- repo unpas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Timur Tengah memang tidak pernah berhenti bergejolak dari dulu hingga
sekarang. Kawasan tempat diutusnya para nabi agama-agama Samawi (Islam,
Kristen, Yahudi) seharusnya menjadi kawasan damai dan di berkahi karena Tuhan
menurunkan wahyu-Nya. Kawasan ini sering terjadi tempat berlangsungnya
berbagai peperangan besar yang mewarnai sejarah perjalanan dunia. Contohnya
perang Israel dan Palestina yang masih terus berlanjut, peristiwa Arab Spring dan
kini memunculkan konflik di Suriah.
Syiria (Suriah) merupakan salah satu Negara di Timur Tengah yang mulai
diperhitungkan keberadaannya pada era pasca Perang teluk. Hal ini bukan tidak
mungkin karena ada anggapan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan
tercapai tanpa campur tangan Suriah. Suriah dulu merupakan Negara yang
mempunyai banyak wilayah yang mencakup seluruh Negara yang berada di Timur
Mediterania antara lain : Yordania, Lebanon, Israel, dan Profinsi Turki Hatay
tetapi akibat imperialis Eropa menyebabkan Suriah kehilangan Yordania dan
Israel dipisahkan dengan berada dibawah mandat Inggris. Lebanon di ambil untuk
melindungi minoritas kristennya dan Hatay dikembalikan kepada Turki demi
pertimbangan politik untuk Prancis.1
1
Harwanto Dahlan, Politik dan Pemerintahan Timur Tengah, Diklat Kuliah, UMY, 1995,
hlm.109
1
2
Setelah merdeka, Suriah secara terus menerus mengalami Instabilitas
politik. Pada tahun 1954, stelah beberapa kali kudeta, akhirnya kaum Baath di
militer berkuasa. Kestabilan politik di suriah tidak lepas dari gaya kepemimpinan
seorang Hafizh al-Assad,yang semenjak bulan November 1970 telah mendominasi
pemerintahan partai Baath itu.2
Seiring dengan adanya pergantian Presiden Suriah yaitu Bashar al-Assad
yang merupakan sekretaris wilayah partai Baath sekaligus anak mantan presiden
Hafizh al-Assad, rakyat Suriah pada umumnya, termasuk kalangan oposisi
mengharapkan dilakukannya reformasi dalam segala bidang kehidupan. Saat
dilantik sebagai presiden pada tahun 2000, Bashar al-Assad berjanji menjadikan
Suriah menjadi lebih modern dan demokratis.3
Konflik yang terjadi di Suriah saat ini disebut-sebut tak bias dilepaskan
dari apa yang dikenal dengan Arab Spring, yaitu merujuk pada sebuah fenomena
merebaknya refolusi demokrasi di dunia Arab. Peristiwa ini diawalai oleh Tunisia
pada sekitar pertengahan tahun 2010, kemudian merambah ke Negara-negara lain,
seperti Mesir, Libya, Suriah dan Negara-negara Arab lainnya, kebanyakan Negara
Arab lainnya memang tidak menerapkan nilai demokrasi secara terbuka, untuk
itulah kebebasan-kebebasan rakyat dalam demokrasi secara terbuka, untuk itulah
kebebasan-kebebasan rakyat dalm demokrasi seringkali lebih menarik daripada
pemerintahan model kerajaan yang tertutup. Ekspresi kebebasan rakyat itulah
yang menjadi daya Tarik utama pada system demokrasi, selain adanya daya tarik
2
Isyu Syria, dalam http://www.kbridamaskus.go.id/isyue/syria.php, diakses 18 Mei
2016.
3
Ucep Yusup, “Sikap Suriah Terhadap Konflik Israel-Palestina”, Skripsi FISIP-HI unpas
tidak diterbitkan, 2005, hlm.49.
3
tersebut, demokratisasi dunia arab juga didorong oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).terjadi dalam
model pemerintahan monarki autoritarianisme. Arab Spring secara implisit
menjadi hal yang dapat di kaitkan dengan globalisasi ala Negara-negara barat,
yang dimotori oleh Amerika Serikat.4
Di Suriah fenomena tersebut masih membara dan belum mampu
menggulingkan Assad dari Kursi Presiden.Oleh karena itu perang saudara yang
terjadi di Negara ini sebenarnya bertujuan menuntut mundurnya Bashar al-Assad,
Presiden Suriah, dari tampuk kekuasaan. Hal ini dikarenakan Bashar al-Assad
memerintah dengan gaya diktator, seperi yang terjadi di Negara-negara lain di
Timur Tengah yang juga mengalami Revolusi.5
Tanggal 26 Januari 2011 salah satu warga Suriah melakukan aksi bunuh
diri dengan cara mebakar diri. Aksi ini dilakukan untuk menuntut penghentian
Rezim al-Assad yang di anggap warga Suriah sebagai pemimpin otoriter. Rakyat
menuntut pemberhentian undang-undan darurat yang telah diterapkan sejak 1963,
meskipun undang-undang tersebut telah di amandemenkan beberapa kali tetapi hal
tersebut dianggap masih tidak memenuhi kepentingan Rakyat yang menginginkan
system pemerintah yang demokrasi seutuhnya. Berdasarkan laporan mantan
4
Timur Tengah Tak Lepas Dirundung Konflik, dalam
http://nasional.sindonews.com/read/983860/149/timur-tengah-tak-lepas-dirundungkonflik1427856397, diakses 18 Mei 2016.
5
M.Agastya ABM., Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah yang Penuh Darah,
(Jogjakarta:IRCiSoD,2003), hlm.154.
4
anggota kepolisisan Suriah, pemerintah Negara ini telah malakukan tindakan
holocaust.6
Tuntutan lainnya adalah diterapkannya system multipartai, dan juga
kebebasan yang lebih bagi rakyat. Rakyat Suriah hanya menginginkan
penghentian rezim Bashar al-Assad dan pembentukan pemerintah yang sama
sekali baru berdasarkan pemilu yang demokratis. Rakyat Suriah juga meminta
pemerintah Bashar untuk menghentikan dukungannya terhadap Iran dan Lebanon
yang sedang mengalami konflik internal. Warga Suriah tidak menginginkan
pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk apapun terhadap kedua Negara
tersebut karena dukungan yang diberikan tidka memberikan dampak positif bagi
Suriah dalam politik Internasional.7
Revolusi Suriah telah banyak mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Menurut pejabat HAM Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), Navy Pillay
menyebutkan korban tewas akiban perang saudara Suriah meningkat menjadi
191.000 jiwa. Data korban tewas itu tercatat sejak perang sipil pecah pada maret
2011. Jumlah terbaru yang jauh lebih tinggi ini termasuk korban dalam data
tambahan yang tewas dari periode-periode sebelumnya, serta kematian sejak
laporan terakhir.8
Problematika ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan dan selalu
menjdai pemberitaan utama diberbagai media. Konflik tersebut menjadi sangat
6
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/ct/wpcontent/uploads/2014/12/artikel%20%20(12-02-14-04-56-05).pdf, diakses 18 Mei 2016.
7
Ibid.,
8
“PBB: Korban Tewas Perang Suriah Mencapai 191.000 Orang”, dalam
http://internasional.metrotvnews.com/read/2014/08/22/281351/pbb-korban-tewas-perangsuriah-mencapai-191-000-orang, diakses 19 Maret 2016.
5
rumit karena semakin banyaknya kehadiran kelompok bersenjata, dimulai dari
Free Syrian Army yang merupakan Kelompok Pemberontak Utama dalam perang
sipil Suriah, berdiri tahun 2011 yang terbentuk ketika sejumlah tentara pemerintah
memilih untuk membelot karena enggan menembaki demonstran anti-pemerintah,
seiring berjalannya waktu banyak warga sipil yang ikut bergabung dengan
kelompok ini. Kemudian Kelompok Pemberontak Jabhat Al-Nusra, yang masih
memiliki afiliansi dengan Al-Qaeda dan merupakan cikal bakal ISIS (islamic
State Iraq and Syiria). Dan yang terakhir adalah ISIS/ISIL/DAESH/IS yaitu
kelompok bersenjata yang merangkap Negara tnapa pengakuan internasional dan
memanfatkan kekacauan yang terjadi di Irak dan Suriah. Kemunculan ISIS cukup
menggemparkan
dunia
karena
tafsir
yang
keras
terhadap
Islam
dan
kebrutalannya.9
Seiring berjalannya waktu, kabar tentang peristiwa dunia Arab sudah
semakin ditinggalkan walaupun para Pejuang di Suriah masih terus merongrong
pemerintahan untuk lengser dari kursi kekuasaannya.10 Meski telah berlangsung
lima tahun sejak peristiwa Arab Spring tersebut dimulai di Tunisia, namun “angin
surga” belum juga datang memberi kedamaian bagi warga di tanah Arab. Justru
malah semakin bertambah rumit, hampir setiap Negara memunculkan pihak-pihak
pemberontak seperti disebutkan diatas. Di Suriah, Konflik panjang telah
melahirkan ISIS yang dengan sendirinya menggantikan isyu mengenai Musim
semi Arab.
9
“Daftar Kelompok Bersenjata Dalam Perang”, dalam http://www.retawon.com/2014/10/daftar-kelompok-bersenjata-dalam-perang.html, diakses 19 Maret 2016
10
“Melihat Peristiwa Arab Spring”, dalam
http://hasbiaswar.blogspot.co.id/2014/04/melihat-peristiwa-arab-spring-dari.html, diakses 19
Maret 2016.
6
Sejatinya Suriah beserta Negara Negara di Timur Tengah memiliki posisi
geografis yang unik, wilayahnya terletak pada pertemuan Eropa, Asia, dan Afrika,
sehingga ia menguasai jalan jalan strategis yang menuju ketiga benua tersebut.
Selain dibawah beberapa Negara di Timur Tengah mengandung emas hitam atau
sumber minyak tungga besar. Maka dari itu konflik di Suriah tidak lagi menjadi
persoalan domestic Suriah semata, tetapi telah melebar ke Negara Negara tetangga
dan menjadi ancaman bagi keamanan internasional.11
Tidak heran bila banyak Negara yang turut membantu untuk menangani
keadaan buruk di Suriah, terutama Amerika Serikat dengan sekutu sekutunya
dengan menamakan diri sebagai koalisi anti ISIS, mengapa semua Negara hanya
terfokus melawan ISIS? Alasan yang masuk akal adalah karena jika dibiarkan
berpotensi merusak stabilitas keamanan Dunia dan menjadi tragedi besar
kemanusiaan. Akan tetapi koalisi pimpinan AS dianggap kurang mampu
membendung atau menghentikan kekuatan ISIS, terbukti dengan serangan
serangan yang dibuktikan koalisi AS selama satu tahun lamanya tidak dapat
menghentikan tindak tanduk ISIS. Namun Barrack Obama berjanji akan
melipatgandakan upaya untuk menghancurkan gerakan ISIS, sebagai respon atas
serangkaian serangan di Paris baru-baru ini yang disinyalir didalangin kelompok
radikal ISIS. 12
RivalAmerika Serikat seolah tidak ingin kehilangan momentum untuk ikut
campur tangan terhadap konflik Suriah, dimana terdapat pangkalan militer satusatunya dikawasan Timur Tengah di Pesisir Tartus yang dibuka pada tahun 1972.
11
George lenczowski, Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (Terjemahan Asgar
Bixby),(bandung:Sinar Algensindo, 1992), hlm.Xxi
12
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=27&date=2015-11-16
7
Atas dasar permintaan Presiden Suriah, Rusia diminta untuk meningkatakan
bantuan militer guna
memberikan serangan perlawanan terhadap para
pemberontak dan dukungan Kepada Presiden Bashar Al-Assad.13 Memang bukan
sesuatu yang aneh apabila Suriah memohon kehadiran Rusia di negaranya, karena
faktanya kedua Negara ini sudah memiliki hubungan bilateral sejak era Uni Soviet
dan telah menandatangani fakta pertahanan dengan Rusia.
Kehadiran Rusia membuat Amerika Serikat berang, dan terus mengkritik
serangan serangan Rusia yang diklaim menyerang oposisi Suriah bukannya ISIS,
namun militer Rusia bersikeras bahwa serangan tersebut terbukti efektif sejauh
ini.14Terlepas dari fakta siapa yang benar dan siapa yang salah, keduanya memang
terlihat memiliki tujuan yang sama yaitu untuk melemahkan posisi ekstrimis ISIS
dan memiliki musuh yang sama yaitu ISIS, akan tetapi kenyataannya terdapat
tujuan yang sangat berbeda.
Analisis militer Andrew Foxall mengatakan Amerika Serikat dengan
koalisi NATO menginginkan perubahan Rezim pro-Rusia di Suriah. Kemunculan
Rusia di Suriah dikhawatirkan akan membuat tensi disana semakin panas,
dikarenakan dua Negara yang selalu berselisih dan merupakan musuh lama ini
akan saling berhadapan disuatu zona pernag. Masih menurut Andrew Foxall yang
berasal dari kelompok Think ThankHendry Jackson Society ini memperingatkan,
13
“Assad akui minta bantuan militer pada Rusia”, sindonews, Jakarta, 12 0ktober 2015,
dalam http://international.sindonews.com/read/1049378/43/assad-akui-minta-bantuan-militermiliter-kepada-rusia-1443620463,diakses 22 maret 2016
14
http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isis-bagaimananasib-suriah-selanjutnya_481927
8
serangan koalisi AS dan Rusia di suriah bias menjadi bencana tak terbayangkan
jika suatu saat bersinggungan.15
Selanjutnya, konflik di Suriah menjadi konflik yang sangat rentan untuk
ditunggangi oleh kepentingan Negara lain, terlebih setiap Negara yang terlibat
mempunyai versi masing-masing mengenai pemberitaan yang mereka siarkan,
sehingga sulit untuk menemukan kebenaran perihal permasalahan ini. Lalu
dengan sendirinya mulai bermunculan teori-teori konspirasi. Semakin banyaknya
pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah semakin menyulitkan untuk
mengetahui siapa teman dan siapa lawan. Ada banyak kelompok pemberontak,
jihadis, dan pasukan pemerintah Suriah yang saling bertempur, sementara elemenelemen dari luar Suriah juga ikut terlibat. Teman jadi lawan dan lawan jadi sekutu
sementara, semuanya berubah cepat tergantung lokasi pertempuran.16
Langkah yang diambil Rusia untuk turut ikut andil dalam konflik Suriah,
selain atas dasar pemerintah presiden Assad yang merupakan mitra satu-satunya
yang tersisa di Timur Tengah yaitu sebagai langkah balasan atas apa yang terjadi
di Ukraina. Amerika Serikat ditenggarai sebagai dalang dibalik polemik yang
terjadi disana dan berhasil mengobok-obok tentangga sekaligus Negara yang
sangat condong ke Rusia. Negara beruang merah tentunya tidak ingin kekalahan
pahit tersebut terjadi kembali, hal ini dapat dibuktikan dari keseriusan Rusia
menanggapi konflik di Suriah dengan terus meningkatkan intensitas militernya.
Sedangkan alasan atau tujuan Amerika Serikat adalah kebalikan dari apa yang
15
“World War Three could be just 30 SECONDS away as attacks on ISIS stepped up”,
Daily Mirror, London, 11 October 2015, dalam http://www.mirror.co.uk/news/worldnews/world-war-three-could-just-6616199, diakses 22 maret 2016
16
“Konflik Suriah siapa kawan siapa lawan dalam: http://jakartagreater.com/konfliksuriah-siapa-kawan-siapa-lawan/ diakses 22 maret 2016
9
dipertahnkan Rusia, AS bersikeras untuk mengganti rezim dengan mendukung
aksi dan gerakan penggulingan Assad.17
Dengan kehadiran keua Negara yang saling bermusuhan yaitu Amerika
Serikat serta Rusia di Suriah, potensi untuk terpicunya World War III sangatlah
besar. Ditambah peristiwa Turki yang merupakan anggota penuh NATO barubaru
ini
secara
mengejutkan
telah
menembak
jatuh
peswat
tempur
Rusia.18Sehingga muncul pertanyaan, hadirnya AS-Rusia di Suriah merupakan
langkah hadirnya AS-Rusia di Suriah merupakan langkah penyelesaian atau malah
memperlebar konflik yang secara otomatis akan terus membawa stabilitas
keamanan di Timur Tengah khususnya Suriah kedalam konflik berdarah yang
panjang dan berlarut.
Berdasarkan dengan konflik dan topic yang dibahas, penulis ingin
mengetahui lebih lanjut mengenai keterkaitan beberapa Negara terhadap masamasa kelam yang terjadi di Suriah dan dampak yang ditimbulkan dari hadirnya
dua negar kekuatan besar Dunia yang saling bermusuhan serta berbeda
kepentingan. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka penulis
tertarik untuk mengkaji dan mempelajari masalah tersebut. Hal ini akan membuat
penulis memahami serta menambah pengetahuan dalam mempelajari Ilmu
Hubungaan Internasional. Adapun judul yang diajukan dari penelitian ini adalah:
17
“Pendekatan dinamis Rusia terhadap Suriah” dalam:
http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/1006229-pendekatan-dinamis-rusia-terhadap-suriah
diakses 22 maret 2016
18
“tembak jatuh jet su24 erdogan dicap pria gila pemicu perang dunia iii” dalam
http://international.sindonews.com/read/1064616/42/tembak-jatuh-jet-su-24-rusia-erdogandicap-pria-gila-pemicu-pd-iii-1448506073diakses22 maret 2016
10
“Pengaruh Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia Terhadap Stabilitas
Keamanan di Suriah”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mencoba untuk
mengidentifikasikan masalah yang sedang diteliti, sebagai berikut :
1. Apa saja faktor kepentingan yang mendorong Negara Negara seperti
Amerika Serikat-Rusia ikut terlibat kedalam dinamika konflik di
Suriah ?
2. Apa saja peran/danpak yang dihasilkan dari hadirnya
Amerika
Serikat-Rusia di Suriah? Menyelesaikan konflik atau memperparah?
3. Bagaimana proses penyelesaian guna mengatasi konflik berdarah yang
berlarut-larut di Suriah?
1. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang terpapar diatas diperoleh gambaran dimensi
permasalahan yang begitu kompleks dan luas. Namun menyadari adanya
keterbatan waktu dan pengetahuan, penulis memandang perlu memberi batasan
masalah. Selanjutnya untuk mempemudah penelitian ini maka penulis membatasi
ruang lingkup penelitian pada pengaruh kehadiran dua Negara berkekuatan besar
dunia yang saling bemusushan (AS-Rusia) kedalam zona konflik di Suriah.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas untuk
menghindari penelitian yang keluar dari jalur focus kajian yang telah di tetapkan
11
sebelumnya, selanjutnya perumusa masalah didalam penelitian ini diajukan
dengan research question sebagai berikut:
Sejauhmana keterkaitan Amerika Serikat dan Rusia dalam konflik di Suriah
dan pengaruh kehadirannya terhadap stabilitas keamanan disana?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui dan menjelaskan faktor kepentingan apa saja yang mendorong
Negara-negara seperti Amerika Serikat-Rusia ikut terlibat kedalam
dinamika konflik di Suriah.
b. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh dtau dampak apa saja yang
dihasilkan dari hadirnya Amerika Serikat-Rusia di Suriah.
c. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana proses penyelesaian guna
menanggulangi atau mengatasi konflik berdarah yang berlarut-larut di
Suriah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan bagi pengembangan ilmu
social khususnya dibidang ilmu Hubungan
Internasional mengenai
kemampuan suatu Negara yang memiliki kekuatan dan kemampuan
berlandaskan kepentingan untuk turut campur terhadap permasalahan dalam
Negara lain, seperti kasus saat ini terjadi di Suriah, yang dapat memperluas
pengetahuan penulis secara pribadi. Penulis berharap penelitian ini kelak
12
dapat menjadi referensi bagi peneli lain yang mempunyai keterkaitan hal
yang sama.
b. Secara Praktis
1. Sebagai sarana untuk membangun kembali pemahaman teori-teori
Hubungan Internasional uyang pernah dipelajari oleh penulis.
2. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan referensi bagi
pelajar studi Hubungan Internasional dalam hal kajian mengenai
intervensi suatu Negara dalam menjaga pengaruhnya terhadap Negara
lain.
3. Penelitian ini puila diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi
dan bahan kajian bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan
terutama pemerintah Suriah dalam upaya penyelesain konflik
berdarah disana.
4. Sebagai bentuk tanggung jawab dalam menempuh program studi S1
dengan membuat suatu karya ilmiah yang menjadi salah satu syarat
kelulusan pada program studi Hubungan Internasionl fakultas ilmu
sosial dan ilmu politik (FISIP) di Universitas Pasundan.
D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis
1. Kerangka Teoritis
Untuk menunjang suatu penelitian dibutuhkan beberapa teori-teori atau
konsep-konsep yang relevan dan mendukung terhadap masalah yang sedang
diteliti. Teori-teori atau konsep-konsep digunakan sebagai penunjang yang akan
memberikan suatu bobot hasil suatu penelitian. Kerangka pemikiran ini
13
merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang terdapat antar berbagai
faktor yang saling berkaitan dan membentuk konstelasi permasalahan, juga
merupakan kajian teoritis berdasarkan pengujian secara empiris terhadap
kesimpulan analisis teoritis.19
Hubungan Internasional mempunyai ruang lingkup yang meliputi berbagai
interaksi antara suatu masyarakat Negara dengan Negara lain. Dimana pelakunya
bias pemerintah dan non pemerintah, baik formal maupun informal, artinya baik
yang mewakili Negara atau tidak memberikan kontribusinya masing-masing
dalam proses hubungan internasional. Hubungan internasional seperti yang
dijelaskan oleh Charles Mc. Clelland :
Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi anatara jenis-jenis
kesatuan-kesatuan social tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan
relevan yang mengelilingi interaksi. dalam interaksi antara dua pihak tadi, sumber
daya aksi-aksi adalah kedua pihak tersebut. kapanpun kita harus mengetahui
bahwa sumber-sumber daya yang mungkin hanya ada terdapat dalam pihak-pihak
atau pelaku-pelaku yang bersangkutan. akan tetapi, ada dua kompleksitas yang
terlibat disini, yakni jika interaksi terjadi selama jangkat waktu tertentu. setiap
pelaku mungkin dipengaruhi oleh interaksi yang dialami masa lalu, dan
berdasarkan hal ini tersebut dapat dikatakan bahwa interaksi itu sendiri
merupakan sumber daya pelaku. kedua, berdasarkan pengalaman interaksi masa
lalu, pelaku-pelaku dapat memperkirakan apa yang bakal terjadi dan masingmasing dapat bertindak sesuai pemikirannya.20
Dalam mempelajari dan menganalisa setiap permasalahan dan fenomena
yang terjadi di masyarakat sehingga memudahkan proses pembedaan dan harus
mengenal paling tidak terjadi di dalam hubungan internasional. Hal ini dipertegas
dengan mengacu kepada definisi hubungan internasional yang dikemukakan oleh
K.J.Holsti dalm bukunya Politik Internasional Suatu Kerangka Analisa, yang
mengatakan:
19
Jujun S. Suriasumantri, filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Rajawali, 1990, hlm, 128.
20
Charles Mc. Clelland, ilmu hubungan internasional; teori dan system, Rajawali, Jakarta,
1987, hlm.
14
“Hubungan internasional adalah segala bentuk interaksi diantara masyarakat
Negara-negara baik yang dilakukan oleh pemerintah atau warga Negara. Lebih
lanjut dikatakan termasuk didalamnya pengkajian terhadap politik luar negeri
dan poliyik internasional, transportasi, pariwisata, komunikasi, perkembangan
nilai-nilai dan etika internasional”
Seperti yang dijelaskan diatas, hubungan internasional mempunyai ruang
lingkup yang identik dengan interaksi antar Negara. Dalam berinteraksi suatu
Negara dengan Negara lain bias terjalin suatu kerjasama, terjadinya konflik, dan
adanya kompetisi. Dalam pengkajian ilmu hubungan internasional seperti yang
diterangkan oleh K.J.Holsti diatas, politik internasional termasuk yang dikaji.
Politik internasional menurut K.J.Holsti adalah:
“...Politik internasional sebenarnya merupakan studi politik luar negeri, dimana
kebijakan ini didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang merumuskan
tujuan menentukan presiden, atau melakukan tindakan-tindakan tertentu dan
tindakan yang diambil untuk mengimplementasikan keputusan-keputusan itu.”21
Politik tidak terlepas dari tujuan yang harus dicapai, begitu pula politik
internasional yang bercirikan adanya interaksi antar Negara untuk mencapai
tujuannya. Dalam mencapai tujuan itu sering terjadi perbedaan pandangan agama,
politik, dan kepentingan diantara Negara-negara yang saling berinteraksi.
Kepentingan suatu Negara selalu dikaitkan dengan politik luar negerinya.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja politik luar negeri adalah:
“Politik luar negeri merupakan alat suatu Negara untuk mencapai kepentingan
nasional. Politik luar negeri merupakan aspek pokok dari strategi nasional dan harus sesuai
dengan tujuan nasional beserta sasaran-sasarannya yang jarak pendek dan jarak
panjang.”22
Politik luar negeri merupakan wewenang khusus dari Pemerintah, karena
pemerintahlah yang dapat bertindak atas nama seluruh rakyatnya. Hal ini
21
K.J Holsti, Politik Internasional Krangka Analisa, hlm. 28.
Mochtar Kusumaatmadja, Politik luar Negeri Indonesia dan pelaksanaan dewasa ini,
alumni, Bandung, 1983, hlm, 152.
22
15
disebabkan karena perorangan atau subkelompok didalam suatu masyarakat tidak
dapat berfungsi baik dengan mengatasnamakan seluruh kelompok.
Pada pelaksanaannya politik luar negeri harus sesuai dengan realitas
sistem internasional. Sistem internasional mempengaruhi suatu Negara dalam
melaksanakan politik luar negerinya, Karena dalam hubungan internasional setiap
Negara mempunyai nilai yang harus dicapai.
Kepentingan nasional merupakan perpaduan antara nilai-nilai yang
dimiliki oleh suatu bangsa dengan lingkungan, Baik domestik maupun
internasional dari negaranya. Menurut Kauffman, kepentingan nasional menjadi
sangat penting bila dikaitkan dengan nilai-nilai nasionalnya.
Secara garis besar kepentingan nasional memiliki 4 (empat) core interest
yang berkaitan dengan nilai-nilai, yaitu national security, national prosperity,
national ideology,national prestigedan national power.23Kepentingan nasional
juga dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang
mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu Negara dalam merumuskan
kebijakan luar negerinya.
Sebuah negara dikatakan mempunyai national power apabila memiliki
lebih dari jumlah total populasi, bahan mentah, dan faktor-faktor kuantitatif.
Potensi gabungan dari sebuah Negara, kesetianegaraan, fleksibilitas institusiinstitusinya, bagaimana institusi tersebut beroperasi, kapasitas untuk menutupi
kelemahannya: adalah beberapa dari unsur kuantitatif yang menentukan total
kekuatan suatu Negara. Banyak aspek yang mempangaruhi dan berkontribusi
dalam meningkatkan national power suatu negara. Bisa dikatakan bahwa national
23
hlm.14.
Daniel J.Kauffman, A Framework for Analyzing (Lexington: Lexington Book, 1985),
16
power adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu Negara atas segala sesuatu
yang dimilikinya. Lebih dari aspek fisik seperti geografis dan populasi, unsurunsur national power juga meliputi hal-hal yang tidak nyata, berupa kepiawaian
bernegosiasi dan lain sebagainya.24
Ada beberapa faktor yang berkontribusi bagi pondasi nationalpower.
Faktor-faktor tersebut adalah geografi, SDA, Populasi, teknologi, karakter dan
moral nasional, pengembangan ekonomi, struktur politik, elemen ideologi,
kepemimpinan, kesiapan militer dan diplomasi. Dalam penelitian ini dibatasi pada
geografi, sumber daya alam, populasi dan kesiapan militer dan diplomasi.
25
Dalam memperjuangkan kepentingan yang harus dicapai, suatu negara
sering berbenturan dengan kepentingan-kepentingan Negara lain, sehingga bisa
menimbulkan konflik yang merupakan potensi yang selalu ada dalam politik
internasional. Menurut Wese Becker konflik merupakan proses sosial dimana
orang atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang
pihak lain yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.26K. J. Holsti
memberikan kontribusi dalam menjelaskan konflik sebagai berikut:
Konflik yang mengarah pada pemakaian kekerasan yang direncanakan dengan
baik, timbul dari perpaduan berbagai sebab, seperti pertentangan tuntutan masalah, sikap
yang bermusuhan, serta jenis tindakan militer dan diplomatic tertentu … Konflik tersebut
umumnya disebabkan pertentangan dalam pencapaian tujuan tertentu seperti perluasan
atau mempertahankan wilayah territorial, Keamanan, semangat jalur kemudahan daerah
24
Bambang Sunaryono, Pengantar Ilmu Politik: Kekuasaan Politik, diktat kuliah, Jurusan
Hubungan Internasional, UMY.
25
Ibid.,
26
Soerjono Soekanto, Sosiologi: suatu pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.
107.
17
pemasaran, presiste, persekutuan, revolusi dunia penggulingan pemerintah Negara yang
tidak bersahabat, dst.27
Menurut Paul Conn, suatu konflik pada dasarnya dapat terbagi menjadi
dua, yaitu:28
1. Zero Sum Game (konflik menag-kalah), merupakan konflik yang
bersifat antagonistic, sehingga tidak memungkinkan adanya kompromi
maupun kerjasama antar pihak yang terlibat dalam konflik.
2. Non Zero Sum Game (konflik menang-menang), merupakan situasi
konflik dimana pihak-pihak yang terlibat dalam konflik masih
memungkinkan untuk melakukan kompromi dan kerjasama.
Dari pengertian konflik diatas, apa yang terjadi disuriah termasuk kedalam
kategori konflik Zero Sum game. Hal ini desebabkan baik dari pihak pemerintah
Suriah maupun pihak pemberontak tidak dapat menemukan kata sepakat dalam
penyelesaian konflik internal tersebut. Kedua belah pihak menginginkan adanya
pemenuhan tuntutan maupun ada salah satu pihak diminimalisir posisi politiknya.
Konflik tersebut melibatkan pemerintah yang berkuasa dengan pihak non
pemerintah yaitu puhak oposisi yang menginginkan adanya penggulingan
pemerintah yang berkuasa serta terbentuknya Negara yang demokrasi.29
Dalam pembahasan mengenai Intervensi (keterlibatan) Amerika SerikatRusia terhadap dinamika konflik di suriah. Intervensi menurut Oppenheim
Lauterpacht adalah sebagai berikut:
27
K. J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kernagka Analisis, Bina Cipta, Bandung, 1992,
hlm. 169.
28
Ramlan Surbakti, memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasind, 2010), hlm. 169
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/, Op.Cit., hlm.1065.
29
18
“intervensi sebagai campur tangan secara diktator oleh suatu Negara terhadap
urusan dalam negeri lainnya dengan maksud baik untuk mengubah keadaan, situasi atau
barang di negeri tersebut.”30
Sehingga dapat dikatakan bahwa intervensi merupakan suatu tindakan ikut
campur yang di lakukan suatu Negara lain melalui cara-cara yang dapat bersifat
militer baik itu berstatus diijinkan atau tanpa ijin Negara yang bersangkutan
dengan maksud menyelesaikan suatu masalah.
J. G. Starke menyatakan bahwa intervensi dapat digolongkan dalam tiga bentuk
yaitu:
1. Intervensi Internal, yaitu intervensi yang dilakukan sebuah Negara dalam
urusan dalam negeri Negara lain.
2. Intervensi Eksternal, yaitu intervensi yang dilakukan sebuah Negara dalam
urusan luar negeri sebuah Negara dengan Negara lain.
3. Intervensi Punitive, yaitu intervensi sebuah Negara terhadap Negara lain
sebagai balasan atas kerugian yang diderita oleh Negara tersebut. 31
J.G Starke selanjutnya mengatakan intervensi ini dengan istilahsubversive
interventionyaitu:
“Mengacu kepada propaganda atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh suatu
Negara dengan tujuan untuk mendorong terjadinya revolusi atau perang saudara
di Negara lain”32
Berdasarkan penejalsan diatas, suatu Negara melakukan intervensi bukan
tanpa sebab dan tujuan, tentunya terdapat kepentingan nasional yang mendorong
30
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm. 31.
31
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional I (Jakarta: Sinar Grafika, 1989), hlm. 136137.
32
Ibid.
19
suatu Negara sehingga melakukan intervensi. Menurut Donald E Nuechterlein
terdapat empat dimensi di dalam kepentingan nasional yaitu:33
1. Defence Interest : Merupakan perlindungan suatu Negara dan warga
negaranya terhadap ancaman kekerasan fisik yang diarahkan dari Negara
lain atau ancaman dari Negara lain terhdap system pemerintahan.
2. Economic Interest : Meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui
hubungan dengan Negara lain.
3. World Order Interest : Bertujuan untuk membangun tata dunia di bidang
keamanan dan ekonomi. Baik melalui kerjasama multilateral guna
kebaikan bersama dan mencapai perdamaian bebas.
4. Ideology Interest : Bertujuan untuk melindungi dan menyebarkan sejumlah
nilai dan kepercayaan kepada pihak lain.
Dalam setiap konflik selalu dicari jalan penyelesaian, konflik terkadang dapat
diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai secara langsung. Namun tak
jarang pula harus melibatkan pihak ketiga untuk menangani dan mencari jalan
keluar baik oleh Negara atau sebagai organisasi internasional. Penyelesaian
disebut sebagai Resolusi Konflik.
“Resolusi konflik adalah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah yang
mempertimbangkan kebutuhna-kebutuhan individu dan kelompok seperti
identitas dan pengakuan juga perubahan-perubahan institusi yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan.”34
Selanjutnya, merujuk dari pengertian intervensi atau keterlibatan suatu
Negara serta penjelasan mengenai kepentingan nasional diatas, intervensi yang
33
Donald E. Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework
for Analysis and Decision-Making, British Journal of International Studies, 1976, Vol.2, p.246-248
34
“Resolusi Konflik” terdapat di http://www.sicripps.ohio.edu/news/cmdd/artikelefhtm
Diakses 27 maret 2016
20
dilakukan oleh AS merupakan respon dari kekacauan yang terjadi terlebih dengan
kehadiran ekstrimis ISIS, dan percaya bahwa instabilitas keamanan di Suriah
dapat terpecahkan apabila Assad turun dari tampuk kekuasaannya. Sedangkan
intervensi Rusia terjadi berlandaskan hubungan sejarah serta kerjasama yang
terjalin antara kedua Negara dan demi menjaga kepemimpinan Assad. Kehadiran
kedua Negara ini juga tentu tidak terlepas dari dimensi kepentingan nasional yang
terpapar diatas, sehingga sangat jelas apabila kedua Negara ini mempunyai
kepentingan dan tujuannya masing-masing dalam menyikapi konflik di Suriah.
Dari beberapa kajian teoritis diatas, untuk mengarahkan dan menguatkan
munculnya hipotesis, maka penulis mencoba mengemukakan asumsi dasar
sebagai berikut:
1. Salah satu Negara di Timur Tengah yaitu Suriah saat ini tengah dilanda
dampak dari Arab Spring. Konflik ini bila dilihat dengan mata telanjang
merupakan konflik sederhana yang menginginkan turunnya Bashar alAssad yang bergeser karena begitu banyak pihak yang terlibat, salah
satunya dengan hadirnya ISIS, sehingga membuat konflik semakin
berkepanjangan dan sulit mencari jalan damai. Ditambah banyaknya
kepentingan baik dari segi politik, ekonomi dan militer dari pihak internal
maupun eksternal.
2. Konflik Suriah telah menjadi ancaman bagi kemanan internasional
khususnya terhadap kawasan di Timur Tengah. Sehingga konflik tersebut
menjadi perhatian penting bagi dunia internasional, tak heran apabila
membuat banyak Negara turut campur tangan dalam penyelesaian konflik
ini.
21
3. AS dan Rusia merupakan dua Negara berpengaruh di dunia, sehingga
memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan
perdamaian dunia (selain PBB). Maka kehadiran keduanya diharapkan
mampu menjadi penengah dan mencari jalan keluarnya diantara pihakpihak yang terkait konflik. Akan tetapi AS-Rusia mempunyai sejarah
permusuhan yang kental hingga saat ini, terlebih keduanya memiliki
tujuan dan kepentingan masing-masing dalam konflik di Suriah. Oleh
karena itu kehadiran AS-Rusia termasuk kedalam langkah penyelesaian
masalah atau malah sebaliknya menjadikan konflik Suriah semakin
panjang berlarut.
2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis dan perumusan masalah serta
asumsi yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mempunyai jawaban
smentara bagi penelitian, yaitu: “Jika AS-Rusia secepatnya tidak saling
berkomitmen untuk bersama-sama mencari jalan keluar terhadap konflik di
Suriah dan memerangi kelompok radikal ISIS serta mengesampingkan
kepentingannya
masing-masing,
maka
kehadiran
AS-Rusia kedalam
dinamika konflik di Suriah berpotensi memunculkan permasalahan baru
sehingga kehadiran keduanya bukan merupakan proses penyelesaian
konflik.”
22
3.Tabel Operasionalisasi Variabel dan Indikator
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Variabel
Indikator
(Konsep Teoritik)
(Empirik)
Variabel Bebas:
Jika AS-Rusia
1.
Akar konflik
secepatnya tidak
Suriah.
saling berkomitmen
untuk bersamasama mencari jalan
keluar terhadap
konflik di Suriah
dan memerangi
kelompok radikal
ISIS serta
mengesampingkan
kepentingannya
masing-masing
Verifikasi
1.
Awal mula perang suriah
adalah dilatar belakangi oleh
kekecewaan rakyat Suriah
terhadap rezim Bashar Asaad
yang otoriter dan sewenangwenang terhadap rakyatnya.
2.
Perang Suriah adalah
revolusi Rabbani yaitu revolusi
agama, Maka jelaslah bahwa
penyebab perang Suriah adalah
perang ideologi antara Islam
Ahlussunah dengan Syiah. Data
Fakta http://ippmbaiturrohim.blogspot.co.id/2013/
09/apa-penyebab-perangsuriah.html
1. AS menginginkan agar Assad
2.
Komitmen AS- turun dari kekuasaannya,
Rusia mengenai
sedangkan Rusia mengatakan
konflik Suriah (ISIS).
hanya warga Suriah yang berhak
menentukan nasibnya.
2. Soal ISIS, AS-Rusia sepakat
bahwa mereka “ancaman bagi
setiap negara”
Data Fakta:
http://bbc.com/indonesia/
dunia/2015/12/151216_
dunia_as_rusia_suriah
Variabel Terikat:
maka kehadiran
1.
Perbedaan
AS-Rusia kedalam
kepentingan yang
dinamika konflik di mewakili AS-Rusia
1.
Rusia dan ASbeda
kepentingan soal intervensi
militer di Suriah, di mana Rusia
23
Suriah berpotensi
memunculkan
permasalahan baru
sehingga kehadiran
keduanya bukan
merupakan proses
penyelesaian
konflik.
untuk menerjunkan
pasukan militer di
Suriah.
ingin mempertahankan
pemerintah konstitusional
Damaskus dan Presiden Bashar
al-Assad, sementara AS
berambisi untuk menggulingkan
pemerintah sah Suriah.
2.
Rusia menyerang semua
kubu pemberontak dukungan
Barat, sementara AS hanya ingin
fokus pada serangan terhadap
ISIS. Data Fakta:
http://indonesian.irib.ir/editorial/f
okus/item/101357-perseteruanrusia-barat-dalam-konflik-suriah
2.
Kehadiran
1.
Rusia memutuskan untuk
kedua negara yang
melakukan penyerangan terhadap
saling bersitegang dan ISIS, penyerangan ini dilakukan
berbeda kepentingan
setelah Bashar Assad meminta
berpotensi
Rusia membantu pasukan Suriah.
menimbulkan
Presiden Vladimir Putin
gesekan.
menyatakan bahwa tujuan dari
intervensi tersebut adalah untuk
menstabilkan pemerintahan dan
menciptakan kondisi yang
kondusif untuk kompromi politik
di Suriah.
2.
Akan tetapi Keputusan
Rusia untuk terlibat dalam
pertempuran di Suriah mendapat
kecaman dari Amerika Serikat,
Menurut Barack Obama aksi
Rusia tersebut bisa menjadi
sumber bencana besar di Suriah.
Data Fakta
://hasbiaswar.blogspot.co.id/201
5/10/analisis-mengenai-konflikterkini-suriah.html).
3.
Kehadiran
keduanya bukan
merupakan resolusi
konflik.
1.
AS dan koalisinya
mengumumkan telah melakukan
24 serangan terhadap ISIS. Di
waktu yang sama, Rusia
mengklaim telah menggempur 55
target ISIS.
24
2.
Ketegangan antara ASRusia terus memanas.
Data fakta: http://international
.sindonews.com/read/105233
5/43/as-dan-rusia-berpotensiperang-dunia-iii-di-suriah1444621371
25
4. Skema Kerangka Teoritis
Alur Pemikiran Pengaruh Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia
Terhadap Stabilitas Keamanan
di Suriah
Suriah
Konflik
Pemerintah
Radikalisasi
AS
Rusia
Kebijakan
Luar
Negeri
Intervensi
Militer
Menyelesaikan
Konflik
Kepentingan
Nasional
Memunculkan
Konflik
26
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1. Tingkat Analisis
Tingkat penelitian dilakukan untuk mempermudah penulis dalam memilah
masalah yang akan di analisis. Adapun tingkat analisis yang penulis gunakan
dalam penelitian ini yaitu tingkat analisis korelasionis, dimana terdapat peranan
negara-negara mengenai kepentingan nasionalnya terhadap peristiwa yang terjadi
di Suriah sebagai unit eksplanasi independen yaitu berpengaruh kepada
penyelesaian konflik. Sedangkan dalam unit analisis ternyata kepentingan tersebut
berpengaruh terhadap stabilitas keamanan, sehingga menjadikan kedatangannya
sebagai awal kemunculan konflik baru.
Dengan demikian, unit eksplanasi atau variabel independen berada pada
tingkat yang sama dengan unit analisis atau variabel dependen. Sehingga hal ini
menunjukan bahwa tingkat analisa yang dipergunakan adalah korelasionis.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Deskriptif Analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan menggambarkan,
menganalisa, dan mengklarifikasi gejala-gejala berdasarkan pengamatan dari
beberapa kejadian secara sistematik, faktual, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan
untuk menjelaskan.Sejauhmana keterkaitan Amerika Serikat dan Rusia dalam
konflik di Suriah dan pengaruh kehadirannya terhadap stabilitas keamanan disana.
27
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan ini, pengumpulan data yang penulis gunakan adalah
Studi Kepustakan (Library Search), yaitu berusaha untuk mencari data melalui
pengamatan tidak langsung dengan membaca buku-buku tertentu, laporan,
majalah, surat kabar, website dan artikel yang penulis gunakan untuk memperoleh
pengertian dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah ini.
F. Lokasi dan Lama Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data serta keterangan yang dibutuhkan, penulis
mendatangi lembaga-lembaga seperti:
a. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pasundan Bandung.
Jl. Lengkong Besar No. 68 Bandung.
b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Parahyangan Bandung.
Jl. Ciumbuleuit No.94, Bandung.
28
2. Lama Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, terhitung dari bulan Maret
2016 sampai dengan Agustus2016.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2016
2016
No
BulanKegiatan
Maret
1
1.
Tahap Penelitian
a. Konsultasi
b. Pengajuan Judul
c. Bimbingan
Proposal
d. Seminar Proposal
e. Perbaikan
Seminar Proposal
2.
Penelitian
3.
Pengolahan Data
4.
Analisa Data
5.
Kegiatan Akhir
a. Pelaporan
b. Persiapan dan
Draft
c. Perbaikan Hasil
Draft
d. Persiapan dan
Sidang Skripsi
April
Mei
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Juni
4 1 2 3 4
Juli
1 2
3
Agustus
4
1
2 3 4
29
3. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab dimana setiap bab terbagi menjadi
beberapa sub bab yang disesuaikan dengan pembahasan yang dilakukan, yaitu
terdiri dari:
BAB I :PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari sub-sub judul sebagai berikut, latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka teoritis, hipotesis, metode penelitian dan teknik pengumpulan
data, lokasi dan lamanya penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II :KEMUNCULAN GERAKAN SPARATIS PILITIK NEGARA
ISLAM
Dalam bab ini menjelaskan mengenai variabel-variabel bebas
atau unit eksplanasi penelitian yaitu Pengaruh kontestasi Amerika
Serikat dan Rusia terhadap stabilitas keamanan di Suriah. Bab ini
berisikan sub-sub bab sebagai berikut: tinjauan umum Negara Suriah,
Sejarah Negara Suriah, Politik Negara Suriah, Penyebab pasang surut
konflik Suriah, Munculnya Radikalisme dalam islam.
BAB III: HADIRNYA NEGARA-NEGARA SUPER POWER YANG
SALING BERSEBERANGAN (AS-RUSIA) DALAM KONFLIK SURIAH
Dalam bab ini membahas variabel terikat dari unit eksplanasi
dari tema masalah yang berisi uraian atau informasi umum atau dasar
atau awal mengenai dasar konflik dan kemungkinan timbulnya
pengaruhnya terhadap stabilitas keamanan di Suriah, dalam bab ini
berisikan sub-sub bab sebagai berikut: Politik dan pemerintahan
30
Amerika Serikat, Politik dan pemerintahan Rusia, perkembangan
pasang surut hubungan As-Rusia.
BAB IV:
ANALISA PENGARUH KONTESTASI AS DAN RUSIA
TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DI SURIAH
Dalam bab ini berisi jawaban atau bahasan terhadap hipotesis
dan indikator-indikator variabel bebas ataupun variabel terikat yang
dideskripsikan kedalam data atau fakta dan angka. Sub-sub judul ini
mencerminkan jawaban mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari
Kontestasi Amerika Serikat dan Rusia di konflik Suriah dalam stabilitas
keamanan di Suriah.
BAB V : KESIMPULAN
Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian
terutama dalam bab IV, kesimpulan ini berbentuk rangkuman singkat
yang jelas dan informatif pada bagian akhir ditulis penjelasan bahwa
hipotesis penelitian diterima atau ditolak.
31
BAB II
PROSES KEMUNCULAN GERAKAN SPARATIS POLITIK
NEGARA ISLAM
A. Tinjauan Umum Negara Suriah
Suriah merupakan sebuah negara yang termasuk ke dalam Asia Barat dan
memiliki letak sangat strategis untuk menuju pintu gerbang ke negeri Barat
ataupun Timur seperti Lebanon, Turki, Irak, Yordania, dan Israel. Tak heran
sepanjang catatan sejarah, negeri ini pernah menjadi rebutan negara-negara
adikuasa. Salah satunya ialah Perancis yang sukses menduduki negara ini, tetapi
akhirnya Suriah sukses memerdekan diri dari Perancis pada 1946.35
Suriah juga mendapat julukan negeri Syam dalam bahasa Arab. Suriah
merupakan salah satu negara yang berada di kawasan strategis Timur Tengah.
Ferdinand Von Richtofen misalnya menyebut Suriah sebagai Jalur Sutera karena
letaknya yang strategis tidak hanya dalam jalur perdagangan barang, tetapi juga
dalam budaya dan jalur militer global. Letaknya yang strategis ditambah dengan
limpahan 4 potensi kekayaan alam menjadikan Suriah sebagai negara yang
diperebutkan berbagai kekuatan politik regional dan global. Sekitar 74 %
mayoritas penduduk Suriah beragama Islam yang menganut paham Ahlussunnah
wal Jama’ah (Sunni), kemudian Syiah Alawiyah (12%), Druze (3%) dan sebagian
35
“dinamika konflik Suriah” dalam
http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/2832/1/vjhi-04-07-2012dinamika_konflik_suriah_dan.pdf Diakses 13 april 2016
32
kecil menganut Ismailiyyah yang merupakan salah satu cabang dari aliran Syiah.3
Kelompok Syiah Alawiyah merupakan kelompok minoritas yang berpengaruh
dalam pemerintahan rezim Assad. Sementara itu sebagian besar penduduknya
sekitar 90% berasal dari keturunan Arab, diikuti 9% berasal dari suku Kurdi dan
kelompok minoritas Armenia, Sirkasian dan Turkmenistan. Beragamnya aliran
kepercayaan dan etnis yang berkembang menjadikan Suriah sebagai negara yang
rentan dengan konflik.36
1. Sejarah Negara Suriah
Suriah merupakan salah satu pusat peradaban paling tua di muka bumi,
Penggalian oleh para arkeolog pada 1975 di Kota Ebla bagian utara Suriah
menunjukkan, sebuah kerajaan Semit sempat berdiri dan menyebar dari Laut
Merah ke Turki dan Mesopotamia pada 2500-2400 SM. Etnis Suriah diketahui
merupakan etnis Semit dengan 90 persen terdiri atas warga Muslim, 74 persen
Sunni dan 16 persen terdiri atas kelompok Muslim lainnya termasuk Alawi, Syiah
dan Druze. Sementara 10 persen adalah warga Kristen.Pada 1920, sebuah kerajaan
Arab dibawah kekuasaan Raja Faysal dari keluarga Hashimiah didirikan di Suriah.
Tidak hanya menjadi raja Suriah namun Raja Faysal juga menjadi Raja di Irak.37
Kekuasaannya di Suriah berakhir seiring dengan kekalahan pasukannya
Pada 1920, sebuah kerajaan Arab dibawah kekuasaan Raja Faysal dari keluarga
Hashimiah didirikan di Suriah. Tidak hanya menjadi raja Suriah namun Raja
Faysal juga menjadi Raja di Irak. Kekuasaannya di Suriah berakhir seiring dengan
kekalahan pasukannya melawan Prancis dalam pertempuran Maysalun. Selama
36
Ibid.,
“mengenal sejarah terbentuknya Negara” http://pandri16.blogspot.co.id/2015/08/mengenal-sejarah-terbentuknya-negara.html Diakses 13 april 2016
37
33
beberapa tahun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meletakkan Suriah di bawah
mandat Prancis sebelum akhirnya Prancis terpuruk pada 1940. Kendali atas Suriah
pun segera diambil Pemerintahan Vichy hingga Pemerintah Inggris dan Prancis
kembali menjajah negara tersebut pada Juli 1941. Demikian ditulis State, Sabtu
(18/8/2012).Namun penjajahan ini sendiri tidak berlangsung lama karena
kelompok nasionalis Suriah mendesak agar Prancis segera menarik keluar
pasukannya dari Suriah pada April 1946. Suriah pun ditinggalkan Prancis dalam
kendali pemerintahan republik yang telah lebih dulu terbentuk ketika Prancis
memegang mandat PBB atas negara itu.38
Kendati perkembangan ekonomi Suriah berlangsung pesat diikuti dengan
deklarasi kemerdekaan pada 17 April 1946, namun pergolakan politik justru
terjadi di negara itu pada 1960-an.Suriah dan Mesir diketahui sempat bersatu
membentuk Republik Persatuan Arab, namun persatuan ini tidak berhasil
sehingga memicu terjadinya kudeta militer pada 28 September 1961. Suriah pun
akhirnya memisahkan diri dan bangkit kembali sebagai Negara Republik Suriah.
Kabinet baru pun dibentuk di bawah bayang-bayang Partai Ba'ath.Kudeta militer
kembali terjadi pada 13 November 1970 dimana Menteri Pertahanan Suriah saat
itu Hafiz al-Asad menobatkan dirinya sebagai Perdana Menteri. Setelah 30 tahun
berkuasa penuh atas Suriah pada 10 Juni 2000 Hafiz al-Assad pun dilaporkan
tutup usia.39
Pada masa ini perubahan konstitusi pun terjadi, dimana parlemen
menghendaki usia minimun bagi presiden adalah 40-43 tahun. Perubahan ini
38
Ibid.,
Ibid.,
39
34
memungkinkan putra Hafiz al-Assad, Bashar al-Assad untuk terpilih sebagai
presiden dimana ia maju mencalonkan diri tanpa pesaing. Bashar al-Assad secara
resmi dilantik pada 17 Juli 2000 untuk masa jabatan 7 tahun.40
2. Politik Negara Suriah
Telah lebih dari dua tahun Suriah diguncang oleh pergolakan politik.
Pergolakan yang kini bahkan menjurus pada perang saudara, ketika Pemerintahan
Suriah pimpinan Bashar al-Assad bertempur melawan pasukan oposisi. Bagi
sebagian kalangan, pergolakan ini adalah sebuah ‘revolusi rakyat’ yang berupaya
mengggulingkan ‘rezim tiran’ Bashar Assad, sama seperti gelombang
revolusi ‘Arab Spring’ lainnya yang berhasil menumbangkan kediktatoran di
Tunisia, Mesir dan Libya. Sejak kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira
militer pimpinan Abdul Karim Nahlawy di tahun 1961, pemerintahan Suriah
berada dibawah kendali Partai Baath ((Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiraki) hingga kini.
Partai Baath sendiri merupakan partai yang mengusung ideologi Baath’isme, yang
berintikan nilai-nilai Nasionalisme dan Sosialisme Arab, atau bisa dikatakan pula
ideologi sosialisme ‘khas’ Arab.41
Ideologi ini diintrodusir oleh seorang intelektual Suriah beragama Kristen,
Michel Aflaq, pada saat kolonialisme Eropa masih mencengkram Timur Tengah
pasca keruntuhan Daulah Turki Ustmani tahun 1924. Selain Suriah, rezim-rezim
di dunia Arab yang pernah menggunakan ideologi ini sebagai dasar negara adalah
pemerintahan Gamal Abdul Nasser di Mesir (1952-1970), rezim Muamar Khadafi
40
Ibid.,
“konflik Suriah dan intervensi imperialis barat” dalam
http://www.berdikarionline.com/konflik-suriah-dan-intervensi-imperialis-barat/ Diakses 13 april
2016
41
35
di Libya (1969-2011) serta rezim Saddam Husein yang berkuasa di Irak hingga
tahun 2003. Berkuasanya Partai Baath di Suriah ini juga menuai dukungan dari
kalangan komunis yang tergabung dalam Partai Komunis Suriah. Namun, pada
tahun 1972, sebagian kecil kader dari partai tersebut yang dipimpin Riyad Turk
melancarkan Sejak kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer
pimpinan Abdul Karim Nahlawy di tahun 1961, pemerintahan Suriah berada
dibawah kendali Partai Baath ((Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiraki) hingga kini. Partai
Baath sendiri merupakan partai yang mengusung ideologi Baath’isme, yang
berintikan nilai-nilai Nasionalisme dan Sosialisme Arab, atau bisa dikatakan pula
ideologi sosialisme ‘khas’ Arab. Sebagian kecil kader dari partai tersebut yang
dipimpin Riyad Turk melancarkan kampanye untuk menentang aliansi partai
komunis dengan rezim Baath. Meski begitu, mainstream Partai Komunis Suriah
tetap mendukung pemerintahan Partai Baath sampai sekarang.42
Setelah rezim Baath berkuasa di Suriah, konflik politik di internal
pemerintahan tidak berhenti. Konflik itu berujung pada terjadinya kembali kudeta
militer pada 1970, ketika Menteri Pertahanan Suriah saat itu , Hafez al-Assad,
naik ke tampuk kekuasaan sebagai Perdana Menteri. Di tahun berikutnya, perwira
Angkatan Udara Suriah ini diangkat menjadi Presiden Suriah.Dibawah
kepemimpinan Hafez al-Assad, Suriah menunjukkan resistensi yang kuat terhadap
hegemoni imperialisme Barat dan ‘mitranya’ di Timur Tengah, Israel.
Sepeninggal Gamal Abdul Nasser di tahun 1970, dunia Arab memang kehilangan
sosok tangguh yang berani melawan Barat dan Israel. Namun, berkuasanya Hafez
42
Ibid.,
36
Assad dan Muamar Khadafi di Libya pada saat yang hampir bersamaan seakan
menghidupkan kembali ‘roh’ Nasser di Timur Tengah.43
Hafez Assad memang secara tegas mendukung penuh perjuangan bangsa
Palestina dalam melawan penjajahan Zionis Israel. Bentuk dukungan itu
ditunjukkannya melalui partisipasi Suriah dalam Perang Yom Kippur melawan
Israel di tahun 1973. Sebenarnya, sebelum Assad berkuasa pun, rezim Baath
Suriah telah menunjukkan resistensinya terhadap Israel dalam Perang Enam Hari
tahun 1967, yang membuat Suriah harus kehilangan sebagian wilayahnya di
Dataran Tinggi Golan lantaran diduduki Israel hingga sekarang.Perlawanan Assad
terhadap Israel juga diperlihatkan tatkala perang saudara bernuansa sektarian
meletus di Lebanon pada tahun 1975-1989. Saat itu, awalnya Suriah mengirim
pasukan militer ke Lebanon guna melindungi kelompok Druze dan Syiah. Namun
setelah masuknya tentara Israel ke Lebanon di tahun 1982 dengan alasan
melindungi kelompok Kristen (meski alasan sebenarnya adalah memburu
kelompok perlawanan Palestina di Lebanon), pasukan Suriah pun turut melawan
kehadiran militer Israel di Lebanon.Keberpihakan Suriah terhadap gerakan
perlawanan Palestina juga ditunjukkan dengan dibukanya kantor perwakilan
Hamas dan PLO di Damaskus. Suriah juga mendukung gerilyawan Hizbullah di
Lebanon secara finansial maupun politik. Disamping itu, faksi perlawanan
Palestina FPLP pimpinan George Habash juga didukung penuh oleh Suriah tidak
berhenti. Konflik itu berujung pada terjadinya kembali kudeta militer pada 1970,
ketika Menteri Pertahanan Suriah saat itu, Hafez al-Assad, naik ke tampuk
kekuasaan sebagai Perdana Menteri. Di tahun berikutnya, perwira Angkatan
43
Ibid.,
37
Udara Suriah ini diangkat menjadi Presiden Suriah. Di kepemimpinan Hafez alAssad, Suriah menunjukkan resistensi yang kuat terhadap hegemoni imperialisme
Barat dan ‘mitranya’di Timur Tengah, Israel. Sepeninggal Gamal Abdul Nasser
di tahun 1970, dunia Arab memang kehilangan sosok tangguh yang berani
melawan Barat dan Israel. Namun, berkuasanya Hafez Assad dan Muamar
Khadafi di Libya pada saat yang hampir bersamaan seakan menghidupkan
kembali ‘roh’ Nasser di Timur Tengah. Hafez Assad memang secara tegas
mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina dalam melawan penjajahan Zionis
Israel. Bentuk dukungan itu ditunjukkannya melalui partisipasi Suriah
dalam Perang Yom Kippur melawan Israel di tahun 1973. Sebenarnya, sebelum
Assad berkuasa pun, rezim Baath Suriah telah menunjukkan resistensinya
terhadap Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967, yang membuat Suriah harus
kehilangan sebagian wilayahnya di Dataran Tinggi Golan lantaran diduduki Israel
hingga sekarang. Perlawanan Assad terhadap Israel juga diperlihatkan tatkala
perang saudara bernuansa sektarian meletus di Lebanon pada tahun 1975-1989.
Saat itu, awalnya Suriah mengirim pasukan militer ke Lebanon guna melindungi
kelompok Druze dan Syiah. Namun setelah masuknya tentara Israel ke Lebanon
di tahun 1982 dengan alasan melindungi kelompok Kristen (meski alasan
sebenarnya adalah memburu kelompok perlawanan Palestina di Lebanon),
pasukan Suriah pun turut melawan kehadiran militer Israel di Lebanon.44
Keberpihakan Suriah terhadap gerakan perlawanan Palestina juga
ditunjukkan dengan dibukanya kantor perwakilan Hamas dan PLO di Damaskus,
Suriah juga mendukung geriliawan Hizbullah di Lebanon secara finansial maupun
44
Ibid.,
38
politik. Disamping itu, faksi perlawanan Palestina FPLP pimpinan George Habash
juga didukung penuh oleh Suriah. Sementara itu, perlawanan Assad terhadap
Barat di tunjukkan dengan mendukung Revolusi Islam di Iran tahun 1979.
Revolusi yang berujung pada berkuasanya kaum Mullah Syiah pimpinan
Ayatullah Rohullah Khomeini itu memang merubah secara drastis haluan politik
luar negeri Iran yang tadinya bersahabat erat dengan Amerika Serikat (AS)
menjadi negara yang sangat anti AS dan Israel.Suriah juga berpihak kepada Iran
dalam Perang Iran-Irak tahun 1980-1988, ketika AS menunjukkan dukungannya
pada Irak demi menhambat revolusi Islam Iran. Hal ini menjadikan Suriah dan
Iran sebagai sekutu dekat hingga kini, apalagi ditambah dengan fakta bahwa
mayoritas anggota Partai Baath Suriah berasal dari kalangan Alawit, suatu aliran
dalam ajaran Syiah.45
Inilah pula yang menjadi penyebab ketidakharmonisan pemerintahan
Assad dengan rezim Saddam Husein di Irak. Kebijakan represif Saddam terhadap
kaum Syiah Irak membuat tidak senang pemerintah Suriah, meskipun keduanya
berbasiskan ideologi yang sama, Baath’isme. Politik perlawanannya terhadap AS
dan Israel pun membuat rezim Assad tidak disukai pihak Barat. Namun, rezim
Assad justru memiliki hubungan ‘mesra’ dengan Uni Sovyet, apalagi dalam
politik domestiknya kaum komunis Suriah juga mendukung rezim Assad. Dalam
sejarahnya pun, Uni Sovyet memang berpihak pada Negara-negara Arab ketika
mereka berperang melawan Israel, seperti pada Perang Enam Hari dan Krisis
Terusan Suez tahun 1956.Dukungan Uni Sovyet terhadap Suriah ditunjukkan
melalui suplai persenjataan bagi militer Suriah serta bantuan finansial berupa
45
Ibid.,
39
hutang luar negeri. ‘Kemesraan’ ini berlanjut pasca runtuhnya Uni Sovyet, dimana
Rusia yang menjadi ‘pewaris’ kejayaan Sovyet tetap menjadi sekutu Suriah
hingga kini. Hal itu tampak ketika di tahun 2005 Rusia menghapus 75 persen dari
total utang Suriah sebesar 13 miliar dollar AS.46
B. Penyebab Pasang Surut Konflik di Suriah
Negara Suriah modern didirikan usai Perang Dunia Pertama, yaitu setelah
mendapatkan kemerdekaannya dari Perancis pada tahun 1946. Pasca meraih
kemerdekaannya, Suriah kerap diguncang oleh gejolak serta kudeta militer, yang
sebagian besar terjadi antara periode 1949-1971. Kemudian antara periode 19581961, Suriah bergabung dengan Mesir membentuk perserikatan yang dikenal
dengan RPA (Republik Persatuan Arab). Perserikatan itu berakhir karena
terjadinya kudeta militer di Suriah. Sejak tahun 1963 hingga 2011, Suriah terus
memberlakukan UU Darurat Militer, sehingga dengan demikian sistem
pemerintahannya pun dianggap oleh pihak barat tidak demokratis.47
Presiden Suriah adalah Bashar al-Assad, yang telah mengambil tampuk
pemerintahan dari ayahnya Hafez al Assad dengan penunjukan secara aklamasi.
Serta telah berkuasa di negara itu mulai tahun 2000. Sejak era perang dingin,
Suriah terkenal dengan kekuatan militernya di kawasan, dan identik dengan
julukan Rusia Timur Tengah. Hal itu berkat kedekatan hubungan Suriah dengan
Rusia, sehingga kerap mendapat suplai senjata modern dari negara digdaya itu.
46
Ibid.,
“makalah Konflik Suriah” dalam http://vianlouis.blogspot.co.id/2013/09/makalahkonflik-suriah.html diakses 13 april 2016
47
40
Alasan ini jualah yang membuat Israel sedikit segan untuk melakukan perang
frontal menghadapi Suriah dalam persengketaan Dataran Tinggi Golan. Di
samping itu, Suriah menjadi tumpuan beberapa negara kawasan dalam
menyelesaikan konflik militer yang sering terjadi di Timur Tengah.48
Fakta membuktikan, bahwa sebagian besar negara Arab adalah aliansi
abadi blok Barat, yang dinakhodai langsung oleh Amerika Serikat sebagai
kekuatan Super Power tunggal dunia. Keberadaan kekuatan militer Suriah di
kawasan tentu saja menjadikan mereka jengah, karena dianggap sebagai kekuatan
lawan. Tidak jarang, beberapa kasus sebelumnya sudah pernah diangkat untuk
merontokkan Suriah terutama presidennya, namun semuanya gagal.Terpaan Badai
Arab Spring 2011 ( Badai Musim Semi Arab 2011), yang telah merontokkan
beberapa kekuatan besar di negeri Arab. Ternyata dimanfaatkan dengan sangat
baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Padahal sebelumnya, presiden Suriah
Bashar al Assad dengan sangat optimis telah mengungkapkan, bahwa badai
Musim Semi Arab tidak akan menerpa Suriah, karena rakyat Suriah secara umum
telah memperoleh hak-hak mereka secara adil, jadi tidak ada alasan bagi rakyat
Suriah untuk melakukan revolusi di negara tersebut.Namun, kesempatan emas itu
nampaknya tidak disia-siakan oleh pihak-pihak tertentu.49
Terbukti dengan merebaknya amunisi perlawanan rakyat yang dimotori
oleh kelompok minoritas di negera tersebut. Yang menurut informasi dari pejabat
Suriah, mereka pihak yang berkepentingan sengaja mendukung kelompok
minoritas untuk melakukan perlawanan demi suksesnya target jahat dalam
48
Ibid.,
Ibid.,
49
41
menghancurkan Suriah dari dalam.Sehingga kelompok negara-negara Arab yang
selama ini bersebrangan dengan Suriah, yang memang telah mendominasi Liga
Arab tersebut. Mendorong lembaga tertinggi negara-negara Arab itu untuk
membekukan keanggotaan Suriah, serta menyerahkan kasus Suriah kepada Dewan
Keamanan PBB untuk segera diselesaikan secara internasional.Selanjutnya, hal ini
pulalah yang membuat Rusia dan Cina sebagai mitra abadi semakin tidak nyaman
di kursinya. Karena mereka merasa termasuk kelompok yang paling dirugikan
berkaitan dengan masalah Suriah, jika putusan DK PBB itu disahkan. Yang pada
akhirnya berujung pada jatuhnya veto dari kedua negera adidaya tersebut.Dari
pertikaian dua kelompok penguasa dunia ini, yang paling menderita adalah rakyat
Suriah sendiri. Mereka adalah pihak pertama yang merasakan langsung imbas dari
pertarungan sengit saat ini. Sehingga, seorang ibu harus rela melihat anaknya
meregang nyawa tanpa sebab. Seorang isteri harus mampu menahan isak dan
dendam karena suami tercinta dieksekusi tanpa kesalahan yang dibuat. Bahkan,
ribuan anak-anak yang tidak berdosa tiba-tiba menjadi yatim piatu. Sebenarnya
inilah yang menjadi tanggungjawab kita saat ini. Yaitu menyelamatkan nyawa
anak manusia yang tidak berdosa, dan menyelamatkan rakyat Suriah dari
keserakahan dua kekuatan dunia. 50
1. Faktor Politik
Krisis politik yang terjadi di Suriah dewasa ini nampaknya sudah
mencapai anti klimaks, terutama dengan semakin meningkatnya kontak senjata
antara pemerintah Basyar Asad dengan kubu pemberontak di beberapa kota. Sejak
meletusnya revolusi puluhan ribu orang tewas serta ribuan lainnya harus
50
Ibid.,
42
mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Turki, Yordania dan Lebanon.
Sampai saat ini baik PBB, OKI maupun Liga Arab belummengambil sikap tegas
terkait kekejaman rezim al-Asad bahkan terkesan terombang ambing oleh
kebijakan Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) yang selama ini dinilai sarat
kepentingan baik politik maupun ekonomi. Sama halnya dengan negara-negara
Timur Tengah lainnya, Suriah merupakan negara yang juga terimbas badai
revolusi. Sudah setahun revolusi yang dimotori para aktivis pro-perubahan
tersebut berlalu.51
Namun, situasi politik di Suriah belum menunjukkan tanda-tanda
perbaikan. Bahkan Basyar Asad bersikeras akan tetap mempertahankan
kekuasaannya walaupun harus menggunakan jalur kekerasan. Sikap otoriter rezim
Basyar Asad tersebut akhirnya memunculkan gelombang demonstrasi yang
menuntut Presiden Basyar Asad mundur dari jabatannya. Para demonstran
tersebut menuntut Presiden Basyar Asad untuk melakukan langkah-langkah
terkait reformasi politik dan pelaksanaan Pemilu dalam waktu dekat.52
Tuntutan para demonstran tersebut dijawab pemerintah dengan merombak
struktur parlemen dan pemerintahan, namun rakyat tetap menolak karena mereka
menganggap struktur pemerintahan masih dijabat orang-orang lama yang tidak
lain adalah sekutu dekat Asad. Suhu politik di Suriah pun semakin memanas
setelah pemerintah melakukan operasi militer di beberapa kota termasuk di
wilayah Khalidiyah provinsi Homs yang telah menewaskan ribuan orang.
Kekejaman yang dilakukan pemerintah pemerintah Suriah tersebut mendorong
51
“membaca konflik Suriah” dalam http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-2/timurtengah/669-membaca-konflik-suriah 13 april 2016
52
Ibid.,
43
PBB melalui dewan keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi terhadap Suriah.
Namun, resolusi tersebut gagal setelah Cina dan Rusia menolaknya. Sementara
itu, negara-negara Barat seperti AS, Perancis dan Inggris menyatakan bahwa
pemerintah Suriah tidak lagi sah dan menuntut Presiden Asad melepaskan
jabatannya.53
2. Faktor Ideologi
Kelompok pemerintah dan kelompok warga sipil, keduanya manganut
agama Islam. Tetapi mereka dibedakan dalam dua ideologi, kelompok pemerintah
menganut ideologi syiah dan kelompok warga sipil menganut ideologi sunni.
Telah diketahui bahwa paham ideologi dan sunni tidak pernah bisa disatukan
dalam hal pemikiran, kehidupan social, dan kehidupan beragama. Hal tersebut
juga menjadikan penyebab terjadinya konflik. Dari adanya penyebab terjadinya
konflik di Suriah menjadikan terbaginya beberapa kelompok yang terlibat dalam
peperangan yang kini kian memanas. Kelompok tersebut ialah kelompok
pemerintah, kelompok pro pemerintah, kelompok pemberontak, kelompok pro
pemberontak.54
Ada banyak ideologi yang berbeda yang terdapat pada pihak para pejuang
dari mulai kaum liberal sekuler ekstrim yang menuntut demokrasi gaya Barat
hingga kelompok-kelompok Islam yang menuntut sebuah negara Islam. Ada
banyak faksi-faksi pejuang di antara kedua kutub spektrum ideologi. Posisi
53
Ibid.,
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368874-MK-Nikita%20Pranissa.pdf
54
44
alamimasyarakat Suriah yang konservatifakan menuntut peran Islam dalam rezim
pasca-Assad.55
C. Munculnya Radikalisme Dalam Islam
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang
mengingikan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara
kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah
konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme
menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan
kekerasan. Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan
tantangan baru bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalismeIslam ini
sebenarnya sudah lama mencuat di permukaan wacanainternasional. Radikalisme
Islam sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah yang banyak
dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan media
yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia.56
Banyak label label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan
Amerika Serikat untuk menyebut gerakan Islam radikal, dari sebutan kelompok
garis keras, ekstrimis, militan, Islam kanan, fundamentalisme sampai terrorisme.
Bahkan di negara-negara Barat pasca hancurnya ideology komunisme (pasca
perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan dari peradaban yang
menakutkan. Tidak ada gejolak politik yang lebih ditakuti melebihi bangkitnya
gerakan Islam yang diberinya label sebagai radikalisme Islam. Tuduhan-tudujan
55
https://id-id.facebook.com/time.for.khilafah/posts/392899544126092
“makalah radikalisme islam” dalam
http://pakdhekeong.blogspot.co.id/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html diakses 13 april
2016
56
45
dan propaganda Barat atas Islam sebagai agama yang menopang gerakan
radikalisme telah menjadi retorika internasional.57
Setidaknya ada empat penyebab adanya radikalisme agama. Pertama,
adanya beberapa ajaran dalam agama yang disalahpahami. Dalam Islam ada
ajaran jihad dan mati syahid, yang ironisnya dianggap membenarkan aksi-aksi
keras teroris.Penyebab kedua adalah mengenai adanya persoalan kesejahteraan di
masyarakat, seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial. Telah banyak fakta di
lapangan menyuguhkan kenyataan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial
mampu membuat seseorang melakukan apa pun yang menguntungkan, walaupun
itu jelas terlarang seperti radikalisme. Kemudian penyebab ketiga adalah adanya
ideologi negara agama.58
Pada tahap tertentu ideologi negara agama turut menyuburkan paham
terorisme. Karena sebagaimana diakui para teroris, mereka menjalankan semua
aksinya dengan tujuan mendirikan negara agama. Bagi mereka, pemerintahan
yang ada saat ini (termasuk Indonesia) mengikuti sistem kafir. Adapun penyebab
keempat adalah adanya paham salafisme. Ideologi negara agama terus bertahan
karena mengendap di balik kecenderungan salafisme di kalangan pemeluk agama.
Salafisme adalah kecenderungan yang membayangkan masa lalu sepenuhnya suci,
ideal, sempurna, tanpa kekurangan apapun. Pada era suci inilah negara agama
57
Ibid.,
“munculnya radikalisme agama”http://www.kompasiana.com/nuninglistia/empatsekawan-pemicu-munculnya-radikalisme-agama_5535ac486ea834bf1cda4308 diakses 14 april
2016
58
46
diyakini pernah ada dan berdiri tegak dengan nilai-nilai luhur yang di praktikkan
paripurna. 59
1. Jihad
Kata Jihad berasal dari kata Al Jahd (ُ‫ )دْ َه لجا‬dengan difathahkan huruf
jimnya yang bermakna kelelahan dan kesusahan atau dari Al Juhd (ُ ‫ )دْ ُه لجا‬dengan
didhommahkan huruf jimnya yang bermakna kemampuan. Kalimat (‫) ُُ لجاَهُ ََغَ َل‬
bermakna mengeluarkan kemampuannya. Sehingga orang yang berjihad dijalan
Allah adalah orang yang mencapai kelelahan karena Allah dan meninggikan
kalimatNya yang menjadikannya sebagai cara dan jalan menuju surga. Di balik
jihad memerangi jiwa dan jihad dengan pedang, ada jihad hati yaitu jihad
melawan syetan dan mencegah jiwa dari hawa nafsu dan syahwat yang
diharamkan. Juga ada jihad dengan tangan dan lisan berupa amar ma’ruf nahi
mungkar.60
Jihad sebenarnya digunakan oleh Daulah Islam untuk menyebarkan serta
menyampaikan syi'ar
Islam.
Ianya digunakan sebagai
tindakan
fizikal
menghapuskan segala halangan kepada dakwah Islam dan dengan cara inilah
Islam dibawa keseluruh kawasan Daulah Islam baik pada zaman Rasulullah
mahupun zaman para sahabat dan begitu juga di zaman khulafa' yang seterusnya.
Ianya mempunyai tiga peringkat.Yang pertama, penduduk disesuatu kawasan itu
akan diajak memeluk Islam, dan mereka akan diberi tempoh untuk mengkaji dan
memahami Islam; sekiranya mereka menolak mereka akan dipelawa menjadi
59
Ibid.,
“memahami arti jihad” dalam https://muslim.or.id/4041-memahami-arti-jihad.html
diakses 14 april 2016
60
47
rakyat Daulah Islam dengan membayar `jizyah' dan Islam akan diimplimentasikan
ke atas mereka, dan mereka akan diberikan hak -hak yang sama seperti manamana umat Islam. Sekiranya pelawaan ini ditolak juga, maka tatkala itu barulah
tentera Islam akan berjihad.61
Perlulah difahami bahawa jihad hanyalah untuk menghapuskan rintangan
terhadap dakwah kepada Islam; bukan untuk menakluk atau memperhambakan
mana-mana kaum dan bukan untuk membina empayar dan tidak sekali untuk
memaksa seseorang itu memeluk Islam. Allah SWT berfirman:"Tidak ada
paksaan dalam beragama..."(Al-Baqarah: 256)Jika diteliti setiap satu `sariah' serta
`ghazwah' Rasulullah saw, kita dapati kesemuanya merupakan jihad menyerang
(offensive) dan hanya satu sahaja yang merupakan defensif (itu pun merupakan
satu tindakan yang taktikal sewaktu Perang Khandak). Tetapi dalam konteks masa
kini, semua bentuk jihad yang wujud hanyalah jihad defensif berbeza dengan apa
yang ditunjukkan oleh Rasulullah.62
2. Jihad Modern
Futurolog (ahli masa depan) Muslim terkemuka asal Pakistan, Ziauddin
Sardar, menegaskan jihad merupakan upaya yang terarah dan terus menerus untuk
menciptakan perkembangan Islam. Itulah yang disebut jihad fisabilillah atau
berperang di jalan Allah. Dalam era modern yang serba global ini sebenarnya kita
juga bisa berjihad. Tentu jihadnya bukan dengan senjata atau bom. Kita sebagai
umat Islam sudah saat memiliki semangat baru dalam mengggunakan kata jihad,
61
“pengertian jihad dalam islam” dalam:
http://pepitasngo.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-jihad-dalam-islam.html 14 april 2016
62
Ibid.,
48
seperti jihad al dakwah, jihad al tarbiyah, jihad bi al lisan, jihad bi al qolam, yakni
jihad dengan perantara lisan dan pena, jihad intelektual. Jihad dapat pula
dilakukan dengan harta benda yang disebut dengan jihad bi al amal. Dalam katakata jihad bukan sekali-kali diartikan sebagai perang, melainkan perjuangan tanpa
senjata. Jihad bisa pula berbentuk perjuangan moral dan spiritual. Kesemuanya itu
termasukke dalam jihad fi sabilillah atau perang di jalan Allah, yakni jalan
kebenaran.63
Makna jihad perlu dotransformasikan menjadi etos kerja modern, Jihad
dalam konteks sekarang adalah perwujudan dari upaya mobilisasi sumber daya,
baik sumber daya manusia, sumber daya material maupun sumber daya teknologi
dan kelembagaan. Hal senada juga dikatakan oleh Menteri Sosial RI Bachtiar
Chamsyah. Dalam bukunya yang berjudul Teologi Penanggulangan Kemiskinan,
Bachtiar menuliskan bahwa jihad yang harus ditegakkan di era modern saat ini
adalah jihad sosial. Mengapa? Karena saat ini yang menjadi problema rakyat
Indonesia yang mayoritas Muslim adalah soal kemiskinan, KKN (korupsi, kolusi
dan nepotisme), keterlantaran, krisis moral (akhlak), rehabilitasi berbagai korban
bencana akibat banjir, tnah longsor, gempa bumi, kelangkaan pangan, kerawanan
dan disintegrasi sosial akibat konflik berbau SARA, maraknya peredaran narkoba,
meningkatnya tindak kriminalitas, menurunnya kualitas pendidikan dan
kemampuan warga masyarakat dalam mengenyam pendidikan, tingginya angka
pengangguran akibat PHK dan sebagainya. Jihad sosial dimaksudkan sebagai
upaya bersama sekuat tenaga, secerdas dan searif daya nalar dan semampu dana
untuk berjuang mengatasi dan memberi solusi yang tepat terhadap berbagai
63
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=78308
49
masalah sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, hukum dan sebagainya yang saat
tengah melanda masyarakat kita. Musuh utama yang paling mengancam eksistensi
bangsa ini adalaj kemiskinan, keterlantaran, kebodohan, ancaman disientegrasi,
ksisis akhlak, narkona, korupsi, ketidakadilan sosial-ekonomi-politik-pendidikn
dan hukum. Jadi, sasaran utama jihad sosial adalah penyelesaian berbagai
persoalan tersebut, meskipun tidak seratus persen tuntas. Jihad sosial bukanlah
sebuah upaya justifikasi (pembenaran) suatu doktrin agama terhadap kebijkan dan
tindakan pemerintah. Jihad sosial memang merupakan ajaran dasar dalam Islam.
Jika di telusuri lebih dalam, baikdalam Al Quran maun alhadis, perintah jihad
tidaklah terbatas pada soal perang melainkan semua aspek kehidupan. Menuntut
ilmu adalah jihad. Mengentskan kemiskinan adalah jihad. Memberdayakan kaum
mustadafin juga jihad. Semuanya dapat dinilai sebagai jihad asalkan fi-sabilillah
(dalam kerangka memperoleh ridha Allah atau untuk kepentingan agama Allah).64
D. Pertumbuhan Gerakan Sparatis di Suriah
Separatisme adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan
memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan
kesadaran nasional yang tajam) dari satu Sama lain (atau suatu negara lain). Istilah
ini biasanya tidak diterima para kelompok separatis sendiri karena mereka
menganggapnya kasar, dan memilih istilah yang lebih netral seperti determinasi
diri.Gerakan separatis merupakan gerakan yang politis dan damai.65
Separatisme dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari konsep legitimasi dan
atau ketaatan terhadap pemerintah yang sedang berkuasa. Diskursus ini telah
64
Ibid.,
http://brainly.co.id/tugas/140113
65
50
dikembangkan oleh para pemikir Islam klasik semisal al-Ghazali, al-Muawardi,
dan ibn Taimiyyah yang kemudian dikembangkan dalam konsep bughat atau
pemberontakan. Sepanjang temuan para pemikir Islam penyebab sesungguhnya
bughat tidak lepas dari tiga pra kondisi:
1. Bughat disebabkan hanya sebatas masalah akses politik dan ekonomi yang
diikuti oleh nafsu untuk berkuasa dengan cara menyingkirkan pemerintah
yang sah. Dalam pndangan al-Muwardi tindakan bughat ini bisa disamakan
dengan tindakan riddah atau keluar dari islam sehingga dihukumi haram dan
pemerintah yang sah diperbolehkan melakukan tindakan militer terhadapnya.
2.
Bughat
disebabkan
karena persoalan
ketidaksepakatan ide
atau
implementasinya dalam proses pemerintahan. Dalam konteks ini, menurut
pandangan Abdul Qadir Jailani dalam buku Negara ide menurut Islam
ketidakpahaman tersebut adalah suatu yang wajar dan mubah. Jika kemudian
seseorang tidak sepakat terhadap tata regim yang berkuasa, dan tidak
melakukan tindakan penentangan militer kepada Negara, orang, atau
organisasi tidak bisa dihukum ataupun ditindas. Sejarah islam pertama pernah
mencatat bagaimana Abu Bakar memberikan hak kepada Sa’ad bin Ubadah
yang tidak mau berba’at kepada kepemimpinan Abu Bakar, tidak menjadikan
Sa’ad bin ubadah sebagai pemberontak yang harus dihukum.
3. Bughattidak bisa dilepaskan karena pemerintah yang melakukan tindakan
represif dan zalim kepada rakyat. Dalam konteks ini bughat menjadi sangat
berdekatan dengan aktivitas amar makruf nahi munkar, artinya menjalankan
aktifitas bughat menjadi kewajiban masyarakat. Dalam hal ini imam al-
51
Ghazali merumuskan sebuah metode pengukuran dengan konsep asy-sayukah.
Metode ini menyadarkan kepada asumsi bahwa jika masyarakat memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan penguasa yang zalim, dan
tindakan bughat bisa dimenangkan dengan penguasa yang zalim, dan tindakan
bughat bisa dimenangkan dengan proses yang cepat dan tidak menimbulkan
kemadharatan
yang
lebih
banyak,
maka
aktivitas
bughat
melalui
pemberontakan bersenjata baru bisa dilakukan. Namun, dalam kenyataannya,
sedemikian sulit ditemukan pra-kondisi bahwa kekuatan militeristik
masyarakat sipil lebih kuat dibandingkan kekuatan militer Negara. Jadi
separatisme itu dalam hukum Islam tidak dibolehkan, disebabkan kita harus
taat kepada pemerintahan. Separatisme itu juga banyak merugikan
masyarakat, dan kalau kita lihat maslahatnya sungguh banyak dampakdampak yang membuat masyarakat resah dan tidak nyaman dan aman,
disebabkan banyaknya muncul separatis yang mereka ingin mendirikan
Negara diatas Negara seperti halnya di Suriah semakin banyak gerakangerakan separatisme bermunculan seperti Free Syrian Armi (FSA), The Syrian
Liberation Front (SLF), The Syrian Islamic Front (SIF), Jabhat Al Nusra
Front, dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).66
1. Free Syrian Armi (FSA)
Free Syrian Army disingkat (FSA) adalah struktur oposisi utama bersenjata
yang beroperasi di Suriah yang telah aktif selama perang saudara Suriah.Terdiri
dari
para
66
personel angkatan
bersenjata
suriahyang
membelot
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/436/1/102708FIRMANSYAH-FSH.PDF
dan
52
relawan,pembentukannya diumumkan pada tanggal 29 Juli 2011 dalam sebuah
video yang dirilis di internet oleh sekelompok desertir berseragam dari militer
Suriah yang dipanggil anggota tentara Suriah untuk membelot dan bergabung
dengan mereka untuk melawan rezim Bashar al-Asad, Free Syrian Army sendiri
dipimpin oleh kolonel Riad al-Asad yang sangat pro warga sipil sebagaimana
target utama dari Free Syrian Army adalah semua hal dari rezim bashar al-Asad
dan sekutunya yang mengancam keamanan warga sipil. Riad al-Asaad
menyatakan pada bulan Oktober 2011 bahwa Tentara Pembebasan Suriah tidak
memiliki tujuan politik kecuali untuk melengserkan Bashar al-Asad sebagai
presiden Suriah.FSA juga mengklaim bahwa konflik ini bukanlah konflik
sectarian. FSA beroperasi di seluruh Suriah, baik di daerah perkotaan maupun di
pedesaan. Pasukan aktif di barat laut (Idlib, Aleppo), wilayah tengah
(Homs, Hama, dan Rastan), pantai sekitar Latakia, selatan (Daraa dan Houran),
timur (Dayr al-Zawr, Abu Kamal), dan daerah Damaskus.67 Amerika
Serikat
adalah salah satu Negara yang membacking pergerakan Free Syrian Armydengan
ikut mempersenjatai grup Free Syrian Army untuk menurunkan Bashar karena
dianggap diktator, ditambah lagi musuh bebuyutan Amerika yaitu Rusia ikut
membacking presiden Bashar Al-Assad.68
Melalui forum Dewan Keamanan (DK) PBB, pada bulan Oktober 2011
dan Juli 2012 lalu, Amerika Serikat juga mendukung draf resolusi yang berisi
kecaman terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh Pemerintahan Bashar al
Assad dan pemberian sanksi terhadap Suriah, tapi gagal diadopsi karena diveto
67
“tentara pembebasan Suriah” dalam:
https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Pembebasan_Suriah diakses 14 april 2016
68
“apa yang sebenarnya terjadi di timur tengah” dalam: http://jakartagreater.com/apayang-sebenarnya-terjadi-di-timur-tengah/ diakses 14 april 2016
53
oleh Rusia dan China. Di lapangan, selain memberi bantuan berupa persenjataan
perang Amerika Serikat juga memberikan bantuan kepada kelompok oposisi Free
Syrian Army (FSA) berupa obat-obatan, makanan, dan alat komunikasi. Hal ini
dilakukan agar kelompok oposisi tetap bisa berjuang melawan Pemerintah Suriah
yang mendapat dukungan dari Rusia dan Iran.69
2. The Syrian Liberation Front (SLF)
The Syrian Liberation Front (SLF) juga dikenal dengan nama Syrian
Islamic Liberation Front atau jabhat al tahrir al souriya islamiya, adalah sebuah
kesatuan kelompok pemberontak yang terdiri dari sekitar 20 brigade pasukan
pemberontak. Diperkirakan SLF memiliki 37.000 pejuang, yang menjadikan
pasukan kedua terbesar setelah FSA. Kepemimpinan SLF secara garis besar juga
masih berhubungan dengan SMC, afiliasi SLF didorong untuk berideologi islam
modern dan menempatkan bersama para pasukan ekstrimis. Pasukan yang paling
terkenal di SLF adalah the Suquor al-Sham dan Farouq Batallions.
3. The Syrian Islamic Front (SIF)
The Syrian Islamic Front juga dikenal sebagai jabhat al islamiyah al
tahrir al souriya, kelompok ini diperkirakan memiliki pasukan sebanyak 11
batalion yang tersebar diseluruh Suriah. Pasukan SIF yang paling dikenal adalah
Ahrar al-Sham, diperkirakan kelompok ini mempunyai 13.000 pejuang. Para
pejuang yang bergabung dengan SIF adalah para salafis konservatif, mereka
adalah orang-orang yang lebih termotivasi dari aspek agama daripada pasukan
FSA dan SLF. Kepemimpinan SIF tidak tergantung pada SMC, namun tetap
69
file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674-introduction%20(2).pdf
54
masih berhubungan dan bekerja sama dengan SMC, The Syrian Islamic Front
didanai oleh orang-orang kaya yang berasal dari Saudi Arabia dan Kuwait.
4. Jabhat Al-Nusra Front
Jabhat Al-Nusra adalah pasukan yang berafiliasi dengan Al-Qaeda,
pasukan ini diperkirakan mempunya sekitar 6.000 pejuang, baik dari lokal
ataupun pejuang asing, Al-Nusra dilaporkan mendapat dana, senjata dan pelatihan
dari Al-Qaeda dan ISIS. Beberapa anggota al-Nusra adalah pejuang asing yang
juga veteran perang dari pemberontakan di Iraq. Al-Nusra adalah kelompok yang
bertanggung jawab terhadap beberapa pengeboman bunuh diri dan penyergapan
terhadap rezim Assad.70
5. Islam State Iraq Syria (ISIS)
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah sebuah negara dan kelompok
militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah. Kelompok ini dalam bentuk
aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni,
termasuk organisasi-organisasi pendahulunya seperti Dewan Syura Mujahidin dan
AlQaeda di Irak (AQI), termasuk kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund
alSahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa alMansoura, dan sejumlah suku Irak yang mengaku Sunni. ISIS dikenal karena
memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan kekerasan brutal
70
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30177/1/VICKY%20FABIANSY
AH-FISIP.pdf
55
seperti bom bunuh diri dan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan
terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen.71
Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang.
Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi di bawah
kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al Nusra,
kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afi liasi Al-Qaidah di
Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan AlQaeda hingga tahun 2014.
Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan
perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, AlQaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Jelaslah
kiranya ideologi ISIS menakutkan. Mereka menyebarkan teror fanatisme
komunal, menggelorakan konfl ik sektarian, fanatisme dan fundamentalisme.
Kesemuanya itu sangat berbahaya bagi kehidupan. Fundamentalisme misalnya
memaksakan kebenaran tertentu. Dalam konteks ini tentu ISIS ingin memaksakan
kebenaran menurut versi mereka. Dalam konteks ini tentu ISIS ingin memaksakan
kebenaran menurut versi mereka apa yang terjadi di Suriah dan Irak mutakhir
memberikan gambaran yang jelas dan gamblang.72
71
http://jurnalkommas.com/docs/Jurnal%20Kom%20Vo%208%20No%202%20Juli%2020
15.pdf#page=19
72
Ibid.,
56
BAB III
KEHADIRAN NEGARA-NEGARA SUPER POWER (AS-RUSIA) YANG
SALING BERSEBERANGAN DALAM KONFLIK SURIAH
A. Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat
Amerika serikat (A.S) atau United States of America (USA), adalah
sebuah republik federal yang terdiri dari 50 negara bagian yang sebagian besar
terletak di Amerika Utara.Amerika Serikat berbatasan dengan Meksiko di sebelah
selatan, dan dengan Kanada di sebelah utara dan barat laut (eksklave Alaska), di
sebelah barat negara ini berbatasan dengan Samudra Pasifik dan di sebelah timur
dengan Samudra Atlantik. Selain itu masih ada banyak daerah dan koloni di
banyak belahan dunia, seperti Hawaii, yang merupakan sebuah negara bagian, dan
daerah-daerah lainnyaseperti Puerto Riko, Guam, dan lain sebagainya yang
termasuk dalam persemakmuran.73
Pusat pemerintahan Amerika Serikat sendiri terletak di Washington dan
pemerintahan negara bagian(state). Adanya pembagian kekuasaan untuk
pemerintahan federal yang memiliki kekuasaan yang di delegasikan konstitusi.
Pemerintah negara bagian memiliki semua kekuasaan yang tidak didelegasikan
kepada pemerintahan federal.Sistem pemerintahan negara bagian menganut
prinsip yang sama dengan pemerintahan federal. .Sistem kepartaian menganut
sistem dwipartai (bipartai). Ada 2 partai yang menentukan sistem politik dan
73
“Sistem Politik dan Pemerintahan Amerika”, dalam
http://anaseducation.blogspot.co.id/2012/01/sistem-politik-dan-pemerintahan-amerika.html,
diakses 21 april 2016.
57
pemerintahan Amerika Serikat, yaitu partai demokrat dan partai Republik. Dalam
setiap pemilu kedua partai ini saling memperebutkan jabatan-jabatan politik.74
Amerika Serikat merupakan sebuah negara Republik Federal yang
menganut sistem pemerintahan Presidensil dimana Presiden berperan sebagai
badan esksekutif dan Kongres berperan sebagai badan legislatif. Sedangkan
Majelis Tinggi ada di tangan Senat dan Majelis Rendah berada di tangan House
of Representative (Dewan Perwakilan Rakyat). Hal ini menyebabkan Amerika
Serikat memiliki garis batas yang tegas antara Legislatif, Yudikatif, dan Eksekutif.
Badan- badan tersebut membatasi satu sama lainnya dengan asas Checks and
Balances yang artinya saling mengawasi. Kekuasaan eksekutif berada di tangan
presiden dan dilengkapi otoritas legislatif dalam konstitusi Amerika. Badan
Yudikatif atau Mahkamah Agung (Supreme Court) bebas dari pengaruh badan
Legislatif dan Eksekutif dan bertugas menjamin tegaknya hukum serta menjamin
kebebasan individu.75
1. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Timur Tengah
Sebelum Perang Dunia II, Amerika Serikat merupakan negara yang
isolasionis, yaitu negara yang memiliki pandangan bahwa lebih baik fokus pada
urusan domestik terlebih dahulu dibanding terlalu sibuk atau terlalu banyak
mengurusi urusan negara lain. Akibatnya, Amerika Serikat memilih untuk tidak
memiliki dan menghindari peran yang besar dalam dunia internasional dan fokus
pada dirinya sendiri. Namun,Amerika Serikat yang baru dan berbeda muncul
74
“sistem pemerintahan amerika serikat” dalam,
https://prezi.com/kol7rerymn0v/sistem-pemerintahan-amerika-serikat/ diakses 21 april 2016
75
“politik pemerintahan Negara Amerika dalam,
http://sweetbucks.blogspot.co.id/2012/10/politik-pemerintahan-negara-amerika_16.html
Diakses 21 april 2016
58
pasca perang tersebut. Dengan mengandalkan pada wilayahnya yang luas
serta sistem pertahanan udaranya yang canggih, di mana seperti yang diketahui
bahwa Amerika Serikat memiliki pangkalan industri militer yang besar dan
ratusan pangkalan militer di negara-negara asing,hal tersebut secara tidak
langsung mengindikasikan
bahwa
Amerika
Serikat
telah
mengubah
pandangannya dan menjadi negara yang internasionalis. Sejak Perang Dunia
II, Amerika Serikat banyak berperan sebagai pemimpin dunia (world leader)
yang di mana secara substansial memengaruhi kebijakan militer, diplomasi,
dan ekonominya. Perubahan pandangan ini juga menjadikan Amerika Serikat
sungguh-sungguh terlibat dalam berbagai urusan bangsa atau negara lain seperti
yang terlihat saat ini.76
Semasa pemerintahan George W. Bush, kebijakan luar negeri AS di Timur
Tengah didominasi oleh keberadaan mereka di
Irak, meskipun tidak
mengenyampingkan isu-isu lain seperti konflik Palestina-Israel, proliferasi nuklir
Iran, dan juga radikalisme Islam di wilayah Timur Tengah. Hal ini sangat kontras
apabila dibandingkan dengan masa pemerintahan Bill Clinton yang dianggap
berbagai
kalangan
konservatif
terlalu
“lembek”.
Bush
mulai
mengimplementasikan kebijakannya di Irak semenjak tahun 2003 melalui
Operation Iraqi Freedom, masih pada periode pemerintahannya yang pertama.
Kebijakan yang dicap orang sebagai agresi terhadap Irak ini, didasarkan kepada
hasil laporan intelijen yang menyatakan bahwa Irak dibawah pemerintahan
Saddam Hussein telah memiliki senjata biologis, yang lebih populer dengan
76
“Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Krisis Politik Suriah Era Barrack
Obama”, dalam http://docplayer.info/108303-Kebijakan-luar-negeri-amerika-serikat-terhadapkrisis-politik-suriah-era-barack-obama.html, diakses 21 April 2016.
59
sebutan senjata pemusnah massal (weapons of mass destruction / WMD). Entah
karena laporan intelijen yang begitu meyakinkan, atau karena dendam pribadi
ketika Bush Senior tidak mampu mengalahkan Saddam dengan mutlak pada
Perang Teluk 1990an, Bush terus menerus menjalankan kebijakannya di Irak.
Padahal hingga turunnya dia dari jabatan presiden AS, WMD yang diwacanakan
sebelum serangan ke Irak tidak pernah ditemukan.77
Perang selama 5 (lima) tahun, telah meruntuhkan sendi perekonomian AS,
karena mayoritas dari anggaran belanja negara terserap untuk membiayai Perang
Irak. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor hancurnya ekonomi AS ketika
dunia terkena krisis ekonomi global di tahun 2008. Bush sendiri telah banyak
dikritik oleh berbagai kalangan setelah WMD yang diisukan tidak terbukti,
khususnya untuk meminta Bush menghentikan pendudukannya di Irak karena AS
tidak lagi memiliki alasan sekuat WMD. Hingga menjelang inaugurasi Barack
Obama sebagai presiden AS periode selanjutnya, tidak ada keinginan dari Bush
untuk sesegera mungkin menghentikan okupasinya di Irak.Dalam menghadapi
situasi yang serius di tanah Palestina, Bush tetap melakukan apa yang telah dibuat
oleh para pendahulunya, yaitu sebuah konferensi perdamaian yang melibatkan
berbagai broker untuk mendamaikan Palestina dengan Israel.78
Langkah Bush untuk membuat Konferensi Annapolis memang tidak
istimewa jika dibandingkan dengan periode Clinton, yang berhasil membuat
Declaration of Principles atau yang lebih dikenal dengan Oslo Accords. Tetapi
dalam konferensi ini, Bush berhasil memasukkan klausul yang tidak pernah ada
77
“ Kebijakan Amerika Serikat di Timur” dalam, http://pirhotnababan.blogspot.co.id/2009/01/kebijakan-amerika-serikat-di-timur.html. Diakses 21 April 2016
78
Ibid.,
60
dalam sejarah proses perdamaian sebelumnya, yaitu direalisasikannya “solusi dua
negara” (two-state solution), sekaligus menyelesaikan permasalahan di Palestina
sebelum tahun 2008. Bush sendiri terlihat tidak serius dalam menjalankan
Konferensi Annapolis, karena hanya terlihat meneruskan kebijakan pendahulunya,
sehingga apa yang dikemukakan di Annapolis tidak pernah terwujud hingga
bergantinya tahun 2008 ke 2009. Selebih itu, tidak ada lagi langkah-langkah nyata
yang dilakukan oleh Bush untuk menyelesaikan masalah Palestina.79
Mengenai isu nuklir Iran, usaha yang paling nyata ditunjukkan oleh AS
adalah dengan memasukkan permasalahan ini ke dalam Sidang Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Meskipun AS sendiri memiliki program
pengayaan nuklir, entah mengapa Iran menjadi sasaran utama AS dalam
memperluas pengaruhnya untuk meminimalisasi pengayaan nuklir diluar AS.
Pengaruh AS yang begitu besar dalam DK PBB telah berhasil meloloskan
Resolusi 1747 DK PBB untuk memberikan sanksi kepada Iran atas pengayaan
nuklirnya, meskipun International Atomic Energy Agency (IAEA) telah
melaporkan hal yang sebaliknya. Begitu besarnya pengaruh AS, hingga Indonesia
sendiri mendukung resolusi ini. Ahmadinejad yang memang selalu berseberangan
dengan AS semenjak dirinya menjabat sebagai Presiden Iran, nampaknya tidak
gentar menghadapi serangan AS melalui jalur diplomatik PBB ini. Pengayaan
nuklir yang telah dikenakan sanksi nampaknya akan terus berjalan, seiring dengan
masih menjabatnya Ahmadinejad sebagai presiden, hal yang juga diamini oleh
Ayatullah sebagai pemimpin tertinggi Iran. Tetapi, AS sendiri belum berhasil
menjamah Iran secara nyata selayaknya agresi yang mereka lakukan terhadap Irak
79
Ibid.,
61
di tahun 2003. Kebijakan AS lainnya yang juga mendominasi pemerintahan Bush
adalah Perang Afghanistan di tahun 2001 pasca penyerangan terhadap World
Trade Center (WTC).80
Bush menyerang Afghanistan karena menganggap bahwa Osama bin
Laden sebagai pemimpin Taliban bersembunyi disana. Dan sama seperti agresi ke
Irak di tahun 2003, AS tidak mendapatkan hasil apa-apa dari Afghanistan selain
menumbangkan rezim Taliban dan menghasilkan krisis sosial yang baru.
Sebenarnya, Afghanistan sendiri tidak terlalu jelas untuk dimasukkan dalam
kawasan geopolitik tertentu.81
Tabel 3. Kebijakan-Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Timur
tengah
TAHUN
2001
2003
KEBIJAKAN LUAR NEGERI
HASIL
Agresi ke Afghanistan pasca serangan Gagal. AS tidak berhasil menangkap
9/11. AS bertujuan untuk menangkap Osama bin Laden.
Osama bin Laden yang mengklaim
bahwa 9/11 adalah tanggung jawab dari
Taliban.
Agresi ke Irak, untuk menjatuhkan Saddam berhasil digulingkan dan
Saddam Hussein dan mencari WMD
dikenai hukuman melalui pengadilan
hibrid. Tetapi hingga saat ini WMD
tidak pernah ditemukan
2007
Resolusi 1747 DK PBB, memberikan PBB memberikan sanksi,
sanksi kepada Iran atas program program
nuklir
Iran
pengayaan nuklir
berjalan. Ahmadinejad
berseberangan dengan AS.
2008
Konferensi
Annapolis
untuk Gagal.
Kesepakatan
menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
menyelesaikan
konflik
tahun 2009 tidak terwujud.
80
Ibid.,
Ibid.,
81
tetapi
tetap
tetap
untuk
sebelum
62
2. Kepentingan Nasional Amerika Serikat di Timur Tengah
Menurut Andrew Hewyood dalam bukunya Global Politics, kepentingan
nasional didefinisikan sebagai tujuan kebijakan luar negeri atau preferensi
kebijakan yang menguntungkan bagi masyarakat suatu negara secara keseluruhan.
Definisi mengenai kepentingan nasional ini memang masih banyak menuai
perdebatan, tapi nampaknya semua setuju jika dikatakan bahwa kepentingan
nasional merupakan hal yang sentral dalam pembahasan kebijakan luar negeri
suatu negara. Menurut Vesna Danilovic, salah satu kontibutor dalam
Encyclopedia of International Relations and Global Politics yang menulis tentang
National Interest, setidaknya ada tiga hal yang dapat diketahui tentang politik luar
negeri suatu negara dengan melihat pada kepentingan nasionalnya. Ketiga hal
tersebut adalah dapat diketahui apa saja sumber preferensi kebijakan luar negeri
negara, dapat pula dilakukan evaluasi terhadap strategi atau langkah tertentu yang
diambil oleh negara, serta justifikasi atas keputusan yang diambil para pengambil
keputusan.Dalam kaitannya dengan kepentingan nasional Amerika Serikat di
Timur Tengah, menurut Robert D. Blackwill16 dan Walter B. Slocombe.82
Kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah diantaranya
adalah mencegah proliferasi senjata pemusnah masal, terutama senjata nuklir;
memerangi terorisme dan ideologi Islam radikal dari asalnya; mempromosikan
proses transisi ke demokrasi dan pembangunan ekonomi di kawasan; menghalangi
menyebarnya pengaruh Iran dan partner beserta proksinya,
memastikan
ketersediaan minyak dan gas dengan harga yang masuk akal, menyelesaikan
konflik Arab – Israel melalui proses negosiasi, dan melindungi keamanan Israel.
82
file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674-introduction%20(5).pdf
63
Beragam kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah yang disebutkan
di atas, dapat diidentifikasi beberapa kepentingan Amerika Serikat yang
berpotensi terancam dengan adanya konflik di Suriah. Adapun kepentingan
tersebut adalah mencegah proliferasi senjata pemusnah masal, memerangi
terorisme, menghalangi menyebarnya pengaruh Iran dan Rusia di Suriah, serta
menjaga keamanan Israel yang juga berpotensi untuk terganggu dengan adanya
pergolakan di Suriah.83
B. Politik dan Pemerintahan Rusia
Federasi Rusia (Bahasa Rusia: Росси́йская Федера́ция, Alihaksara:
Rossiyskaya Federatsiya) atau lebih dikenal dengan sebutan Rusia (Bahasa Rusia:
Росси́я, alihaksara: Rossiya:bahasa Tatar:Рәсәй), merupakan sebuah negara
yang membentang dengan luas disebelah timur Eropa dan utara Asia. Dengan
wilayah seluas 17.075.400 km², Rusia merupakan negara terbesar di dunia.
Wilayahnya kurang lebih dua kali wilayah Republik Rakyat Cina (Tiongkok;
RRC), Kanada atau Amerika Serikat. Penduduknya menduduki peringkat ketujuh
terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Indonesia, Brasil,
dan Pakistan. Negara ini pernah menjadi negara bagian terbesar Uni Soviet. Rusia
adalah ahli waris utama Uni Soviet negara ini mewarisi 50% jumlah penduduk,
2/3 luas wilayah, dan kurang lebih 50% aset-aset ekonomi dan persenjataannya.84
Rusia sendiri menganut sistem pemerintahan semipresidensial, sistem
Semipresidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem
83
Ibid.,
“Sejarah awal berdirinya negara Rusia” dalam,
http://kolomsejarahdunia.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-awal-berdirinya-negara-rusia.html
Diakses 22 april 2016
84
64
pemerintahan Presidensial dan Parlementer.Terkadang, sistem ini juga disebut
dengan Dual Eksekutif (Eksekutif Ganda). Dalam sistemini, Presiden dipilih
oleh rakyat sehingga memiliki kekuasaan yang kuat. Presiden melaksanakan
kekuasaan
bersama-sama
dengan perdana
menteri.Yang
membuat
rusia
mempunyai sistem semipresidensial adalah karna Kekuasaan eksekutif presiden
diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau
melalui badan perwakilan rakyat. Dan juga karna rusia Dikepalai oleh seorang
perdana menteri sebagai kepala pemerintahansedangkan kepala Negara dikepalai
oleh presiden, serta menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan
legislatif dan Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan
legislatif.85Sistem politik Rusia sendiri terdiri dari sebuah cabang Eksekutif,
cabaang Legislativ Bicameral, dan yang berada di posisi paling rendah adalah
Duma dan cabang Yudikatif. Presiden adalah kepala Negara memiliki kekuatan
yang signifikan seperti membuat keputusan Eksekutif. Pada masa pemerintahan
Vladimir Putin, Rusia tidak memiliki pemilu dan pemisahan kekuasaan
sebagaimana didefinisikan dalam konstitusi. Oleh karena itu realitas politik Rusia
dianggap jauh dari demokratis. Ditambah lagi dengan adanya pengadilan yang
tidak independen dan cabang Eksekutif yang sangat melebihi cabang lainnya,
telah mengakibatkan timbulnya suatu enigma tidak adil dan bebas pada
perpolitikan di Rusia.86
1. Kebijakan Luar Negeri Rusia di Timur Tengah
85
“bentuk dan sistem pemerintahan Rusia” dalam, http://www.demonkila.tk/bentukdan-sistem-pemerintahan-rusia-dem.xhtml Diakses 22 April 216
86
“sistem politik Rusia dan Perancis” dalam,
http://mabert91.blogspot.co.id/2010/12/sistem-politik-rusia-dan-perancis.html Diakses 22 April
2016
65
Seperti kita ketahui Rusia adalah Negara yang bisa dikatakan Pro-Timur
tengah dengan bukti keterlibatan-keterlibatannya terhadapa Negara-negara di
timur tengan seperti Iraq, Iran, Israel, Palestina, dan Suriah, kebijakan-kebijakan
Rusia terhadap Timur Tengah cukup signifikan. Kebijakan-kebijakan kersama
sama terhadap Timur Tengah ditunjukkan Rusia degan bekerjasama dengan Israel
terhadap keamanan di Timur Tengah. Pemerintah Rusia dilaporkan ingin terus
melakukan kerjasama militer dengan Israel. Hal ini dilakukan karena Rusia ingin
membantu menjaga keamanan dan membantu menstabilkan situasi di kawasan
tersebut.
Melansir
Sputnik,
Rabu
(31/12/2014),
layanan
pers
Kremlin
menyatakan, keinginan tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Vladimir
Putin, saat dirinya mengucapkan selamat tahun baru kepada Perdana Menteri
Israel, Bejamin Netanyahu.87
Dan dengan Iran Rusia sendiri bekerjasama dalam bidang Nuklir,karena
Rusia merupakan bekas Soviet yang memiliki stok dan teknologi yang tinggi
untuk menciptakan senjata, Rusia juga sudah memiliki pasarnya sendiri. Dan
dikarenakan membeli senjata dengan Rusia tidak harus melewati banyak aturan
tidak seperti jika membeli senjata melalui AS atau NATO dengan segala standar
penggunaan senjata. Rusia pun memiliki pasar nya sendiri, salah satunya adalah
Iran. Iran merupakan negara yang secara letak geografis dekat dengan Rusia
terjalinnya kerjasama tidak hanya dalam bidang persenjataan namun juga dalam
bidang energi Iran merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di Timur
87
“bantu keamanan di Timur Tengah Rusia ingin kerjasama dengan Israel” dalam,
http://international.sindonews.com/read/944584/41/bantu-keamanan-di-timur-tengah-rusiaingin-kerjasama-dengan-israel-1420031173 Diakses 25 April 2016
66
Tengah dan letaknya yang berdekatan dengan Rusia membuat hubungan yang
terjalin semakin erat.88
Empat hal kebijakan-kebijakan Rusia terhadap Timur Tengah:
a. Dimulainya Operasi Militer di Timur Tengah
Angkatan Udara Rusia yang memulai operasi militer melawan
organisasi-organisasi Islam radikal di Suriah pada akhir September
lalu mengejutkan sebagian besar pengamat. Hingga sekarang, mereka masih
belum sepakat mengenai alasan yang memicu keputusan tersebut. Pakar
menilai, keputusan Moskow bisa jadi didasari sejumlah faktor, atau kombinasi
dari hal-hal berikut: (1) kegagalan pasukan koalisi yang dipimpin AS, (2)
upaya untuk mendorong dialog politik di Suriah; dan (3) kekhawatiran bahwa
jika Rusia gagal bertindak cepat, zona larangan terbang akan diberlakukan di
Suriah, seperti di Libya.
b. Penembakan sukhoi(SU 24)
Turki datang ke garis depan, saat membahas penyelesaian isu Suriah,
setelah negara tersebut menembak jatuh pesawat pengebom Rusia Su-24 di
dekat perbatasan Suriah-Turki pada Selasa (24/11). Setelah insiden tersebut,
hubungan antara kedua negara memburuk.Media mulai membicarakan
kemungkinan konflik bersenjata antara Rusia dan negara NATO tersebut, dan
bahkan dengan blok itu secara keseluruhan. Namun, Moskow memilih untuk
tak merespon secara militer, melainkan memberi sanksi ekonomi terhadap
Ankara. Reaksi keras yang diambil oleh pemimpin Rusia berakar dari fakta
88
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318355-S-Zhahwa%20Chadijah%20Ramadhani.pdf
67
bahwa Moskow sepenuhnya sadar bahwa aksi Turki jelas merupakan
provokasi yang direncanakan. Situasi terkait insiden tersebut membuat pakar
Rusia yakin bahwa ini merupakan gestur demonstratif Turki yaitu sebuah
langkah politik yang terencana. Presiden Turki Tayyip Erdoğan hendak
mendemonstrasikan ‘semacam tinju besi’ untuk memperkuat popularitasnya di
kalangan masyarakat Turki, kata Elena Suponina, Orientalis dan pakar di
Russian Institute for Strategic Studies.Erdoğan mencoba memosisikan dirinya
sendiri sebagai pelindung Turkoman. Dengan menembak jatuh pesawat Rusia,
pemimpin Turki tersebut menunjukkan bahwa orang-orang itu, di luar fakta
bahwa mereka pendukung rezim Assad atau oposisi radikal, akan jatuh di
bawah perlindungan Turki, kata Kortunov.Selain hubungan Rusia-Turki,
korban lain dari konflik antara Ankara dan Moskow, menurut para pakar,
adalah upaya untuk menciptakan koalisi internasional sesungguhnya melawan
ISIS. Namun, para pakar menegaskan bahwa pembuatan koalisi semacam itu
memang sulit, karena adanya beragam pandangan dalam isu terkait pemain
utama di Timur Tengah.
c. Kesepakatan Gencatan Senjata di MINSK 2
Karena kehadiran krisis Suriah, masalah di Donbass mulai surut ke
belakang. Namun, krisis Ukraina masih menjadi hal utama dalam agenda
kebijakan luar negeri Rusia pada 2015. Tahun depan, situasi di Donbass akan
tetap relevan, meski sekarang tengah mereda.Penyelesaian krisis di Donbass
dilakukan di bawah slogan 'perlunya mengobservasi Kesepakatan Minsk 2'
yang dicapai di Minsk pada 12 Februari 2015. Kala itu, setelah negosiasi
berjam-jam, pemimpin Rusia, Jerman, Prancis, dan Ukraina menyepakati
68
langkah-langkah dasar yang dapat mengarah pada gencatan senjata dan
dimulainya proses damai di Ukraina tenggara.Namun meski terdapat
Kesepakatan Minsk 2, pertempuran, penembakan, meski dengan intensitas
yang lebih rendah, tetap berlanjut hingga akhir musim panas. Donbass mulai
tenang pada September lalu.
d. Kesepakatan Terkait Iran
Kesepakatan terkait program nuklir Iran, yang dicapai pada
pertengahan Juli lalu, bukan hal yang tak terduga. Banyak kesepakatan
fundamental antara enam negosiator (Lima anggota tetap Dewan Keamanan
PBB dan Jerman) serta Iran disepakati kembali pada April.Pada Juli lalu,
semua pihak berhasil mencapai kompromi akhir yang saling menguntungkan
dan dapat diterima. Kesepakatan tersebut dicapai antara P5+1 dan Iran,
termasuk pencabutan sanksi terhadap Iran sebagai balasan atas pembatasan
pengembangan program nuklir Iran, yang diyakini Barat ditujukan untuk
mengakusisi senjata nuklir.Peran yang dimainkan Rusia dalam kesepakatan ini
mengejutkan para pemimpin Barat. “Mereka terkejut bagaimana Putin dan
Pemerintah Rusia mampu membelah diri dalam dua isu utama, yaitu Iran dan
Ukraina. Kitatak akan pernah mencapai kesepakatan ini jika bukan karena
kesiapan Rusia untuk bekerja sama dengan anggota P5+1 lainnya guna
mencapai penyelesaian yang baik,” kata Presiden AS Barack Obama.
Pakarmenegaskan bahwa Iran sangat penting bagi Rusia, dalam konteks
69
membentuk kebijakan ekonomi internasional dan luar negeri yang
multivektor.89
2. Kepentingan Nasional Rusia di Timur Tengah
Pada dasarnya politik luar negeri merupakan Action Theory, politik luar
negeri suatu negara ditujukan untuk mencapai suatu kepentingan tertentu terhadap
negara lain. Politik luar negeri merupakan suatu tindakan, sikap atau arahan suatu
negara untuk mencapai kepentingan dinegara lain. Dapat dilihat kepentingan
nasional Rusia di Timur Tengah adalah sebagai berikut:
a. Kepentingan Ekonomi
Ekonomi sebagai faktor sebuah kepentingan nasional yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas perekonomian negara, industri, dan perdagangan
negara. Baik-buruk ekonomi suatu negara berpengaruh terhadap keseluruhan
negaranya. Cara yang dilakukan sebuah negara untuk meningkatkan
perekonomian mereka adalah dengan cara ekspor-impor dan mendapatkan
kekayaan alam dari negara lain. Kekayaan alam tersebut seperti, pangan,
minyak dan gas alam. Dilihat dari teori tersebut adanya kepentingan Rusia di
Suriah untuk meningkatkan perekonomian Rusia yang menyebabkan Rusia
sangat membela pemerintahan Assad. Kepentingan tersebut adalah adanya
impor persenjataan yang dilakukan Rusia sejak zaman pemerintah Hafez Alasad demi meningkatkan industri dan perekonomian Rusia.
89
http://indonesia.rbth.com/politics/2015/12/11/lima-hal-kunci-dalam-kebijakan-luar-negerirusia-di-2015_549567
70
b. Kepentingan Keamanan dan Pertahanan
Kuat atau lemahnya suatu negara dilihat dari segi keamanan suatu
negara, sehingga kepentingan nasional lainnya yang relative sering dicari oleh
negara-negara adalah keamanan untuk mempertahankan keutuhan negara dan
kesejahteraan masyarakat. Keamanan dan pertahanan ini dapat diperoleh
dengan cara meningkatkan pangkalan militer, teknologi dan kualitas angkatan
senjata. Jika keamanan dan pertahanan suatu negara tercapai maka negara
tersebut dapat menciptakan Balance of Power atau keseimbangan kekuatan.
Rusia memiliki pelabuhan pangkalan militer di Tartus sejak masa
pemerintahan Uni Soviet, dipangkalan militer milik Rusia itu juga terdapat
kapal induk milik Rusia yang digunakan sebagai pertahanan militer Rusia di
wilayah Timur Tengah. Pangkalan tersebut juga merupakan pangkalan yang
digunakan untuk memasok persenjataan ke Suriah sejak lama bahkan pihak
militer Rusia juga mengadakan pelatihan-pelatihan militer bagi tentara Suriah.
c. Kepentingan Ideologi
Kepentingan ideologi adalah kepentingan yang bertujuan untuk dapat
melindungi dan mempertahankan ideologi suatu negara dari pengaruh ideologi
bangsa lain, banyak negara-negara di dunia sekarang yang menyaring ideologi
bangsa asing dan melihat dampak positif nya untuk keuntungan negara nya
sendiri. Dalam penelitian ini, hanya ditemukan dua unsur kepentingan
nasional yang ingin didapatkan dan dipertahankan Rusia terhadap Suriah.
Kepentingan nasioanal tersebut merupakan kepentingan ekonomi dan militer.
71
C. Perkembangan Pasang Surut Hubungan AS-Rusia
Sejak berakhirnya perang dingin, Rusia yang merupakan pewaris
takhta dari Uni Soviet tidak begitu diperhitungkan dalam politik luar negeri
Amerika Serikat. Hubungan antara kedua negara bahkan sempat memasuki
masa suram di masa pemerintahan George W. Bush. Amerika secara sepihak
menarik diri dari perjanjian Anti Ballistic Missile Treaty agar bisa membangun
sistem pertahanan rudal yang dekat dengan perbatasan Rusia dan berencana
untuk memasukkan negara bekas anggota blok Timur seperti Ukraina dan
Georgia ke dalam NATO.90
Kedua Negara Super Power ini selalu menunjukkan ketegangan dan
membuat hubungan kedua Negara ini menjalani fase pasang surut hubungan
baik dari segi politik, ekonomi,dan keamanan. Pada masa perang dingin meski
tidak ada kontak fisik langsung antara Rusia dan AS dan sekutunya namun
mereka selalu terlibat pada beberapa perang di negara lain dengan menyuplai
senjata bahkan tentara. Perang Korea di awal tahun 50an yg memecah Korea
jadi dua negara dan masih panas hingga kini. Jika AS tidak menurunkan
tentaranya hampir pasti seluruh Korea jatuh ke tangan Komunis. Kemudian
pada tahun 1961 dunia di ambang Perang Nuklir dipicu oleh pengiriman rudal
Soviet ke Kuba sebagai upaya melindungi Kuba dari serangan AS menyusul
insiden Teluk Babi. Moncong moncong rudal telah diarahkan ke daratan AS.
Krisis yang dikenal dengan Krisis Rudal Kuba berakhir setelah Presiden
Kennedy memberi jaminan ke Kruschev bahwa AS tidak akan menyerang
90
“Urgensi As Rusia reset relations bagi Amerika Serikat dalam,
https://mirfana.wordpress.com/2013/07/13/urgensi-u-s-russia-reset-relations-bagi-amerikaserikat/ Diakses 25 April 2016
72
negerinya Fidel Castro tersebut. Kemudian Perang Vietnam yang berakhir
dengan jatuhnya Vietnam Selatan yang didukung AS ke dalam dekapan
Vietnam Utara yang komunis. Kehadiran ribuan pasukan AS tak bisa
menyelamatkan Saigon -kemudian menjadi Ho Chi Minh City- jatuh dan
terpaksa menarik pulang pasukannya. Perang Afghanistan yang berakhir
dengan hengkangnya Uni Sovyet diusir pasukan Mujahidin yang mendapat
supply senjata dari Amerika. Rudal Stinger banyak memakan korban
helikopter dan tank Soviet. Belum lagi beberapa konflik di Timur Tengah dan
Amerika Latin selalu menghadirkan dua kekuatan adi daya tersebut.91
Manuver-manuver politik yang dilakukan Amerika Serikat di Negara
bekas bentukan Uni Soviet sangatlah terasa pada masa Russia mengalami
kejatuhan ekonomi. Amerika Serikat yang semula berniat membantu
perekonomian Russia malah memilih sibuk mencari simpati NegaranegaraEropa Timur, bekas pecahan Uni Soviet. Upaya yang dilakukan
Amerika Serikat seperti ingin menciptakan sebuah garis antara Negara-negara
di Eropa dengan Russia. Russia tentu geram dengan hal demikian. Secara
geopolitik, Russia masih memiliki rasa keakuan terhadap Negara-negara
pecahan dari Uni Soviet. Mengapa demikian? Sebagian Negara pecahan Uni
Soviet merupakan Negara dimana penduduknya terdiri dari beberapa etnis dan
bangsa Russia. Implikasinya adalah terdapat otonomi khusus yang diberikan
kepada kelompok etnis yang terafiliasi kuat terhadap Russia. Seolah perlakuan
seorang Ibu terhadap anaknya, Russia menjadi sosok yang mengayomi dan
91
“mengenang Uni Soviet Negara nadikuasa yang telah binasa” dalam,
http://www.kompasiana.com/busroni/mengenang-uni-soviet-negara-adi-kuasa-yang-telahbinasa_551b3fb2a33311e621b65e0a. Diakses 25 April 2016
73
melindungi kepentingan Negara-negara dan wilayah otonom yang masih
memiliki identitas Russia yang kuat. Hal sedemikian rupa bisa jadi dianggap
sepele oleh sebagian besar orang. Hanya saja, perlu diingat bahwa rakyat
punya hak untuk menentukan identitasnya baik secara politik maupun kultural
dan ketika sebagian masyarakat di Negara pecahan Uni Soviet merasa bahwa
mereka lebih pantas bernaung di bawah paying Russia, sepatutnya tidak ada
lagi yang campur tangan di dalamnya. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi
semudah itu. Lantas, apa reaksi Amerika? Pernyataan perang bukanlah suatu
hal yang mudah untuk dilakukan, bahkan untuk Negara sekuat Amerika
sekalipun. Hal yang sama juga berlaku pada Russia.92
Itulah mengapa kita masih mendengar istilah Perang Dingin, seolaholah perang benar-benar terjadi. Perang Dingin tak lebih dari sekedar ide yang
dikonstruk untuk menjustifikasi secara tersembunyi maneuver politik yang
dilakukan Amerika di Eropa. Amerika Serikat membujuk dengan lihai melalui
tangan-tangan ekonomi kapitalistik dan perlindungan keamanan. Tak lain
penyebabnya adalah sebuah rasa tidak aman akan bangkitnya Russia. Amerika
akan dengan sangat kugas mendukung kesiapan Negara pecahan Uni Soviet
untuk bergabung dengan kekuatan ekonomi Uni Eropa dan keamanan bersama
NATO. Begitu pula dengan reaksi Amerika Serikat apabila Russia kembali
mengencangkan pengaruhnya di dataran Eurasia, Amerika Serkat akan
menjatuhkannya dengan dalih pelanggaran kedaulatan. Hal yang sangat
disayangkan adalah kepemimpinan Vladimir Putin terkadang goyah. Dia
92
“kembalinya Rusia dalam rivalitas terhadap Amerika Serikat” dalam,
https://www.facebook.com/notes/bandung-school/hi-di-amerika-kembalinya-russia-dalamrivalitas-terhadap-amerika-serikat/10152803897218438 Diakses 25 April 2016
74
memimpin Russia dengan banyak kaum pro-Barat, pro-liberal, dan proAmerika di sekitarnya. Namun, Russia telah menunjukkan sikap tegas dalam
beberapa keputusan yang diambilnya sebagai sebuah bentuk penolakan akan
hadirnya Amerika Serikat di tengah halaman rumah Russia. Russia, dengan
Pax Russica, percaya bahwa dominansi Amerika Serikat bisa dikalahkan
dengan bersatunya kembali Negara pecahan Uni Soviet tanpa mengurangi rasa
hormat atas kemerdekaannya. Russia akan menjalin kerjasama kuat dalam
beberapa bidang, seperti ekonomi, keamanan, politik, dan pertahanan. Russia
juga akan berapa pada garis terdepan dalam manghalau Negara pecahan Uni
Soviet bergabung dengan Uni Eropa ataupun NATO. Dua contoh peran aktif
Russia dalam membendung kekuatan Amerika Serikat adalah keberadaan
Russia dalam konflik di South Ossetia, Georgia, dan di Crimea, Ukraina.93
1. World War
Perang Dunia pertama terjadipada 28 Juli 1914 sampai 11 November1918,
Perang ini pada akhirnya diikutioleh 4 (empat) Negara melawan kuranglebih 45
(empat puluh lima) Negara.Perang terjadi di Eropa, Afrika, Timur Tengah, Cina,
Kepulauan Pasifik jugaAmerika Selatan.Perang Dunia Pertama atau dalam bahasa
inggris disebutGreat War, War of the Nations danWar to End All Wars‖.Perang ini
menjadisimbol pecahnya orde dunia lama, yaitu monarki absolutisme di Eropa.
Perangini juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan menginspirasi revolusi
93
Ibid.,
75
lainnyadi negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba, dan akan menjadi basis
bagiPerang Dingin antara Uni Soviet dan AS.94
2. Perang Dingin (Cold War)
Perang dingin (Cold War) adalah sebuah era dimana terjadi konflik,
ketegangan dan kompetisi antara dunia negara adidaya, yakni Amerika Serikat
dan Uni Soviet. Perang tersebut terjadi antara tahun 1947 – 1991. Awalnya
Amerika Serikat dan Uni Soviet dulunya bersekutu melawan Jerman saat Perang
Dunia II. Namun setelah perang berakhir, Amerika Serikat dan Uni Soviet
mengalami perbedaan yang justru menjadi pertentangan antar kedua negara
tersebut. Pertentangan demi pertentangan yang terjadi antar dua negara tersebut
menimbulkan persaingan. Persaingan antar keduanya menyangkut berbagai
bidang seperti bidang ekonomi, politik, koalisi militer, industri, pengembangan
teknologi, pertahanan, persenjataan, dan lain-lain. Dikabarkan bahwa perang
dingin ini akan berakhir dengan nuklir namun nyatanya tidak terjadi.95
Perang Dingin sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch
dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang
terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut. Setelah AS dan Uni Soviet
bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda
pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa
pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya
menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun
94
“sejarah perang dunia 1” dalam, https://id.scribd.com/doc/111636286/SejarahPerang-Dunia-1 diakses 25 April 2016
95
“makalah Sejarah Perang dingin” dalam,
https://bacaanmenarikku.com/2015/10/11/makalah-sejarah-perang-dingin/ Diakses 29 April
2016
76
“pertahanan” terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan
berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia
Tenggara. Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara
langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah
menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap
Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin
termasuk (dari beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika
Selatan.96
Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur
Tengah juga telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya
adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman
Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Namun ada pula masa-masa di mana
ketegangan dan persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin mulai
berakhir di tahun 1980-an ketika Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev
meluncurkan program reformasi, perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni
Soviet kehilangan kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa Timur dan
akhirnya dibubarkan pada tahun 1991. Latar belakang Setelah Perang Dunia II
berakhir, muncul beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi kehidupan
bangsa-bangsa di dunia. Peristiwa-peristiwa itu antara lain yaitu: Pertama,
Amerika Serikat muncul sebagai salah satu negara pemenang perang di pihak
Sekutu. Peran Amerika Serikat sangat besar membantu negara-negara Eropa Barat
untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya setelah Perang Dunia II. Kedua,
96
“Sejarah terjadinya perang dingin Amerika vs Uni Soviet. Dalam,
https://adekabang.wordpress.com/2011/05/24/sejarah-terjadinya-perang-dingin-amerika-vs-unisoviet/ Diakses 29 April 2016
77
Uni Soviet juga muncul sebagai negara besar pemenang perang dan berperan
membangun perekonomian negara-negara Eropa Timur. Ketiga, munculnya
negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II di wilayah Eropa.
Perang Dunia II yang berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu tidak terlepas
dari peran Uni Soviet, Uni Soviet membebaska Eropa Timur dari tangan Jerman.
Sambil
membebaskan
Eropa
Timur
dari
tangan
Jerman,
Uni
Soviet
mempergunakan kesempatan itu untuk meluaskan pengaruhnya, dengan cara
mensponsori terjadinya perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur
seperti di Bulgaria, Albania, Hongaria, Polandia, Rumania, dan Cekoslowakia,
sehingga negara-negara tersebut masuk kedalam pengaruh pemerintahan komunis
Uni Soviet. Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup berarti setelah
Perang Dunia II.97
Kerjasama diplomatik dengan 52 negara terbentuk pada saat itu. Uni Soviet
pun turut serta dalam Konferensi Paris tahun 1946, untuk membahas nasib negaranegara bekas sekutu Jerman seperti Italia, Bulgaria, Hungaria, Rumania, dan
Finlandia. Amerika Serikat bersama Uni Soviet juga memprakarsai berdirinya
PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan anti-Fasis lainnya. Namun
kemesraan hubungan negara-negara yang tergabung dalam koalisi anti-Fasisme
itu tidak bertahan lama dan semulus yang diharapkan. Pada tahun 1946, Stalin
yang mengusung ide “Komunisme Internasional” (Komintern) menuduh Inggris
dan Amerika Serikat melancarkan kebijakan-kebijakan internasional yang agresif.
Tuduhan ini dijawab oleh Perdana Menteri Inggris dengan menentang kekuatan
yang disebutnya “Komunis Timur”, yang akhirnya membelah sistem perpolitikan
97
Ibid.,
78
internasional menjadi dua. Periode 1945-1969 Berakhirnya Perang Dunia II telah
mengubah perkembangan politik dunia. Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai
negara pemenang perang muncul menjadi kekuatan raksasa. Dua negara tersebut
memiliki perbedaan ideologi, Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis,
sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis.98
Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan diantara keduanya,
namun kemudian muncul antagonisme diantara mereka. Ada dua karakter pada
periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang
menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan
kekuatan
militer
yang
sangat
kuat
dan
memiliki
kemampuan
untuk
menghancurkan musuhnya dengan senjata atom. Sehingga dalam periode ini
muncul hal-hal sebagai berikut: Doktrin Pembendungan Bulan Februari 1946,
Stalin memberikan pidato yang berbicara tentang “tak terhindarnya konflik
dengan kekuatan kapitalis”. Dia mendesak rakyat Soviet untuk tidak terperdaya
dengan berakhirnya perang yang berarti negara bisa santai. Sebaliknya perlu
mengintensifkan usaha memperkuat dan mempertahankan tanah air. Tidak lama
setelah munculnya tulisan George F Kennan, diplomat di Kedubes AS di Uni
Soviet, yang memaparkan tentang kefanatikan Uni Soviet, Presiden Harry S
Truman mendeklarasikan apa yang kemudian disebut Doktrin Truman. Doktrin ini
menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar negeri AS sebagai cara
untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga merekrut sekutusekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Lingkungan Pengaruh dan Pembentukan
Blok Ketidakmampuan sebuah negara adidaya memelihara ”lingkungan
98
Ibid.,
79
pengaruh” diinterpretasikan sebagai akibat dari program global negara adidaya
yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para pemimpin AS
menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet menaklukan dunia. Begitu pula
ketika AS membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni Soviet
menilainya sebagai bagian dari usaha AS untuk mendominasi dunia. Perebutan
lingkungan pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan sebuah pola
yang bipolar.99
AS dan sekutunya merupakan satu polar, sedangkan di polar (kutub) yang lain
muncul Uni Soviet dengan sekutunya. Amerika Serikat dan sekutunya membentuk
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO)
yang berdiri pada tanggal 4 April 1949 di Washington, AS. Apabila salah satu
anggota NATO diserang, maka serangan itu dianggap sebagai serangan terhadap
NATO. Di pihak lain, Uni Soviet dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa
(Warsawa Pact) pada tanggal 14 Mei 1955 di Praha-Cekoslowakia atas dasar
”Pact of Mutual Assistance and Unified Command”. Di berbagai kawasan pun
muncul blok-blok yang memihak salah satu negara adidaya, di Asia Tenggara
dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada tanggal 8
September 1954 di Manila, Philipina . SEATO ditujukan untuk menahan
pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Sebagai salah satu
organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia Tenggara
malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru
negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS. Di kawasan Timur Tengah juga
dibentuk Organisasi Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty
99
Ibid.,
80
Organization/METO). Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan
RRC pada tahun 1950 untuk menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai
negara di bawah kendali AS. Serta pembentukan Cominform (The Communist
Information Bureau) di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi lain,
kegiatan spionase juga turut mewarnai Perang Dingin. KGB (Komitet
Gusudarstvennoy Bezopasnosti), dinas rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central
Intelligence Agency), dinas rahasia AS selalu berusaha untuk memperoleh
informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut negara-negara yang
berada di bawah pengaruh kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif
mengenai lawannya sendiri. Periode 1969-1979 Richard Nixon Hubungan
Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan drastis dengan terpilihnya
Richard Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat keamanannya, Henry
A. Kissinger, Richard Nixon menempuh pendekatan baru terhadap Uni Soviet
pada tahun 1969. Tidak disangka, ternyata Uni Soviet juga sedang mengambil
pendekatan yang sama terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut détente
(peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi politik luar negeri, détente
dijelaskan Kissinger sebagai upaya menciptakan kepentingan tertentu dalam
kerjasama dan perbatasan, sebuah lingkungan dimana kompetitor dapat
meregulasi dan menghambat perbedaan diantara mereka dan akhirnya melangkah
dari kompetisi menuju kerjasama. Sebagai langkah lebih lanjut, pada 26 Mei 1972
Presiden Richard Nixon dan Leonid Brezhnev menandatangani Strategic Arms
Limitation Treaty I (SALT I) di Moskow. SALT I berisi kesepakatan untuk
membatasi persediaan senjata-senjata nuklir strategis/Defensive Antiballistic
Missile System. SALT I juga berisi kesepakatan untuk membatasi jumlah misil
81
nuklir yang dimiliki oleh kedua belah pihak, sehingga Uni Soviet hanya diijinkan
untuk memiliki misil maksimal 1600 misil, dan AS hanya diijinkan memiliki 1054
misil. Periode 1979-1985 Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet
tidak kuat lagi untuk menjalani détente. Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun
menduduki Afghanistan yang sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet masuk
kesana untuk membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang reaksi keras
dari pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni Soviet di
Afghanistan mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling serius sejak
Perang Dingin dimulai. Lalu akhirnya muncullah Doktrin Carter yang
menyatakan bahwa AS berkeinginan untuk menggunakan kekuatan militernya di
Teluk Persia.
Setelah Reagan mengambil alih jabatan presiden, dia juga melancarkan
Doktrin Reagan yang mendukung pemberontakan anti-komunis di Afghanistan,
Angola, dan Nikaragua. Para pemberontak ini bahkan diberi istilah halus ”pejuang
kemerdekaan” (freedom fighters). Bahkan AS juga berbicara tentang kemampuan
nuklirnya, termasuk ancaman serangan pertama. Tapi walaupun di periode ini
terjadi ketegangan yang memuncak antara AS dan Uni Soviet, ternyata masih bisa
terjadi perjanjian SALT II (Strategic Arms Limitation Treaty II) pada pertengahan
1979 di Vienna. Pada saat itu Carter dan Brezhnev setuju untuk membatasi
kepemilikan peluncur senjata nuklir maksimal 2400 unit, dan maksimal 1320 unit
Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle (MIRV). Dan juga Perjanjian
Pengurangan Senjata-senjata Strategis (Strategic Arms Reduction Treaty/START)
pada tahun 1982 yang berisi kesepakatan untuk memusnahkan senjata nuklir yang
berdaya jarak menengah. Walaupun sudah banyak dilakukan perjanjian-perjanjian
82
pembatasan dan/atau pengurangan senjata nuklir, namun berdasarkan data pada
tahun 1983 ternyata Uni Soviet memiliki keunggulan yang cukup besar
dibandingkan dengan Amerika Serikat. Periode 1985-1991 Mikhail Gorbachev
Pada Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan
secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan
penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya, pada tahun 1987 dia berkunjung ke
AS untuk mendekatkan keduanya ke dalam sebuah forum dialog.
Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari
1989 seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan. Komitmen
Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan
mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan
bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada
tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang
dicanangkan oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis
dalam negeri. Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi
oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov
(Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri). Namun ternyata kudeta
itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni Soviet
dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet. Sebagai akibat dari
kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari
Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri berhasil memperoleh
kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991. Akhirnya,
Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet. Pada akhir
1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah-
83
pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran
Uni Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini
menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS.100
D. Perbandingan Kekuatan dan Kemampuan Militer (As-Rusia)
Rusia dan Amerika, dua negara adidaya yang yang menjadi rival sejak
dulu. Rusia sebagai anak terbesar dari Uni Soviet tentulah mewarisi sebagian
besar kekuatan Uni Soviet di masa lalu. jika antara Rusia dan Amerika terjadi
perang mungkin inilah saat yang ditunggu Amerika untuk mengulang kesuksesan
di masa lalu dalam melawan Uni Soviet dan hal ini tentu akan menjadi ajang
pembuktian bagi Rusia untuk menunjukan kekuatan sang pewaris terbesar Uni
Soviet.101
Rusia dan Amerika hingga saat ini terus bersaing untuk menjadi Negara
yang paling berpengaruh di dunia, Rusia tidak pernah tinggal diam, pelan-pelan
rusia membangun kekuatan militer nya untuk menyamai bahkan melebihi armada
kekuatan militer Amerika saat ini. Untuk itu mari kita simak perbandingan
kekuatan
militerantara
Amerika
dan
Rusia
di
tahun
2015-2016
sesuai dengan data yang dihimpun oleh GlobalFirePower.
100
Ibid.,
https://teknooksigen.wordpress.com/2015/06/18/analisis-perang-rusia-vsamerika/comment-page-1/
101
ini,
84
Perbandingan Kekuatan Militer Amerika vs Rusia (Versi GFP)
Country
No
Field
Amerika
Rusia
GFP Rank
1
World Rank
2
PwrIndx
1 (dari 126)
2 (dari 126)
0.1663
0.1865
Man Power
1
Total Population
320,202,220
142,470,272
2
Available Manpower
145,212,012
69,117,271
3
Fit for Service
120,022,084
46,812,553
4
Reaching Military Age Annually
4,217,412
766,055
5
Active Frontline Personnel
1,400,000
110,000
6
Active Reserve Personnel
1,100,000
2,485,000
8,848
15,398
41,062
31,298
Land Systems
1
Tanks
2
Armored Fighting Vehicles (AFVs):
3
Self-Propelled Guns (SPGs)
1,934
5,972
4
Towed-Artillery
1,299
4,625
5
Multiple-Launch Rocket Systems
1,331
3,793
13,892
3,429
(MLRSs):
Air Power
1
Total Aircraft
2
Fighters/Interceptors
2,207
769
3
Fixed-Wing Attack Aircraft
2,797
1,305
3
Transport Aircraft
5,366
1,083
4
Trainer Aircraft
2,809
346
5
Helicopters + Attack Helicopters
6,196 + 920
1,120 + 462
473
352
Naval Power
1
Total Naval Strength
2
Aircraft Carriers
20
1
3
Frigates
10
4
4
Destroyers
62
12
85
5
Corvettes
0
74
6
Submarines
72
55
7
Coastal Defense Craft
13
65
8
Mine Warfare
11
34
155,400,000
75,290,000
Logistical
1
Labor Force
2
Merchant Marine Strength
393
1,143
3
Major Ports and Terminals
24
7
4
Roadway Coverage
6,586,610
982,000
5
Railway Coverage
224,792
87,157
6
Serviceable Airports
13,513
1,218
7,441,200 bbl/day
10,580,000 bbl/day
19,000,000 bbl/day
3,200,000 bbl/day
20,680,000,000
80,000,000,000
bbl/day
bbl/day
$577.1 Billions
60.4 Billions
$15,680 Billions
$714.2 Billions
$150.2 Billions
$515.6 Billions
$16,720 Billions
$2,553 Billions
Resource ( Petroleum )
1
Oil Production
2
Oil Consumption
3
Proven Oil Reserves
Financial ( USD )
1
Defense Budget
2
External Debt
3
Reserves of Foreign Exchange and
Gold
4
Purchasing Power Parity
Perbandingan kekuatan armada dan komponen penunjang militer lain antara
dua Negara super power USA (amerika) dan Rusia. Ini hanyalah analisa dan data
yang dihimpun oleh GlobalFirePower.
1. Kemampuan Militer Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah satu-satunya negara adikuasa yang ada di dunia
setelah runtuhnya Uni Soviet. Amerika dengan sejarahnya yang begitu panjang,
memiliki hereditas tersendiri bagi kehidupan politik dunia, ditambah dengan
86
dominasi dan hegemoninya terbukti dapat memaksimalkan daya tawarnya yang
begitu tinggi dalam mengatur kebijakan-kebijakan luar negerinya bagi negara
laindemi kepentingannya, bahkan Amerika tidak segan-segan untuk menerapkan
standar ganda demi memenuhi kepentingan nasionalnya.102
Sudah lazim orang menganggap Amerika satu superpower, sekurangkurangnya superpower militer. Akan tetapi Emmanuel Todd, seorang pakar ilmu
pengetahuan Perancis berpendapat lain. Bukunya. yang berjudul Apres l’empire.
Essai sur la decomposition du systeme Americain (Editions Gallimard, Paris
2002) telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Dalam versinya yang bahasa
Jerman, yaitu Weltmacht USA, ein Nachruf yang telah diterbitkan Piper Verlag
GmbH, Munchen pada tahun 2003, Emmanuel Todd menulis bahwa Amerika
bukan superpower , baik dalam ekonomi maupun militer.. Tentang ekonomi
cukup disampaikan di sini bahwa Todd menilai besarnya ketergantungan Amerika
kepada bangsa-bangsa lain dalam berbagai aspek ekonomi sebagai indikasi bahwa
Amerika bukan satu superpower ekonomi yang mengungguli ekonomi
dunia. Untuk membahas pandangan Todd bahwa Amerika bukan superpower
militer perlu kita telaah pokok-pokok argumentasi Todd. Ia mengatakan bahwa
bangsa Amerika mempunyai kelemahan struktural dalam bidang militer. Dalam
sejarahnya bangsa Amerika tidak pernah beradu kekuatan dengan musuh yang
sama kekuatannya. Dimulai dengan perangnya yang asimmetris dengan suku-suku
102
https://www.facebook.com/chevrevolver/posts/267965156591392:0
87
Indian. Juga dalam Perang Dunia II AS berhadapan dengan Jerman yang tinggal
runtuh karena pukulan berat oleh tentara Uni Soviet.103
Setelah melakukan pendaratan di Normandie Amerika melakukan operasi
militer yang tidak seimbang dengan keunggulannya dalam material dan jumlah
manusia. Todd mengemukakan pendapat Liddell Hart, pakar strategi dan sejarah
militer Inggeris, yang mengatakan betapa lambat dan birokratis cara bergeraknya
tentara AS di darat. Keunggulan Amerika di laut dan udara memang sangat besar
sebagai hasil kekuatan industrinya. Setelah memenangkan pertempuran laut
Midway, perang AS lawan Jepang mirip perangnya dengan Indian. Keunggulan
material dan logistik AS terlalu besar dan Jepang tidak mampu mengimbanginya.
Akan tetapi lain halnya operasinya di darat. Setelah Perang Dunia II tampak jelas
bahwa kekuatan darat Amerika kurang mampu untuk memenangkan perang. Di
Korea keberhasilan hanya separoh, sedangkan di Vietnam gagal sama sekali.104
Padahal AS menghadapi negara yang kecil dan jauh lebih rendah kemampuan
industrinya. Dalam tahun-tahun akhir ini AS mengembangkan konsep perang
yang tidak atau seminimal mungkin mengakibatkan korban mati bagi orang
Amerika. Cara berpikir demikian berakibat bahwa kemampuan operasi darat
makin kurang dapat diandalkan. Sebab dalam operasi darat sukar untuk
menghindari perjumpaan langsung dengan kekuatan lawan. Konsep AS tersebut
didasarkan keunggulan teknologinya yang hendak dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
Konsep
itu.
mengutamakan
serangan
udara
yang
bertujuan
menghancurkan perlawanan musuh melalui pemboman udara dan pukulan dengan
103
“ kekuatan militer Amerika Serikat” dalam,
http://septianmulyana.blogspot.co.id/p/kekuatan-militer-amerika-serikat.html 29 April 2016
104
Ibid.,
88
peluru kendali. Teknologi precision guided munition (PGM) memungkinkan
penembakan peluru kendali dengan perkenaan tepat pada jarak jauh. Di samping
itu dikembangkan smart bombs atau bom yang perkenaannya tepat. Sedangkan
untuk penentuan sasaran digunakan remote sensing atau peninjauan saksama ke
seluruh wilayah dengan memanfaatkan satelit udara. Dilengkapi dengan aksi
intelijen manusia yang dilengkapi sarana komunikasi untuk memungkinkan
laporan instant dan dilanjutkan oleh serangan udara seketika. Dengan cara
demikian diperkirakan bahwa musuh dapat dihancurkan dalam waktu tidak lama
oleh serangan udara tanpa penggunaan kekuatan darat.105
Setelah musuh dihancurkan baru tentara darat bergerak ke daerah musuh
untuk
mengkonsolidasi
kemenangan.
Cara
demikian
diharapkan
akan
mengakibatkan korban minimal pada tentara AS. Akan tetapi konsep ini akan
sukar dilaksanakan apabila musuh mempunyai kemampuan pertahanan udara
yang efektif, kata Todd. Oleh sebab itu AS hanya akan berperang kalau
menghadapi pihak lain yang lemah dan terbatas kekuatan militernya, terutama
pertahanan udaranya. Untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa AS masih
kuat dan kuasa diadakan penempatan pasukan AS dalam jumlah besar di luar
negeri, antara lain di Jerman 60.053, Jepang 41.257, Korea Selatan 35.663, Italia
11.677, Inggeris 11.379, di Spanyol 3.575. Selain itu di daerah Balkan ada 13.774
dan di Timur Tengah 9.956 orang. Namun untuk mengadakan operasi militer AS
tidak mempunyai kemampuan kongkrit yang sesuai dengan potensinya. Memang
kapal-kapal induk AS (aircraft carrier) mampu bergerak leluasa di lautan dunia.
Hal ini merupakan projection of power yang penting bagi supremasi politik. Akan
105
Ibid.,
89
tetapi karena kurang kesediaan mengoperasikan kekuatan darat, maka AS kurang
sanggup mengadakan konfrontasi militer terhadap lawan yang kekuatan
militernya cukup besar. dan hanya bertindak terhadap pihak lain yang diyakini
lemah.106
2. Kemampuan Militer Rusia
Rusia memang negara besar nan merupakan saingan primer Amerika
Perkumpulan di bidang militer. Berdasarkan data nan dihimpun oleh Dunia Fire
Power tahun 2013, Rusia memiliki kekuatan militer nomor 2 di dunia. Sementara
satu taraf di atasnya nan merupakan negara terkuat di dunia, masih dipegang oleh
Amerika Serikat. Melalui kekuatan militernya, kini, setiap negara berlomba buat
menguasai dunia. ari perspektif strategis militer, selama 15 tahun di bawah rezim
Vladimir Putin Rusia telah bangkit dan muncul kembali sebagai kekuatan militer
yang digdaya dan mampu mengimbangi kekuatan Barat. Selain membangun
kekuatan darat dan udara yang berbasis nuklir, militer Rusia juga telah
membangun kekuatan armada laut dengan kapal selam nuklirnya. Pada matra
darat, Rusia telah menghadirkan tank Armata T-14 yang oleh kalangan analis
militer dinilai merupakan tank terkuat dan paling mutakhir di dunia saat ini.
Sementara itu, produsen senjata legendaris Kalashnikov telah memproduksi
senapan serbu tercanggih dan mematikan, AK-74 M. Senapan terbaru ini diklaim
50 persen lebih akurat untuk menembak dalam jarak 300 meter dalam waktu apa
pun dan kondisi cuaca apa saja, dengan akurasi dan presisi yang tinggi. Jika
jumlah personel Angkatan Udara Rusia tercatat yang terbesar ketiga di dunia,
Angkatan Darat Rusia memiliki 766 ribu pasukan reguler-organik, selain 2,5 juta
106
Ibid.,
90
pasukan cadangan. Dengan demikian, pasukan darat reguler-organik Rusia
merupakan yang terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok (2,3 juta), India (1,4
juta) dan Amerika Serikat (1,3 juta). Menyadari ketertinggalannya dari segi
teknologi dibanding AS, sejak 2009 Rusia mendongkrak belanja militer secara
spektakuler. Tahun 2015 Rusia menggelontorkan 3,2 triliun rubel atau setara
dengan 4,5 persen dari PDB Rusia, yang dihabiskan untuk sektor pertahanan.
Jumlah itu naik dari 3,6 persen dari PDB Rusia sejak Putin berkuasa pada tahun
2000.107
Kekuatan Laut Setelah cukup lama pasca Perang Dingin AS terkesan
meremehkan kemampuan militer Rusia, kini mereka dikejutkan oleh kehadiran
militer Rusia di Suriah yang percaya diri dan berkemampuan prima. Sebuah
laporan Pentagon (Kementerian Pertahanan AS) menyingkap kekhawatiran
Washington atas manuver-manuver mematikan armada militer Kremlin dalam
memerangi ISIS di Suriah. Menurut laporan yang disusun George Fedoroff,
pejabat ahli intelijen Angkatan Laut AS dan pemantau militer Rusia, yang
berjudul “The Russian Navy: A Historic Transition”, kini AS "baru terjaga"
setelah melihat gelar kekuatan Angkatan Laut Rusia di mandala Suriah, seperti
dilaporkan Sputnik belum lama ini. Sebagai contoh, Oktober lalu Rusia
meluncurkan rudal-rudal jelajah Kalibr-M dari kapal perang yang digelar di Laut
Kaspia. Rudal itu melesat lebih dari 1.500 mil melintasi angkasa Irak dan Iran
sebelum akhirnya menghajar basis teroris di Suriah. Pergerakan rudal itu
dikabarkan mengejutkan AS. Menurut laporan Fedoroff, Rusia telah membuat
"langkah besar" dengan membangun Angkatan Laut yang "sangat tangkas dan
107
“fenomena kebangkitan militer Rusia” dalam,
http://indonesiasatu.co/detail/fenomena-kebangkitan-militer-rusia. Diakses 29 April 2016
91
mengesankan". Fedoroff mencatat, armada militer Rusia memiliki banyak kapal
perang dan kapal selam, yang saat ini berjumlah 186 kapal. Dia juga memantau
persenjataan Angkatan Laut Rusia yang patut dipertimbangkan AS. Menurut
Fedoroff, AS telah lama meremehkan kemampuan militer Rusia sejak akhir
Perang Dingin. Namun, kini untuk pertama kalinya dalam 24 tahun Pentagon
mulai "memperhatikan kehebatan militer Rusia". Rupanya, dalam analisis
Fedoroff, kemajuan dan pertumbuhan ekonomi Rusia yang kian stabil sejak 2000
memampukan negeri itu merevitalisasi militernya. Fedoroff menilai, manuver
rudal jelajah Kalibr Rusia merupakan tanda meningkatnya kekuatan AL negeri
itu.(Rudal) Kalibr berpijak pada platform sederhana, seperti (kapal perang jenis)
korvet, dengan kemampuan ofensif yang signifikan. Perkembangan kemampuan
AL
Rusia
sangat
maju
dan
mampu
menghalangi,
mengancam
atau
menghancurkan target musuh,” tulis Fedoroff. Keunggulan Udara Sementara itu,
kekuatan Angkatan Udara Rusia pun tak dapat dipungkiri kian menakutkan. Salah
satu faktornya, negeri Beruang Merah itu memiliki lima pesawat tempur canggih
yang sangat mematikan. Berikut ini pesawat tempur canggih Rusia sebagaimana
dikutip dari laman nationalinterest.108
Sukhoi Su-27 Su-27 -- yang oleh NATO dijuluki Flanker -- merupakan jet
tempur yang dibikin untuk mengimbangi jet tempur canggih AS F-16. Namun,
ternyata Su-27 lebih unggul dalam hal kecepatan. Jet ini mampu meluncur dengan
kecepatan 2.525 km/jam, sedangkan F-16 mencatat 2.200 km/jam. Pesawat
tempur ni berkemampuan mengangkut rudal jarak menengah R-27R1 yang punya
108
Ibid.,
92
daya ledak lumayan besar. Selain Vietnam, India dan Tiongkok, TNI AU kita pun
sudah menggunakan Su-27 untuk memperkuat armada tempur udaranya.
MiG-29 Jet tempur yang berjulukan Fullcrum ini mampu bermanuver
"penuh gaya" dan sangat mengagumkan di angkasa. Para analis militer menilai,
MiG-29 lebih lincah ketimbang Su-27 Rusia maupun F-16 AS. Pesawat ini
mampu mengusung berbagai jenis peluru kendali, termasuk rudal AA-8 dan AS12 yang efektif dan cocok untuk menghancurkan objek di darat.Suriah, Kuba, Iran
dan Korea Utara mengandalkan MiG-29 untuk mempertajam armada AU-nya.
Sukhoi Su-35 Pesawat tempur Su-35 yang dijuluki Super Flanker ini
diproduksi dalam rangka merespons tantangan era pasca Perang Dingin. Sebagai
pengembangan dari Su-27, jet tempur canggih ini mampu mengangkut beberapa
rudal seperti K-77ME dan KH-59. Lebih andal dan cepat dibanding
pendahulunya, Su-27 Flanker, Su-35 Super Flanker lebih garang dan mampu
melejit dengan kecepatan maksimum hingga 2.390 km/jam sambil memboyong
beban rudal berbobot 8000 kg.
Sukhoi T-50 Nah, inilah pesawat tempur yang sangat diperhitungkan
bahkan menakutkan para musuh Rusia. Jet tempur paling mutakhir ini punya
kecepatan dahsyat, mencapai 2.600 km/jam. T-50 dilengkapi berbagai alat tempur
penghancur seperti R77, 1.500 kg bom darat dan senapan mesin yang mampu
memuntahkan 1.800 peluru per menit. Sukhoi T-50 jauh lebih unggul dari para
pendahulunya, bahkan para analis militer dan pakar pertahanan AS pun
berspekulasi bahwa Sukhoi T-50 lebih lincah ketimbang F-35 andalan dan
93
kebanggaan AS. Pesawat tempur T-50 ini baru digunakan terbatas oleh Rusia
sendiri.
Tupolev Tu-160 Dengan julukan Blackjack, bomber atau pesawat pembom
ini
memiliki
kecepatan
maksimum
2.220
km/jam.
Kecepatan
itu
melampaui maximum speed pesawat pembom AS B1-B Lancer yang mencapai
1.448 km/jam. Tentu saja jauh lebih unggul dibanding B-52 milik AS yang hanya
mampu melesat 1.000 km/jam. Bagi negara-negara musuh Rusia, pembom ini
ditakuti karena mampu memboyong senjata/bom konvensional maupun nuklir.
Dengan kemampuan membawa hulu ledak dalam radius hingga 3.000 km, Tu-160
jelas merupakan "momok udara" yang menebar horor bagi negara lawan
manapun.109
Militer Rusia atau Rusia militer memiliki ciri nan berbeda dengan militermiliter negara lain, yakni unsur kemisteriusannya nan tinggi. Tidak heran jika
Jenderal Guderian, salah satu bawahan Hitler, pernah mengingatkan Hitler buat
tak menyentuh Rusia sedikit pun. Rusia nan sejak dulu dikenal sebagai negara
tertutup, memunculkan berbagai pertanyaan perihal dengan kekuatan militernya.
Sampai saat ini, pusat pabrikan senjata Rusia juga masih disembunyikan di daerah
pedalaman lembah pegunungan Kaukasus. Loka nan sangat terpencil dan
tersembunyi. Bahkan, pesawat pengebom pun sulit buat dapat menembus loka itu.
Teknologi persenjataan Rusia saat ini digadang-gadang sebagai nan terbaik di
109
Ibid.,
94
dunia. Selain itu, jumlah ilmuwan-ilmuwan teknologi persenjataan Rusia sampai
saat ini juga belum dapat diketahui secara pasti.110
110
“Rusia militer kekuatan nan Misterius” dalam,
http://www.binasyifa.com/779/48/26/rusia-militer-kekuatan-nan-misterius.htm diakses 29 April
2016
95
BAB IV
ANALISA PENGARUH KONTESTASI AS DAN RUSIA
TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DI SURIAH
A. Perkembangan Kelompok Ekstrimis di Suriah (ISIS)
Saat ini sebagian besar wilayah Suriah dikontrol oleh ISIS dan kelompokkelompok oposisi yang lain. Ratusan faksi militer yang bertempur di Suriah,
namun yang paling banyak disorot adalah ISIS. Komentar-komentar AS
danRusia di media-media kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS padahal
bukan
hanya
ISIS
yang
seharusnya
menjadi
ancaman.
KeberadaanISIS di Suriah pun menimbulkan kontroversi ditengah-tengah
kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung menghambat perjuangan
melawan rezim Asad sehingga ada kesimpulan yang muncul bahwa ISIS adalah
bagiandari proyek AS di Timur Tengah. Kecurigaan tersebut semakin terbukti saat
banyak laporan yang menunjukkan bahwa, terkadang AS dan Israel menjatuhkan
senjata melalui udara dan yang menikmatinya adalah ISIS.111
Berkaitan dengan kiprah ISIS di Suriah, ISIS dianggap tidak serius
memerangi
pemerintah Suriah, Janes terrorism and insurgency center (JTIC)
melaporkan, 64% serangan militer ISIS diarahkan kepada
kelompok-kelompok
bersenjata non pemerintah dan hanya 13% yang menargetkan angkatan saat ini
sebagian besar wilayah Suriah dikontrol oleh ISIS dan kelompok-kelompok
oposisi yang lain. Ratusan aksi militer yang bertempur di Suriah, namun yang
111
“analisa terakhir mengenai konflik Suriah keterlibatan Rusia’ dalam,
https://www.academia.edu/17499834/Analisis_terakhir_mengenai_Konflik_SuriahKeterlibatan_Rusia. Diakses 10 Mei 2016
96
paling banyak disorot adalah ISIS. Komentar-komentar AS danRusia di mediamedia kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS, padahal bukan hanya ISIS
yang seharusnya menjadi ancaman. KeberadaanISIS di Suriah pun menimbulkan
kontroversi ditengah-tengah kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung
menghambat perjuangan melawan rezim Assad sehingga ada kesimpulan yang
muncul bahwa ISIS adalah bagiandari proyek AS di Timur Tengah.112
Kecurigaan tersebut semakin terbukti saat banyak laporan yang
menunjukkan bahwa, terkadang AS dan Israel menjatuhkan senjata melalui udara
dan yang menikmatinya adalah ISIS. Berkaitan dengan kiprah ISIS di Suriah, Isis
dianggap tidak serius memerangi pemerintah Suriah, Laporan HIS jane’s
Terorrism and insurgencycenter (JTIC) 2014 melaporkan, 64% serangan militer
isis diarahkan kepada kelompok-kelompok bersenjata non-pemerintah dan hanya
13% yang menargetkan angkatan militer Suriah. Sebaliknya, serangan Assad
kepada para pejuang bersenjata lebih banyak ditunjukan kelompok-kelompok
non-ISIS. Dari 982 serangan tahun 2014, menurut laporan JTIC, hanya 6% yang
menarget ISIS. Hal ini menimbulkan kecurigaan bagi kelompok-kelompok
pejuang yang lain yang selama ini berjuang melawan Assad, seperti kelompok,
pasukan mujahidin (Al-Mujahidin Army) yang melihat sendiri di lapangan, bahwa
garis depan perbatasan wilayah pasuka ISIS dan pemerintah cenderung tenang
tanpa kontak senjata, berbeda jika pasukan pemerintah perbatasan dengan pasukan
oposisi yang lain, kontak senjata bisa 24 jam. Sebelum masuknya ISIS di Suriah
dan perjuangan perlawanan terhadap pemerintah Suriah baru saja dikobarkan.
Para pejuang telah memperlihatkan visi besar mereka dalam perjuangan
112
Ibid.,
97
meruntuhkan Bashar al-Assad dengan cita-cita penegakan Khilafah ditahan Syam.
Setelah masuknya ISIS, konsentrasi perang para mujahidin menjadi terpecah
antara berhadapan dengan ISIS yang haus darah kepada mujahidin non-ISIS, dan
pasukan Assad yang didukung oleh AS dan rusia. Dengan keberadaan ISIS, yang
paling diuntungkan
adalah pasukan Assad
dan seluruh Negara
yang
mendukungnya. Dengan adanya ISIS, istilah Khilafah menjadi sangat berdarahdarah. Majelis Shura Mujahidin, dalam sebuah pernyataannya menyampaikan
bahwa, deklarasi khilafah oleh ISIS adalah bagian dari kampanye sistematis untuk
mendistrorsi istilah-istilah syariah, seperti jihad, Syariah, Huddud dan Khilafah.113
1. Penafsiran Yang Keras Terhadap Islam
Islam State Iraq Syria (ISIS), dikenal karena memiliki interpretasi atau
tafsir yang keras pada Islam Wahhabi dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri
dan menjarah bank.Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim
Syiah dan Kristen. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan
orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga
Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014.114
Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di
Irak dalam beberapa tahun terakhir. Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini
telah menyebabkan tak kurang dari 30.000 warga kota kecil di timur Suriah harus
mengungsi.Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi.Di
bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al
Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di
Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda hingga tahun 2014.
113
Ibid.,
“mengenal ISIS dan bahayanya” dalam, http://www.mohlimo.com/mengenal-isisdan-bahayanya/. diakses 10 Mei 2016
114
98
Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan
perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, AlQaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Abu Bakar
al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan Roma.Pemimpin
militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ini juga menyerukan umat Islam untuk
tunduk kepadanya.ISIS adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis
keras Al-Qaidah dan mematuhi prinsip-prinsip jihad global. Seperti Al-Qaidah
dan kelompok-kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul dari ideologi
Ikhwanul Muslimin, kelompok pertama di dunia Islam di akhir tahun 1920-an di
Mesir yang mengikuti interpretasi anti-Barat yang ekstrim Islam, mempromosikan
kekerasan sektarian dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan penafsiran
sebagai kafir dan murtad. Atas tindakannya yang merusak pusara-pusara suci dan
pembongkaran kuburan para nabi dan awliya yang shaleh di Irak, Mufti
Pemerintah Mesir, Prof. Dr. Syauqi Allam mengecam tindakan ISIS dan
menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran mazhab Islam yang mana pun dan
bertentangan dengan kewajaran manusia.115
Bisa dikatakan penafsiran ISIS terhadap islam sangatlah salah,
mengatasnamakan Islam pasti sumbernya sama: Al-Quran dan hadis. Problemnya
adalah bagaimana mereka menafsirkan. Yang jelas, penafsiran dilakukan ISIS
salah.Karena pertama, mereka melihat ayat atau hadis itu secara tesktual bukan
kontekstual. Jadi sejarah munculnya ayat atau hadis tidak mereka lihat. Mustahil
kita bisa mengetahui maksud ayat atau hadis itu tanpa melihat konteks keluarnya
ayat atau hadis itu. Kedua, mereka relatif membaca ayat atau hadis begitu saja.
115
Ibid.,
99
Misalnya ketika disuruh membunuh, mereka membunuh. Tidak tahu bagaimana
cara membunuhnya atau apakah masih relevan pembunuhan seperti itu dengan
situasi sekarang di mana hubungan antara Islam dan non-Islam relatif lebih baik.
Ketiga, tafsiran-tafsiran dilakukan ISIS disesuaikan kepentingan mereka. AlQuran dan hadis itu hadir di suatu zaman dan ruang tertentu serta begitu universal.
Jadi begitu mudah ditafsirkan ke mana-mana.Perlu ditegaskan, ISIS bukan AlQaidah
sehingga
tidak
bisa
mengatakan
ISIS
itu
organisasi
teroris
mengatasnamakan Islam. Ulama-ulama dunia, termasuk Indonesia, harus benarbenar menanggapi serius tafsiran-tafsiran menyimpang dilakukan oleh ISIS. Kalau
tidak, akan banyak orang membaca dan terpengaruh karena memang didasarkan
pada Al-Quran dan hadis.116
Selanjutnya, ISIS Anti pada nilai-nilai cinta-kasih dan rahmat sekaligus
mendukung dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekerasan dan kekejaman. Mereka
melakukan kekerasan terhadap orang-orang yang berada diluar kelompoknya.
Dalam ideologinya, ISIS tidak mengenal prinsip kasih sayang maupun
perdamaian. Paham yang mereka anut dalam ideologinya adalah kekerasan dan
perang. Selain itu, ISIS menjadikan kekerasan sebagai solusi atas segala
perbedaan dan perselisihan antar umat. Menuduh bid’ah (sesat) segala bentuk
akulturasi ajaran Islam dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, serta
penghormatan terhadap berbagai peninggalan sejarah. ISIS menafsirkan makna
bid’ah secara serampangan.117
116
“tafsiran ISIS atas Quran dan hadist menyimpang” dalam,
http://albalad.co/wawancara/2015A1154/tafsiran-isis-atas-quran-dan-hadis-menyimpang/
Diakses 13 Mei 2016
117
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI%20REKTO
RAT.pdf?sequence=1
100
B. Faktor Pendorong Kehadiran Militer Amerika Serikat Rusia di Suriah
Amerika Serikat adalah negara adidaya yang memiliki kekuatan yang
sangat diperhitungkan di dunia internasional. Tak jarang pula karena kekuatan
yang dimilikinya, Dewan Keamanan tetap PBB yang mengklaim dirinya sebagai
polisi internasional ini ikut campur dalam urusan Negara-negara yang sebenarnya
bukan termasuk wilayah teritorialnya. Berbagai alasan seperti perang melawan
teroris, sering dipakai guna melegalkan aksi yang dilakukannya. Invasi ke
Afghanistan yang mengatas namakan perang melawan Al Qaidah hingga
penggulingan diktator Irak, Saddam Hussein yang berdalih untuk mengamankan
senjata pemusnah masal, adalah beberapa contoh dari kebijakan intervensi
Amerika Serikat di kawasan timur tengah. Beberapa revolusi yang sering
diistilahkan dengan sebutan Arab Spring yang terjadi di beberapa Negara di
kawasan timur tengah dan Afrika Utara juga tak luput dari andil besar negri
Paman Sam tersebut.118
Hal yang sama pula di Suriah, Negara yang saat ini dipimpin oleh Presiden
Basyar Asad tersebut kini mengalami masa-masa krisis yang diakibatkan dengan
adanya pemberontakan oleh rakyatnya sendiri yang menginginkan Asad untuk
turun dari jabatannya karena dianggap otoriter dan banyak melakukan tindak
kejahatan kemanusiaan. Dalam krisis Suriah tersebut, dengan sangat tegas
Amerika Serikat memberikan dukungannya kepada pihak oposisi karena
118
Agil Maulana El Jibal, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Oposisi Suriah
(2011-2012)”, dalam http://agilleljibal.blogspot.co.id/2014/07/kepentingan-amerika-serikatmendukung.html, diakses 13 Mei 2016.
101
menganggap pemerintahan Basyar Asad telah melakukan kejahatan kemanusiaan
dan bertindak otoriter.119
1. Faktor Ideologi dan Demokratisasi (Perspektif AS)
Amerika Serikat adalah Negara liberal jadi Amerika Serikat juga
menganut sistem ideologi yang liberal juga, dengan pandangan demokrasi
merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik, anggota masyarakat memiliki
kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama
dan kebebasan pers, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal
yang buruk. Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga
penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai
sebagai hal yang cenderung disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin
dibatasi, dan suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau
sebagian besar individu berbahagia. Walau masyarakat secara keseluruhan
berbahagia, kebahagian sebagian besar individu belum tentu maksimal. Dengan
demikian, kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari seberapa tinggi
indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya.
Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-koloninya termasuk Amerika
Serikat.120
Dalam konteks konflik Suriah Amerika Serikat sendiri di dalam posisi
membingungkan untuk masalah Suriah. Secara garis besar, Amerika Serikat butuh
tetap adanya perimbangan kekuatan agama Islam (Sunni) dengan agama Syiah di
119
Ibid.,
“ideology Amerika dan dasar negaranya” dalam,
http://iecakhairunnisa.blogspot.co.id/2011/09/ideologi-amerika-dan-dasar-negaranya.html
Diakses 13 Mei 2016
120
102
Timur Tengah. Di dalam melihat rezim Bashar al Assad, Amerika Serikat
mempunyai dilema yang tidak dimiliki oleh Iran.Bashar al Assad, seorang kepala
negara dinasti Syiah Alawite yang lama memimpin Suriah yang mayoritas Islam,
disebut oleh dunia internasional sebagai rezim yang keji sehingga Amerika
Serikat tidak mungkin membelanya. Amerika Serikat tetap butuh adanya Syiah
yang kuat di Timur Tengah sebagai penyeimbang Islam (Sunni) namun Amerika
Serikat tidak bisa mendukung Bashar al Assad yang otoriter. Bashar al Assad
boleh jatuh namun Syiah jangan jatuh di Suriah, kurang lebih begitu jika melihat
kebijakan pemerintahan Amerika Serikat di Suriah. Amerika Serikat punya
pandangan bahwa jika rezim Bashar al Assad misalnya harus turun maka itu
urusan nanti karena prioritasnya kini adalah memukul mundur ISIS. Sikap
setengah-setengah Amerika Serikat ini berbeda dengan kepentingan Iran
menyikapi Bashar al Assad. Iran butuh Bashar al Assad di dalam menjaga
pengaruh dan kekuasaan Syiah di Suriah. Oleh sebab itulah tidaklah
mengherankan jikalau Iran dan aktivis pro-Iran akan mati-matian membuat klaim
mengenai ketidakterlalubersalahan dan otoriternya Bashar al Assad di dalam
memimpin Suriah sebagai perang psikologis.121
Di dalam aspek bantuan militer, Iran memberi bantuan kepada
pemerintahan Bashar al Assad di dalam memerangi tidak hanya ISIS (yang ditolak
ke-Sunni-annya oleh sebagian besar Sunni) namun juga pemberontak Kurdi (yang
bergerak memberontak karena isu etnis kekurdian, lihat juga gerakan Kurdi di
Irak utara) dan gerakan resistensi terhadap rezim Bashar al Assad yang digalang
121
Ideologi-ideologi anti perbedaan dan ironi” dalam,
https://dipanugraha.org/2015/07/18/ideologi-ideologi-antiperbedaan-dan-ironi/. Diakses 13 Mei
2016
103
oleh kombatan Sunni (sebut misalnya kelompok Jabhat al Nusra). Awalnya kisah
Suriah adalah perlawanan melawan rezim Bashar al Assad yang lebih dimulai
karena pemerintahan otoriter namun dalam perkembangannya perlawanan
itu menjurus kepada perang sektarian, etnis, dan lalu melibatkan negara-negara
yang berkepentingan dengan narasi klasik mengenai Timur Tengah.Yang pasti,
Amerika Serikat tak ingin Suriah jatuh ke ISIS atau Jabhat al Nusra yang
dianggap sebagai Islam (Sunni) radikal tapi juga ragu-ragu dan berisiko untuk
tetap mempercayai Bashar al Assad. Tidak bisa tetap mendukung Bassar al Assad
tetapi Amerika Serikat juga tak ingin pemerintahan Suriah jatuh ke tangan Islam
(Sunni) yang radikal. Pemerintahan yang jatuh, apalagi kalau jatuh ke tangan ISIS
atau Jabhat al Nusra, tidak baik bagi mereka di dalam menjaga kisah Islam –
Syiah – Yahudi di Timur Tengah. Belum lagi jika misalnya Suriah jatuh ke tangan
Sunni yang anti-Amerika Serikat maka Amerika Serikat yang sudah ngos-ngosan
terlalu aktif melawan Sunni yang anti-Amerika Serikat di Afghanistan, Irak, dan
Yaman, akan kian buruk neraca keuangannya dan meleset perkiraan awal
mengenai pencapaian pemenuhan kebutuhan minyak dari negara-negara yang mau
kooperatif di Timur Tengah.Jadi kisah perang Suriah seakan Iran bersendirian. Di
negara-negara tetangga, sekutu Syiah mereka sudah mulai kedodoran dan
mengharapkan main mata Amerika Serikat di dalam kisah proksi Timur Tengah
tidaklah semulus dahulu.Belum lagi “ancaman” dari dalam negeri mereka. Di
dalam negeri mereka, Iran pun berusaha mengurangi ancaman ideologi yang
berseberangan
dengan
ideologi
resmi
teokrasi
mereka. Tindakan
104
ekstremkemudian menjadi terpaksa dilakukan terhadap “musuh negara” yang
berseberangan ideologi. 122
a. Faktor Ekonomi Berupa Kekayaan Minyak
Kepentingan ekonomi dalam kenyataannya amat mempengaruhi
kejibakan luar negeri suatu negara. Beberapa Negara termasuk Amerika
Serikat terbukti memiliki kepentingan terselubung yakni kepentingan ekonomi
berupa minyak dan gas ketika melakukan beberapa intervensi maupun invasi
di kawasan Timur Tengah, meskipun pada awalnya negeri Paman Sam
mengklaim melakukan kebijakan luar negerinya tersebut dengan dalih
moralitas dan kemanusiaan. Melalui dukungannya terhadap oposisi pada krisis
Suriah Amerika Serikat secara lantang menyatakan bahwa dukungannya
tersebut bertujuan untuk melengserkan pemerintah Bashar al Assad yang
dianggap otoriter dan telah melakukan tindak kejahatan kemanusiaan. Akan
tetapi patut dicurigai bahwa dukungan yang diberikan adalah retorika
moralitas yang sebenarnya bertujuan untuk kepentingan minyak.123
Semangat Barat untuk menginvasi suriah sudah jelas dilandasi Faktor
Ekonomi. Apalagi Assad anti barat dan condong pada Rusia dan China yang
merupakan seteru abadi amerika. Tak heran dua Negara Komunis tersebut
berkali-kali memveto Resolusi PBB yang menginginkan Intervensi Militer
untuk mengatasi krisis Politik Suriah.Suriah merupakan Negara yang kaya
akan minyak, bahkan seperempat pendapatan Suriah berasal dari minyak
bumi. Sejak 2009, Suriah menghasilkan sekitar 400.000 barrel minyak bumi
per hari. Begitu penting posisi Suriah dalam mensuplai minyak ke luar
122
Ibid.,
Agil Maulana El Jibal, Op.Cit.,
123
105
negerinya bahkan ke Eropa, mendorong Rusia untuk berpendapat bahwa
boikot yang saat ini dilakukan oleh sebagian besar Negara Uni Eropa (EU)
terhadap produksi minyak Suriah adalah tindakan yang keliru. Pasalnya, 95
persen ekspor minyak Suriah atau setara dengan 150.000 barrel per hari justru
menjadi kebutuhan negara-negara UE. Khususnya, Jerman, Italia, dan
Perancis. Beberapa perusahaan minyak raksasa Eropa misalnya Shell milik
Belanda dan Inggris serta perusahaan minyak Perancis, Total, diketahui
menanamkan modal yang cukup besar di Suriah.124
Posisi Timur Tengah yang kaya akan minyak dan gas dianggap
memiliki posisi strategis bagi Amerika Serikat guna mendongkrak kegiatan
industrinya dan meningkatkan perekonomian barat sejak Perang dunia kedua.
Suplai minyak dari kawasan timur tengah merupakan suatu faktor penting bagi
kestabilan perekonomian Amerika Serikat dan sekutunya. Lima perusahaan
minyak raksasa AS (Exxon, Mobil, Texaco, Socal dan Gulf) semenjak masa
sebelum Perang Dunia II telah menguasai rantai produksi hingga pemasaran
minyak Timur Tengah, walaupun peran mereka pernah mengalami penurunan
akibat nasionalisasi persial yang dilakakukan Negara-negara Arab produsen
minyak. Misalnya, keuntungan kelima perusahaan tersebut pada tahun
1980 “windfall profit” mencapai US $ 8 milyar.125
Amerika Serikat merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Tapi
pada dasarnya Amerika Serikat tidak secara langsung bergantung pada sumber
daya alam berupa minyak yang tersedia di kawasan Timur Tengah karena
Amerika sebenarnya memiliki cadangan minyak yang melimpah yang terdapat
124
Ibid.,
Sidik Jatmika, AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Standar Ganda Amerika
Serikat, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), hlm 162.
125
106
di Texas dan Alaska. Bahkan diprediksi pada 2020 nanti Amerika Serikat
(AS) bakal menggeser posisi Arab Saudi sebagai penghasil minyak terbesar di
dunia. Selama ini AS memang menyimpan cadangan minyaknya dan banyak
mengimpor minyak mentah dari luar negeri. Lembaga International Energy
Agency (IEA) menyatakan, situasi bergesernya produsen minyak ini bakal
mengubah peta perdagangan energi dunia. Hal ini akan menjadikan Amerika
Serikat menjadi semakin kuat secara ekonomi maupun politik dan akan terus
memiliki kekuatan untuk menghegemoni Negara-negara yang bergantung
kepadanya.Amerika Serikat sadar akan pentingnya menguasai sumber energi
minyak guna menunjang program industrialisasi suatu Negara dalam jangka
panjang. Seorang ahli ekonomi politik internasional Susan Strange
berpendapat bahwa kekuatan minyak berbanding lurus dengan kekuatan suatu
Negara yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sebuah negara akan
dilakukan. Komoditas minyak pada akhirnya menjadi asset kekuatan nasional
karena kekuatan komoditas ini dalam mempengaruhi berjalan dan tumbuhnya
perekonomian. Bahkan kebergantungan yang sangat tinggi terhadap sumber
energi minyak membuat negara-negara yang menguasainya memiliki potensi
besar untuk menjadikannya sebagai alat politik, dan ini terbukti dari embargo
minyak yang dilakukan oleh Negara-negara OPEC khususnya dari Negaranegara Arab kepada Negara-negara yang mendukung langkah agresi Israel
dalam konflik Arab-Israel di Timur Tengah telah berhasil meruntuhkan
perekonomian negara-negara Barat sehingga membuat AS langsung
107
memfasilitasi penghentian agreasi Israel dan memulai untuk proses
perdamaian Arab-Israel di timur tengah.126
b. Kepentingan Hegemoni dan Eksistensi Israel
Sudah menjadi rahasia umum bahwa dasar kepentingan Amerika
Serikat dalam berbagai intervensinya di kawasan Timur Tengah adalah untuk
menguatkan posisinya melalui jalur kepanjangan tangannya di kawasan
tersebut, yakni Israel. Secara jelas, disebutkan bahwa kepentingan nasional
dan keamanan Israel adalah hal pokok yang mendasari kebijakan luar negri
Amerika Serikat. Bahkan secara tegas Obama telah menegaskan di hari
pertama pemerintahannya sebagai presiden baru AS bahwa ia akan melibatkan
diri langsung dalam konflik Arab-Israel. Disebutkan pula bawa pemerintahan
AS menjadikan konflik Arab-Israel sebagai persoalan penting yang akan
menjadi salah satu prioritas mereka. Dalam pidatonya di Florida menjelang
pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2012 lalu, Obama dengan lantang
menegaskan bahwa dukungan negaranya untuk Israel tidak dapat dipatahkan.
Obama juga menambahkan bahwa Amerika Serikat tidak hanya memegang
teguh hubungan yang erat dengan Israel, tetapijuga telah memperkuatnya.127
Ada beberapa alasan politis yang berkaitan dengan dukungan AS atas
oposisi guna meruntuhkan pemerintahan Basyar Asad yang akan yang akan
penulis uraikan sebagai berikut:128
Pertama, runtuhnya Basyar Asad akan memperkokoh posisi Israel.
komitmen untuk keamanan Israel dan kesejahteraannya telah menjadi
126
Agil Maulana El Jibal, Op.Cit.,
Ibid.,
128
Ibid.,
127
108
landasan kebijakan AS di Timur Tengah sejak berdirinya Negara Zionis
tersebut pada tahun 1948. Dari kaca mata AS sebenarnya tidak ada motivasi
atau alasan ekonomi yang khusus bagi hubungan kedua negara, tetapi lebih
merupakan
hubungan
strategis. Tanpa
adanya
suplai
minyak
yang
memadai dari kawasan Timur Tengah yang pernah melakukan embargo
minyak terhadap AS dan sekutunya pada Perang Yom Kippur tahun 1973,
baik perusahaan-perusahaan AS maupun mesin-mesin perang (NATO) dan
dukungan kepada Eropa Barat tidak akan berfungsi secara efektif. Untuk
pengamanan jalur-jalur tersebut, AS memerlukan negara pendukung yang
strategis. Karena negara-negara Arab dan Timur Tengah pada awalnya tidak
menyediakan fasilitas tersebut, maka satu-satunya bantuan adalah dari Israel.
Dalam kerangka strategi ini pula AS memberikan bantuan ekonomi maupun
militer secara besar-besaran terhadap Israel, agar Israel tumbuh menjadi
sekutu yang tangguh.
Kedua, kedekatan Suriah dengan Hizbullah dan Hamas sangat
membahayakan keamanan Israel. Hizbullah merupakan kekuatan militer yang
terdapat di Lebanon dan sangat menentang kebijakan-kebijakan Israel di
Timur Tengah. Sementara Hamas adalah sebuah partai politik di Palestina dan
merupakan sebuah gerakan yang menjadi poros perlawanan rakyat Palestina
terhadap arogansi Israel. Kedua organisasi tersebut dikenal memiliki
kedekatan yang sangat erat dengan pemerintahan Suriah. Kedekatan tersebut
membuat khawatir Israel, yang menjadi sekutu utama Amerika Serikat di
kawasan Timur Tengah.
109
Ketiga, jatuhnya Basyar Asad akan merubah konstalasi kekuatan
politik di Suriah. Posisi Amerika Serikat bisa menjadi semakin kuat
dibandingkan sebelumnya mengingat pemerintahan pasca era Basyar Asad
diharapkan oleh AS tunduk kepada kepentingannya. Musim Semi Arab
dianggap sebagai harapan baru bagi Amerika Serikat untuk memperoleh posisi
yang strategis dalam hubungannya dengan Suriah jika Basyar Asad lengser.
Basyar Asad dikenal sangat dekat dengan Rusia dan China yang merupakan
rival utama Amerika Serikat. Terlebih ketika Suriah dilanda krisis yang telah
berlangsung dua tahun ini sejak 2011 lalu, Rusia dan China, yang merupakan
anggota tetap Dewan Keamanan PBB memveto resolusi PBB yang mengecam
pemerintahan Basyar Asad dan berupaya menjatuhkan sanksi kepada
pemerintah yang berkuasa. Kedekatan tersebut juga tergambar dengan
dikirimnya
satuan
anti
teror
Rusia pada
tanggal
20
Maret
2012 yang dilaporkan berada di Suriah dan diduga untuk membantu tentara
setempat dalam memberantas para pemberontak. Kedekatan terjalin sangat
harmonis, terutama karena perdagangan senjata yang menguntungkan
Moscow miliaran dolar. Kedekatan keduanya juga terlihat dari didirikannya
pangkalan militer Rusia di wilayah Tartus, yang memudahkan pasukan Putin
menuju Laut Mediterania.
Saat ini ketika Suriah dihembus angin revolusi, lengsernya Basyar
Asad dianggap sebagai peluang bagi Amerika Serikat untuk kembali menjalin
hubungan baik dengan Suriah yang selama ini terkenal sering membangkang
atas kepentingan AS dan anti terhadap Israel (selain Iran, Hizbullah dan
110
Hamas). Hal ini dipergunakan Amerika Serikat untuk memperkecil pengaruh
Rusia di kawasan tersebut dan merebut pasar senjatanya di Suriah.
2. Faktor Kedekatan History (Perspektif Rusia)
Hubungan Rusia dan Suriah sebenarnya merupakan hubungan lama
yang dijalin kembali, hubungan tersebut sudah ada bahkan pada saat Rusia masih
berbentuk Uni Soviet dan Suriah masih belum menjadi sebuah negara yang diakui
oleh dunia internasional dan PBB pada 17 April 1946 Pada sejarahnya, Rusia
meletakkan Byzantyne Armydi Suriah pada abad ke 10 dan 11, dan setelah
perjanjian Carlovit dengan Ottoman empire pada 1699 semakin banyak para
pendatang Rusia yang mengunjungi Suriah dalam perjalananmereka ke Palestina
dengan berbagai tujuan yang ada, termasuk didalamnya masyarakat Kristen
Orthodok. Hal ini membuat kekaisaran Orthodok memperluas pengaruhnya
hingga membuat sebuah pos konsuler yang beroperasi di Aleppo, atkia, Beirut,
dan Saida pada 1893. Pengaruhnya terus meluas sampai ke Suriah, dimana mereka
juga
membangun
sebanyak
tujuh
puluh
empat
sekolah
untuk
memajukan pendidikan di Suriah pada 1905. Halini merupakan awal kedekatan
hubungan Rusia dan Suriah yang nantinya akan terus berlanjut di kemudian harii
Seperti contoh, Suriah menjadi salah satu partner yang sangat kronis bagi Uni
Soviet yang pada saat itu menjadi salah satu kunci kekuatan Uni Soviet dalam
menjaga dominasinya di dunia internasional.129
129
“faktor latar belakang intervensi Rusia terhadap Suriah” dalam,
https://www.academia.edu/11897237/Faktor_latar_belakang_intervensi_rusia_terhadap_suriah
Diakses 22 Mei 2016
111
Selain itu, Suriah juga menjadi aliansi Uni Soviet untuk mencapai
kepentingannya di dunia internasional, khususnya dalam peransebagai pintu
masuk yang digunakan Uni Soviet untuk masuk ke kawasan Timur Tengah
Berlanjut setelah berakhirnya perang dunia, yaitu pada saat pecahnya Uni Soviet
pada tahun 1991. Rusia kemudian menjadi negara yang bisa dibilang masih
merepresentasikan UniSoviet dibanding negara negara kecil pecahan Uni Soviet
lainnya, Rusia mulai membenahikondisi yang ada didalam negerinya untuk bisa
kembali aktif dan mendominasi dalam politik internasional. Rusia kemudian
merumuskan kembali semua bentuk kebijakan luar negerinya untuk kembali
mencapai kejayaan masa lalunya Hal itu tertuang di beberapa dokumen
keamanannya yang tercermin dari kebijakan yang dikeluarkan Presiden Vladimir
Putin yangingin mengembalikan pengaruh Rusia dengan mengeluarkan national
Security concept pada tahun 2000 dokumen tersebut menjelaskan bahha Rusia
telah kembali ke arenapolitik internasional dan berusaha untuk mengembalikan
kejayaan masa lalu yang dimilikinya.130
Rusia masih memandang Timur Tengah sebagai kawasan yang cukup
strategis baginya dalam politik internasional untuk mencapai kepentingan
nasionalnya. Hal ini yangkemudian membuat Rusia kembali membangun
hubungannya yang dulu pernah terjalin begitu dekat khususnyadengan Suriah.
Selain itu melalui hubungannya dengan Suriahitulah menjadi jalan bagi Rusia
untuk mengambil keuntungan menjadi negara yang berpengaruh mengingat
kawasan Timur Tengah merupakan kawasanshatterbelt. Shatterbelt merujuk
terhadap kawasan geografis dengan dua kondisi yaitu, didalamnya benyak terjadi
130
Ibid.,
112
konflik lokal dengan atau antara Negara-negara kawasan tersebut, dan terdapat
keterlibatan beberapa actor major power yang berasal dari luar kawasan tersebut
menjadi alasan yangsama bagi Amerika untuk menaruh pengaruhnya di Timur
Tengah Hal ini juga yangmenjadikan ambisi politik Rusia di Timur Tengah
mengingat masih adanya rivalitas antaraRusia dan Amerika.131
C. Tantangan dan Kesulitan As-Rusia Dalam Memerangi ISIS
Meskipun diserang bertubi-tubi oleh pasukan koalisi yang dipimpin
Amerika Serikat dan bahkan Rusia, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah
(ISIS) ternyata tak membuat mereka lemah. ISIS malah tambah kuat dan makin
membesar.Seorang ahli dan peneliti politik Timur Tengah yang berpusat di AlAhram Center, Mesir, Saeed Al-Lawindi mengatakan, setelah lebih dari 4.000
kali serangan tentara koalisi terhadap kelompok ini selama kurang lebih satu
tahun, ISIS yang secara peralatan dan jumlah pasukannya kalah jauh ternyata
masih eksis.Serbuan AS dan Rusia ke wilayah Irak mengarah kepada hasil cepat,
tapi ISIS makin meluas serta menguasai banyak wilayah penting sehingga
menimbulkan kekacauan regional dan membuat Irak serta negara Arab lain
guncang.132
Menariknya lagi, gerakan ISIS bukan hanya sulit ditaklukan, tapi makin
menyudutkan tentara AS yang diterjunkan di sana. Selama ini strategi tentara AS
hanya fokus bagaimana membunuh para pemimpin militan. Tapi strategi inilah
yang membuat bumerang bagi AS. Serangan-serangan udara yang dilancarkan
131
Ibid.,
“ISIS sulit ditumpas bisa-bisa kewalahan” dalam, http://indonesianreview.com/dsmuftie/isis-sulit-ditumpas-bisa-kewalahan. Diakses 22 Mei 2016
132
113
tentara AS terhadap lokasi yang diduga basis tempat tinggal para pemimpin
kelompok itu memang telah mengacaukan kemampuan komando dan kontrol
mereka. Tapi hal itu hanya sesaat, bukan melemahkan. Gerakan ISIS malah makin
berkembang dan sulit ditumpas karena mereka mendapat dukungan dan tambahan
pasukan dari penduduk sekitar yang telah kehilangan harta benda dan nyawa
saudara mereka, akibat serangan udara pasukan koalisi.133
Cara-cara yang sejauh ini dilakukan belum begitu ampuh untuk menumpas
keberadaan ISIS di Irak. Hal ini mungkin salah cara pandang inteljen terhadap
struktur komando ISIS. Bagi intelijen AS khususnya, menghadapi ISIS jauh lebih
sulit dibandingkan dengan menghadapi Al-qaeda.Efek perlakuan dari penanganan
yang salah terhadap pemimpin garis keras Islam yang konon anti AS, kini harus
dibayar mahal oleh negara adidaya ini.
1. Kuatnya Kemampuan Militer ISIS
Setahun setelah deklarasi pembentukan kekhalifahan ISIS oleh Abu Bakr
al-Baghdadi, kelompok tersebut masih kuat, walaupun sudah diserang berulang
kali oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.Tujuan serangan serangan udara
yang dilancarkan ke Iraq dan Suriah sejak Agustus 2014 lalu, menurut Presiden
AS Barack Obama, adalah untuk “melumpuhkan dan kemudian menghancurkan”
ISIS.Nyatanya, ISIS malah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dan tampil
lebih kuat. Sebuah kajian yang mengupas strategi militer ISIS mencoba
menjelaskanalasan mengapa kelompok itu begitu kokoh.Tiga lingkaranInti
strategi militer ISIS adalah konsep “Bertahan dan Berkembang”.Dengan
mempraktikkan teori itu, ISIS dapat bertahan di lokasi yang dianggap menjadi
133
Ibid.,
114
markas mereka, Raqqa di Suriah dan Mosul di Irak.Bulan lalu, lokasi pertahanan
ISIS melebar ke Ramadi, ibu kota Provinsi Anbar di Irak, serta Kota Palmyra di
Suriah.Untuk bisa berkembang lebih jauh, ISIS telah mengotakkan dunia menjadi
tiga bagian.134
Sumber:
https://indocropcircles.wordpress.com/2014/08/02/isis-dibuat-oleh-cia-
dan-mossad-untuk-memecah-islam/
Selain memiliki strategi global, ISIS juga menerapkan taktik tempur yang
spesifik. Di Irak dan Suriah, taktik penggunaan bom mobil atau Vehicle Borne
Improvised Explosive Devices (VBIEDS) terbukti menjadi senjata perang yang
sukses. Bom semacam itu dipasang di mobil Hummer AS yang dirampas dari
militer Irak.Wilayah-wilayah perkotaan yang lebih kecil diserbu menggunakan
“manuver jepit” dengan menempatkan bom mobil di kedua sisinya, disusul
militan-militan yang menggunakan rompi bunuh diri lalu diikuti prajurit dan
kendaraan-kendaraan yang dilengkapi persenjataan.135
134
“dunia strategi ISIS” dalam,
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/06/150616_dunia_strategi_isis Diakses 22 Mei 2016
135
Ibid.,
115
Kota-kota besar dikuasai dengan metode gabungan antara infiltrasi,
khususnya melalui komunitas Sunni yang terpinggirkan di Irak, dan "Strategi
Belt" atau sabuk.Dengan strategi itu awalnya kota-kota dan pedesaan yang di
sekitar pusat kota besar dikuasai terlebih dahulu, dan menutup jalanan.Serbuan
makin digencarkan melalui anggota-anggota ISIS yang bergerak maju dan mulai
memasuki pusat kota layaknya sabuk.ISIS menggunakan wilayah gurun pasir
yang luas di Suriah dan Irak, menarik diri ke dalamnya untuk kemudian muncul
dari sana juga sesuka mereka. Taktik itu memerlukan mobilitas tingkat tinggi,
organisasi yang efisien, serta pasokan amunisi dan air yang banyak.Walaupun
serangan udara telah menghambat pergerakan di padang, ISIS mengatasi itu
dengan memecah pasukan menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan sulit
terdeteksi.136
Dengan itu, jumlah anggota ISIS yang sedikit bisa menghadapi pasukan
dalam jumlah besar sementara anggota ISIS lainnya menyerang sebuah kota,
pangkalan militer atau lokasi strategis lainnya seperti sebuah bendungan atau
kilang
minyak.Berdasarkan
penjabaran
tersebut,
tampak
jelas
bahwa
ISISmerupakan pasukan tempur yang kuat, sangat termotivasi dan terdisiplin.
Selain itu mereka adalah organisasi denganrencana yang jelas, tersusun secara
sistematis dan memiliki strategi perang yang terbukti berhasil.belum ada
kesepakatan
mengenai
ukuran
pasti
kekuatan
militer
gerombolan
itu.
Laman Wikipedia menyitir sejumlah sumber demi menuliskan jumlah pasukan
ISIS di Irak dan Suriah: klaim dari pejuang suku Kurdi (200.000 orang), informasi
militer Rusia (70.000 orang), pengakuan para mujahid (100.000 orang), dan data
136
Ibid.,
116
dinas intelijen Amerika Serikat atau CIA (20.000 - 30.000 orang).Colin Clarke,
ilmuwan politik madya dari Rand Corporation, spesialis urusan pemberontakan
dan terorisme lintas negara, menaksir jumlah pejuang ISIS mencapai 10.000
orang.Angka itu memang jauh dari hitungan kasar sejumlah pihak sebagaimana
termuat dalam Wikipedia. Namun, menurut Clarke, "yang mengkhawatirkan
justru"
ketika
"komunitas
intelijen
bahkan
tidak
mengetahui"
angka
pastinya.Problem buramnya data yang persis mengenai jumlah pasukan ISIS ini
agaknya turut dipicu oleh arus pasokan serdadu yang seolah tanpa henti dari
pelbagai wilayah.Indonesia sendiri tidak ketinggalan menjadi salah satu
'penyumbang' tentara ISIS. Pada akhir 2014, jumlah warga negara Indonesia yang
bergabung dengan organisasi berbendera hitam itu bertambah tiga kali
lipat menjadi setidaknya 500 orang.International Business Times, mengutip
laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), pada September 2014
mengatakan bahwa dukungan terhadap ISIS berkembang melalui ruang
mengobrol daring yang dikelola oleh sebuah organisasi teroris Inggris pada 2005,
Al-Muhajiroun.Pendiri ruang mengobrol digital itu kemudian mulai berupaya
meyakinkan banyak orang untuk memberikan sokongan kepada ISIS.Itu baru
perkara personel. Dan ISIS tidak hanya memiliki pasukan darah dan
daging.Persenjataan yang mereka miliki beragam, mulai dari yang konvensional
seperti roket antitank dan antiserangan udara, senjata artileri berat seperti
Howitzer M198, berjenis kendaraan lapis baja seperti M1 Abrams dan T-72; dan
rudal Scud.Kelompok itu pernah menembak jatuh helikopter Irak pada 2014 dan
mengaku telah melumpuhkan beberapa helikopter lain di tahun yang sama.
Mereka dicuriga memiliki sistem rudal antiserangan udara canggih seperti FN-6
117
buatan Tiongkok.ISIS juga menyimpan beberapa helikopter tempur UH-60
Blackhawk serta pesawat jet MiG21 dan MiG 23.Namun, jika menimbang laporan
Departemen Pertahanan AS dalam urusan kampanye militer bersama sekutu
dalam upaya menggerus daya ISIS, kekuatan kelompok milisi itu mungkin jauh
lebih besar.
Sumber: http://www.defense.gov/News/Special-Reports/0814_Inherent-Resolve
Besarnya kapasitas militer ISIS kemungkinan besar terwujud berkat
kecakapan mereka mendanai gerakannya. Tidak seperti Al-Qaeda, demikian
tulis CBC, yang menerima sebagian besar dana dari negara kaya di Teluk, ISIS
menggalang kebanyakan dana secara solo lewat pembajakan kendaraan,
perampokan bank, pemerasan, dan penculikan dengan tuntutan tebusan. Taksiran
uang yang ditangguk ISIS per harinya berkisar USD1 juta, atau bahkan USD25
juta - USD30 juta per tahun. Bahkan, ada pula pihak yang memproyeksikan
bahwa jumlah dana harian yang berhasil dikumpulkan mencapai USD2 juta
hingga USD4 juta. Namun, Newsweek pada November 2014 merilis warta
mengenai sepak terjang ISIS dan bagaimana kelompok itu mendanai operasinya.
Pemerintah atau pihak swasta dari Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait--serta jejaring
118
luas donor pribadi-- pada 2012-2014 memberikan dana kotor sebesar USD40 juta.
Hingga kini, ketiga negara itu masih menggelontorkan sejumlah uang demi
memerangi rezim Bashar Assad di Suriah, yang satu di antaranya adalah ISIS.
Setelah mendapatkan kecaman dari Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton,
serta masyarakat internasional, Arab Saudi pada 2013 meloloskan Undang-undang
demi menjatuhkan sanksi bagi para penyokong keuangan organisasi teroris seperti
Al-Qaeda, Al-Nusra, dan ISIS.137
2. Terbaginya Kekuatan dalam Memerangi ISIS
Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak Rusia menumpas ISIS
bersama koalisi internasional yang dipimpin AS ketimbang mengerahkan
kekuatan militer di Suriah untuk membela Presiden Bashar al-Assad.Desakan itu
disampaikan juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, Selasa waktu AS. Dia
mengatakan, Presiden Barack Obama tidak berbicara dengan Presiden Rusia,
Vladimir Putin, tentang masalah perang terhadap kelompok Negara Islam Irak dan
Suriah (ISIS). Obama dan Putin jarang berkomunikasi sejak krisis Ukraina pecah.
Hubungan kedua negara itu juga memburuk ketika AS menjatuhkan sanksi
terhadap banyak tokoh dan perusahaan Rusia. Sanksi dijatuhkan, karena Rusia
dianggap melakukan intervensi dalam krisis Ukraina.138
Rusia sendiri menghendaki pembentukan koalisi internasional penumpas
ISIS yang di dalamnya melibatkan rezim Suriah. Sedangkan AS menolak Suriah
bergabung dalam koalisi internasional untuk memerangi ISIS.Kremlin pada
137
“Seberapa besar kekuatan ISIS” dalam, https://beritagar.id/artikel/berita/seberapabesar-kekuatan-militer-isis. diakses 22 Mei 2016
138
“As-Rusia tumpaslah ISIS ketimbang kerahkan militer di Suriah” dalam,
http://international.sindonews.com/read/1045133/42/as-rusia-tumpaslah-isis-ketimbangkerahkan-militer-di-suriah-1442370023 Diakses 22 Mei 2016
119
akhirnya tetap memberikan dukungan militer pada rezim Suriah untuk memerangi
ISIS. Laporan terbaru, Suriah sudah mengerahkan beberapa tank tempur di
wilayah Suriah. Keputusan Kremlin itu membuat cemas AS dengan alasan
kehadiran militer Rusia justru memperburuk situasi dan bisa memicu konfrontasi
dengan koalisi yang dipimpin AS.139
Seminggu setelah Rusia meluncurkan serangan udara terhadap ISIS di
Suriah, harapan untuk koalisi yanglebih luas dalam memerangi militan ISIS yang
merebut sejumlah besar wilayah Suriah menguap. Harapan bahwa musuh
bersama, yang merepresentasikan tantangan peradaban, dapat mendekatkan
kembali Rusia dan Barat, ternyata prematur. Di luar kritik tajam Barat terhadap
serangan Rusia, yang menuduh Rusia menyerang oposisi Suriah bukannya ISIS, militer
Rusia bersikeras bahwa serangan tersebut terbukti efektif sejauh ini.Menghadapi
langkah Rusia yang cukup tegas, Presiden AS Barack Obama mengumumkan
rencana strategis untuk meluncurkan serangan umum secara de facto ke ibu kota
ISIS, kota Raqqa di timur laut Suriah. Operasi tersebut akan melibatkan 20 ribu
tentara Kurdi dan sekitar lima ribu pemberontak yang merepresentasikan oposisi
Suriah, didukung oleh AU Amerika.Inisiatif Obama untuk meluncurkan serangan
pada ISIS di Suriah, yang tak dilakukan selama lebih dari setahun sejak kehadiran
koalisi yang dipimpin AS, hanya memperburuk hubungan Moskow dan Obama
terkait strategi memerangi ISIS. Ada kecurigaan di kalangan pengamat Rusia
bahwa rencana tersebut tak lain hendak menunjukan kompetensi AS untuk
‘menyelesaikan hal yang tak tertangani oleh Rusia’. Sementara, koalisi anti-ISIS
yang mulai terbentuk antara Russia, Iran, dan Irak serata Damaskus menggunakan
139
Ibid.,
120
caranya sendiri untuk bersatu sebagai sebuah pasukan anti-ISIS. Koalisi baru ini
membentuk pusat koordinasi di Baghdad untuk melakukan pengintaian dan
analisis, dan unit tersebut akan mulai beroperasi dalam beberapa minggu
mendatang.140
Pendatang baru di koalisi anti-ISIS kedua, yang dipimpin oleh Moskow,
yakni Irak, membuat komitmen tegas. Dilihat sebagai negara klien setelah lebih
dari satu dekade kehadiran militer Amerika di negara tersebut sejak jatuhnya
diktator Saddam Hussein, Irak berjanji akan lebih aktif memerangi ISIS dan
menyediakan data intelijen untuk Iran, Suriah, dan Rusia. Sementara, reaksi
internasional atas aksi militer Rusia berkisar dari penolakan penuh (Arab Saudi
dan Turki) hingga potensi kerja sama (Prancis), dan keacuhan (Uni Emirat Arab).
Secara tak terduga, Emirat menyambut keterlibatan Rusia, menyebutkan bahwa
mereka tak keberatan akan hal itu.141
Sejak Rusia terlibat dalam konflik Suriah, perubahan konfigurasi aliansi
politik dan loyalitas meningkat. Namun, hal ini tetap tak membuka jalan bagi
aliansi yang benar-benar luas dan komprehensif. Dua koalisi anti-ISIS tak
sepenuhnya saling bicara, meski terdapat kontak intens antara pejabat militer
Rusia dan Amerika. Terdapat cukup banyak retorika di udara yang menyebutkan
dua sekutu tersebut bersaing satu sama lain, mencoba melegitimasi superioritas
terkait pasukan anti-ISIS. Apakah hal ini akan mengganggu proses penumpasan
ISIS dan kelompok regional lain yang mengacaukan stabilitas regional? Dmitry
Polikanov, anggota Center for Policy Studies in Russia yang berbasis di Moskow,
140
“dua koalisi melawan ISIS bagaimana nasib Suriah selanjutnya” dalam,
http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isis-bagaimana-nasibsuriah-selanjutnya_481927. diakses 25 Mei 2016
141
Ibid.,
121
menyampaikan pada Troika Report. Ini bisa mengarah pada upaya yang tak
terkoordinasi dan menciptakan pergesekan antara anggota kelompok koalisi,
secara tak disengaja. Saya berasumsi sepertinya lebih baik kedua koalisi
mengeluarkan pakta untuk menghindari perselisihan. Rusia dan AS harus sepakat
untuk bertindak lebih bijak.Saat ini, Barack Obama telah menyatakan perlunya
menyediakan senjata lebih banyak bagi pemberontak Suriah. Seperti kita tahu,
persenjataan tersebut sebelumnya dikirim oleh para pemberontak untuk teroris,
yang menghambat operasi yang dilakukan Rusia.
ISIS dianggap sebagai ancaman global, tantangan global. Perlu upaya
global untuk menumpas hal itu. Mengapa tak ada koordinasi antara Rusia dan
Barat pada titik kritis ini? Hal ini karena kurangnya keinginan politik dari pihak
Barat. Pemerintah Rusia berulang kali mengajak membentuk upaya bersama
memerangi ISIS. Semua upaya gagal, sayangnya. Hal ini mungkin dimotivasi oleh
ambisi personal pemimpin negara tertentu.Apakah mungkin salah satu koalisi
menyatakan diri sebagai pemenang? Sesungguhnya, tak ada yang benar-benar
menang dalam perang ini. Sangat berbahaya untuk mengaku sebagai pemenang.
ISIS, sama seperti organisasi teroris lain, merupakan organisasi jaringan. Secara
praktis tak mungkin mencapai kemenangan absolut. Saya rasa lebih masuk akal
untuk bicara mengenai proses, tapi tidak perlu bicara mengenai hasilnya. Tujuan
koalisi Rusia dan AS harus ditegaskan untuk mengurangi potensi tempur ISIS.
Pada dasarnya, kompetisi antara dua koalisi tak akan menentukan siapa yang
menang atas ISIS, melainkan memperlihatkan siapa yang lebih kuat di wilayah
tersebut. Bagi AS, mereka lebih butuh pengakuan sebagai penjaga keamanan
Timur Tengah. Bagi Rusia, ini adalah tentang mengamankan rezim pro-Moskow
122
di Damaskus, menciptakan hubungan khusus dengan kekuatan regional yang
sedang tumbuh, Iran, dan kembali ke politik global sebagai agen asertif yang bisa
diperhitungkan. Di luar perbedaan kepentingan strategis, tujuan utama kedua
koalisi sudah tentu memusnahkan ISIS dari dunia yang beradab.142
Saat ini Rusia dan Amerika sama-sama kesulitan untuk sepakat bekerja
sama, bahkan dalam memerangi ancaman bersama sekelas ISIS. Terdapat
beberapa alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Alasan pertama adalah
perbedaan strategi. "Kebijakan Amerika di Timur Tengah tak memiliki
pendekatan yang sistematis. Belum selesai membasmi al-Qaeda di Irak, AS
beralih ke Libya, kemudian setelah itu melakukan intervensi konflik Suriah," kata
Isayev.143
Amerika malah berusaha mengintervensi urusan internal negara-negara
tersebut dan mencampuri proses demokrasi di sana. Sementara, strategi Rusia
untuk memerangi terorisme berbasis pada dukungan untuk rezim yang sedang
berkuasa, tanpa memandang aspek demokrasi dan hak asasi manusia di negaranegara tersebut. Alasan kedua yang mempersulit terciptanya kerja sama untuk
membebaskan Timur Tengah dari teroris adalah keengganan Washington untuk
menjadikan Moskow sebagai mitra. "Logika konfrontasi membuat mereka enggan
bekerja sama dan perlu menimbang-nimbang dengan seksama apakah hal tersebut
benar-benar perlu," kata Suslov. "Selain itu, kedua pihak memiliki penilaian yang
berbeda mengenai penyebab munculnya ancaman terorisme ini. Rusia
menganggap pihak yang paling bersalah atas kemunculan ISIS adalah AS.
142
Ibid.,
“pakar perselisihan as dan rusia hanya menguntungkan teroris” dalam,
http://indonesia.rbth.com/politics/2015/03/04/pakar_perselisihan_as_dan_rusia_hanya_mengu
ntungkan_teroris_27019. Diakses 25 Mei 2016
143
123
Kebijakan AS yang diterapkan pada Suriah dilihat sebagai pengulangan dari
situasi pada tahun 1980-an, ketika Amerika mendukung muhajidin Afganistan
untuk melawan Uni Soviet.".144
D. Pengaruh kontestasi As-Rusia Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah
Arab Spring atau Musim Semi Arab sering diasosiasikan dengan
pembaharuan dimana rakyat di Timur Tengah melakukan revolusi. Arab Spring
dimulai ketika turunnya Presiden Tunisia, yaitu Ben Ali. Kemudian itu berlanjut
ke negara-negara timur tengah lainnya, seperti Mesir, Libya, Yaman, dan terakhir
yaitu Suriah. Pergolakan yang terjadi di Suriah sampai sekarang masih berlanjut
yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al-Assad. Konflik di Suriah tersebut tentu
berdampak pada negara-negara dunia yang memiliki kepentingan di Suriah
khususnya Amerika Serikat dan Rusia. Kepentingan di bidang politik merupakan
kepentingan utama Amerika di negara-negara Timur Tengah khususnya Suriah.145
Suriah merupakan satu-satunya penghambat untuk Amerika setelah Irak
ditundukkan untuk menguasai negara-negara Timur Tengah. Sebagian besar
negara-negara di Timur Tengah sudah mulai menjadi pengikut atau sudah menjadi
teman dekat dengan Amerika Serikat. Akan tetapi berbeda dengan Suriah yang
cenderung lebih condong ke Rusia ketimbang dengan Amerika Serikat. Suriah
juga dianggap oleh Amerika sebagai ancaman besar bagi Israel selain Iran. Suriah
memiliki kedekatan yang erat dengan gerakan Hezbollah di Lebanon dan Hamas
di Palestina yang menjadi musuh besar Israel. Amerika sangat melindungi Israel
dari ancaman Suriah disebabkan karena Israel merupakan sekutu terdekatnya
144
Ibid.,
“konflik Suriah kontestasi Amerika Rusia” dalam, http://jakartagreater.com/konfliksuriah-kontestasi-amerika-rusia/. Diakses 25 Mei 2016
145
124
Amerika di Timur Tengah dan sebagian besar orang yang berada di pemerintahan
Amerika adalah orang-orang Yahudi yang sangat memperjuangkan Israel dalam
dunia internasional.146
Berdasarkan sejarah, Suriah merupakan salah satu sekutu terdekatnya
Rusia di kawasan Timur Tengah. Kedekatan itu disebabkan secara ideologis,
rezim Ba’athis (sebuah partai politik yang berkuasa atau dominan di Suriah) yang
berkuasa di Suriah lebih berorientasi kepada sosialis ketimbang sebagian besar
rezim-rezim yang berkuasa di Arab. Selain itu, rezim Ba’athis juga lebih cocok
diidentifikasikan dengan Blok Timur ketimbang Gerakan Non-Blok.Rusia
memiliki kepentingan dalam bidang politik dan ekonomi dalam konflik internal
Suriah. Kepentingan politik Rusia di Suriah berkaitan dengan adanya usaha Rusia
dalam mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah dalam menghadapi
dominasi Amerika yang ingin menguasai Timur Tengah. Suriah juga dipandang
oleh Rusia sebagai aset geostrategis penting dalam mencapai kepentingan
nasionalnya. Kepentingan Rusia dalam bidang politik di Suriah terlihat dengan
adanya pangkalan angkatan laut milik Rusia di Pelabuhan Tartus. Pangkalan laut
tersebut
merupakan
satu-satunya
yang
dimiliki
oleh
Rusia
di
Timur
Tengah.Adapun kepentingan ekonomi Rusia dalam konflik internal Suriah yakni
adanya keinginan Rusia menjadikan Suriah sebagai pasar potensial untuk
perdagangan senjata. Semua produk senjata dan kendaraan militer Suriah
merupakan buatan Rusia. 147
146
Ibid.,
Ibid.,
147
125
Gambaran lebih jelas atas instabilitas timur tengah dapat ditelusuri lewat
politik imperialisme Negara-negara besar. Ekspansi ideologis berikut bentukbentuk praksis politik dan ekonomi turunannya telah lama dilakukan sejak era
perang dingin. Afghanistan, Iraq, Iran, Mesir, Arab Saudi, Palestina, atau Libya
kesemuanya pernah dan sedang menjadi medan turbulensi geopolitik. Barat tidak
pernah berperan sebagai juru selamat, juru runding, atau fasilitator perdamaian.
Kesemuanya hanyalah kedok. Sandiwara rutin di tiap meja diplomasi guna
menutupi standar ganda mereka. Hal yang sama juga berlaku untuk Rusia dan
Putin. Sebagian pihak berasumsi kehadiran Rusia layaknya oase ditengah tindakan
unilateral dan kegagalan massif AS di Timur-tengah.148
Penilaian semacam itu mudah berkubang dalam oversimplifikasi. Putin
menyimpan agendanya sendiri secara rapat. Peran Rusia tentu pada gilirannya
akan meminta imbal balik. Dalam setiap episode perang kepentingan bisnis
menguntit pelan dari dekat. Profit perang sangatlah menjanjikan di timur tengah.
Bisnis minyak, proyek infrastruktur rehabilitasi paska perang, hutang luar negeri
dan jual beli senjata merupakan sisi lainnya. Akumulasi capital semacam ini
adalah fenomena yang inheren. ISIS dan perang melawannya sulit lepas dari
aspek ekonomi-politik. Oleh karenanya, analisa demikian pada gilirannya akan
menyentuh platform politik rezim-rezim berkuasa di timur tengah. Bahwa mereka
juga bagian dari masalah. Saddam, monarki Saudi, Bassar, atau Erdogan
memainkan politik standar ganda sembari memelihara kekuasaan otoriternya.
Arus demokratisasi politik pun menjadi tumbal. Kedaulatan rakyat berada di
148
“Koalisi internasional melawan ISIS” dalam,
http://morrisama.blogspot.co.id/2015/12/koalisi-internasional-melawan-isis-dan.html. Diakses
25 Mei 2016
126
tangan dan lidah penguasa. Perang bagaimanapun juga adalah sebuah mega
proyek. Banyak hal krusial akan dikalkulasi, untung dan ruginya. Sama sekali tak
ada altruisme disana. Satu-satunya garansi yang menanti dengan setia adalah
pertumpahan darah, disintegrasi, dan chaos.149
Dengan demikian wacana dan praktek koalisi internasional melawan ISIS
atau terorisme adalah sesuatu yang baru sekaligus lama. namun yang pasti
fenomena tersebut setidaknya memungkinkan dan menjustifikasi dua hal.
Pertama, probabilitas bergesernya peta Geopolitik Barat di Timur-tengah, dan
kedua, faktor kepentingan nasional masing-masing Negara pada akhirnya dapat
menegasikan pendekatan politiknya dengan Negara lain. Diplomasi sekali lagi
membuktikan premis lamanya. Tujuan diplomasi bukanlah menemukan solusi
yang sempurna melainkan seni mengelola resiko. Kecuali memang yang akan
menanggung hampir semua resikonya adalah rakyat biasa. 150
Amerika Serikat (AS) dan koalisinya mengumumkan telah melakukan 24
serangan terhadap ISIS di Suriah dalam 24 jam. Di waktu yang sama, Rusia
mengklaim menggempur 55 target ISIS. Analis militer, Andrew Foxall dari
kelompok think thank Henry Jackson Society, memperingatkan, serangan koalisi
AS yakni NATO dan Rusia di Suriah bisa menjadi bencana tak terbayangkan jika
suatu saat bersinggungan. Kedua kekuatan dunia itu, bahkan bisa terlibat Perang
Dunia III di Suriah. Dalam beberapa hari ini saja, ketegangan antara AS dan Rusia
terus memanas, di mana AS menuduh serangan Rusia mengenai pasukan
pemberontak Suriah yang dilatih AS. Sebaliknya, Rusia mengejak koalisi AS
149
Ibid.,
Ibid.,
150
127
yang sudah setahun menyerang kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)
tapi tidak begitu terlihat hasilnya. Foxall, mengatakan insiden diplomatik bisa
berubah jadi bencana. Dia menggambarkan bahwa lalu lintas udara di Suriah kini
semakin padat.151
Pesawat tempur, helikopter, drone, rudal dan artileri baik dari Rusia
maupun koalisi AS telah jadi pemandangan setiap saat di wilayah udara Suriah.
”Mengingat jumlah lalu lintas militer di udara (yang padat), ada kekhawatiran
nyata bahwa pesawat akan ditembak jatuh karena kesalahpahaman yang jadi
bencana. Ini berarti kita bisa menjadi saksi detik-detik dari eskalasi yang tiba-tiba
membawa kita ke ambang perang,” kata Foxall. Komandan serangan udara AS di
Suriah, Letnan Jenderal Charles Brown, telah mengakui adanya ketegangan kedua
pihak. Dia mencontohkan, pesawat AS dan Rusia nyaris berhadapan dalam jarak
20 mil. Jika tidak dikendalikan, hal itu bisa jadi bencana dalam hitungan detik.
“Rusia memiliki tujuan yang sangat berbeda dengan koalisi NATO yang
menginginkan perubahan rezim di Suriah,” kata Foxall, seperti dikutip Daily
Mirror,
semalam.
(Sementara)
kepentingan
mempertahankan rezim pro-Rusia di Suriah.152
utama
Kremlin
adalah
Pengaruh antara Barat (AS)
dengan Rusia dan China tengah berjalan secara ketat. Hal tersebut bisa
diindikasikan dengan sikap China dan Rusia yang dua kali melakukan veto
terhadapa resolusi yang digalang oleh AS beserta sekutu-sekutunya. Sikap China
dan Rusia itu bukan tanpa dasar, tetapi merupakan sikap perlawanan atas
dominasi AS khususnya di Timur Tengah. Perseteruan Rusia dan AS bisa dilacak
151
“konflik Suriah bisa picu perang dunia ketiga” dalam,
https://www.salafynews.com/konflik-suriah-bisa-picu-perang-dunia-ketiga.html. Diakses 27 Mei
2016
152
Ibid.,
128
dari perang dunia maya (cyber war) antara keduanya dan yang paling menonjol
adalah penentangan Rusia atas upaya pembangunan sistem pertahanan rudal (antiballistic missile defense) yang dibangun oleh AS dan NATO di negara-negara
Eropa Timur seperti Polandia, Spanyol, dan Rumania. Untuk meminimalisir
pengaruh dan dominasi AS khususnya di Timur Tengah, China dan Rusia bersatu
padu untuk menjegal langkah AS dan para sekutunya agar tidak sewenangwenang dalam menyelesaikan setiap masalah di kawasan yang kaya minyak
tersebut. China dan Rusia tidak ingin kecolongan lagi seperti masalah Somalia,
Irak, dan Libya. Hal itu telah disampaikan secara jelas oleh Perdana Menteri
China Wen Jiabao dan Menlu Rusia Sergei Lavrov.153
Kedua Negara adidaya ini saling menunjukkan ketengangan satu sama lain
karna perbedaan pandangan terhadap konflik yang terjadi di Suriah. Dimana
dipihak Amerika Serikat mendesak Rusia agar fokus pada serangan melawan ISIS
di Suriah dan melengserkan Presiden Assad, Sedangkan dari pihak Rusia yang
mendukung penuh kediktatoran Presiden Suriah, Bashar al Assad.154
a. Konflik Suriah dijadikan Alat Promosi Persenjataan
Rusia dan Amerika Serikat saling unjuk kekuatan di Suriah dengan
masing-masing mendukung dua pihak yang bermusuhan di mana Rusia
mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad yang berbasis Syiah Alawiyah
sedangkan AS menyokong pihak pemberontak yang umumnya Sunni.Kedua
negara berdalih menggelarkan kekuatan militernya di Suriah demi melikuidasi
153
http://fatkurrohman.blogspot.co.id/2013/06/as-terjegal-di-suriah-olehfatkurrohman.html
154
“Amerika dan Rusia bersitegang di Suriah” dalam,
http://www.mustanir.com/2015/10/03/amerika-dan-rusia-bersitegang-di-suriah/ diakses 29 Mei
2016
129
kelompok ekstremis militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).Hari ini
Washington mengonfirmasikan bahwa Rusia telah menggelarkan 28 pesawat
tempur di Suriah yang berarti Rusia meningkatkan kehadiran militernya di negara
terkoyak perang ini.Sebaliknya AS mengirimkan 70 tentara pemberontak didikan
pasukan khusus AS ke medan perang Suriah Senin waktu setempat.155
Seperti di kutip CNN Indonesia Rusia memamerkan sejumlah peralatan
militer modern dalam parade besar di Lapangan Merah, Moskow, termasuk sistem
pertahanan rudal udara yang digunakan di pangkalan udara Suriah dan beberapa
jet yang diterbangkan untuk melakukan misi militer di sana.156
Kementerian Pertahanan Rusia dilaporkan akan menjadikan misi di Suriah
sebagai misi debut pesawat terbaru mereka, yakni Su-35S. Misi ini akan
menentukan apakah proyek terbaru Sukhoi ini sukses, seperti generasi
sebelumnya, atau berakhir gagal, beberapa hari yang lalu, empat Su-35S, yang
diserahkan ke Angkatan Udara Rusia akhir tahun lalu telah diangkut ke Suriah
melalui Iran dan Irak, untuk dibawa ke pangkalan udara Rusia di Hmeymim,
dekat Latakia, di barat laut Suriah. Su-35S merupakan generasi terbaru dari jet
tempur legendaris Rusia, Sukhoi. Jet ini merupakan pengembangan dari Su-27,
yang saat ini turut terlibat dalam operasi anti-teror Rusia di Suriah, untuk
membasmi ISIS. Rusia sendiri saat ini sedang getol memodernisasi peralatan
militernya. Rencananya, pada tahun 2020 semua peralatan Rusia sudah dilengkapi
155
“Rusia dan As saling gertak di Suriah” dalam,
http://www.antaranews.com/berita/519551/rusia-dan-as-saling-gertak-di-suriah Diakses 29 Mei
2016
156
“parade militer Rusia pamer senjata yang digunaka di Suriah” dalam,
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160509180812-134-129527/parade-militerrusia-pamer-senjata-yang-digunakan-di-suriah/ Diakses 29 Mei 2016
130
dengan teknologi paling baru dan paling canggih. Modernisasi ini merupakan
bagian dari perombakan besar-besaran dari Angkatan Bersenjata Rusia.157
Rusia dibawah kendali Presiden Vladimir Putin tetap teguh memegang
prinspnya untuk melindungi satu-satunya sekutu strategis di timur tengah,
Presiden Suriah Bashar Al Assad. Meksi didesak oleh para pemimin G8, Putin
tetap berjalan lurus melindungi Suriah dari intervensi militer langsung oleh
Amerika Serikat dan Barat. Ditengah keputusan Barat yang secarat terbuka akan
mengirimkan lebih banyak senjata canggih pada kelompok pemberontak membuat
Ruisa merespon keputusan ini dengan mengirim lebih banyak senjata canggih
pada Presiden Suriah Bashar Al Assad. Langkah putin ini secara tak langsung
memberi efek luar biasa bagi Barat, upaya untuk menyerang Suriah secara
langsung sepreti kasus Libya tak akan mudah lagi, bila dipaksakan Barat akan
terbentur dengan kekuatan militer Rusia. Muncul kabar terbaru bahwa senjatasenjata canggih yang akan di supply Rusia ke Suriah merupakan senjata baru yang
belum pernah terlihat di medan pertempuran alias senjata non Battle Proven,
sengaja atau tidak dibalik penggelaran senjata baru Rusia di Suriah bisa jadi
dimanfaatkan sebagai ajang uji coba bagi senjata baru tersebut sehingga berhak
menyangang Title Battle Proven.158
Melalui ajang uji di pertempuran yang nyata akan didapatkan informasi
faktual seberapa hebat senjata baru tersebut, kelebihan dan kelamahan bisa
diperlihatkan dengan jelas sebagai informasi berharga untuk pengembangan lebih
157
“Suriah jadi debut jet tempur terbaru Rusia” dalam,
http://international.sindonews.com/read/1081829/41/suriah-jadi-debut-jet-tempur-terbarurusia-1454314698. Diakses 29 Mei 2016
158
“sisi lain perang Suriah ajan uji coba senjata baru Rusia” dalam,
http://www.kompasiana.com/kasamago/sisi-lain-perang-suriah-ajang-uji-coba-senjata-barurusia_552c11116ea834803a8b45b0. 29 Mei 2016
131
lanjut. Tentu saja, bila senjata baru Rusia ini memanen sukses besar di Suriah,
maka otomatis mengangkat nama senjata-senjata rusia tersebut yang berimplikasi
kuat di sektor bisnis penjualan senjata. Sukses di medan perang (battle Proven)
akan semakin meningkatkan kepercayaan calon pembeli senjata untuk membeli
senjata tersebut. Title Battle Proven merupakan jaminan kuat bagi senjata tersebut
untuk laku di pasaran, Seperti pepatah lama, tak ada bantuan yang sepenuhnya
gratis, mungkin ini juga ditengah dimainkan Rusia dalam konflik Suriah.159
Jika sebelumnya Amerika Serikat dan Rusia selalu di kubu yang
berseberangan, kini kedua negara tersebut, meski tak bertemu secara fisik di
medan perang, namun saling memamerkan teknologi persenjataannya di Suriah.
Inilah yang sebuat Proxy War atau perang proksi. Suriah menjadi lokasi
pertempuran,
di
mana
AS
dan
Rusia
saling
memamerkan
teknologi
persenjataannya di Suriah. Di Suriah, AS dan Rusia tidak bertemu, tapi kedua
negara adidaya itu mempertemukan teknologinya masing-masing.160
b. Konflik Suriah Dijadikan Ajang Pembuktian Kekuatan
Keberhasilan strategi presiden Rusia, Vladimir Putin dalam intervensi
militer di Suriah ini diakui dalam assessment yang dibuat pemerintah di
Washington. “Tidak perlu diragukan lagi, posisi presiden Suriah, Bashar al Assad
kini lebih aman dibanding sebelumnya”, ujar seorang petinggi di Pentagon kepada
KB Reuters. Juga posisi tawar menawar Rusia di meja perundingan internasional
159
Ibid.,
“pamer senjata As Rusia perang proxy di suriah” dalam,
https://www.islampos.com/mustafa-nahrawardaya-pamer-senjata-as-rusia-perang-proxy-disuriah-221193/. Diakses 29 Mei 2016
160
132
terkait konflik Suriah langsung melambung. Kini tidak mungkin ada solusi damai
tanpa keterlibatan Moskow. 161
Presiden Putin sebelummnya menegaskan, intervensi militer Rusia di
Suriah memang bertujuan mengokohkan pemerintahan Assad dan membantunya
memerangi Islamic State-ISIS. Sementara negara barat menuding serangan udara
Rusia terutama ditujukan ke posisi pemberontak moderat. Salah satu grup yang
diklaim moderat adalah Front Al-Nusra yang sempalan Al Qaida. Lima pejabat
tinggi pemerintah Amerika yang diwawancarai Reuters, secara senada juga
mengakui sukses strategi Putin di Suriah. “Secara umum misi Rusia di Suriah
sukses, dan ongkos perang relatif rendah”. 162
Amerika Serikat dan aliansinya yang telah melakukan intervensi militer
lebih dari tiga tahun, tidak berhasil mengubah perimbangan kekuatan di negara
yang dicabik perang saudara sejak lebih dari empat tahun itu. Ironisnya, justru
kekuatan dan kawasan yang bisa direbut Islamic State – ISIS di Suriah dan Irak
makin kokoh dan meluas.163
Sebuah
laporan
Pentagon
Amerika
Serikat
(AS)
mengungkap
kekhawatiran Washington atas manuver-manuver mematikan armada militer
Kremlin dalam memerangi ISIS di Suriah. Padahal, AS sempat meremehkan
kemampun militer Rusia sejak akhir Perang Dingin. Laporan itu disusun George
161
“Rusia demonstrasi perang aktif di Suriah” dalam, http://www.dw.com/id/rusiademonstrasikan-perang-efektif-di-suriah/a-18946744 diakses 29 Mei 2016
162
Ibid.,
163
Ibid.,
133
Fedoroff, pejabat ahli intelijen Angkatan Laut AS pemantau militer Rusia dengan
judul; “The Russian Navy: A Historic Transition”.164
AS merasa “baru terbangun” melihat kekuatan Angkatan Laut Rusia
terkini saat unjuk kekuatan di Suriah. militer Rusia meluncurkan rudal-rudal
jelajahKaliber-M dari kapal perang yang ditempatkan di Laut Kaspia. Rudal yang
melesatlebih dari 1.500 mil dan melewati langit Irak dan Iran sebelum akhirnya
menggempur basis teror di Suriah telah dipantau AS. Para pejabat AS saat itu
sempat menuduh, beberapa rudal jelajah Rusia itu menyasar ke Iran. Namun
tuduhan itu disangkal baik oleh Moskow maupun Teheran.165
Dalam laporannya, Fedoroff mencatat armada militer musuh AS dalam
Perang Dingin itu tumbuh, di mana Kremlin memiliki banyak kapal perang dan
kapal selam, yang saat ini berjumlah 186 kapal. Dia juga memantau persenjataan
Angkatan Laut Rusia yang patut dipertimbangkan AS. Fedoroff mengakui bahwa
AS telah
meremehkan
kemampuan
militer
Rusia
sejak
akhir
Perang
Dingin. Namun, sekarang, untuk pertama kalinya dalam 24 tahun, Pentagon mulai
memperhatikan kehebatan militer Moskow.166
Sejak tahun 2000, kondisi pemerintah dan ekonomi Rusia telah stabil,
telah ada upaya yang terfokus dan didanai untuk merevitalisasi militer
Rusia, termasuk
angkatan
lautnya,”
lanjut
laporan
Fedorrof,
seperti
dilansir Sputnik. Fedoroff juga mencatat manuver rudal jelajah Kalibr Rusia
sebagai tanda meningkatnya kekuatan angkatan laut Rusia.”(Rudal) Kalibr
164
“Amerika mulai takut dengan kekuatan militer Rusia” dalam,
http://www.lintasnasional.com/2015/12/29/amerika-mulai-takut-dengan-kekuatan-militerrusia/. Diakses 30 Mei 2016
165
Ibid.,
166
Ibid.,
134
memberikanplatform sederhana, seperti korvet, dengan kemampuan ofensif yang
signifikan
dan
dengan
menggunakan
rudal
serangan
darat,
semua platform memiliki kemampuan yang signifikan untuk membuat target tetap
jauh berisiko,” imbuh laporan itu.167
Pesawat-pesawat jet tempur Rusia yang menghujani Suriah dengan bombom dahsyat dinilai menjadi pukulan semacam “bom” psikologis bagi Amerika
Serikat (AS). Demikian analisis kolomnis terkemuka Rusia, Vladimir Soloviev.
Menurutnya, dalam sebulan terakhir, opini publik dunia beralih dari menonton
video propaganda kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ke agresi militer
Kremlin di Suriah yang sudah membuat AS dan sekutunya kesal. Soloviev
melanjutkan, waktu untuk diskusi tentang teroris berjenggot telah lewat. Sekarang
semua orang berbicara tentang aksi pilot-pilot Rusia. Menurutnya, Washington
mau tidak mau harus menyaksikan “pahlawan” baru di Suriah dalam memerangi
kelompok teror.168
Analisis Soloviev bukan sekadar argumen pribadi. Dia mengutip
pengakuan Komandan Pasukan Angkatan Darat di Eropa, Jenderal Ben Hodges,
yang terkejut dengan kemampuan Moskow menyebarkan tentaranya di kawasan
Timur Tengah dalam waktu yang sangat singkat. “Ia bingung dengan hal ini,”
tulis Soloviev dalam sebuah kolom yang dikutip Sputnik, Senin (26/10/2015).
Soloviev juga mengutip analisis pemberitaan wartawan Italia yang pernah
membuat laporan kehebatan agresi Rusia di Suriah. ”Rusia terlalu kuat,” judul
167
Ibid.,
“hujan bos Rusia di Suriah jadi pukulan psikologis bagi As”dalam,
http://international.sindonews.com/read/1056133/41/hujan-bom-rusia-di-suriah-jadi-pukulanpsikologis-bagi-as-1445822892 diakses 30 Mei 2016
168
135
laporan itu. ”Ledakan bom Rusia di Suriah telah memukul Amerika dengan
gelombang ledakan. Ini semacam ‘bom psikologis”, kata Soloviev. Intervensi
militer Rusia di Suriah, kata dia, telah mematahkan citra AS di panggung dunia.
Terlebih, Rusia telah mengusulkan Pemilu sebagai solusi untuk mengakhiri krisis
Suriah.169
2. Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah
Sampai hari ini, Konflik di Suriah tidak lagi sekedar pertempuran antara
kubu pro atau anti presiden Assad, namun telah berubah menjadi konflik
sektarian.Konflik telah membawa kelompok Sunni sebagai mayoritas di negara itu
untuk melawan presiden Syiah Alawit. Isu Sunni-syiah kemudian cepat
berhembus dan menarik negara-negara tetangga dan kekuatan dunia ikut turun
tangan.Konflik berkepanjangan membuat Suriah terbagi menjadi empat wilayah
yang masing-masing dikontrol empat kekuatan. Empat kekuatan tersebut adalah
rezim Suriah, faksi-faksi oposisi Suriah, milisi Kurdi dan ISIS.Pemberontakan
Musim Semi Arab melawan penguasa otoriter Assad telah berkembang menjadi
perang proxy yang menjadi persaingan kekuatan regional dan dunia.Konflik
suriah begitu kompleksnya. Seakan semua aktor dunia bertemu di satu panggung.
Amat sulit menebak kesudahan konflik Suriah. Lebih-lebih melihat perimbangan
kekuatan kedua kubu yang sama-sama didukung raksasa Kekuatan dunia (AS dan
Rusia).Korban terus berjatuhan dan pengungsi makin tak pasti nasibnya.
Sebenarnya kita berharap pada badan dunia seperti PBB, namun pengalaman
selama ini berbicara bahwa badan dunia itu masih setengah-setengah dalam
bertindak.Saat ini Suriah dalam kondisi gencatan senjata yang ditengahi oleh
169
Ibid.,
136
Rusia dan Amerika Serikat, dimana hal itu mulai berlaku pada 27 Februari.
Gencatan senjata yang dicapai antara pemerintah Suriah dan puluhan kelompok
militan yang beroperasi di negara tersebut, tidak berlaku untuk kelompok teroris
Daesh dan front al-Nusra.Namun, merebaknya kekerasan baru di beberapa bagian
Suriah, khususnya di sekitar Aleppo, telah menjadikan gencatan senjata tersebut
compang-camping akibat adanya banyak pelanggaran dalam beberapa pekan
terakhir dan hal ini mempengaruhi pembicaraan damai terkait konflik
Suriah.Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, memperkirakan
bahwa lebih dari 500.000 orang telah tewas dalam konflik. Dan lebih dari
setengah dari populasi di Suriah juga telah mengungsi.170
Konflik di Suriah kini memasuki tahun kelima. Jumlah korban semakin
meningkat, hingga mendekati 500.000 korban jiwa. Bagi rakyat Suriah,
pengeboman, pembunuhan dan penyiksaan adalah horor yang mereka hadapi
setiap hari.Suriah mengungkap sebuah fakta tentang ketidakberdayaan Dewan
Keamanan PBB di era rivalitas yang tajam hari ini. Karena di Suriah, sistem di
PBB bekerja, tapi tidak untuk rakyat Suriah.Apa yang terungkap dari konflik di
Suriah tentang PBB adalah bahwa sistem tersebut “tidak bermoral”, bahkan saat ia
“berfungsi” sekalipun. Ia dipasang untuk menjalankan kepentingan great powersdan mengurangi kemungkinan terjadinya perang di antara mereka. Sistem tersebut
memberikan sebuah tatanan dasar. Tapi, tatanan tersebut jauh dari keadilansebagaimana yang kita lihat di Suriah, dan gagal untuk menghadirkan
perdamaian.Banyak yang terkejut dengan meningkatnya eskalasi kekerasan yang
terjadi di sana. Namun, sejatinya hal yang paling mengejutkan adalah semua
170
https://arrahmahnews.com/2016/06/28/keamanan-iran-kunjungi-rusia-bahas-krisis-suriah/
137
orang terkejut dengan kegagalan PBB tersebut. PBB adalah organisasi yang cacat
yang tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ia nyatakan, apalagi
memenuhi kebutuhan dan harapan berbagai pihak yang tertindas dan mengalami
penderitaan di seluruh dunia—yang menjadikan PBB sebagai harapan terakhir
mereka.Setelah berulangkali mengeluarkan resolusi untuk mengatasi konflik di
Suriah, dengan nilai F yang mereka dapatkan, PBB mengeluarkan Plan of Action
to Prevent Violent Extremism.171
Mereka menganggap kelompok radikal Islam sebagai ancaman terbesar
bagi tatanan dunia dan nilai-nilai Barat. Untuk melawannya, segala upaya pun
dilakukan, mulai dari serangan darat, serangan udara, pembunuhan, penyiksaan,
penahanan secara masif, hingga sanksi ekonomi. Yang terbaru, mereka membuat
pendekatan lain yang diberi nama “Prevent Violent Extremism” untuk mencegah
tersebarnya paham-paham ekstrimisme. Langkah ini diambil karena program
deradikalisasi, yang mencoba untuk mengubah pikiran orang-orang yang sudah
radikal, dinilai tidak efektif.Globalisasi program PVE ini tidak lepas dari usaha
pemerintah AS sebagai penggerak utamanya. Plan of Action memberikan lebih
dari 70 rekomendasi kepada seluruh negara anggota dan juga sistem PBB untuk
mencegah penyebaran ekstremisme kekerasan. PBB juga merekomendasikan
negara anggotanya untuk mengadopsi inisiatif yang ada dalam plan of
action tersebut yang berfokus pada tujuh area kunci untuk menangkal violent
extremism, yaitu:
Dialog dan Pencegahan Konflik
Menguatkan Good Governance, HAM, dan Aturan Hukum
171
https://www.arrahmah.com/rubrik/narasi-tunggal-pbb-gagal-di-suriah-pbb-membuat-preventviolent-extremism.html
138
Pelibatan Komunitas
Penguatan Pemuda
Persamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Pendidikan, Pengembangan Skill, dan Kemudahan Lapangan Kerja
Komunikasi Strategis, Internet, dan Media Sosial
Plan of action tersebut bukan tanpa kritikan, banyak lubang cacat di sana yang
membuat sejumlah akademisi memberikan catatan dan kritikan.
Pertama, tidak mendefinisikan apa itu violent extremism, bahkan PBB
menyerahkan definisi tersebut pada negara masing-masing yang berpotensi
disalahgunakan untuk melakukan represinya atas rakyatnya.
Kedua, tidak mampu memberi bukti yang meyakinkan tentang penyebab violent
extremism.
Tidak
banyak
bukti
yang
mendukung
penyebab violent
extremism yang diklaim oleh Plan of Action. Plan of Action sendiri menjelaskan
bahwa tidak ada konsensus di antara para ahli tentang “apa yang
menyebabkan violent extremism” dan tidak ada bukti kuantitatif tentang apa yang
menyebabkan seseorang menjadi ektrimis atau teradikalisasi. Tentu saja,
konsensus ini akan makin sulit dicapai jika definisi saja tidak jelas.172
Ketiga, PVE memiliki dampak menyeluruh, di mana ia bisa memasukkan
kepentingan yang legal di bawah bendera “menekan violent extremism“. Plan of
Action tidak mendasarkan konsep violent extremism pada hukum internasional.
Tidak jelas, apakah seluruh aksi violent extremism bisa dianggap melanggar
hukum, terutama yang terjadi di saat konflik. Namun di saat yang sama, Plan of
Action berusaha menampakkan diri menghormati hukum internasional sebagai
jalan utama untuk menghentikan momokviolent extremism.
172
.,Ibid
139
Keempat, jika PVE gagal, biaya politik dan keamanannya tidaklah nol. Jika Plan
of Action diimplementasikan, sebagaimana harapan Sekjen PBB, maka seluruh
negara di dunia akan memiliki National Plan of Action tentang PVE. Negara akan
mengerahkan sumber dayanya untuk usaha ini. Mereka akan membuat hukum
baru. Mereka akan mengubah ke mana dana pembangunan dan bantuan akan
diinvestasikan. Para pejabat mereka akan terus menyorot komunitas, kelompok
etnis, atau kelompok agama yang “rentan” terhadap terorisme. Komunitas tersebut
akan terus diawasi atas nama PVE. Negara akan meningkatkan usaha untuk
membuat orang “lebih moderat”, atau mengajari mereka bahwa ‘teks-teks agama
mereka mempunyai tafsir yang lain dari yang mereka yakini’.
Karenanya, PVE berpotensi menciptakan para violent extremist sebanyak
yang berhasil mereka cegah. Ada potensi pukulan balik di sini, dan hal ini harus
dipandang serius dalam lingkungan geopolitik saat ini.Represi yang timbul dari
inisiatif tersebut tidaklah mengejutkan. Akar dari semua itu terdapat pada cacat
semantik dan konseptual yang melekat di dalamnya. Strategi tersebut didasarkan
pada “pemahaman yang simplistik dari proses [radikalisasi] sebagai sebuah jalur
pasti kepada violent extremism dengan tanda yang bisa diidentifikasi sepanjang
jalur tersebut.” Dalam teori tersebut, jika seseorang berpikiran radikal, pada
ujungnya otomatis dia akan menjadi seorang teroris. Padahal, meski sudah banyak
dilakukan riset dengan dana yang sangat besar, “tidak ada data statistik yang
otoritatif tentang jalur yang membawa seseorang menjadi radikal.”Di atas kertas,
hampir semua strategi untuk melawan ekstremisme kekerasan bersifat generik.
Namun, dalam praktiknya, mereka cenderung menargetkan kelompok tertentu
yang dicap paling ‘beresiko’ tertarik pada ekstremisme kekerasan. Pendekatan
140
semacam ini bisa sangat diskriminatif dan memberikan stigma berbagai kelompok
minoritas, etnis, agama atau adat tertentu. Inti strategi ini adalah persepsi bahwa
untuk mencegah terorisme, yang mereka lihat sebagai ancaman terbesar di era ini,
mereka harus mencegah Muslim yang ‘rentan’ dari teradikalisasi oleh
ekstremisme kekerasan. Mereka menganggap ideologi sebagai akar dari terorisme.
Strategi Prevent menganggap keyakinan Islam sebagai masalah.PVE adalah
program yang dimotivasi oleh politik, bukan strategi kontraterorisme. Dan alasan
kenapa ia berhasil diterapkan adalah sebagian umat Islam dengan mudah
menerima narasi tunggal yang disetir oleh Barat yang berlaku dalam “perang
melawan teror”. Narasi yang digunakan terkait dengan kekerasan politik,
ekstremisme, radikalisasi, dan persoalan Islam/Muslim sangat dipengaruhi
oleh think tanks AS dan Inggris serta kelompok kebijakan mereka, yaitu bersifat
ideologis dan politis.Hasilnya adalah sebuah kebijakan yang tidak lagi tentang
pencegahan kekerasan yang termotivasi oleh politik—yang disebabkan oleh
dukungan Barat pada pemerintah yang zalim dan penindasan yang mereka
lakukan pada dunia Islam, bukan ideologi—tapi lebih kepada kebijakan untuk
mengalahkan ideologi Islam itu sendiri, dengan hanya menerima Islam yang
bersahabat bagi nilai-nilai Barat.Dengan program PVE-nya, Barat berusaha
mendefinisikan ulang Islam. Meski dalam retorikanya ingin perdamaian dan
persatuan, realitanya mereka justru berusaha memecah belah Islam dengan
membuat pengelompokan: Islam moderat dan Islam ekstrim. Padahal, “Islam
adalah Islam, dan akan selalu demikian hingga hari kiamat.”173
173
.,Ibid
141
Aspek iklim keamanan secara sosial keadaan Suriah dibentuk dalam sebuah
model perdamaian yang berkelanjutan pemahaman pertama kedua kondisi praperang negara dan karakteristik utama dari konflik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada unsur sektarian perang. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan,
menyatakan bahwa untuk menghindari satu ukuran cocok untuk semua formula
dan impor model asing, dan, sebaliknya, mendasarkan dukungan kami pada
penilaian nasional, partisipasi nasional dan kebutuhan nasional dan aspirasi174.
Penyebab dan unsur utama konflik diuraikan, oleh karena itu, akan sebuah
pembagian kekuasaan. Model diusulkan dan aplikasi potensinya dalam konteks
spesifik perang sipil Suriah dieksplorasi.
Gangguan dari masyarakat internasional dalam konflik Suriah sekaligus
sebuah kutukan dan berkat. Keterlibatan pemain internasional yang signifikan
untuk menyelesaikan konflik, aktor-aktor eksternal harus berperan dalam
perdamaian internasional. Resolusi sulit dicapai tanpa keterlibatan pihak
internasional yang relevan dalam "konflik dengan sangat berbahaya pendukung
eksternal dan kuasanya. Pada saat yang sama waktu, ketidakstabilan sedangkan
bahaya gangguan eksternal menciptakan lebih besar adalah masalah yang sedang
berlangsung di Suriah, keterlibatan luar umumnya dianggap penting dalam transisi
dari konflik sipil dari perang untuk perdamaian.
Keterlibatan partai politik turut berperan langkah untuk mengamati
perlucutan senjata dan proses demobilisasi, diyakini bahwa pihak yang bertikai
berkomitmen untuk perdamaian lebih mudah175
174
Groarke.(2016).Mission Impossible :Exploring The Viability of Power –Sharing as a Conflict
Resolution Tool in Syria.Internatioanl Journal of Conflict Management
175
Ranft, F. (2014), “Understanding the resolution of civil wars with power-sharing peace
agreements”, PSS-ISA Joint International Conference, Corvinus University, Budapest, 21 June
142
Pada saat tidak ada pemerintahan yang sah dan tidak ada lembaga hukum
yang ada untuk menegakkan kontrak, yang diminta untuk demobilisasi, melucuti,
dan melepaskan kekuatan militer mereka dan mempersiapkan diri untuk
perdamaian. Negosiasi gagal karena lawan perang sipil tidak bias kredibel berjanji
untuk mematuhi ketentuan yang berbahaya tersebut. Hanya ketika penegak hukum
di luar langkah untuk menjamin hal melakukan komitmen untuk melucuti dan
berbagi kekuasaan politik menjadi dipercaya 176.
Hanya kemudian kerjasama tidak menjadi mungkin. Oleh karena itu,
kehadiran pihak ketiga adalah batas untuk spoiler potensi perdamaian, karena
biaya untuk melanjutkan peningkatan konflik dan menyebabkan lebih kuat
kepercayaan komitmen semua pihak untuk proses perdamaian. Dalam pengaturan
pasca-konflik di masa depan di Suriah, bentuk lain dari intervensi eksternal juga
akan menjadi vital. Situasi ekonomi negara mengerikan dan setiap masa restabilisasi negara akan menuntut bantuan dari luar utama, sebaiknya dalam bentuk
dukungan dari PBB atau masyarakat internasional lainnya177.
176
Walter, B. (1997), “The critical barrier to civil war settlement”, International Organization, Vol.
51 No. 3, pp. 335-354
177
Ibid
143
BAB V
KESIMPULAN
Konflik yang terjadi di Suriah saat ini disebut-sebut tak bisa dilepaskan
dari apa yang dikenal dengan Arab Spring, yaitu merujuk pada sebuah fenomena
merebaknya revolusi demokrasi di dunia Arab. Munculnya kelompok militan ISIS
yang berpotensi merusak stabilitas keamanan dunia dan menjadi tragedi besar
kejahatan kemanusiaan menjadikan konflik di Suriah telah menjadi ancaman bagi
keamanan internasional. Dengan demikian terkait adanya intervensi Amerika
Serikat dan Rusia sekaligus memberikan pengaruh kontestasi dua negara adidaya
terhadap stabilitas keamanan ditengah konflik Suriah, dari pembahasan bab-bab
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. ISIS dianggap tidak serius memerangi pemerintah Suriah, Laporan HIS
jane’s Terorrism and insurgencycenter (JTIC) 2014 melaporkan, 64% serangan
militer isis diarahkan kepada kelompok-kelompok bersenjata non-pemerintah dan
hanya 13% yang menargetkan angkatan militer Suriah. namun yang paling banyak
disorot adalah ISIS, komentar-komentar AS dan Rusia di media-media
kebanyakan membesar-besarkan ancaman ISIS, padahal bukan hanya ISIS yang
seharusnya menjadi ancaman. Keberadaan ISIS di Suriah pun menimbulkan
kontroversi ditengah-tengah kelompok-kelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung
menghambat perjuangan melawan rezim Assad sehingga ada kesimpulan yang
muncul bahwa ISIS adalah bagiandari proyek AS di Timur Tengah.
2. Hubungan Rusia dan Suriah merupakan hubungan lama yang dijalin
kembali, hubungan tersebut sudah ada bahkan pada saat Rusia masih berbentuk
144
Uni Soviet dan Suriah masih belum menjadi sebuah negara yang diakui oleh dunia
internasional dan PBB pada 17 April 1946 Pada sejarahnya, Rusia meletakkan
Byzantyne Armydi Suriah pada abad ke 10 dan 11, dan setelah perjanjian Carlovit
dengan Ottoman empire pada 1699 semakin banyak para pendatang Rusia yang
mengunjungi Suriah dalam perjalanan mereka ke Palestina dengan berbagai tujuan
yang ada, Rusia masih memandang Timur Tengah sebagai kawasan yang cukup
strategis dalam politik internasional untuk mencapai kepentingan nasionalnya.
Selain itu Suriah menjadi jalan bagi Rusia untuk mengambil keuntungan menjadi
negara yang berpengaruh mengingat kawasan Timur Tengah merupakan kawasan
shatterbelt. Shatterbelt merujuk terhadap kawasan geografis dengan dua kondisi
yaitu, didalamnya benyak terjadi konflik lokal dengan atau antara Negara-negara
kawasan tersebut, dan terdapat keterlibatan beberapa actor major power yang
berasal dari luar kawasan yaitu Amerika untuk menaruh pengaruhnya di Timur
Tengah. Hal ini yang menjadikan ambisi politik Rusia di Timur Tengah
mengingat masih adanya rivalitas antar Rusia dan Amerika. hadirnya Amerika
Serikat dalam konflik Suriah sendiri di dalam posisi membingungkan, di dalam
melihat rezim Bashar al Assad, Amerika Serikat mempunyai dilema yang tidak
dimiliki oleh Iran. Bashar al Assad, seorang kepala negara dinasti Syiah Alawite
yang lama memimpin Suriah yang mayoritas Islam, disebut oleh dunia
internasional sebagai rezim yang keji sehingga Amerika Serikat tidak mungkin
membelanya. Semangat Barat untuk menginvasi suriah dilandasi salah satunya
oleh faktor Ekonomi, suplai minyak dari kawasan timur tengah merupakan suatu
faktor penting bagi kestabilan perekonomian Amerika Serikat dan sekutunya,
apalagi Assad anti barat dan condong pada Rusia dan China yang selalu berbeda
145
kepentingan dengan Amerika. Sejak 2009. Alasan politis yang berkaitan dengan
dukungan AS atas oposisi guna meruntuhkan pemerintahan Basyar diantaranya:
a. runtuhnya Basyar Asad akan memperkokoh posisi Israel.
b. kedekatan Suriah dengan Hizbullah dan Hamas sangat membahayakan
keamanan Israel.
c. jatuhnya Basyar Asad akan merubah konstalasi kekuatan politik di Suriah
3. Tantangan dan Kesulitan AS-Rusia Dalam Memerangi ISIS adalah
Kuatnya Kemampuan Militer ISIS.
Setahun setelah deklarasi pembentukan kekhalifahan ISIS oleh Abu Bakr alBaghdadi, kelompok tersebut masih kuat, walaupun sudah diserang berulang kali
oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, ISIS malah menunjukkan ketahanan
yang mengejutkan dan tampil lebih kuat. Sebuah kajian yang mengupas strategi
militer ISIS mencoba menjelaskan alasan mengapa kelompok itu begitu kokoh
dalah konsep “Bertahan dan Berkembang”. Dengan mempraktikkan teori itu, ISIS
dapat bertahan di lokasi yang dianggap menjadi markas mereka, Raqqa di Suriah
dan Mosul di Irak. Bulan lalu, lokasi pertahanan ISIS melebar ke Ramadi, ibu
kota Provinsi Anbar di Irak, serta Kota Palmyra di Suriah. Selain memiliki strategi
global, ISIS juga menerapkan taktik tempur yang spesifik. Di Irak dan Suriah,
taktik penggunaan bom mobil atau Vehicle Borne Improvised Explosive
Devices (VBIEDS) terbukti menjadi senjata perang yang sukses. Bom semacam
itu dipasang di mobil Hummer AS yang dirampas dari militer Irak.Wilayahwilayah perkotaan yang lebih kecil diserbu menggunakan “manuver jepit” dengan
menempatkan bom mobil di kedua sisinya, disusul militan-militan yang
146
menggunakan rompi bunuh diri lalu diikuti prajurit dan kendaraan-kendaraan
yang dilengkapi persenjataan.
Kota-kota besar dikuasai dengan metode gabungan antara infiltrasi,
khususnya melalui komunitas Sunni yang terpinggirkan di Irak, dan "Strategi
Belt" atau sabuk. Dengan strategi itu awalnya kota-kota dan pedesaan yang di
sekitar pusat kota besar dikuasai terlebih dahulu, dan menutup jalanan. Taktik itu
memerlukan mobilitas tingkat tinggi, organisasi yang efisien, serta pasokan
amunisi dan air yang banyak. Dengan demikian jumlah anggota ISIS yang sedikit
bisa menghadapi pasukan dalam jumlah besar sementara anggota ISIS lainnya
menyerang sebuah kota, pangkalan militer atau lokasi strategis lainnya seperti
sebuah bendungan atau kilang minyak. belum ada kesepakatan mengenai ukuran
pasti kekuatan militer gerombolan itu. Akan tetapi Laman Wikipedia menyitir
sejumlah sumber demi menuliskan jumlah pasukan ISIS di Irak dan Suriah: klaim
dari pejuang suku Kurdi (200.000 orang), informasi militer Rusia (70.000 orang),
pengakuan para mujahid (100.000 orang), dan data dinas intelijen Amerika
Serikat atau CIA (20.000 - 30.000 orang). Colin Clarke, ilmuwan politik madya
dari Rand Corporation, spesialis urusan pemberontakan dan terorisme lintas
negara, menaksir jumlah pejuang ISIS mencapai 10.000 orang.
Besarnya kapasitas militer ISIS kemungkinan besar terwujud berkat
kecakapan mereka mendanai gerakannya. ISIS menggalang kebanyakan dana
secara solo lewat pembajakan kendaraan, perampokan bank, pemerasan, dan
penculikan dengan tuntutan tebusan. Taksiran uang yang ditangguk ISIS per
harinya berkisar USD1 juta, atau bahkan USD25 juta - USD30 juta per tahun.
147
Bahkan, ada pula pihak yang memproyeksikan bahwa jumlah dana harian yang
berhasil dikumpulkan mencapai USD2 juta hingga USD4 juta.
Pengaruh kontestasi As-Rusia Terhadap Stabilitas Keamanan di Suriah
dinyatakan oleh Andrew Foxall dari kelompok think thank Henry Jackson Society
yang memperingatkan, serangan koalisi AS yakni NATO dan Rusia di Suriah bisa
menjadi bencana tak terbayangkan jika suatu saat bersinggungan. Kedua kekuatan
dunia itu, bahkan bisa terlibat Perang Dunia III di Suriah. AS menuduh serangan
Rusia mengenai pasukan pemberontak Suriah yang dilatih AS. Sebaliknya, Rusia
mengejak koalisi AS yang sudah setahun menyerang kelompok Negara Islam Irak
dan Suriah (ISIS) tapi tidak begitu terlihat hasilnya. konflik di Suriah telah
berubah menjadi konflik sektarian.Konflik telah membawa kelompok Sunni
sebagai mayoritas di negara itu untuk melawan presiden Syiah Alawit. Isu Sunnisyiah kemudian cepat berhembus dan menarik negara-negara tetangga dan
kekuatan dunia ikut turun tangan.Konflik berkepanjangan membuat Suriah terbagi
menjadi empat wilayah yang masing-masing dikontrol empat kekuatan. Empat
kekuatan tersebut adalah rezim Suriah, faksi-faksi oposisi Suriah, milisi Kurdi dan
ISIS.Pemberontakan Musim Semi Arab melawan penguasa otoriter Assad telah
berkembang menjadi perang proxy yang menjadi persaingan kekuatan regional
dan dunia.Konflik suriah begitu kompleksnya. Seakan semua aktor dunia bertemu
di satu panggung. Amat sulit menebak kesudahan konflik Suriah. Lebih-lebih
melihat perimbangan kekuatan kedua kubu yang sama-sama didukung raksasa
Kekuatan dunia (AS dan Rusia).Korban terus berjatuhan dan pengungsi makin tak
pasti nasibnya. Sebenarnya kita berharap pada badan dunia seperti PBB, namun
pengalaman selama ini berbicara bahwa badan dunia itu masih setengah-setengah
148
dalam bertindak.Saat ini Suriah dalam kondisi gencatan senjata yang ditengahi
oleh Rusia dan Amerika Serikat, dimana hal itu mulai berlaku pada 27 Februari.
Gencatan senjata yang dicapai antara pemerintah Suriah dan puluhan kelompok
militan yang beroperasi di negara tersebut, tidak berlaku untuk kelompok teroris
Daesh dan front al-Nusra.Namun, merebaknya kekerasan baru di beberapa bagian
Suriah, khususnya di sekitar Aleppo, telah menjadikan gencatan senjata tersebut
compang-camping akibat adanya banyak pelanggaran dalam beberapa pekan
terakhir dan hal ini mempengaruhi pembicaraan damai terkait konflik
Suriah.Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, memperkirakan
bahwa lebih dari 500.000 orang telah tewas dalam konflik. Dan lebih dari
setengah dari populasi di Suriah juga telah mengungsi.
Konflik di Suriah kini memasuki tahun kelima. Jumlah korban semakin
meningkat, hingga mendekati 500.000 korban jiwa. Bagi rakyat Suriah,
pengeboman, pembunuhan dan penyiksaan adalah horor yang mereka hadapi
setiap hari.Suriah mengungkap sebuah fakta tentang ketidakberdayaan Dewan
Keamanan PBB di era rivalitas yang tajam hari ini. Karena di Suriah, sistem di
PBB bekerja, tapi tidak untuk rakyat Suriah.Apa yang terungkap dari konflik di
Suriah tentang PBB adalah bahwa sistem tersebut “tidak bermoral”, bahkan saat ia
“berfungsi” sekalipun. Ia dipasang untuk menjalankan kepentingan great powersdan mengurangi kemungkinan terjadinya perang di antara mereka. Sistem tersebut
memberikan sebuah tatanan dasar. Tapi, tatanan tersebut jauh dari keadilansebagaimana yang kita lihat di Suriah, dan gagal untuk menghadirkan
perdamaian.Banyak yang terkejut dengan meningkatnya eskalasi kekerasan yang
terjadi di sana. Namun, sejatinya hal yang paling mengejutkan adalah semua
149
orang terkejut dengan kegagalan PBB tersebut. PBB adalah organisasi yang cacat
yang tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ia nyatakan, apalagi
memenuhi kebutuhan dan harapan berbagai pihak yang tertindas dan mengalami
penderitaan di seluruh dunia-yang menjadikan PBB sebagai harapan terakhir
mereka.Setelah berulangkali mengeluarkan resolusi untuk mengatasi konflik di
Suriah, dengan nilai F yang mereka dapatkan, PBB mengeluarkan Plan of Action
to Prevent Violent Extremism.
Mereka menganggap kelompok radikal Islam sebagai ancaman terbesar
bagi tatanan dunia dan nilai-nilai Barat. Untuk melawannya, segala upaya pun
dilakukan, mulai dari serangan darat, serangan udara, pembunuhan, penyiksaan,
penahanan secara masif, hingga sanksi ekonomi. Yang terbaru, mereka membuat
pendekatan lain yang diberi nama “Prevent Violent Extremism” untuk mencegah
tersebarnya paham-paham ekstrimisme. Langkah ini diambil karena program
deradikalisasi, yang mencoba untuk mengubah pikiran orang-orang yang sudah
radikal, dinilai tidak efektif. Globalisasi program PVE ini tidak lepas dari usaha
pemerintah AS sebagai penggerak utamanya. Plan of Action memberikan lebih
dari 70 rekomendasi kepada seluruh negara anggota dan juga sistem PBB untuk
mencegah penyebaran ekstremisme kekerasan. PBB juga merekomendasikan
negara anggotanya untuk mengadopsi inisiatif yang ada dalam plan of
action tersebut yang berfokus pada tujuh area kunci untuk menangkal violent
extremism, yaitu:
Dialog dan Pencegahan Konflik
Menguatkan Good Governance, HAM, dan Aturan Hukum
Pelibatan Komunitas
Penguatan Pemuda
Persamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
150
Pendidikan, Pengembangan Skill, dan Kemudahan Lapangan Kerja
Komunikasi Strategis, Internet, dan Media Sosial
Plan of action tersebut bukan tanpa kritikan, banyak lubang cacat di sana yang
membuat sejumlah akademisi memberikan catatan dan kritikan.
Pertama, tidak mendefinisikan apa itu violent extremism, bahkan PBB
menyerahkan definisi tersebut pada negara masing-masing yang berpotensi
disalahgunakan untuk melakukan represinya atas rakyatnya.
Kedua, tidak mampu memberi bukti yang meyakinkan tentang penyebab violent
extremism.
Tidak
banyak
bukti
yang
mendukung
penyebab violent
extremism yang diklaim oleh Plan of Action. Plan of Action sendiri menjelaskan
bahwa tidak ada konsensus di antara para ahli tentang “apa yang
menyebabkan violent extremism” dan tidak ada bukti kuantitatif tentang apa yang
menyebabkan seseorang menjadi ektrimis atau teradikalisasi. Tentu saja,
konsensus ini akan makin sulit dicapai jika definisi saja tidak jelas.
Ketiga, PVE memiliki dampak menyeluruh, di mana ia bisa memasukkan
kepentingan yang legal di bawah bendera “menekan violent extremism“. Plan of
Action tidak mendasarkan konsep violent extremism pada hukum internasional.
Tidak jelas, apakah seluruh aksi violent extremism bisa dianggap melanggar
hukum, terutama yang terjadi di saat konflik. Namun di saat yang sama, Plan of
Action berusaha menampakkan diri menghormati hukum internasional sebagai
jalan utama untuk menghentikan momok violent extremism.
Keempat, jika PVE gagal, biaya politik dan keamanannya tidaklah nol. Jika Plan
of Action diimplementasikan, sebagaimana harapan Sekjen PBB, maka seluruh
151
negara di dunia akan memiliki National Plan of Action tentang PVE. Negara akan
mengerahkan sumber dayanya untuk usaha ini. Mereka akan membuat hukum
baru. Mereka akan mengubah ke mana dana pembangunan dan bantuan akan
diinvestasikan. Para pejabat mereka akan terus menyorot komunitas, kelompok
etnis, atau kelompok agama yang “rentan” terhadap terorisme. Komunitas tersebut
akan terus diawasi atas nama PVE. Negara akan meningkatkan usaha untuk
membuat orang “lebih moderat”, atau mengajari mereka bahwa ‘teks-teks agama
mereka mempunyai tafsir yang lain dari yang mereka yakini’.
Karenanya, PVE berpotensi menciptakan para violent extremist sebanyak
yang berhasil mereka cegah. Ada potensi pukulan balik di sini, dan hal ini harus
dipandang serius dalam lingkungan geopolitik saat ini.Represi yang timbul dari
inisiatif tersebut tidaklah mengejutkan. Akar dari semua itu terdapat pada cacat
semantik dan konseptual yang melekat di dalamnya. Strategi tersebut didasarkan
pada “pemahaman yang simplistik dari proses (radikalisasi) sebagai sebuah jalur
pasti kepada violent extremism dengan tanda yang bisa diidentifikasi sepanjang
jalur tersebut.” Dalam teori tersebut, jika seseorang berpikiran radikal, pada
ujungnya otomatis dia akan menjadi seorang teroris. Padahal, meski sudah banyak
dilakukan riset dengan dana yang sangat besar, “tidak ada data statistik yang
otoritatif tentang jalur yang membawa seseorang menjadi radikal.”Di atas kertas,
hampir semua strategi untuk melawan ekstremisme kekerasan bersifat generik.
Namun, dalam praktiknya, mereka cenderung menargetkan kelompok tertentu
yang dicap paling ‘beresiko’ tertarik pada ekstremisme kekerasan. Pendekatan
semacam ini bisa sangat diskriminatif dan memberikan stigma berbagai kelompok
minoritas, etnis, agama atau adat tertentu. Inti strategi ini adalah persepsi bahwa
152
untuk mencegah terorisme, yang mereka lihat sebagai ancaman terbesar di era ini,
mereka harus mencegah Muslim yang ‘rentan’ dari teradikalisasi oleh
ekstremisme kekerasan. Mereka menganggap ideologi sebagai akar dari terorisme.
Strategi Prevent menganggap keyakinan Islam sebagai masalah.PVE adalah
program yang dimotivasi oleh politik, bukan strategi kontraterorisme. Dan alasan
kenapa ia berhasil diterapkan adalah sebagian umat Islam dengan mudah
menerima narasi tunggal yang disetir oleh Barat yang berlaku dalam “perang
melawan teror”. Narasi yang digunakan terkait dengan kekerasan politik,
ekstremisme, radikalisasi, dan persoalan Islam/Muslim sangat dipengaruhi
oleh think tanks AS dan Inggris serta kelompok kebijakan mereka, yaitu bersifat
ideologis dan politis.Hasilnya adalah sebuah kebijakan yang tidak lagi tentang
pencegahan kekerasan yang termotivasi oleh politik—yang disebabkan oleh
dukungan Barat pada pemerintah yang zalim dan penindasan yang mereka
lakukan pada dunia Islam, bukan ideologi—tapi lebih kepada kebijakan untuk
mengalahkan ideologi Islam itu sendiri, dengan hanya menerima Islam yang
bersahabat bagi nilai-nilai Barat.Dengan program PVE-nya, Barat berusaha
mendefinisikan ulang Islam. Meski dalam retorikanya ingin perdamaian dan
persatuan, realitanya mereka justru berusaha memecah belah Islam dengan
membuat pengelompokan: Islam moderat dan Islam ekstrim. Padahal, “Islam
adalah Islam, dan akan selalu demikian hingga hari kiamat”.
Aspek iklim keamanan secara sosial keadaan Suriah dibentuk dalam sebuah
model perdamaian yang berkelanjutan pemahaman pertama kedua kondisi praperang negara dan karakteristik utama dari konflik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada unsur sektarian perang. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan,
153
menyatakan bahwa untuk menghindari satu ukuran cocok untuk semua formula
dan impor model asing, dan, sebaliknya, mendasarkan dukungan kami pada
penilaian nasional, partisipasi nasional dan kebutuhan nasional dan aspirasi.
Penyebab dan unsur utama konflik diuraikan, oleh karena itu, akan sebuah
pembagian kekuasaan. Model diusulkan dan aplikasi potensinya dalam konteks
spesifik perang sipil Suriah dieksplorasi.
Gangguan dari masyarakat internasional dalam konflik Suriah sekaligus
sebuah kutukan dan berkat. Keterlibatan pemain internasional yang signifikan
untuk menyelesaikan konflik, aktor-aktor eksternal harus berperan dalam
perdamaian internasional. Resolusi sulit dicapai tanpa keterlibatan pihak
internasional yang relevan dalam "konflik dengan sangat berbahaya pendukung
eksternal dan kuasanya. Pada saat yang sama waktu, ketidakstabilan sedangkan
bahaya gangguan eksternal menciptakan lebih besar adalah masalah yang sedang
berlangsung di Suriah, keterlibatan luar umumnya dianggap penting dalam transisi
dari konflik sipil dari perang untuk perdamaian.
Keterlibatan partai politik turut berperan langkah untuk mengamati
perlucutan senjata dan proses demobilisasi, diyakini bahwa pihak yang bertikai
berkomitmen untuk perdamaian lebih mudah Pada saat tidak ada pemerintahan
yang sah dan tidak ada lembaga hukum yang ada untuk menegakkan kontrak,
yang diminta untuk demobilisasi, melucuti, dan melepaskan kekuatan militer
mereka dan mempersiapkan diri untuk perdamaian. Negosiasi gagal karena lawan
perang sipil tidak bias kredibel berjanji untuk mematuhi ketentuan yang
berbahaya tersebut.
154
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sunaryono.2016.Pengantar Ilmu Politik: Kekuasaan Politik, diktat
kuliah, Jurusan Hubungan Internasional, UMY
Charles Mc. Clelland.1987.Ilmu Hubungan Internasional; Teori dan
System.Jakarta:Rajawali
Daniel J.Kauffman.1985. A Framework for Analyzing.Lexington: Lexington
Book.
Donald E. Nuechterlein.1976. National Interest and Foreign Policy: A
Conceptual Framework for Analysis and Decision-Making, British Journal
of International Studies.Vol.2, p.246-248
George lenczowski.1992. Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia.Bandung:Sinar
Algensindo
Groarke.(2016).Mission Impossible :Exploring The Viability of Power –Sharing
as a Conflict Resolution Tool in Syria.Internatioanl Journal of Conflict
Management
Harwanto Dahlan. 1995.Politik dan Pemerintahan Timur Tengah. Jogjakarta:
Diklat Kuliah UMY
Huala Adolf.2002.Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional.Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
J.G. Starke.1989.Pengantar Hukum Internasional I.Jakarta: Sinar Grafika.
Jujun S. Suriasumantri.1990.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:
Pustaka Sinar Rajawali
155
K. J. Holsti.1992. Politik Internasional Suatu Kernagka Analisis.Bandung:Bina
Cipta
K.J Holsti.2000.Politik Internasional Krangka Analisa
M.Agastya ABM.2003. Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh
Darah.Jogjakarta:IRCiSoD
Mochtar Kusumaatmadja.1983.Politik Luar Negeri Indonesia dan
Pelaksanaan.Bandung.
Ramlan Surbakti.2010.Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
Ranft, F. (2014), “Understanding the resolution of civil wars with power-sharing
peace agreements”, PSS-ISA Joint International Conference, Corvinus
University, Budapest, 21 June
Sidik Jatmika.2000.AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Standar Ganda
Amerika Serikat.Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Soerjono Soekanto.2009.Sosiologi: suatu pengantar.Jakarta: Rajawali Pers.
Ucep Yusup.2005. Sikap Suriah Terhadap Konflik IsraelPalestina.Bandung:Skripsi FISIP-HI UNPAS
Walter, B. (1997), “The critical barrier to civil war settlement”, International
Organization, Vol. 51 No. 3, pp. 335-354
Internet :
“Analisa terakhir mengenai konflik Suriah keterlibatan Rusia’ dalam,
https://www.academia.edu/17499834/Analisis_terakhir_mengenai_Konflik_
Suriah-Keterlibatan_Rusia. Diakses 10 Mei 2016
156
“As-Rusia tumpaslah ISIS ketimbang kerahkan militer di Suriah” dalam,
http://international.sindonews.com/read/1045133/42/as-rusia-tumpaslahisis-ketimbang-kerahkan-militer-di-suriah-1442370023 Diakses 22 Mei
2016
“Bantu keamanan di Timur Tengah Rusia ingin kerjasama dengan Israel” dalam,
http://international.sindonews.com/read/944584/41/bantu-keamanan-ditimur-tengah-rusia-ingin-kerjasama-dengan-israel-1420031173 Diakses 25
April 2016
“Kebijakan Amerika Serikat di Timur” dalam, http://pirhotnababan.blogspot.co.id/2009/01/kebijakan-amerika-serikat-di-timur.html.
Diakses 21 April 2016
“Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Krisis Politik Suriah Era
Barrack Obama”, dalam http://docplayer.info/108303-Kebijakan-luarnegeri-amerika-serikat-terhadap-krisis-politik-suriah-era-barackobama.html, diakses 21 April 2016.
“Kekuatan militer Amerika Serikat” dalam,
http://septianmulyana.blogspot.co.id/p/kekuatan-militer-amerikaserikat.html 29 April 2016
“Konflik Suriah siapa kawan siapa lawan dalam:
http://jakartagreater.com/konflik-suriah-siapa-kawan-siapa-lawan/ diakses
22 maret 2016
157
“Melihat Peristiwa Arab Spring”, dalam
http://hasbiaswar.blogspot.co.id/2014/04/melihat-peristiwa-arab-springdari.html, diakses 19 Maret 2016
“Membaca konflik Suriah” dalam http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom2/timur-tengah/669-membaca-konflik-suriah 13 april 2016
“PBB: Korban Tewas Perang Suriah Mencapai 191.000 Orang”, dalam
http://internasional.metrotvnews.com/read/2014/08/22/281351/pbb-korbantewas-perang-suriah-mencapai-191-000-orang, diakses 19 Maret 2016
“Sistem pemerintahan amerika serikat” dalam,
https://prezi.com/kol7rerymn0v/sistem-pemerintahan-amerika-serikat/
diakses 21 april 2016
“tembak jatuh jet su24 erdogan dicap pria gila pemicu perang dunia iii” dalam
http://international.sindonews.com/read/1064616/42/tembak-jatuh-jet-su-24rusia-erdogan-dicap-pria-gila-pemicu-pd-iii-1448506073diakses22 maret
2016
“World War Three could be just 30 SECONDS away as attacks on ISIS stepped
up”, Daily Mirror, London, 11 October 2015, dalam
http://www.mirror.co.uk/news/world-news/world-war-three-could-just6616199, diakses 22 maret 2016
Agil Maulana El Jibal, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Oposisi Suriah
(2011-2012)”, dalam http://agilleljibal.blogspot.co.id/2014/07/kepentinganamerika-serikat-mendukung.html, diakses 13 Mei 2016.
158
Amerika dan Rusia bersitegang di Suriah” dalam,
http://www.mustanir.com/2015/10/03/amerika-dan-rusia-bersitegang-disuriah/ diakses 29 Mei 2016
Amerika mulai takut dengan kekuatan militer Rusia” dalam,
http://www.lintasnasional.com/2015/12/29/amerika-mulai-takut-dengankekuatan-militer-rusia/. Diakses 30 Mei 2016
Apa yang sebenarnya terjadi di timur tengah” dalam:
http://jakartagreater.com/apa-yang-sebenarnya-terjadi-di-timur-tengah/
diakses 14 april 2016
Assad akui minta bantuan militer pada Rusia”, sindonews, Jakarta, 12 0ktober
2015, dalam http://international.sindonews.com/read/1049378/43/assadakui-minta-bantuan-militer-militer-kepada-rusia-1443620463,diakses 22
maret 2016
Bentuk dan sistem pemerintahan Rusia” dalam, http://www.demonkila.tk/bentukdan-sistem-pemerintahan-rusia-dem.xhtml Diakses 22 April 216
Daftar Kelompok Bersenjata Dalam Perang”, dalam http://www.retawon.com/2014/10/daftar-kelompok-bersenjata-dalam-perang.html, diakses
19 Maret 2016
Dinamika konflik Suriah” dalam
http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/2832/1/vjhi-04-072012-dinamika_konflik_suriah_dan.pdf Diakses 13 april 2016
159
Dua koalisi melawan ISIS bagaimana nasib Suriah selanjutnya” dalam,
http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isisbagaimana-nasib-suriah-selanjutnya_481927. diakses 25 Mei 2016
Dunia strategi ISIS” dalam,
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/06/150616_dunia_strategi_isis
Diakses 22 Mei 2016
Faktor latar belakang intervensi Rusia terhadap Suriah” dalam,
https://www.academia.edu/11897237/Faktor_latar_belakang_intervensi_rusi
a_terhadap_suriah Diakses 22 Mei 2016
Fenomena kebangkitan militer Rusia” dalam,
http://indonesiasatu.co/detail/fenomena-kebangkitan-militer-rusia. Diakses
29 April 2016
file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674introduction%20(2).pdf
file:///C:/Users/jangkat%20villa/Downloads/S1-2014-299674introduction%20(5).pdf
http://brainly.co.id/tugas/140113
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/, Op.Cit., hlm.1065
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/ct/wpcontent/uploads/2014/12/artikel%20%20(12-02-14-04-56-05).pdf, diakses
18 Mei 2016.
http://fatkurrohman.blogspot.co.id/2013/06/as-terjegal-di-suriah-olehfatkurrohman.html
160
http://indonesia.rbth.com/politics/2015/10/12/dua-koalisi-melawan-isisbagaimana-nasib-suriah-selanjutnya_481927
http://indonesia.rbth.com/politics/2015/12/11/lima-hal-kunci-dalam-kebijakanluar-negeri-rusia-di-2015_549567
http://jurnalkommas.com/docs/Jurnal%20Kom%20Vo%208%20No%202%20Juli
%202015.pdf#page=19
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318355-SZhahwa%20Chadijah%20Ramadhani.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368874-MK-Nikita%20Pranissa.pdf
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/436/1/102708FIRMANSYAH-FSH.PDF
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI%20RE
KTORAT.pdf?sequence=1
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=27&date=2015-11-16
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=78308
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30177/1/VICKY
%20FABIANSYAH-FISIP.pdf
https://arrahmahnews.com/2016/06/28/keamanan-iran-kunjungi-rusia-bahaskrisis-suriah/
https://teknooksigen.wordpress.com/2015/06/18/analisis-perang-rusia-vsamerika/comment-page-1
161
https://www.arrahmah.com/rubrik/narasi-tunggal-pbb-gagal-di-suriah-pbbmembuat-prevent-violent-extremism.html
Hujan bos Rusia di Suriah jadi pukulan psikologis bagi As”dalam,
http://international.sindonews.com/read/1056133/41/hujan-bom-rusia-disuriah-jadi-pukulan-psikologis-bagi-as-1445822892 diakses 30 Mei 2016
Ideologi-ideologi anti perbedaan dan ironi” dalam,
https://dipanugraha.org/2015/07/18/ideologi-ideologi-antiperbedaan-danironi/. Diakses 13 Mei 2016
Ideology Amerika dan dasar negaranya” dalam,
http://iecakhairunnisa.blogspot.co.id/2011/09/ideologi-amerika-dan-dasarnegaranya.html Diakses 13 Mei 2016
ISIS sulit ditumpas bisa-bisa kewalahan” dalam, http://indonesianreview.com/dsmuftie/isis-sulit-ditumpas-bisa-kewalahan. Diakses 22 Mei 2016
Isyu Syria, dalam http://www.kbridamaskus.go.id/isyue/syria.php, diakses 18 Mei
2016.
Kembalinya Rusia dalam rivalitas terhadap Amerika Serikat” dalam,
https://www.facebook.com/notes/bandung-school/hi-di-amerikakembalinya-russia-dalam-rivalitas-terhadap-amerikaserikat/10152803897218438 Diakses 25 April 2016
Koalisi internasional melawan ISIS” dalam,
http://morrisama.blogspot.co.id/2015/12/koalisi-internasional-melawan-isisdan.html. Diakses 25 Mei 2016
162
Konflik Suriah bisa picu perang dunia ketiga” dalam,
https://www.salafynews.com/konflik-suriah-bisa-picu-perang-duniaketiga.html. Diakses 27 Mei 2016
Konflik Suriah dan intervensi imperialis barat” dalam
http://www.berdikarionline.com/konflik-suriah-dan-intervensi-imperialisbarat/ Diakses 13 april 2016
Konflik Suriah kontestasi Amerika Rusia” dalam,
http://jakartagreater.com/konflik-suriah-kontestasi-amerika-rusia/. Diakses
25 Mei 2016
Makalah Konflik Suriah” dalam http://vianlouis.blogspot.co.id/2013/09/makalahkonflik-suriah.html diakses 13 april 2016
Makalah radikalisme islam” dalam
http://pakdhekeong.blogspot.co.id/2013/05/makalah-radikalisme-islam.html
diakses 13 april 2016
Makalah Sejarah Perang dingin” dalam,
https://bacaanmenarikku.com/2015/10/11/makalah-sejarah-perang-dingin/
Diakses 29 April 2016
Memahami arti jihad” dalam https://muslim.or.id/4041-memahami-arti-jihad.html
diakses 14 april 2016
Mengenal ISIS dan bahayanya” dalam, http://www.mohlimo.com/mengenal-isisdan-bahayanya/. diakses 10 Mei 2016
163
Mengenal sejarah terbentuknya Negara” http://pandri16.blogspot.co.id/2015/08/mengenal-sejarah-terbentuknya-negara.html
Diakses 13 april 2016
Mengenang Uni Soviet Negara nadikuasa yang telah binasa” dalam,
http://www.kompasiana.com/busroni/mengenang-uni-soviet-negara-adikuasa-yang-telah-binasa_551b3fb2a33311e621b65e0a. Diakses 25 April
2016
Munculnya radikalisme agama”http://www.kompasiana.com/nuninglistia/empatsekawan-pemicu-munculnya-radikalismeagama_5535ac486ea834bf1cda4308 diakses 14 april 2016
Pakar perselisihan as dan rusia hanya menguntungkan teroris” dalam,
http://indonesia.rbth.com/politics/2015/03/04/pakar_perselisihan_as_dan_ru
sia_hanya_menguntungkan_teroris_27019. Diakses 25 Mei 2016
Pamer senjata As Rusia perang proxy di suriah” dalam,
https://www.islampos.com/mustafa-nahrawardaya-pamer-senjata-as-rusiaperang-proxy-di-suriah-221193/. Diakses 29 Mei 2016
Parade militer Rusia pamer senjata yang digunaka di Suriah” dalam,
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160509180812-134129527/parade-militer-rusia-pamer-senjata-yang-digunakan-di-suriah/
Diakses 29 Mei 2016
Pendekatan dinamis Rusia terhadap Suriah” dalam:
http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/1006229-pendekatan-dinamisrusia-terhadap-suriah diakses 22 maret 2016
164
Pengertian jihad dalam islam” dalam:
http://pepitasngo.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-jihad-dalam-islam.html
14 april 2016
Politik pemerintahan Negara Amerika dalam,
http://sweetbucks.blogspot.co.id/2012/10/politik-pemerintahan-negaraamerika_16.html Diakses 21 april 2016
Resolusi Konflik” terdapat di
http://www.sicripps.ohio.edu/news/cmdd/artikelefhtm Diakses 27 maret
2016
Rusia dan As saling gertak di Suriah” dalam,
http://www.antaranews.com/berita/519551/rusia-dan-as-saling-gertak-disuriah Diakses 29 Mei 2016
Rusia demonstrasi perang aktif di Suriah” dalam, http://www.dw.com/id/rusiademonstrasikan-perang-efektif-di-suriah/a-18946744 diakses 29 Mei 2016
Rusia militer kekuatan nan Misterius” dalam,
http://www.binasyifa.com/779/48/26/rusia-militer-kekuatan-nanmisterius.htm diakses 29 April 2016
Seberapa besar kekuatan ISIS” dalam, https://beritagar.id/artikel/berita/seberapabesar-kekuatan-militer-isis. diakses 22 Mei 2016
Sejarah awal berdirinya negara Rusia” dalam,
http://kolomsejarahdunia.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-awal-berdirinyanegara-rusia.html Diakses 22 april 2016
165
Sejarah perang dunia 1” dalam, https://id.scribd.com/doc/111636286/SejarahPerang-Dunia-1 diakses 25 April 2016
Sejarah terjadinya perang dingin Amerika vs Uni Soviet. Dalam,
https://adekabang.wordpress.com/2011/05/24/sejarah-terjadinya-perangdingin-amerika-vs-uni-soviet/ Diakses 29 April 2016
Sisi lain perang Suriah ajan uji coba senjata baru Rusia” dalam,
http://www.kompasiana.com/kasamago/sisi-lain-perang-suriah-ajang-ujicoba-senjata-baru-rusia_552c11116ea834803a8b45b0. 29 Mei 2016
Sistem Politik dan Pemerintahan Amerika”, dalam
http://anaseducation.blogspot.co.id/2012/01/sistem-politik-danpemerintahan-amerika.html, diakses 21 april 2016
Sistem politik Rusia dan Perancis” dalam,
http://mabert91.blogspot.co.id/2010/12/sistem-politik-rusia-danperancis.html Diakses 22 April 2016
Suriah jadi debut jet tempur terbaru Rusia” dalam,
http://international.sindonews.com/read/1081829/41/suriah-jadi-debut-jettempur-terbaru-rusia-1454314698. Diakses 29 Mei 2016
Tafsiran ISIS atas Quran dan hadist menyimpang” dalam,
http://albalad.co/wawancara/2015A1154/tafsiran-isis-atas-quran-dan-hadismenyimpang/ Diakses 13 Mei 2016
Tentara pembebasan Suriah” dalam:
https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Pembebasan_Suriah diakses 14 april
2016
166
Timur Tengah Tak Lepas Dirundung Konflik, dalam
http://nasional.sindonews.com/read/983860/149/timur-tengah-tak-lepasdirundung-konflik1427856397, diakses 18 Mei 2016
Urgensi As Rusia reset relations bagi Amerika Serikat dalam,
https://mirfana.wordpress.com/2013/07/13/urgensi-u-s-russia-resetrelations-bagi-amerika-serikat/ Diakses 25 April 2016
Download