WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012 PERAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENINGKATAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA Diana Tambunan Akademi Sekretari dan Manajemen Bina Sarana Informatika Jl.Cileduk Raya no.168 Jakarta Selatan ,Indonesia [email protected] ABSTRACT Act 17 of 2003 states that to achieve transparency and accountability in public finance management is reporting that meets the government's financial accountability principles on time and prepared to follow government accounting standards generally accepted. In addition, the law also stipulates that the Central Government Financial Statements (Audited) audited by the State Audit Board must be submitted to the House no later than six (6) months after the end of the fiscal year in question. Opinion on the 2009-2011 Audited increased to Fair With Exceptions (Qualified), previously obtained during 2006-2008 Not Giving Opinions opinion (Disclaimer). Audit opinion LKKL progress shown by an increase in the number of ministries / agencies who obtain an unqualified opinion (WTP) is of the seven ministries / institutions in 2006 to 67 Ministries / Institutions in 2011. To increase the financial statements required opinion of competent human resources in the fields of accounting and financial management of the country. HR role is essential to ensure the quality of state audits. Therefore, it is necessary to increase financial sustainability HR competencies. Keywords: Central Government Financial Report, Financial Statements Ministries / Institutions, Audit Opinion, The Role of Human Resources I. PENDAHULUAN Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara diperlukan reformasi keuangan, sebagaimana diamanatkan pasal 30 ayat (1) UU nomor 17 Tahun 2003, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir serta sesuai pasal 55 ayat (4) UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan Presiden kepada BPK paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir untuk diperiksa. Pemerintah menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2011 dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. LKPP tahun 2011 telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II (PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual). LKPP Tahun 2011 ini disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN). Pada tahun 2005, pemerintah menyusun LKPP 2004 untuk menggantikan peranan Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dalam hal penyajiannya yaitu tidak hanya memuat laporan realisasi anggaran, tetapi juga dilengkapi dengan neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan pemerintah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Selanjutnya Kementerian Keuangan membuat suatu aplikasi yang disebut Sistem Akuntansi Instansi (SAI) untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan di instansi pemerintah. SAI terdiri dari dua subsistem yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). LKPP yang disusun merupakan hasil konsolidasi Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN). Penyajian LKPP selama kurun waktu tujuh tahun yaitu tahun 2005-2011 terus membaik yang terlihat dari meningkatnya opini pemeriksa kepada kementerian negara/ lembaga. Untuk dapat mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas tentunya harus didukung dengan tenaga-tenaga yang handal di 117 WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012 bidang keuangan. Kendala yang sering dihadapi adalah belum tersedianya tenagatenaga yang berkualitas, masih banyak sumber daya manusia (SDM) dengan kuantitas dan kapasitas di bawah standar. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) A. Pengertian SAPP Menurut Ditjen Perbendaharaan (2009:1) SAPP adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah pusat. SAPP memiliki 2 (dua) subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). SABUN menghasilkan LKPP dan SAI menghasilkan LKKL. SABUN dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Chief Financial Officer (CFO). SABUN memiliki 8 (delapan) subsistem yang meliputi : 1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) 2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah(SA-UP & H) 3. Sistem Akuntansi Instansi Pemerintah (SA-IP) 4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP) 5. Sistem Akuntansi Transfer Daerah (SATD) 6. Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lainnya (SA-BSBL) 7. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SABL) 8. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SATK) B. 1. 2. 118 Tujuan SAPP SAPP bertujuan untuk : Menjaga aset pemerintah pusat dan instansi-intansinya melalui pencatatan, pemrosesan, dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan pemerintah pusat baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja , untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas. 3. 4. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan pemerintah pusat secara keseluruhan. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien. C. Ciri-Ciri SAPP Menurut Ditjen Perbendaharaan (2009:3) Ciri-ciri pokok SAPP yaitu : 1. Basis Akuntansi Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah cash toward accrual. Basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. 2. Sistem Pembukuan Berpasangan Sistem pembukuan berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntansi, yaitu : 3. Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait. 4. Dana Tunggal Kegiatan akuntansi mengacu kepada Undang-Undang APBN sebagai landasan operasional. dana tunggal ini merupakan tempat dimana pendapatan dan belanja pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal. 5. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat maupun di daerah. 6. Bagan Akun Standar (BAS) BAS adalah daftar akun buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan anggaran, serta pembukuan dan pelaporan keuangan pemerintah. SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 7. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) SAPP mengacu pada SAP dalam pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan transaksi WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012 keuangan dalam rangka penyusunan laporan keuangan. SAP adalah prinsipprinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. a. Mengungkapkan informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi b. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan f. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. D. Ruang Lingkup SAPP SAPP berlaku untuk seluruh unit organisasi pemerintah pusat dan satuan kerja perangkat daerah pengguna APBN serta pelaksanaan anggaran pembiayaan dan perhitungan. Tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP adalah pemerintah daerah yang sumber dananya berasal dari APBD, BUMN/BUMD yang terdiri dari perusahaan perseroan dan perusahaan umum, bank pemerintah dan lembaga keuangan milik pemerintah. 2.2. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) A. Pengertian LKPP Menurut Ditjen Perbendaharaan (2009:4) LKPP adalah pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara selama suatu periode yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer,surplus,/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. 2. Neraca Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah yaitu aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. 3. Laporan Arus Kas (LAK) Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktifitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran. 4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Catatan atas Laporan Keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai. 5. CaLK mengungkapkan / menyajikan / menyediakan hal-hal sebagai berikut: B. Peranan LKPP Menurut Loho (2009:9) peranan LKPP adalah: 1. Akuntabilitas=Mempertanggungjawabk an pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan sumber daya dalam mencapai tujuan. 2. Manajemen=Memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas aset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah. 3. Tranparansi=Memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur, menyeluruh kepada stakeholders. 4. Keseimbangan antar generasi= Memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan pemerintah untuk membiayai keseluruhan penegeluaran dan apakah generasi yang akan datang ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. 2.3. Sistem Akuntansi Instansi A. SAK Menurut Ditjen Perbendaharaan (2009:5) SAI memiliki 2 (dua) subsistem yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK digunakan untuk memproses transaksi anggaran dan realisasinya, sehingga menghasilkan laporan realisasi anggaran dan neraca. SAK dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Dalam melaksanakan SAK, kementerian negara/lembaga membentuk unit 119 WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012 akuntansi di dalam organisasinya, yang terdiri dari : 1. UAPA adalah Unit Akuntansi Pengguna Anggaran pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga. 2. UAPPA-E1 adalah Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran pada tingkat Eselon I. 3. UAPPA-W adalah Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran pada tingkat wilayah. 4. UAKPA adalah Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat satuan kerja. Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran , Neraca, dan Catatan atas Laporan keuangan. B. SIMAK-BMN Menurut Ditjen Perbendaharaan (2009:36) SIMAK-BMN merupakan sub sistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. SIMAK-BMN dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Barang Milik Negara (BMN) meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. SIMAK-BMN dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Dalam melaksanakan SIMAK-BMN kementerian negara/lembaga membentuk unit akuntansi di dalam organisasinya, yang terdiri dari : 1. UAPB adalah Unit Akuntansi Pengguna Barang pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga. 2. UAPPB-E1 adalah Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang pada tingkat Eselon I. 3. UAPPB-W adalah Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang pada tingkat wilayah. 4. UAKPB adalah Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang pada tingkat satuan kerja. 120 Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan BMN sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan BMN yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban BMN oleh unitunit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Laporan BMN kementerian negara/lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari: 1. Laporan barang kuasa pengguna/pembantu pengguna/pengguna intrakomptabel adalah laporan yang menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu periode serta mutasi BMN yang terjadi selama periode tersebut. Laporan barang intrakomptabel digunakan untuk melaporkan BMN yang memenuhi syarat kapitalisasi. 2. Laporan barang kuasa pengguna/pembantu pengguna/pengguna ekstrakomptabel adalah laporan yang digunakan untuk melaporkan BMN yang tidak memenuhi syarat kapitalisasi. 3. Laporan Kondisi Barang adalah laporan yang digunakan untuk melaporkan kondisi BMN, Kondisi BMN dapat dikategorikan dalam 3 variasi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. 4. Buku Barang Bersejarah digunakan untuk mencatat BMN yang memenuhi syarat sebagai aset bersejarah. Barang bersejarah tidak disajikan di neraca namun harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Daftar Barang Ruangan (DBR) adalah kartu yang memuat data BMN yang berada pada suatu ruangan yang berguna untuk mengontrol BMN yang bersangkutan. 6. Katu Identitas Barang (KIB) adalah kartu yang memuat data BMN yang digunakan untuk mengontrol BMN berupa tanah, gedung, dan bangunan, bangunan air, alat besar, alat angkutan, serta alat persenjataan. 7. Daftar Barang Lainnya (DBL) adalah kartu yang memuat data BMN yang digunakan untuk BMN yang tidak dikontrol dengan DBR dan KIB. 8. Jurnal transaksi BMN. 2.4. Jenis Opini Audit Menurut Mulyadi (2002 :20) bahwa dalam akuntansi dan pengauditan , terdapat 4 macam opini yang diberikan auditor terhadap laporan keuangan manajemen yaitu: WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012 1. 2. 3. 4. 2.5. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP = unqualified opinion) Laporan keuangan telah disajikan secara wajar, tidak terdapat kesalahan yang material dan sesuai standar, sehingga dapat diandalkan pengguna dengan tidak akan mengalami kesalahan dalam proses pengambilan keputusan. Wajar Dengan Pengecualian (WDP = qualified opinion) Dalam pendapat ini akuntan menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah masih wajar, tidak terdapat kesalahan yang material sesuai dengan standar, namun terdapat catatan yang diperhatikan. Menolak memberikan opini (disclaimer opinion) Terdapat suatu nilai yang secara material (signifikan) tidak dapat diyakini auditor. Kondisi itu dipicu adanya suatu pembatasan ruang lingkup pemeriksaan yang dilakukan manajemen serta sistem pengendalian intern sedemikian lemahnya, sehingga auditor tidak mendapatkan keyakinan mengenai substansi laporan keuangan tersebut. Tidak Wajar (adversed opinion) Pendapat ini dikeluarkan oleh akuntan bila laporan keuangan sangat buruk dan secara material benar-benar tidak dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan. Peran SDM dalam Penyusunan Laporan Keuangan A. Persyaratan SDM keuangan Menurut Inspektur Bidang VII dan Kepala Biro Perencanaan Dan Keuangan (2010:4) persyaratan SDM keuangan yaitu: SDM sebagai Kepala Biro Keuangan/Satuan Kerja Pengelola Keuangan merupakan manajer keuangan : 1. Mempunyai kompetensi pendidikan dan pengalaman di bidang keuangan. 2. Mempunyai komitmen yang tinggi dalam pengelolaan keuangan negara dan pertanggungjawaban atas pelaksanan anggaran. 3. Mempunyai kemampuan manajerial dalam mengelola sumber daya yang dimiliki kementerian/lembaga. SDM sebagai analis laporan keuangan : 1. Mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan 2. 3. Memahami pokok-pokok pengelolaan keuangan negara Mempunyai kemampuan analitis dan inovatif. SDM operator di satuan kerja : 1. Mampu mengoperasikan Sistem Akuntansi Keuangan 2. Mampu mengoperasikan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara. 3. Memahami sistem penganggaran dan pelaksanaan anggaran. SDM sebagai reviuer laporan keuangan: 1. Memahami peraturan di bidang pengelolaan keuangan 2. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan 3. Mempunyai Sistem Akuntansi Pemerintah. B. Kebutuhan minimal SDM Keuangan Menurut Inspektur Bidang VII dan Kepala Biro Perencanaan Dan Keuangan (2010:4) kebutuhan minimal SDM keuangan di satker dan kementerian/lembaga yaitu: 1. Operator Sistem Akuntansi Keuangan = 1 orang 2. Operator Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara = 1 orang 3. Analisa Laporan Keuangan = 2 orang 4. Reviuer Laporan Keuangan = sesuai kebutuhan satuan kerja III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitian ini. Informasi itu diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang berasal dari BPK dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, skripsi dan tesis , peraturan-peraturan, website, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain sehingga dapat memperjelas pokok bahasan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ALUR KEGIATAN PENYUSUNAN LKPP 121 WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012 Gambar 1 Alur Kegiatan Penyusunan LKPP Menurut Kementerian Keuangan RI (2009:13) Alur kegiatan penyusunan LKPP: 1. UAKPB mengirimkan Arsip Data Komputer (ADK) aset setiap bulan ke UAKPA, kemudian UAKPA melakukan pemprosesan data mulai dari perekaman dokumen sumber, baik penerimaan maupun pengeluaran APBN. Kemudian melakukan proses posting untuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca. LRA, Neraca, dan ADK disampaikan UAKPA kepada KPPN selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya. Kemudian KPPN mengirim semua file data setiap bulan ke Kanwil Ditjen PBN cq. Bidang AKLAP. Selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelah batas waktu penyampaian laporan keuangan ke KPPN, UAKPA menyampaikan laporan keuangan yang telah direkonsiliasi ke UAPPA-W/UAPPAE1 beserta ADK dan Berita Acara Rekonsiliasi. 2. Pada tingkat wilayah, UAPPA-W melakukan penggabungan data yang diterima dari satuan kerja di bawahnya. UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca, beserta ADK ke Kanwil Ditjen PBN setempat setiap tanggal 17 bulan berikutnya sebagai bahan pembanding, dan setiap tanggal 17 setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan sebagai bahan rekonsiliasi data. Selanjutnya, Kanwil Ditjen PBN merekonsiliasi data dari UAPPA-W dengan data yang diterima dari KPPN setiap triwulan. UAPPA-W menyampaikan ADK dan Laporan Keuangan yang telah direkonsiliasi kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA-E1) selambatnya tanggal 20 bulan berikutnya. 3. Pada tingkat eselon 1, UAPPA-E1 melakukan penggabungan data yang diterima dari UAPPA-W /UAKPA pusat yang berada di lingkup kerjanya, dan dapat melakukan rekonsiliasi laporan keuangan tingkat UAPPA-E1 dengan Ditjen PBN cq. 122 DIA jika diperlukan setiap semester. Selanjutnya UAPPA-E1 menyampaikan ADK dan Laporan Keuangan kepada UAPA selambat-lambatnya tanggal 25 bulan berikutnya. 4. Pada tingkat kantor pusat instansi, UAPA melakukan penggabungan data yang diterima dari UAPPA-E1 yang berada di lingkup kerjanya serta menyampaikan ADK dan Laporan Keuangan tersebut kepada Ditjen PBN cq DIA sebagai bahan penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat. Kementerian negara/lembaga melakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen PBN cq. DIA berdasarkan data yang diterima dari Kanwil Ditjen PBN dan transaksi pusat. Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga yang telah direkonsiliasi tersebut akan direviu oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga. Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga semesteran disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q Dirjen Perbendaharaan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah semester berakhir. Sedangkan Laporan Keuangan Tahunan disampaikan selambar-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Khusus LRA disampaikan setiap triwulan kepada Dirjen Perbendaharaan c.q. Direktur Informasi dan Akuntansi. Laporan Keuangan Tahunan harus disertai Pernyataan Telah Direviu yang ditanda tangani oleh aparat pengawas intern dan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh Menteri /Pimpinan Lembaga. Laporan Realisasi Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan yang digunakan oleh kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah disampaikan secara terpisah, disertai dengan Pernyataan Telah Direviu yang ditandatangani oleh aparat pengawas intern dan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh Menteri /Ketua Lembaga/Kepala Daerah. 4.2. OPINI AUDIT WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012 Kualitas LKPP pada tahun 2006-2008 masih mendapat opini Tidak Memberikan Pendapat/disclaimer penyebabnya antara lain implementasi akuntansi aset belum memadai sehingga nilai aset pada neraca tidak menggambarkan posisi yang seharusnya serta pengelolaan hibah tidak sesuai ketentuan, kemudian pada tahun 2009- 2011 BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian/qualified penyebabnya antara lain karena piutang belum didukung oleh dokumen sumber, tidak lengkapnya penyajian persediaan dan aset tetap serta belum seluruh aset tetap dinilai kembali. Kualitas LKLL semakin membaik dilihat dari tahun 2006 hanya ada 7 kementerian/lembaga yang mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK dan pada tahun 2011 naik menjadi 67 kementerian/lembaga. Hasil tersebut menunjukkan pemerintah telah melakukan sesuatu dalam peningkatan kualitas LKPP. Masih adanya 18 kementerian/lembaga yang mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian dan 2 kementerian/lembaga yang mendapat opini Tidak Memberikan Peendapat/disclaimer menunjukkan masih banyak kementerian/lembaga yang tidak mampu menyusun laporan keuangannya dengan baik, hal ini disebabkan karena tidaktersedianya sumber daya manusia yang handal dalam kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan. SDM akuntansi masih sangat kurang pada Kementerian/Lembaga serta SDM sering berganti-ganti sehingga pengelolaan di tingkat satuan kerja menjadi terhambat. Salah Satu hasil penelitian Pratama dalam jurnalnya (2010) adalah kondisi SDM bidang Akuntansi sangat memprihatikan yang ditunjukkan dengan SDM pengelola keuangan belum memiliki kompetensi yang memadai, diperkuat juga oleh Irjen Kemenkeu, Manao(2009) mengatakan bahwa ada 2 alternatif yang dapat ditempuh untuk memecahkan problem SDM akuntansi yang sangat kurang pada kementerian/lembaga yaitu merekrut lulusan akuntansi (D3/S1) dari perguruan tinggi untuk ditempatkan pada setiap satker dan membuka pelatihan intensif 130 jam (21 hari) kepada pegawai satker tentang akuntansi dan manajemen keuangan negara. Roviyantie dalam jurnalnya juga mengatakan bahwa kompetensi SDM berpengaruh terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah di setiap dinas, karena jika SDM tidak memahami akuntansi pemerintahan daerah, maka sangat sulit Sistem Akuntansi Keuangan Daerah diterapkan dengan baik, serta Kompetensi SDM juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Ketika sejak awal Sistem Akuntansi Keuangan Daerah diterapkan dengan baik, maka akan semakin baik pula kualitas laporan keuangannya. Untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan di instansi , strategi kunci terletak pada penyediaan SDM yang kompeten di bidang akuntansi dan manajemen keuangan negara. Faktor SDM ini mutlak walaupun bukan satu-satunya faktor yang menjamin kualitas akuntabilitas yang baik. Sehubungan dengan kebutuhan SDM, Pemerintah diharapkan mewujudkan hal-hal berikut: 1. Inventarisasi SDM keuangan yang ada dan mengatur penempatan sesuai kompetensi karena masih banyak ditemukan penempatan SDM yang keliru. 2. Pemerintah agar memperbesar rekrutmen pegawai berlatar belakang akuntansi. 3. Mengadakan pendidikan dan pelatihan akuntansi untuk analis laporan keuangan, operator akuntansi dan reviuer laporan keuangan. 4. Pegawai yang dilatih, agar tidak dimutasikan sebelum ada penggantinya. 5. Masing-masing kementerian/lembaga harus aktif memanfaatkan kesempatan pelatihan yang ditawarkan. 6. Pengembangan jabatan fungsional di bidang keuangan. 7. Pengembangan karier di bidang akuntansi dan keuangan. 8. Kepada para penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan perlu diberikan insentif yang memadai. 9. Bimbingan akuntansi dilaksanakan secara terus menerus di setiap satuan kerja, dilaksanakan tidak saja oleh Biro Keuangan melainkan oleh seluruh unit eselon-1. 10. 10.Memberikan beasiswa dan tugas belajar S2 bagi pegawai di bidang keuangan yang memiliki potensi. 11. Penetapan pegawai yang khusus menangani laporan keuangan di instansi melalui Keputusan Menteri. 12. Dukungan dana pada tingkat nasional untuk penyelenggaraan sistem akuntansi 13. Pemberian reward/punishment. V. KESIMPULAN SDM berperan besar dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan yang tepat waktu sehingga terwujud tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Peningkatan kualitas SDM keuangan dan akuntansi dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan kementerian/lembaga yang ditandai dengan semakin baiknya opini audit yang diberikan oleh BPK. 123 WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perbendaharaan.2009. Modul Sistem Akuntansi Instansi. Jakarta: Bimaksi Direktur Jenderal Kekayaan Negara. 2010. Penertiban Barang Milik Negara dan Tindak Lanjutnya. Jakarta: Direktorat Kekayaan Negara Inspektur Bidang VII dan Kepala Biro Perencanaan Dan Keuangan. 2010. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Rangka Penyusunan Dan Pemanfaatan Laporan Keuangan. Jakarta: Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan RI. 2009. Ringkasan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2009(Audited). Jakarta: Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Loho, Sonny. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Kementerian Negara,Lembaga, Dan Pemerintah Daerah. Jakarta: Direktorat Jenderal Perbendaharaan. __________. 2010. Strategi Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Dan Pemanfaatannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Manao, Hekinus. 2009. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia di Bidang Keuangan, Akuntansi, dan Pengawasan Intern dalam Menjamin KualitasLaporan Keuangan. Jakarta: Irjen Kementerian Keuangan. Muhamad,Fadel. 2009. Tata Kelola Keuangan Daerah, Praktik Pada Pemerintahan Provinsi Gorontalo. Gorontalo: Pemda Gorontalo Mulyadi. 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi ke Enam, Jakarta: Salemba Empat. Pardiman & Kepala Biro Perlengkapan. 2010. Rencana Tindak Inventarisasi dan Penilaian Barang Milik Negara. Jakarta: Kemenkeu. Palenkahu, Novy GA., & Praptono . 2010. Tindak Lanjut Temuan BPK pada Kementerian Lembaga. Jakarta: Kementerian Agama. Purnomo, Herry. 2010. Kualitas LKPP dan LKKL serta pemanfaatannya dalam pengelolaan keuangan negara. Jakarta: Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Pratama, Arie. 2010. Peningkatan Kapasitas Akuntan Pemerintah Melalui Standar Kompetensi Akuntan Pemerintah dengan Mengadopsi Sistem Pendidikan Akuntansi yang mengacu pada International Education Standard . Jurnal Akuntansi Keuangan. Roviyantie, Devi. 2010. Pengaruh Kompetensi SDM dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah. Jurnal Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Ruki, Tauficqurahman. 2010. Ekspektasi BPK Terhadap Peningkatan Kualitas Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara. Jakarta: BPK-RI Simanjuntak, Binsar.H, 2010 , Rencana dan Strategi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Jakarta: Komite Kerja KSAP Soekarna, Nanan. 2010. Strategi Mencapai LKLL Yang Berkualitas Baik Dengan Opini WTP. Jakarta: POLRI Sudibyo, Bambang. 2009.Langkah Nyata Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Triharta, A.B., & Sugeng Pramono. 2010. Langkah- Langkah Untuk Menerapkan Standar Akuntansi Berbasis Akrual. Semarang : Pemkot Semarang. 124