjukkan adanya transisi
elektron dari kulit ≥3 ke kulit 2. Ketika bertransisi, atom memancarkan Energi (ΔE)
yang nilainya berbanding terbalik dengan panjang gelombang foton (λ) yang
dipancarkannya. Keadaan transisi ini dapat diilustrasikan sebagaimana Gambar 7.2.
(a)
(b)
Gambar 7.2 Transisi Elektron (Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Balmer_series)
Dalam atom, energi tiap kulit (Ek) nilainya sebanding dengan:
dimana:
k = nomor kulit
Z = nomor atom = 1 untuk atom Hidrogen.
Selain itu, persamaan Energi transisi untuk tiap kulit sesuai dengan persamaan:
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
30
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
dimana:
c= kecepatan cahaya
h=tetapan Planck
Untuk atom Hidrogen sendiri, emisi cahaya yang dipancarkan oleh Lampu Balmer,
memancarkan 4 gelombang cahaya tampak dan 4 gelombang dalam range Ultraviolet
dengan spesifikasi seperti pada tabel berikut:
Tabel 7.1 emisi Hidrogen yang dipancarkan oleh Lampu Balmer
Transition
3→2 4→2 5→2 6→2
of n
Name
Hα
Hβ
Hγ
8→2
9→2
Hε
Hδ
Hε
397.0
388.9
383.5
Hδ
Wavelength
656.3 486.1 434.1 410.2
(nm)
Color
7→2
∞→2
364.6
Red Cyan Blue Violet Ultraviolet Ultraviolet Ultraviolet Ultraviolet
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Balmer_series
Sedangkan jika cahaya terdifraksi oleh sebuah kisi, untuk pola terang akan memiliki
simpangan sebesar x yang nilainya sebanding dengan panjang gelombangnya, hal ini
sesuai dengan persamaan:
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
31
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
dimana jarak antara kisi dengan layar L, n sebagai orde gelombang dan g lebar kisi.
Setting Up Rangkaian :
1. Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi
2. Pasang Lensa Fokus +50 mm ke Pengait 1.
3. Pasang Layar ke Pengait 5.
4. Buka celah Slide, dengan lebar > 0 mm.
5. Pasang Slide pada Pengait 2.
6. Pasang Lensa Fokus +100 mm ke Pengait 3.
7. Pasang Kisi (1/600) mm ke Penyangga Kisi.
8. Pasang Penyangga Kisi ke Pengait 4
9. Nyalakan Lampu Balmer dengan menekan tombol saklar Power Supply.
10. Jika difraksi cahaya belum muncul, dimungkinkan terdapat kesalahan
rangkaian pada langkah sebelumnya.
11. Carilah bentuk difraksi cahaya yang paling bagus dengan mengeser-geser
posisi lensa.
12. Double klik meteran, untuk menampilkan besar lebar celah dan jarak antar
Pengait.
13. Tekan saklar ruang, jika diperlukan simulasi dalam ruang gelap.
14. Gunakan penggaris untuk mengukur simpangan difraksi per gelombang yang
terjadi terhadap terang pusat.
15. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali
terjadi crash pada aplikasi.
Pengambilan Data :
Contoh spektrum yang terbentuk dari hasil difraksi sebagaimana terlihat pada
Gambar 7.3:
Gambar 7.3 Contoh hasil difraksi
Panjang gelombang Hα, Hβ dan Hγ dapat diketahui menggunakan persamaan panjang
gelombang difraksi:
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
32
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
dimana:
λ=panjang gelombang
n=orde gelombang
d=lebar kisi = (1/600) mm
L=jarak kisi ke Layar
x=jarak cahaya yang terdifraksi terhadap terang pusat.
Oleh karena itu dalam praktikum ini, data percobaan yang diambil adalah jarak kisi
ke Layar (L) dan simpangan masing-masing warna cahaya yang terdifraksi (x),
dengan mengasumsikan semua cahaya tersebut berada pada orde 1. Dari kedua data
tersebut dicari nilai λ masing-masing gelombang hasil difraksi, kemudian digunakan
untuk mencari tingkat Energi transisi pada atom.
Tabel 7.2. Contoh tabel pengambilan data :
H
x
L
λpercobaan
λreferensi
ΔEpercobaan
ΔEreferensi
Hα
Hβ
Hγ
*tabel di atas dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Analisa Data :
Berdasarkan data hasil percobaan deret Balmer ini, hal-hal yang perlu dianalisa dan
dibandingkan dengan Literatur yang sudah ada adalah:
2.
3.
4.
5.
Perbandingan panjang gelombang Hα, Hβ dan Hγ.
Perbandingan ΔE masing-masing transisi.
Jumlah gelombang yang muncul.
Perbandingan dengan eksperimen riil.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
33
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Anonymous. 2011. Balmer Series.
(Diakses 14 November 2011)
http://en.wikipedia.org/wiki/Balmer_series
Anonymous. 2011. Measured Hydrogen Spectrum. http://hyperphysics.phyastr.gsu.edu/Hbase/tables/hydspec.html#c1 (Diakses 14 November 2011)
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
34
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
RADIASI ALPHA
Screenshoot :
Gambar 8.1 Screenshoot aplikasi percobaan Radiasi Alpha
Deskripsi :
Secara umum, praktikum ini adalah mengambil jumlah impuls (intensitas) rata-rata
radiasi Alpha yang terjadi pada 2 unsur, dimana unsur yang satu sebagai acuan
(Radium) dan unsur yang satu lagi sebagai unsur yang akan dicari nilai energi radiasi
Alphanya (Ameresium). Sehingga dengan mengetahui pola level energi radiasi pada
detektor dan dibandingkan dengan nilai energi radiasi sesungguhnya (sesuai dengan
literatur) untuk unsur Radium, level energi detektor tersebut dapat digunakan sebagai
faktor pembanding untuk menentukan nilai energi radiasi Alpha yang sesungguhnya
pada unsur Ameresium.
Tujuan :
1. Menentukan dan membandingkan level energi radiasi Alpha pada unsur
Radium yang terdeteksi, dengan energi radiasi unsur tersebut sesuai literatur
yang sudah ada
2. Menentukan besar energi radiasi Alpha yang dipancarkan Ameresium, sesuai
perbandingan level energi radiasi Alpha Radium sebelumnya
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
35
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tinjauan Pustaka :
Kebanyakan bahan Radioaktif tidak langsung berubah ke bentuk stabilnya, namun
secara bertahap meluruh ke bentuk isotop lain yang mengikuti rantai peluruhan
tertentu. Seperti terlihat pada deret Radium Gambar 8.2, Radium 226 meluruh ke
bentuk isotopnya Radon 222, dilanjutkan ke Polonium 218, ke Timah 214 dan begitu
seterusnya sampai ke bentuk isotop-isotop stabil lain, dimana setiap kali terjadi
proses peluruhan, isotop memancarkan energi radiasi sesuai dengan mode peluruhan
yang terjadi. Mode peluruhan ini dapat berupa pancaran radiasi Alpha (α), Beta (β)
ataupun Gamma (γ).
Gambar 8.2 Radium series (Sumber: http://en.wikipedia.org/)
Persamaan 8.1 menunjukkan proses terjadinya peluruhan α dari atom A ke atom B
dengan Z=nomor atom, N=nomor massa dan e=energi radiasi. Partikel α ini tidak lain
adalah atom He yang mempunyai nomor atom=2 dan nomor massa=4. Radium,
sebagaimana terlihat pada Tabel 8.1, memiliki mode peluruhan Alpha pada beberapa
isotopnya dan masing-masing memiliki energi radiasi tertentu. Berbeda untuk
Ameresium seperti terlihat pada Tabel 8.2, mode peluruhan Alpha terjadi pada 2
isotopnya saja.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
36
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
(8.1)
Tabel 8.1. Isotop Radium
Sumber: Argonne National Laboratory, EVS
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
37
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tabel 8.2. Isotop Ameresium
Sumber: Argonne National Laboratory, EVS
Setting Up Rangkaian :
1. Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi
2. Sambungkan 2 kabel Detektor Semikonduktor ke Sigle Cahnnel Analyzer.
3. Sambungkan kabel Osciloscope ke Single Channel Analyzer dan ke channel I
atau II pada Osciloscope itu sendiri. Jangan lupa merubah set Osciloscope jika
digunakan channel II.
4. Sambungkan kabel Digital Counter ke Single Channel Analyzer dan ke
Digital Counter itu sendiri.
5. Pasang bahan Radioaktif: Radium pada gagang penyangga dan masukkan ke
Detektor Semikonduktor.
6. Nyalakan Single Channel Analyzer, set tombol base pada 0.00, tombol
amplifier ±45º, tombol window ≥45º dan switch ke arah: Manual dan Reset.
7. Nyalakan Osciloscope, set tombol Time/Div 2 µs/div dan tombol Volt/div 0.5
Volt/div (sesuai channel yang digunakan). Kemudian atur sedemikian rupa
sehingga sinyal output dapat dilihat dengan jelas. Jika sinyal tidak muncul
dimungkinkan terdapat kesalahan rangkaian dalam langkah sebelumnya.
8. Nyalakan Digital Counter, set tombol putar mode ke mode frekuensi (Hz).
Sama yang terjadi pada Osciloscope, jika Digital Counter tidak melakukan
counting, dimungkinkan terdapat kesalahan rangkaian dalam langkah
sebelumnya.
9. Pilih nilai window dan amplifikasi Single Channel Analyzer, yang
menghasilkan perhitungan jumlah perhitungan impuls dibawah 1000.
10. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali
terjadi crash pada aplikasi.
Evaluasi:
1.
2.
3.
4.
Jika spektrum terlalu lebar: kecilkan dengan mengecilkan amplifier.
Jika spektrum terlalu dekat: besarkan dengan membesarkan amplifier.
Jika puncak terlalu tinggi: rendahkan dengan mengecilkan window.
Jika puncak terlalu rendah: tinggikan dengan membesarkan window.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
38
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Pengambilan Data :
Detektor semikonduktor digunakan untuk mendeteksi impuls radiasi Alpha yang
dipancarkan oleh isotop-isotop bahan. Kemudian impuls yang terdeteksi tersebut,
dipilah-pilah oleh Single Channel Analyzer sesuai level energi antara 0.00 sampai
10.00 Volt, atau sesuai dengan range nilai tombol base. Jumlah impuls yang
mempunyai level energi setara dengan nilai antara tombol base dengan nilai tombol
base yang ditambah nilai tombol window-nya, merupakan nilai yang ditampilkan
pada Digital Counter. Data percobaan yang diambil dalam praktikum ini adalah nilai
rata-rata jumlah impuls yang terhitung pada Digital Counter, sesuai dengan nilai
tombol base yang mengambil selisih nilai pengambilan tertentu. Setelah itu data hasil
percobaan ini dipergunakan untuk membuktikan pada level energi ke berapa jumlah
impuls radiasi yang paling banyak tercatat. Selain itu pula, plot hubungan level energi
dengan jumlah rata-rata impuls Radium, dicocokan dengan literatur yang sudah ada,
dan dijadikan sebagai pembanding konversi level energi yang dilakukan Single
Channel Analyzer, untuk membandingkan sekaligus menentukan nilai energi radiasi
alpha dari bahan Ameresium.
Contoh tabel pengambilan data yang digunakan dalam praktikum Radiasi Alpha ini
adalah:
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
39
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tabel 8.3 Contoh tabel pengambilan data
Sedangkan untuk contoh hasil pengambilan data, dapat dilihat pada contoh
pengambilan data untuk Radium berikut ini:
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
40
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Gambar 8.3 Contoh pengambilan data radiasi Alpha pada Radium
Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara Level energi (tombol base) dengan
jumlah rata-rata impuls yang terdeteksi oleh Single Channel Analyzer. Pengambilan
data mengambil range 0.23 dan menunjukkan bahwa energi radiasi Alpha yang
terdeteksi berada pada level energi lebih besar dari 4.00 dan lebih kecil dari 9.00 yang
setara dengan 4.00-9.00 MeV.
Analisa Data :
Hal-hal yang perlu dibahas dari praktikum Radiasi Alpha ini antara lain:
1. Bagaimanakah metode pembandingan hubungan jumlah/intensitas impuls
radiasi Alpha per level energi yang terdeteksi dengan literatur yang sudah
ada?
2. Bagaimanakah teknik penggunaan data radiasi Alpha pada Radium sebagai
pembanding/acuan radiasi Alpha pada Ameresium, beserta cara untuk
mendapat nilai-nilai energi radiasinya?
3. Bagaimanakah kecocokan nilai energi radiasi Ameresium yang didapatkan
dari percobaan, jika dibandingkan dengan literatur yang sudah ada (mis. Tabel
2)?
ketiga hal ini merupakan hal-hal yang menjadi tugas para praktikan untuk
menjawabnya.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
41
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Silaban, Pantur. 1990. Fisika Modern. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta
Anonymous. 2005. Radium. Human Health Fact Sheet. Argonne National Laboratory.
http://www.evs.anl.gov/pub/doc/Radium.pdf
Anonymous. 2005. Americium. Human Health Fact Sheet. Argonne National
Laboratory. http://www.evs.anl.gov/pub/doc/Americium.pdf
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
42
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
RADIASI GAMMA
Screenshoot :
Gambar 9.1 Screenshoot aplikasi percobaan Radiasi Gamma
Deskripsi :
Praktikum ini bertujuan untuk mengobservasi jumlah impuls (intensitas) rata-rata
radiasi Gamma yang terjadi antara 2 unsur, dengan unsur yang satu sebagai acuan
(Ameresium) dan unsur yang lain sebagai unsur yang akan dicari nilai energi radiasi
Gammanya (Cobalt). Seperti pada praktikum Radiasi Alpha, dengan mengetahui pola
level energi radiasi pada detektor dan dibandingkan dengan nilai energi radiasi
sesungguhnya (sesuai dengan literatur) untuk unsur Ameresium, penyetaraan level
energi detektor tersebut dapat digunakan sebagai faktor pembanding untuk
menentukan nilai energi radiasi Gamma yang sebenarnya untuk unsur Cobalt.
Tujuan :
1. Menentukan dan membandingkan level energi radiasi Gamma pada unsur
Ameresium sesuai energi radiasi di literatur yang sudah ada sebagai level
energi acuan
2. Menentukan besar energi radiasi Gamma yang dipancarkan Cobalt, sesuai
perbandingan level energi acuan radiasi Gamma Ameresium sebelumnya
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
43
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tinjauan Pustaka :
Kebanyakan bahan Radioaktif tidak langsung berubah ke bentuk stabilnya, namun
secara bertahap meluruh ke bentuk isotop lain yang mengikuti rantai peluruhan
tertentu. Seperti terlihat pada deret Radium Gambar 9.2, Radium 226 meluruh ke
bentuk isotopnya Radon 222, dilanjutkan ke Polonium 218, ke Timah 214 dan begitu
seterusnya sampai ke bentuk isotop-isotop stabil lain, dimana setiap kali terjadi
proses peluruhan, isotop memancarkan energi radiasi sesuai dengan mode peluruhan
yang terjadi. Mode peluruhan tersebut dapat berupa radiasi Alpha (α), Beta (β)
ataupun Gamma (γ).
Gambar 9.2 Radium series (Sumber: http://en.wikipedia.org/)
Secara matematis, peluruhan Gamma dari atom A ke atom A yang lebih stabil
diberikan oleh Persamaan 9.1, dimana Z=nomor atom, N=nomor massa dan e=energi
radiasi. Untuk unsur Ameresium sebagaimana terlihat pada Tabel 9.1, meskipun tidak
memiliki mode peluruhan Gamma, radiasi Gamma tetap terjadi pada masing-masing
isotopnya. Begitu juga dengan Cobalt, masing-masing peluruhan isotopnya juga
memancarkan radiasi Gamma.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
44
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
(9.1)
Tabel 9.1. Isotop Ameresium
Sumber: Argonne National Laboratory, EVS
Tabel 9.2. Isotop Cobalt
Sumber: Argonne National Laboratory, EVS
Setting Up Rangkaian :
1. Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi
2. Sambungkan 3 kabel Sintilator, masing-masing ke High Voltage Power
Supply dan 2 kabel lainnya ke Single Channel Analyzer.
3. Sambungkan kabel Osciloscope ke Single Channel Analyzer dan ke channel I
atau II pada Osciloscope itu sendiri. Jangan lupa merubah set Osciloscope jika
digunakan channel II.
4. Sambungkan kabel Digital Counter ke Single Channel Analyzer dan ke
Digital Counter itu sendiri.
5. Pasang bahan Radioaktif: Ameresium atau Cobalt tepat di bawah Sintilator.
6. Dekatkan Sintilator ke bahan yang akan dideteksi.
7. Nyalakan High Voltage, set Voltage input 1100 Volt untuk Ameresium atau
925 Volt untuk Cobalt.
8. Nyalakan Single Channel Analyzer, set tombol base pada 0.00, tombol
amplifier ±45º, tombol window ≥45º dan switch ke arah: Manual dan Reset.
9. Nyalakan Osciloscope, set tombol Time/Div 2 µs/div dan tombol Volt/div 0.5
Volt/div (sesuai channel yang digunakan). Kemudian atur sedemikian rupa
sehingga sinyal output dapat dilihat dengan jelas. Jika sinyal tidak muncul
dimungkinkan terdapat kesalahan rangkaian dalam langkah sebelumnya.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
45
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
10. Nyalakan Digital Counter, set tombol putar mode ke mode frekuensi (Hz).
Sama yang terjadi pada Osciloscope, jika Digital Counter tidak melakukan
counting, dimungkinkan terdapat kesalahan rangkaian dalam langkah
sebelumnya.
11. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali
terjadi crash pada aplikasi.
Evaluasi:
1.
2.
3.
4.
Jika spektrum terlalu lebar: kecilkan dengan mengecilkan amplifier.
Jika spektrum terlalu dekat: besarkan dengan membesarkan amplifier.
Jika puncak terlalu tinggi: rendahkan dengan mengecilkan window.
Jika puncak terlalu rendah: tinggikan dengan membesarkan window.
Pengambilan Data :
Sintilator digunakan untuk mendeteksi impuls radiasi Gamma yang dipancarkan oleh
bahan. Kemudian impuls yang terdeteksi oleh Sintilator tersebut, dipilah-pilah sesuai
level energi yang telah dikonversi antara 0.00 sampai 10.00 (range nilai tombol base)
oleh Single Channel Analyzer. Jumlah impuls yang mempunyai level energi setara
antara nilai tombol base dan nilai tombol base yang ditambah nilai tombol windownya, tidak lain adalah nilai yang diterhitung di Digital Counter. Jumlah rata-rata
impuls yang terdeteksi per level energi ini, dengan mengambil selisih nilai tertentu,
merupakan data percobaan yang diambil dalam praktikum dan merupakan data yang
digunakan untuk membuktikan pada level energi ke berapa jumlah impuls radiasi
yang paling banyak tercatat. Selain itu plot hubungan level energi dengan jumlah
rata-rata impuls Ameresium dicocokan dengan literatur yang sudah ada, dan dijadikan
sebagai pengkalibrasi konversi level energi yang dilakukan Single Channel Analyzer
untuk membandingkan, sekaligus menghitung energi radiasi Gamma dari Cobalt.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
46
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Contoh tabel pengambilan data yang digunakan dalam praktikum Radiasi Gamma ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 9.3 Contoh tabel pengambilan data.
Sedangkan untuk contoh hasil pengambilan data, dapat dilihat pada plot pengambilan
data Bahan Ameresium berikut ini:
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
47
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Gambar 9.3 Contoh grafik
hubungan Level energi dengan jumlah impuls rata-rata
Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara Level energi (tombol base) dengan
jumlah rata-rata impuls yang terdeteksi oleh Sintilator. Pengambilan data mengambil
range 0.5 dan menunjukkan bahwa radiasi gamma yang terdeteksi berada pada level
energi lebih kecil dari 1.00.
Analisa Data :
Hal-hal yang menjadi problem pokok dari praktikum Radiasi Gamma ini antara lain:
1. Mengapa Voltage input 1100 Volt untuk Ameresium atau 925 Volt untuk
Cobalt?
2. Bagaimanakah metode pembandingan hubungan jumlah/intensitas impuls
radiasi Gamma per level energi yang terdeteksi dengan literatur yang sudah
ada?
3. Bagaimanakah teknik penggunaan data radiasi Gamma pada Ameresium
sebagai pembanding/acuan radiasi Gamma pada Cobalt, beserta cara untuk
mendapat nilai-nilai energi radiasinya?
4. Bagaimanakah kecocokan nilai energi radiasi Cobalt yang didapatkan dari
percobaan, jika dibandingkan dengan literatur yang sudah ada (mis. Tabel 2)?
Keempat hal-hal di atas merupakan yang menjadi tugas bagi praktikan untuk mencari
jawabannya, berdasarkan praktikum yang mereka lakukan.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
48
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Silaban, Pantur. 1990. Fisika Modern. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta
Anonymous. 2005. Cobalt. Human Health Fact Sheet. Argonne National Laboratory.
http://www.evs.anl.gov/pub/doc/Cobalt.pdf
Anonymous. 2005. Americium. Human Health Fact Sheet. Argonne National
Laboratory. http://www.evs.anl.gov/pub/doc/Americium.pdf
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
49
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
PERCOBAAN MILIKAN
Screenshoot :
Gambar 10.1 Screenshoot Aplikasi Percobaan Milikan
Deskripsi :
Praktikum percobaan Milikan ini bertujuan untuk mengetahui nilai muatan elektron
sebagaimana yang dilakukan oleh R. A. Milikan tahun 1913. Metodenya adalah
dengan mengatomisasi minyak dan menghitung besar muatannya, yang diasumsikan
sebagai kelipatan muatan dari satu elektron. Dengan mengambil dan membandingkan
beberapa muatan tetesan minyak yang berbeda, maka akan dapat digunakan untuk
menebak muatan per elektron dengan menentukan terlebih dahulu jumlah elektron
yang ada pada tiap tetesan minyak.
Tujuan :
Menentukan muatan elektron berdasarkan muatan tetesan minyak yang diatomisasi
dan berada di antara dua plat yang bermuatan.
Tinjauan Pustaka :
Prinsip dasar percobaan Milikan adalah untuk mengetahui muatan yang dimiliki
tetesan minyak yang disemprotkan dalam Milikan Chamber (Gambar 10.2). Proses
ini merupakan proses atomisasi, di mana setiap tetesan minyak diasumsikan akan
bermuatan sesuai dengan persamaan 1 (dengan N = jumlah elektron dan e = muatan
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
50
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
elektron). Dengan mengetahui dan membandingkan nilai muatan tetesan minyak yang
berbeda, maka akan dapat menebak muatan tetesan minyak tersebut sebagai muatan
yang berasal dari elektron dan berjumlah n.
Q = N.e
(10.1)
Gambar 10.2 Milikan Chamber
Jika suatu tetesan minyak berada pada dua plat kapasitor dengan jarak d dan tegangan
sebesar U (Gambar 10.3), terdapat gaya-gaya yang mempengaruhi antara lain:
Gaya listrik (Fq) = Q.E
Gaya berat (W) = moil.g
Gaya angkat (FL) = mL.g
Gaya Stokes (fStokes) = 6εrv
di mana:
Q = muatan tetesan minyak
E = potensial listrik
moil = massa tetesan minyak
g = percepatan grafitasi bumi
mL = massa udara yang digantikan oleh massa tetesan
ε = Viskositas udara
r = jari-jari tetesan minyak
v = kecepatan gerakan droplet
Untuk gerakan tetesan minyak ke bawah tanpa tegangan dari plate dengan kecepatan
v1, gaya-gaya yang mempengaruhi terdapat tiga gaya yaitu gaya berat, gaya angkat
dan gaya Stokes (ilustrasi Gambar 10.3).
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
51
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Gambar 10.3 Gaya-gaya tetesan minyak tanpa tegangan plate.
Sehingga :
W - FL - fStokes = 0
moil.g - mL.g - 6εrv1 = 0
(moil - mL)g - 6εrv1 = 0
mg - 6εrv1 = 0
(10.2)
dengan m = moil - mL. Kemudian dengan asumsi volume tetesan minyak sebagai bola
V = (4/3)πr3 dan ρoil - ρL = ρ, maka persamaan 2 akan dapat diturunkan menjadi:
Vρg - 6εrv1 = 0
(4/3)πr3ρg - 6εrv1 = 0
dari sini dapat didapatkan persamaan untuk nilai jari-jari tetesan minyak sesuai
dengan persamaan 3:
(10.3)
Namun jika tegangan U diberikan pada plate, dengan plate bagian atas berupa
tegangan positif dan tetes minyak dapat bergerak ke atas dengan kecepatan v2,
persamaan gaya-gaya yang mempengaruhi tetes minyak tersebut (ilustrasi Gambar
10.4) adalah :
W - Fq + 6εrv2 = 0
mg - Q.E + 6εrv2 = 0
(10.4)
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
52
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Gambar 10.4 Gaya-gaya tetesan minyak dengan tegangan plate.
dengan E=U/d dan mg=(4/3)πr3ρg sehingga didapatkan :
(4/3)πr3ρg - Q.(U/d)+6εrv2 = 0
(10.5)
Gaya gesek Stokes tidak berpengaruh apabila tetesan minyak dalam keadaan diam
mengambang, oleh karena itu persamaan 10.5 menjadi:
(4/3)πr3ρg - Q.(U/d) = 0
(10.6)
Setting Up Rangkaian :
1. Sambungkan Milikan Chamber ke Milikan Power Supply dengan ketentuan
Kabel Merah ke connector tegangan input positif dan kebel biru ke tegangan
input negatif.
2. Sambungkan connector yang berwarna kuning pada Digital Counter I ke
connector start counter connector I di Milikan Power Supply.
3. Begitu juga dengan Digital Counter II, sambungkan connector kuning pada
Digital Counter II ke start counter connector II pada Milikan Power Supply.
4. Nyalakan kedua Digital Counter dan set mode ke timer (s).
5. Sambungkan kabel connecting lamp ke lamp Connector yang berada pada
Milikan Power Suplly.
6. Nyalakan Milikan Power supply.
7. Arahkan switch start counting ke counter 2.
8. Set voltage milikan Power Supply ±500 V.
9. Semprotkan minyak 2x atau lebih, dengan double klik pada Karet
Penyemprot.
10. Amati distribusi tetesan minyak dengan mengeser-geser tombol fokus di
sebelah kanan Microscope.
11. Tentukan satu tetesan minyak untuk diamati.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
53
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
12. Jika tetesan minyak berada pada titik tertentu, nyalakan Switch Power On
pada Milikan Power Supply, sehingga Digital Counter II mulai menghitung
secara otomatis, sebagai timer gerakan tetesan minyak ke atas akibat adanya
tegangan listrik dikurangi oleh gaya grafitasi dan gaya Stokes.
13. Jika tetesan minyak telah mencapai suatu jarak tertentu, arahkan switch start
counting ke counter 1 dan hentikan counting counter 2 dengan menekan
switch start stop pada Digital Counter II, dimana secara otomatis Digital
Counter I akan mulai menghitung sebagai gerakan tetes minyak ke bawah
akibat adanya gaya grafitasi dan gaya Stokes saja.
14. Berlatihlah cara memulai, menghentikan dan mereset counting counter 1 dan
counter 2, sebelum dilakukan pengambilan data yang sebenarnya.
15. Semprotkan minyak 2-3 kali, ketika tetesan minyak sudah tidak tampak lagi
pada layar Microscope.
16. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali
terjadi crash pada aplikasi.
Catatan:
Karena pengamatan menggunakan Microscope, sehingga arah gerakan tetesan
minyak menjadi terbalik. Dengan arah gerakan tetes minyak yang tampak ke atas
sebenarnya adalah gerakan tetes minyak yang mengarah ke bawah, dan gerakan yang
tampak ke bawah sebenarnya adalah gerakan tetes minyak yang mengarah ke atas.
Pengambilan Data :
Metode untuk mengetahui muatan tetes minyak (Q) dalam praktikum ini dapat
menggunakan dua metode, pertama metode statik dan yang kedua metode dinamik.
Untuk metode statik tetes minyak yang diamati adalah tetesan minyak yang dapat
seimbang pada nilai tegangan tertentu (U), dan dengan kecepatan yang dicatat adalah
kecepatan tetes minyak yang mengarah ke bawah (v1) setelah tegangan dimatikan,
sehingga gerak minyak yang terjadi adalah hanya akibat gravitasi bumi dan gesekan
dengan udara. Untuk metode statik ini persamaan yang digunakan adalah persamaan
10.7, yang merupakan substitusi persamaan 10.3 ke persamaan 10.6. Sedangkan
untuk metode dinamik bukan kecepatan ke bawah saja yang dicatat, namun juga
mengamati gerakan tetesan minyak yang mengarah ke atas (v2) pada suatu nilai
tegangan tertentu (U), dengan syarat ketika tegangan dimatikan tetesan minyak dapat
bergerak ke bawah lagi sebagai v1, seperti yang terjadi pada metode statik
sebelumnya. Kedua kecepatan ini dapat dihitung mengunakan pencatat counter
(counter 1 sebagai waktu tempuh gerakan tetes minyak yang mengarah ke bawah dan
counter 2 sebagai waktu tempuh gerakan ke atas) dan dalam range jarak yang sama.
Persamaan 2 tidak lain adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung muatan
tetes minyak dengan metode dinamik dan merupakan hasil substitusi persamaan 10.3
ke persamaan 10.5.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
54
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
(10.7)
(10.8)
dimana:
Jarak yang ditempuh tetes minyak, yang tampak pada layar Microscope, bukanlah
jarak yang ditempuh tetes minyak sebenarnya. Untuk konversinya adalah dengan
menghitung jarak yang ditempuh dari hasil pengamatan (mis. x) ke jarak
sesungguhnya (mis. s) menggunakan persamaan 10.9 berikut ini:
(10.9)
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
55
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Contoh tabel pengambilan data:
Metode Statik
U = ...
d = ...
Tabel 10.1 Contoh tabel pengambilan data perlakukan 1
Jarak skala
No
Jarak Sesungguhnya (s) tke bawah
Microscope (x)
v1
Q
Metode Dinamik
U = ...
d = ...
Tabel 10.2 Contoh tabel pengambilan data perlakuan 2
Jarak skala
Jarak
tke
No
t
Microscope (x) Sesungguhnya (s) bawah ke atas
v1
v2
Q
*tabel ini dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Kemudian dari masing-masing tabel di atas dibuat grafik hubungan muatan tetesan
minyak Q dan jumlah tetesan n yang bermuatan sama (Gambar 10.5), yang digunakan
untuk menebak muatan per elektron.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
56
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Gambar 10.5 Contoh grafik hubungan n dan Q.
Catatan:
untuk keterangan lebih lanjut dapat dibaca pada modul praktikum Fisika Eksperimen
yang diberikan ketika pelaksanaan praktikum yang sesungguhnya.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
57
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Analisa Data :
Hal-hal yang perlu dibahas oleh praktikan dari pelaksanaan percobaan ini antara lain:
1. Metode konversi dari skala Microscope ke jarak sesungguhnya (pers. 10.9)?
2. Bagaimana hubungan muatan tetesan minyak dan jumlah n untuk metode
statik?
3. Bagaimana hubungan muatan tetesan minyak dan jumlah n untuk metode
dinamik?
4. Muatan elektron yang didapatkan berdasarkan percobaan, berikut
perbandingannya dengan literatur yang sudah ada?
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
58
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
INTERFEROMETER MICHELSON
Screenshoot:
Gambar 11.1 Screenshoot Aplikasi Interferometer Michelson
Deskripsi :
Percobaan Interferometer Michelson adalah menentukan panjang gelombang laser
dengan membagi sinar tersebut menjadi dua bagian, untuk dibiaskan dan dipantulkan
ke arah yang berbeda, yang kemudian dari masing-masing bagian disatukan kembali
dengan mengatur sedemikian rupa sehingga jarak tempuh antara keduanya berbeda,
namun tetap dengan mengusahakan terjadi interferensi. Dengan mengamati pola
perubahan interferensi yang terjadi ketika dilakukan perubahan jarak tempuh yang
baru, akan dapat ditentukan panjang gelombang laser berdasarkan selisih jarak
tempuh antar keduanya dan frekuensi perubahan pola yang terjadi.
Tujuan :
Tujuan dari praktikum Interferometer Michelson ini adalah menentukan panjang
gelombang Laser He-Ne berdasarkan perubahan pola interferensi akibat pergeseran
titik awal arah datang gelombang.
Tinjauan Pustaka :
Interferometer Michelson merupakan alat yang memang ditujukan untuk menentukan
panjang gelombang laser. Prinsip kerja alat ini berdasarkan karakteristik laser yang
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
59
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
dapat dibiaskan dan diteruskan seperi karakteristik cahaya pada umumnya, di mana
susunan mentah rangkaian alat ini sebagaimana ilustrasi Gambar 11.2.
Gambar 11.2 Skema penjalaran sinar pada Interferometer Michelson
Splitter digunakan untuk memisahkan sinar untuk diteruskan ke Cermin 1 dan
sebagian dipantulkan ke Cermin 2. Dari kedua Cermin ini dipantulkan kembali ke
Splitter, di mana sinar pantulan dari Cermin 1 dipantulkan dan sinar yang dari Cermin
2 diteruskan oleh Splitter yang keduanya mengarah ke Layar. Jika sudut datang kedua
sinar ini sama, maka akan terjadi pola cincin-cincin gelap terang yang disebabkan
oleh interferensi kedua gelombang tersebut. Dengan meggeser-geser salah satu posisi
Cermin maju atau mundur, pola interferensi akan berubah seolah-olah berdenyut,
yang menunjukkan adanya perbedaan titik awal datang gelombang seperti ilustrasi
Gambar 11.3. Denyutan ini dikarenakan cincin interferensi yang semula berkeadaan
terang merubah menjadi gelap, dan sebaliknya yang semula gelap menjadi terang.
Setiap perubahan cincin dari terang ke gelap kemudian ke terang kembali, atau
perubahan dari gelap ke terang yang kemudian berubah ke gelap lagi, tidak lain
adalah menunjukkan pergeseran titik awal datang gelombang yang nilainya sebanding
dengan panjang gelombang laser, yang sesuai dengan persamaan 11.1.
(11.1)
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
60
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
di mana :
λ = Panjang gelombang laser
Δx = Pergeseran cermin
N = Jumlah denyutan
Gambar 11.3 Ilustrasi perbedaan titik awal kedatangan gelombang Cahaya
Setting Up Rangkaian :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi
Pasangkan Layar ke Pengait 0.
Pasangkan Lensa Fokus +50 mm ke Pengait 2.
Pasangkan Lensa Splitter ke Pengait 3, yang secara otomatis akan terpasang
miring 45°
Pasangkan Lensa Fokus +5mm ke Pengait 1.
Pasangkan Cermin ke Pengait 4.
Pasangkan Cermin ke Pengait 5.
Nyalakan Laser He-Ne.
Double klik meteran untuk melihat jarak antar pengait.
Atur jarak kedua Cermin dengan Splitter hampir/tepat sama, sampai terjadi
pola gelap terang.
Jika beam Sinar laser belum muncul, dimungkinkan terdapat kesalahan pada
langkah sebelumnya.
Drag Micrometer yang ada di Pengait 5 untuk memberikan selisih jarak sesuai
range yang ditampilkan pada skala Micrometer. Press Micrometer untuk
memutar dalam range yang kecil.
Perhatikan denyutan yang terjadi.
Klik Saklar ruang jika diperlukan simulasi dalam ruang gelap.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
61
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
15. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali
terjadi crash pada aplikasi.
Pengambilan Data :
Secara sederhana, cahaya yang berasal dari sumber cahaya Laser He-Ne sebagian
diteruskan ke Cermin yang berada di Pengait 0 dan sebagian dipantulkan ke Cermin
yang berada di Pengait 5. Kemudian dari kedua cermin ini dipantulkan kembali,
bertemu dan berinterferensi (jika jarak kedua Cermin telah tepat) yang tampak
sebagai pola gelap terang pada Layar. Jika di geser sedikit saja jarak Cermin dari
posisi interferensi ini, maka akan terjadi pola gelap terang yang berbeda, yang
menunjukkan adanya pergeseran titik awal datangnya gelombang antara cahaya yang
dari Cermin di Pengait 0 dan Pengait 1. Hal ini sebagaimana yang telah diilustrasikan
pada Gambar 2 dan akan tampak seperti denyutan. Jarak pergeseran Micrometer
antara denyutan satu ke denyutan yang lain tidak lain adalah panjang gelombang
cahaya Laser He-Ne yang akan dibuktikan dalam praktikum ini.
Berikut contoh tabel pengambilan data yang dapat digunakan:
Tabel 11.1 Contoh tabel pengambilan data.
Pergeseran
Jumlah denyutan
No
Micrometer (Δx)
(N)
λpercobaan
λreferensi
*tabel di atas dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Catatan:
Dikarenakan keterbatasan manajemen space, untuk satu kali denyutan interferensi
Laser He-Ne pada simulator, mewakili ±20 kali denyutan pada eksperimen riil.
Analisa Data :
Problem yang menjadi pokok pembahasan praktikum ini adalah:
1. Mengapa lebar pergeseran pada persamaan 1 harus dikalikan 2?
2. Mengapa interferensi tidak terjadi jika selisih jarak antara Cermin 1 ke Splitter
dan Cermin 2 ke Splitter terlalu lebar/kecil?
3. Berapa panjang gelombang Laser He-Ne berdasarkan percobaan dan
bagaimana perbandingannya dengan literatur yang sudah ada?
4. Bagaimanakah perbandingan antara praktikum Virtual ini dengan yang riil?
masalah teknis apa saja yang muncul?
Keempat Problem di atas merupakan problem yang harus dijawab oleh praktikan
berdasarkan percobaan yang mereka lakukan mandiri.
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
62
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
63
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
INDUKSI MAGNET
Screenshoot :
Gambar 12.1 Screenshoot Aplikasi Induksi Magnet
Deskripsi :
Percobaan Induksi Magnet ini adalah untuk mengetahui fenomena induksi solenoid
besar terhadap solenoid kecil yang berada di tengah-tengahnya dengan memberikan
gelombang input yang berbeda-beda (sinus, segitiga dan kotak). Hal-hal yang perlu
diamati dari percobaan ini meliputi bentuk gelombang output, perbandingan
amplitudo tegangan input dan output serta pengaruh frekuensi terhadap tegangan
output yang dihasilkannya. Sehingga dengan praktikum ini diharapkan praktikan
dapat membuktikan adanya pengaruh medan magnet pada dua kawat konduktor yang
sejajar, dengan salah satu bertindak sebagai kawat penginduksi.
Tujuan :
Tujuan dari praktikum Induksi Magnet ini adalah:
1. Menentukan besar frekuensi induksi berdasarkan frekuensi penginduksi yang
diberikan
2. Menentukan nilai amplitudo tegangan induksi berdasarkan tegangan
penginduksi yang diberikan
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
64
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Tinjauan Pustaka :
Faraday dalam percobaannya, dapat membangkitkan arus listrik dari suatu konduktor
dengan menggerak-gerakkan batang magnet yang berada di dekat bahan konduktor
tersebut. Hal serupa juga dapat dilakukan seperti dengan mengalirkan arus bolakbalik pada kawat konduktor, sebagai penginduksi kawat konduktor lain yang sejajar
dan berada didekatnya. Konsep dua kawat sejajar ini tidak lain merupakan prinsip
dasar penggunaan dua solenida dalam praktikum ini, di mana solenoid besar
bertindak sebagai kawat penginduksi dan solenoid kecil sebagai kawat yang
diinduksi.
Sedangkan apabila terdapat medan magnet dalam suatu solenoida, kuat medan
magnet dalam suatu solenoida dengan diameter d tersebut diberikan oleh persamaan
12.1. Jika diberikan solenoida dengan diameter yang lebih kecil, diletakkan sejajar
dan tepat di tengah-tengahnya, jumlah fluks yang mengenai kawat pada solenoid
kecil nilainya akan sebanding dengan persamaan 12.2.
B = μoNI
(12.1)
di mana :
B = kuat medan magnet
μo = permaebilitas udara= 4π x 10-7 T.m/A
N = jumlah lilitan persatuan panjang
I = arus yang diberikan pada solenoida
∅ = BAn
(12.2)
dengan:
B = kuat medan magnet solenoid besar
A = luas lingkaran solenoid kecil
n = jumlah lilitan solenoid kecil
∅ = fluks magnet
Gambar 12.2 Medan magnet pada solenoida
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
65
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Dan apabila fluks magnet yang mengenai solenoid kecil berasal dari arus yang
mengalir bolak-balik (AC), maka pada kawat yang terkenai medan tersebut akan
terjadi ggl induksi (εe) yang nilainya sebanding dengan persamaan :
εe = -
d∅ dBAn
=
dt dt
= -An
d (μoNI)
dt
εe = Uind = -ANnμo
dI
dt
(12.3)
Uind dapat disebut juga sebagai tegangan hasil induksi arus penginduksi I. Kemudian
berdasarkan persamaan 12.3 di atas, karena Uind berbanding lurus dengan I, maka
dapat diasumsikan pula Uind berbanding lurus dengan U penginduksinya.
Setting Up Rangkaian :
1. Klik tombol Run yang berada di tengah bawah aplikasi
2. Nyalakan Function Generator.
3. Pasangkan dua kabel penghubung ke conector bagian tengah Signal
Generator.
4. Pada Signal Generator pula, set tombol base 1, pengali x100, mode
gelombang sinus, dan amplitudo ±45° dari sudut awal.
5. Sambungkan salah satu kabel Osciloscope di atas kedua kabel penghubung
tadi, sehingga kabel Osciloscope menyambung secara bersusun.
6. Sambungkan ujung yang lain ke channel I, set time/div 2 ms, Volt/div 5 V dan
gelombang sedikit digeser ke atas (menggunakan tombol ypos). Gelombang
ini tidak lain adalah yang disebut sebagai gelombang input dalam praktikum
ini.
7. Sambungkan kabel yang dihubungkan ke Signal Generator tadi, satu ke
Resistor dan satu lagi ke kumparan besar.
8. Sambungkan ujung Kumparan Besar yang lain secara bersilangan, dengan
ujung terakhir dihubungkan ke Resistor.
9. Pasang kabel penghubung Osciloscope ke Kumparan Kecil dan sambungkan
ke ujung Kumparan kecil yang lain dengan kabel yang masih tersisa.
10. Sambungkan ke Osciloscope channel 2, set Volt/div 10 mV.
11. Tekan tombol Reset, yang berada disamping tombol Run jika setiap kali
terjadi crash pada aplikasi.
Catatan:
Jumlah Lilitan Kumparan Besar = 2x60 = 120 lilitan
Jumlah Lilitan Kumparan Kecil = 60 lilitan
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
66
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Diameter kumparan besar = 12 cm
Diameter kumparan kecil = 6 cm
Pengambilan Data :
Dalam praktikum ini, selain untuk mengetahui seberapa besar perbandingan antara
arus penginduksi dengan arus hasil induksi (Uind) sebagaimana diberikan oleh
persamaan 12.3, juga untuk mengetahui fenomena induksi akibat adanya arus bolakbalik dengan bentuk gelombang input yang berbeda (sinus, kotak dan segitiga). Oleh
karena itu dalam pelaksanaanya, praktikum ini tidak mengambil data tegangan input
dan output saja, namun perlu juga mengambil cuplikan gambar masing-masing
tampilan gelombang output dari bentuk gelombang input yang berbeda.
Contoh tabel data percobaan dengan range base frekuensi sama dengan 5 adalah :
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
67
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Analisa Data :
Hal-hal yang perlu dibahas dari praktikum ini antara lain:
1. Hubungan frekuensi penginduksi dengan tegangan induksi untuk masingmasing bentuk gelombang input?
2. Hubungan frekuensi penginduksi dengan frekuensi induksi untuk masingmasing bentuk gelombang input?
3. Hubungan frekuensi penginduksi dengan bentuk gelombang induksi untuk
masing-masing bentuk gelombang input?
4. Pembuktian bahwa arus DC tidak dapat membangkitkan arus induksi?
Referensi :
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika
Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Serway, and Jewett. 2002. Principles of Physics. Edisi ketiga. Thomson Learning.
Singapore
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
68
MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI FISIKA EKSPERIMEN
Authorisasi :
Simulator Praktikum Fisika Eksperimen ini ditujukan untuk membantu pelaksanaan
pratikum Fisika Eksperimen yang diadakan di Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Brawijaya Malang. Aplikasi ini dapat digunakan untuk
kepentingan pribadi, namun tidak diperkenankan untuk meng-copy, merubah,
memodifikasi, atau menggandakannya untuk kepentingan komersil dalam bentuk
apapun, baik sebagian atau keseluruhan konten, tanpa izin tertulis dari Creator.
Kritik, saran atau pertanyaan dapat dilayangkan melalui email di : [email protected].
Tim Penyusun (Creator)
Penanggung Jawab :
Drs. Unggul Punjung Juswono, M.Sc.
Programmer :
Drs. SugengRianto, M.Sc.
Dr. Eng. Agus Naba, S. Si., M. T, Ph. D.
Ubaidillah, S. Si.
Penulis:
Ubaidillah
Eko Teguh Purwito Adi
Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
69
Download