widya cipta, vol iii no. 2 september 2012 117 peran - E

advertisement
WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012
PERAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENINGKATAN KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
Diana Tambunan
Akademi Sekretari dan Manajemen Bina Sarana Informatika
Jl.Cileduk Raya no.168 Jakarta Selatan ,Indonesia
[email protected]
ABSTRACT
Act 17 of 2003 states that to achieve transparency and accountability in public finance
management is reporting that meets the government's financial accountability principles on time
and prepared to follow government accounting standards generally accepted. In addition, the law
also stipulates that the Central Government Financial Statements (Audited) audited by the State
Audit Board must be submitted to the House no later than six (6) months after the end of the fiscal
year in question. Opinion on the 2009-2011 Audited increased to Fair With Exceptions
(Qualified), previously obtained during 2006-2008 Not Giving Opinions opinion (Disclaimer).
Audit opinion LKKL progress shown by an increase in the number of ministries / agencies who
obtain an unqualified opinion (WTP) is of the seven ministries / institutions in 2006 to 67
Ministries / Institutions in 2011. To increase the financial statements required opinion of
competent human resources in the fields of accounting and financial management of the country.
HR role is essential to ensure the quality of state audits. Therefore, it is necessary to increase
financial sustainability HR competencies.
Keywords: Central Government Financial Report, Financial Statements Ministries / Institutions,
Audit Opinion, The Role of Human Resources
I. PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
diperlukan reformasi keuangan, sebagaimana
diamanatkan pasal 30 ayat (1) UU nomor 17
Tahun
2003,
Presiden
menyampaikan
rancangan
undang-undang
tentang
pertanggungjawaban pelaksaan APBN kepada
DPR berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) selambat-lambatnya 6(enam) bulan
setelah tahun anggaran berakhir serta sesuai
pasal 55 ayat (4) UU No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan
Presiden kepada BPK paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah tahun anggaran berakhir untuk
diperiksa.
Pemerintah
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN
Tahun Anggaran 2011
dalam
bentuk
laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut
terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. LKPP tahun 2011 telah disusun dan
disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II
(PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual). LKPP
Tahun 2011 ini disusun berdasarkan
konsolidasian
Laporan
Keuangan
Kementerian/Lembaga (LKKL) dan Laporan
Keuangan
Bendahara
Umum
Negara
(LKBUN).
Pada tahun 2005, pemerintah menyusun
LKPP 2004 untuk menggantikan peranan
Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dalam
hal penyajiannya yaitu tidak hanya memuat
laporan realisasi anggaran, tetapi juga
dilengkapi dengan neraca, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan. Penyusunan
laporan keuangan pemerintah mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Selanjutnya Kementerian Keuangan membuat
suatu aplikasi yang disebut Sistem Akuntansi
Instansi
(SAI)
untuk
mempermudah
penyusunan laporan keuangan di instansi
pemerintah. SAI terdiri dari dua subsistem
yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi
Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
LKPP yang disusun merupakan hasil
konsolidasi Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL)
dan
Laporan
Keuangan
Bendahara
Umum
Negara
(LKBUN). Penyajian LKPP selama kurun
waktu tujuh tahun yaitu tahun 2005-2011 terus
membaik yang terlihat dari meningkatnya
opini pemeriksa kepada kementerian negara/
lembaga. Untuk dapat mewujudkan laporan
keuangan yang berkualitas tentunya harus
didukung dengan tenaga-tenaga yang handal di
117
WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012
bidang keuangan. Kendala yang sering
dihadapi adalah belum tersedianya tenagatenaga yang berkualitas, masih banyak sumber
daya manusia (SDM) dengan kuantitas dan
kapasitas di bawah standar.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
(SAPP)
A. Pengertian SAPP
Menurut
Ditjen
Perbendaharaan
(2009:1) SAPP adalah serangkaian prosedur
manual maupun yang terkomputerisasi mulai
dari
pengumpulan
data,
pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan pemerintah
pusat. SAPP memiliki 2 (dua) subsistem, yaitu
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
(SABUN) dan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI). SABUN menghasilkan LKPP dan SAI
menghasilkan LKKL. SABUN dilaksanakan
oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara (Chief Financial Officer (CFO).
SABUN memiliki 8 (delapan) subsistem yang
meliputi :
1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP)
2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan
Hibah(SA-UP & H)
3. Sistem Akuntansi Instansi Pemerintah
(SA-IP)
4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman
(SA-PP)
5. Sistem Akuntansi Transfer Daerah (SATD)
6. Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan
Belanja Lainnya (SA-BSBL)
7. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SABL)
8. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SATK)
B.
1.
2.
118
Tujuan SAPP
SAPP bertujuan untuk :
Menjaga aset pemerintah pusat dan
instansi-intansinya melalui pencatatan,
pemrosesan, dan pelaporan transaksi
keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang
diterima secara umum.
Menyediakan informasi yang akurat dan
tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan pemerintah pusat baik
secara nasional maupun instansi yang
berguna sebagai dasar penilaian kinerja ,
untuk menentukan ketaatan terhadap
otorisasi anggaran dan untuk tujuan
akuntabilitas.
3.
4.
Menyediakan informasi yang dapat
dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan pemerintah pusat secara
keseluruhan.
Menyediakan informasi keuangan yang
berguna untuk perencanaan, pengelolaan
dan pengendalian kegiatan dan keuangan
pemerintah secara efisien.
C. Ciri-Ciri SAPP
Menurut
Ditjen
Perbendaharaan
(2009:3) Ciri-ciri pokok SAPP yaitu :
1. Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah adalah cash
toward accrual. Basis kas untuk pengakuan
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
laporan realisasi anggaran dan basis akrual
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dalam neraca. Basis kas adalah
basis akuntansi yang mengakui transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar. Basis
akrual adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu
terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar.
2. Sistem Pembukuan Berpasangan
Sistem pembukuan berpasangan didasarkan
atas persamaan dasar akuntansi, yaitu :
3. Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Setiap
transaksi
dibukukan
dengan
mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit
perkiraan yang terkait.
4. Dana Tunggal
Kegiatan akuntansi mengacu kepada
Undang-Undang APBN sebagai landasan
operasional. dana tunggal ini merupakan
tempat dimana pendapatan dan belanja
pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai
kesatuan tunggal.
5. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan
di instansi dilaksanakan secara berjenjang
oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat
maupun di daerah.
6. Bagan Akun Standar (BAS)
BAS adalah daftar akun buku besar yang
ditetapkan dan disusun secara sistematis
untuk memudahkan perencanaan dan
pelaksanaan anggaran, serta pembukuan
dan pelaporan keuangan pemerintah. SAPP
menggunakan akun standar yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
7. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
SAPP mengacu pada SAP dalam
pengakuan,
penilaian,
pencatatan,
penyajian, dan pengungkapan transaksi
WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012
keuangan dalam
rangka penyusunan
laporan keuangan. SAP adalah prinsipprinsip akuntansi yang ditetapkan dalam
menyusun dan
menyajikan
laporan
keuangan pemerintah.
a. Mengungkapkan
informasi
umum
tentang entitas pelaporan dan entitas
akuntansi
b. Menyajikan informasi tentang kebijakan
fiskal/keuangan dan ekonomi makro
c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target
keuangan selama tahun pelaporan
berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target
d. Menyajikan informasi tentang dasar
penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang
dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya
e. Menyajikan rincian dan penjelasan
masing-masing pos yang disajikan pada
lembar muka laporan keuangan
f. Menyediakan informasi lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
D.
Ruang Lingkup SAPP
SAPP berlaku untuk seluruh unit
organisasi pemerintah pusat dan satuan kerja
perangkat daerah pengguna APBN serta
pelaksanaan anggaran pembiayaan dan
perhitungan. Tidak termasuk dalam ruang
lingkup SAPP adalah pemerintah daerah yang
sumber dananya berasal dari APBD,
BUMN/BUMD yang terdiri dari perusahaan
perseroan dan perusahaan umum, bank
pemerintah dan lembaga keuangan milik
pemerintah.
2.2. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP)
A.
Pengertian LKPP
Menurut
Ditjen
Perbendaharaan
(2009:4) LKPP adalah pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan negara selama suatu
periode yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran adalah
laporan yang menyajikan informasi
realisasi
pendapatan,
belanja,
transfer,surplus,/defisit dan pembiayaan,
sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.
2. Neraca
Neraca adalah laporan yang menyajikan
informasi posisi keuangan pemerintah
yaitu aset, utang dan ekuitas dana pada
tanggal tertentu.
3. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas adalah laporan yang
menyajikan informasi arus masuk dan
keluar kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktifitas
operasi, investasi aset non keuangan,
pembiayaan, dan non anggaran.
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan adalah
laporan yang menyajikan informasi
tentang penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas dalam
rangka pengungkapan yang memadai.
5. CaLK mengungkapkan / menyajikan /
menyediakan hal-hal sebagai berikut:
B.
Peranan LKPP
Menurut Loho (2009:9) peranan LKPP
adalah:
1. Akuntabilitas=Mempertanggungjawabk
an pengelolaan dan pelaksanaan
kebijakan sumber daya dalam mencapai
tujuan.
2. Manajemen=Memudahkan
fungsi
perencanaan,
pengelolaan
dan
pengendalian atas aset, kewajiban dan
ekuitas dana pemerintah.
3. Tranparansi=Memberikan
informasi
keuangan
yang
terbuka,
jujur,
menyeluruh kepada stakeholders.
4. Keseimbangan
antar
generasi=
Memberikan
informasi
mengenai
kecukupan penerimaan pemerintah
untuk
membiayai
keseluruhan
penegeluaran dan apakah generasi yang
akan datang ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.
2.3. Sistem Akuntansi Instansi
A. SAK
Menurut
Ditjen
Perbendaharaan
(2009:5) SAI memiliki 2 (dua) subsistem yaitu
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang
Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK digunakan
untuk memproses transaksi anggaran dan
realisasinya, sehingga menghasilkan laporan
realisasi anggaran dan neraca. SAK
dilaksanakan
oleh
kementerian
negara/lembaga.
Dalam
melaksanakan
SAK,
kementerian negara/lembaga membentuk unit
119
WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012
akuntansi di dalam organisasinya, yang terdiri
dari :
1. UAPA adalah Unit Akuntansi Pengguna
Anggaran pada tingkat Kementerian
Negara/Lembaga.
2. UAPPA-E1 adalah Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran pada
tingkat Eselon I.
3. UAPPA-W adalah Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran pada
tingkat wilayah.
4. UAKPA adalah Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran pada tingkat satuan
kerja.
Unit-unit
akuntansi
instansi
tersebut
melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai
dengan tingkat organisasinya. Laporan
keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas
akuntansi maupun entitas pelaporan.
Laporan
Keuangan
Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL) yang dihasilkan unit
akuntansi instansi tersebut terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran , Neraca, dan Catatan atas
Laporan keuangan.
B.
SIMAK-BMN
Menurut
Ditjen
Perbendaharaan
(2009:36) SIMAK-BMN merupakan sub
sistem dari SAI yang merupakan serangkaian
prosedur yang saling berhubungan untuk
mengolah dokumen sumber dalam rangka
menghasilkan informasi untuk penyusunan
neraca dan laporan barang milik negara serta
laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan
yang berlaku. SIMAK-BMN dilaksanakan oleh
kementerian negara/lembaga. Barang Milik
Negara (BMN) meliputi semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.
SIMAK-BMN dilaksanakan oleh kementerian
negara/lembaga.
Dalam
melaksanakan
SIMAK-BMN kementerian negara/lembaga
membentuk
unit akuntansi di dalam
organisasinya, yang terdiri dari :
1. UAPB adalah Unit Akuntansi Pengguna
Barang pada tingkat Kementerian
Negara/Lembaga.
2. UAPPB-E1 adalah Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Barang pada tingkat
Eselon I.
3. UAPPB-W adalah Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Barang pada tingkat
wilayah.
4. UAKPB adalah Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Barang pada tingkat satuan
kerja.
120
Unit-unit
akuntansi
instansi
tersebut
melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
BMN sesuai dengan tingkat organisasinya.
Laporan BMN yang dihasilkan merupakan
bentuk pertanggungjawaban BMN oleh unitunit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi
maupun entitas pelaporan.
Laporan
BMN
kementerian
negara/lembaga yang dihasilkan unit akuntansi
instansi tersebut terdiri dari:
1. Laporan
barang
kuasa
pengguna/pembantu pengguna/pengguna
intrakomptabel adalah laporan yang
menyajikan posisi BMN pada awal dan
akhir suatu periode serta mutasi BMN
yang terjadi selama periode tersebut.
Laporan
barang
intrakomptabel
digunakan untuk melaporkan BMN yang
memenuhi syarat kapitalisasi.
2. Laporan
barang
kuasa
pengguna/pembantu pengguna/pengguna
ekstrakomptabel adalah laporan yang
digunakan untuk melaporkan BMN yang
tidak memenuhi syarat kapitalisasi.
3. Laporan Kondisi Barang adalah laporan
yang digunakan untuk melaporkan
kondisi BMN, Kondisi BMN dapat
dikategorikan dalam 3 variasi, yaitu baik,
rusak ringan, dan rusak berat.
4. Buku Barang Bersejarah digunakan untuk
mencatat BMN yang memenuhi syarat
sebagai aset bersejarah. Barang bersejarah
tidak disajikan di neraca namun harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Aset bersejarah dibuktikan
dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Daftar Barang Ruangan (DBR) adalah
kartu yang memuat data BMN yang
berada pada suatu ruangan yang berguna
untuk
mengontrol
BMN
yang
bersangkutan.
6. Katu Identitas Barang (KIB) adalah kartu
yang memuat data BMN yang digunakan
untuk mengontrol BMN berupa tanah,
gedung, dan bangunan, bangunan air, alat
besar, alat angkutan,
serta alat
persenjataan.
7. Daftar Barang Lainnya (DBL) adalah
kartu yang memuat data BMN yang
digunakan untuk BMN yang tidak
dikontrol dengan DBR dan KIB.
8. Jurnal transaksi BMN.
2.4. Jenis Opini Audit
Menurut Mulyadi (2002 :20) bahwa
dalam akuntansi dan pengauditan , terdapat 4
macam opini yang diberikan auditor terhadap
laporan keuangan manajemen yaitu:
WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012
1.
2.
3.
4.
2.5.
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP =
unqualified opinion)
Laporan keuangan telah disajikan secara
wajar, tidak terdapat kesalahan yang
material dan sesuai standar, sehingga
dapat diandalkan pengguna dengan tidak
akan mengalami kesalahan dalam proses
pengambilan keputusan.
Wajar Dengan Pengecualian (WDP =
qualified opinion)
Dalam pendapat ini akuntan menyatakan
bahwa laporan keuangan yang disajikan
oleh klien adalah masih wajar, tidak
terdapat kesalahan yang material sesuai
dengan standar, namun terdapat catatan
yang diperhatikan.
Menolak memberikan opini (disclaimer
opinion)
Terdapat suatu nilai yang secara material
(signifikan) tidak dapat diyakini auditor.
Kondisi itu dipicu adanya suatu
pembatasan ruang lingkup pemeriksaan
yang dilakukan manajemen serta sistem
pengendalian
intern
sedemikian
lemahnya,
sehingga
auditor
tidak
mendapatkan
keyakinan
mengenai
substansi laporan keuangan tersebut.
Tidak Wajar (adversed opinion)
Pendapat ini dikeluarkan oleh akuntan
bila laporan keuangan sangat buruk dan
secara material benar-benar tidak dapat
diandalkan untuk pengambilan keputusan.
Peran SDM dalam Penyusunan
Laporan Keuangan
A.
Persyaratan SDM keuangan
Menurut Inspektur Bidang VII dan
Kepala Biro Perencanaan Dan Keuangan
(2010:4) persyaratan SDM keuangan yaitu:
SDM sebagai Kepala Biro Keuangan/Satuan
Kerja Pengelola Keuangan merupakan manajer
keuangan :
1. Mempunyai kompetensi pendidikan dan
pengalaman di bidang keuangan.
2. Mempunyai komitmen yang tinggi dalam
pengelolaan keuangan negara dan
pertanggungjawaban
atas pelaksanan
anggaran.
3. Mempunyai
kemampuan
manajerial
dalam mengelola sumber daya yang
dimiliki kementerian/lembaga.
SDM sebagai analis laporan keuangan :
1. Mempunyai latar belakang pendidikan
akuntansi dan keuangan
2.
3.
Memahami pokok-pokok pengelolaan
keuangan negara
Mempunyai kemampuan analitis dan
inovatif.
SDM operator di satuan kerja :
1. Mampu
mengoperasikan
Sistem
Akuntansi Keuangan
2. Mampu
mengoperasikan
Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi
Barang Milik Negara.
3. Memahami sistem penganggaran dan
pelaksanaan anggaran.
SDM sebagai reviuer laporan keuangan:
1. Memahami
peraturan
di
bidang
pengelolaan keuangan
2. Memahami
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
3. Mempunyai
Sistem
Akuntansi
Pemerintah.
B.
Kebutuhan minimal SDM Keuangan
Menurut Inspektur Bidang VII dan
Kepala Biro Perencanaan Dan Keuangan
(2010:4) kebutuhan minimal SDM keuangan
di satker dan kementerian/lembaga yaitu:
1. Operator Sistem Akuntansi Keuangan = 1
orang
2. Operator Sistem Informasi Manajemen
dan Akuntansi Barang Milik Negara = 1
orang
3. Analisa Laporan Keuangan = 2 orang
4. Reviuer Laporan Keuangan = sesuai
kebutuhan satuan kerja
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah studi kepustakaan. Dengan melakukan
studi kepustakaan, peneliti
memanfaatkan
semua informasi dan pemikiran-pemikiran
yang relevan dengan penelitian ini. Informasi
itu diperoleh dari laporan keuangan tahunan
yang berasal dari BPK dan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, buku-buku
ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan
ilmiah, skripsi dan tesis , peraturan-peraturan,
website, dan sumber-sumber tertulis baik
tercetak maupun elektronik lain sehingga dapat
memperjelas pokok bahasan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. ALUR KEGIATAN PENYUSUNAN
LKPP
121
WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012
Gambar 1
Alur Kegiatan Penyusunan LKPP
Menurut Kementerian Keuangan RI
(2009:13) Alur kegiatan penyusunan
LKPP:
1. UAKPB
mengirimkan
Arsip
Data
Komputer (ADK) aset setiap bulan ke
UAKPA, kemudian UAKPA melakukan
pemprosesan data mulai dari perekaman
dokumen sumber, baik penerimaan maupun
pengeluaran APBN. Kemudian melakukan
proses posting untuk menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca.
LRA, Neraca, dan ADK disampaikan
UAKPA kepada KPPN selambat-lambatnya
tanggal 7 bulan berikutnya. Kemudian
KPPN mengirim semua file data setiap
bulan ke Kanwil Ditjen PBN cq. Bidang
AKLAP. Selambat-lambatnya 5 (lima) hari
setelah batas waktu penyampaian laporan
keuangan
ke
KPPN,
UAKPA
menyampaikan laporan keuangan yang
telah direkonsiliasi ke UAPPA-W/UAPPAE1 beserta ADK dan Berita Acara
Rekonsiliasi.
2. Pada
tingkat
wilayah,
UAPPA-W
melakukan penggabungan data yang
diterima dari satuan kerja di bawahnya.
UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca,
beserta ADK ke Kanwil Ditjen PBN
setempat setiap tanggal 17 bulan berikutnya
sebagai bahan pembanding, dan setiap
tanggal 17 setelah berakhirnya triwulan
yang
bersangkutan
sebagai
bahan
rekonsiliasi data. Selanjutnya, Kanwil
Ditjen PBN merekonsiliasi data dari
UAPPA-W dengan data yang diterima dari
KPPN
setiap
triwulan.
UAPPA-W
menyampaikan
ADK
dan
Laporan
Keuangan yang telah direkonsiliasi kepada
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran
Eselon
1
(UAPPA-E1)
selambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
3. Pada tingkat eselon 1, UAPPA-E1
melakukan penggabungan data yang
diterima dari UAPPA-W /UAKPA pusat
yang berada di lingkup kerjanya, dan dapat
melakukan rekonsiliasi laporan keuangan
tingkat UAPPA-E1 dengan Ditjen PBN cq.
122
DIA jika diperlukan setiap semester.
Selanjutnya UAPPA-E1 menyampaikan
ADK dan Laporan Keuangan kepada
UAPA selambat-lambatnya tanggal 25
bulan berikutnya.
4. Pada tingkat kantor pusat instansi, UAPA
melakukan penggabungan data yang
diterima dari UAPPA-E1 yang berada di
lingkup kerjanya serta menyampaikan ADK
dan Laporan Keuangan tersebut kepada
Ditjen PBN cq DIA sebagai bahan
penyusunan laporan keuangan pemerintah
pusat.
Kementerian
negara/lembaga
melakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen
PBN cq. DIA berdasarkan data yang
diterima dari Kanwil Ditjen PBN dan
transaksi pusat. Laporan Keuangan
kementerian negara/lembaga yang telah
direkonsiliasi tersebut akan direviu oleh
aparat pengawasan intern kementerian
negara/lembaga.
Laporan
Keuangan
kementerian negara/lembaga semesteran
disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q
Dirjen Perbendaharaan selambat-lambatnya
1 (satu) bulan setelah semester berakhir.
Sedangkan Laporan Keuangan Tahunan
disampaikan selambar-lambatnya 2 (dua)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Khusus LRA disampaikan setiap triwulan
kepada Dirjen Perbendaharaan c.q. Direktur
Informasi
dan
Akuntansi.
Laporan
Keuangan
Tahunan
harus
disertai
Pernyataan Telah Direviu yang ditanda
tangani oleh aparat pengawas intern dan
Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of
Responsibility) yang ditandatangani oleh
Menteri /Pimpinan Lembaga. Laporan
Realisasi Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan
yang
digunakan
oleh
kementerian
negara/lembaga/pemerintah
daerah disampaikan secara terpisah, disertai
dengan Pernyataan Telah Direviu yang
ditandatangani oleh aparat pengawas intern
dan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement
of Responsibility) yang ditandatangani oleh
Menteri /Ketua Lembaga/Kepala Daerah.
4.2. OPINI AUDIT
WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012
Kualitas LKPP pada tahun 2006-2008
masih mendapat opini Tidak Memberikan
Pendapat/disclaimer penyebabnya antara lain
implementasi akuntansi aset belum memadai
sehingga nilai aset pada neraca tidak
menggambarkan posisi yang seharusnya serta
pengelolaan hibah tidak sesuai ketentuan,
kemudian pada tahun 2009- 2011 BPK
memberikan
opini
Wajar
Dengan
Pengecualian/qualified penyebabnya antara lain
karena piutang belum didukung oleh dokumen
sumber, tidak lengkapnya penyajian persediaan
dan aset tetap serta belum seluruh aset tetap
dinilai kembali.
Kualitas LKLL semakin membaik dilihat
dari
tahun
2006
hanya
ada
7
kementerian/lembaga yang mendapat opini
Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK dan pada
tahun
2011
naik
menjadi
67
kementerian/lembaga.
Hasil
tersebut
menunjukkan pemerintah telah melakukan
sesuatu dalam peningkatan kualitas LKPP.
Masih adanya 18 kementerian/lembaga yang
mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian
dan 2 kementerian/lembaga yang mendapat
opini Tidak Memberikan Peendapat/disclaimer
menunjukkan
masih
banyak
kementerian/lembaga yang tidak mampu
menyusun laporan keuangannya dengan baik,
hal ini disebabkan karena tidaktersedianya
sumber daya manusia yang handal dalam
kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan
keuangan. SDM akuntansi masih sangat kurang
pada Kementerian/Lembaga serta SDM sering
berganti-ganti sehingga pengelolaan di tingkat
satuan kerja menjadi terhambat. Salah Satu
hasil penelitian Pratama dalam jurnalnya
(2010) adalah kondisi SDM bidang Akuntansi
sangat memprihatikan yang ditunjukkan
dengan SDM pengelola keuangan belum
memiliki kompetensi yang memadai, diperkuat
juga oleh Irjen Kemenkeu,
Manao(2009)
mengatakan bahwa ada 2 alternatif yang dapat
ditempuh untuk memecahkan problem SDM
akuntansi
yang
sangat
kurang
pada
kementerian/lembaga yaitu merekrut lulusan
akuntansi (D3/S1) dari perguruan tinggi untuk
ditempatkan pada setiap satker dan membuka
pelatihan intensif 130 jam (21 hari) kepada
pegawai satker tentang akuntansi dan
manajemen keuangan negara. Roviyantie
dalam jurnalnya juga mengatakan bahwa
kompetensi SDM berpengaruh terhadap
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah di
setiap dinas, karena jika SDM tidak memahami
akuntansi pemerintahan daerah, maka sangat
sulit Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
diterapkan dengan baik, serta Kompetensi
SDM juga berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan daerah. Ketika sejak
awal Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
diterapkan dengan baik, maka akan semakin
baik pula kualitas laporan keuangannya.
Untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan di instansi , strategi kunci terletak
pada penyediaan SDM yang kompeten di
bidang akuntansi dan manajemen keuangan
negara. Faktor SDM ini mutlak walaupun
bukan satu-satunya faktor yang menjamin
kualitas akuntabilitas yang baik. Sehubungan
dengan
kebutuhan
SDM,
Pemerintah
diharapkan mewujudkan hal-hal berikut:
1. Inventarisasi SDM keuangan yang ada dan
mengatur penempatan sesuai kompetensi
karena
masih
banyak
ditemukan
penempatan SDM yang keliru.
2. Pemerintah agar memperbesar rekrutmen
pegawai berlatar belakang akuntansi.
3. Mengadakan pendidikan dan
pelatihan
akuntansi untuk analis laporan keuangan,
operator akuntansi dan reviuer laporan
keuangan.
4. Pegawai yang dilatih, agar tidak
dimutasikan sebelum ada penggantinya.
5. Masing-masing kementerian/lembaga harus
aktif memanfaatkan kesempatan pelatihan
yang ditawarkan.
6. Pengembangan jabatan fungsional di bidang
keuangan.
7. Pengembangan karier di bidang akuntansi
dan keuangan.
8. Kepada para penyelenggara akuntansi dan
pelaporan keuangan perlu diberikan insentif
yang memadai.
9. Bimbingan akuntansi dilaksanakan secara
terus menerus di setiap satuan kerja,
dilaksanakan tidak saja oleh Biro Keuangan
melainkan oleh seluruh unit eselon-1.
10. 10.Memberikan beasiswa dan tugas belajar
S2 bagi pegawai di bidang keuangan yang
memiliki potensi.
11. Penetapan pegawai yang khusus menangani
laporan keuangan di instansi melalui
Keputusan Menteri.
12. Dukungan dana pada tingkat nasional
untuk penyelenggaraan sistem akuntansi
13. Pemberian reward/punishment.
V. KESIMPULAN
SDM berperan besar dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan yang tepat
waktu sehingga terwujud tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).
Peningkatan kualitas SDM keuangan dan
akuntansi dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan kementerian/lembaga yang ditandai
dengan semakin baiknya opini audit yang
diberikan oleh BPK.
123
WIDYA CIPTA, VOL III NO. 2 SEPTEMBER 2012
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.2009.
Modul Sistem Akuntansi Instansi. Jakarta:
Bimaksi
Direktur Jenderal Kekayaan Negara. 2010.
Penertiban Barang Milik Negara dan
Tindak Lanjutnya. Jakarta: Direktorat
Kekayaan Negara
Inspektur Bidang VII dan Kepala Biro
Perencanaan Dan Keuangan. 2010.
Strategi Pengembangan Sumber Daya
Manusia Dalam Rangka Penyusunan Dan
Pemanfaatan Laporan Keuangan. Jakarta:
Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan RI. 2009. Ringkasan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Tahun 2009(Audited). Jakarta: Direktorat
Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
Loho, Sonny. 2009. Strategi Peningkatan
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat, Kementerian
Negara,Lembaga,
Dan
Pemerintah
Daerah.
Jakarta:
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
__________. 2010. Strategi Peningkatan
Kualitas
Laporan
Keuangan
Dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Direktorat
Jenderal Perbendaharaan
Manao, Hekinus. 2009. Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia di Bidang
Keuangan, Akuntansi, dan Pengawasan
Intern dalam Menjamin KualitasLaporan
Keuangan. Jakarta: Irjen Kementerian
Keuangan.
Muhamad,Fadel. 2009. Tata Kelola Keuangan
Daerah, Praktik Pada Pemerintahan
Provinsi Gorontalo. Gorontalo: Pemda
Gorontalo
Mulyadi. 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi ke
Enam, Jakarta: Salemba Empat.
Pardiman & Kepala Biro Perlengkapan. 2010.
Rencana Tindak Inventarisasi dan
Penilaian Barang Milik Negara. Jakarta:
Kemenkeu.
Palenkahu, Novy GA., & Praptono . 2010.
Tindak Lanjut Temuan BPK pada
Kementerian
Lembaga.
Jakarta:
Kementerian Agama.
Purnomo, Herry. 2010. Kualitas LKPP dan
LKKL serta pemanfaatannya dalam
pengelolaan keuangan negara. Jakarta:
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Pratama, Arie. 2010. Peningkatan Kapasitas
Akuntan Pemerintah Melalui Standar
Kompetensi Akuntan Pemerintah dengan
Mengadopsi
Sistem
Pendidikan
Akuntansi
yang
mengacu
pada
International Education Standard . Jurnal
Akuntansi Keuangan.
Roviyantie, Devi. 2010. Pengaruh Kompetensi
SDM dan Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Daerah. Jurnal
Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Ruki, Tauficqurahman. 2010. Ekspektasi BPK
Terhadap
Peningkatan
Kualitas
Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan
Negara. Jakarta: BPK-RI
Simanjuntak, Binsar.H, 2010 , Rencana dan
Strategi Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual. Jakarta:
Komite Kerja KSAP
Soekarna, Nanan. 2010. Strategi Mencapai
LKLL Yang Berkualitas Baik Dengan
Opini WTP. Jakarta: POLRI
Sudibyo, Bambang. 2009.Langkah Nyata
Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan
Departemen
Pendidikan
Nasional.
Jakarta:
Kementerian
Pendidikan
Nasional.
Triharta, A.B., & Sugeng Pramono. 2010.
Langkah- Langkah Untuk Menerapkan
Standar Akuntansi Berbasis Akrual.
Semarang : Pemkot Semarang.
124
Download