Repository FMIPA ISOLASI FUNGI PENDEGRADASI

advertisement
ISOLASI FUNGI PENDEGRADASI HIDROKARBON MINYAK BUMI DARI
SAMPEL TANAH TERCEMAR TUMPAHAN MINYAK BUMI
Gustia Ningsih1, Atria Martina2, Rodesia Mustika Roza2
1
Mahasiswa Program S1 Biologi
2
Dosen Bidang Mikrobiologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus BinaWidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
[email protected]
ABSTRACT
Bioremediation is a technique that can be used to solve the environment from oil spill.
The purpose of this research is to isolate fungi from soil that contaminated with oil spill,
and to test its ability in degrading crude oil. The ability of fungi to grow on the Bushnell
Haas that containing crude oil was done by growing fungi in Bushnell Haas agar. The
ability of fungi in degrading crude oil was tested with culturing it in Bushnell Haas
broth that contain crude oil for 25 days. Twelve fungi isolates had been isolated from
contaminated crude oil soil in Minas and Lirik. The growth test result indicated that
isolate LL-A05 had the largest diameter colony (4.83 cm), while isolate LL-A06 had the
smallest diameter colony (0.87 cm). All isolate have the ability in degrading crude oil.
Isolate LL-A07 had the highest ability of degradation (86%) and isolate LL-A06 had the
smallest degradation (69%).
Keywords : Bioremediation, crude oil, indigenous fungi.
ABSTRAK
Bioremediasi merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah lingkungan yang tercemar oleh tumpahan minyak bumi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengisolasi fungi dari tanah yang tercemar minyak bumi dan menguji
kemampuan isolat tersebut dalam mendegradasi minyak bumi. Kemampuan fungi untuk
tumbuh di dalam medium Bushnell Haas yang mengandung minyak bumi dilakukan
dengan cara menumbuhkan fungi dalam medium Bushnell Haas padat. Untuk uji daya
degradasi fungi ditumbuhkan dalam medium Bushnell Haas cair yang mengandung
minyak bumi dan diinkubasi selama 25 hari. Dua belas isolat fungi diisolasi dari sampel
tanah yang tercemar tumpahan minyak bumi di lokasi Minas dan lokasi Lirik. Hasil tes
pertumbuhan Isolat LL-A05 memiliki diameter koloni terbesar (4,83) cm, sedangkan
isolat LL-A06 memiliki diameter koloni terkecil (0,87 cm). Semua isolat memiliki
kemampuan dalam mendegradasikan minyak bumi. Isolat LL-A07 memiliki
kemampuan degradasi tertinggi (86%) dan isolat LL-A06 memiliki kemampuan
degradasi terendah (69%).
Kata kunci : Bioremediasi, minyak bumi, fungi indigenus.
Repository FMIPA
1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
memiliki kelimpahan sumber daya alam
yang sangat tinggi. Salah satu sumber
daya alam yang terdapat di Indonesia
adalah minyak bumi. Provinsi Riau
merupakan daerah penghasil minyak
bumi terbesar di Indonesia khususnya di
daerah Minas, Duri dan Langgak
(Purnomo 2008).
Perkembangan kegiatan eksplorasi,
produksi dan transportasi minyak bumi
akan menimbulkan masalah lingkungan
yaitu
terjadinya
tumpahan
dari
pengeboran dan pipa pengaliran
minyak.
Hal
tersebut
dapat
menimbulkan
pencemaran
dan
terganggunya pelestarian lingkungan
(Tuhuloula 2012).
Menurut USEPA 2003, minyak
bumi terdiri dari campuran senyawa
organik komplek yang tersusun dari 1
hingga 60 atom karbon dan hidrogen.
Minyak bumi terdiri atas campuran
hidrokarbon dan non-hidrokarbon.
Pada umumnya minyak bumi memiliki
kandungan senyawa hidrokarbon yang
lebih tinggi dari pada senyawa nonhidrokarbon. Minyak bumi memiliki
kandungan berupa senyawa hidrokarbon
Alifatik, Sikloalkana, Hidrokarbon
Aromatik, dan Hidrokarbon PoliAromatik (Munawar 2007). Tumpahan
minyak bumi yang luas dapat merusak,
terutama dalam skala besar berbahaya
bagi mahkluk hidup karena memiliki
Polisiklik Aromatis Hidrokarbon (PAH)
yang dapat menyebabkan kanker dan
penyakit lainnya (Dave et al. 2011).
Penanggulangan masalah tumpahan
minyak bumi sudah banyak dilakukan
dengan berbagai metode seperti secara
Repository FMIPA
fisika dan kimia. Akan tetapi metode
tersebut tidak efektif baik dari segi
biaya maupun keamanan. Oleh karena
itu, pada saat ini para peneliti mulai
melakukan penanggulangan masalah
tumpahan minyak bumi secara biologi
yang biasa disebut dengan bioremediasi.
Teknik
bioremediasi memiliki
kelebihan yaitu metode yang sederhana,
murah dan ramah lingkungan apabila
dibandingkan dengan teknik fisika dan
kimia. Menurut Damisa et al. 2013,
bioremediasi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan
mikroba
indigenus
(biostimulasi), atau dapat juga dengan
proses
bioaugmentasi
yaitu
memasukkan mikroba eksogenus ke
daerah yang terkontaminasi.
Penelitian fungi sebagai agen
mikoremediasi
belum
banyak
dilakukan.
Fungi memiliki potensi
yang lebih baik dalam mendegradasikan
hidrokarbon
karena
mampu
menghasilkan
enzim
untuk
mendegradasikan selulosa, lignin dan
senyawa komplek seperti senyawa
aromatik (Santos 2008). Berdasarkan
penelitian Al-Nasrawi (2012), beberapa
fungi
seperti
Aspergillus
niger,
Penicillium
documbens
dan
Cochliobolus lunatus yang diisolasi dari
daerah yang tercemar tumpahan minyak
memiliki
kemampuan
dalam
mendegradasi minyak bumi.
Penggunaan
fungi
untuk
mendegradasi
tanah
yang
terkontaminasi
memiliki
beberapa
keuntungan diantaranya memiliki hifa
yang dapat mengalami perpanjangan
sehingga fungi dapat menjangkau
senobiotik. Selain itu, fungi mampu
tumbuh dibawah kondisi lingkungan
2
yang stress dengan pH dan aktivitas air
yang rendah (Potin et al. 2004).
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan isolat fungi indigenus di
daerah Riau yang berpotensi dalam
degradasi minyak bumi dari tanah yang
tercemar tumpahan minyak bumi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Oktober 2014-Maret 2015 di
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Riau.
a. Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan
sampel
tanah
dilakukan di kelurahan Minas Jaya Kec.
Minas Kab. Siak dan Desa Gudang Batu
Kec.Lirik Kab. Indragiri Hulu. Sampel
tanah diambil dengan menggunakan
metode purposive sampling. Lokasi
pengambilan sampel tanah di tempat
yang terdapat tumpahan minyak bumi.
Pengambilan
sampel
tanah
menggunakan sekop dan dilakukan
pada titik lokasi yang berbeda dengan
kedalaman 0-15 cm. Setiap lokasi
pengambilan sampel tanah, diambil
tanah dari 3 titik, kemudian di
dekompositkan.
Dari setiap lokasi
tanah diambil sebanyak ± 500 g dan
dimasukkan
ke
kantong
plastik
kemudian dibawa ke laboratorium.
b. Pembuatan Medium
Medium Bushnell Haas padat
dibuat dengan melarutkan 0,2 g MgSO4,
0,02 g CaCl2, 1 g KH2PO4, 1g K2HPO4,
0,05 g FeCl3, 1 g NH4NO3 dan 0,1%
tween 80 kedalam 1000 ml akuades.
Setelah homogen ditambahkan 15 g
Repository FMIPA
agar kemudian dipanaskan hingga larut.
Sebanyak 50 ml minyak bumi
dimasukkan ke dalam medium Bushnell
haas.
Medium disterilkan dalam
autoklaf dengan suhu 121oC tekanan 15
psi selama 15 menit.
Pembuatan
medium Bushnell Haas cair dilakukan
dengan cara dan komposisi yang sama
dengan medium Bushnell Haas padat
namun tanpa penambahan agar (AlNasrawi 2012).
Medium PDA dibuat dengan
komposisi : 250 ml ekstrak kentang, 20
g dekstrosa dilarutkan kedalam 1000 ml
akuades kemudian ditambahkan 15 g
agar dipanaskan hingga larut. Medium
disterilkan dalam autoklaf dengan suhu
121oC tekanan 15 psi selama 15 menit
(Gandjar 1999).
c. Pembuatan Garam Fisiologis
Sebanyak 0,85 g NaCl dilarutkan
kedalam 100 ml akuades untuk
pembuatan larutan garam fisiologis.
Larutan garam fisiologis sebanyak 9 ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
disterilkan dalam autoklaf pada suhu
121oC dengan tekanan 15 psi selama 15
menit.
d. Isolasi Fungi sebagai Agen
Mikoremediasi
Sampel tanah yang diambil dari
daerah Minas dan Lirik dilakukan
isolasi secara pour plate. Satu gram
tanah dimasukkan kedalam larutan
garam fisiologis steril dan dilakukan
pengenceran
hingga
10-4,
dari
-3
-4
pengenceran 10 dan 10 diambil
sebanyak 1 ml dengan menggunakan
pipet volume, lalu diinokulasikan pada
medium Bushnell Haas padat yang
3
mengandung 50 ml minyak bumi yang
dilarutkan dalam 1000 ml medium dan
diinkubasi selama 3 hari pada suhu
ruang. Koloni yang tumbuh dipilih
berdasarkan warna dan ukuran koloni
kemudian
dipurifikasi
untuk
mendapatkan isolat fungi yang murni.
Isolat fungi yang telah murni dapat
diinokulasikan ke dalam medium PDA
miring sebagai stok kultur yang dapat
digunakan untuk pengukuran tingkat
degradasi.
e. Pertumbuhan
Fungi
pada
Medium Padat Bushnell Haas
Tahap ini dilakukan untuk melihat
pertumbuhan isolat fungi di dalam
medium
Bushnell
Haas
yang
mengandung minyak bumi. Masingmasing isolat ditotolkan ke dalam
medium padat Bushnell Haas kemudian
diinkubasi selama 5 hari. Pertumbuhan
diamati dengan mengukur diameter
koloni dengan menggunakan jangka
sorong.
f. Uji Daya Degradasi Minyak Bumi
Uji daya degradasi minyak bumi
dilakukan untuk menguji kemampuan
degradasi fungi.
Isolat fungi yang
sudah ditumbuhkan di dalam medium
PDA diambil pada bagian pinggirnya
dengan diameter sebesar 5 mm dan
potongan kultur sebanyak 4 potong
diinokulasikan kedalam 50 ml Bushnell
Haas cair.
Kemudian ditambahkan
0,1% tween 80, dan 10 ml minyak
bumi.
Isolat diinkubasi pada suhu
ruangan dengan menggunakan shaker
orbital dengan kecepatan 180 rpm
selama 25 hari. Setelah 25 hari isolat
didiamkan selama interval waktu 1
Repository FMIPA
minggu. Kemampuan degradasi fungi
terhadap minyak bumi dilihat melalui
perhitungan total hidrokarbon.
g. Pengukuran Total Petroleum
Hidrokarbon (TPH)
Pengukuran degradasi dilakukan
dengan cara ekstraksi dan gravimetri
berdasarkan metode 1664 EPA (2007)
dan Latha et al. (2012). Setelah
interval 1 minggu dari masa terakhir
inkubasi aktivitas isolat dihentikan
dengan penambahan 1% HCl 1N.
Ekstraksi
dilakukan
dengan
menambahkan 5 ml n-heksan ke kultur.
Kultur dipindahkan ke funnel pemisah
dan diekstraksi.
Funnel dikocok
sehingga akan terbentuk fase air dan
fase organik.
Fase organik yang
terdapat dilapisan atas digunakan untuk
tahap selanjutnya. Ekstrak ditambahkan
0,4
g
natrium
sulfat
untuk
mengeluarkan
kelembaban
dan
dievaporasi hingga kering.
Analisis gravimetri dilakukan
untuk mengukur residu minyak bumi
yang terdapat setelah ekstraksi minyak
dari medium dan dievaporator supaya
kering. Residu minyak yang tinggal
setelah mikoremediasi diketahui dengan
menimbang jumlah minyak yang
terdapat pada beaker yang telah
diketahui
beratnya.
Persentase
degradasi dihitung dengan rumus
menurut Al-Jawhari (2014)
% degradasi = a-b / a x 100
dimana :
a = berat minyak pada kontrol
( tanpa pemberian jamur )
b = berat minyak pada perlakuan
4
h. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis
dengan Analisis of Variance (ANOVA),
jika terdapat pengaruh yang nyata antar
perlakuan diuji lanjut dengan DMRT
(Duncan’s Multiple Range Test).
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Isolasi dan Pertumbuhan Fungi
pada Medium Bushnell Haas
Padat
Diameter koloni (cm)
Isolasi fungi dari sampel tanah yang
tercemar minyak bumi pada lokasi
Minas dan Lirik didapatkan 12 isolat.
Isolat fungi ini dapat tumbuh pada
medium Bushnell Haas padat yang
diberi minyak bumi karena isolat-isolat
tersebut memanfaatkan minyak bumi
sebagai
sumber
karbonnya.
Lotfinasabasl et al. (2012) mengisolasi
fungi dari tanah di daerah hutan
mangrove Alibaug dan Tarball yang
terkontaminasi oleh minyak mentah dan
didapatkan 4 strain fungi yaitu
Aspergillus niger, Aspergillus terreus,
Rhizopus sp. dan Penicillium sp.
Isolat ditumbuhkan pada medium
Bushnell Haas padat yang diberi
minyak bumi untuk melihat diameter
pertumbuhan setiap isolat sampai hari
ke-5. Isolat yang memiliki diameter
pertumbuhan tertinggi adalah LM-A05
yaitu 4,83 cm dan terendah adalah LLA06 yaitu 0,87 cm (Gambar 1). Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
yang didapatkan oleh Al-Jawhari
(2014), pertumbuhan fungi Aspergillus
fumigatus yang ditumbuhkan pada
medium PDA yang mengandung
minyak bumi pada hari ke 7
menghasilkan diameter sebesar 4,5 cm.
Pertumbuhan isolat pada medium
Buhsnell Haas padat yang diberi
minyak bumi menunjukkan perbedaan
dengan isolat yang ditumbuhkan pada
medium Bushnell Haas padat tanpa
pemberian minyak bumi (Kontrol)
dapat dilihat pada Gambar 2.
7
6
5
4
3
2
1
0
Bushnell Haas diberi minyak
Bushnell Haas tanpa minyak
Isolat
Gambar 1. Diameter koloni isolat pada medium Bushnell Haas padat waktu Inkubasi
5 hari.
Repository FMIPA
5
Isolat yang ditumbuhkan pada medium
Bushnell Haas padat dengan pemberian
minyak bumi secara makroskopik akan
terlihat memiliki warna miselium yang
lebih gelap,
tebal dan memiliki
diameter pertumbuhan lebih besar
dibandingkan dengan kontrol. Pada
kontrol terlihat memiliki warna
miselium yang lebih tipis dan diameter
pertumbuhan isolat lebih kecil apabila
dibandingkan dengan yang diberi
perlakuan.
Perbedaan pertumbuhan isolat ini
diduga
isolat
tersebut
mampu
memanfaatkan minyak bumi sebagai
sumber
karbon
sehingga
pertumbuhannya lebih baik dari kontrol.
Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Delira et al.
(2012), 11 strain Trichoderma yang
ditumbuhkan pada medium PDA yang
diberi minyak bumi pada hari ke-3
menunjukkan pertumbuhan yang lebih
rendah dibandingkan dengan kontrol.
Perbedaan yang dapat diamati antara
fungi yang diberi perlakuan dengan
kontrol adalah terdapatnya perbedaan
pada
diameter
pertumbuhan,
kelimpahan miselium, pertumbuhan
koloni dan sporulasi dari strain
Trichoderma.
b. Uji Daya Degradasi Minyak
Bumi
A
B
Gambar 2. Pertumbuhan isolat LM-A05
pada medium Bushnell Haas
padat masa inkubasi 5 hari
(A) pemberian minyak bumi
(B) tanpa pemberian minyak
bumi.
Repository FMIPA
Isolat fungi yang didapatkan dari
sampel tanah yang tercemar minyak
bumi dilakukan juga uji daya degradasi
dalam medium Bushnell Haas cair. Dua
belas isolat fungi yang didapatkan
memiliki
kemampuan
degradasi
hidrokarbon paling rendah 69% .
Hasil
analisis
ANOVA
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kemampuan
antara masing-masing isolat dalam
mendegradasikan hidrokarbon yang
terdapat pada minyak bumi (Gambar 3).
Isolat
LL-A07
yang
memiliki
kemampuan degradasi tertinggi daya
degradasinya tidak berbeda nyata
terhadap 11 isolat lain.
Isolat
LL-A07
memiliki
kemampuan degradasi tertinggi yaitu
6
Daya degradasi ( % )
86%.
Kemampuan
degradasi
hidrokarbon minyak bumi pada
penelitian ini lebih rendah dari pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh AlJawhari
(2015),
kemampuan
Aspergillus niger yang diisolasi dari
tanah yang tercemar minyak bumi
dalam mendegradasikan hidrokarbon
minyak bumi sebesar 95%.
Menurut Al-Jawhari (2014) & AlNasrawi (2012), terjadinya penurunan
berat minyak bumi pada medium
Busnell Haas cair disebabkan fungi
mampu beradaptasi terhadap senyawa
polutan yang terdapat pada minyak
bumi dan memanfaatkan senyawa
karbon pada minyak bumi sebagai
sumber karbon. Fungi dengan bantuan
enzim
ekstraselulernya
dapat
memutuskan rantai ikatan hidrokarbon
yang terkandung dalam minyak bumi.
Pada umumnya urutan degradasi
hidrokarbon adalah n-alkana, alkana
rantai bercabang, senyawa aromatik dan
alkana ikatan siklik (Atlas & Bragg
2009).
Pada
penelitian
ini
terjadi
perubahan struktur hifa fungi berupa
miselia clumps (rumpun) dan mates
(kusut). Isolat LL-A07 yang memiliki
kemampuan degradasi hidrokarbon
tertinggi membentuk struktur miselia
clumps dapat dilihat Gambar 4.
Proses degradasi senyawa alifatik
seperti alkana dibantu oleh enzim
oksigenase. Oksigen masuk pada
hidrokarbon dengan bantuan enzim
oksigenase. Enzim tersebut menyerang
terminal gugus metil dan mengubahnya
menjadi alkohol. Alkohol dioksidasi
menjadi aldehid dan kemudian menjadi
asam karboksilat. Asam karboksilat
akan didegradasi lebih lanjut melalui
oksidase beta (Munawar 2007).
Menurut Singh (2006) proses
metabolisme
Polisiklik
Aromatis
Hidrokarbon
(PAH)
oleh
fungi
melibatkan enzim intraseluler sitokrom
P450
dan
ekstraseluler
lignin
peroksidase (LiP), Mangan Peroksidase
(MNP) dan Lakase.
120
100
80
60
40
20
0
Gambar 3. Kemampuan degradasi minyak bumi pada uji daya degradasi selama 25
hari masa inkubasi.
Repository FMIPA
7
A
B
C
Gambar 4. Isolat LL-A07 yang memiliki kemampuan daya degradasi hidrokarbon
minyak bumi tertinggi, (A) Kontrol, (B) dan (C) miselia clumps,
Pada fungi non-ligninolitik proses
degradasi dimulai dengan terjadinya
oksidasi dengan pemberian satu
senyawa molekul oksigen yang akan
membentuk senyawa oksida yang akan
dikatalisis
oleh
sitokrom
P450
monooksigenase. Hal ini menyebabkan
terlepasnya cincin benzen menjadi
molekul-molekul lain yang akan
digunakan oleh fungi sebagai sumber
karbon.
KESIMPULAN
Isolasi fungi dari sampel tanah
yang tercemar tumpahan minyak bumi
di kelurahan Minas Jaya Kec. Minas
Kab. Siak dan Desa Gudang Batu
Kec.Lirik Kab. Indragiri Hulu. Isolasi
fungi dari sampel tanah yang tercemar
oleh minyak bumi dari Minas dan Lirik
didapatkan 12 isolat fungi. Isolat LMA05 mempunyai diameter pertumbuhan
tertinggi yaitu 4,83 cm dan LL-A06
dengan diameter terendah yaitu 0,87
cm. Pada uji daya degradasi minyak
bumi, isolat yang memiliki kemampuan
degradasi tertinggi yaitu LL-A07
sebesar 86% sedangkan kemampuan
degradasi terkecil pada LL-A06 sebesar
69%.
Repository FMIPA
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jawhari IFH. 2015. Ability of Some
Fungi Isolated from Sediment of
Sug-Al Shykyukh Marshes on
Biodegradation of Crude Oil.
International Journal of Current
Microbiology
and
Applied
Sciences.4(1): 19-22.
Al-Jawhari IFH. 2014. Ability of Some
Soil Fungi in Biodegradation of
Petroleum Hydrocarbon. Journal of
Applied
&
Environmental
Microbiology 2(2): 46-52.
Al-Nasrawi.H. 2012. Biodegradation of
Crude Oil by Fungi Isolated from
Gulf of Mexico. J Bioremed.
Biodegrad 3(4). 1000147.
Atlas R, Bragg J. 2009. Bioremediation
of
Marine
Oil
Spills.
Microbiology Biotechnology 2(2):
213-221.
Damisa D, Oyegoke TS, Ijah UJJ,
Adobara NU, Bala JD, Abdulsalam
R. 2013. Biodegradation of
petroleum by fungi isolated from
unpolluted
tropical
soil.
International Journal of Applied
8
Biology
and
Pharmaceutical
Technology (4)2:136-140.
Pantai Surabaya Timur. Berk.
Penel. Hayati. 13:6-7.
Dave D, Ghaly A.E. 2011. Remediation
Technologies for Marine Oil Spills:
A Critical Review and Comparative
Analysis. American Journal of
Environmental Sciences. 7(5): 423440.
Potin O, Rafinc C, Veigner. 2004.
Bioremediation
of
an
aged
polyciclic aromatic hydrocarbon
(PAH) contaminated soil by
Filamentous Fungi Isolated from
International
the
soil.
Biodeterior.Biodegradation. 54:4552.
Purnomo S. 2008. Peranan Sumber
Daya Alam Berbasis Fosil Bagi
Kehidupan Manusia & Cara
Mengatasi Kekurangannya dengan
Enhanched Oil Recovery[Thesis].
Program Pasca Sarjana. Fakultas
Teknik. Universitas Gadjah Mada.
Delira RA, Alarcon A, Ferrera Cerrato
R, Jose J. 2012. Tolerance and
Growth of 11 Trichoderma Strains
to
Crude
Oil,
Naphtalene,
Phenanthrene and Benzo[a]pyrene.
Journal
of
Environment
Management. 95: 5291-5299.
EPA. 2007. Method 1664, Revision A :
N-Hexane extractable Material
(HEM: Oiland Grease) and Silica
Gel Treated N-Hexane Extractable
Material (SGTHEM: Non-polar
Material)
by
Extraction
Gravimetry.
United
State
Environmental Protection Agency.
Washington.
Gandjar I, Samson RA, TweeVermeulen KVN, Oetari A,
Santoso I. 1999. Pengenalan
Kapang Tropik Umum. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Lotfinasabasl S, Gunale VR, Rajurkar
NS. Assesment of Petroleum
Hydrocarbon Degradation from
Soil and Tarball by Fungi.
Bioscience Discovery 3(2): 186192.
Munawar.
2007.
Bioremediasi
Tumpahan
Minyak
Mentah
dengan Metode Biostimulasi
Nutrien Organik di Lingkungan
Repository FMIPA
Santos EOD, Celia Fransisca CR, 2008.
Pre-screening of Filamentous Fungi
Isolated from A Contaminated Site
in
Southern
Brazil
for
Bioaugmentation Purposes. African
Journal
of
Biotechnology
7(9):1314-1317.
Singh H. 2006. Mycoremediation
Fungal Bioremediation. John Wiley
& Sons, Inc., Hoboken. New
Jersey.
Tuhuloula A. 2012. Bioremediasi Lahan
Terkontaminasi Minyak Bumi
dengan Menggunakan Bakteri
Bacillus cereus pada Slurry
Bioreactor[Thesis]. Institut Tiga
Puluh September.
USEPA. 2003. Aerobic Biodegradation
of Oily Wastes. A Field Guidance
Book
for
Federal
on-scene
Coordinator.
United
State
Environmental Protection Agency.
9
Download