BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Timur Tengah memang tidak pernah berhenti bergejolak dari dulu hingga sekarang. Kawasan tempat diutusnya para nabi agama-agama Samawi (Islam, Kristen, Yahudi) seharusnya menjadi kawasan damai dan di berkahi karena Tuhan menurunkan wahyu-Nya. Kawasan ini sering terjadi tempat berlangsungnya berbagai peperangan besar yang mewarnai sejarah perjalanan dunia. Contohnya perang Israel dan Palestina yang masih terus berlanjut, peristiwa Arab Spring dan kini memunculkan konflik di Suriah. Syiria (Suriah) merupakan salah satu Negara di Timur Tengah yang mulai diperhitungkan keberadaannya pada era pasca Perang teluk. Hal ini bukan tidak mungkin karena ada anggapan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan tercapai tanpa campur tangan Suriah. Suriah dulu merupakan Negara yang mempunyai banyak wilayah yang mencakup seluruh Negara yang berada di Timur Mediterania antara lain : Yordania, Lebanon, Israel, dan Profinsi Turki Hatay tetapi akibat imperialis Eropa menyebabkan Suriah kehilangan Yordania dan Israel dipisahkan dengan berada dibawah mandat Inggris. Lebanon di ambil untuk melindungi minoritas kristennya dan Hatay dikembalikan kepada Turki demi pertimbangan politik untuk Prancis.1 1 Harwanto Dahlan, Politik dan Pemerintahan Timur Tengah, Diklat Kuliah, UMY, 1995, hlm.109 1 2 Setelah merdeka, Suriah secara terus menerus mengalami Instabilitas politik. Pada tahun 1954, stelah beberapa kali kudeta, akhirnya kaum Baath di militer berkuasa. Kestabilan politik di suriah tidak lepas dari gaya kepemimpinan seorang Hafizh al-Assad,yang semenjak bulan November 1970 telah mendominasi pemerintahan partai Baath itu.2 Seiring dengan adanya pergantian Presiden Suriah yaitu Bashar al-Assad yang merupakan sekretaris wilayah partai Baath sekaligus anak mantan presiden Hafizh al-Assad, rakyat Suriah pada umumnya, termasuk kalangan oposisi mengharapkan dilakukannya reformasi dalam segala bidang kehidupan. Saat dilantik sebagai presiden pada tahun 2000, Bashar al-Assad berjanji menjadikan Suriah menjadi lebih modern dan demokratis.3 Konflik yang terjadi di Suriah saat ini disebut-sebut tak bias dilepaskan dari apa yang dikenal dengan Arab Spring, yaitu merujuk pada sebuah fenomena merebaknya refolusi demokrasi di dunia Arab. Peristiwa ini diawalai oleh Tunisia pada sekitar pertengahan tahun 2010, kemudian merambah ke Negara-negara lain, seperti Mesir, Libya, Suriah dan Negara-negara Arab lainnya, kebanyakan Negara Arab lainnya memang tidak menerapkan nilai demokrasi secara terbuka, untuk itulah kebebasan-kebebasan rakyat dalam demokrasi secara terbuka, untuk itulah kebebasan-kebebasan rakyat dalm demokrasi seringkali lebih menarik daripada pemerintahan model kerajaan yang tertutup. Ekspresi kebebasan rakyat itulah yang menjadi daya Tarik utama pada system demokrasi, selain adanya daya tarik 2 Isyu Syria, dalam http://www.kbridamaskus.go.id/isyue/syria.php, diakses 18 Mei 2016. 3 Ucep Yusup, “Sikap Suriah Terhadap Konflik Israel-Palestina”, Skripsi FISIP-HI unpas tidak diterbitkan, 2005, hlm.49. 3 tersebut, demokratisasi dunia arab juga didorong oleh beberapa faktor, diantaranya adalah praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).terjadi dalam model pemerintahan monarki autoritarianisme. Arab Spring secara implisit menjadi hal yang dapat di kaitkan dengan globalisasi ala Negara-negara barat, yang dimotori oleh Amerika Serikat.4 Di Suriah fenomena tersebut masih membara dan belum mampu menggulingkan Assad dari Kursi Presiden.Oleh karena itu perang saudara yang terjadi di Negara ini sebenarnya bertujuan menuntut mundurnya Bashar al-Assad, Presiden Suriah, dari tampuk kekuasaan. Hal ini dikarenakan Bashar al-Assad memerintah dengan gaya diktator, seperi yang terjadi di Negara-negara lain di Timur Tengah yang juga mengalami Revolusi.5 Tanggal 26 Januari 2011 salah satu warga Suriah melakukan aksi bunuh diri dengan cara mebakar diri. Aksi ini dilakukan untuk menuntut penghentian Rezim al-Assad yang di anggap warga Suriah sebagai pemimpin otoriter. Rakyat menuntut pemberhentian undang-undan darurat yang telah diterapkan sejak 1963, meskipun undang-undang tersebut telah di amandemenkan beberapa kali tetapi hal tersebut dianggap masih tidak memenuhi kepentingan Rakyat yang menginginkan system pemerintah yang demokrasi seutuhnya. Berdasarkan laporan mantan 4 Timur Tengah Tak Lepas Dirundung Konflik, dalam http://nasional.sindonews.com/read/983860/149/timur-tengah-tak-lepas-dirundungkonflik1427856397, diakses 18 Mei 2016. 5 M.Agastya ABM., Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah yang Penuh Darah, (Jogjakarta:IRCiSoD,2003), hlm.154. 4 anggota kepolisisan Suriah, pemerintah Negara ini telah malakukan tindakan holocaust.6 Tuntutan lainnya adalah diterapkannya system multipartai, dan juga kebebasan yang lebih bagi rakyat. Rakyat Suriah hanya menginginkan penghentian rezim Bashar al-Assad dan pembentukan pemerintah yang sama sekali baru berdasarkan pemilu yang demokratis. Rakyat Suriah juga meminta pemerintah Bashar untuk menghentikan dukungannya terhadap Iran dan Lebanon yang sedang mengalami konflik internal. Warga Suriah tidak menginginkan pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk apapun terhadap kedua Negara tersebut karena dukungan yang diberikan tidka memberikan dampak positif bagi Suriah dalam politik Internasional.7 Revolusi Suriah telah banyak mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Menurut pejabat HAM Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), Navy Pillay menyebutkan korban tewas akiban perang saudara Suriah meningkat menjadi 191.000 jiwa. Data korban tewas itu tercatat sejak perang sipil pecah pada maret 2011. Jumlah terbaru yang jauh lebih tinggi ini termasuk korban dalam data tambahan yang tewas dari periode-periode sebelumnya, serta kematian sejak laporan terakhir.8 Problematika ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan dan selalu menjdai pemberitaan utama diberbagai media. Konflik tersebut menjadi sangat 6 http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/ct/wpcontent/uploads/2014/12/artikel%20%20(12-02-14-04-56-05).pdf, diakses 18 Mei 2016. 7 Ibid., 8 “PBB: Korban Tewas Perang Suriah Mencapai 191.000 Orang”, dalam http://internasional.metrotvnews.com/read/2014/08/22/281351/pbb-korban-tewas-perangsuriah-mencapai-191-000-orang, diakses 19 Maret 2016. 5 rumit karena semakin banyaknya kehadiran kelompok bersenjata, dimulai dari Free Syrian Army yang merupakan Kelompok Pemberontak Utama dalam perang sipil Suriah, berdiri tahun 2011 yang terbentuk ketika sejumlah tentara pemerintah memilih untuk membelot karena enggan menembaki demonstran anti-pemerintah, seiring berjalannya waktu banyak warga sipil yang ikut bergabung dengan kelompok ini. Kemudian Kelompok Pemberontak Jabhat Al-Nusra, yang masih memiliki afiliansi dengan Al-Qaeda dan merupakan cikal bakal ISIS (islamic State Iraq and Syiria). Dan yang terakhir adalah ISIS/ISIL/DAESH/IS yaitu kelompok bersenjata yang merangkap Negara tnapa pengakuan internasional dan memanfatkan kekacauan yang terjadi di Irak dan Suriah. Kemunculan ISIS cukup menggemparkan dunia karena tafsir yang keras terhadap Islam dan kebrutalannya.9 Seiring berjalannya waktu, kabar tentang peristiwa dunia Arab sudah semakin ditinggalkan walaupun para Pejuang di Suriah masih terus merongrong pemerintahan untuk lengser dari kursi kekuasaannya.10 Meski telah berlangsung lima tahun sejak peristiwa Arab Spring tersebut dimulai di Tunisia, namun “angin surga” belum juga datang memberi kedamaian bagi warga di tanah Arab. Justru malah semakin bertambah rumit, hampir setiap Negara memunculkan pihak-pihak pemberontak seperti disebutkan diatas. Di Suriah, Konflik panjang telah melahirkan ISIS yang dengan sendirinya menggantikan isyu mengenai Musim semi Arab. 9 “Daftar Kelompok Bersenjata Dalam Perang”, dalam http://www.retawon.com/2014/10/daftar-kelompok-bersenjata-dalam-perang.html, diakses 19 Maret 2016 10 “Melihat Peristiwa Arab Spring”, dalam http://hasbiaswar.blogspot.co.id/2014/04/melihat-peristiwa-arab-spring-dari.html, diakses 19 Maret 2016. 6 Sejatinya Suriah beserta Negara Negara di Timur Tengah memiliki posisi geografis yang unik, wilayahnya terletak pada pertemuan Eropa, Asia, dan Afrika, sehingga ia menguasai jalan jalan strategis yang menuju ketiga benua tersebut. Selain dibawah beberapa Negara di Timur Tengah mengandung emas hitam atau sumber minyak tungga besar. Maka dari itu konflik di Suriah tidak lagi menjadi persoalan domestic Suriah semata, tetapi telah melebar ke Negara Negara tetangga dan menjadi ancaman bagi keamanan internasional.11 Tidak heran bila banyak Negara yang turut membantu untuk menangani keadaan buruk di Suriah, terutama Amerika Serikat dengan sekutu sekutunya dengan menamakan diri sebagai koalisi anti ISIS, mengapa semua Negara hanya terfokus melawan ISIS? Alasan yang masuk akal adalah karena jika dibiarkan berpotensi merusak stabilitas keamanan Dunia dan menjadi tragedi besar kemanusiaan. Akan tetapi koalisi pimpinan AS dianggap kurang mampu membendung atau menghentikan kekuatan ISIS, terbukti dengan serangan serangan yang dibuktikan koalisi AS selama satu tahun lamanya tidak dapat menghentikan tindak tanduk ISIS. Namun Barrack Obama berjanji akan melipatgandakan upaya untuk menghancurkan gerakan ISIS, sebagai respon atas serangkaian serangan di Paris baru-baru ini yang disinyalir didalangin kelompok radikal ISIS. 12 RivalAmerika Serikat seolah tidak ingin kehilangan momentum untuk ikut campur tangan terhadap konflik Suriah, dimana terdapat pangkalan militer satusatunya dikawasan Timur Tengah di Pesisir Tartus yang dibuka pada tahun 1972. 11 George lenczowski, Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (Terjemahan Asgar Bixby),(bandung:Sinar Algensindo, 1992), hlm.Xxi 12 http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=27&date=2015-11-16 7 Atas dasar permintaan Presiden Suriah, Rusia diminta untuk meningkatakan bantuan militer guna memberikan serangan perlawanan terhadap para pemberontak dan dukungan Kepada Presiden Bashar Al-Assad.13 Memang bukan sesuatu yang aneh apabila Suriah memohon kehadiran Rusia di negaranya, karena faktanya kedua Negara ini sudah memiliki hubungan bilateral sejak era Uni Soviet dan telah menandatangani fakta pertahanan dengan Rusia. Kehadiran Rusia membuat Amerika Serikat berang, dan terus mengkritik serangan serangan Rusia yang diklaim menyerang oposisi Suriah bukannya ISIS, namun militer Rusia bersikeras bahwa serangan tersebut terbukti efektif sejauh ini.14Terlepas dari fakta siapa yang benar dan siapa yang salah, keduanya memang terlihat memiliki tujuan yang sama yaitu untuk melemahkan posisi ekstrimis ISIS dan memiliki musuh yang sama yaitu ISIS, akan tetapi kenyataannya terdapat tujuan yang sangat berbeda. Analisis militer Andrew Foxall mengatakan Amerika Serikat dengan koalisi NATO menginginkan perubahan Rezim pro-Rusia di Suriah. Kemunculan Rusia di Suriah dikhawatirkan akan membuat tensi disana semakin panas, dikarenakan dua Negara yang selalu berselisih dan merupakan musuh lama ini akan saling berhadapan disuatu zona pernag. Masih menurut Andrew Foxall yang berasal dari kelompok Think ThankHendry Jackson Society ini memperingatkan, 13 “Assad akui minta bantuan militer pada Rusia”, sindonews, Jakarta, 12 0ktober 2015, dalam http://international.sindonews.com/read/1049378/43/assad-akui-minta-bantuan-militermiliter-kepada-rusia-1443620463,diakses 22 maret 2016 14 http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isis-bagaimananasib-suriah-selanjutnya_481927 8 serangan koalisi AS dan Rusia di suriah bias menjadi bencana tak terbayangkan jika suatu saat bersinggungan.15 Selanjutnya, konflik di Suriah menjadi konflik yang sangat rentan untuk ditunggangi oleh kepentingan Negara lain, terlebih setiap Negara yang terlibat mempunyai versi masing-masing mengenai pemberitaan yang mereka siarkan, sehingga sulit untuk menemukan kebenaran perihal permasalahan ini. Lalu dengan sendirinya mulai bermunculan teori-teori konspirasi. Semakin banyaknya pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah semakin menyulitkan untuk mengetahui siapa teman dan siapa lawan. Ada banyak kelompok pemberontak, jihadis, dan pasukan pemerintah Suriah yang saling bertempur, sementara elemenelemen dari luar Suriah juga ikut terlibat. Teman jadi lawan dan lawan jadi sekutu sementara, semuanya berubah cepat tergantung lokasi pertempuran.16 Langkah yang diambil Rusia untuk turut ikut andil dalam konflik Suriah, selain atas dasar pemerintah presiden Assad yang merupakan mitra satu-satunya yang tersisa di Timur Tengah yaitu sebagai langkah balasan atas apa yang terjadi di Ukraina. Amerika Serikat ditenggarai sebagai dalang dibalik polemik yang terjadi disana dan berhasil mengobok-obok tentangga sekaligus Negara yang sangat condong ke Rusia. Negara beruang merah tentunya tidak ingin kekalahan pahit tersebut terjadi kembali, hal ini dapat dibuktikan dari keseriusan Rusia menanggapi konflik di Suriah dengan terus meningkatkan intensitas militernya. Sedangkan alasan atau tujuan Amerika Serikat adalah kebalikan dari apa yang 15 “World War Three could be just 30 SECONDS away as attacks on ISIS stepped up”, Daily Mirror, London, 11 October 2015, dalam http://www.mirror.co.uk/news/worldnews/world-war-three-could-just-6616199, diakses 22 maret 2016 16 “Konflik Suriah siapa kawan siapa lawan dalam: http://jakartagreater.com/konfliksuriah-siapa-kawan-siapa-lawan/ diakses 22 maret 2016 9 dipertahnkan Rusia, AS bersikeras untuk mengganti rezim dengan mendukung aksi dan gerakan penggulingan Assad.17 Dengan kehadiran keua Negara yang saling bermusuhan yaitu Amerika Serikat serta Rusia di Suriah, potensi untuk terpicunya World War III sangatlah besar. Ditambah peristiwa Turki yang merupakan anggota penuh NATO barubaru ini secara mengejutkan telah menembak jatuh peswat tempur Rusia.18Sehingga muncul pertanyaan, hadirnya AS-Rusia di Suriah merupakan langkah hadirnya AS-Rusia di Suriah merupakan langkah penyelesaian atau malah memperlebar konflik yang secara otomatis akan terus membawa stabilitas keamanan di Timur Tengah khususnya Suriah kedalam konflik berdarah yang panjang dan berlarut. Berdasarkan dengan konflik dan topic yang dibahas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai keterkaitan beberapa Negara terhadap masamasa kelam yang terjadi di Suriah dan dampak yang ditimbulkan dari hadirnya dua negar kekuatan besar Dunia yang saling bermusuhan serta berbeda kepentingan. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan mempelajari masalah tersebut. Hal ini akan membuat penulis memahami serta menambah pengetahuan dalam mempelajari Ilmu Hubungaan Internasional. Adapun judul yang diajukan dari penelitian ini adalah: 17 “Pendekatan dinamis Rusia terhadap Suriah” dalam: http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/1006229-pendekatan-dinamis-rusia-terhadap-suriah diakses 22 maret 2016 18 “tembak jatuh jet su24 erdogan dicap pria gila pemicu perang dunia iii” dalam http://international.sindonews.com/read/1064616/42/tembak-jatuh-jet-su-24-rusia-erdogandicap-pria-gila-pemicu-pd-iii-1448506073diakses22 maret 2016 10 “Pengaruh Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah”. B.Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mencoba untuk mengidentifikasikan masalah yang sedang diteliti, sebagai berikut : 1. Apa saja faktor kepentingan yang mendorong Negara Negara seperti Amerika Serikat-Rusia ikut terlibat kedalam dinamika konflik di Suriah ? 2. Apa saja peran/danpak yang dihasilkan dari hadirnya Amerika Serikat-Rusia di Suriah? Menyelesaikan konflik atau memperparah? 3. Bagaimana proses penyelesaian guna mengatasi konflik berdarah yang berlarut-larut di Suriah? 1. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang terpapar diatas diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu kompleks dan luas. Namun menyadari adanya keterbatan waktu dan pengetahuan, penulis memandang perlu memberi batasan masalah. Selanjutnya untuk mempemudah penelitian ini maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada pengaruh kehadiran dua Negara berkekuatan besar dunia yang saling bemusushan (AS-Rusia) kedalam zona konflik di Suriah. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas untuk menghindari penelitian yang keluar dari jalur focus kajian yang telah di tetapkan 11 sebelumnya, selanjutnya perumusa masalah didalam penelitian ini diajukan dengan research question sebagai berikut: Sejauhmana keterkaitan Amerika Serikat dan Rusia dalam konflik di Suriah dan pengaruh kehadirannya terhadap stabilitas keamanan disana? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui dan menjelaskan faktor kepentingan apa saja yang mendorong Negara-negara seperti Amerika Serikat-Rusia ikut terlibat kedalam dinamika konflik di Suriah. b. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh dtau dampak apa saja yang dihasilkan dari hadirnya Amerika Serikat-Rusia di Suriah. c. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana proses penyelesaian guna menanggulangi atau mengatasi konflik berdarah yang berlarut-larut di Suriah. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan bagi pengembangan ilmu social khususnya dibidang ilmu Hubungan Internasional mengenai kemampuan suatu Negara yang memiliki kekuatan dan kemampuan berlandaskan kepentingan untuk turut campur terhadap permasalahan dalam Negara lain, seperti kasus saat ini terjadi di Suriah, yang dapat memperluas pengetahuan penulis secara pribadi. Penulis berharap penelitian ini kelak 12 dapat menjadi referensi bagi peneli lain yang mempunyai keterkaitan hal yang sama. b. Secara Praktis 1. Sebagai sarana untuk membangun kembali pemahaman teori-teori Hubungan Internasional uyang pernah dipelajari oleh penulis. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan referensi bagi pelajar studi Hubungan Internasional dalam hal kajian mengenai intervensi suatu Negara dalam menjaga pengaruhnya terhadap Negara lain. 3. Penelitian ini puila diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi dan bahan kajian bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan terutama pemerintah Suriah dalam upaya penyelesain konflik berdarah disana. 4. Sebagai bentuk tanggung jawab dalam menempuh program studi S1 dengan membuat suatu karya ilmiah yang menjadi salah satu syarat kelulusan pada program studi Hubungan Internasionl fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) di Universitas Pasundan. D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis 1. Kerangka Teoritis Untuk menunjang suatu penelitian dibutuhkan beberapa teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dan mendukung terhadap masalah yang sedang diteliti. Teori-teori atau konsep-konsep digunakan sebagai penunjang yang akan memberikan suatu bobot hasil suatu penelitian. Kerangka pemikiran ini 13 merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang terdapat antar berbagai faktor yang saling berkaitan dan membentuk konstelasi permasalahan, juga merupakan kajian teoritis berdasarkan pengujian secara empiris terhadap kesimpulan analisis teoritis.19 Hubungan Internasional mempunyai ruang lingkup yang meliputi berbagai interaksi antara suatu masyarakat Negara dengan Negara lain. Dimana pelakunya bias pemerintah dan non pemerintah, baik formal maupun informal, artinya baik yang mewakili Negara atau tidak memberikan kontribusinya masing-masing dalam proses hubungan internasional. Hubungan internasional seperti yang dijelaskan oleh Charles Mc. Clelland : Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi anatara jenis-jenis kesatuan-kesatuan social tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi. dalam interaksi antara dua pihak tadi, sumber daya aksi-aksi adalah kedua pihak tersebut. kapanpun kita harus mengetahui bahwa sumber-sumber daya yang mungkin hanya ada terdapat dalam pihak-pihak atau pelaku-pelaku yang bersangkutan. akan tetapi, ada dua kompleksitas yang terlibat disini, yakni jika interaksi terjadi selama jangkat waktu tertentu. setiap pelaku mungkin dipengaruhi oleh interaksi yang dialami masa lalu, dan berdasarkan hal ini tersebut dapat dikatakan bahwa interaksi itu sendiri merupakan sumber daya pelaku. kedua, berdasarkan pengalaman interaksi masa lalu, pelaku-pelaku dapat memperkirakan apa yang bakal terjadi dan masingmasing dapat bertindak sesuai pemikirannya.20 Dalam mempelajari dan menganalisa setiap permasalahan dan fenomena yang terjadi di masyarakat sehingga memudahkan proses pembedaan dan harus mengenal paling tidak terjadi di dalam hubungan internasional. Hal ini dipertegas dengan mengacu kepada definisi hubungan internasional yang dikemukakan oleh K.J.Holsti dalm bukunya Politik Internasional Suatu Kerangka Analisa, yang mengatakan: 19 Jujun S. Suriasumantri, filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Rajawali, 1990, hlm, 128. 20 Charles Mc. Clelland, ilmu hubungan internasional; teori dan system, Rajawali, Jakarta, 1987, hlm. 14 “Hubungan internasional adalah segala bentuk interaksi diantara masyarakat Negara-negara baik yang dilakukan oleh pemerintah atau warga Negara. Lebih lanjut dikatakan termasuk didalamnya pengkajian terhadap politik luar negeri dan poliyik internasional, transportasi, pariwisata, komunikasi, perkembangan nilai-nilai dan etika internasional” Seperti yang dijelaskan diatas, hubungan internasional mempunyai ruang lingkup yang identik dengan interaksi antar Negara. Dalam berinteraksi suatu Negara dengan Negara lain bias terjalin suatu kerjasama, terjadinya konflik, dan adanya kompetisi. Dalam pengkajian ilmu hubungan internasional seperti yang diterangkan oleh K.J.Holsti diatas, politik internasional termasuk yang dikaji. Politik internasional menurut K.J.Holsti adalah: “...Politik internasional sebenarnya merupakan studi politik luar negeri, dimana kebijakan ini didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang merumuskan tujuan menentukan presiden, atau melakukan tindakan-tindakan tertentu dan tindakan yang diambil untuk mengimplementasikan keputusan-keputusan itu.”21 Politik tidak terlepas dari tujuan yang harus dicapai, begitu pula politik internasional yang bercirikan adanya interaksi antar Negara untuk mencapai tujuannya. Dalam mencapai tujuan itu sering terjadi perbedaan pandangan agama, politik, dan kepentingan diantara Negara-negara yang saling berinteraksi. Kepentingan suatu Negara selalu dikaitkan dengan politik luar negerinya. Menurut Mochtar Kusumaatmadja politik luar negeri adalah: “Politik luar negeri merupakan alat suatu Negara untuk mencapai kepentingan nasional. Politik luar negeri merupakan aspek pokok dari strategi nasional dan harus sesuai dengan tujuan nasional beserta sasaran-sasarannya yang jarak pendek dan jarak panjang.”22 Politik luar negeri merupakan wewenang khusus dari Pemerintah, karena pemerintahlah yang dapat bertindak atas nama seluruh rakyatnya. Hal ini 21 K.J Holsti, Politik Internasional Krangka Analisa, hlm. 28. Mochtar Kusumaatmadja, Politik luar Negeri Indonesia dan pelaksanaan dewasa ini, alumni, Bandung, 1983, hlm, 152. 22 15 disebabkan karena perorangan atau subkelompok didalam suatu masyarakat tidak dapat berfungsi baik dengan mengatasnamakan seluruh kelompok. Pada pelaksanaannya politik luar negeri harus sesuai dengan realitas sistem internasional. Sistem internasional mempengaruhi suatu Negara dalam melaksanakan politik luar negerinya, Karena dalam hubungan internasional setiap Negara mempunyai nilai yang harus dicapai. Kepentingan nasional merupakan perpaduan antara nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu bangsa dengan lingkungan, Baik domestik maupun internasional dari negaranya. Menurut Kauffman, kepentingan nasional menjadi sangat penting bila dikaitkan dengan nilai-nilai nasionalnya. Secara garis besar kepentingan nasional memiliki 4 (empat) core interest yang berkaitan dengan nilai-nilai, yaitu national security, national prosperity, national ideology,national prestigedan national power.23Kepentingan nasional juga dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu Negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Sebuah negara dikatakan mempunyai national power apabila memiliki lebih dari jumlah total populasi, bahan mentah, dan faktor-faktor kuantitatif. Potensi gabungan dari sebuah Negara, kesetianegaraan, fleksibilitas institusiinstitusinya, bagaimana institusi tersebut beroperasi, kapasitas untuk menutupi kelemahannya: adalah beberapa dari unsur kuantitatif yang menentukan total kekuatan suatu Negara. Banyak aspek yang mempangaruhi dan berkontribusi dalam meningkatkan national power suatu negara. Bisa dikatakan bahwa national 23 hlm.14. Daniel J.Kauffman, A Framework for Analyzing (Lexington: Lexington Book, 1985), 16 power adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu Negara atas segala sesuatu yang dimilikinya. Lebih dari aspek fisik seperti geografis dan populasi, unsurunsur national power juga meliputi hal-hal yang tidak nyata, berupa kepiawaian bernegosiasi dan lain sebagainya.24 Ada beberapa faktor yang berkontribusi bagi pondasi nationalpower. Faktor-faktor tersebut adalah geografi, SDA, Populasi, teknologi, karakter dan moral nasional, pengembangan ekonomi, struktur politik, elemen ideologi, kepemimpinan, kesiapan militer dan diplomasi. Dalam penelitian ini dibatasi pada geografi, sumber daya alam, populasi dan kesiapan militer dan diplomasi. 25 Dalam memperjuangkan kepentingan yang harus dicapai, suatu negara sering berbenturan dengan kepentingan-kepentingan Negara lain, sehingga bisa menimbulkan konflik yang merupakan potensi yang selalu ada dalam politik internasional. Menurut Wese Becker konflik merupakan proses sosial dimana orang atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lain yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.26K. J. Holsti memberikan kontribusi dalam menjelaskan konflik sebagai berikut: Konflik yang mengarah pada pemakaian kekerasan yang direncanakan dengan baik, timbul dari perpaduan berbagai sebab, seperti pertentangan tuntutan masalah, sikap yang bermusuhan, serta jenis tindakan militer dan diplomatic tertentu … Konflik tersebut umumnya disebabkan pertentangan dalam pencapaian tujuan tertentu seperti perluasan atau mempertahankan wilayah territorial, Keamanan, semangat jalur kemudahan daerah 24 Bambang Sunaryono, Pengantar Ilmu Politik: Kekuasaan Politik, diktat kuliah, Jurusan Hubungan Internasional, UMY. 25 Ibid., 26 Soerjono Soekanto, Sosiologi: suatu pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 107. 17 pemasaran, presiste, persekutuan, revolusi dunia penggulingan pemerintah Negara yang tidak bersahabat, dst.27 Menurut Paul Conn, suatu konflik pada dasarnya dapat terbagi menjadi dua, yaitu:28 1. Zero Sum Game (konflik menag-kalah), merupakan konflik yang bersifat antagonistic, sehingga tidak memungkinkan adanya kompromi maupun kerjasama antar pihak yang terlibat dalam konflik. 2. Non Zero Sum Game (konflik menang-menang), merupakan situasi konflik dimana pihak-pihak yang terlibat dalam konflik masih memungkinkan untuk melakukan kompromi dan kerjasama. Dari pengertian konflik diatas, apa yang terjadi disuriah termasuk kedalam kategori konflik Zero Sum game. Hal ini desebabkan baik dari pihak pemerintah Suriah maupun pihak pemberontak tidak dapat menemukan kata sepakat dalam penyelesaian konflik internal tersebut. Kedua belah pihak menginginkan adanya pemenuhan tuntutan maupun ada salah satu pihak diminimalisir posisi politiknya. Konflik tersebut melibatkan pemerintah yang berkuasa dengan pihak non pemerintah yaitu puhak oposisi yang menginginkan adanya penggulingan pemerintah yang berkuasa serta terbentuknya Negara yang demokrasi.29 Dalam pembahasan mengenai Intervensi (keterlibatan) Amerika SerikatRusia terhadap dinamika konflik di suriah. Intervensi menurut Oppenheim Lauterpacht adalah sebagai berikut: 27 K. J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kernagka Analisis, Bina Cipta, Bandung, 1992, hlm. 169. 28 Ramlan Surbakti, memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasind, 2010), hlm. 169 http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/, Op.Cit., hlm.1065. 29 18 “intervensi sebagai campur tangan secara diktator oleh suatu Negara terhadap urusan dalam negeri lainnya dengan maksud baik untuk mengubah keadaan, situasi atau barang di negeri tersebut.”30 Sehingga dapat dikatakan bahwa intervensi merupakan suatu tindakan ikut campur yang di lakukan suatu Negara lain melalui cara-cara yang dapat bersifat militer baik itu berstatus diijinkan atau tanpa ijin Negara yang bersangkutan dengan maksud menyelesaikan suatu masalah. J. G. Starke menyatakan bahwa intervensi dapat digolongkan dalam tiga bentuk yaitu: 1. Intervensi Internal, yaitu intervensi yang dilakukan sebuah Negara dalam urusan dalam negeri Negara lain. 2. Intervensi Eksternal, yaitu intervensi yang dilakukan sebuah Negara dalam urusan luar negeri sebuah Negara dengan Negara lain. 3. Intervensi Punitive, yaitu intervensi sebuah Negara terhadap Negara lain sebagai balasan atas kerugian yang diderita oleh Negara tersebut. 31 J.G Starke selanjutnya mengatakan intervensi ini dengan istilahsubversive interventionyaitu: “Mengacu kepada propaganda atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh suatu Negara dengan tujuan untuk mendorong terjadinya revolusi atau perang saudara di Negara lain”32 Berdasarkan penejalsan diatas, suatu Negara melakukan intervensi bukan tanpa sebab dan tujuan, tentunya terdapat kepentingan nasional yang mendorong 30 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 31. 31 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional I (Jakarta: Sinar Grafika, 1989), hlm. 136137. 32 Ibid. 19 suatu Negara sehingga melakukan intervensi. Menurut Donald E Nuechterlein terdapat empat dimensi di dalam kepentingan nasional yaitu:33 1. Defence Interest : Merupakan perlindungan suatu Negara dan warga negaranya terhadap ancaman kekerasan fisik yang diarahkan dari Negara lain atau ancaman dari Negara lain terhdap system pemerintahan. 2. Economic Interest : Meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui hubungan dengan Negara lain. 3. World Order Interest : Bertujuan untuk membangun tata dunia di bidang keamanan dan ekonomi. Baik melalui kerjasama multilateral guna kebaikan bersama dan mencapai perdamaian bebas. 4. Ideology Interest : Bertujuan untuk melindungi dan menyebarkan sejumlah nilai dan kepercayaan kepada pihak lain. Dalam setiap konflik selalu dicari jalan penyelesaian, konflik terkadang dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai secara langsung. Namun tak jarang pula harus melibatkan pihak ketiga untuk menangani dan mencari jalan keluar baik oleh Negara atau sebagai organisasi internasional. Penyelesaian disebut sebagai Resolusi Konflik. “Resolusi konflik adalah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah yang mempertimbangkan kebutuhna-kebutuhan individu dan kelompok seperti identitas dan pengakuan juga perubahan-perubahan institusi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan.”34 Selanjutnya, merujuk dari pengertian intervensi atau keterlibatan suatu Negara serta penjelasan mengenai kepentingan nasional diatas, intervensi yang 33 Donald E. Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and Decision-Making, British Journal of International Studies, 1976, Vol.2, p.246-248 34 “Resolusi Konflik” terdapat di http://www.sicripps.ohio.edu/news/cmdd/artikelefhtm Diakses 27 maret 2016 20 dilakukan oleh AS merupakan respon dari kekacauan yang terjadi terlebih dengan kehadiran ekstrimis ISIS, dan percaya bahwa instabilitas keamanan di Suriah dapat terpecahkan apabila Assad turun dari tampuk kekuasaannya. Sedangkan intervensi Rusia terjadi berlandaskan hubungan sejarah serta kerjasama yang terjalin antara kedua Negara dan demi menjaga kepemimpinan Assad. Kehadiran kedua Negara ini juga tentu tidak terlepas dari dimensi kepentingan nasional yang terpapar diatas, sehingga sangat jelas apabila kedua Negara ini mempunyai kepentingan dan tujuannya masing-masing dalam menyikapi konflik di Suriah. Dari beberapa kajian teoritis diatas, untuk mengarahkan dan menguatkan munculnya hipotesis, maka penulis mencoba mengemukakan asumsi dasar sebagai berikut: 1. Salah satu Negara di Timur Tengah yaitu Suriah saat ini tengah dilanda dampak dari Arab Spring. Konflik ini bila dilihat dengan mata telanjang merupakan konflik sederhana yang menginginkan turunnya Bashar alAssad yang bergeser karena begitu banyak pihak yang terlibat, salah satunya dengan hadirnya ISIS, sehingga membuat konflik semakin berkepanjangan dan sulit mencari jalan damai. Ditambah banyaknya kepentingan baik dari segi politik, ekonomi dan militer dari pihak internal maupun eksternal. 2. Konflik Suriah telah menjadi ancaman bagi kemanan internasional khususnya terhadap kawasan di Timur Tengah. Sehingga konflik tersebut menjadi perhatian penting bagi dunia internasional, tak heran apabila membuat banyak Negara turut campur tangan dalam penyelesaian konflik ini. 21 3. AS dan Rusia merupakan dua Negara berpengaruh di dunia, sehingga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan perdamaian dunia (selain PBB). Maka kehadiran keduanya diharapkan mampu menjadi penengah dan mencari jalan keluarnya diantara pihakpihak yang terkait konflik. Akan tetapi AS-Rusia mempunyai sejarah permusuhan yang kental hingga saat ini, terlebih keduanya memiliki tujuan dan kepentingan masing-masing dalam konflik di Suriah. Oleh karena itu kehadiran AS-Rusia termasuk kedalam langkah penyelesaian masalah atau malah sebaliknya menjadikan konflik Suriah semakin panjang berlarut. 2. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis dan perumusan masalah serta asumsi yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mempunyai jawaban smentara bagi penelitian, yaitu: “Jika AS-Rusia secepatnya tidak saling berkomitmen untuk bersama-sama mencari jalan keluar terhadap konflik di Suriah dan memerangi kelompok radikal ISIS serta mengesampingkan kepentingannya masing-masing, maka kehadiran AS-Rusia kedalam dinamika konflik di Suriah berpotensi memunculkan permasalahan baru sehingga kehadiran keduanya bukan merupakan proses penyelesaian konflik.” 22 3.Tabel Operasionalisasi Variabel dan Indikator Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Variabel Indikator (Konsep Teoritik) (Empirik) Variabel Bebas: Jika AS-Rusia 1. Akar konflik secepatnya tidak Suriah. saling berkomitmen untuk bersamasama mencari jalan keluar terhadap konflik di Suriah dan memerangi kelompok radikal ISIS serta mengesampingkan kepentingannya masing-masing Verifikasi 1. Awal mula perang suriah adalah dilatar belakangi oleh kekecewaan rakyat Suriah terhadap rezim Bashar Asaad yang otoriter dan sewenangwenang terhadap rakyatnya. 2. Perang Suriah adalah revolusi Rabbani yaitu revolusi agama, Maka jelaslah bahwa penyebab perang Suriah adalah perang ideologi antara Islam Ahlussunah dengan Syiah. Data Fakta http://ippmbaiturrohim.blogspot.co.id/2013/ 09/apa-penyebab-perangsuriah.html 1. AS menginginkan agar Assad 2. Komitmen AS- turun dari kekuasaannya, Rusia mengenai sedangkan Rusia mengatakan konflik Suriah (ISIS). hanya warga Suriah yang berhak menentukan nasibnya. 2. Soal ISIS, AS-Rusia sepakat bahwa mereka “ancaman bagi setiap negara” Data Fakta: http://bbc.com/indonesia/ dunia/2015/12/151216_ dunia_as_rusia_suriah Variabel Terikat: maka kehadiran 1. Perbedaan AS-Rusia kedalam kepentingan yang dinamika konflik di mewakili AS-Rusia 1. Rusia dan ASbeda kepentingan soal intervensi militer di Suriah, di mana Rusia 23 Suriah berpotensi memunculkan permasalahan baru sehingga kehadiran keduanya bukan merupakan proses penyelesaian konflik. untuk menerjunkan pasukan militer di Suriah. ingin mempertahankan pemerintah konstitusional Damaskus dan Presiden Bashar al-Assad, sementara AS berambisi untuk menggulingkan pemerintah sah Suriah. 2. Rusia menyerang semua kubu pemberontak dukungan Barat, sementara AS hanya ingin fokus pada serangan terhadap ISIS. Data Fakta: http://indonesian.irib.ir/editorial/f okus/item/101357-perseteruanrusia-barat-dalam-konflik-suriah 2. Kehadiran 1. Rusia memutuskan untuk kedua negara yang melakukan penyerangan terhadap saling bersitegang dan ISIS, penyerangan ini dilakukan berbeda kepentingan setelah Bashar Assad meminta berpotensi Rusia membantu pasukan Suriah. menimbulkan Presiden Vladimir Putin gesekan. menyatakan bahwa tujuan dari intervensi tersebut adalah untuk menstabilkan pemerintahan dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk kompromi politik di Suriah. 2. Akan tetapi Keputusan Rusia untuk terlibat dalam pertempuran di Suriah mendapat kecaman dari Amerika Serikat, Menurut Barack Obama aksi Rusia tersebut bisa menjadi sumber bencana besar di Suriah. Data Fakta ://hasbiaswar.blogspot.co.id/201 5/10/analisis-mengenai-konflikterkini-suriah.html). 3. Kehadiran keduanya bukan merupakan resolusi konflik. 1. AS dan koalisinya mengumumkan telah melakukan 24 serangan terhadap ISIS. Di waktu yang sama, Rusia mengklaim telah menggempur 55 target ISIS. 24 2. Ketegangan antara ASRusia terus memanas. Data fakta: http://international .sindonews.com/read/105233 5/43/as-dan-rusia-berpotensiperang-dunia-iii-di-suriah1444621371 25 4. Skema Kerangka Teoritis Alur Pemikiran Pengaruh Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah Suriah Konflik Pemerintah Radikalisasi AS Rusia Kebijakan Luar Negeri Intervensi Militer Menyelesaikan Konflik Kepentingan Nasional Memunculkan Konflik 26 E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Tingkat Analisis Tingkat penelitian dilakukan untuk mempermudah penulis dalam memilah masalah yang akan di analisis. Adapun tingkat analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu tingkat analisis korelasionis, dimana terdapat peranan negara-negara mengenai kepentingan nasionalnya terhadap peristiwa yang terjadi di Suriah sebagai unit eksplanasi independen yaitu berpengaruh kepada penyelesaian konflik. Sedangkan dalam unit analisis ternyata kepentingan tersebut berpengaruh terhadap stabilitas keamanan, sehingga menjadikan kedatangannya sebagai awal kemunculan konflik baru. Dengan demikian, unit eksplanasi atau variabel independen berada pada tingkat yang sama dengan unit analisis atau variabel dependen. Sehingga hal ini menunjukan bahwa tingkat analisa yang dipergunakan adalah korelasionis. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan menggambarkan, menganalisa, dan mengklarifikasi gejala-gejala berdasarkan pengamatan dari beberapa kejadian secara sistematik, faktual, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk menjelaskan.Sejauhmana keterkaitan Amerika Serikat dan Rusia dalam konflik di Suriah dan pengaruh kehadirannya terhadap stabilitas keamanan disana. 27 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan ini, pengumpulan data yang penulis gunakan adalah Studi Kepustakan (Library Search), yaitu berusaha untuk mencari data melalui pengamatan tidak langsung dengan membaca buku-buku tertentu, laporan, majalah, surat kabar, website dan artikel yang penulis gunakan untuk memperoleh pengertian dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah ini. F. Lokasi dan Lama Penelitian 1. Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan data serta keterangan yang dibutuhkan, penulis mendatangi lembaga-lembaga seperti: a. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. Jl. Lengkong Besar No. 68 Bandung. b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Parahyangan Bandung. Jl. Ciumbuleuit No.94, Bandung. 28 2. Lama Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, terhitung dari bulan Maret 2016 sampai dengan Agustus2016. Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2016 2016 No BulanKegiatan Maret 1 1. Tahap Penelitian a. Konsultasi b. Pengajuan Judul c. Bimbingan Proposal d. Seminar Proposal e. Perbaikan Seminar Proposal 2. Penelitian 3. Pengolahan Data 4. Analisa Data 5. Kegiatan Akhir a. Pelaporan b. Persiapan dan Draft c. Perbaikan Hasil Draft d. Persiapan dan Sidang Skripsi April Mei 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Juni 4 1 2 3 4 Juli 1 2 3 Agustus 4 1 2 3 4 29 3. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab dimana setiap bab terbagi menjadi beberapa sub bab yang disesuaikan dengan pembahasan yang dilakukan, yaitu terdiri dari: BAB I :PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari sub-sub judul sebagai berikut, latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis, hipotesis, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, lokasi dan lamanya penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II :KEMUNCULAN GERAKAN SPARATIS PILITIK NEGARA ISLAM Dalam bab ini menjelaskan mengenai variabel-variabel bebas atau unit eksplanasi penelitian yaitu Pengaruh kontestasi Amerika Serikat dan Rusia terhadap stabilitas keamanan di Suriah. Bab ini berisikan sub-sub bab sebagai berikut: tinjauan umum Negara Suriah, Sejarah Negara Suriah, Politik Negara Suriah, Penyebab pasang surut konflik Suriah, Munculnya Radikalisme dalam islam. BAB III: HADIRNYA NEGARA-NEGARA SUPER POWER YANG SALING BERSEBERANGAN (AS-RUSIA) DALAM KONFLIK SURIAH Dalam bab ini membahas variabel terikat dari unit eksplanasi dari tema masalah yang berisi uraian atau informasi umum atau dasar atau awal mengenai dasar konflik dan kemungkinan timbulnya pengaruhnya terhadap stabilitas keamanan di Suriah, dalam bab ini berisikan sub-sub bab sebagai berikut: Politik dan pemerintahan 30 Amerika Serikat, Politik dan pemerintahan Rusia, perkembangan pasang surut hubungan As-Rusia. BAB IV: ANALISA PENGARUH KONTESTASI AS DAN RUSIA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DI SURIAH Dalam bab ini berisi jawaban atau bahasan terhadap hipotesis dan indikator-indikator variabel bebas ataupun variabel terikat yang dideskripsikan kedalam data atau fakta dan angka. Sub-sub judul ini mencerminkan jawaban mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia di konflik Suriah dalam stabilitas keamanan di Suriah. BAB V : KESIMPULAN Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian terutama dalam bab IV, kesimpulan ini berbentuk rangkuman singkat yang jelas dan informatif pada bagian akhir ditulis penjelasan bahwa hipotesis penelitian diterima atau ditolak. 31 BAB II PROSES KEMUNCULAN GERAKAN SPARATIS POLITIK NEGARA ISLAM A. Tinjauan Umum Negara Suriah Suriah merupakan sebuah negara yang termasuk ke dalam Asia Barat dan memiliki letak sangat strategis untuk menuju pintu gerbang ke negeri Barat ataupun Timur seperti Lebanon, Turki, Irak, Yordania, dan Israel. Tak heran sepanjang catatan sejarah, negeri ini pernah menjadi rebutan negara-negara adikuasa. Salah satunya ialah Perancis yang sukses menduduki negara ini, tetapi akhirnya Suriah sukses memerdekan diri dari Perancis pada 1946.35 Suriah juga mendapat julukan negeri Syam dalam bahasa Arab. Suriah merupakan salah satu negara yang berada di kawasan strategis Timur Tengah. Ferdinand Von Richtofen misalnya menyebut Suriah sebagai Jalur Sutera karena letaknya yang strategis tidak hanya dalam jalur perdagangan barang, tetapi juga dalam budaya dan jalur militer global. Letaknya yang strategis ditambah dengan limpahan 4 potensi kekayaan alam menjadikan Suriah sebagai negara yang diperebutkan berbagai kekuatan politik regional dan global. Sekitar 74 % mayoritas penduduk Suriah beragama Islam yang menganut paham Ahlussunnah wal Jama’ah (Sunni), kemudian Syiah Alawiyah (12%), Druze (3%) dan sebagian 35 “dinamika konflik Suriah” dalam http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/2832/1/vjhi-04-07-2012dinamika_konflik_suriah_dan.pdf Diakses 13 april 2016 32 kecil menganut Ismailiyyah yang merupakan salah satu cabang dari aliran Syiah.3 Kelompok Syiah Alawiyah merupakan kelompok minoritas yang berpengaruh dalam pemerintahan rezim Assad. Sementara itu sebagian besar penduduknya sekitar 90% berasal dari keturunan Arab, diikuti 9% berasal dari suku Kurdi dan kelompok minoritas Armenia, Sirkasian dan Turkmenistan. Beragamnya aliran kepercayaan dan etnis yang berkembang menjadikan Suriah sebagai negara yang rentan dengan konflik.36 1. Sejarah Negara Suriah Suriah merupakan salah satu pusat peradaban paling tua di muka bumi, Penggalian oleh para arkeolog pada 1975 di Kota Ebla bagian utara Suriah menunjukkan, sebuah kerajaan Semit sempat berdiri dan menyebar dari Laut Merah ke Turki dan Mesopotamia pada 2500-2400 SM. Etnis Suriah diketahui merupakan etnis Semit dengan 90 persen terdiri atas warga Muslim, 74 persen Sunni dan 16 persen terdiri atas kelompok Muslim lainnya termasuk Alawi, Syiah dan Druze. Sementara 10 persen adalah warga Kristen.Pada 1920, sebuah kerajaan Arab dibawah kekuasaan Raja Faysal dari keluarga Hashimiah didirikan di Suriah. Tidak hanya menjadi raja Suriah namun Raja Faysal juga menjadi Raja di Irak.37 Kekuasaannya di Suriah berakhir seiring dengan kekalahan pasukannya Pada 1920, sebuah kerajaan Arab dibawah kekuasaan Raja Faysal dari keluarga Hashimiah didirikan di Suriah. Tidak hanya menjadi raja Suriah namun Raja Faysal juga menjadi Raja di Irak. Kekuasaannya di Suriah berakhir seiring dengan kekalahan pasukannya melawan Prancis dalam pertempuran Maysalun. Selama 36 Ibid., “mengenal sejarah terbentuknya Negara” http://pandri16.blogspot.co.id/2015/08/mengenal-sejarah-terbentuknya-negara.html Diakses 13 april 2016 37 33 beberapa tahun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meletakkan Suriah di bawah mandat Prancis sebelum akhirnya Prancis terpuruk pada 1940. Kendali atas Suriah pun segera diambil Pemerintahan Vichy hingga Pemerintah Inggris dan Prancis kembali menjajah negara tersebut pada Juli 1941. Demikian ditulis State, Sabtu (18/8/2012).Namun penjajahan ini sendiri tidak berlangsung lama karena kelompok nasionalis Suriah mendesak agar Prancis segera menarik keluar pasukannya dari Suriah pada April 1946. Suriah pun ditinggalkan Prancis dalam kendali pemerintahan republik yang telah lebih dulu terbentuk ketika Prancis memegang mandat PBB atas negara itu.38 Kendati perkembangan ekonomi Suriah berlangsung pesat diikuti dengan deklarasi kemerdekaan pada 17 April 1946, namun pergolakan politik justru terjadi di negara itu pada 1960-an.Suriah dan Mesir diketahui sempat bersatu membentuk Republik Persatuan Arab, namun persatuan ini tidak berhasil sehingga memicu terjadinya kudeta militer pada 28 September 1961. Suriah pun akhirnya memisahkan diri dan bangkit kembali sebagai Negara Republik Suriah. Kabinet baru pun dibentuk di bawah bayang-bayang Partai Ba'ath.Kudeta militer kembali terjadi pada 13 November 1970 dimana Menteri Pertahanan Suriah saat itu Hafiz al-Asad menobatkan dirinya sebagai Perdana Menteri. Setelah 30 tahun berkuasa penuh atas Suriah pada 10 Juni 2000 Hafiz al-Assad pun dilaporkan tutup usia.39 Pada masa ini perubahan konstitusi pun terjadi, dimana parlemen menghendaki usia minimun bagi presiden adalah 40-43 tahun. Perubahan ini 38 Ibid., Ibid., 39 34 memungkinkan putra Hafiz al-Assad, Bashar al-Assad untuk terpilih sebagai presiden dimana ia maju mencalonkan diri tanpa pesaing. Bashar al-Assad secara resmi dilantik pada 17 Juli 2000 untuk masa jabatan 7 tahun.40 2. Politik Negara Suriah Telah lebih dari dua tahun Suriah diguncang oleh pergolakan politik. Pergolakan yang kini bahkan menjurus pada perang saudara, ketika Pemerintahan Suriah pimpinan Bashar al-Assad bertempur melawan pasukan oposisi. Bagi sebagian kalangan, pergolakan ini adalah sebuah ‘revolusi rakyat’ yang berupaya mengggulingkan ‘rezim tiran’ Bashar Assad, sama seperti gelombang revolusi ‘Arab Spring’ lainnya yang berhasil menumbangkan kediktatoran di Tunisia, Mesir dan Libya. Sejak kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer pimpinan Abdul Karim Nahlawy di tahun 1961, pemerintahan Suriah berada dibawah kendali Partai Baath ((Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiraki) hingga kini. Partai Baath sendiri merupakan partai yang mengusung ideologi Baath’isme, yang berintikan nilai-nilai Nasionalisme dan Sosialisme Arab, atau bisa dikatakan pula ideologi sosialisme ‘khas’ Arab.41 Ideologi ini diintrodusir oleh seorang intelektual Suriah beragama Kristen, Michel Aflaq, pada saat kolonialisme Eropa masih mencengkram Timur Tengah pasca keruntuhan Daulah Turki Ustmani tahun 1924. Selain Suriah, rezim-rezim di dunia Arab yang pernah menggunakan ideologi ini sebagai dasar negara adalah pemerintahan Gamal Abdul Nasser di Mesir (1952-1970), rezim Muamar Khadafi 40 Ibid., “konflik Suriah dan intervensi imperialis barat” dalam http://www.berdikarionline.com/konflik-suriah-dan-intervensi-imperialis-barat/ Diakses 13 april 2016 41 35 di Libya (1969-2011) serta rezim Saddam Husein yang berkuasa di Irak hingga tahun 2003. Berkuasanya Partai Baath di Suriah ini juga menuai dukungan dari kalangan komunis yang tergabung dalam Partai Komunis Suriah. Namun, pada tahun 1972, sebagian kecil kader dari partai tersebut yang dipimpin Riyad Turk melancarkan Sejak kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer pimpinan Abdul Karim Nahlawy di tahun 1961, pemerintahan Suriah berada dibawah kendali Partai Baath ((Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiraki) hingga kini. Partai Baath sendiri merupakan partai yang mengusung ideologi Baath’isme, yang berintikan nilai-nilai Nasionalisme dan Sosialisme Arab, atau bisa dikatakan pula ideologi sosialisme ‘khas’ Arab. Sebagian kecil kader dari partai tersebut yang dipimpin Riyad Turk melancarkan kampanye untuk menentang aliansi partai komunis dengan rezim Baath. Meski begitu, mainstream Partai Komunis Suriah tetap mendukung pemerintahan Partai Baath sampai sekarang.42 Setelah rezim Baath berkuasa di Suriah, konflik politik di internal pemerintahan tidak berhenti. Konflik itu berujung pada terjadinya kembali kudeta militer pada 1970, ketika Menteri Pertahanan Suriah saat itu , Hafez al-Assad, naik ke tampuk kekuasaan sebagai Perdana Menteri. Di tahun berikutnya, perwira Angkatan Udara Suriah ini diangkat menjadi Presiden Suriah.Dibawah kepemimpinan Hafez al-Assad, Suriah menunjukkan resistensi yang kuat terhadap hegemoni imperialisme Barat dan ‘mitranya’ di Timur Tengah, Israel. Sepeninggal Gamal Abdul Nasser di tahun 1970, dunia Arab memang kehilangan sosok tangguh yang berani melawan Barat dan Israel. Namun, berkuasanya Hafez 42 Ibid., 36 Assad dan Muamar Khadafi di Libya pada saat yang hampir bersamaan seakan menghidupkan kembali ‘roh’ Nasser di Timur Tengah.43 Hafez Assad memang secara tegas mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina dalam melawan penjajahan Zionis Israel. Bentuk dukungan itu ditunjukkannya melalui partisipasi Suriah dalam Perang Yom Kippur melawan Israel di tahun 1973. Sebenarnya, sebelum Assad berkuasa pun, rezim Baath Suriah telah menunjukkan resistensinya terhadap Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967, yang membuat Suriah harus kehilangan sebagian wilayahnya di Dataran Tinggi Golan lantaran diduduki Israel hingga sekarang.Perlawanan Assad terhadap Israel juga diperlihatkan tatkala perang saudara bernuansa sektarian meletus di Lebanon pada tahun 1975-1989. Saat itu, awalnya Suriah mengirim pasukan militer ke Lebanon guna melindungi kelompok Druze dan Syiah. Namun setelah masuknya tentara Israel ke Lebanon di tahun 1982 dengan alasan melindungi kelompok Kristen (meski alasan sebenarnya adalah memburu kelompok perlawanan Palestina di Lebanon), pasukan Suriah pun turut melawan kehadiran militer Israel di Lebanon.Keberpihakan Suriah terhadap gerakan perlawanan Palestina juga ditunjukkan dengan dibukanya kantor perwakilan Hamas dan PLO di Damaskus. Suriah juga mendukung gerilyawan Hizbullah di Lebanon secara finansial maupun politik. Disamping itu, faksi perlawanan Palestina FPLP pimpinan George Habash juga didukung penuh oleh Suriah tidak berhenti. Konflik itu berujung pada terjadinya kembali kudeta militer pada 1970, ketika Menteri Pertahanan Suriah saat itu, Hafez al-Assad, naik ke tampuk kekuasaan sebagai Perdana Menteri. Di tahun berikutnya, perwira Angkatan 43 Ibid., 37 Udara Suriah ini diangkat menjadi Presiden Suriah. Di kepemimpinan Hafez alAssad, Suriah menunjukkan resistensi yang kuat terhadap hegemoni imperialisme Barat dan ‘mitranya’di Timur Tengah, Israel. Sepeninggal Gamal Abdul Nasser di tahun 1970, dunia Arab memang kehilangan sosok tangguh yang berani melawan Barat dan Israel. Namun, berkuasanya Hafez Assad dan Muamar Khadafi di Libya pada saat yang hampir bersamaan seakan menghidupkan kembali ‘roh’ Nasser di Timur Tengah. Hafez Assad memang secara tegas mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina dalam melawan penjajahan Zionis Israel. Bentuk dukungan itu ditunjukkannya melalui partisipasi Suriah dalam Perang Yom Kippur melawan Israel di tahun 1973. Sebenarnya, sebelum Assad berkuasa pun, rezim Baath Suriah telah menunjukkan resistensinya terhadap Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967, yang membuat Suriah harus kehilangan sebagian wilayahnya di Dataran Tinggi Golan lantaran diduduki Israel hingga sekarang. Perlawanan Assad terhadap Israel juga diperlihatkan tatkala perang saudara bernuansa sektarian meletus di Lebanon pada tahun 1975-1989. Saat itu, awalnya Suriah mengirim pasukan militer ke Lebanon guna melindungi kelompok Druze dan Syiah. Namun setelah masuknya tentara Israel ke Lebanon di tahun 1982 dengan alasan melindungi kelompok Kristen (meski alasan sebenarnya adalah memburu kelompok perlawanan Palestina di Lebanon), pasukan Suriah pun turut melawan kehadiran militer Israel di Lebanon.44 Keberpihakan Suriah terhadap gerakan perlawanan Palestina juga ditunjukkan dengan dibukanya kantor perwakilan Hamas dan PLO di Damaskus, Suriah juga mendukung geriliawan Hizbullah di Lebanon secara finansial maupun 44 Ibid., 38 politik. Disamping itu, faksi perlawanan Palestina FPLP pimpinan George Habash juga didukung penuh oleh Suriah. Sementara itu, perlawanan Assad terhadap Barat di tunjukkan dengan mendukung Revolusi Islam di Iran tahun 1979. Revolusi yang berujung pada berkuasanya kaum Mullah Syiah pimpinan Ayatullah Rohullah Khomeini itu memang merubah secara drastis haluan politik luar negeri Iran yang tadinya bersahabat erat dengan Amerika Serikat (AS) menjadi negara yang sangat anti AS dan Israel.Suriah juga berpihak kepada Iran dalam Perang Iran-Irak tahun 1980-1988, ketika AS menunjukkan dukungannya pada Irak demi menhambat revolusi Islam Iran. Hal ini menjadikan Suriah dan Iran sebagai sekutu dekat hingga kini, apalagi ditambah dengan fakta bahwa mayoritas anggota Partai Baath Suriah berasal dari kalangan Alawit, suatu aliran dalam ajaran Syiah.45 Inilah pula yang menjadi penyebab ketidakharmonisan pemerintahan Assad dengan rezim Saddam Husein di Irak. Kebijakan represif Saddam terhadap kaum Syiah Irak membuat tidak senang pemerintah Suriah, meskipun keduanya berbasiskan ideologi yang sama, Baath’isme. Politik perlawanannya terhadap AS dan Israel pun membuat rezim Assad tidak disukai pihak Barat. Namun, rezim Assad justru memiliki hubungan ‘mesra’ dengan Uni Sovyet, apalagi dalam politik domestiknya kaum komunis Suriah juga mendukung rezim Assad. Dalam sejarahnya pun, Uni Sovyet memang berpihak pada Negara-negara Arab ketika mereka berperang melawan Israel, seperti pada Perang Enam Hari dan Krisis Terusan Suez tahun 1956.Dukungan Uni Sovyet terhadap Suriah ditunjukkan melalui suplai persenjataan bagi militer Suriah serta bantuan finansial berupa 45 Ibid., 39 hutang luar negeri. ‘Kemesraan’ ini berlanjut pasca runtuhnya Uni Sovyet, dimana Rusia yang menjadi ‘pewaris’ kejayaan Sovyet tetap menjadi sekutu Suriah hingga kini. Hal itu tampak ketika di tahun 2005 Rusia menghapus 75 persen dari total utang Suriah sebesar 13 miliar dollar AS.46 B. Penyebab Pasang Surut Konflik di Suriah Negara Suriah modern didirikan usai Perang Dunia Pertama, yaitu setelah mendapatkan kemerdekaannya dari Perancis pada tahun 1946. Pasca meraih kemerdekaannya, Suriah kerap diguncang oleh gejolak serta kudeta militer, yang sebagian besar terjadi antara periode 1949-1971. Kemudian antara periode 19581961, Suriah bergabung dengan Mesir membentuk perserikatan yang dikenal dengan RPA (Republik Persatuan Arab). Perserikatan itu berakhir karena terjadinya kudeta militer di Suriah. Sejak tahun 1963 hingga 2011, Suriah terus memberlakukan UU Darurat Militer, sehingga dengan demikian sistem pemerintahannya pun dianggap oleh pihak barat tidak demokratis.47 Presiden Suriah adalah Bashar al-Assad, yang telah mengambil tampuk pemerintahan dari ayahnya Hafez al Assad dengan penunjukan secara aklamasi. Serta telah berkuasa di negara itu mulai tahun 2000. Sejak era perang dingin, Suriah terkenal dengan kekuatan militernya di kawasan, dan identik dengan julukan Rusia Timur Tengah. Hal itu berkat kedekatan hubungan Suriah dengan Rusia, sehingga kerap mendapat suplai senjata modern dari negara digdaya itu. 46 Ibid., “makalah Konflik Suriah” dalam http://vianlouis.blogspot.co.id/2013/09/makalahkonflik-suriah.html diakses 13 april 2016 47 40 Alasan ini jualah yang membuat Israel sedikit segan untuk melakukan perang frontal menghadapi Suriah dalam persengketaan Dataran Tinggi Golan. Di samping itu, Suriah menjadi tumpuan beberapa negara kawasan dalam menyelesaikan konflik militer yang sering terjadi di Timur Tengah.48 Fakta membuktikan, bahwa sebagian besar negara Arab adalah aliansi abadi blok Barat, yang dinakhodai langsung oleh Amerika Serikat sebagai kekuatan Super Power tunggal dunia. Keberadaan kekuatan militer Suriah di kawasan tentu saja menjadikan mereka jengah, karena dianggap sebagai kekuatan lawan. Tidak jarang, beberapa kasus sebelumnya sudah pernah diangkat untuk merontokkan Suriah terutama presidennya, namun semuanya gagal.Terpaan Badai Arab Spring 2011 ( Badai Musim Semi Arab 2011), yang telah merontokkan beberapa kekuatan besar di negeri Arab. Ternyata dimanfaatkan dengan sangat baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Padahal sebelumnya, presiden Suriah Bashar al Assad dengan sangat optimis telah mengungkapkan, bahwa badai Musim Semi Arab tidak akan menerpa Suriah, karena rakyat Suriah secara umum telah memperoleh hak-hak mereka secara adil, jadi tidak ada alasan bagi rakyat Suriah untuk melakukan revolusi di negara tersebut.Namun, kesempatan emas itu nampaknya tidak disia-siakan oleh pihak-pihak tertentu.49 Terbukti dengan merebaknya amunisi perlawanan rakyat yang dimotori oleh kelompok minoritas di negera tersebut. Yang menurut informasi dari pejabat Suriah, mereka pihak yang berkepentingan sengaja mendukung kelompok minoritas untuk melakukan perlawanan demi suksesnya target jahat dalam 48 Ibid., Ibid., 49 41 menghancurkan Suriah dari dalam.Sehingga kelompok negara-negara Arab yang selama ini bersebrangan dengan Suriah, yang memang telah mendominasi Liga Arab tersebut. Mendorong lembaga tertinggi negara-negara Arab itu untuk membekukan keanggotaan Suriah, serta menyerahkan kasus Suriah kepada Dewan Keamanan PBB untuk segera diselesaikan secara internasional.Selanjutnya, hal ini pulalah yang membuat Rusia dan Cina sebagai mitra abadi semakin tidak nyaman di kursinya. Karena mereka merasa termasuk kelompok yang paling dirugikan berkaitan dengan masalah Suriah, jika putusan DK PBB itu disahkan. Yang pada akhirnya berujung pada jatuhnya veto dari kedua negera adidaya tersebut.Dari pertikaian dua kelompok penguasa dunia ini, yang paling menderita adalah rakyat Suriah sendiri. Mereka adalah pihak pertama yang merasakan langsung imbas dari pertarungan sengit saat ini. Sehingga, seorang ibu harus rela melihat anaknya meregang nyawa tanpa sebab. Seorang isteri harus mampu menahan isak dan dendam karena suami tercinta dieksekusi tanpa kesalahan yang dibuat. Bahkan, ribuan anak-anak yang tidak berdosa tiba-tiba menjadi yatim piatu. Sebenarnya inilah yang menjadi tanggungjawab kita saat ini. Yaitu menyelamatkan nyawa anak manusia yang tidak berdosa, dan menyelamatkan rakyat Suriah dari keserakahan dua kekuatan dunia. 50 1. Faktor Politik Krisis politik yang terjadi di Suriah dewasa ini nampaknya sudah mencapai anti klimaks, terutama dengan semakin meningkatnya kontak senjata antara pemerintah Basyar Asad dengan kubu pemberontak di beberapa kota. Sejak meletusnya revolusi puluhan ribu orang tewas serta ribuan lainnya harus 50 Ibid., 42 mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Turki, Yordania dan Lebanon. Sampai saat ini baik PBB, OKI maupun Liga Arab belummengambil sikap tegas terkait kekejaman rezim al-Asad bahkan terkesan terombang ambing oleh kebijakan Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) yang selama ini dinilai sarat kepentingan baik politik maupun ekonomi. Sama halnya dengan negara-negara Timur Tengah lainnya, Suriah merupakan negara yang juga terimbas badai revolusi. Sudah setahun revolusi yang dimotori para aktivis pro-perubahan tersebut berlalu.51 Namun, situasi politik di Suriah belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Bahkan Basyar Asad bersikeras akan tetap mempertahankan kekuasaannya walaupun harus menggunakan jalur kekerasan. Sikap otoriter rezim Basyar Asad tersebut akhirnya memunculkan gelombang demonstrasi yang menuntut Presiden Basyar Asad mundur dari jabatannya. Para demonstran tersebut menuntut Presiden Basyar Asad untuk melakukan langkah-langkah terkait reformasi politik dan pelaksanaan Pemilu dalam waktu dekat.52 Tuntutan para demonstran tersebut dijawab pemerintah dengan merombak struktur parlemen dan pemerintahan, namun rakyat tetap menolak karena mereka menganggap struktur pemerintahan masih dijabat orang-orang lama yang tidak lain adalah sekutu dekat Asad. Suhu politik di Suriah pun semakin memanas setelah pemerintah melakukan operasi militer di beberapa kota termasuk di wilayah Khalidiyah provinsi Homs yang telah menewaskan ribuan orang. Kekejaman yang dilakukan pemerintah pemerintah Suriah tersebut mendorong 51 “membaca konflik Suriah” dalam http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-2/timurtengah/669-membaca-konflik-suriah 13 april 2016 52 Ibid., 43 PBB melalui dewan keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi terhadap Suriah. Namun, resolusi tersebut gagal setelah Cina dan Rusia menolaknya. Sementara itu, negara-negara Barat seperti AS, Perancis dan Inggris menyatakan bahwa pemerintah Suriah tidak lagi sah dan menuntut Presiden Asad melepaskan jabatannya.53 2. Faktor Ideologi Kelompok pemerintah dan kelompok warga sipil, keduanya manganut agama Islam. Tetapi mereka dibedakan dalam dua ideologi, kelompok pemerintah menganut ideologi syiah dan kelompok warga sipil menganut ideologi sunni. Telah diketahui bahwa paham ideologi dan sunni tidak pernah bisa disatukan dalam hal pemikiran, kehidupan social, dan kehidupan beragama. Hal tersebut juga menjadikan penyebab terjadinya konflik. Dari adanya penyebab terjadinya konflik di Suriah menjadikan terbaginya beberapa kelompok yang terlibat dalam peperangan yang kini kian memanas. Kelompok tersebut ialah kelompok pemerintah, kelompok pro pemerintah, kelompok pemberontak, kelompok pro pemberontak.54 Ada banyak ideologi yang berbeda yang terdapat pada pihak para pejuang dari mulai kaum liberal sekuler ekstrim yang menuntut demokrasi gaya Barat hingga kelompok-kelompok Islam yang menuntut sebuah negara Islam. Ada banyak faksi-faksi pejuang di antara kedua kutub spektrum ideologi. Posisi 53 Ibid., http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368874-MK-Nikita%20Pranissa.pdf 54 44 alamimasyarakat Suriah yang konservatifakan menuntut peran Islam dalam rezim pasca-Assad.55 C. Munculnya Radikalisme Dalam Islam Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan kekerasan. Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan tantangan baru bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalismeIslam ini sebenarnya sudah lama mencuat di permukaan wacanainternasional. Radikalisme Islam sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia.56 Banyak label label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk menyebut gerakan Islam radikal, dari sebutan kelompok garis keras, ekstrimis, militan, Islam kanan, fundamentalisme sampai terrorisme. Bahkan di negara-negara Barat pasca hancurnya ideology komunisme (pasca perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan dari peradaban yang menakutkan. Tidak ada gejolak politik yang lebih ditakuti melebihi bangkitnya gerakan Islam yang diberinya label sebagai radikalisme Islam. Tuduhan-tudujan 55 https://id-id.facebook.com/time.for.khilafah/posts/392899544126092 “makalah radikalisme islam” dalam http://pakdhekeong.blogspot.co.id/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html diakses 13 april 2016 56 45 dan propaganda Barat atas Islam sebagai agama yang menopang gerakan radikalisme telah menjadi retorika internasional.57 Setidaknya ada empat penyebab adanya radikalisme agama. Pertama, adanya beberapa ajaran dalam agama yang disalahpahami. Dalam Islam ada ajaran jihad dan mati syahid, yang ironisnya dianggap membenarkan aksi-aksi keras teroris.Penyebab kedua adalah mengenai adanya persoalan kesejahteraan di masyarakat, seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial. Telah banyak fakta di lapangan menyuguhkan kenyataan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial mampu membuat seseorang melakukan apa pun yang menguntungkan, walaupun itu jelas terlarang seperti radikalisme. Kemudian penyebab ketiga adalah adanya ideologi negara agama.58 Pada tahap tertentu ideologi negara agama turut menyuburkan paham terorisme. Karena sebagaimana diakui para teroris, mereka menjalankan semua aksinya dengan tujuan mendirikan negara agama. Bagi mereka, pemerintahan yang ada saat ini (termasuk Indonesia) mengikuti sistem kafir. Adapun penyebab keempat adalah adanya paham salafisme. Ideologi negara agama terus bertahan karena mengendap di balik kecenderungan salafisme di kalangan pemeluk agama. Salafisme adalah kecenderungan yang membayangkan masa lalu sepenuhnya suci, ideal, sempurna, tanpa kekurangan apapun. Pada era suci inilah negara agama 57 Ibid., “munculnya radikalisme agama”http://www.kompasiana.com/nuninglistia/empatsekawan-pemicu-munculnya-radikalisme-agama_5535ac486ea834bf1cda4308 diakses 14 april 2016 58 46 diyakini pernah ada dan berdiri tegak dengan nilai-nilai luhur yang di praktikkan paripurna. 59 1. Jihad Kata Jihad berasal dari kata Al Jahd (ُ )دْ َه لجاdengan difathahkan huruf jimnya yang bermakna kelelahan dan kesusahan atau dari Al Juhd (ُ )دْ ُه لجاdengan didhommahkan huruf jimnya yang bermakna kemampuan. Kalimat () ُُ لجاَهُ ََغَ َل bermakna mengeluarkan kemampuannya. Sehingga orang yang berjihad dijalan Allah adalah orang yang mencapai kelelahan karena Allah dan meninggikan kalimatNya yang menjadikannya sebagai cara dan jalan menuju surga. Di balik jihad memerangi jiwa dan jihad dengan pedang, ada jihad hati yaitu jihad melawan syetan dan mencegah jiwa dari hawa nafsu dan syahwat yang diharamkan. Juga ada jihad dengan tangan dan lisan berupa amar ma’ruf nahi mungkar.60 Jihad sebenarnya digunakan oleh Daulah Islam untuk menyebarkan serta menyampaikan syi'ar Islam. Ianya digunakan sebagai tindakan fizikal menghapuskan segala halangan kepada dakwah Islam dan dengan cara inilah Islam dibawa keseluruh kawasan Daulah Islam baik pada zaman Rasulullah mahupun zaman para sahabat dan begitu juga di zaman khulafa' yang seterusnya. Ianya mempunyai tiga peringkat.Yang pertama, penduduk disesuatu kawasan itu akan diajak memeluk Islam, dan mereka akan diberi tempoh untuk mengkaji dan memahami Islam; sekiranya mereka menolak mereka akan dipelawa menjadi 59 Ibid., “memahami arti jihad” dalam https://muslim.or.id/4041-memahami-arti-jihad.html diakses 14 april 2016 60 47 rakyat Daulah Islam dengan membayar `jizyah' dan Islam akan diimplimentasikan ke atas mereka, dan mereka akan diberikan hak -hak yang sama seperti manamana umat Islam. Sekiranya pelawaan ini ditolak juga, maka tatkala itu barulah tentera Islam akan berjihad.61 Perlulah difahami bahawa jihad hanyalah untuk menghapuskan rintangan terhadap dakwah kepada Islam; bukan untuk menakluk atau memperhambakan mana-mana kaum dan bukan untuk membina empayar dan tidak sekali untuk memaksa seseorang itu memeluk Islam. Allah SWT berfirman:"Tidak ada paksaan dalam beragama..."(Al-Baqarah: 256)Jika diteliti setiap satu `sariah' serta `ghazwah' Rasulullah saw, kita dapati kesemuanya merupakan jihad menyerang (offensive) dan hanya satu sahaja yang merupakan defensif (itu pun merupakan satu tindakan yang taktikal sewaktu Perang Khandak). Tetapi dalam konteks masa kini, semua bentuk jihad yang wujud hanyalah jihad defensif berbeza dengan apa yang ditunjukkan oleh Rasulullah.62 2. Jihad Modern Futurolog (ahli masa depan) Muslim terkemuka asal Pakistan, Ziauddin Sardar, menegaskan jihad merupakan upaya yang terarah dan terus menerus untuk menciptakan perkembangan Islam. Itulah yang disebut jihad fisabilillah atau berperang di jalan Allah. Dalam era modern yang serba global ini sebenarnya kita juga bisa berjihad. Tentu jihadnya bukan dengan senjata atau bom. Kita sebagai umat Islam sudah saat memiliki semangat baru dalam mengggunakan kata jihad, 61 “pengertian jihad dalam islam” dalam: http://pepitasngo.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-jihad-dalam-islam.html 14 april 2016 62 Ibid., 48 seperti jihad al dakwah, jihad al tarbiyah, jihad bi al lisan, jihad bi al qolam, yakni jihad dengan perantara lisan dan pena, jihad intelektual. Jihad dapat pula dilakukan dengan harta benda yang disebut dengan jihad bi al amal. Dalam katakata jihad bukan sekali-kali diartikan sebagai perang, melainkan perjuangan tanpa senjata. Jihad bisa pula berbentuk perjuangan moral dan spiritual. Kesemuanya itu termasukke dalam jihad fi sabilillah atau perang di jalan Allah, yakni jalan kebenaran.63 Makna jihad perlu dotransformasikan menjadi etos kerja modern, Jihad dalam konteks sekarang adalah perwujudan dari upaya mobilisasi sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya material maupun sumber daya teknologi dan kelembagaan. Hal senada juga dikatakan oleh Menteri Sosial RI Bachtiar Chamsyah. Dalam bukunya yang berjudul Teologi Penanggulangan Kemiskinan, Bachtiar menuliskan bahwa jihad yang harus ditegakkan di era modern saat ini adalah jihad sosial. Mengapa? Karena saat ini yang menjadi problema rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim adalah soal kemiskinan, KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), keterlantaran, krisis moral (akhlak), rehabilitasi berbagai korban bencana akibat banjir, tnah longsor, gempa bumi, kelangkaan pangan, kerawanan dan disintegrasi sosial akibat konflik berbau SARA, maraknya peredaran narkoba, meningkatnya tindak kriminalitas, menurunnya kualitas pendidikan dan kemampuan warga masyarakat dalam mengenyam pendidikan, tingginya angka pengangguran akibat PHK dan sebagainya. Jihad sosial dimaksudkan sebagai upaya bersama sekuat tenaga, secerdas dan searif daya nalar dan semampu dana untuk berjuang mengatasi dan memberi solusi yang tepat terhadap berbagai 63 http://www.pelita.or.id/baca.php?id=78308 49 masalah sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, hukum dan sebagainya yang saat tengah melanda masyarakat kita. Musuh utama yang paling mengancam eksistensi bangsa ini adalaj kemiskinan, keterlantaran, kebodohan, ancaman disientegrasi, ksisis akhlak, narkona, korupsi, ketidakadilan sosial-ekonomi-politik-pendidikn dan hukum. Jadi, sasaran utama jihad sosial adalah penyelesaian berbagai persoalan tersebut, meskipun tidak seratus persen tuntas. Jihad sosial bukanlah sebuah upaya justifikasi (pembenaran) suatu doktrin agama terhadap kebijkan dan tindakan pemerintah. Jihad sosial memang merupakan ajaran dasar dalam Islam. Jika di telusuri lebih dalam, baikdalam Al Quran maun alhadis, perintah jihad tidaklah terbatas pada soal perang melainkan semua aspek kehidupan. Menuntut ilmu adalah jihad. Mengentskan kemiskinan adalah jihad. Memberdayakan kaum mustadafin juga jihad. Semuanya dapat dinilai sebagai jihad asalkan fi-sabilillah (dalam kerangka memperoleh ridha Allah atau untuk kepentingan agama Allah).64 D. Pertumbuhan Gerakan Sparatis di Suriah Separatisme adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu Sama lain (atau suatu negara lain). Istilah ini biasanya tidak diterima para kelompok separatis sendiri karena mereka menganggapnya kasar, dan memilih istilah yang lebih netral seperti determinasi diri.Gerakan separatis merupakan gerakan yang politis dan damai.65 Separatisme dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari konsep legitimasi dan atau ketaatan terhadap pemerintah yang sedang berkuasa. Diskursus ini telah 64 Ibid., http://brainly.co.id/tugas/140113 65 50 dikembangkan oleh para pemikir Islam klasik semisal al-Ghazali, al-Muawardi, dan ibn Taimiyyah yang kemudian dikembangkan dalam konsep bughat atau pemberontakan. Sepanjang temuan para pemikir Islam penyebab sesungguhnya bughat tidak lepas dari tiga pra kondisi: 1. Bughat disebabkan hanya sebatas masalah akses politik dan ekonomi yang diikuti oleh nafsu untuk berkuasa dengan cara menyingkirkan pemerintah yang sah. Dalam pndangan al-Muwardi tindakan bughat ini bisa disamakan dengan tindakan riddah atau keluar dari islam sehingga dihukumi haram dan pemerintah yang sah diperbolehkan melakukan tindakan militer terhadapnya. 2. Bughat disebabkan karena persoalan ketidaksepakatan ide atau implementasinya dalam proses pemerintahan. Dalam konteks ini, menurut pandangan Abdul Qadir Jailani dalam buku Negara ide menurut Islam ketidakpahaman tersebut adalah suatu yang wajar dan mubah. Jika kemudian seseorang tidak sepakat terhadap tata regim yang berkuasa, dan tidak melakukan tindakan penentangan militer kepada Negara, orang, atau organisasi tidak bisa dihukum ataupun ditindas. Sejarah islam pertama pernah mencatat bagaimana Abu Bakar memberikan hak kepada Sa’ad bin Ubadah yang tidak mau berba’at kepada kepemimpinan Abu Bakar, tidak menjadikan Sa’ad bin ubadah sebagai pemberontak yang harus dihukum. 3. Bughattidak bisa dilepaskan karena pemerintah yang melakukan tindakan represif dan zalim kepada rakyat. Dalam konteks ini bughat menjadi sangat berdekatan dengan aktivitas amar makruf nahi munkar, artinya menjalankan aktifitas bughat menjadi kewajiban masyarakat. Dalam hal ini imam al- 51 Ghazali merumuskan sebuah metode pengukuran dengan konsep asy-sayukah. Metode ini menyadarkan kepada asumsi bahwa jika masyarakat memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan penguasa yang zalim, dan tindakan bughat bisa dimenangkan dengan penguasa yang zalim, dan tindakan bughat bisa dimenangkan dengan proses yang cepat dan tidak menimbulkan kemadharatan yang lebih banyak, maka aktivitas bughat melalui pemberontakan bersenjata baru bisa dilakukan. Namun, dalam kenyataannya, sedemikian sulit ditemukan pra-kondisi bahwa kekuatan militeristik masyarakat sipil lebih kuat dibandingkan kekuatan militer Negara. Jadi separatisme itu dalam hukum Islam tidak dibolehkan, disebabkan kita harus taat kepada pemerintahan. Separatisme itu juga banyak merugikan masyarakat, dan kalau kita lihat maslahatnya sungguh banyak dampakdampak yang membuat masyarakat resah dan tidak nyaman dan aman, disebabkan banyaknya muncul separatis yang mereka ingin mendirikan Negara diatas Negara seperti halnya di Suriah semakin banyak gerakangerakan separatisme bermunculan seperti Free Syrian Armi (FSA), The Syrian Liberation Front (SLF), The Syrian Islamic Front (SIF), Jabhat Al Nusra Front, dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).66 1. Free Syrian Armi (FSA) Free Syrian Army disingkat (FSA) adalah struktur oposisi utama bersenjata yang beroperasi di Suriah yang telah aktif selama perang saudara Suriah.Terdiri dari para 66 personel angkatan bersenjata suriahyang membelot http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/436/1/102708FIRMANSYAH-FSH.PDF dan 52 relawan,pembentukannya diumumkan pada tanggal 29 Juli 2011 dalam sebuah video yang dirilis di internet oleh sekelompok desertir berseragam dari militer Suriah yang dipanggil anggota tentara Suriah untuk membelot dan bergabung dengan mereka untuk melawan rezim Bashar al-Asad, Free Syrian Army sendiri dipimpin oleh kolonel Riad al-Asad yang sangat pro warga sipil sebagaimana target utama dari Free Syrian Army adalah semua hal dari rezim bashar al-Asad dan sekutunya yang mengancam keamanan warga sipil. Riad al-Asaad menyatakan pada bulan Oktober 2011 bahwa Tentara Pembebasan Suriah tidak memiliki tujuan politik kecuali untuk melengserkan Bashar al-Asad sebagai presiden Suriah.FSA juga mengklaim bahwa konflik ini bukanlah konflik sectarian. FSA beroperasi di seluruh Suriah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Pasukan aktif di barat laut (Idlib, Aleppo), wilayah tengah (Homs, Hama, dan Rastan), pantai sekitar Latakia, selatan (Daraa dan Houran), timur (Dayr al-Zawr, Abu Kamal), dan daerah Damaskus.67 Amerika Serikat adalah salah satu Negara yang membacking pergerakan Free Syrian Armydengan ikut mempersenjatai grup Free Syrian Army untuk menurunkan Bashar karena dianggap diktator, ditambah lagi musuh bebuyutan Amerika yaitu Rusia ikut membacking presiden Bashar Al-Assad.68 Melalui forum Dewan Keamanan (DK) PBB, pada bulan Oktober 2011 dan Juli 2012 lalu, Amerika Serikat juga mendukung draf resolusi yang berisi kecaman terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh Pemerintahan Bashar al Assad dan pemberian sanksi terhadap Suriah, tapi gagal diadopsi karena diveto 67 “tentara pembebasan Suriah” dalam: https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Pembebasan_Suriah diakses 14 april 2016 68 “apa yang sebenarnya terjadi di timur tengah” dalam: http://jakartagreater.com/apayang-sebenarnya-terjadi-di-timur-tengah/ diakses 14 april 2016 53 oleh Rusia dan China. Di lapangan, selain memberi bantuan berupa persenjataan perang Amerika Serikat juga memberikan bantuan kepada kelompok oposisi Free Syrian Army (FSA) berupa obat-obatan, makanan, dan alat komunikasi. Hal ini dilakukan agar kelompok oposisi tetap bisa berjuang melawan Pemerintah Suriah yang mendapat dukungan dari Rusia dan Iran.69 2. The Syrian Liberation Front (SLF) The Syrian Liberation Front (SLF) juga dikenal dengan nama Syrian Islamic Liberation Front atau jabhat al tahrir al souriya islamiya, adalah sebuah kesatuan kelompok pemberontak yang terdiri dari sekitar 20 brigade pasukan pemberontak. Diperkirakan SLF memiliki 37.000 pejuang, yang menjadikan pasukan kedua terbesar setelah FSA. Kepemimpinan SLF secara garis besar juga masih berhubungan dengan SMC, afiliasi SLF didorong untuk berideologi islam modern dan menempatkan bersama para pasukan ekstrimis. Pasukan yang paling terkenal di SLF adalah the Suquor al-Sham dan Farouq Batallions. 3. The Syrian Islamic Front (SIF) The Syrian Islamic Front juga dikenal sebagai jabhat al islamiyah al tahrir al souriya, kelompok ini diperkirakan memiliki pasukan sebanyak 11 batalion yang tersebar diseluruh Suriah. Pasukan SIF yang paling dikenal adalah Ahrar al-Sham, diperkirakan kelompok ini mempunyai 13.000 pejuang. Para pejuang yang bergabung dengan SIF adalah para salafis konservatif, mereka adalah orang-orang yang lebih termotivasi dari aspek agama daripada pasukan FSA dan SLF. Kepemimpinan SIF tidak tergantung pada SMC, namun tetap 69 file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674-introduction%20(2).pdf 54 masih berhubungan dan bekerja sama dengan SMC, The Syrian Islamic Front didanai oleh orang-orang kaya yang berasal dari Saudi Arabia dan Kuwait. 4. Jabhat Al-Nusra Front Jabhat Al-Nusra adalah pasukan yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, pasukan ini diperkirakan mempunya sekitar 6.000 pejuang, baik dari lokal ataupun pejuang asing, Al-Nusra dilaporkan mendapat dana, senjata dan pelatihan dari Al-Qaeda dan ISIS. Beberapa anggota al-Nusra adalah pejuang asing yang juga veteran perang dari pemberontakan di Iraq. Al-Nusra adalah kelompok yang bertanggung jawab terhadap beberapa pengeboman bunuh diri dan penyergapan terhadap rezim Assad.70 5. Islam State Iraq Syria (ISIS) Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah sebuah negara dan kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah. Kelompok ini dalam bentuk aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni, termasuk organisasi-organisasi pendahulunya seperti Dewan Syura Mujahidin dan AlQaeda di Irak (AQI), termasuk kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund alSahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa alMansoura, dan sejumlah suku Irak yang mengaku Sunni. ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan kekerasan brutal 70 http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30177/1/VICKY%20FABIANSY AH-FISIP.pdf 55 seperti bom bunuh diri dan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen.71 Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang. Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afi liasi Al-Qaidah di Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan AlQaeda hingga tahun 2014. Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, AlQaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Jelaslah kiranya ideologi ISIS menakutkan. Mereka menyebarkan teror fanatisme komunal, menggelorakan konfl ik sektarian, fanatisme dan fundamentalisme. Kesemuanya itu sangat berbahaya bagi kehidupan. Fundamentalisme misalnya memaksakan kebenaran tertentu. Dalam konteks ini tentu ISIS ingin memaksakan kebenaran menurut versi mereka. Dalam konteks ini tentu ISIS ingin memaksakan kebenaran menurut versi mereka apa yang terjadi di Suriah dan Irak mutakhir memberikan gambaran yang jelas dan gamblang.72 71 http://jurnalkommas.com/docs/Jurnal%20Kom%20Vo%208%20No%202%20Juli%2020 15.pdf#page=19 72 Ibid., 56 BAB III KEHADIRAN NEGARA-NEGARA SUPER POWER (AS-RUSIA) YANG SALING BERSEBERANGAN DALAM KONFLIK SURIAH A. Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat Amerika serikat (A.S) atau United States of America (USA), adalah sebuah republik federal yang terdiri dari 50 negara bagian yang sebagian besar terletak di Amerika Utara.Amerika Serikat berbatasan dengan Meksiko di sebelah selatan, dan dengan Kanada di sebelah utara dan barat laut (eksklave Alaska), di sebelah barat negara ini berbatasan dengan Samudra Pasifik dan di sebelah timur dengan Samudra Atlantik. Selain itu masih ada banyak daerah dan koloni di banyak belahan dunia, seperti Hawaii, yang merupakan sebuah negara bagian, dan daerah-daerah lainnyaseperti Puerto Riko, Guam, dan lain sebagainya yang termasuk dalam persemakmuran.73 Pusat pemerintahan Amerika Serikat sendiri terletak di Washington dan pemerintahan negara bagian(state). Adanya pembagian kekuasaan untuk pemerintahan federal yang memiliki kekuasaan yang di delegasikan konstitusi. Pemerintah negara bagian memiliki semua kekuasaan yang tidak didelegasikan kepada pemerintahan federal.Sistem pemerintahan negara bagian menganut prinsip yang sama dengan pemerintahan federal. .Sistem kepartaian menganut sistem dwipartai (bipartai). Ada 2 partai yang menentukan sistem politik dan 73 “Sistem Politik dan Pemerintahan Amerika”, dalam http://anaseducation.blogspot.co.id/2012/01/sistem-politik-dan-pemerintahan-amerika.html, diakses 21 april 2016. 57 pemerintahan Amerika Serikat, yaitu partai demokrat dan partai Republik. Dalam setiap pemilu kedua partai ini saling memperebutkan jabatan-jabatan politik.74 Amerika Serikat merupakan sebuah negara Republik Federal yang menganut sistem pemerintahan Presidensil dimana Presiden berperan sebagai badan esksekutif dan Kongres berperan sebagai badan legislatif. Sedangkan Majelis Tinggi ada di tangan Senat dan Majelis Rendah berada di tangan House of Representative (Dewan Perwakilan Rakyat). Hal ini menyebabkan Amerika Serikat memiliki garis batas yang tegas antara Legislatif, Yudikatif, dan Eksekutif. Badan- badan tersebut membatasi satu sama lainnya dengan asas Checks and Balances yang artinya saling mengawasi. Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden dan dilengkapi otoritas legislatif dalam konstitusi Amerika. Badan Yudikatif atau Mahkamah Agung (Supreme Court) bebas dari pengaruh badan Legislatif dan Eksekutif dan bertugas menjamin tegaknya hukum serta menjamin kebebasan individu.75 1. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Timur Tengah Sebelum Perang Dunia II, Amerika Serikat merupakan negara yang isolasionis, yaitu negara yang memiliki pandangan bahwa lebih baik fokus pada urusan domestik terlebih dahulu dibanding terlalu sibuk atau terlalu banyak mengurusi urusan negara lain. Akibatnya, Amerika Serikat memilih untuk tidak memiliki dan menghindari peran yang besar dalam dunia internasional dan fokus pada dirinya sendiri. Namun,Amerika Serikat yang baru dan berbeda muncul 74 “sistem pemerintahan amerika serikat” dalam, https://prezi.com/kol7rerymn0v/sistem-pemerintahan-amerika-serikat/ diakses 21 april 2016 75 “politik pemerintahan Negara Amerika dalam, http://sweetbucks.blogspot.co.id/2012/10/politik-pemerintahan-negara-amerika_16.html Diakses 21 april 2016 58 pasca perang tersebut. Dengan mengandalkan pada wilayahnya yang luas serta sistem pertahanan udaranya yang canggih, di mana seperti yang diketahui bahwa Amerika Serikat memiliki pangkalan industri militer yang besar dan ratusan pangkalan militer di negara-negara asing,hal tersebut secara tidak langsung mengindikasikan bahwa Amerika Serikat telah mengubah pandangannya dan menjadi negara yang internasionalis. Sejak Perang Dunia II, Amerika Serikat banyak berperan sebagai pemimpin dunia (world leader) yang di mana secara substansial memengaruhi kebijakan militer, diplomasi, dan ekonominya. Perubahan pandangan ini juga menjadikan Amerika Serikat sungguh-sungguh terlibat dalam berbagai urusan bangsa atau negara lain seperti yang terlihat saat ini.76 Semasa pemerintahan George W. Bush, kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah didominasi oleh keberadaan mereka di Irak, meskipun tidak mengenyampingkan isu-isu lain seperti konflik Palestina-Israel, proliferasi nuklir Iran, dan juga radikalisme Islam di wilayah Timur Tengah. Hal ini sangat kontras apabila dibandingkan dengan masa pemerintahan Bill Clinton yang dianggap berbagai kalangan konservatif terlalu “lembek”. Bush mulai mengimplementasikan kebijakannya di Irak semenjak tahun 2003 melalui Operation Iraqi Freedom, masih pada periode pemerintahannya yang pertama. Kebijakan yang dicap orang sebagai agresi terhadap Irak ini, didasarkan kepada hasil laporan intelijen yang menyatakan bahwa Irak dibawah pemerintahan Saddam Hussein telah memiliki senjata biologis, yang lebih populer dengan 76 “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Krisis Politik Suriah Era Barrack Obama”, dalam http://docplayer.info/108303-Kebijakan-luar-negeri-amerika-serikat-terhadapkrisis-politik-suriah-era-barack-obama.html, diakses 21 April 2016. 59 sebutan senjata pemusnah massal (weapons of mass destruction / WMD). Entah karena laporan intelijen yang begitu meyakinkan, atau karena dendam pribadi ketika Bush Senior tidak mampu mengalahkan Saddam dengan mutlak pada Perang Teluk 1990an, Bush terus menerus menjalankan kebijakannya di Irak. Padahal hingga turunnya dia dari jabatan presiden AS, WMD yang diwacanakan sebelum serangan ke Irak tidak pernah ditemukan.77 Perang selama 5 (lima) tahun, telah meruntuhkan sendi perekonomian AS, karena mayoritas dari anggaran belanja negara terserap untuk membiayai Perang Irak. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor hancurnya ekonomi AS ketika dunia terkena krisis ekonomi global di tahun 2008. Bush sendiri telah banyak dikritik oleh berbagai kalangan setelah WMD yang diisukan tidak terbukti, khususnya untuk meminta Bush menghentikan pendudukannya di Irak karena AS tidak lagi memiliki alasan sekuat WMD. Hingga menjelang inaugurasi Barack Obama sebagai presiden AS periode selanjutnya, tidak ada keinginan dari Bush untuk sesegera mungkin menghentikan okupasinya di Irak.Dalam menghadapi situasi yang serius di tanah Palestina, Bush tetap melakukan apa yang telah dibuat oleh para pendahulunya, yaitu sebuah konferensi perdamaian yang melibatkan berbagai broker untuk mendamaikan Palestina dengan Israel.78 Langkah Bush untuk membuat Konferensi Annapolis memang tidak istimewa jika dibandingkan dengan periode Clinton, yang berhasil membuat Declaration of Principles atau yang lebih dikenal dengan Oslo Accords. Tetapi dalam konferensi ini, Bush berhasil memasukkan klausul yang tidak pernah ada 77 “ Kebijakan Amerika Serikat di Timur” dalam, http://pirhotnababan.blogspot.co.id/2009/01/kebijakan-amerika-serikat-di-timur.html. Diakses 21 April 2016 78 Ibid., 60 dalam sejarah proses perdamaian sebelumnya, yaitu direalisasikannya “solusi dua negara” (two-state solution), sekaligus menyelesaikan permasalahan di Palestina sebelum tahun 2008. Bush sendiri terlihat tidak serius dalam menjalankan Konferensi Annapolis, karena hanya terlihat meneruskan kebijakan pendahulunya, sehingga apa yang dikemukakan di Annapolis tidak pernah terwujud hingga bergantinya tahun 2008 ke 2009. Selebih itu, tidak ada lagi langkah-langkah nyata yang dilakukan oleh Bush untuk menyelesaikan masalah Palestina.79 Mengenai isu nuklir Iran, usaha yang paling nyata ditunjukkan oleh AS adalah dengan memasukkan permasalahan ini ke dalam Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Meskipun AS sendiri memiliki program pengayaan nuklir, entah mengapa Iran menjadi sasaran utama AS dalam memperluas pengaruhnya untuk meminimalisasi pengayaan nuklir diluar AS. Pengaruh AS yang begitu besar dalam DK PBB telah berhasil meloloskan Resolusi 1747 DK PBB untuk memberikan sanksi kepada Iran atas pengayaan nuklirnya, meskipun International Atomic Energy Agency (IAEA) telah melaporkan hal yang sebaliknya. Begitu besarnya pengaruh AS, hingga Indonesia sendiri mendukung resolusi ini. Ahmadinejad yang memang selalu berseberangan dengan AS semenjak dirinya menjabat sebagai Presiden Iran, nampaknya tidak gentar menghadapi serangan AS melalui jalur diplomatik PBB ini. Pengayaan nuklir yang telah dikenakan sanksi nampaknya akan terus berjalan, seiring dengan masih menjabatnya Ahmadinejad sebagai presiden, hal yang juga diamini oleh Ayatullah sebagai pemimpin tertinggi Iran. Tetapi, AS sendiri belum berhasil menjamah Iran secara nyata selayaknya agresi yang mereka lakukan terhadap Irak 79 Ibid., 61 di tahun 2003. Kebijakan AS lainnya yang juga mendominasi pemerintahan Bush adalah Perang Afghanistan di tahun 2001 pasca penyerangan terhadap World Trade Center (WTC).80 Bush menyerang Afghanistan karena menganggap bahwa Osama bin Laden sebagai pemimpin Taliban bersembunyi disana. Dan sama seperti agresi ke Irak di tahun 2003, AS tidak mendapatkan hasil apa-apa dari Afghanistan selain menumbangkan rezim Taliban dan menghasilkan krisis sosial yang baru. Sebenarnya, Afghanistan sendiri tidak terlalu jelas untuk dimasukkan dalam kawasan geopolitik tertentu.81 Tabel 3. Kebijakan-Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Timur tengah TAHUN 2001 2003 KEBIJAKAN LUAR NEGERI HASIL Agresi ke Afghanistan pasca serangan Gagal. AS tidak berhasil menangkap 9/11. AS bertujuan untuk menangkap Osama bin Laden. Osama bin Laden yang mengklaim bahwa 9/11 adalah tanggung jawab dari Taliban. Agresi ke Irak, untuk menjatuhkan Saddam berhasil digulingkan dan Saddam Hussein dan mencari WMD dikenai hukuman melalui pengadilan hibrid. Tetapi hingga saat ini WMD tidak pernah ditemukan 2007 Resolusi 1747 DK PBB, memberikan PBB memberikan sanksi, sanksi kepada Iran atas program program nuklir Iran pengayaan nuklir berjalan. Ahmadinejad berseberangan dengan AS. 2008 Konferensi Annapolis untuk Gagal. Kesepakatan menyelesaikan konflik Palestina-Israel. menyelesaikan konflik tahun 2009 tidak terwujud. 80 Ibid., Ibid., 81 tetapi tetap tetap untuk sebelum 62 2. Kepentingan Nasional Amerika Serikat di Timur Tengah Menurut Andrew Hewyood dalam bukunya Global Politics, kepentingan nasional didefinisikan sebagai tujuan kebijakan luar negeri atau preferensi kebijakan yang menguntungkan bagi masyarakat suatu negara secara keseluruhan. Definisi mengenai kepentingan nasional ini memang masih banyak menuai perdebatan, tapi nampaknya semua setuju jika dikatakan bahwa kepentingan nasional merupakan hal yang sentral dalam pembahasan kebijakan luar negeri suatu negara. Menurut Vesna Danilovic, salah satu kontibutor dalam Encyclopedia of International Relations and Global Politics yang menulis tentang National Interest, setidaknya ada tiga hal yang dapat diketahui tentang politik luar negeri suatu negara dengan melihat pada kepentingan nasionalnya. Ketiga hal tersebut adalah dapat diketahui apa saja sumber preferensi kebijakan luar negeri negara, dapat pula dilakukan evaluasi terhadap strategi atau langkah tertentu yang diambil oleh negara, serta justifikasi atas keputusan yang diambil para pengambil keputusan.Dalam kaitannya dengan kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah, menurut Robert D. Blackwill16 dan Walter B. Slocombe.82 Kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah diantaranya adalah mencegah proliferasi senjata pemusnah masal, terutama senjata nuklir; memerangi terorisme dan ideologi Islam radikal dari asalnya; mempromosikan proses transisi ke demokrasi dan pembangunan ekonomi di kawasan; menghalangi menyebarnya pengaruh Iran dan partner beserta proksinya, memastikan ketersediaan minyak dan gas dengan harga yang masuk akal, menyelesaikan konflik Arab – Israel melalui proses negosiasi, dan melindungi keamanan Israel. 82 file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674-introduction%20(5).pdf 63 Beragam kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah yang disebutkan di atas, dapat diidentifikasi beberapa kepentingan Amerika Serikat yang berpotensi terancam dengan adanya konflik di Suriah. Adapun kepentingan tersebut adalah mencegah proliferasi senjata pemusnah masal, memerangi terorisme, menghalangi menyebarnya pengaruh Iran dan Rusia di Suriah, serta menjaga keamanan Israel yang juga berpotensi untuk terganggu dengan adanya pergolakan di Suriah.83 B. Politik dan Pemerintahan Rusia Federasi Rusia (Bahasa Rusia: Росси́йская Федера́ция, Alihaksara: Rossiyskaya Federatsiya) atau lebih dikenal dengan sebutan Rusia (Bahasa Rusia: Росси́я, alihaksara: Rossiya:bahasa Tatar:Рәсәй), merupakan sebuah negara yang membentang dengan luas disebelah timur Eropa dan utara Asia. Dengan wilayah seluas 17.075.400 km², Rusia merupakan negara terbesar di dunia. Wilayahnya kurang lebih dua kali wilayah Republik Rakyat Cina (Tiongkok; RRC), Kanada atau Amerika Serikat. Penduduknya menduduki peringkat ketujuh terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Indonesia, Brasil, dan Pakistan. Negara ini pernah menjadi negara bagian terbesar Uni Soviet. Rusia adalah ahli waris utama Uni Soviet negara ini mewarisi 50% jumlah penduduk, 2/3 luas wilayah, dan kurang lebih 50% aset-aset ekonomi dan persenjataannya.84 Rusia sendiri menganut sistem pemerintahan semipresidensial, sistem Semipresidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem 83 Ibid., “Sejarah awal berdirinya negara Rusia” dalam, http://kolomsejarahdunia.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-awal-berdirinya-negara-rusia.html Diakses 22 april 2016 84 64 pemerintahan Presidensial dan Parlementer.Terkadang, sistem ini juga disebut dengan Dual Eksekutif (Eksekutif Ganda). Dalam sistemini, Presiden dipilih oleh rakyat sehingga memiliki kekuasaan yang kuat. Presiden melaksanakan kekuasaan bersama-sama dengan perdana menteri.Yang membuat rusia mempunyai sistem semipresidensial adalah karna Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat. Dan juga karna rusia Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahansedangkan kepala Negara dikepalai oleh presiden, serta menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif dan Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.85Sistem politik Rusia sendiri terdiri dari sebuah cabang Eksekutif, cabaang Legislativ Bicameral, dan yang berada di posisi paling rendah adalah Duma dan cabang Yudikatif. Presiden adalah kepala Negara memiliki kekuatan yang signifikan seperti membuat keputusan Eksekutif. Pada masa pemerintahan Vladimir Putin, Rusia tidak memiliki pemilu dan pemisahan kekuasaan sebagaimana didefinisikan dalam konstitusi. Oleh karena itu realitas politik Rusia dianggap jauh dari demokratis. Ditambah lagi dengan adanya pengadilan yang tidak independen dan cabang Eksekutif yang sangat melebihi cabang lainnya, telah mengakibatkan timbulnya suatu enigma tidak adil dan bebas pada perpolitikan di Rusia.86 1. Kebijakan Luar Negeri Rusia di Timur Tengah 85 “bentuk dan sistem pemerintahan Rusia” dalam, http://www.demonkila.tk/bentukdan-sistem-pemerintahan-rusia-dem.xhtml Diakses 22 April 216 86 “sistem politik Rusia dan Perancis” dalam, http://mabert91.blogspot.co.id/2010/12/sistem-politik-rusia-dan-perancis.html Diakses 22 April 2016 65 Seperti kita ketahui Rusia adalah Negara yang bisa dikatakan Pro-Timur tengah dengan bukti keterlibatan-keterlibatannya terhadapa Negara-negara di timur tengan seperti Iraq, Iran, Israel, Palestina, dan Suriah, kebijakan-kebijakan Rusia terhadap Timur Tengah cukup signifikan. Kebijakan-kebijakan kersama sama terhadap Timur Tengah ditunjukkan Rusia degan bekerjasama dengan Israel terhadap keamanan di Timur Tengah. Pemerintah Rusia dilaporkan ingin terus melakukan kerjasama militer dengan Israel. Hal ini dilakukan karena Rusia ingin membantu menjaga keamanan dan membantu menstabilkan situasi di kawasan tersebut. Melansir Sputnik, Rabu (31/12/2014), layanan pers Kremlin menyatakan, keinginan tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Vladimir Putin, saat dirinya mengucapkan selamat tahun baru kepada Perdana Menteri Israel, Bejamin Netanyahu.87 Dan dengan Iran Rusia sendiri bekerjasama dalam bidang Nuklir,karena Rusia merupakan bekas Soviet yang memiliki stok dan teknologi yang tinggi untuk menciptakan senjata, Rusia juga sudah memiliki pasarnya sendiri. Dan dikarenakan membeli senjata dengan Rusia tidak harus melewati banyak aturan tidak seperti jika membeli senjata melalui AS atau NATO dengan segala standar penggunaan senjata. Rusia pun memiliki pasar nya sendiri, salah satunya adalah Iran. Iran merupakan negara yang secara letak geografis dekat dengan Rusia terjalinnya kerjasama tidak hanya dalam bidang persenjataan namun juga dalam bidang energi Iran merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di Timur 87 “bantu keamanan di Timur Tengah Rusia ingin kerjasama dengan Israel” dalam, http://international.sindonews.com/read/944584/41/bantu-keamanan-di-timur-tengah-rusiaingin-kerjasama-dengan-israel-1420031173 Diakses 25 April 2016 66 Tengah dan letaknya yang berdekatan dengan Rusia membuat hubungan yang terjalin semakin erat.88 Empat hal kebijakan-kebijakan Rusia terhadap Timur Tengah: a. Dimulainya Operasi Militer di Timur Tengah Angkatan Udara Rusia yang memulai operasi militer melawan organisasi-organisasi Islam radikal di Suriah pada akhir September lalu mengejutkan sebagian besar pengamat. Hingga sekarang, mereka masih belum sepakat mengenai alasan yang memicu keputusan tersebut. Pakar menilai, keputusan Moskow bisa jadi didasari sejumlah faktor, atau kombinasi dari hal-hal berikut: (1) kegagalan pasukan koalisi yang dipimpin AS, (2) upaya untuk mendorong dialog politik di Suriah; dan (3) kekhawatiran bahwa jika Rusia gagal bertindak cepat, zona larangan terbang akan diberlakukan di Suriah, seperti di Libya. b. Penembakan sukhoi(SU 24) Turki datang ke garis depan, saat membahas penyelesaian isu Suriah, setelah negara tersebut menembak jatuh pesawat pengebom Rusia Su-24 di dekat perbatasan Suriah-Turki pada Selasa (24/11). Setelah insiden tersebut, hubungan antara kedua negara memburuk.Media mulai membicarakan kemungkinan konflik bersenjata antara Rusia dan negara NATO tersebut, dan bahkan dengan blok itu secara keseluruhan. Namun, Moskow memilih untuk tak merespon secara militer, melainkan memberi sanksi ekonomi terhadap Ankara. Reaksi keras yang diambil oleh pemimpin Rusia berakar dari fakta 88 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318355-S-Zhahwa%20Chadijah%20Ramadhani.pdf 67 bahwa Moskow sepenuhnya sadar bahwa aksi Turki jelas merupakan provokasi yang direncanakan. Situasi terkait insiden tersebut membuat pakar Rusia yakin bahwa ini merupakan gestur demonstratif Turki yaitu sebuah langkah politik yang terencana. Presiden Turki Tayyip Erdoğan hendak mendemonstrasikan ‘semacam tinju besi’ untuk memperkuat popularitasnya di kalangan masyarakat Turki, kata Elena Suponina, Orientalis dan pakar di Russian Institute for Strategic Studies.Erdoğan mencoba memosisikan dirinya sendiri sebagai pelindung Turkoman. Dengan menembak jatuh pesawat Rusia, pemimpin Turki tersebut menunjukkan bahwa orang-orang itu, di luar fakta bahwa mereka pendukung rezim Assad atau oposisi radikal, akan jatuh di bawah perlindungan Turki, kata Kortunov.Selain hubungan Rusia-Turki, korban lain dari konflik antara Ankara dan Moskow, menurut para pakar, adalah upaya untuk menciptakan koalisi internasional sesungguhnya melawan ISIS. Namun, para pakar menegaskan bahwa pembuatan koalisi semacam itu memang sulit, karena adanya beragam pandangan dalam isu terkait pemain utama di Timur Tengah. c. Kesepakatan Gencatan Senjata di MINSK 2 Karena kehadiran krisis Suriah, masalah di Donbass mulai surut ke belakang. Namun, krisis Ukraina masih menjadi hal utama dalam agenda kebijakan luar negeri Rusia pada 2015. Tahun depan, situasi di Donbass akan tetap relevan, meski sekarang tengah mereda.Penyelesaian krisis di Donbass dilakukan di bawah slogan 'perlunya mengobservasi Kesepakatan Minsk 2' yang dicapai di Minsk pada 12 Februari 2015. Kala itu, setelah negosiasi berjam-jam, pemimpin Rusia, Jerman, Prancis, dan Ukraina menyepakati 68 langkah-langkah dasar yang dapat mengarah pada gencatan senjata dan dimulainya proses damai di Ukraina tenggara.Namun meski terdapat Kesepakatan Minsk 2, pertempuran, penembakan, meski dengan intensitas yang lebih rendah, tetap berlanjut hingga akhir musim panas. Donbass mulai tenang pada September lalu. d. Kesepakatan Terkait Iran Kesepakatan terkait program nuklir Iran, yang dicapai pada pertengahan Juli lalu, bukan hal yang tak terduga. Banyak kesepakatan fundamental antara enam negosiator (Lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman) serta Iran disepakati kembali pada April.Pada Juli lalu, semua pihak berhasil mencapai kompromi akhir yang saling menguntungkan dan dapat diterima. Kesepakatan tersebut dicapai antara P5+1 dan Iran, termasuk pencabutan sanksi terhadap Iran sebagai balasan atas pembatasan pengembangan program nuklir Iran, yang diyakini Barat ditujukan untuk mengakusisi senjata nuklir.Peran yang dimainkan Rusia dalam kesepakatan ini mengejutkan para pemimpin Barat. “Mereka terkejut bagaimana Putin dan Pemerintah Rusia mampu membelah diri dalam dua isu utama, yaitu Iran dan Ukraina. Kitatak akan pernah mencapai kesepakatan ini jika bukan karena kesiapan Rusia untuk bekerja sama dengan anggota P5+1 lainnya guna mencapai penyelesaian yang baik,” kata Presiden AS Barack Obama. Pakarmenegaskan bahwa Iran sangat penting bagi Rusia, dalam konteks 69 membentuk kebijakan ekonomi internasional dan luar negeri yang multivektor.89 2. Kepentingan Nasional Rusia di Timur Tengah Pada dasarnya politik luar negeri merupakan Action Theory, politik luar negeri suatu negara ditujukan untuk mencapai suatu kepentingan tertentu terhadap negara lain. Politik luar negeri merupakan suatu tindakan, sikap atau arahan suatu negara untuk mencapai kepentingan dinegara lain. Dapat dilihat kepentingan nasional Rusia di Timur Tengah adalah sebagai berikut: a. Kepentingan Ekonomi Ekonomi sebagai faktor sebuah kepentingan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas perekonomian negara, industri, dan perdagangan negara. Baik-buruk ekonomi suatu negara berpengaruh terhadap keseluruhan negaranya. Cara yang dilakukan sebuah negara untuk meningkatkan perekonomian mereka adalah dengan cara ekspor-impor dan mendapatkan kekayaan alam dari negara lain. Kekayaan alam tersebut seperti, pangan, minyak dan gas alam. Dilihat dari teori tersebut adanya kepentingan Rusia di Suriah untuk meningkatkan perekonomian Rusia yang menyebabkan Rusia sangat membela pemerintahan Assad. Kepentingan tersebut adalah adanya impor persenjataan yang dilakukan Rusia sejak zaman pemerintah Hafez Alasad demi meningkatkan industri dan perekonomian Rusia. 89 http://indonesia.rbth.com/politics/2015/12/11/lima-hal-kunci-dalam-kebijakan-luar-negerirusia-di-2015_549567 70 b. Kepentingan Keamanan dan Pertahanan Kuat atau lemahnya suatu negara dilihat dari segi keamanan suatu negara, sehingga kepentingan nasional lainnya yang relative sering dicari oleh negara-negara adalah keamanan untuk mempertahankan keutuhan negara dan kesejahteraan masyarakat. Keamanan dan pertahanan ini dapat diperoleh dengan cara meningkatkan pangkalan militer, teknologi dan kualitas angkatan senjata. Jika keamanan dan pertahanan suatu negara tercapai maka negara tersebut dapat menciptakan Balance of Power atau keseimbangan kekuatan. Rusia memiliki pelabuhan pangkalan militer di Tartus sejak masa pemerintahan Uni Soviet, dipangkalan militer milik Rusia itu juga terdapat kapal induk milik Rusia yang digunakan sebagai pertahanan militer Rusia di wilayah Timur Tengah. Pangkalan tersebut juga merupakan pangkalan yang digunakan untuk memasok persenjataan ke Suriah sejak lama bahkan pihak militer Rusia juga mengadakan pelatihan-pelatihan militer bagi tentara Suriah. c. Kepentingan Ideologi Kepentingan ideologi adalah kepentingan yang bertujuan untuk dapat melindungi dan mempertahankan ideologi suatu negara dari pengaruh ideologi bangsa lain, banyak negara-negara di dunia sekarang yang menyaring ideologi bangsa asing dan melihat dampak positif nya untuk keuntungan negara nya sendiri. Dalam penelitian ini, hanya ditemukan dua unsur kepentingan nasional yang ingin didapatkan dan dipertahankan Rusia terhadap Suriah. Kepentingan nasioanal tersebut merupakan kepentingan ekonomi dan militer. 71 C. Perkembangan Pasang Surut Hubungan AS-Rusia Sejak berakhirnya perang dingin, Rusia yang merupakan pewaris takhta dari Uni Soviet tidak begitu diperhitungkan dalam politik luar negeri Amerika Serikat. Hubungan antara kedua negara bahkan sempat memasuki masa suram di masa pemerintahan George W. Bush. Amerika secara sepihak menarik diri dari perjanjian Anti Ballistic Missile Treaty agar bisa membangun sistem pertahanan rudal yang dekat dengan perbatasan Rusia dan berencana untuk memasukkan negara bekas anggota blok Timur seperti Ukraina dan Georgia ke dalam NATO.90 Kedua Negara Super Power ini selalu menunjukkan ketegangan dan membuat hubungan kedua Negara ini menjalani fase pasang surut hubungan baik dari segi politik, ekonomi,dan keamanan. Pada masa perang dingin meski tidak ada kontak fisik langsung antara Rusia dan AS dan sekutunya namun mereka selalu terlibat pada beberapa perang di negara lain dengan menyuplai senjata bahkan tentara. Perang Korea di awal tahun 50an yg memecah Korea jadi dua negara dan masih panas hingga kini. Jika AS tidak menurunkan tentaranya hampir pasti seluruh Korea jatuh ke tangan Komunis. Kemudian pada tahun 1961 dunia di ambang Perang Nuklir dipicu oleh pengiriman rudal Soviet ke Kuba sebagai upaya melindungi Kuba dari serangan AS menyusul insiden Teluk Babi. Moncong moncong rudal telah diarahkan ke daratan AS. Krisis yang dikenal dengan Krisis Rudal Kuba berakhir setelah Presiden Kennedy memberi jaminan ke Kruschev bahwa AS tidak akan menyerang 90 “Urgensi As Rusia reset relations bagi Amerika Serikat dalam, https://mirfana.wordpress.com/2013/07/13/urgensi-u-s-russia-reset-relations-bagi-amerikaserikat/ Diakses 25 April 2016 72 negerinya Fidel Castro tersebut. Kemudian Perang Vietnam yang berakhir dengan jatuhnya Vietnam Selatan yang didukung AS ke dalam dekapan Vietnam Utara yang komunis. Kehadiran ribuan pasukan AS tak bisa menyelamatkan Saigon -kemudian menjadi Ho Chi Minh City- jatuh dan terpaksa menarik pulang pasukannya. Perang Afghanistan yang berakhir dengan hengkangnya Uni Sovyet diusir pasukan Mujahidin yang mendapat supply senjata dari Amerika. Rudal Stinger banyak memakan korban helikopter dan tank Soviet. Belum lagi beberapa konflik di Timur Tengah dan Amerika Latin selalu menghadirkan dua kekuatan adi daya tersebut.91 Manuver-manuver politik yang dilakukan Amerika Serikat di Negara bekas bentukan Uni Soviet sangatlah terasa pada masa Russia mengalami kejatuhan ekonomi. Amerika Serikat yang semula berniat membantu perekonomian Russia malah memilih sibuk mencari simpati NegaranegaraEropa Timur, bekas pecahan Uni Soviet. Upaya yang dilakukan Amerika Serikat seperti ingin menciptakan sebuah garis antara Negara-negara di Eropa dengan Russia. Russia tentu geram dengan hal demikian. Secara geopolitik, Russia masih memiliki rasa keakuan terhadap Negara-negara pecahan dari Uni Soviet. Mengapa demikian? Sebagian Negara pecahan Uni Soviet merupakan Negara dimana penduduknya terdiri dari beberapa etnis dan bangsa Russia. Implikasinya adalah terdapat otonomi khusus yang diberikan kepada kelompok etnis yang terafiliasi kuat terhadap Russia. Seolah perlakuan seorang Ibu terhadap anaknya, Russia menjadi sosok yang mengayomi dan 91 “mengenang Uni Soviet Negara nadikuasa yang telah binasa” dalam, http://www.kompasiana.com/busroni/mengenang-uni-soviet-negara-adi-kuasa-yang-telahbinasa_551b3fb2a33311e621b65e0a. Diakses 25 April 2016 73 melindungi kepentingan Negara-negara dan wilayah otonom yang masih memiliki identitas Russia yang kuat. Hal sedemikian rupa bisa jadi dianggap sepele oleh sebagian besar orang. Hanya saja, perlu diingat bahwa rakyat punya hak untuk menentukan identitasnya baik secara politik maupun kultural dan ketika sebagian masyarakat di Negara pecahan Uni Soviet merasa bahwa mereka lebih pantas bernaung di bawah paying Russia, sepatutnya tidak ada lagi yang campur tangan di dalamnya. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi semudah itu. Lantas, apa reaksi Amerika? Pernyataan perang bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, bahkan untuk Negara sekuat Amerika sekalipun. Hal yang sama juga berlaku pada Russia.92 Itulah mengapa kita masih mendengar istilah Perang Dingin, seolaholah perang benar-benar terjadi. Perang Dingin tak lebih dari sekedar ide yang dikonstruk untuk menjustifikasi secara tersembunyi maneuver politik yang dilakukan Amerika di Eropa. Amerika Serikat membujuk dengan lihai melalui tangan-tangan ekonomi kapitalistik dan perlindungan keamanan. Tak lain penyebabnya adalah sebuah rasa tidak aman akan bangkitnya Russia. Amerika akan dengan sangat kugas mendukung kesiapan Negara pecahan Uni Soviet untuk bergabung dengan kekuatan ekonomi Uni Eropa dan keamanan bersama NATO. Begitu pula dengan reaksi Amerika Serikat apabila Russia kembali mengencangkan pengaruhnya di dataran Eurasia, Amerika Serkat akan menjatuhkannya dengan dalih pelanggaran kedaulatan. Hal yang sangat disayangkan adalah kepemimpinan Vladimir Putin terkadang goyah. Dia 92 “kembalinya Rusia dalam rivalitas terhadap Amerika Serikat” dalam, https://www.facebook.com/notes/bandung-school/hi-di-amerika-kembalinya-russia-dalamrivalitas-terhadap-amerika-serikat/10152803897218438 Diakses 25 April 2016 74 memimpin Russia dengan banyak kaum pro-Barat, pro-liberal, dan proAmerika di sekitarnya. Namun, Russia telah menunjukkan sikap tegas dalam beberapa keputusan yang diambilnya sebagai sebuah bentuk penolakan akan hadirnya Amerika Serikat di tengah halaman rumah Russia. Russia, dengan Pax Russica, percaya bahwa dominansi Amerika Serikat bisa dikalahkan dengan bersatunya kembali Negara pecahan Uni Soviet tanpa mengurangi rasa hormat atas kemerdekaannya. Russia akan menjalin kerjasama kuat dalam beberapa bidang, seperti ekonomi, keamanan, politik, dan pertahanan. Russia juga akan berapa pada garis terdepan dalam manghalau Negara pecahan Uni Soviet bergabung dengan Uni Eropa ataupun NATO. Dua contoh peran aktif Russia dalam membendung kekuatan Amerika Serikat adalah keberadaan Russia dalam konflik di South Ossetia, Georgia, dan di Crimea, Ukraina.93 1. World War Perang Dunia pertama terjadipada 28 Juli 1914 sampai 11 November1918, Perang ini pada akhirnya diikutioleh 4 (empat) Negara melawan kuranglebih 45 (empat puluh lima) Negara.Perang terjadi di Eropa, Afrika, Timur Tengah, Cina, Kepulauan Pasifik jugaAmerika Selatan.Perang Dunia Pertama atau dalam bahasa inggris disebutGreat War, War of the Nations danWar to End All Wars‖.Perang ini menjadisimbol pecahnya orde dunia lama, yaitu monarki absolutisme di Eropa. Perangini juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan menginspirasi revolusi 93 Ibid., 75 lainnyadi negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba, dan akan menjadi basis bagiPerang Dingin antara Uni Soviet dan AS.94 2. Perang Dingin (Cold War) Perang dingin (Cold War) adalah sebuah era dimana terjadi konflik, ketegangan dan kompetisi antara dunia negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang tersebut terjadi antara tahun 1947 – 1991. Awalnya Amerika Serikat dan Uni Soviet dulunya bersekutu melawan Jerman saat Perang Dunia II. Namun setelah perang berakhir, Amerika Serikat dan Uni Soviet mengalami perbedaan yang justru menjadi pertentangan antar kedua negara tersebut. Pertentangan demi pertentangan yang terjadi antar dua negara tersebut menimbulkan persaingan. Persaingan antar keduanya menyangkut berbagai bidang seperti bidang ekonomi, politik, koalisi militer, industri, pengembangan teknologi, pertahanan, persenjataan, dan lain-lain. Dikabarkan bahwa perang dingin ini akan berakhir dengan nuklir namun nyatanya tidak terjadi.95 Perang Dingin sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut. Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun 94 “sejarah perang dunia 1” dalam, https://id.scribd.com/doc/111636286/SejarahPerang-Dunia-1 diakses 25 April 2016 95 “makalah Sejarah Perang dingin” dalam, https://bacaanmenarikku.com/2015/10/11/makalah-sejarah-perang-dingin/ Diakses 29 April 2016 76 “pertahanan” terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin termasuk (dari beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika Selatan.96 Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur Tengah juga telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Namun ada pula masa-masa di mana ketegangan dan persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin mulai berakhir di tahun 1980-an ketika Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev meluncurkan program reformasi, perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni Soviet kehilangan kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa Timur dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1991. Latar belakang Setelah Perang Dunia II berakhir, muncul beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Peristiwa-peristiwa itu antara lain yaitu: Pertama, Amerika Serikat muncul sebagai salah satu negara pemenang perang di pihak Sekutu. Peran Amerika Serikat sangat besar membantu negara-negara Eropa Barat untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya setelah Perang Dunia II. Kedua, 96 “Sejarah terjadinya perang dingin Amerika vs Uni Soviet. Dalam, https://adekabang.wordpress.com/2011/05/24/sejarah-terjadinya-perang-dingin-amerika-vs-unisoviet/ Diakses 29 April 2016 77 Uni Soviet juga muncul sebagai negara besar pemenang perang dan berperan membangun perekonomian negara-negara Eropa Timur. Ketiga, munculnya negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II di wilayah Eropa. Perang Dunia II yang berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu tidak terlepas dari peran Uni Soviet, Uni Soviet membebaska Eropa Timur dari tangan Jerman. Sambil membebaskan Eropa Timur dari tangan Jerman, Uni Soviet mempergunakan kesempatan itu untuk meluaskan pengaruhnya, dengan cara mensponsori terjadinya perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur seperti di Bulgaria, Albania, Hongaria, Polandia, Rumania, dan Cekoslowakia, sehingga negara-negara tersebut masuk kedalam pengaruh pemerintahan komunis Uni Soviet. Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup berarti setelah Perang Dunia II.97 Kerjasama diplomatik dengan 52 negara terbentuk pada saat itu. Uni Soviet pun turut serta dalam Konferensi Paris tahun 1946, untuk membahas nasib negaranegara bekas sekutu Jerman seperti Italia, Bulgaria, Hungaria, Rumania, dan Finlandia. Amerika Serikat bersama Uni Soviet juga memprakarsai berdirinya PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan anti-Fasis lainnya. Namun kemesraan hubungan negara-negara yang tergabung dalam koalisi anti-Fasisme itu tidak bertahan lama dan semulus yang diharapkan. Pada tahun 1946, Stalin yang mengusung ide “Komunisme Internasional” (Komintern) menuduh Inggris dan Amerika Serikat melancarkan kebijakan-kebijakan internasional yang agresif. Tuduhan ini dijawab oleh Perdana Menteri Inggris dengan menentang kekuatan yang disebutnya “Komunis Timur”, yang akhirnya membelah sistem perpolitikan 97 Ibid., 78 internasional menjadi dua. Periode 1945-1969 Berakhirnya Perang Dunia II telah mengubah perkembangan politik dunia. Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara pemenang perang muncul menjadi kekuatan raksasa. Dua negara tersebut memiliki perbedaan ideologi, Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis, sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis.98 Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan diantara keduanya, namun kemudian muncul antagonisme diantara mereka. Ada dua karakter pada periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan kekuatan militer yang sangat kuat dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan musuhnya dengan senjata atom. Sehingga dalam periode ini muncul hal-hal sebagai berikut: Doktrin Pembendungan Bulan Februari 1946, Stalin memberikan pidato yang berbicara tentang “tak terhindarnya konflik dengan kekuatan kapitalis”. Dia mendesak rakyat Soviet untuk tidak terperdaya dengan berakhirnya perang yang berarti negara bisa santai. Sebaliknya perlu mengintensifkan usaha memperkuat dan mempertahankan tanah air. Tidak lama setelah munculnya tulisan George F Kennan, diplomat di Kedubes AS di Uni Soviet, yang memaparkan tentang kefanatikan Uni Soviet, Presiden Harry S Truman mendeklarasikan apa yang kemudian disebut Doktrin Truman. Doktrin ini menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar negeri AS sebagai cara untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga merekrut sekutusekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Lingkungan Pengaruh dan Pembentukan Blok Ketidakmampuan sebuah negara adidaya memelihara ”lingkungan 98 Ibid., 79 pengaruh” diinterpretasikan sebagai akibat dari program global negara adidaya yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para pemimpin AS menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet menaklukan dunia. Begitu pula ketika AS membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni Soviet menilainya sebagai bagian dari usaha AS untuk mendominasi dunia. Perebutan lingkungan pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan sebuah pola yang bipolar.99 AS dan sekutunya merupakan satu polar, sedangkan di polar (kutub) yang lain muncul Uni Soviet dengan sekutunya. Amerika Serikat dan sekutunya membentuk Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4 April 1949 di Washington, AS. Apabila salah satu anggota NATO diserang, maka serangan itu dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Di pihak lain, Uni Soviet dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa (Warsawa Pact) pada tanggal 14 Mei 1955 di Praha-Cekoslowakia atas dasar ”Pact of Mutual Assistance and Unified Command”. Di berbagai kawasan pun muncul blok-blok yang memihak salah satu negara adidaya, di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada tanggal 8 September 1954 di Manila, Philipina . SEATO ditujukan untuk menahan pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Sebagai salah satu organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia Tenggara malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS. Di kawasan Timur Tengah juga dibentuk Organisasi Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty 99 Ibid., 80 Organization/METO). Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan RRC pada tahun 1950 untuk menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai negara di bawah kendali AS. Serta pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi lain, kegiatan spionase juga turut mewarnai Perang Dingin. KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti), dinas rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central Intelligence Agency), dinas rahasia AS selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut negara-negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif mengenai lawannya sendiri. Periode 1969-1979 Richard Nixon Hubungan Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan drastis dengan terpilihnya Richard Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat keamanannya, Henry A. Kissinger, Richard Nixon menempuh pendekatan baru terhadap Uni Soviet pada tahun 1969. Tidak disangka, ternyata Uni Soviet juga sedang mengambil pendekatan yang sama terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut détente (peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi politik luar negeri, détente dijelaskan Kissinger sebagai upaya menciptakan kepentingan tertentu dalam kerjasama dan perbatasan, sebuah lingkungan dimana kompetitor dapat meregulasi dan menghambat perbedaan diantara mereka dan akhirnya melangkah dari kompetisi menuju kerjasama. Sebagai langkah lebih lanjut, pada 26 Mei 1972 Presiden Richard Nixon dan Leonid Brezhnev menandatangani Strategic Arms Limitation Treaty I (SALT I) di Moskow. SALT I berisi kesepakatan untuk membatasi persediaan senjata-senjata nuklir strategis/Defensive Antiballistic Missile System. SALT I juga berisi kesepakatan untuk membatasi jumlah misil 81 nuklir yang dimiliki oleh kedua belah pihak, sehingga Uni Soviet hanya diijinkan untuk memiliki misil maksimal 1600 misil, dan AS hanya diijinkan memiliki 1054 misil. Periode 1979-1985 Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet tidak kuat lagi untuk menjalani détente. Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun menduduki Afghanistan yang sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet masuk kesana untuk membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang reaksi keras dari pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni Soviet di Afghanistan mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling serius sejak Perang Dingin dimulai. Lalu akhirnya muncullah Doktrin Carter yang menyatakan bahwa AS berkeinginan untuk menggunakan kekuatan militernya di Teluk Persia. Setelah Reagan mengambil alih jabatan presiden, dia juga melancarkan Doktrin Reagan yang mendukung pemberontakan anti-komunis di Afghanistan, Angola, dan Nikaragua. Para pemberontak ini bahkan diberi istilah halus ”pejuang kemerdekaan” (freedom fighters). Bahkan AS juga berbicara tentang kemampuan nuklirnya, termasuk ancaman serangan pertama. Tapi walaupun di periode ini terjadi ketegangan yang memuncak antara AS dan Uni Soviet, ternyata masih bisa terjadi perjanjian SALT II (Strategic Arms Limitation Treaty II) pada pertengahan 1979 di Vienna. Pada saat itu Carter dan Brezhnev setuju untuk membatasi kepemilikan peluncur senjata nuklir maksimal 2400 unit, dan maksimal 1320 unit Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle (MIRV). Dan juga Perjanjian Pengurangan Senjata-senjata Strategis (Strategic Arms Reduction Treaty/START) pada tahun 1982 yang berisi kesepakatan untuk memusnahkan senjata nuklir yang berdaya jarak menengah. Walaupun sudah banyak dilakukan perjanjian-perjanjian 82 pembatasan dan/atau pengurangan senjata nuklir, namun berdasarkan data pada tahun 1983 ternyata Uni Soviet memiliki keunggulan yang cukup besar dibandingkan dengan Amerika Serikat. Periode 1985-1991 Mikhail Gorbachev Pada Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya, pada tahun 1987 dia berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya ke dalam sebuah forum dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989 seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan. Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis dalam negeri. Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov (Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri). Namun ternyata kudeta itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet. Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991. Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet. Pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah- 83 pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS.100 D. Perbandingan Kekuatan dan Kemampuan Militer (As-Rusia) Rusia dan Amerika, dua negara adidaya yang yang menjadi rival sejak dulu. Rusia sebagai anak terbesar dari Uni Soviet tentulah mewarisi sebagian besar kekuatan Uni Soviet di masa lalu. jika antara Rusia dan Amerika terjadi perang mungkin inilah saat yang ditunggu Amerika untuk mengulang kesuksesan di masa lalu dalam melawan Uni Soviet dan hal ini tentu akan menjadi ajang pembuktian bagi Rusia untuk menunjukan kekuatan sang pewaris terbesar Uni Soviet.101 Rusia dan Amerika hingga saat ini terus bersaing untuk menjadi Negara yang paling berpengaruh di dunia, Rusia tidak pernah tinggal diam, pelan-pelan rusia membangun kekuatan militer nya untuk menyamai bahkan melebihi armada kekuatan militer Amerika saat ini. Untuk itu mari kita simak perbandingan kekuatan militerantara Amerika dan Rusia di tahun 2015-2016 sesuai dengan data yang dihimpun oleh GlobalFirePower. 100 Ibid., https://teknooksigen.wordpress.com/2015/06/18/analisis-perang-rusia-vsamerika/comment-page-1/ 101 ini, 84 Perbandingan Kekuatan Militer Amerika vs Rusia (Versi GFP) Country No Field Amerika Rusia GFP Rank 1 World Rank 2 PwrIndx 1 (dari 126) 2 (dari 126) 0.1663 0.1865 Man Power 1 Total Population 320,202,220 142,470,272 2 Available Manpower 145,212,012 69,117,271 3 Fit for Service 120,022,084 46,812,553 4 Reaching Military Age Annually 4,217,412 766,055 5 Active Frontline Personnel 1,400,000 110,000 6 Active Reserve Personnel 1,100,000 2,485,000 8,848 15,398 41,062 31,298 Land Systems 1 Tanks 2 Armored Fighting Vehicles (AFVs): 3 Self-Propelled Guns (SPGs) 1,934 5,972 4 Towed-Artillery 1,299 4,625 5 Multiple-Launch Rocket Systems 1,331 3,793 13,892 3,429 (MLRSs): Air Power 1 Total Aircraft 2 Fighters/Interceptors 2,207 769 3 Fixed-Wing Attack Aircraft 2,797 1,305 3 Transport Aircraft 5,366 1,083 4 Trainer Aircraft 2,809 346 5 Helicopters + Attack Helicopters 6,196 + 920 1,120 + 462 473 352 Naval Power 1 Total Naval Strength 2 Aircraft Carriers 20 1 3 Frigates 10 4 4 Destroyers 62 12 85 5 Corvettes 0 74 6 Submarines 72 55 7 Coastal Defense Craft 13 65 8 Mine Warfare 11 34 155,400,000 75,290,000 Logistical 1 Labor Force 2 Merchant Marine Strength 393 1,143 3 Major Ports and Terminals 24 7 4 Roadway Coverage 6,586,610 982,000 5 Railway Coverage 224,792 87,157 6 Serviceable Airports 13,513 1,218 7,441,200 bbl/day 10,580,000 bbl/day 19,000,000 bbl/day 3,200,000 bbl/day 20,680,000,000 80,000,000,000 bbl/day bbl/day $577.1 Billions 60.4 Billions $15,680 Billions $714.2 Billions $150.2 Billions $515.6 Billions $16,720 Billions $2,553 Billions Resource ( Petroleum ) 1 Oil Production 2 Oil Consumption 3 Proven Oil Reserves Financial ( USD ) 1 Defense Budget 2 External Debt 3 Reserves of Foreign Exchange and Gold 4 Purchasing Power Parity Perbandingan kekuatan armada dan komponen penunjang militer lain antara dua Negara super power USA (amerika) dan Rusia. Ini hanyalah analisa dan data yang dihimpun oleh GlobalFirePower. 1. Kemampuan Militer Amerika Serikat Amerika Serikat adalah satu-satunya negara adikuasa yang ada di dunia setelah runtuhnya Uni Soviet. Amerika dengan sejarahnya yang begitu panjang, memiliki hereditas tersendiri bagi kehidupan politik dunia, ditambah dengan 86 dominasi dan hegemoninya terbukti dapat memaksimalkan daya tawarnya yang begitu tinggi dalam mengatur kebijakan-kebijakan luar negerinya bagi negara laindemi kepentingannya, bahkan Amerika tidak segan-segan untuk menerapkan standar ganda demi memenuhi kepentingan nasionalnya.102 Sudah lazim orang menganggap Amerika satu superpower, sekurangkurangnya superpower militer. Akan tetapi Emmanuel Todd, seorang pakar ilmu pengetahuan Perancis berpendapat lain. Bukunya. yang berjudul Apres l’empire. Essai sur la decomposition du systeme Americain (Editions Gallimard, Paris 2002) telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Dalam versinya yang bahasa Jerman, yaitu Weltmacht USA, ein Nachruf yang telah diterbitkan Piper Verlag GmbH, Munchen pada tahun 2003, Emmanuel Todd menulis bahwa Amerika bukan superpower , baik dalam ekonomi maupun militer.. Tentang ekonomi cukup disampaikan di sini bahwa Todd menilai besarnya ketergantungan Amerika kepada bangsa-bangsa lain dalam berbagai aspek ekonomi sebagai indikasi bahwa Amerika bukan satu superpower ekonomi yang mengungguli ekonomi dunia. Untuk membahas pandangan Todd bahwa Amerika bukan superpower militer perlu kita telaah pokok-pokok argumentasi Todd. Ia mengatakan bahwa bangsa Amerika mempunyai kelemahan struktural dalam bidang militer. Dalam sejarahnya bangsa Amerika tidak pernah beradu kekuatan dengan musuh yang sama kekuatannya. Dimulai dengan perangnya yang asimmetris dengan suku-suku 102 https://www.facebook.com/chevrevolver/posts/267965156591392:0 87 Indian. Juga dalam Perang Dunia II AS berhadapan dengan Jerman yang tinggal runtuh karena pukulan berat oleh tentara Uni Soviet.103 Setelah melakukan pendaratan di Normandie Amerika melakukan operasi militer yang tidak seimbang dengan keunggulannya dalam material dan jumlah manusia. Todd mengemukakan pendapat Liddell Hart, pakar strategi dan sejarah militer Inggeris, yang mengatakan betapa lambat dan birokratis cara bergeraknya tentara AS di darat. Keunggulan Amerika di laut dan udara memang sangat besar sebagai hasil kekuatan industrinya. Setelah memenangkan pertempuran laut Midway, perang AS lawan Jepang mirip perangnya dengan Indian. Keunggulan material dan logistik AS terlalu besar dan Jepang tidak mampu mengimbanginya. Akan tetapi lain halnya operasinya di darat. Setelah Perang Dunia II tampak jelas bahwa kekuatan darat Amerika kurang mampu untuk memenangkan perang. Di Korea keberhasilan hanya separoh, sedangkan di Vietnam gagal sama sekali.104 Padahal AS menghadapi negara yang kecil dan jauh lebih rendah kemampuan industrinya. Dalam tahun-tahun akhir ini AS mengembangkan konsep perang yang tidak atau seminimal mungkin mengakibatkan korban mati bagi orang Amerika. Cara berpikir demikian berakibat bahwa kemampuan operasi darat makin kurang dapat diandalkan. Sebab dalam operasi darat sukar untuk menghindari perjumpaan langsung dengan kekuatan lawan. Konsep AS tersebut didasarkan keunggulan teknologinya yang hendak dimanfaatkan semaksimal mungkin. Konsep itu. mengutamakan serangan udara yang bertujuan menghancurkan perlawanan musuh melalui pemboman udara dan pukulan dengan 103 “ kekuatan militer Amerika Serikat” dalam, http://septianmulyana.blogspot.co.id/p/kekuatan-militer-amerika-serikat.html 29 April 2016 104 Ibid., 88 peluru kendali. Teknologi precision guided munition (PGM) memungkinkan penembakan peluru kendali dengan perkenaan tepat pada jarak jauh. Di samping itu dikembangkan smart bombs atau bom yang perkenaannya tepat. Sedangkan untuk penentuan sasaran digunakan remote sensing atau peninjauan saksama ke seluruh wilayah dengan memanfaatkan satelit udara. Dilengkapi dengan aksi intelijen manusia yang dilengkapi sarana komunikasi untuk memungkinkan laporan instant dan dilanjutkan oleh serangan udara seketika. Dengan cara demikian diperkirakan bahwa musuh dapat dihancurkan dalam waktu tidak lama oleh serangan udara tanpa penggunaan kekuatan darat.105 Setelah musuh dihancurkan baru tentara darat bergerak ke daerah musuh untuk mengkonsolidasi kemenangan. Cara demikian diharapkan akan mengakibatkan korban minimal pada tentara AS. Akan tetapi konsep ini akan sukar dilaksanakan apabila musuh mempunyai kemampuan pertahanan udara yang efektif, kata Todd. Oleh sebab itu AS hanya akan berperang kalau menghadapi pihak lain yang lemah dan terbatas kekuatan militernya, terutama pertahanan udaranya. Untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa AS masih kuat dan kuasa diadakan penempatan pasukan AS dalam jumlah besar di luar negeri, antara lain di Jerman 60.053, Jepang 41.257, Korea Selatan 35.663, Italia 11.677, Inggeris 11.379, di Spanyol 3.575. Selain itu di daerah Balkan ada 13.774 dan di Timur Tengah 9.956 orang. Namun untuk mengadakan operasi militer AS tidak mempunyai kemampuan kongkrit yang sesuai dengan potensinya. Memang kapal-kapal induk AS (aircraft carrier) mampu bergerak leluasa di lautan dunia. Hal ini merupakan projection of power yang penting bagi supremasi politik. Akan 105 Ibid., 89 tetapi karena kurang kesediaan mengoperasikan kekuatan darat, maka AS kurang sanggup mengadakan konfrontasi militer terhadap lawan yang kekuatan militernya cukup besar. dan hanya bertindak terhadap pihak lain yang diyakini lemah.106 2. Kemampuan Militer Rusia Rusia memang negara besar nan merupakan saingan primer Amerika Perkumpulan di bidang militer. Berdasarkan data nan dihimpun oleh Dunia Fire Power tahun 2013, Rusia memiliki kekuatan militer nomor 2 di dunia. Sementara satu taraf di atasnya nan merupakan negara terkuat di dunia, masih dipegang oleh Amerika Serikat. Melalui kekuatan militernya, kini, setiap negara berlomba buat menguasai dunia. ari perspektif strategis militer, selama 15 tahun di bawah rezim Vladimir Putin Rusia telah bangkit dan muncul kembali sebagai kekuatan militer yang digdaya dan mampu mengimbangi kekuatan Barat. Selain membangun kekuatan darat dan udara yang berbasis nuklir, militer Rusia juga telah membangun kekuatan armada laut dengan kapal selam nuklirnya. Pada matra darat, Rusia telah menghadirkan tank Armata T-14 yang oleh kalangan analis militer dinilai merupakan tank terkuat dan paling mutakhir di dunia saat ini. Sementara itu, produsen senjata legendaris Kalashnikov telah memproduksi senapan serbu tercanggih dan mematikan, AK-74 M. Senapan terbaru ini diklaim 50 persen lebih akurat untuk menembak dalam jarak 300 meter dalam waktu apa pun dan kondisi cuaca apa saja, dengan akurasi dan presisi yang tinggi. Jika jumlah personel Angkatan Udara Rusia tercatat yang terbesar ketiga di dunia, Angkatan Darat Rusia memiliki 766 ribu pasukan reguler-organik, selain 2,5 juta 106 Ibid., 90 pasukan cadangan. Dengan demikian, pasukan darat reguler-organik Rusia merupakan yang terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok (2,3 juta), India (1,4 juta) dan Amerika Serikat (1,3 juta). Menyadari ketertinggalannya dari segi teknologi dibanding AS, sejak 2009 Rusia mendongkrak belanja militer secara spektakuler. Tahun 2015 Rusia menggelontorkan 3,2 triliun rubel atau setara dengan 4,5 persen dari PDB Rusia, yang dihabiskan untuk sektor pertahanan. Jumlah itu naik dari 3,6 persen dari PDB Rusia sejak Putin berkuasa pada tahun 2000.107 Kekuatan Laut Setelah cukup lama pasca Perang Dingin AS terkesan meremehkan kemampuan militer Rusia, kini mereka dikejutkan oleh kehadiran militer Rusia di Suriah yang percaya diri dan berkemampuan prima. Sebuah laporan Pentagon (Kementerian Pertahanan AS) menyingkap kekhawatiran Washington atas manuver-manuver mematikan armada militer Kremlin dalam memerangi ISIS di Suriah. Menurut laporan yang disusun George Fedoroff, pejabat ahli intelijen Angkatan Laut AS dan pemantau militer Rusia, yang berjudul “The Russian Navy: A Historic Transition”, kini AS "baru terjaga" setelah melihat gelar kekuatan Angkatan Laut Rusia di mandala Suriah, seperti dilaporkan Sputnik belum lama ini. Sebagai contoh, Oktober lalu Rusia meluncurkan rudal-rudal jelajah Kalibr-M dari kapal perang yang digelar di Laut Kaspia. Rudal itu melesat lebih dari 1.500 mil melintasi angkasa Irak dan Iran sebelum akhirnya menghajar basis teroris di Suriah. Pergerakan rudal itu dikabarkan mengejutkan AS. Menurut laporan Fedoroff, Rusia telah membuat "langkah besar" dengan membangun Angkatan Laut yang "sangat tangkas dan 107 “fenomena kebangkitan militer Rusia” dalam, http://indonesiasatu.co/detail/fenomena-kebangkitan-militer-rusia. Diakses 29 April 2016 91 mengesankan". Fedoroff mencatat, armada militer Rusia memiliki banyak kapal perang dan kapal selam, yang saat ini berjumlah 186 kapal. Dia juga memantau persenjataan Angkatan Laut Rusia yang patut dipertimbangkan AS. Menurut Fedoroff, AS telah lama meremehkan kemampuan militer Rusia sejak akhir Perang Dingin. Namun, kini untuk pertama kalinya dalam 24 tahun Pentagon mulai "memperhatikan kehebatan militer Rusia". Rupanya, dalam analisis Fedoroff, kemajuan dan pertumbuhan ekonomi Rusia yang kian stabil sejak 2000 memampukan negeri itu merevitalisasi militernya. Fedoroff menilai, manuver rudal jelajah Kalibr Rusia merupakan tanda meningkatnya kekuatan AL negeri itu.(Rudal) Kalibr berpijak pada platform sederhana, seperti (kapal perang jenis) korvet, dengan kemampuan ofensif yang signifikan. Perkembangan kemampuan AL Rusia sangat maju dan mampu menghalangi, mengancam atau menghancurkan target musuh,” tulis Fedoroff. Keunggulan Udara Sementara itu, kekuatan Angkatan Udara Rusia pun tak dapat dipungkiri kian menakutkan. Salah satu faktornya, negeri Beruang Merah itu memiliki lima pesawat tempur canggih yang sangat mematikan. Berikut ini pesawat tempur canggih Rusia sebagaimana dikutip dari laman nationalinterest.108 Sukhoi Su-27 Su-27 -- yang oleh NATO dijuluki Flanker -- merupakan jet tempur yang dibikin untuk mengimbangi jet tempur canggih AS F-16. Namun, ternyata Su-27 lebih unggul dalam hal kecepatan. Jet ini mampu meluncur dengan kecepatan 2.525 km/jam, sedangkan F-16 mencatat 2.200 km/jam. Pesawat tempur ni berkemampuan mengangkut rudal jarak menengah R-27R1 yang punya 108 Ibid., 92 daya ledak lumayan besar. Selain Vietnam, India dan Tiongkok, TNI AU kita pun sudah menggunakan Su-27 untuk memperkuat armada tempur udaranya. MiG-29 Jet tempur yang berjulukan Fullcrum ini mampu bermanuver "penuh gaya" dan sangat mengagumkan di angkasa. Para analis militer menilai, MiG-29 lebih lincah ketimbang Su-27 Rusia maupun F-16 AS. Pesawat ini mampu mengusung berbagai jenis peluru kendali, termasuk rudal AA-8 dan AS12 yang efektif dan cocok untuk menghancurkan objek di darat.Suriah, Kuba, Iran dan Korea Utara mengandalkan MiG-29 untuk mempertajam armada AU-nya. Sukhoi Su-35 Pesawat tempur Su-35 yang dijuluki Super Flanker ini diproduksi dalam rangka merespons tantangan era pasca Perang Dingin. Sebagai pengembangan dari Su-27, jet tempur canggih ini mampu mengangkut beberapa rudal seperti K-77ME dan KH-59. Lebih andal dan cepat dibanding pendahulunya, Su-27 Flanker, Su-35 Super Flanker lebih garang dan mampu melejit dengan kecepatan maksimum hingga 2.390 km/jam sambil memboyong beban rudal berbobot 8000 kg. Sukhoi T-50 Nah, inilah pesawat tempur yang sangat diperhitungkan bahkan menakutkan para musuh Rusia. Jet tempur paling mutakhir ini punya kecepatan dahsyat, mencapai 2.600 km/jam. T-50 dilengkapi berbagai alat tempur penghancur seperti R77, 1.500 kg bom darat dan senapan mesin yang mampu memuntahkan 1.800 peluru per menit. Sukhoi T-50 jauh lebih unggul dari para pendahulunya, bahkan para analis militer dan pakar pertahanan AS pun berspekulasi bahwa Sukhoi T-50 lebih lincah ketimbang F-35 andalan dan 93 kebanggaan AS. Pesawat tempur T-50 ini baru digunakan terbatas oleh Rusia sendiri. Tupolev Tu-160 Dengan julukan Blackjack, bomber atau pesawat pembom ini memiliki kecepatan maksimum 2.220 km/jam. Kecepatan itu melampaui maximum speed pesawat pembom AS B1-B Lancer yang mencapai 1.448 km/jam. Tentu saja jauh lebih unggul dibanding B-52 milik AS yang hanya mampu melesat 1.000 km/jam. Bagi negara-negara musuh Rusia, pembom ini ditakuti karena mampu memboyong senjata/bom konvensional maupun nuklir. Dengan kemampuan membawa hulu ledak dalam radius hingga 3.000 km, Tu-160 jelas merupakan "momok udara" yang menebar horor bagi negara lawan manapun.109 Militer Rusia atau Rusia militer memiliki ciri nan berbeda dengan militermiliter negara lain, yakni unsur kemisteriusannya nan tinggi. Tidak heran jika Jenderal Guderian, salah satu bawahan Hitler, pernah mengingatkan Hitler buat tak menyentuh Rusia sedikit pun. Rusia nan sejak dulu dikenal sebagai negara tertutup, memunculkan berbagai pertanyaan perihal dengan kekuatan militernya. Sampai saat ini, pusat pabrikan senjata Rusia juga masih disembunyikan di daerah pedalaman lembah pegunungan Kaukasus. Loka nan sangat terpencil dan tersembunyi. Bahkan, pesawat pengebom pun sulit buat dapat menembus loka itu. Teknologi persenjataan Rusia saat ini digadang-gadang sebagai nan terbaik di 109 Ibid., 94 dunia. Selain itu, jumlah ilmuwan-ilmuwan teknologi persenjataan Rusia sampai saat ini juga belum dapat diketahui secara pasti.110 110 “Rusia militer kekuatan nan Misterius” dalam, http://www.binasyifa.com/779/48/26/rusia-militer-kekuatan-nan-misterius.htm diakses 29 April 2016 95 BAB IV ANALISA PENGARUH KONTESTASI AS DAN RUSIA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DI SURIAH A. Perkembangan Kelompok Ekstrimis di Suriah (ISIS) Saat ini sebagian besar wilayah Suriah dikontrol oleh ISIS dan kelompokkelompok oposisi yang lain. Ratusan faksi militer yang bertempur di Suriah, namun yang paling banyak disorot adalah ISIS. Komentar-komentar AS danRusia di media-media kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS padahal bukan hanya ISIS yang seharusnya menjadi ancaman. KeberadaanISIS di Suriah pun menimbulkan kontroversi ditengah-tengah kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung menghambat perjuangan melawan rezim Asad sehingga ada kesimpulan yang muncul bahwa ISIS adalah bagiandari proyek AS di Timur Tengah. Kecurigaan tersebut semakin terbukti saat banyak laporan yang menunjukkan bahwa, terkadang AS dan Israel menjatuhkan senjata melalui udara dan yang menikmatinya adalah ISIS.111 Berkaitan dengan kiprah ISIS di Suriah, ISIS dianggap tidak serius memerangi pemerintah Suriah, Janes terrorism and insurgency center (JTIC) melaporkan, 64% serangan militer ISIS diarahkan kepada kelompok-kelompok bersenjata non pemerintah dan hanya 13% yang menargetkan angkatan saat ini sebagian besar wilayah Suriah dikontrol oleh ISIS dan kelompok-kelompok oposisi yang lain. Ratusan aksi militer yang bertempur di Suriah, namun yang 111 “analisa terakhir mengenai konflik Suriah keterlibatan Rusia’ dalam, https://www.academia.edu/17499834/Analisis_terakhir_mengenai_Konflik_SuriahKeterlibatan_Rusia. Diakses 10 Mei 2016 96 paling banyak disorot adalah ISIS. Komentar-komentar AS danRusia di mediamedia kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS, padahal bukan hanya ISIS yang seharusnya menjadi ancaman. KeberadaanISIS di Suriah pun menimbulkan kontroversi ditengah-tengah kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung menghambat perjuangan melawan rezim Assad sehingga ada kesimpulan yang muncul bahwa ISIS adalah bagiandari proyek AS di Timur Tengah.112 Kecurigaan tersebut semakin terbukti saat banyak laporan yang menunjukkan bahwa, terkadang AS dan Israel menjatuhkan senjata melalui udara dan yang menikmatinya adalah ISIS. Berkaitan dengan kiprah ISIS di Suriah, Isis dianggap tidak serius memerangi pemerintah Suriah, Laporan HIS jane’s Terorrism and insurgencycenter (JTIC) 2014 melaporkan, 64% serangan militer isis diarahkan kepada kelompok-kelompok bersenjata non-pemerintah dan hanya 13% yang menargetkan angkatan militer Suriah. Sebaliknya, serangan Assad kepada para pejuang bersenjata lebih banyak ditunjukan kelompok-kelompok non-ISIS. Dari 982 serangan tahun 2014, menurut laporan JTIC, hanya 6% yang menarget ISIS. Hal ini menimbulkan kecurigaan bagi kelompok-kelompok pejuang yang lain yang selama ini berjuang melawan Assad, seperti kelompok, pasukan mujahidin (Al-Mujahidin Army) yang melihat sendiri di lapangan, bahwa garis depan perbatasan wilayah pasuka ISIS dan pemerintah cenderung tenang tanpa kontak senjata, berbeda jika pasukan pemerintah perbatasan dengan pasukan oposisi yang lain, kontak senjata bisa 24 jam. Sebelum masuknya ISIS di Suriah dan perjuangan perlawanan terhadap pemerintah Suriah baru saja dikobarkan. Para pejuang telah memperlihatkan visi besar mereka dalam perjuangan 112 Ibid., 97 meruntuhkan Bashar al-Assad dengan cita-cita penegakan Khilafah ditahan Syam. Setelah masuknya ISIS, konsentrasi perang para mujahidin menjadi terpecah antara berhadapan dengan ISIS yang haus darah kepada mujahidin non-ISIS, dan pasukan Assad yang didukung oleh AS dan rusia. Dengan keberadaan ISIS, yang paling diuntungkan adalah pasukan Assad dan seluruh Negara yang mendukungnya. Dengan adanya ISIS, istilah Khilafah menjadi sangat berdarahdarah. Majelis Shura Mujahidin, dalam sebuah pernyataannya menyampaikan bahwa, deklarasi khilafah oleh ISIS adalah bagian dari kampanye sistematis untuk mendistrorsi istilah-istilah syariah, seperti jihad, Syariah, Huddud dan Khilafah.113 1. Penafsiran Yang Keras Terhadap Islam Islam State Iraq Syria (ISIS), dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam Wahhabi dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri dan menjarah bank.Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014.114 Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun terakhir. Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini telah menyebabkan tak kurang dari 30.000 warga kota kecil di timur Suriah harus mengungsi.Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi.Di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda hingga tahun 2014. 113 Ibid., “mengenal ISIS dan bahayanya” dalam, http://www.mohlimo.com/mengenal-isisdan-bahayanya/. diakses 10 Mei 2016 114 98 Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, AlQaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Abu Bakar al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan Roma.Pemimpin militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ini juga menyerukan umat Islam untuk tunduk kepadanya.ISIS adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan mematuhi prinsip-prinsip jihad global. Seperti Al-Qaidah dan kelompok-kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul dari ideologi Ikhwanul Muslimin, kelompok pertama di dunia Islam di akhir tahun 1920-an di Mesir yang mengikuti interpretasi anti-Barat yang ekstrim Islam, mempromosikan kekerasan sektarian dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan penafsiran sebagai kafir dan murtad. Atas tindakannya yang merusak pusara-pusara suci dan pembongkaran kuburan para nabi dan awliya yang shaleh di Irak, Mufti Pemerintah Mesir, Prof. Dr. Syauqi Allam mengecam tindakan ISIS dan menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran mazhab Islam yang mana pun dan bertentangan dengan kewajaran manusia.115 Bisa dikatakan penafsiran ISIS terhadap islam sangatlah salah, mengatasnamakan Islam pasti sumbernya sama: Al-Quran dan hadis. Problemnya adalah bagaimana mereka menafsirkan. Yang jelas, penafsiran dilakukan ISIS salah.Karena pertama, mereka melihat ayat atau hadis itu secara tesktual bukan kontekstual. Jadi sejarah munculnya ayat atau hadis tidak mereka lihat. Mustahil kita bisa mengetahui maksud ayat atau hadis itu tanpa melihat konteks keluarnya ayat atau hadis itu. Kedua, mereka relatif membaca ayat atau hadis begitu saja. 115 Ibid., 99 Misalnya ketika disuruh membunuh, mereka membunuh. Tidak tahu bagaimana cara membunuhnya atau apakah masih relevan pembunuhan seperti itu dengan situasi sekarang di mana hubungan antara Islam dan non-Islam relatif lebih baik. Ketiga, tafsiran-tafsiran dilakukan ISIS disesuaikan kepentingan mereka. AlQuran dan hadis itu hadir di suatu zaman dan ruang tertentu serta begitu universal. Jadi begitu mudah ditafsirkan ke mana-mana.Perlu ditegaskan, ISIS bukan AlQaidah sehingga tidak bisa mengatakan ISIS itu organisasi teroris mengatasnamakan Islam. Ulama-ulama dunia, termasuk Indonesia, harus benarbenar menanggapi serius tafsiran-tafsiran menyimpang dilakukan oleh ISIS. Kalau tidak, akan banyak orang membaca dan terpengaruh karena memang didasarkan pada Al-Quran dan hadis.116 Selanjutnya, ISIS Anti pada nilai-nilai cinta-kasih dan rahmat sekaligus mendukung dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekerasan dan kekejaman. Mereka melakukan kekerasan terhadap orang-orang yang berada diluar kelompoknya. Dalam ideologinya, ISIS tidak mengenal prinsip kasih sayang maupun perdamaian. Paham yang mereka anut dalam ideologinya adalah kekerasan dan perang. Selain itu, ISIS menjadikan kekerasan sebagai solusi atas segala perbedaan dan perselisihan antar umat. Menuduh bid’ah (sesat) segala bentuk akulturasi ajaran Islam dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, serta penghormatan terhadap berbagai peninggalan sejarah. ISIS menafsirkan makna bid’ah secara serampangan.117 116 “tafsiran ISIS atas Quran dan hadist menyimpang” dalam, http://albalad.co/wawancara/2015A1154/tafsiran-isis-atas-quran-dan-hadis-menyimpang/ Diakses 13 Mei 2016 117 http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI%20REKTO RAT.pdf?sequence=1 100 B. Faktor Pendorong Kehadiran Militer Amerika Serikat Rusia di Suriah Amerika Serikat adalah negara adidaya yang memiliki kekuatan yang sangat diperhitungkan di dunia internasional. Tak jarang pula karena kekuatan yang dimilikinya, Dewan Keamanan tetap PBB yang mengklaim dirinya sebagai polisi internasional ini ikut campur dalam urusan Negara-negara yang sebenarnya bukan termasuk wilayah teritorialnya. Berbagai alasan seperti perang melawan teroris, sering dipakai guna melegalkan aksi yang dilakukannya. Invasi ke Afghanistan yang mengatas namakan perang melawan Al Qaidah hingga penggulingan diktator Irak, Saddam Hussein yang berdalih untuk mengamankan senjata pemusnah masal, adalah beberapa contoh dari kebijakan intervensi Amerika Serikat di kawasan timur tengah. Beberapa revolusi yang sering diistilahkan dengan sebutan Arab Spring yang terjadi di beberapa Negara di kawasan timur tengah dan Afrika Utara juga tak luput dari andil besar negri Paman Sam tersebut.118 Hal yang sama pula di Suriah, Negara yang saat ini dipimpin oleh Presiden Basyar Asad tersebut kini mengalami masa-masa krisis yang diakibatkan dengan adanya pemberontakan oleh rakyatnya sendiri yang menginginkan Asad untuk turun dari jabatannya karena dianggap otoriter dan banyak melakukan tindak kejahatan kemanusiaan. Dalam krisis Suriah tersebut, dengan sangat tegas Amerika Serikat memberikan dukungannya kepada pihak oposisi karena 118 Agil Maulana El Jibal, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Oposisi Suriah (2011-2012)”, dalam http://agilleljibal.blogspot.co.id/2014/07/kepentingan-amerika-serikatmendukung.html, diakses 13 Mei 2016. 101 menganggap pemerintahan Basyar Asad telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan bertindak otoriter.119 1. Faktor Ideologi dan Demokratisasi (Perspektif AS) Amerika Serikat adalah Negara liberal jadi Amerika Serikat juga menganut sistem ideologi yang liberal juga, dengan pandangan demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai hal yang cenderung disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin dibatasi, dan suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian besar individu berbahagia. Walau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagian sebagian besar individu belum tentu maksimal. Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya. Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-koloninya termasuk Amerika Serikat.120 Dalam konteks konflik Suriah Amerika Serikat sendiri di dalam posisi membingungkan untuk masalah Suriah. Secara garis besar, Amerika Serikat butuh tetap adanya perimbangan kekuatan agama Islam (Sunni) dengan agama Syiah di 119 Ibid., “ideology Amerika dan dasar negaranya” dalam, http://iecakhairunnisa.blogspot.co.id/2011/09/ideologi-amerika-dan-dasar-negaranya.html Diakses 13 Mei 2016 120 102 Timur Tengah. Di dalam melihat rezim Bashar al Assad, Amerika Serikat mempunyai dilema yang tidak dimiliki oleh Iran.Bashar al Assad, seorang kepala negara dinasti Syiah Alawite yang lama memimpin Suriah yang mayoritas Islam, disebut oleh dunia internasional sebagai rezim yang keji sehingga Amerika Serikat tidak mungkin membelanya. Amerika Serikat tetap butuh adanya Syiah yang kuat di Timur Tengah sebagai penyeimbang Islam (Sunni) namun Amerika Serikat tidak bisa mendukung Bashar al Assad yang otoriter. Bashar al Assad boleh jatuh namun Syiah jangan jatuh di Suriah, kurang lebih begitu jika melihat kebijakan pemerintahan Amerika Serikat di Suriah. Amerika Serikat punya pandangan bahwa jika rezim Bashar al Assad misalnya harus turun maka itu urusan nanti karena prioritasnya kini adalah memukul mundur ISIS. Sikap setengah-setengah Amerika Serikat ini berbeda dengan kepentingan Iran menyikapi Bashar al Assad. Iran butuh Bashar al Assad di dalam menjaga pengaruh dan kekuasaan Syiah di Suriah. Oleh sebab itulah tidaklah mengherankan jikalau Iran dan aktivis pro-Iran akan mati-matian membuat klaim mengenai ketidakterlalubersalahan dan otoriternya Bashar al Assad di dalam memimpin Suriah sebagai perang psikologis.121 Di dalam aspek bantuan militer, Iran memberi bantuan kepada pemerintahan Bashar al Assad di dalam memerangi tidak hanya ISIS (yang ditolak ke-Sunni-annya oleh sebagian besar Sunni) namun juga pemberontak Kurdi (yang bergerak memberontak karena isu etnis kekurdian, lihat juga gerakan Kurdi di Irak utara) dan gerakan resistensi terhadap rezim Bashar al Assad yang digalang 121 Ideologi-ideologi anti perbedaan dan ironi” dalam, https://dipanugraha.org/2015/07/18/ideologi-ideologi-antiperbedaan-dan-ironi/. Diakses 13 Mei 2016 103 oleh kombatan Sunni (sebut misalnya kelompok Jabhat al Nusra). Awalnya kisah Suriah adalah perlawanan melawan rezim Bashar al Assad yang lebih dimulai karena pemerintahan otoriter namun dalam perkembangannya perlawanan itu menjurus kepada perang sektarian, etnis, dan lalu melibatkan negara-negara yang berkepentingan dengan narasi klasik mengenai Timur Tengah.Yang pasti, Amerika Serikat tak ingin Suriah jatuh ke ISIS atau Jabhat al Nusra yang dianggap sebagai Islam (Sunni) radikal tapi juga ragu-ragu dan berisiko untuk tetap mempercayai Bashar al Assad. Tidak bisa tetap mendukung Bassar al Assad tetapi Amerika Serikat juga tak ingin pemerintahan Suriah jatuh ke tangan Islam (Sunni) yang radikal. Pemerintahan yang jatuh, apalagi kalau jatuh ke tangan ISIS atau Jabhat al Nusra, tidak baik bagi mereka di dalam menjaga kisah Islam – Syiah – Yahudi di Timur Tengah. Belum lagi jika misalnya Suriah jatuh ke tangan Sunni yang anti-Amerika Serikat maka Amerika Serikat yang sudah ngos-ngosan terlalu aktif melawan Sunni yang anti-Amerika Serikat di Afghanistan, Irak, dan Yaman, akan kian buruk neraca keuangannya dan meleset perkiraan awal mengenai pencapaian pemenuhan kebutuhan minyak dari negara-negara yang mau kooperatif di Timur Tengah.Jadi kisah perang Suriah seakan Iran bersendirian. Di negara-negara tetangga, sekutu Syiah mereka sudah mulai kedodoran dan mengharapkan main mata Amerika Serikat di dalam kisah proksi Timur Tengah tidaklah semulus dahulu.Belum lagi “ancaman” dari dalam negeri mereka. Di dalam negeri mereka, Iran pun berusaha mengurangi ancaman ideologi yang berseberangan dengan ideologi resmi teokrasi mereka. Tindakan 104 ekstremkemudian menjadi terpaksa dilakukan terhadap “musuh negara” yang berseberangan ideologi. 122 a. Faktor Ekonomi Berupa Kekayaan Minyak Kepentingan ekonomi dalam kenyataannya amat mempengaruhi kejibakan luar negeri suatu negara. Beberapa Negara termasuk Amerika Serikat terbukti memiliki kepentingan terselubung yakni kepentingan ekonomi berupa minyak dan gas ketika melakukan beberapa intervensi maupun invasi di kawasan Timur Tengah, meskipun pada awalnya negeri Paman Sam mengklaim melakukan kebijakan luar negerinya tersebut dengan dalih moralitas dan kemanusiaan. Melalui dukungannya terhadap oposisi pada krisis Suriah Amerika Serikat secara lantang menyatakan bahwa dukungannya tersebut bertujuan untuk melengserkan pemerintah Bashar al Assad yang dianggap otoriter dan telah melakukan tindak kejahatan kemanusiaan. Akan tetapi patut dicurigai bahwa dukungan yang diberikan adalah retorika moralitas yang sebenarnya bertujuan untuk kepentingan minyak.123 Semangat Barat untuk menginvasi suriah sudah jelas dilandasi Faktor Ekonomi. Apalagi Assad anti barat dan condong pada Rusia dan China yang merupakan seteru abadi amerika. Tak heran dua Negara Komunis tersebut berkali-kali memveto Resolusi PBB yang menginginkan Intervensi Militer untuk mengatasi krisis Politik Suriah.Suriah merupakan Negara yang kaya akan minyak, bahkan seperempat pendapatan Suriah berasal dari minyak bumi. Sejak 2009, Suriah menghasilkan sekitar 400.000 barrel minyak bumi per hari. Begitu penting posisi Suriah dalam mensuplai minyak ke luar 122 Ibid., Agil Maulana El Jibal, Op.Cit., 123 105 negerinya bahkan ke Eropa, mendorong Rusia untuk berpendapat bahwa boikot yang saat ini dilakukan oleh sebagian besar Negara Uni Eropa (EU) terhadap produksi minyak Suriah adalah tindakan yang keliru. Pasalnya, 95 persen ekspor minyak Suriah atau setara dengan 150.000 barrel per hari justru menjadi kebutuhan negara-negara UE. Khususnya, Jerman, Italia, dan Perancis. Beberapa perusahaan minyak raksasa Eropa misalnya Shell milik Belanda dan Inggris serta perusahaan minyak Perancis, Total, diketahui menanamkan modal yang cukup besar di Suriah.124 Posisi Timur Tengah yang kaya akan minyak dan gas dianggap memiliki posisi strategis bagi Amerika Serikat guna mendongkrak kegiatan industrinya dan meningkatkan perekonomian barat sejak Perang dunia kedua. Suplai minyak dari kawasan timur tengah merupakan suatu faktor penting bagi kestabilan perekonomian Amerika Serikat dan sekutunya. Lima perusahaan minyak raksasa AS (Exxon, Mobil, Texaco, Socal dan Gulf) semenjak masa sebelum Perang Dunia II telah menguasai rantai produksi hingga pemasaran minyak Timur Tengah, walaupun peran mereka pernah mengalami penurunan akibat nasionalisasi persial yang dilakakukan Negara-negara Arab produsen minyak. Misalnya, keuntungan kelima perusahaan tersebut pada tahun 1980 “windfall profit” mencapai US $ 8 milyar.125 Amerika Serikat merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Tapi pada dasarnya Amerika Serikat tidak secara langsung bergantung pada sumber daya alam berupa minyak yang tersedia di kawasan Timur Tengah karena Amerika sebenarnya memiliki cadangan minyak yang melimpah yang terdapat 124 Ibid., Sidik Jatmika, AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Standar Ganda Amerika Serikat, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), hlm 162. 125 106 di Texas dan Alaska. Bahkan diprediksi pada 2020 nanti Amerika Serikat (AS) bakal menggeser posisi Arab Saudi sebagai penghasil minyak terbesar di dunia. Selama ini AS memang menyimpan cadangan minyaknya dan banyak mengimpor minyak mentah dari luar negeri. Lembaga International Energy Agency (IEA) menyatakan, situasi bergesernya produsen minyak ini bakal mengubah peta perdagangan energi dunia. Hal ini akan menjadikan Amerika Serikat menjadi semakin kuat secara ekonomi maupun politik dan akan terus memiliki kekuatan untuk menghegemoni Negara-negara yang bergantung kepadanya.Amerika Serikat sadar akan pentingnya menguasai sumber energi minyak guna menunjang program industrialisasi suatu Negara dalam jangka panjang. Seorang ahli ekonomi politik internasional Susan Strange berpendapat bahwa kekuatan minyak berbanding lurus dengan kekuatan suatu Negara yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sebuah negara akan dilakukan. Komoditas minyak pada akhirnya menjadi asset kekuatan nasional karena kekuatan komoditas ini dalam mempengaruhi berjalan dan tumbuhnya perekonomian. Bahkan kebergantungan yang sangat tinggi terhadap sumber energi minyak membuat negara-negara yang menguasainya memiliki potensi besar untuk menjadikannya sebagai alat politik, dan ini terbukti dari embargo minyak yang dilakukan oleh Negara-negara OPEC khususnya dari Negaranegara Arab kepada Negara-negara yang mendukung langkah agresi Israel dalam konflik Arab-Israel di Timur Tengah telah berhasil meruntuhkan perekonomian negara-negara Barat sehingga membuat AS langsung 107 memfasilitasi penghentian agreasi Israel dan memulai untuk proses perdamaian Arab-Israel di timur tengah.126 b. Kepentingan Hegemoni dan Eksistensi Israel Sudah menjadi rahasia umum bahwa dasar kepentingan Amerika Serikat dalam berbagai intervensinya di kawasan Timur Tengah adalah untuk menguatkan posisinya melalui jalur kepanjangan tangannya di kawasan tersebut, yakni Israel. Secara jelas, disebutkan bahwa kepentingan nasional dan keamanan Israel adalah hal pokok yang mendasari kebijakan luar negri Amerika Serikat. Bahkan secara tegas Obama telah menegaskan di hari pertama pemerintahannya sebagai presiden baru AS bahwa ia akan melibatkan diri langsung dalam konflik Arab-Israel. Disebutkan pula bawa pemerintahan AS menjadikan konflik Arab-Israel sebagai persoalan penting yang akan menjadi salah satu prioritas mereka. Dalam pidatonya di Florida menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2012 lalu, Obama dengan lantang menegaskan bahwa dukungan negaranya untuk Israel tidak dapat dipatahkan. Obama juga menambahkan bahwa Amerika Serikat tidak hanya memegang teguh hubungan yang erat dengan Israel, tetapijuga telah memperkuatnya.127 Ada beberapa alasan politis yang berkaitan dengan dukungan AS atas oposisi guna meruntuhkan pemerintahan Basyar Asad yang akan yang akan penulis uraikan sebagai berikut:128 Pertama, runtuhnya Basyar Asad akan memperkokoh posisi Israel. komitmen untuk keamanan Israel dan kesejahteraannya telah menjadi 126 Agil Maulana El Jibal, Op.Cit., Ibid., 128 Ibid., 127 108 landasan kebijakan AS di Timur Tengah sejak berdirinya Negara Zionis tersebut pada tahun 1948. Dari kaca mata AS sebenarnya tidak ada motivasi atau alasan ekonomi yang khusus bagi hubungan kedua negara, tetapi lebih merupakan hubungan strategis. Tanpa adanya suplai minyak yang memadai dari kawasan Timur Tengah yang pernah melakukan embargo minyak terhadap AS dan sekutunya pada Perang Yom Kippur tahun 1973, baik perusahaan-perusahaan AS maupun mesin-mesin perang (NATO) dan dukungan kepada Eropa Barat tidak akan berfungsi secara efektif. Untuk pengamanan jalur-jalur tersebut, AS memerlukan negara pendukung yang strategis. Karena negara-negara Arab dan Timur Tengah pada awalnya tidak menyediakan fasilitas tersebut, maka satu-satunya bantuan adalah dari Israel. Dalam kerangka strategi ini pula AS memberikan bantuan ekonomi maupun militer secara besar-besaran terhadap Israel, agar Israel tumbuh menjadi sekutu yang tangguh. Kedua, kedekatan Suriah dengan Hizbullah dan Hamas sangat membahayakan keamanan Israel. Hizbullah merupakan kekuatan militer yang terdapat di Lebanon dan sangat menentang kebijakan-kebijakan Israel di Timur Tengah. Sementara Hamas adalah sebuah partai politik di Palestina dan merupakan sebuah gerakan yang menjadi poros perlawanan rakyat Palestina terhadap arogansi Israel. Kedua organisasi tersebut dikenal memiliki kedekatan yang sangat erat dengan pemerintahan Suriah. Kedekatan tersebut membuat khawatir Israel, yang menjadi sekutu utama Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. 109 Ketiga, jatuhnya Basyar Asad akan merubah konstalasi kekuatan politik di Suriah. Posisi Amerika Serikat bisa menjadi semakin kuat dibandingkan sebelumnya mengingat pemerintahan pasca era Basyar Asad diharapkan oleh AS tunduk kepada kepentingannya. Musim Semi Arab dianggap sebagai harapan baru bagi Amerika Serikat untuk memperoleh posisi yang strategis dalam hubungannya dengan Suriah jika Basyar Asad lengser. Basyar Asad dikenal sangat dekat dengan Rusia dan China yang merupakan rival utama Amerika Serikat. Terlebih ketika Suriah dilanda krisis yang telah berlangsung dua tahun ini sejak 2011 lalu, Rusia dan China, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB memveto resolusi PBB yang mengecam pemerintahan Basyar Asad dan berupaya menjatuhkan sanksi kepada pemerintah yang berkuasa. Kedekatan tersebut juga tergambar dengan dikirimnya satuan anti teror Rusia pada tanggal 20 Maret 2012 yang dilaporkan berada di Suriah dan diduga untuk membantu tentara setempat dalam memberantas para pemberontak. Kedekatan terjalin sangat harmonis, terutama karena perdagangan senjata yang menguntungkan Moscow miliaran dolar. Kedekatan keduanya juga terlihat dari didirikannya pangkalan militer Rusia di wilayah Tartus, yang memudahkan pasukan Putin menuju Laut Mediterania. Saat ini ketika Suriah dihembus angin revolusi, lengsernya Basyar Asad dianggap sebagai peluang bagi Amerika Serikat untuk kembali menjalin hubungan baik dengan Suriah yang selama ini terkenal sering membangkang atas kepentingan AS dan anti terhadap Israel (selain Iran, Hizbullah dan 110 Hamas). Hal ini dipergunakan Amerika Serikat untuk memperkecil pengaruh Rusia di kawasan tersebut dan merebut pasar senjatanya di Suriah. 2. Faktor Kedekatan History (Perspektif Rusia) Hubungan Rusia dan Suriah sebenarnya merupakan hubungan lama yang dijalin kembali, hubungan tersebut sudah ada bahkan pada saat Rusia masih berbentuk Uni Soviet dan Suriah masih belum menjadi sebuah negara yang diakui oleh dunia internasional dan PBB pada 17 April 1946 Pada sejarahnya, Rusia meletakkan Byzantyne Armydi Suriah pada abad ke 10 dan 11, dan setelah perjanjian Carlovit dengan Ottoman empire pada 1699 semakin banyak para pendatang Rusia yang mengunjungi Suriah dalam perjalananmereka ke Palestina dengan berbagai tujuan yang ada, termasuk didalamnya masyarakat Kristen Orthodok. Hal ini membuat kekaisaran Orthodok memperluas pengaruhnya hingga membuat sebuah pos konsuler yang beroperasi di Aleppo, atkia, Beirut, dan Saida pada 1893. Pengaruhnya terus meluas sampai ke Suriah, dimana mereka juga membangun sebanyak tujuh puluh empat sekolah untuk memajukan pendidikan di Suriah pada 1905. Halini merupakan awal kedekatan hubungan Rusia dan Suriah yang nantinya akan terus berlanjut di kemudian harii Seperti contoh, Suriah menjadi salah satu partner yang sangat kronis bagi Uni Soviet yang pada saat itu menjadi salah satu kunci kekuatan Uni Soviet dalam menjaga dominasinya di dunia internasional.129 129 “faktor latar belakang intervensi Rusia terhadap Suriah” dalam, https://www.academia.edu/11897237/Faktor_latar_belakang_intervensi_rusia_terhadap_suriah Diakses 22 Mei 2016 111 Selain itu, Suriah juga menjadi aliansi Uni Soviet untuk mencapai kepentingannya di dunia internasional, khususnya dalam peransebagai pintu masuk yang digunakan Uni Soviet untuk masuk ke kawasan Timur Tengah Berlanjut setelah berakhirnya perang dunia, yaitu pada saat pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991. Rusia kemudian menjadi negara yang bisa dibilang masih merepresentasikan UniSoviet dibanding negara negara kecil pecahan Uni Soviet lainnya, Rusia mulai membenahikondisi yang ada didalam negerinya untuk bisa kembali aktif dan mendominasi dalam politik internasional. Rusia kemudian merumuskan kembali semua bentuk kebijakan luar negerinya untuk kembali mencapai kejayaan masa lalunya Hal itu tertuang di beberapa dokumen keamanannya yang tercermin dari kebijakan yang dikeluarkan Presiden Vladimir Putin yangingin mengembalikan pengaruh Rusia dengan mengeluarkan national Security concept pada tahun 2000 dokumen tersebut menjelaskan bahha Rusia telah kembali ke arenapolitik internasional dan berusaha untuk mengembalikan kejayaan masa lalu yang dimilikinya.130 Rusia masih memandang Timur Tengah sebagai kawasan yang cukup strategis baginya dalam politik internasional untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Hal ini yangkemudian membuat Rusia kembali membangun hubungannya yang dulu pernah terjalin begitu dekat khususnyadengan Suriah. Selain itu melalui hubungannya dengan Suriahitulah menjadi jalan bagi Rusia untuk mengambil keuntungan menjadi negara yang berpengaruh mengingat kawasan Timur Tengah merupakan kawasanshatterbelt. Shatterbelt merujuk terhadap kawasan geografis dengan dua kondisi yaitu, didalamnya benyak terjadi 130 Ibid., 112 konflik lokal dengan atau antara Negara-negara kawasan tersebut, dan terdapat keterlibatan beberapa actor major power yang berasal dari luar kawasan tersebut menjadi alasan yangsama bagi Amerika untuk menaruh pengaruhnya di Timur Tengah Hal ini juga yangmenjadikan ambisi politik Rusia di Timur Tengah mengingat masih adanya rivalitas antaraRusia dan Amerika.131 C. Tantangan dan Kesulitan As-Rusia Dalam Memerangi ISIS Meskipun diserang bertubi-tubi oleh pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat dan bahkan Rusia, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ternyata tak membuat mereka lemah. ISIS malah tambah kuat dan makin membesar.Seorang ahli dan peneliti politik Timur Tengah yang berpusat di AlAhram Center, Mesir, Saeed Al-Lawindi mengatakan, setelah lebih dari 4.000 kali serangan tentara koalisi terhadap kelompok ini selama kurang lebih satu tahun, ISIS yang secara peralatan dan jumlah pasukannya kalah jauh ternyata masih eksis.Serbuan AS dan Rusia ke wilayah Irak mengarah kepada hasil cepat, tapi ISIS makin meluas serta menguasai banyak wilayah penting sehingga menimbulkan kekacauan regional dan membuat Irak serta negara Arab lain guncang.132 Menariknya lagi, gerakan ISIS bukan hanya sulit ditaklukan, tapi makin menyudutkan tentara AS yang diterjunkan di sana. Selama ini strategi tentara AS hanya fokus bagaimana membunuh para pemimpin militan. Tapi strategi inilah yang membuat bumerang bagi AS. Serangan-serangan udara yang dilancarkan 131 Ibid., “ISIS sulit ditumpas bisa-bisa kewalahan” dalam, http://indonesianreview.com/dsmuftie/isis-sulit-ditumpas-bisa-kewalahan. Diakses 22 Mei 2016 132 113 tentara AS terhadap lokasi yang diduga basis tempat tinggal para pemimpin kelompok itu memang telah mengacaukan kemampuan komando dan kontrol mereka. Tapi hal itu hanya sesaat, bukan melemahkan. Gerakan ISIS malah makin berkembang dan sulit ditumpas karena mereka mendapat dukungan dan tambahan pasukan dari penduduk sekitar yang telah kehilangan harta benda dan nyawa saudara mereka, akibat serangan udara pasukan koalisi.133 Cara-cara yang sejauh ini dilakukan belum begitu ampuh untuk menumpas keberadaan ISIS di Irak. Hal ini mungkin salah cara pandang inteljen terhadap struktur komando ISIS. Bagi intelijen AS khususnya, menghadapi ISIS jauh lebih sulit dibandingkan dengan menghadapi Al-qaeda.Efek perlakuan dari penanganan yang salah terhadap pemimpin garis keras Islam yang konon anti AS, kini harus dibayar mahal oleh negara adidaya ini. 1. Kuatnya Kemampuan Militer ISIS Setahun setelah deklarasi pembentukan kekhalifahan ISIS oleh Abu Bakr al-Baghdadi, kelompok tersebut masih kuat, walaupun sudah diserang berulang kali oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.Tujuan serangan serangan udara yang dilancarkan ke Iraq dan Suriah sejak Agustus 2014 lalu, menurut Presiden AS Barack Obama, adalah untuk “melumpuhkan dan kemudian menghancurkan” ISIS.Nyatanya, ISIS malah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dan tampil lebih kuat. Sebuah kajian yang mengupas strategi militer ISIS mencoba menjelaskanalasan mengapa kelompok itu begitu kokoh.Tiga lingkaranInti strategi militer ISIS adalah konsep “Bertahan dan Berkembang”.Dengan mempraktikkan teori itu, ISIS dapat bertahan di lokasi yang dianggap menjadi 133 Ibid., 114 markas mereka, Raqqa di Suriah dan Mosul di Irak.Bulan lalu, lokasi pertahanan ISIS melebar ke Ramadi, ibu kota Provinsi Anbar di Irak, serta Kota Palmyra di Suriah.Untuk bisa berkembang lebih jauh, ISIS telah mengotakkan dunia menjadi tiga bagian.134 Sumber: https://indocropcircles.wordpress.com/2014/08/02/isis-dibuat-oleh-cia- dan-mossad-untuk-memecah-islam/ Selain memiliki strategi global, ISIS juga menerapkan taktik tempur yang spesifik. Di Irak dan Suriah, taktik penggunaan bom mobil atau Vehicle Borne Improvised Explosive Devices (VBIEDS) terbukti menjadi senjata perang yang sukses. Bom semacam itu dipasang di mobil Hummer AS yang dirampas dari militer Irak.Wilayah-wilayah perkotaan yang lebih kecil diserbu menggunakan “manuver jepit” dengan menempatkan bom mobil di kedua sisinya, disusul militan-militan yang menggunakan rompi bunuh diri lalu diikuti prajurit dan kendaraan-kendaraan yang dilengkapi persenjataan.135 134 “dunia strategi ISIS” dalam, http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/06/150616_dunia_strategi_isis Diakses 22 Mei 2016 135 Ibid., 115 Kota-kota besar dikuasai dengan metode gabungan antara infiltrasi, khususnya melalui komunitas Sunni yang terpinggirkan di Irak, dan "Strategi Belt" atau sabuk.Dengan strategi itu awalnya kota-kota dan pedesaan yang di sekitar pusat kota besar dikuasai terlebih dahulu, dan menutup jalanan.Serbuan makin digencarkan melalui anggota-anggota ISIS yang bergerak maju dan mulai memasuki pusat kota layaknya sabuk.ISIS menggunakan wilayah gurun pasir yang luas di Suriah dan Irak, menarik diri ke dalamnya untuk kemudian muncul dari sana juga sesuka mereka. Taktik itu memerlukan mobilitas tingkat tinggi, organisasi yang efisien, serta pasokan amunisi dan air yang banyak.Walaupun serangan udara telah menghambat pergerakan di padang, ISIS mengatasi itu dengan memecah pasukan menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan sulit terdeteksi.136 Dengan itu, jumlah anggota ISIS yang sedikit bisa menghadapi pasukan dalam jumlah besar sementara anggota ISIS lainnya menyerang sebuah kota, pangkalan militer atau lokasi strategis lainnya seperti sebuah bendungan atau kilang minyak.Berdasarkan penjabaran tersebut, tampak jelas bahwa ISISmerupakan pasukan tempur yang kuat, sangat termotivasi dan terdisiplin. Selain itu mereka adalah organisasi denganrencana yang jelas, tersusun secara sistematis dan memiliki strategi perang yang terbukti berhasil.belum ada kesepakatan mengenai ukuran pasti kekuatan militer gerombolan itu. Laman Wikipedia menyitir sejumlah sumber demi menuliskan jumlah pasukan ISIS di Irak dan Suriah: klaim dari pejuang suku Kurdi (200.000 orang), informasi militer Rusia (70.000 orang), pengakuan para mujahid (100.000 orang), dan data 136 Ibid., 116 dinas intelijen Amerika Serikat atau CIA (20.000 - 30.000 orang).Colin Clarke, ilmuwan politik madya dari Rand Corporation, spesialis urusan pemberontakan dan terorisme lintas negara, menaksir jumlah pejuang ISIS mencapai 10.000 orang.Angka itu memang jauh dari hitungan kasar sejumlah pihak sebagaimana termuat dalam Wikipedia. Namun, menurut Clarke, "yang mengkhawatirkan justru" ketika "komunitas intelijen bahkan tidak mengetahui" angka pastinya.Problem buramnya data yang persis mengenai jumlah pasukan ISIS ini agaknya turut dipicu oleh arus pasokan serdadu yang seolah tanpa henti dari pelbagai wilayah.Indonesia sendiri tidak ketinggalan menjadi salah satu 'penyumbang' tentara ISIS. Pada akhir 2014, jumlah warga negara Indonesia yang bergabung dengan organisasi berbendera hitam itu bertambah tiga kali lipat menjadi setidaknya 500 orang.International Business Times, mengutip laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), pada September 2014 mengatakan bahwa dukungan terhadap ISIS berkembang melalui ruang mengobrol daring yang dikelola oleh sebuah organisasi teroris Inggris pada 2005, Al-Muhajiroun.Pendiri ruang mengobrol digital itu kemudian mulai berupaya meyakinkan banyak orang untuk memberikan sokongan kepada ISIS.Itu baru perkara personel. Dan ISIS tidak hanya memiliki pasukan darah dan daging.Persenjataan yang mereka miliki beragam, mulai dari yang konvensional seperti roket antitank dan antiserangan udara, senjata artileri berat seperti Howitzer M198, berjenis kendaraan lapis baja seperti M1 Abrams dan T-72; dan rudal Scud.Kelompok itu pernah menembak jatuh helikopter Irak pada 2014 dan mengaku telah melumpuhkan beberapa helikopter lain di tahun yang sama. Mereka dicuriga memiliki sistem rudal antiserangan udara canggih seperti FN-6 117 buatan Tiongkok.ISIS juga menyimpan beberapa helikopter tempur UH-60 Blackhawk serta pesawat jet MiG21 dan MiG 23.Namun, jika menimbang laporan Departemen Pertahanan AS dalam urusan kampanye militer bersama sekutu dalam upaya menggerus daya ISIS, kekuatan kelompok milisi itu mungkin jauh lebih besar. Sumber: http://www.defense.gov/News/Special-Reports/0814_Inherent-Resolve Besarnya kapasitas militer ISIS kemungkinan besar terwujud berkat kecakapan mereka mendanai gerakannya. Tidak seperti Al-Qaeda, demikian tulis CBC, yang menerima sebagian besar dana dari negara kaya di Teluk, ISIS menggalang kebanyakan dana secara solo lewat pembajakan kendaraan, perampokan bank, pemerasan, dan penculikan dengan tuntutan tebusan. Taksiran uang yang ditangguk ISIS per harinya berkisar USD1 juta, atau bahkan USD25 juta - USD30 juta per tahun. Bahkan, ada pula pihak yang memproyeksikan bahwa jumlah dana harian yang berhasil dikumpulkan mencapai USD2 juta hingga USD4 juta. Namun, Newsweek pada November 2014 merilis warta mengenai sepak terjang ISIS dan bagaimana kelompok itu mendanai operasinya. Pemerintah atau pihak swasta dari Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait--serta jejaring 118 luas donor pribadi-- pada 2012-2014 memberikan dana kotor sebesar USD40 juta. Hingga kini, ketiga negara itu masih menggelontorkan sejumlah uang demi memerangi rezim Bashar Assad di Suriah, yang satu di antaranya adalah ISIS. Setelah mendapatkan kecaman dari Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, serta masyarakat internasional, Arab Saudi pada 2013 meloloskan Undang-undang demi menjatuhkan sanksi bagi para penyokong keuangan organisasi teroris seperti Al-Qaeda, Al-Nusra, dan ISIS.137 2. Terbaginya Kekuatan dalam Memerangi ISIS Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak Rusia menumpas ISIS bersama koalisi internasional yang dipimpin AS ketimbang mengerahkan kekuatan militer di Suriah untuk membela Presiden Bashar al-Assad.Desakan itu disampaikan juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, Selasa waktu AS. Dia mengatakan, Presiden Barack Obama tidak berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, tentang masalah perang terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Obama dan Putin jarang berkomunikasi sejak krisis Ukraina pecah. Hubungan kedua negara itu juga memburuk ketika AS menjatuhkan sanksi terhadap banyak tokoh dan perusahaan Rusia. Sanksi dijatuhkan, karena Rusia dianggap melakukan intervensi dalam krisis Ukraina.138 Rusia sendiri menghendaki pembentukan koalisi internasional penumpas ISIS yang di dalamnya melibatkan rezim Suriah. Sedangkan AS menolak Suriah bergabung dalam koalisi internasional untuk memerangi ISIS.Kremlin pada 137 “Seberapa besar kekuatan ISIS” dalam, https://beritagar.id/artikel/berita/seberapabesar-kekuatan-militer-isis. diakses 22 Mei 2016 138 “As-Rusia tumpaslah ISIS ketimbang kerahkan militer di Suriah” dalam, http://international.sindonews.com/read/1045133/42/as-rusia-tumpaslah-isis-ketimbangkerahkan-militer-di-suriah-1442370023 Diakses 22 Mei 2016 119 akhirnya tetap memberikan dukungan militer pada rezim Suriah untuk memerangi ISIS. Laporan terbaru, Suriah sudah mengerahkan beberapa tank tempur di wilayah Suriah. Keputusan Kremlin itu membuat cemas AS dengan alasan kehadiran militer Rusia justru memperburuk situasi dan bisa memicu konfrontasi dengan koalisi yang dipimpin AS.139 Seminggu setelah Rusia meluncurkan serangan udara terhadap ISIS di Suriah, harapan untuk koalisi yanglebih luas dalam memerangi militan ISIS yang merebut sejumlah besar wilayah Suriah menguap. Harapan bahwa musuh bersama, yang merepresentasikan tantangan peradaban, dapat mendekatkan kembali Rusia dan Barat, ternyata prematur. Di luar kritik tajam Barat terhadap serangan Rusia, yang menuduh Rusia menyerang oposisi Suriah bukannya ISIS, militer Rusia bersikeras bahwa serangan tersebut terbukti efektif sejauh ini.Menghadapi langkah Rusia yang cukup tegas, Presiden AS Barack Obama mengumumkan rencana strategis untuk meluncurkan serangan umum secara de facto ke ibu kota ISIS, kota Raqqa di timur laut Suriah. Operasi tersebut akan melibatkan 20 ribu tentara Kurdi dan sekitar lima ribu pemberontak yang merepresentasikan oposisi Suriah, didukung oleh AU Amerika.Inisiatif Obama untuk meluncurkan serangan pada ISIS di Suriah, yang tak dilakukan selama lebih dari setahun sejak kehadiran koalisi yang dipimpin AS, hanya memperburuk hubungan Moskow dan Obama terkait strategi memerangi ISIS. Ada kecurigaan di kalangan pengamat Rusia bahwa rencana tersebut tak lain hendak menunjukan kompetensi AS untuk ‘menyelesaikan hal yang tak tertangani oleh Rusia’. Sementara, koalisi anti-ISIS yang mulai terbentuk antara Russia, Iran, dan Irak serata Damaskus menggunakan 139 Ibid., 120 caranya sendiri untuk bersatu sebagai sebuah pasukan anti-ISIS. Koalisi baru ini membentuk pusat koordinasi di Baghdad untuk melakukan pengintaian dan analisis, dan unit tersebut akan mulai beroperasi dalam beberapa minggu mendatang.140 Pendatang baru di koalisi anti-ISIS kedua, yang dipimpin oleh Moskow, yakni Irak, membuat komitmen tegas. Dilihat sebagai negara klien setelah lebih dari satu dekade kehadiran militer Amerika di negara tersebut sejak jatuhnya diktator Saddam Hussein, Irak berjanji akan lebih aktif memerangi ISIS dan menyediakan data intelijen untuk Iran, Suriah, dan Rusia. Sementara, reaksi internasional atas aksi militer Rusia berkisar dari penolakan penuh (Arab Saudi dan Turki) hingga potensi kerja sama (Prancis), dan keacuhan (Uni Emirat Arab). Secara tak terduga, Emirat menyambut keterlibatan Rusia, menyebutkan bahwa mereka tak keberatan akan hal itu.141 Sejak Rusia terlibat dalam konflik Suriah, perubahan konfigurasi aliansi politik dan loyalitas meningkat. Namun, hal ini tetap tak membuka jalan bagi aliansi yang benar-benar luas dan komprehensif. Dua koalisi anti-ISIS tak sepenuhnya saling bicara, meski terdapat kontak intens antara pejabat militer Rusia dan Amerika. Terdapat cukup banyak retorika di udara yang menyebutkan dua sekutu tersebut bersaing satu sama lain, mencoba melegitimasi superioritas terkait pasukan anti-ISIS. Apakah hal ini akan mengganggu proses penumpasan ISIS dan kelompok regional lain yang mengacaukan stabilitas regional? Dmitry Polikanov, anggota Center for Policy Studies in Russia yang berbasis di Moskow, 140 “dua koalisi melawan ISIS bagaimana nasib Suriah selanjutnya” dalam, http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isis-bagaimana-nasibsuriah-selanjutnya_481927. diakses 25 Mei 2016 141 Ibid., 121 menyampaikan pada Troika Report. Ini bisa mengarah pada upaya yang tak terkoordinasi dan menciptakan pergesekan antara anggota kelompok koalisi, secara tak disengaja. Saya berasumsi sepertinya lebih baik kedua koalisi mengeluarkan pakta untuk menghindari perselisihan. Rusia dan AS harus sepakat untuk bertindak lebih bijak.Saat ini, Barack Obama telah menyatakan perlunya menyediakan senjata lebih banyak bagi pemberontak Suriah. Seperti kita tahu, persenjataan tersebut sebelumnya dikirim oleh para pemberontak untuk teroris, yang menghambat operasi yang dilakukan Rusia. ISIS dianggap sebagai ancaman global, tantangan global. Perlu upaya global untuk menumpas hal itu. Mengapa tak ada koordinasi antara Rusia dan Barat pada titik kritis ini? Hal ini karena kurangnya keinginan politik dari pihak Barat. Pemerintah Rusia berulang kali mengajak membentuk upaya bersama memerangi ISIS. Semua upaya gagal, sayangnya. Hal ini mungkin dimotivasi oleh ambisi personal pemimpin negara tertentu.Apakah mungkin salah satu koalisi menyatakan diri sebagai pemenang? Sesungguhnya, tak ada yang benar-benar menang dalam perang ini. Sangat berbahaya untuk mengaku sebagai pemenang. ISIS, sama seperti organisasi teroris lain, merupakan organisasi jaringan. Secara praktis tak mungkin mencapai kemenangan absolut. Saya rasa lebih masuk akal untuk bicara mengenai proses, tapi tidak perlu bicara mengenai hasilnya. Tujuan koalisi Rusia dan AS harus ditegaskan untuk mengurangi potensi tempur ISIS. Pada dasarnya, kompetisi antara dua koalisi tak akan menentukan siapa yang menang atas ISIS, melainkan memperlihatkan siapa yang lebih kuat di wilayah tersebut. Bagi AS, mereka lebih butuh pengakuan sebagai penjaga keamanan Timur Tengah. Bagi Rusia, ini adalah tentang mengamankan rezim pro-Moskow 122 di Damaskus, menciptakan hubungan khusus dengan kekuatan regional yang sedang tumbuh, Iran, dan kembali ke politik global sebagai agen asertif yang bisa diperhitungkan. Di luar perbedaan kepentingan strategis, tujuan utama kedua koalisi sudah tentu memusnahkan ISIS dari dunia yang beradab.142 Saat ini Rusia dan Amerika sama-sama kesulitan untuk sepakat bekerja sama, bahkan dalam memerangi ancaman bersama sekelas ISIS. Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Alasan pertama adalah perbedaan strategi. "Kebijakan Amerika di Timur Tengah tak memiliki pendekatan yang sistematis. Belum selesai membasmi al-Qaeda di Irak, AS beralih ke Libya, kemudian setelah itu melakukan intervensi konflik Suriah," kata Isayev.143 Amerika malah berusaha mengintervensi urusan internal negara-negara tersebut dan mencampuri proses demokrasi di sana. Sementara, strategi Rusia untuk memerangi terorisme berbasis pada dukungan untuk rezim yang sedang berkuasa, tanpa memandang aspek demokrasi dan hak asasi manusia di negaranegara tersebut. Alasan kedua yang mempersulit terciptanya kerja sama untuk membebaskan Timur Tengah dari teroris adalah keengganan Washington untuk menjadikan Moskow sebagai mitra. "Logika konfrontasi membuat mereka enggan bekerja sama dan perlu menimbang-nimbang dengan seksama apakah hal tersebut benar-benar perlu," kata Suslov. "Selain itu, kedua pihak memiliki penilaian yang berbeda mengenai penyebab munculnya ancaman terorisme ini. Rusia menganggap pihak yang paling bersalah atas kemunculan ISIS adalah AS. 142 Ibid., “pakar perselisihan as dan rusia hanya menguntungkan teroris” dalam, http://indonesia.rbth.com/politics/2015/03/04/pakar_perselisihan_as_dan_rusia_hanya_mengu ntungkan_teroris_27019. Diakses 25 Mei 2016 143 123 Kebijakan AS yang diterapkan pada Suriah dilihat sebagai pengulangan dari situasi pada tahun 1980-an, ketika Amerika mendukung muhajidin Afganistan untuk melawan Uni Soviet.".144 D. Pengaruh kontestasi As-Rusia Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah Arab Spring atau Musim Semi Arab sering diasosiasikan dengan pembaharuan dimana rakyat di Timur Tengah melakukan revolusi. Arab Spring dimulai ketika turunnya Presiden Tunisia, yaitu Ben Ali. Kemudian itu berlanjut ke negara-negara timur tengah lainnya, seperti Mesir, Libya, Yaman, dan terakhir yaitu Suriah. Pergolakan yang terjadi di Suriah sampai sekarang masih berlanjut yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al-Assad. Konflik di Suriah tersebut tentu berdampak pada negara-negara dunia yang memiliki kepentingan di Suriah khususnya Amerika Serikat dan Rusia. Kepentingan di bidang politik merupakan kepentingan utama Amerika di negara-negara Timur Tengah khususnya Suriah.145 Suriah merupakan satu-satunya penghambat untuk Amerika setelah Irak ditundukkan untuk menguasai negara-negara Timur Tengah. Sebagian besar negara-negara di Timur Tengah sudah mulai menjadi pengikut atau sudah menjadi teman dekat dengan Amerika Serikat. Akan tetapi berbeda dengan Suriah yang cenderung lebih condong ke Rusia ketimbang dengan Amerika Serikat. Suriah juga dianggap oleh Amerika sebagai ancaman besar bagi Israel selain Iran. Suriah memiliki kedekatan yang erat dengan gerakan Hezbollah di Lebanon dan Hamas di Palestina yang menjadi musuh besar Israel. Amerika sangat melindungi Israel dari ancaman Suriah disebabkan karena Israel merupakan sekutu terdekatnya 144 Ibid., “konflik Suriah kontestasi Amerika Rusia” dalam, http://jakartagreater.com/konfliksuriah-kontestasi-amerika-rusia/. Diakses 25 Mei 2016 145 124 Amerika di Timur Tengah dan sebagian besar orang yang berada di pemerintahan Amerika adalah orang-orang Yahudi yang sangat memperjuangkan Israel dalam dunia internasional.146 Berdasarkan sejarah, Suriah merupakan salah satu sekutu terdekatnya Rusia di kawasan Timur Tengah. Kedekatan itu disebabkan secara ideologis, rezim Ba’athis (sebuah partai politik yang berkuasa atau dominan di Suriah) yang berkuasa di Suriah lebih berorientasi kepada sosialis ketimbang sebagian besar rezim-rezim yang berkuasa di Arab. Selain itu, rezim Ba’athis juga lebih cocok diidentifikasikan dengan Blok Timur ketimbang Gerakan Non-Blok.Rusia memiliki kepentingan dalam bidang politik dan ekonomi dalam konflik internal Suriah. Kepentingan politik Rusia di Suriah berkaitan dengan adanya usaha Rusia dalam mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah dalam menghadapi dominasi Amerika yang ingin menguasai Timur Tengah. Suriah juga dipandang oleh Rusia sebagai aset geostrategis penting dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Kepentingan Rusia dalam bidang politik di Suriah terlihat dengan adanya pangkalan angkatan laut milik Rusia di Pelabuhan Tartus. Pangkalan laut tersebut merupakan satu-satunya yang dimiliki oleh Rusia di Timur Tengah.Adapun kepentingan ekonomi Rusia dalam konflik internal Suriah yakni adanya keinginan Rusia menjadikan Suriah sebagai pasar potensial untuk perdagangan senjata. Semua produk senjata dan kendaraan militer Suriah merupakan buatan Rusia. 147 146 Ibid., Ibid., 147 125 Gambaran lebih jelas atas instabilitas timur tengah dapat ditelusuri lewat politik imperialisme Negara-negara besar. Ekspansi ideologis berikut bentukbentuk praksis politik dan ekonomi turunannya telah lama dilakukan sejak era perang dingin. Afghanistan, Iraq, Iran, Mesir, Arab Saudi, Palestina, atau Libya kesemuanya pernah dan sedang menjadi medan turbulensi geopolitik. Barat tidak pernah berperan sebagai juru selamat, juru runding, atau fasilitator perdamaian. Kesemuanya hanyalah kedok. Sandiwara rutin di tiap meja diplomasi guna menutupi standar ganda mereka. Hal yang sama juga berlaku untuk Rusia dan Putin. Sebagian pihak berasumsi kehadiran Rusia layaknya oase ditengah tindakan unilateral dan kegagalan massif AS di Timur-tengah.148 Penilaian semacam itu mudah berkubang dalam oversimplifikasi. Putin menyimpan agendanya sendiri secara rapat. Peran Rusia tentu pada gilirannya akan meminta imbal balik. Dalam setiap episode perang kepentingan bisnis menguntit pelan dari dekat. Profit perang sangatlah menjanjikan di timur tengah. Bisnis minyak, proyek infrastruktur rehabilitasi paska perang, hutang luar negeri dan jual beli senjata merupakan sisi lainnya. Akumulasi capital semacam ini adalah fenomena yang inheren. ISIS dan perang melawannya sulit lepas dari aspek ekonomi-politik. Oleh karenanya, analisa demikian pada gilirannya akan menyentuh platform politik rezim-rezim berkuasa di timur tengah. Bahwa mereka juga bagian dari masalah. Saddam, monarki Saudi, Bassar, atau Erdogan memainkan politik standar ganda sembari memelihara kekuasaan otoriternya. Arus demokratisasi politik pun menjadi tumbal. Kedaulatan rakyat berada di 148 “Koalisi internasional melawan ISIS” dalam, http://morrisama.blogspot.co.id/2015/12/koalisi-internasional-melawan-isis-dan.html. Diakses 25 Mei 2016 126 tangan dan lidah penguasa. Perang bagaimanapun juga adalah sebuah mega proyek. Banyak hal krusial akan dikalkulasi, untung dan ruginya. Sama sekali tak ada altruisme disana. Satu-satunya garansi yang menanti dengan setia adalah pertumpahan darah, disintegrasi, dan chaos.149 Dengan demikian wacana dan praktek koalisi internasional melawan ISIS atau terorisme adalah sesuatu yang baru sekaligus lama. namun yang pasti fenomena tersebut setidaknya memungkinkan dan menjustifikasi dua hal. Pertama, probabilitas bergesernya peta Geopolitik Barat di Timur-tengah, dan kedua, faktor kepentingan nasional masing-masing Negara pada akhirnya dapat menegasikan pendekatan politiknya dengan Negara lain. Diplomasi sekali lagi membuktikan premis lamanya. Tujuan diplomasi bukanlah menemukan solusi yang sempurna melainkan seni mengelola resiko. Kecuali memang yang akan menanggung hampir semua resikonya adalah rakyat biasa. 150 Amerika Serikat (AS) dan koalisinya mengumumkan telah melakukan 24 serangan terhadap ISIS di Suriah dalam 24 jam. Di waktu yang sama, Rusia mengklaim menggempur 55 target ISIS. Analis militer, Andrew Foxall dari kelompok think thank Henry Jackson Society, memperingatkan, serangan koalisi AS yakni NATO dan Rusia di Suriah bisa menjadi bencana tak terbayangkan jika suatu saat bersinggungan. Kedua kekuatan dunia itu, bahkan bisa terlibat Perang Dunia III di Suriah. Dalam beberapa hari ini saja, ketegangan antara AS dan Rusia terus memanas, di mana AS menuduh serangan Rusia mengenai pasukan pemberontak Suriah yang dilatih AS. Sebaliknya, Rusia mengejak koalisi AS 149 Ibid., Ibid., 150 127 yang sudah setahun menyerang kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tapi tidak begitu terlihat hasilnya. Foxall, mengatakan insiden diplomatik bisa berubah jadi bencana. Dia menggambarkan bahwa lalu lintas udara di Suriah kini semakin padat.151 Pesawat tempur, helikopter, drone, rudal dan artileri baik dari Rusia maupun koalisi AS telah jadi pemandangan setiap saat di wilayah udara Suriah. ”Mengingat jumlah lalu lintas militer di udara (yang padat), ada kekhawatiran nyata bahwa pesawat akan ditembak jatuh karena kesalahpahaman yang jadi bencana. Ini berarti kita bisa menjadi saksi detik-detik dari eskalasi yang tiba-tiba membawa kita ke ambang perang,” kata Foxall. Komandan serangan udara AS di Suriah, Letnan Jenderal Charles Brown, telah mengakui adanya ketegangan kedua pihak. Dia mencontohkan, pesawat AS dan Rusia nyaris berhadapan dalam jarak 20 mil. Jika tidak dikendalikan, hal itu bisa jadi bencana dalam hitungan detik. “Rusia memiliki tujuan yang sangat berbeda dengan koalisi NATO yang menginginkan perubahan rezim di Suriah,” kata Foxall, seperti dikutip Daily Mirror, semalam. (Sementara) kepentingan mempertahankan rezim pro-Rusia di Suriah.152 utama Kremlin adalah Pengaruh antara Barat (AS) dengan Rusia dan China tengah berjalan secara ketat. Hal tersebut bisa diindikasikan dengan sikap China dan Rusia yang dua kali melakukan veto terhadapa resolusi yang digalang oleh AS beserta sekutu-sekutunya. Sikap China dan Rusia itu bukan tanpa dasar, tetapi merupakan sikap perlawanan atas dominasi AS khususnya di Timur Tengah. Perseteruan Rusia dan AS bisa dilacak 151 “konflik Suriah bisa picu perang dunia ketiga” dalam, https://www.salafynews.com/konflik-suriah-bisa-picu-perang-dunia-ketiga.html. Diakses 27 Mei 2016 152 Ibid., 128 dari perang dunia maya (cyber war) antara keduanya dan yang paling menonjol adalah penentangan Rusia atas upaya pembangunan sistem pertahanan rudal (antiballistic missile defense) yang dibangun oleh AS dan NATO di negara-negara Eropa Timur seperti Polandia, Spanyol, dan Rumania. Untuk meminimalisir pengaruh dan dominasi AS khususnya di Timur Tengah, China dan Rusia bersatu padu untuk menjegal langkah AS dan para sekutunya agar tidak sewenangwenang dalam menyelesaikan setiap masalah di kawasan yang kaya minyak tersebut. China dan Rusia tidak ingin kecolongan lagi seperti masalah Somalia, Irak, dan Libya. Hal itu telah disampaikan secara jelas oleh Perdana Menteri China Wen Jiabao dan Menlu Rusia Sergei Lavrov.153 Kedua Negara adidaya ini saling menunjukkan ketengangan satu sama lain karna perbedaan pandangan terhadap konflik yang terjadi di Suriah. Dimana dipihak Amerika Serikat mendesak Rusia agar fokus pada serangan melawan ISIS di Suriah dan melengserkan Presiden Assad, Sedangkan dari pihak Rusia yang mendukung penuh kediktatoran Presiden Suriah, Bashar al Assad.154 a. Konflik Suriah dijadikan Alat Promosi Persenjataan Rusia dan Amerika Serikat saling unjuk kekuatan di Suriah dengan masing-masing mendukung dua pihak yang bermusuhan di mana Rusia mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad yang berbasis Syiah Alawiyah sedangkan AS menyokong pihak pemberontak yang umumnya Sunni.Kedua negara berdalih menggelarkan kekuatan militernya di Suriah demi melikuidasi 153 http://fatkurrohman.blogspot.co.id/2013/06/as-terjegal-di-suriah-olehfatkurrohman.html 154 “Amerika dan Rusia bersitegang di Suriah” dalam, http://www.mustanir.com/2015/10/03/amerika-dan-rusia-bersitegang-di-suriah/ diakses 29 Mei 2016 129 kelompok ekstremis militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).Hari ini Washington mengonfirmasikan bahwa Rusia telah menggelarkan 28 pesawat tempur di Suriah yang berarti Rusia meningkatkan kehadiran militernya di negara terkoyak perang ini.Sebaliknya AS mengirimkan 70 tentara pemberontak didikan pasukan khusus AS ke medan perang Suriah Senin waktu setempat.155 Seperti di kutip CNN Indonesia Rusia memamerkan sejumlah peralatan militer modern dalam parade besar di Lapangan Merah, Moskow, termasuk sistem pertahanan rudal udara yang digunakan di pangkalan udara Suriah dan beberapa jet yang diterbangkan untuk melakukan misi militer di sana.156 Kementerian Pertahanan Rusia dilaporkan akan menjadikan misi di Suriah sebagai misi debut pesawat terbaru mereka, yakni Su-35S. Misi ini akan menentukan apakah proyek terbaru Sukhoi ini sukses, seperti generasi sebelumnya, atau berakhir gagal, beberapa hari yang lalu, empat Su-35S, yang diserahkan ke Angkatan Udara Rusia akhir tahun lalu telah diangkut ke Suriah melalui Iran dan Irak, untuk dibawa ke pangkalan udara Rusia di Hmeymim, dekat Latakia, di barat laut Suriah. Su-35S merupakan generasi terbaru dari jet tempur legendaris Rusia, Sukhoi. Jet ini merupakan pengembangan dari Su-27, yang saat ini turut terlibat dalam operasi anti-teror Rusia di Suriah, untuk membasmi ISIS. Rusia sendiri saat ini sedang getol memodernisasi peralatan militernya. Rencananya, pada tahun 2020 semua peralatan Rusia sudah dilengkapi 155 “Rusia dan As saling gertak di Suriah” dalam, http://www.antaranews.com/berita/519551/rusia-dan-as-saling-gertak-di-suriah Diakses 29 Mei 2016 156 “parade militer Rusia pamer senjata yang digunaka di Suriah” dalam, http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160509180812-134-129527/parade-militerrusia-pamer-senjata-yang-digunakan-di-suriah/ Diakses 29 Mei 2016 130 dengan teknologi paling baru dan paling canggih. Modernisasi ini merupakan bagian dari perombakan besar-besaran dari Angkatan Bersenjata Rusia.157 Rusia dibawah kendali Presiden Vladimir Putin tetap teguh memegang prinspnya untuk melindungi satu-satunya sekutu strategis di timur tengah, Presiden Suriah Bashar Al Assad. Meksi didesak oleh para pemimin G8, Putin tetap berjalan lurus melindungi Suriah dari intervensi militer langsung oleh Amerika Serikat dan Barat. Ditengah keputusan Barat yang secarat terbuka akan mengirimkan lebih banyak senjata canggih pada kelompok pemberontak membuat Ruisa merespon keputusan ini dengan mengirim lebih banyak senjata canggih pada Presiden Suriah Bashar Al Assad. Langkah putin ini secara tak langsung memberi efek luar biasa bagi Barat, upaya untuk menyerang Suriah secara langsung sepreti kasus Libya tak akan mudah lagi, bila dipaksakan Barat akan terbentur dengan kekuatan militer Rusia. Muncul kabar terbaru bahwa senjatasenjata canggih yang akan di supply Rusia ke Suriah merupakan senjata baru yang belum pernah terlihat di medan pertempuran alias senjata non Battle Proven, sengaja atau tidak dibalik penggelaran senjata baru Rusia di Suriah bisa jadi dimanfaatkan sebagai ajang uji coba bagi senjata baru tersebut sehingga berhak menyangang Title Battle Proven.158 Melalui ajang uji di pertempuran yang nyata akan didapatkan informasi faktual seberapa hebat senjata baru tersebut, kelebihan dan kelamahan bisa diperlihatkan dengan jelas sebagai informasi berharga untuk pengembangan lebih 157 “Suriah jadi debut jet tempur terbaru Rusia” dalam, http://international.sindonews.com/read/1081829/41/suriah-jadi-debut-jet-tempur-terbarurusia-1454314698. Diakses 29 Mei 2016 158 “sisi lain perang Suriah ajan uji coba senjata baru Rusia” dalam, http://www.kompasiana.com/kasamago/sisi-lain-perang-suriah-ajang-uji-coba-senjata-barurusia_552c11116ea834803a8b45b0. 29 Mei 2016 131 lanjut. Tentu saja, bila senjata baru Rusia ini memanen sukses besar di Suriah, maka otomatis mengangkat nama senjata-senjata rusia tersebut yang berimplikasi kuat di sektor bisnis penjualan senjata. Sukses di medan perang (battle Proven) akan semakin meningkatkan kepercayaan calon pembeli senjata untuk membeli senjata tersebut. Title Battle Proven merupakan jaminan kuat bagi senjata tersebut untuk laku di pasaran, Seperti pepatah lama, tak ada bantuan yang sepenuhnya gratis, mungkin ini juga ditengah dimainkan Rusia dalam konflik Suriah.159 Jika sebelumnya Amerika Serikat dan Rusia selalu di kubu yang berseberangan, kini kedua negara tersebut, meski tak bertemu secara fisik di medan perang, namun saling memamerkan teknologi persenjataannya di Suriah. Inilah yang sebuat Proxy War atau perang proksi. Suriah menjadi lokasi pertempuran, di mana AS dan Rusia saling memamerkan teknologi persenjataannya di Suriah. Di Suriah, AS dan Rusia tidak bertemu, tapi kedua negara adidaya itu mempertemukan teknologinya masing-masing.160 b. Konflik Suriah Dijadikan Ajang Pembuktian Kekuatan Keberhasilan strategi presiden Rusia, Vladimir Putin dalam intervensi militer di Suriah ini diakui dalam assessment yang dibuat pemerintah di Washington. “Tidak perlu diragukan lagi, posisi presiden Suriah, Bashar al Assad kini lebih aman dibanding sebelumnya”, ujar seorang petinggi di Pentagon kepada KB Reuters. Juga posisi tawar menawar Rusia di meja perundingan internasional 159 Ibid., “pamer senjata As Rusia perang proxy di suriah” dalam, https://www.islampos.com/mustafa-nahrawardaya-pamer-senjata-as-rusia-perang-proxy-disuriah-221193/. Diakses 29 Mei 2016 160 132 terkait konflik Suriah langsung melambung. Kini tidak mungkin ada solusi damai tanpa keterlibatan Moskow. 161 Presiden Putin sebelummnya menegaskan, intervensi militer Rusia di Suriah memang bertujuan mengokohkan pemerintahan Assad dan membantunya memerangi Islamic State-ISIS. Sementara negara barat menuding serangan udara Rusia terutama ditujukan ke posisi pemberontak moderat. Salah satu grup yang diklaim moderat adalah Front Al-Nusra yang sempalan Al Qaida. Lima pejabat tinggi pemerintah Amerika yang diwawancarai Reuters, secara senada juga mengakui sukses strategi Putin di Suriah. “Secara umum misi Rusia di Suriah sukses, dan ongkos perang relatif rendah”. 162 Amerika Serikat dan aliansinya yang telah melakukan intervensi militer lebih dari tiga tahun, tidak berhasil mengubah perimbangan kekuatan di negara yang dicabik perang saudara sejak lebih dari empat tahun itu. Ironisnya, justru kekuatan dan kawasan yang bisa direbut Islamic State – ISIS di Suriah dan Irak makin kokoh dan meluas.163 Sebuah laporan Pentagon Amerika Serikat (AS) mengungkap kekhawatiran Washington atas manuver-manuver mematikan armada militer Kremlin dalam memerangi ISIS di Suriah. Padahal, AS sempat meremehkan kemampun militer Rusia sejak akhir Perang Dingin. Laporan itu disusun George 161 “Rusia demonstrasi perang aktif di Suriah” dalam, http://www.dw.com/id/rusiademonstrasikan-perang-efektif-di-suriah/a-18946744 diakses 29 Mei 2016 162 Ibid., 163 Ibid., 133 Fedoroff, pejabat ahli intelijen Angkatan Laut AS pemantau militer Rusia dengan judul; “The Russian Navy: A Historic Transition”.164 AS merasa “baru terbangun” melihat kekuatan Angkatan Laut Rusia terkini saat unjuk kekuatan di Suriah. militer Rusia meluncurkan rudal-rudal jelajahKaliber-M dari kapal perang yang ditempatkan di Laut Kaspia. Rudal yang melesatlebih dari 1.500 mil dan melewati langit Irak dan Iran sebelum akhirnya menggempur basis teror di Suriah telah dipantau AS. Para pejabat AS saat itu sempat menuduh, beberapa rudal jelajah Rusia itu menyasar ke Iran. Namun tuduhan itu disangkal baik oleh Moskow maupun Teheran.165 Dalam laporannya, Fedoroff mencatat armada militer musuh AS dalam Perang Dingin itu tumbuh, di mana Kremlin memiliki banyak kapal perang dan kapal selam, yang saat ini berjumlah 186 kapal. Dia juga memantau persenjataan Angkatan Laut Rusia yang patut dipertimbangkan AS. Fedoroff mengakui bahwa AS telah meremehkan kemampuan militer Rusia sejak akhir Perang Dingin. Namun, sekarang, untuk pertama kalinya dalam 24 tahun, Pentagon mulai memperhatikan kehebatan militer Moskow.166 Sejak tahun 2000, kondisi pemerintah dan ekonomi Rusia telah stabil, telah ada upaya yang terfokus dan didanai untuk merevitalisasi militer Rusia, termasuk angkatan lautnya,” lanjut laporan Fedorrof, seperti dilansir Sputnik. Fedoroff juga mencatat manuver rudal jelajah Kalibr Rusia sebagai tanda meningkatnya kekuatan angkatan laut Rusia.”(Rudal) Kalibr 164 “Amerika mulai takut dengan kekuatan militer Rusia” dalam, http://www.lintasnasional.com/2015/12/29/amerika-mulai-takut-dengan-kekuatan-militerrusia/. Diakses 30 Mei 2016 165 Ibid., 166 Ibid., 134 memberikanplatform sederhana, seperti korvet, dengan kemampuan ofensif yang signifikan dan dengan menggunakan rudal serangan darat, semua platform memiliki kemampuan yang signifikan untuk membuat target tetap jauh berisiko,” imbuh laporan itu.167 Pesawat-pesawat jet tempur Rusia yang menghujani Suriah dengan bombom dahsyat dinilai menjadi pukulan semacam “bom” psikologis bagi Amerika Serikat (AS). Demikian analisis kolomnis terkemuka Rusia, Vladimir Soloviev. Menurutnya, dalam sebulan terakhir, opini publik dunia beralih dari menonton video propaganda kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ke agresi militer Kremlin di Suriah yang sudah membuat AS dan sekutunya kesal. Soloviev melanjutkan, waktu untuk diskusi tentang teroris berjenggot telah lewat. Sekarang semua orang berbicara tentang aksi pilot-pilot Rusia. Menurutnya, Washington mau tidak mau harus menyaksikan “pahlawan” baru di Suriah dalam memerangi kelompok teror.168 Analisis Soloviev bukan sekadar argumen pribadi. Dia mengutip pengakuan Komandan Pasukan Angkatan Darat di Eropa, Jenderal Ben Hodges, yang terkejut dengan kemampuan Moskow menyebarkan tentaranya di kawasan Timur Tengah dalam waktu yang sangat singkat. “Ia bingung dengan hal ini,” tulis Soloviev dalam sebuah kolom yang dikutip Sputnik, Senin (26/10/2015). Soloviev juga mengutip analisis pemberitaan wartawan Italia yang pernah membuat laporan kehebatan agresi Rusia di Suriah. ”Rusia terlalu kuat,” judul 167 Ibid., “hujan bos Rusia di Suriah jadi pukulan psikologis bagi As”dalam, http://international.sindonews.com/read/1056133/41/hujan-bom-rusia-di-suriah-jadi-pukulanpsikologis-bagi-as-1445822892 diakses 30 Mei 2016 168 135 laporan itu. ”Ledakan bom Rusia di Suriah telah memukul Amerika dengan gelombang ledakan. Ini semacam ‘bom psikologis”, kata Soloviev. Intervensi militer Rusia di Suriah, kata dia, telah mematahkan citra AS di panggung dunia. Terlebih, Rusia telah mengusulkan Pemilu sebagai solusi untuk mengakhiri krisis Suriah.169 2. Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah Sampai hari ini, Konflik di Suriah tidak lagi sekedar pertempuran antara kubu pro atau anti presiden Assad, namun telah berubah menjadi konflik sektarian.Konflik telah membawa kelompok Sunni sebagai mayoritas di negara itu untuk melawan presiden Syiah Alawit. Isu Sunni-syiah kemudian cepat berhembus dan menarik negara-negara tetangga dan kekuatan dunia ikut turun tangan.Konflik berkepanjangan membuat Suriah terbagi menjadi empat wilayah yang masing-masing dikontrol empat kekuatan. Empat kekuatan tersebut adalah rezim Suriah, faksi-faksi oposisi Suriah, milisi Kurdi dan ISIS.Pemberontakan Musim Semi Arab melawan penguasa otoriter Assad telah berkembang menjadi perang proxy yang menjadi persaingan kekuatan regional dan dunia.Konflik suriah begitu kompleksnya. Seakan semua aktor dunia bertemu di satu panggung. Amat sulit menebak kesudahan konflik Suriah. Lebih-lebih melihat perimbangan kekuatan kedua kubu yang sama-sama didukung raksasa Kekuatan dunia (AS dan Rusia).Korban terus berjatuhan dan pengungsi makin tak pasti nasibnya. Sebenarnya kita berharap pada badan dunia seperti PBB, namun pengalaman selama ini berbicara bahwa badan dunia itu masih setengah-setengah dalam bertindak.Saat ini Suriah dalam kondisi gencatan senjata yang ditengahi oleh 169 Ibid., 136 Rusia dan Amerika Serikat, dimana hal itu mulai berlaku pada 27 Februari. Gencatan senjata yang dicapai antara pemerintah Suriah dan puluhan kelompok militan yang beroperasi di negara tersebut, tidak berlaku untuk kelompok teroris Daesh dan front al-Nusra.Namun, merebaknya kekerasan baru di beberapa bagian Suriah, khususnya di sekitar Aleppo, telah menjadikan gencatan senjata tersebut compang-camping akibat adanya banyak pelanggaran dalam beberapa pekan terakhir dan hal ini mempengaruhi pembicaraan damai terkait konflik Suriah.Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, memperkirakan bahwa lebih dari 500.000 orang telah tewas dalam konflik. Dan lebih dari setengah dari populasi di Suriah juga telah mengungsi.170 Konflik di Suriah kini memasuki tahun kelima. Jumlah korban semakin meningkat, hingga mendekati 500.000 korban jiwa. Bagi rakyat Suriah, pengeboman, pembunuhan dan penyiksaan adalah horor yang mereka hadapi setiap hari.Suriah mengungkap sebuah fakta tentang ketidakberdayaan Dewan Keamanan PBB di era rivalitas yang tajam hari ini. Karena di Suriah, sistem di PBB bekerja, tapi tidak untuk rakyat Suriah.Apa yang terungkap dari konflik di Suriah tentang PBB adalah bahwa sistem tersebut “tidak bermoral”, bahkan saat ia “berfungsi” sekalipun. Ia dipasang untuk menjalankan kepentingan great powersdan mengurangi kemungkinan terjadinya perang di antara mereka. Sistem tersebut memberikan sebuah tatanan dasar. Tapi, tatanan tersebut jauh dari keadilansebagaimana yang kita lihat di Suriah, dan gagal untuk menghadirkan perdamaian.Banyak yang terkejut dengan meningkatnya eskalasi kekerasan yang terjadi di sana. Namun, sejatinya hal yang paling mengejutkan adalah semua 170 https://arrahmahnews.com/2016/06/28/keamanan-iran-kunjungi-rusia-bahas-krisis-suriah/ 137 orang terkejut dengan kegagalan PBB tersebut. PBB adalah organisasi yang cacat yang tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ia nyatakan, apalagi memenuhi kebutuhan dan harapan berbagai pihak yang tertindas dan mengalami penderitaan di seluruh dunia—yang menjadikan PBB sebagai harapan terakhir mereka.Setelah berulangkali mengeluarkan resolusi untuk mengatasi konflik di Suriah, dengan nilai F yang mereka dapatkan, PBB mengeluarkan Plan of Action to Prevent Violent Extremism.171 Mereka menganggap kelompok radikal Islam sebagai ancaman terbesar bagi tatanan dunia dan nilai-nilai Barat. Untuk melawannya, segala upaya pun dilakukan, mulai dari serangan darat, serangan udara, pembunuhan, penyiksaan, penahanan secara masif, hingga sanksi ekonomi. Yang terbaru, mereka membuat pendekatan lain yang diberi nama “Prevent Violent Extremism” untuk mencegah tersebarnya paham-paham ekstrimisme. Langkah ini diambil karena program deradikalisasi, yang mencoba untuk mengubah pikiran orang-orang yang sudah radikal, dinilai tidak efektif.Globalisasi program PVE ini tidak lepas dari usaha pemerintah AS sebagai penggerak utamanya. Plan of Action memberikan lebih dari 70 rekomendasi kepada seluruh negara anggota dan juga sistem PBB untuk mencegah penyebaran ekstremisme kekerasan. PBB juga merekomendasikan negara anggotanya untuk mengadopsi inisiatif yang ada dalam plan of action tersebut yang berfokus pada tujuh area kunci untuk menangkal violent extremism, yaitu: Dialog dan Pencegahan Konflik Menguatkan Good Governance, HAM, dan Aturan Hukum 171 https://www.arrahmah.com/rubrik/narasi-tunggal-pbb-gagal-di-suriah-pbb-membuat-preventviolent-extremism.html 138 Pelibatan Komunitas Penguatan Pemuda Persamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Pendidikan, Pengembangan Skill, dan Kemudahan Lapangan Kerja Komunikasi Strategis, Internet, dan Media Sosial Plan of action tersebut bukan tanpa kritikan, banyak lubang cacat di sana yang membuat sejumlah akademisi memberikan catatan dan kritikan. Pertama, tidak mendefinisikan apa itu violent extremism, bahkan PBB menyerahkan definisi tersebut pada negara masing-masing yang berpotensi disalahgunakan untuk melakukan represinya atas rakyatnya. Kedua, tidak mampu memberi bukti yang meyakinkan tentang penyebab violent extremism. Tidak banyak bukti yang mendukung penyebab violent extremism yang diklaim oleh Plan of Action. Plan of Action sendiri menjelaskan bahwa tidak ada konsensus di antara para ahli tentang “apa yang menyebabkan violent extremism” dan tidak ada bukti kuantitatif tentang apa yang menyebabkan seseorang menjadi ektrimis atau teradikalisasi. Tentu saja, konsensus ini akan makin sulit dicapai jika definisi saja tidak jelas.172 Ketiga, PVE memiliki dampak menyeluruh, di mana ia bisa memasukkan kepentingan yang legal di bawah bendera “menekan violent extremism“. Plan of Action tidak mendasarkan konsep violent extremism pada hukum internasional. Tidak jelas, apakah seluruh aksi violent extremism bisa dianggap melanggar hukum, terutama yang terjadi di saat konflik. Namun di saat yang sama, Plan of Action berusaha menampakkan diri menghormati hukum internasional sebagai jalan utama untuk menghentikan momokviolent extremism. 172 .,Ibid 139 Keempat, jika PVE gagal, biaya politik dan keamanannya tidaklah nol. Jika Plan of Action diimplementasikan, sebagaimana harapan Sekjen PBB, maka seluruh negara di dunia akan memiliki National Plan of Action tentang PVE. Negara akan mengerahkan sumber dayanya untuk usaha ini. Mereka akan membuat hukum baru. Mereka akan mengubah ke mana dana pembangunan dan bantuan akan diinvestasikan. Para pejabat mereka akan terus menyorot komunitas, kelompok etnis, atau kelompok agama yang “rentan” terhadap terorisme. Komunitas tersebut akan terus diawasi atas nama PVE. Negara akan meningkatkan usaha untuk membuat orang “lebih moderat”, atau mengajari mereka bahwa ‘teks-teks agama mereka mempunyai tafsir yang lain dari yang mereka yakini’. Karenanya, PVE berpotensi menciptakan para violent extremist sebanyak yang berhasil mereka cegah. Ada potensi pukulan balik di sini, dan hal ini harus dipandang serius dalam lingkungan geopolitik saat ini.Represi yang timbul dari inisiatif tersebut tidaklah mengejutkan. Akar dari semua itu terdapat pada cacat semantik dan konseptual yang melekat di dalamnya. Strategi tersebut didasarkan pada “pemahaman yang simplistik dari proses [radikalisasi] sebagai sebuah jalur pasti kepada violent extremism dengan tanda yang bisa diidentifikasi sepanjang jalur tersebut.” Dalam teori tersebut, jika seseorang berpikiran radikal, pada ujungnya otomatis dia akan menjadi seorang teroris. Padahal, meski sudah banyak dilakukan riset dengan dana yang sangat besar, “tidak ada data statistik yang otoritatif tentang jalur yang membawa seseorang menjadi radikal.”Di atas kertas, hampir semua strategi untuk melawan ekstremisme kekerasan bersifat generik. Namun, dalam praktiknya, mereka cenderung menargetkan kelompok tertentu yang dicap paling ‘beresiko’ tertarik pada ekstremisme kekerasan. Pendekatan 140 semacam ini bisa sangat diskriminatif dan memberikan stigma berbagai kelompok minoritas, etnis, agama atau adat tertentu. Inti strategi ini adalah persepsi bahwa untuk mencegah terorisme, yang mereka lihat sebagai ancaman terbesar di era ini, mereka harus mencegah Muslim yang ‘rentan’ dari teradikalisasi oleh ekstremisme kekerasan. Mereka menganggap ideologi sebagai akar dari terorisme. Strategi Prevent menganggap keyakinan Islam sebagai masalah.PVE adalah program yang dimotivasi oleh politik, bukan strategi kontraterorisme. Dan alasan kenapa ia berhasil diterapkan adalah sebagian umat Islam dengan mudah menerima narasi tunggal yang disetir oleh Barat yang berlaku dalam “perang melawan teror”. Narasi yang digunakan terkait dengan kekerasan politik, ekstremisme, radikalisasi, dan persoalan Islam/Muslim sangat dipengaruhi oleh think tanks AS dan Inggris serta kelompok kebijakan mereka, yaitu bersifat ideologis dan politis.Hasilnya adalah sebuah kebijakan yang tidak lagi tentang pencegahan kekerasan yang termotivasi oleh politik—yang disebabkan oleh dukungan Barat pada pemerintah yang zalim dan penindasan yang mereka lakukan pada dunia Islam, bukan ideologi—tapi lebih kepada kebijakan untuk mengalahkan ideologi Islam itu sendiri, dengan hanya menerima Islam yang bersahabat bagi nilai-nilai Barat.Dengan program PVE-nya, Barat berusaha mendefinisikan ulang Islam. Meski dalam retorikanya ingin perdamaian dan persatuan, realitanya mereka justru berusaha memecah belah Islam dengan membuat pengelompokan: Islam moderat dan Islam ekstrim. Padahal, “Islam adalah Islam, dan akan selalu demikian hingga hari kiamat.”173 173 .,Ibid 141 Aspek iklim keamanan secara sosial keadaan Suriah dibentuk dalam sebuah model perdamaian yang berkelanjutan pemahaman pertama kedua kondisi praperang negara dan karakteristik utama dari konflik, termasuk tetapi tidak terbatas pada unsur sektarian perang. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, menyatakan bahwa untuk menghindari satu ukuran cocok untuk semua formula dan impor model asing, dan, sebaliknya, mendasarkan dukungan kami pada penilaian nasional, partisipasi nasional dan kebutuhan nasional dan aspirasi174. Penyebab dan unsur utama konflik diuraikan, oleh karena itu, akan sebuah pembagian kekuasaan. Model diusulkan dan aplikasi potensinya dalam konteks spesifik perang sipil Suriah dieksplorasi. Gangguan dari masyarakat internasional dalam konflik Suriah sekaligus sebuah kutukan dan berkat. Keterlibatan pemain internasional yang signifikan untuk menyelesaikan konflik, aktor-aktor eksternal harus berperan dalam perdamaian internasional. Resolusi sulit dicapai tanpa keterlibatan pihak internasional yang relevan dalam "konflik dengan sangat berbahaya pendukung eksternal dan kuasanya. Pada saat yang sama waktu, ketidakstabilan sedangkan bahaya gangguan eksternal menciptakan lebih besar adalah masalah yang sedang berlangsung di Suriah, keterlibatan luar umumnya dianggap penting dalam transisi dari konflik sipil dari perang untuk perdamaian. Keterlibatan partai politik turut berperan langkah untuk mengamati perlucutan senjata dan proses demobilisasi, diyakini bahwa pihak yang bertikai berkomitmen untuk perdamaian lebih mudah175 174 Groarke.(2016).Mission Impossible :Exploring The Viability of Power –Sharing as a Conflict Resolution Tool in Syria.Internatioanl Journal of Conflict Management 175 Ranft, F. (2014), “Understanding the resolution of civil wars with power-sharing peace agreements”, PSS-ISA Joint International Conference, Corvinus University, Budapest, 21 June 142 Pada saat tidak ada pemerintahan yang sah dan tidak ada lembaga hukum yang ada untuk menegakkan kontrak, yang diminta untuk demobilisasi, melucuti, dan melepaskan kekuatan militer mereka dan mempersiapkan diri untuk perdamaian. Negosiasi gagal karena lawan perang sipil tidak bias kredibel berjanji untuk mematuhi ketentuan yang berbahaya tersebut. Hanya ketika penegak hukum di luar langkah untuk menjamin hal melakukan komitmen untuk melucuti dan berbagi kekuasaan politik menjadi dipercaya 176. Hanya kemudian kerjasama tidak menjadi mungkin. Oleh karena itu, kehadiran pihak ketiga adalah batas untuk spoiler potensi perdamaian, karena biaya untuk melanjutkan peningkatan konflik dan menyebabkan lebih kuat kepercayaan komitmen semua pihak untuk proses perdamaian. Dalam pengaturan pasca-konflik di masa depan di Suriah, bentuk lain dari intervensi eksternal juga akan menjadi vital. Situasi ekonomi negara mengerikan dan setiap masa restabilisasi negara akan menuntut bantuan dari luar utama, sebaiknya dalam bentuk dukungan dari PBB atau masyarakat internasional lainnya177. 176 Walter, B. (1997), “The critical barrier to civil war settlement”, International Organization, Vol. 51 No. 3, pp. 335-354 177 Ibid 143 BAB V KESIMPULAN Konflik yang terjadi di Suriah saat ini disebut-sebut tak bisa dilepaskan dari apa yang dikenal dengan Arab Spring, yaitu merujuk pada sebuah fenomena merebaknya revolusi demokrasi di dunia Arab. Munculnya kelompok militan ISIS yang berpotensi merusak stabilitas keamanan dunia dan menjadi tragedi besar kejahatan kemanusiaan menjadikan konflik di Suriah telah menjadi ancaman bagi keamanan internasional. Dengan demikian terkait adanya intervensi Amerika Serikat dan Rusia sekaligus memberikan pengaruh kontestasi dua negara adidaya terhadap stabilitas keamanan ditengah konflik Suriah, dari pembahasan bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. ISIS dianggap tidak serius memerangi pemerintah Suriah, Laporan HIS jane’s Terorrism and insurgencycenter (JTIC) 2014 melaporkan, 64% serangan militer isis diarahkan kepada kelompok-kelompok bersenjata non-pemerintah dan hanya 13% yang menargetkan angkatan militer Suriah. namun yang paling banyak disorot adalah ISIS, komentar-komentar AS dan Rusia di media-media kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS, padahal bukan hanya ISIS yang seharusnya menjadi ancaman. Keberadaan ISIS di Suriah pun menimbulkan kontroversi ditengah-tengah kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung menghambat perjuangan melawan rezim Assad sehingga ada kesimpulan yang muncul bahwa ISIS adalah bagiandari proyek AS di Timur Tengah. 2. Hubungan Rusia dan Suriah merupakan hubungan lama yang dijalin kembali, hubungan tersebut sudah ada bahkan pada saat Rusia masih berbentuk 144 Uni Soviet dan Suriah masih belum menjadi sebuah negara yang diakui oleh dunia internasional dan PBB pada 17 April 1946 Pada sejarahnya, Rusia meletakkan Byzantyne Armydi Suriah pada abad ke 10 dan 11, dan setelah perjanjian Carlovit dengan Ottoman empire pada 1699 semakin banyak para pendatang Rusia yang mengunjungi Suriah dalam perjalanan mereka ke Palestina dengan berbagai tujuan yang ada, Rusia masih memandang Timur Tengah sebagai kawasan yang cukup strategis dalam politik internasional untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Selain itu Suriah menjadi jalan bagi Rusia untuk mengambil keuntungan menjadi negara yang berpengaruh mengingat kawasan Timur Tengah merupakan kawasan shatterbelt. Shatterbelt merujuk terhadap kawasan geografis dengan dua kondisi yaitu, didalamnya benyak terjadi konflik lokal dengan atau antara Negara-negara kawasan tersebut, dan terdapat keterlibatan beberapa actor major power yang berasal dari luar kawasan yaitu Amerika untuk menaruh pengaruhnya di Timur Tengah. Hal ini yang menjadikan ambisi politik Rusia di Timur Tengah mengingat masih adanya rivalitas antar Rusia dan Amerika. hadirnya Amerika Serikat dalam konflik Suriah sendiri di dalam posisi membingungkan, di dalam melihat rezim Bashar al Assad, Amerika Serikat mempunyai dilema yang tidak dimiliki oleh Iran. Bashar al Assad, seorang kepala negara dinasti Syiah Alawite yang lama memimpin Suriah yang mayoritas Islam, disebut oleh dunia internasional sebagai rezim yang keji sehingga Amerika Serikat tidak mungkin membelanya. Semangat Barat untuk menginvasi suriah dilandasi salah satunya oleh faktor Ekonomi, suplai minyak dari kawasan timur tengah merupakan suatu faktor penting bagi kestabilan perekonomian Amerika Serikat dan sekutunya, apalagi Assad anti barat dan condong pada Rusia dan China yang selalu berbeda 145 kepentingan dengan Amerika. Sejak 2009. Alasan politis yang berkaitan dengan dukungan AS atas oposisi guna meruntuhkan pemerintahan Basyar diantaranya: a. runtuhnya Basyar Asad akan memperkokoh posisi Israel. b. kedekatan Suriah dengan Hizbullah dan Hamas sangat membahayakan keamanan Israel. c. jatuhnya Basyar Asad akan merubah konstalasi kekuatan politik di Suriah 3. Tantangan dan Kesulitan AS-Rusia Dalam Memerangi ISIS adalah Kuatnya Kemampuan Militer ISIS. Setahun setelah deklarasi pembentukan kekhalifahan ISIS oleh Abu Bakr alBaghdadi, kelompok tersebut masih kuat, walaupun sudah diserang berulang kali oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, ISIS malah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dan tampil lebih kuat. Sebuah kajian yang mengupas strategi militer ISIS mencoba menjelaskan alasan mengapa kelompok itu begitu kokoh dalah konsep “Bertahan dan Berkembang”. Dengan mempraktikkan teori itu, ISIS dapat bertahan di lokasi yang dianggap menjadi markas mereka, Raqqa di Suriah dan Mosul di Irak. Bulan lalu, lokasi pertahanan ISIS melebar ke Ramadi, ibu kota Provinsi Anbar di Irak, serta Kota Palmyra di Suriah. Selain memiliki strategi global, ISIS juga menerapkan taktik tempur yang spesifik. Di Irak dan Suriah, taktik penggunaan bom mobil atau Vehicle Borne Improvised Explosive Devices (VBIEDS) terbukti menjadi senjata perang yang sukses. Bom semacam itu dipasang di mobil Hummer AS yang dirampas dari militer Irak.Wilayahwilayah perkotaan yang lebih kecil diserbu menggunakan “manuver jepit” dengan menempatkan bom mobil di kedua sisinya, disusul militan-militan yang 146 menggunakan rompi bunuh diri lalu diikuti prajurit dan kendaraan-kendaraan yang dilengkapi persenjataan. Kota-kota besar dikuasai dengan metode gabungan antara infiltrasi, khususnya melalui komunitas Sunni yang terpinggirkan di Irak, dan "Strategi Belt" atau sabuk. Dengan strategi itu awalnya kota-kota dan pedesaan yang di sekitar pusat kota besar dikuasai terlebih dahulu, dan menutup jalanan. Taktik itu memerlukan mobilitas tingkat tinggi, organisasi yang efisien, serta pasokan amunisi dan air yang banyak. Dengan demikian jumlah anggota ISIS yang sedikit bisa menghadapi pasukan dalam jumlah besar sementara anggota ISIS lainnya menyerang sebuah kota, pangkalan militer atau lokasi strategis lainnya seperti sebuah bendungan atau kilang minyak. belum ada kesepakatan mengenai ukuran pasti kekuatan militer gerombolan itu. Akan tetapi Laman Wikipedia menyitir sejumlah sumber demi menuliskan jumlah pasukan ISIS di Irak dan Suriah: klaim dari pejuang suku Kurdi (200.000 orang), informasi militer Rusia (70.000 orang), pengakuan para mujahid (100.000 orang), dan data dinas intelijen Amerika Serikat atau CIA (20.000 - 30.000 orang). Colin Clarke, ilmuwan politik madya dari Rand Corporation, spesialis urusan pemberontakan dan terorisme lintas negara, menaksir jumlah pejuang ISIS mencapai 10.000 orang. Besarnya kapasitas militer ISIS kemungkinan besar terwujud berkat kecakapan mereka mendanai gerakannya. ISIS menggalang kebanyakan dana secara solo lewat pembajakan kendaraan, perampokan bank, pemerasan, dan penculikan dengan tuntutan tebusan. Taksiran uang yang ditangguk ISIS per harinya berkisar USD1 juta, atau bahkan USD25 juta - USD30 juta per tahun. 147 Bahkan, ada pula pihak yang memproyeksikan bahwa jumlah dana harian yang berhasil dikumpulkan mencapai USD2 juta hingga USD4 juta. Pengaruh kontestasi As-Rusia Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah dinyatakan oleh Andrew Foxall dari kelompok think thank Henry Jackson Society yang memperingatkan, serangan koalisi AS yakni NATO dan Rusia di Suriah bisa menjadi bencana tak terbayangkan jika suatu saat bersinggungan. Kedua kekuatan dunia itu, bahkan bisa terlibat Perang Dunia III di Suriah. AS menuduh serangan Rusia mengenai pasukan pemberontak Suriah yang dilatih AS. Sebaliknya, Rusia mengejak koalisi AS yang sudah setahun menyerang kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tapi tidak begitu terlihat hasilnya. konflik di Suriah telah berubah menjadi konflik sektarian.Konflik telah membawa kelompok Sunni sebagai mayoritas di negara itu untuk melawan presiden Syiah Alawit. Isu Sunnisyiah kemudian cepat berhembus dan menarik negara-negara tetangga dan kekuatan dunia ikut turun tangan.Konflik berkepanjangan membuat Suriah terbagi menjadi empat wilayah yang masing-masing dikontrol empat kekuatan. Empat kekuatan tersebut adalah rezim Suriah, faksi-faksi oposisi Suriah, milisi Kurdi dan ISIS.Pemberontakan Musim Semi Arab melawan penguasa otoriter Assad telah berkembang menjadi perang proxy yang menjadi persaingan kekuatan regional dan dunia.Konflik suriah begitu kompleksnya. Seakan semua aktor dunia bertemu di satu panggung. Amat sulit menebak kesudahan konflik Suriah. Lebih-lebih melihat perimbangan kekuatan kedua kubu yang sama-sama didukung raksasa Kekuatan dunia (AS dan Rusia).Korban terus berjatuhan dan pengungsi makin tak pasti nasibnya. Sebenarnya kita berharap pada badan dunia seperti PBB, namun pengalaman selama ini berbicara bahwa badan dunia itu masih setengah-setengah 148 dalam bertindak.Saat ini Suriah dalam kondisi gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia dan Amerika Serikat, dimana hal itu mulai berlaku pada 27 Februari. Gencatan senjata yang dicapai antara pemerintah Suriah dan puluhan kelompok militan yang beroperasi di negara tersebut, tidak berlaku untuk kelompok teroris Daesh dan front al-Nusra.Namun, merebaknya kekerasan baru di beberapa bagian Suriah, khususnya di sekitar Aleppo, telah menjadikan gencatan senjata tersebut compang-camping akibat adanya banyak pelanggaran dalam beberapa pekan terakhir dan hal ini mempengaruhi pembicaraan damai terkait konflik Suriah.Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, memperkirakan bahwa lebih dari 500.000 orang telah tewas dalam konflik. Dan lebih dari setengah dari populasi di Suriah juga telah mengungsi. Konflik di Suriah kini memasuki tahun kelima. Jumlah korban semakin meningkat, hingga mendekati 500.000 korban jiwa. Bagi rakyat Suriah, pengeboman, pembunuhan dan penyiksaan adalah horor yang mereka hadapi setiap hari.Suriah mengungkap sebuah fakta tentang ketidakberdayaan Dewan Keamanan PBB di era rivalitas yang tajam hari ini. Karena di Suriah, sistem di PBB bekerja, tapi tidak untuk rakyat Suriah.Apa yang terungkap dari konflik di Suriah tentang PBB adalah bahwa sistem tersebut “tidak bermoral”, bahkan saat ia “berfungsi” sekalipun. Ia dipasang untuk menjalankan kepentingan great powersdan mengurangi kemungkinan terjadinya perang di antara mereka. Sistem tersebut memberikan sebuah tatanan dasar. Tapi, tatanan tersebut jauh dari keadilansebagaimana yang kita lihat di Suriah, dan gagal untuk menghadirkan perdamaian.Banyak yang terkejut dengan meningkatnya eskalasi kekerasan yang terjadi di sana. Namun, sejatinya hal yang paling mengejutkan adalah semua 149 orang terkejut dengan kegagalan PBB tersebut. PBB adalah organisasi yang cacat yang tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ia nyatakan, apalagi memenuhi kebutuhan dan harapan berbagai pihak yang tertindas dan mengalami penderitaan di seluruh dunia-yang menjadikan PBB sebagai harapan terakhir mereka.Setelah berulangkali mengeluarkan resolusi untuk mengatasi konflik di Suriah, dengan nilai F yang mereka dapatkan, PBB mengeluarkan Plan of Action to Prevent Violent Extremism. Mereka menganggap kelompok radikal Islam sebagai ancaman terbesar bagi tatanan dunia dan nilai-nilai Barat. Untuk melawannya, segala upaya pun dilakukan, mulai dari serangan darat, serangan udara, pembunuhan, penyiksaan, penahanan secara masif, hingga sanksi ekonomi. Yang terbaru, mereka membuat pendekatan lain yang diberi nama “Prevent Violent Extremism” untuk mencegah tersebarnya paham-paham ekstrimisme. Langkah ini diambil karena program deradikalisasi, yang mencoba untuk mengubah pikiran orang-orang yang sudah radikal, dinilai tidak efektif. Globalisasi program PVE ini tidak lepas dari usaha pemerintah AS sebagai penggerak utamanya. Plan of Action memberikan lebih dari 70 rekomendasi kepada seluruh negara anggota dan juga sistem PBB untuk mencegah penyebaran ekstremisme kekerasan. PBB juga merekomendasikan negara anggotanya untuk mengadopsi inisiatif yang ada dalam plan of action tersebut yang berfokus pada tujuh area kunci untuk menangkal violent extremism, yaitu: Dialog dan Pencegahan Konflik Menguatkan Good Governance, HAM, dan Aturan Hukum Pelibatan Komunitas Penguatan Pemuda Persamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 150 Pendidikan, Pengembangan Skill, dan Kemudahan Lapangan Kerja Komunikasi Strategis, Internet, dan Media Sosial Plan of action tersebut bukan tanpa kritikan, banyak lubang cacat di sana yang membuat sejumlah akademisi memberikan catatan dan kritikan. Pertama, tidak mendefinisikan apa itu violent extremism, bahkan PBB menyerahkan definisi tersebut pada negara masing-masing yang berpotensi disalahgunakan untuk melakukan represinya atas rakyatnya. Kedua, tidak mampu memberi bukti yang meyakinkan tentang penyebab violent extremism. Tidak banyak bukti yang mendukung penyebab violent extremism yang diklaim oleh Plan of Action. Plan of Action sendiri menjelaskan bahwa tidak ada konsensus di antara para ahli tentang “apa yang menyebabkan violent extremism” dan tidak ada bukti kuantitatif tentang apa yang menyebabkan seseorang menjadi ektrimis atau teradikalisasi. Tentu saja, konsensus ini akan makin sulit dicapai jika definisi saja tidak jelas. Ketiga, PVE memiliki dampak menyeluruh, di mana ia bisa memasukkan kepentingan yang legal di bawah bendera “menekan violent extremism“. Plan of Action tidak mendasarkan konsep violent extremism pada hukum internasional. Tidak jelas, apakah seluruh aksi violent extremism bisa dianggap melanggar hukum, terutama yang terjadi di saat konflik. Namun di saat yang sama, Plan of Action berusaha menampakkan diri menghormati hukum internasional sebagai jalan utama untuk menghentikan momok violent extremism. Keempat, jika PVE gagal, biaya politik dan keamanannya tidaklah nol. Jika Plan of Action diimplementasikan, sebagaimana harapan Sekjen PBB, maka seluruh 151 negara di dunia akan memiliki National Plan of Action tentang PVE. Negara akan mengerahkan sumber dayanya untuk usaha ini. Mereka akan membuat hukum baru. Mereka akan mengubah ke mana dana pembangunan dan bantuan akan diinvestasikan. Para pejabat mereka akan terus menyorot komunitas, kelompok etnis, atau kelompok agama yang “rentan” terhadap terorisme. Komunitas tersebut akan terus diawasi atas nama PVE. Negara akan meningkatkan usaha untuk membuat orang “lebih moderat”, atau mengajari mereka bahwa ‘teks-teks agama mereka mempunyai tafsir yang lain dari yang mereka yakini’. Karenanya, PVE berpotensi menciptakan para violent extremist sebanyak yang berhasil mereka cegah. Ada potensi pukulan balik di sini, dan hal ini harus dipandang serius dalam lingkungan geopolitik saat ini.Represi yang timbul dari inisiatif tersebut tidaklah mengejutkan. Akar dari semua itu terdapat pada cacat semantik dan konseptual yang melekat di dalamnya. Strategi tersebut didasarkan pada “pemahaman yang simplistik dari proses (radikalisasi) sebagai sebuah jalur pasti kepada violent extremism dengan tanda yang bisa diidentifikasi sepanjang jalur tersebut.” Dalam teori tersebut, jika seseorang berpikiran radikal, pada ujungnya otomatis dia akan menjadi seorang teroris. Padahal, meski sudah banyak dilakukan riset dengan dana yang sangat besar, “tidak ada data statistik yang otoritatif tentang jalur yang membawa seseorang menjadi radikal.”Di atas kertas, hampir semua strategi untuk melawan ekstremisme kekerasan bersifat generik. Namun, dalam praktiknya, mereka cenderung menargetkan kelompok tertentu yang dicap paling ‘beresiko’ tertarik pada ekstremisme kekerasan. Pendekatan semacam ini bisa sangat diskriminatif dan memberikan stigma berbagai kelompok minoritas, etnis, agama atau adat tertentu. Inti strategi ini adalah persepsi bahwa 152 untuk mencegah terorisme, yang mereka lihat sebagai ancaman terbesar di era ini, mereka harus mencegah Muslim yang ‘rentan’ dari teradikalisasi oleh ekstremisme kekerasan. Mereka menganggap ideologi sebagai akar dari terorisme. Strategi Prevent menganggap keyakinan Islam sebagai masalah.PVE adalah program yang dimotivasi oleh politik, bukan strategi kontraterorisme. Dan alasan kenapa ia berhasil diterapkan adalah sebagian umat Islam dengan mudah menerima narasi tunggal yang disetir oleh Barat yang berlaku dalam “perang melawan teror”. Narasi yang digunakan terkait dengan kekerasan politik, ekstremisme, radikalisasi, dan persoalan Islam/Muslim sangat dipengaruhi oleh think tanks AS dan Inggris serta kelompok kebijakan mereka, yaitu bersifat ideologis dan politis.Hasilnya adalah sebuah kebijakan yang tidak lagi tentang pencegahan kekerasan yang termotivasi oleh politik—yang disebabkan oleh dukungan Barat pada pemerintah yang zalim dan penindasan yang mereka lakukan pada dunia Islam, bukan ideologi—tapi lebih kepada kebijakan untuk mengalahkan ideologi Islam itu sendiri, dengan hanya menerima Islam yang bersahabat bagi nilai-nilai Barat.Dengan program PVE-nya, Barat berusaha mendefinisikan ulang Islam. Meski dalam retorikanya ingin perdamaian dan persatuan, realitanya mereka justru berusaha memecah belah Islam dengan membuat pengelompokan: Islam moderat dan Islam ekstrim. Padahal, “Islam adalah Islam, dan akan selalu demikian hingga hari kiamat”. Aspek iklim keamanan secara sosial keadaan Suriah dibentuk dalam sebuah model perdamaian yang berkelanjutan pemahaman pertama kedua kondisi praperang negara dan karakteristik utama dari konflik, termasuk tetapi tidak terbatas pada unsur sektarian perang. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, 153 menyatakan bahwa untuk menghindari satu ukuran cocok untuk semua formula dan impor model asing, dan, sebaliknya, mendasarkan dukungan kami pada penilaian nasional, partisipasi nasional dan kebutuhan nasional dan aspirasi. Penyebab dan unsur utama konflik diuraikan, oleh karena itu, akan sebuah pembagian kekuasaan. Model diusulkan dan aplikasi potensinya dalam konteks spesifik perang sipil Suriah dieksplorasi. Gangguan dari masyarakat internasional dalam konflik Suriah sekaligus sebuah kutukan dan berkat. Keterlibatan pemain internasional yang signifikan untuk menyelesaikan konflik, aktor-aktor eksternal harus berperan dalam perdamaian internasional. Resolusi sulit dicapai tanpa keterlibatan pihak internasional yang relevan dalam "konflik dengan sangat berbahaya pendukung eksternal dan kuasanya. Pada saat yang sama waktu, ketidakstabilan sedangkan bahaya gangguan eksternal menciptakan lebih besar adalah masalah yang sedang berlangsung di Suriah, keterlibatan luar umumnya dianggap penting dalam transisi dari konflik sipil dari perang untuk perdamaian. Keterlibatan partai politik turut berperan langkah untuk mengamati perlucutan senjata dan proses demobilisasi, diyakini bahwa pihak yang bertikai berkomitmen untuk perdamaian lebih mudah Pada saat tidak ada pemerintahan yang sah dan tidak ada lembaga hukum yang ada untuk menegakkan kontrak, yang diminta untuk demobilisasi, melucuti, dan melepaskan kekuatan militer mereka dan mempersiapkan diri untuk perdamaian. Negosiasi gagal karena lawan perang sipil tidak bias kredibel berjanji untuk mematuhi ketentuan yang berbahaya tersebut. 154 DAFTAR PUSTAKA Bambang Sunaryono.2016.Pengantar Ilmu Politik: Kekuasaan Politik, diktat kuliah, Jurusan Hubungan Internasional, UMY Charles Mc. Clelland.1987.Ilmu Hubungan Internasional; Teori dan System.Jakarta:Rajawali Daniel J.Kauffman.1985. A Framework for Analyzing.Lexington: Lexington Book. Donald E. Nuechterlein.1976. National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and Decision-Making, British Journal of International Studies.Vol.2, p.246-248 George lenczowski.1992. Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia.Bandung:Sinar Algensindo Groarke.(2016).Mission Impossible :Exploring The Viability of Power –Sharing as a Conflict Resolution Tool in Syria.Internatioanl Journal of Conflict Management Harwanto Dahlan. 1995.Politik dan Pemerintahan Timur Tengah. Jogjakarta: Diklat Kuliah UMY Huala Adolf.2002.Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional.Jakarta:Raja Grafindo Persada. J.G. Starke.1989.Pengantar Hukum Internasional I.Jakarta: Sinar Grafika. Jujun S. Suriasumantri.1990.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Rajawali 155 K. J. Holsti.1992. Politik Internasional Suatu Kernagka Analisis.Bandung:Bina Cipta K.J Holsti.2000.Politik Internasional Krangka Analisa M.Agastya ABM.2003. Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh Darah.Jogjakarta:IRCiSoD Mochtar Kusumaatmadja.1983.Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaan.Bandung. Ramlan Surbakti.2010.Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo Ranft, F. (2014), “Understanding the resolution of civil wars with power-sharing peace agreements”, PSS-ISA Joint International Conference, Corvinus University, Budapest, 21 June Sidik Jatmika.2000.AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Standar Ganda Amerika Serikat.Yogyakarta: Bigraf Publishing. Soerjono Soekanto.2009.Sosiologi: suatu pengantar.Jakarta: Rajawali Pers. Ucep Yusup.2005. Sikap Suriah Terhadap Konflik IsraelPalestina.Bandung:Skripsi FISIP-HI UNPAS Walter, B. (1997), “The critical barrier to civil war settlement”, International Organization, Vol. 51 No. 3, pp. 335-354 Internet : “Analisa terakhir mengenai konflik Suriah keterlibatan Rusia’ dalam, https://www.academia.edu/17499834/Analisis_terakhir_mengenai_Konflik_ Suriah-Keterlibatan_Rusia. Diakses 10 Mei 2016 156 “As-Rusia tumpaslah ISIS ketimbang kerahkan militer di Suriah” dalam, http://international.sindonews.com/read/1045133/42/as-rusia-tumpaslahisis-ketimbang-kerahkan-militer-di-suriah-1442370023 Diakses 22 Mei 2016 “Bantu keamanan di Timur Tengah Rusia ingin kerjasama dengan Israel” dalam, http://international.sindonews.com/read/944584/41/bantu-keamanan-ditimur-tengah-rusia-ingin-kerjasama-dengan-israel-1420031173 Diakses 25 April 2016 “Kebijakan Amerika Serikat di Timur” dalam, http://pirhotnababan.blogspot.co.id/2009/01/kebijakan-amerika-serikat-di-timur.html. Diakses 21 April 2016 “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Krisis Politik Suriah Era Barrack Obama”, dalam http://docplayer.info/108303-Kebijakan-luarnegeri-amerika-serikat-terhadap-krisis-politik-suriah-era-barackobama.html, diakses 21 April 2016. “Kekuatan militer Amerika Serikat” dalam, http://septianmulyana.blogspot.co.id/p/kekuatan-militer-amerikaserikat.html 29 April 2016 “Konflik Suriah siapa kawan siapa lawan dalam: http://jakartagreater.com/konflik-suriah-siapa-kawan-siapa-lawan/ diakses 22 maret 2016 157 “Melihat Peristiwa Arab Spring”, dalam http://hasbiaswar.blogspot.co.id/2014/04/melihat-peristiwa-arab-springdari.html, diakses 19 Maret 2016 “Membaca konflik Suriah” dalam http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom2/timur-tengah/669-membaca-konflik-suriah 13 april 2016 “PBB: Korban Tewas Perang Suriah Mencapai 191.000 Orang”, dalam http://internasional.metrotvnews.com/read/2014/08/22/281351/pbb-korbantewas-perang-suriah-mencapai-191-000-orang, diakses 19 Maret 2016 “Sistem pemerintahan amerika serikat” dalam, https://prezi.com/kol7rerymn0v/sistem-pemerintahan-amerika-serikat/ diakses 21 april 2016 “tembak jatuh jet su24 erdogan dicap pria gila pemicu perang dunia iii” dalam http://international.sindonews.com/read/1064616/42/tembak-jatuh-jet-su-24rusia-erdogan-dicap-pria-gila-pemicu-pd-iii-1448506073diakses22 maret 2016 “World War Three could be just 30 SECONDS away as attacks on ISIS stepped up”, Daily Mirror, London, 11 October 2015, dalam http://www.mirror.co.uk/news/world-news/world-war-three-could-just6616199, diakses 22 maret 2016 Agil Maulana El Jibal, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Oposisi Suriah (2011-2012)”, dalam http://agilleljibal.blogspot.co.id/2014/07/kepentinganamerika-serikat-mendukung.html, diakses 13 Mei 2016. 158 Amerika dan Rusia bersitegang di Suriah” dalam, http://www.mustanir.com/2015/10/03/amerika-dan-rusia-bersitegang-disuriah/ diakses 29 Mei 2016 Amerika mulai takut dengan kekuatan militer Rusia” dalam, http://www.lintasnasional.com/2015/12/29/amerika-mulai-takut-dengankekuatan-militer-rusia/. Diakses 30 Mei 2016 Apa yang sebenarnya terjadi di timur tengah” dalam: http://jakartagreater.com/apa-yang-sebenarnya-terjadi-di-timur-tengah/ diakses 14 april 2016 Assad akui minta bantuan militer pada Rusia”, sindonews, Jakarta, 12 0ktober 2015, dalam http://international.sindonews.com/read/1049378/43/assadakui-minta-bantuan-militer-militer-kepada-rusia-1443620463,diakses 22 maret 2016 Bentuk dan sistem pemerintahan Rusia” dalam, http://www.demonkila.tk/bentukdan-sistem-pemerintahan-rusia-dem.xhtml Diakses 22 April 216 Daftar Kelompok Bersenjata Dalam Perang”, dalam http://www.retawon.com/2014/10/daftar-kelompok-bersenjata-dalam-perang.html, diakses 19 Maret 2016 Dinamika konflik Suriah” dalam http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/2832/1/vjhi-04-072012-dinamika_konflik_suriah_dan.pdf Diakses 13 april 2016 159 Dua koalisi melawan ISIS bagaimana nasib Suriah selanjutnya” dalam, http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isisbagaimana-nasib-suriah-selanjutnya_481927. diakses 25 Mei 2016 Dunia strategi ISIS” dalam, http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/06/150616_dunia_strategi_isis Diakses 22 Mei 2016 Faktor latar belakang intervensi Rusia terhadap Suriah” dalam, https://www.academia.edu/11897237/Faktor_latar_belakang_intervensi_rusi a_terhadap_suriah Diakses 22 Mei 2016 Fenomena kebangkitan militer Rusia” dalam, http://indonesiasatu.co/detail/fenomena-kebangkitan-militer-rusia. Diakses 29 April 2016 file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674introduction%20(2).pdf file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674introduction%20(5).pdf http://brainly.co.id/tugas/140113 http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/, Op.Cit., hlm.1065 http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/ct/wpcontent/uploads/2014/12/artikel%20%20(12-02-14-04-56-05).pdf, diakses 18 Mei 2016. http://fatkurrohman.blogspot.co.id/2013/06/as-terjegal-di-suriah-olehfatkurrohman.html 160 http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isisbagaimana-nasib-suriah-selanjutnya_481927 http://indonesia.rbth.com/politics/2015/12/11/lima-hal-kunci-dalam-kebijakanluar-negeri-rusia-di-2015_549567 http://jurnalkommas.com/docs/Jurnal%20Kom%20Vo%208%20No%202%20Juli %202015.pdf#page=19 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318355-SZhahwa%20Chadijah%20Ramadhani.pdf http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368874-MK-Nikita%20Pranissa.pdf http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/436/1/102708FIRMANSYAH-FSH.PDF http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI%20RE KTORAT.pdf?sequence=1 http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=27&date=2015-11-16 http://www.pelita.or.id/baca.php?id=78308 http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30177/1/VICKY %20FABIANSYAH-FISIP.pdf https://arrahmahnews.com/2016/06/28/keamanan-iran-kunjungi-rusia-bahaskrisis-suriah/ https://teknooksigen.wordpress.com/2015/06/18/analisis-perang-rusia-vsamerika/comment-page-1 161 https://www.arrahmah.com/rubrik/narasi-tunggal-pbb-gagal-di-suriah-pbbmembuat-prevent-violent-extremism.html Hujan bos Rusia di Suriah jadi pukulan psikologis bagi As”dalam, http://international.sindonews.com/read/1056133/41/hujan-bom-rusia-disuriah-jadi-pukulan-psikologis-bagi-as-1445822892 diakses 30 Mei 2016 Ideologi-ideologi anti perbedaan dan ironi” dalam, https://dipanugraha.org/2015/07/18/ideologi-ideologi-antiperbedaan-danironi/. Diakses 13 Mei 2016 Ideology Amerika dan dasar negaranya” dalam, http://iecakhairunnisa.blogspot.co.id/2011/09/ideologi-amerika-dan-dasarnegaranya.html Diakses 13 Mei 2016 ISIS sulit ditumpas bisa-bisa kewalahan” dalam, http://indonesianreview.com/dsmuftie/isis-sulit-ditumpas-bisa-kewalahan. Diakses 22 Mei 2016 Isyu Syria, dalam http://www.kbridamaskus.go.id/isyue/syria.php, diakses 18 Mei 2016. Kembalinya Rusia dalam rivalitas terhadap Amerika Serikat” dalam, https://www.facebook.com/notes/bandung-school/hi-di-amerikakembalinya-russia-dalam-rivalitas-terhadap-amerikaserikat/10152803897218438 Diakses 25 April 2016 Koalisi internasional melawan ISIS” dalam, http://morrisama.blogspot.co.id/2015/12/koalisi-internasional-melawan-isisdan.html. Diakses 25 Mei 2016 162 Konflik Suriah bisa picu perang dunia ketiga” dalam, https://www.salafynews.com/konflik-suriah-bisa-picu-perang-duniaketiga.html. Diakses 27 Mei 2016 Konflik Suriah dan intervensi imperialis barat” dalam http://www.berdikarionline.com/konflik-suriah-dan-intervensi-imperialisbarat/ Diakses 13 april 2016 Konflik Suriah kontestasi Amerika Rusia” dalam, http://jakartagreater.com/konflik-suriah-kontestasi-amerika-rusia/. Diakses 25 Mei 2016 Makalah Konflik Suriah” dalam http://vianlouis.blogspot.co.id/2013/09/makalahkonflik-suriah.html diakses 13 april 2016 Makalah radikalisme islam” dalam http://pakdhekeong.blogspot.co.id/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html diakses 13 april 2016 Makalah Sejarah Perang dingin” dalam, https://bacaanmenarikku.com/2015/10/11/makalah-sejarah-perang-dingin/ Diakses 29 April 2016 Memahami arti jihad” dalam https://muslim.or.id/4041-memahami-arti-jihad.html diakses 14 april 2016 Mengenal ISIS dan bahayanya” dalam, http://www.mohlimo.com/mengenal-isisdan-bahayanya/. diakses 10 Mei 2016 163 Mengenal sejarah terbentuknya Negara” http://pandri16.blogspot.co.id/2015/08/mengenal-sejarah-terbentuknya-negara.html Diakses 13 april 2016 Mengenang Uni Soviet Negara nadikuasa yang telah binasa” dalam, http://www.kompasiana.com/busroni/mengenang-uni-soviet-negara-adikuasa-yang-telah-binasa_551b3fb2a33311e621b65e0a. Diakses 25 April 2016 Munculnya radikalisme agama”http://www.kompasiana.com/nuninglistia/empatsekawan-pemicu-munculnya-radikalismeagama_5535ac486ea834bf1cda4308 diakses 14 april 2016 Pakar perselisihan as dan rusia hanya menguntungkan teroris” dalam, http://indonesia.rbth.com/politics/2015/03/04/pakar_perselisihan_as_dan_ru sia_hanya_menguntungkan_teroris_27019. Diakses 25 Mei 2016 Pamer senjata As Rusia perang proxy di suriah” dalam, https://www.islampos.com/mustafa-nahrawardaya-pamer-senjata-as-rusiaperang-proxy-di-suriah-221193/. Diakses 29 Mei 2016 Parade militer Rusia pamer senjata yang digunaka di Suriah” dalam, http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160509180812-134129527/parade-militer-rusia-pamer-senjata-yang-digunakan-di-suriah/ Diakses 29 Mei 2016 Pendekatan dinamis Rusia terhadap Suriah” dalam: http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/1006229-pendekatan-dinamisrusia-terhadap-suriah diakses 22 maret 2016 164 Pengertian jihad dalam islam” dalam: http://pepitasngo.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-jihad-dalam-islam.html 14 april 2016 Politik pemerintahan Negara Amerika dalam, http://sweetbucks.blogspot.co.id/2012/10/politik-pemerintahan-negaraamerika_16.html Diakses 21 april 2016 Resolusi Konflik” terdapat di http://www.sicripps.ohio.edu/news/cmdd/artikelefhtm Diakses 27 maret 2016 Rusia dan As saling gertak di Suriah” dalam, http://www.antaranews.com/berita/519551/rusia-dan-as-saling-gertak-disuriah Diakses 29 Mei 2016 Rusia demonstrasi perang aktif di Suriah” dalam, http://www.dw.com/id/rusiademonstrasikan-perang-efektif-di-suriah/a-18946744 diakses 29 Mei 2016 Rusia militer kekuatan nan Misterius” dalam, http://www.binasyifa.com/779/48/26/rusia-militer-kekuatan-nanmisterius.htm diakses 29 April 2016 Seberapa besar kekuatan ISIS” dalam, https://beritagar.id/artikel/berita/seberapabesar-kekuatan-militer-isis. diakses 22 Mei 2016 Sejarah awal berdirinya negara Rusia” dalam, http://kolomsejarahdunia.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-awal-berdirinyanegara-rusia.html Diakses 22 april 2016 165 Sejarah perang dunia 1” dalam, https://id.scribd.com/doc/111636286/SejarahPerang-Dunia-1 diakses 25 April 2016 Sejarah terjadinya perang dingin Amerika vs Uni Soviet. Dalam, https://adekabang.wordpress.com/2011/05/24/sejarah-terjadinya-perangdingin-amerika-vs-uni-soviet/ Diakses 29 April 2016 Sisi lain perang Suriah ajan uji coba senjata baru Rusia” dalam, http://www.kompasiana.com/kasamago/sisi-lain-perang-suriah-ajang-ujicoba-senjata-baru-rusia_552c11116ea834803a8b45b0. 29 Mei 2016 Sistem Politik dan Pemerintahan Amerika”, dalam http://anaseducation.blogspot.co.id/2012/01/sistem-politik-danpemerintahan-amerika.html, diakses 21 april 2016 Sistem politik Rusia dan Perancis” dalam, http://mabert91.blogspot.co.id/2010/12/sistem-politik-rusia-danperancis.html Diakses 22 April 2016 Suriah jadi debut jet tempur terbaru Rusia” dalam, http://international.sindonews.com/read/1081829/41/suriah-jadi-debut-jettempur-terbaru-rusia-1454314698. Diakses 29 Mei 2016 Tafsiran ISIS atas Quran dan hadist menyimpang” dalam, http://albalad.co/wawancara/2015A1154/tafsiran-isis-atas-quran-dan-hadismenyimpang/ Diakses 13 Mei 2016 Tentara pembebasan Suriah” dalam: https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Pembebasan_Suriah diakses 14 april 2016 166 Timur Tengah Tak Lepas Dirundung Konflik, dalam http://nasional.sindonews.com/read/983860/149/timur-tengah-tak-lepasdirundung-konflik1427856397, diakses 18 Mei 2016 Urgensi As Rusia reset relations bagi Amerika Serikat dalam, https://mirfana.wordpress.com/2013/07/13/urgensi-u-s-russia-resetrelations-bagi-amerika-serikat/ Diakses 25 April 2016