pengawasan badan lingkungan hidup dalam mengatasi

advertisement
PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM MENGATASI PENCEMARAN
LINGKUNGAN PADA KAWASAN INDUSTRI DI
KECAMATAN CIWANDAN KOTA CILEGON
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Choiriah
NIM 6661101760
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2015
Jika sebuah tekad yang ditanamkan untuk sebuah kebaikan, maka
kesuksesan akan didapatkan. Namun jika sebuah tekad yang
ditanamkan untuk sebuah kejelekan, tidaklah kesuksesan akan
didapatkan...
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Ayah dan almarhumah ibuku dan
keluarga ku tersayang
ABSTRAK
Choiriah. NIM. 6661101760. 2015. Skripsi. Pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di Kecamatan
Ciwandan Kota Cilegon. Program Studi Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Pembimbing I. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si, Dosen Pembimbing II Anis
Fuad, S.Sos., M.Si.
Masalah pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon yaitu Pengawasan yang
dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon terhadap perusahaan yang berada
pada kawasan industri tidak secara berkala atau rutin dan laporan yang dihasilkan oleh Badan
Lingkungan Hidup kota Cilegon tidak objektif,Tidak adanya tindak lanjut pada pencemaran
tersebut, kurangnya petugas pengawas lapangan yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon, ,Tidak adanya sanksi tegas yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengawasan Badan Linkungan
Hidup Kota Cilegon Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di
Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Metode ini menggunakan karakteristik pengawasan yang efektif menurut
Handoko ( 2003). Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif Lexy
j.Moleong. Hasil penelitian ini menunjukkan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam
mengatasi pencemaran lingkungan belum optimal, Mekanisme pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak melibatkan masyarakat, desa, kecamatan dan semua
perusahaan masih belum semua diawasi,tindakan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
kurang tegas dalam pemberian sanksi. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu pihak BLH
kota Cilegon harus melibatkan masyarakat, desa dan kecamatan, BLH Kota Cilegon
seharusnya mengajukan anggaran, pemberian sanksi yang diberikan BLH Kota Cilegon lebih
tegas dan harus lebih jelas, dan menambah waktu pengawasan yang lebih rutin dan tidak dan
tidak menunggu laporan dari perusahaan.
Kata kunci : pencemaran Lingkungan, pengawasan.
ABSTRACT
Choiriah. NIM. 6661101760. 2015. Skripsi. The Environmental Agency
Oversight Of Life In Addressing Environmental Pollution In The Industrial
Area In The Ciwandan Subdistrict In Cilegon City. Public Administration
Department, Social and Political Sciences Faculty, Sultan Ageng Tirtayasa
University. 1st Advisor: Dr.Agus Sjafari, S.Sos.,M.Si and 2nd Advisor: Anis
Fuad, S.Sos.,M.Si.
Issues of the environmental agency oversight of life in the Cilegon City :
Supervision by the conducted of the environmental agency oversight of life in the
Cilegon city to companies that are in the industrial area is not regularly & routien
and reports generated are not objective, no follow up on pollution, lack of field
workers owned by BLH Cilegon city. the absence of strict sanctions conducted by
BLH Cilegon city, the lack of a budget which is owned by BLH Cilegon city. The
purpose of this study was to find out surveillance BLH Cilegon city in addressing
area environmental pollution in the industrial area in the Ciwandan subdistrict in
the Cilegon city. The method used in this study is a qualitative method. The
method uses the characteristics of effective oversight by Handoko (2003). Data
analysis techniques using qualitative analysis techniques Lexi J.Moleong. the
result of this study indicate BLH Cilegon city in addressing environmental
pollution in the industrial area in the Ciwandan subdistrict in Cilegon city not
optimal.BLH oversight mechanisms dont involve the community, village,
subdistrict and all companies are still not all supervised. BLH Cilegon city less
assertive in the granting of action in sanctioning. Recomendations is can be given
to BLH: BLH parties involve the community, village,subdistrict. BLH Cilegon
city should lodge the budget. In the granting of sanctions should be more assertive
and clear, and add more routine monitoring time and not wait for the report of the
company.
Keyword : Environmental pollution, supervision.
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para
sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman terang
benderang seperti sekarang. Syukur Allhamdulillah dengan izin Allah SWT
pembuatan skripsi ini dapat di selesaikan dengan judul “ Pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada
Kawasan Industri Di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon”.
Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu
mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati,
peneliti ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Prof. DR.H. Sholeh Hidayat M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. DR. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan selaku Dosen
Pembimbing I yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam
penyusunan skripsi. Terimakasih Bapak atas arahan dan pembelajaran
selama penyusunan skripsi.
3. Kandung Sapto Nugroho S.Sos.,M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana W.,M.I.Kom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos., M.Si sebagai Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
8. Anis Fuad, S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing II terimakasih atas
arahan dan masukannya selama pembuatan skripsi ini.
9. Semua Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
10. Untuk kedua orangtuaku tercinta H. Hujaini dan Almarhumah Hj. Aisyah,
yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil. Terimakasih
selalu memberikan semangat dan tak kenal lelah berdo’a demi
keberhasilan anaknya.
11. Untuk kakakku Nunung Doifah, Solehah, Mutmainah, Sofah, Dan
Muhamad Amar terimakasih atas do’a dan dukungannya.
12. Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan kelas F dan G angkatan
2010 jurusan Administrasi Negara.
13. Semua pihak yang telah membantu peneliti untuk pembuatan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan.
Oleh karenanya, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran membangun.
Dalam kesempatan ini penulis hendak mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penelitian.peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
kepada yang membaca. Demikian yang disampaikan, peneliti mengucapkan
banyak terimkasih
Alhamdulillahirrabbil’alamiin.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Serang,
Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................
KATA PENGANTAR. ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................
12
1.3 Batasan Masalah ......................................................................
13
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................
13
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................
13
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................
13
1.7 Sistematika Penulisan .............................................................
14
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1
Teori Pengawasan ..................................................................
20
2.1.1 Arti, maksud Dan Tujuan Pengawasan .......................
20
2.2.2 Metode Pengawasan ...................................................
26
2.2.3 Prosedur Pengawasan ..................................................
29
iii
2.2.4 Manfaat Hasil Pengawasan .........................................
31
2.2.5 Tahap-Tahap Dalam Prosese Pengawasan ..................
33
2.2.6 Ciri-Ciri Pengawasan Yang Efektif .............................
34
2.2.7 Prinsip-Prinsip Pengawasan ........................................
35
2.2.8 Karakteristik-Karakteristik Pengawasan .....................
36
2.2.9 Mengenai Dampak Lingkungan ...................................
38
2.2.10 Arti, Peranan, Tujuan Dan Manfaat Amdal .................
40
2.2.11 Prosedur Amdal............................................................
43
2.2.12 Dampak Industri ...........................................................
44
2.2.13 Pencemaran Lingkungan ..............................................
47
2.2.13.1 Definisi Pencemaran Lingkungan ..................
47
2.3
Penelitian Terdahulu ................................................................
50
2.4
Kerangka Berfikir.....................................................................
53
2.5
Asumsi Dasar ..........................................................................
56
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitia ..............................................
57
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ..............................................
58
3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................
59
3.4 Variabel Penelitian ...................................................................
59
3.4.1 Definisi Konsep ................................................................
59
3.4.2 Definisi Oprasional ...........................................................
60
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................
61
iii
3.6 Informan Penelitian ....................................................................
62
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data........................................
64
3.8 Pengujian Keabsahan..................................................................
75
3.9 Jadwal Penelitian ........................................................................
78
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................
69
4.1.1 Gambaran Umum Kondisi Kota Cilegon ......................
69
4.1.2 Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon ...........................................................................
70
4.2 Informan Penelitian ...................................................................
79
4.3 Deskripsi Data dan Analisis Data ..............................................
83
4.3 Pembahasan Analisi Dan Analisis Hasil Penelitian ............
85
4.3.1 Pengawasan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon Dalam Pencemaran Lingkungan Pada
Kawasan Industri Di Kecamatan Ciwandan Kota
Cilegon ......................................................................
85
4.3.1.1
Akurat ........................................................
87
4.3.1.2
Tepat – Waktu ...........................................
95
4.3.1.3
Obyektif Dan Menyeluruh .........................
99
4.3.1.4
Terpusat Pada Titik Pengawasan Strategik 103
4.3.1.5
Realistik Secara Ekonomi .......................... 108
4.3.1.6
Realisti Secara Organisasional .................. 109
iii
4.3.1.7
Terkoordinasi
Dengan
Aliran
Kerja
Organisasi 117
4.3.1.8
Fleksibel ..................................................... 120
4.3.1.9
Bersifat Sebagai Petunjuk Operasional ..... 124
4.3.1.10 Diterima Para Organisasi ........................... 128
4.4 Pembahasan ............................................................................... 135
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................
5.2 Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pengaduan Masyarakat .................................................................................
12
Tabel 3.1 Informan Wawancara....................................................................................
63
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara....................................................................................
68
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ..........................................................................................
79
Tabel 4.1 Informan penelitian ............................................................................
80
Tabel 4.2 Pedoman Wawancara.........................................................................
81
Table 4.3 Temuan Lapangan.............................................................................. 148
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Cerobong Asap yang sedang produksi ......................................................
10
Gambar 2.1 Proses Pengawasan ...................................................................................
20
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir .....................................................................................
54
Gambar 3.3 Komponen Dalam Analisis Dan Model Interaktif ...................................
74
Gambar 4.1 SLHD kota Cilegon mengenai kewajiban setiap perusahaan
untuk memiliki AMDAL, UKL-UPL ...............................................................
90
Gambar 4.2 Sesuai SLHD Kota Cilegon pendidikan yang dimiliki petugas
pengawas dan pegawai BLH Kota Cilegon ...................................................... 101
Gambar 4.3 Pengambilan air sampel laut ......................................................... 123
Gambar 4.4 Sesuai dengan tabel SLHD Kota Cilegon Pencemaran udara
masih yang terbanyak dikeluhkan masyarakat .................................................. 131
Gambar 4.5 Truk dari pabrik yang mengangkut hasil produksi ........................ 134
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan untuk menuju ke arah
yang lebih baik dalam rangka menjamin kelangsungan hidup masyarakat banyak.
Pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Peningkatan pelaksanaan pembangunan dapat dilihat dari pembangunan yang
terus dilakukan secara berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan
proses pembangunan dengan prinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.salah satu masalah
yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki keseimbangan lingkungan yang terganggu atau
mengalami kerusakan. Kegiatan pembangunan yang kita ketahui sekarang ini,
mengacu pada pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Tidak sedikit jumlah lingkungan yang mengalami kerusakan akibat dari
pelaksanaan
pembangunan,
terutama
pembangunan
yang
bersifat
fisik.
Keseimbangan lingkungan tersebut perlu direhabilitasi agar fungsinya kembali
seperti semula demi kesejahteraan masyarakat.
Dalam pandangan umum, bahwa pembangunan industri di Indonesia
bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil
dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil
budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan
1
2
hidup serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah
struktur perekonomian kearah yang lebih baik, maju, sehat dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi
pertumbuhan industri khususnya, meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan
kemampuan golongan ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara
aktif dalam pembangunan industri.
Pembangunan termasuk upaya yang dilakukan untuk menuju ke arah yang
lebih baik dalam rangka menjamin kelangsungan hidup masyarakat banyak.
Pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Peningkatan pelaksanaan pembangunan dapat dilihat dari pembangunan yang
terus dilakukan secara berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan
proses pembangunan dengan prinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Salah satu masalah
yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki keseimbangan lingkungan yang terganggu atau
mengalami kerusakan. Dengan begitu, ekonomi tidak harus selalu didahului
dalam pembangunan tanpa melihat bagaimana kondisi lingkungan.
Pembangunan di masa ini mengarah pada pertumbuhan ekonomi untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dan hidup orang banyak, dan tidak sedikit
pula jumlah lingkungan yang rusak dan mengalami kerusakan akibat dari
pelaksanaan pembangunan. Terutama pembangunan
yang bersifat
fisik.
Ketidakseimbangan tersebut tentu perlu diperbaiki bahkan perlu direhabilitasi
3
agar fungsinya kembali seperti semula demi kesejahteraan masyarakat banyak dan
mengurangi kerusakan lingkungan, namun akhir – akhir ini pembangunan industri
mulai menjadi perhatian masyarakat secara serius karena berbagai dampak yang
dihasilkan atau ditimbulkan dari pembangunan industri tersebut, yang tidak
sedikit bahan bakunya yang tidak dapat dipulihkan atau didaur ulang menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat, sehingga limbah tersebut dapat mencemari
lingkungan dan merusak semua ekosistem. Pencemaran lingkungan terjadi bila
daur ulang bahan baku tersebut dalam lingkungan hidup mengalami perubahan,
sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Ketidakseimbangan dalam hal struktur dan fungsi daur materi terjadi disebabkan
oleh proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam masa saat ini banyak
kegiatan atau perbuatan manusia untuk kebutuhan dan kepentingan sendiri tanpa
memikirkan kerusakan ekosistem alam.
Manusia juga dapat merubah keadaan lingkungan yang tercemar akibat
perbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan
seimbang, dapat mengurangi terjadinya pencemaran. Lingkungan hidup saat ini
mengalami ancaman dan kerusakan setiap saat. Kerusakan yang disebabkan oleh
pola hidup yang tidak ramah lingkungan dari manusia merupakan penyebab yang
diyakini turut andil terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Sebagai akibat,
keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. Ditinjau dari segi ilmu kimia yang
disebut pencemaran lingkungan adalah penyebaran bahan kimia dengan kadar
tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi tersebut,
baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan
4
manusia. Pencemaran lingkungan ini dapat menimbulkan gangguan terhadap
kesejahteraan bahkan dapat berakibat bagi kesehatan manusia di lingkungan
sekitar kawasan industri.
Semakin berkembangnya perekonomian semakin banyak pabrik atau
industri yang ikut mengambil peran dalam perkembangan perekonomian baik
dalam skala lokal, nasional, maupun internasional. Hal ini tentunya sangat baik
untuk kemajuan perekonomian. Sayangnya, semua itu tidak hanya menimbulkan
hal – hal yang menguntungkan saja melainkan juga menimbulkan hal – hal yang
berdampak negatif.
Kota Industri merupakan sebutan bagi kota kecil di Provinsi Banten, yaitu
kota Cilegon. Kota Cilegon merupakan salah satu tempat industri baja terbesar di
Indonesia. Selain pabrik baja, Cilegon juga memiliki puluhan pabrik kimia.
Tentunya hal ini membawa dampak positif dan juga dampak negatif untuk kota
ini. Dampak positif adanya industri – industri di kota Cilegon yaitu dapat
dijadikan sebagai lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja yang menginginkan
pekerjaan untuk dapat memajukan perekonomian kota, serta dapat ikut
mempengaruhi perkembangan sarana dan prasarana kota. Sedangkan dampak
negatif yang ikut timbul akibat adanya industri – industri yang ada di kota Cilegon
salah satu diantaranya yaitu polusi. Polusi udara, polusi air, dan polusi tanah.
Tetapi hal yang paling menonjol adalah polusi udara. Alasannya karena hal ini
paling sering dirasakan dampaknya oleh warga sekitar.
5
Keberadaan industri di Kota Cilegon yang bergerak di bidang industri pada
kawasan industri, tentunya akan menimbulkan bangkitan lalu lintas terhadap jalan
yang semakin tinggi baik berasal dari kendaraan angkutan bahan baku, hasil
produksi, karyawan / buruh pabrik, ataupun masyarakat umum,ditambah lagi jalan
yang ada merupakan jalur lintas sumatera serta dengan bertambahnya jumlah
persampahan. Dimana dalam proses produksinya akan menghasilkan produk
sampingan / emisi baik dalam jumlah kecil maupun besar, sehingga dapat
menimbulkan masalah – masalah penurunan kualitas udara yang akan
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat kota Cilegon yang lebih parah pada
masyarakat yang tinggal dekat di kawasan industri tersebut. Berdasarkan
pernyataan diatas harus ada pengendalian atau pengawasan dampak lingkungan
hidup pada aktivitas perindustrian tersebut khususnya oleh pihak pemerintah
seperti Badan Lingkungan Hidup di Kota Cilegon harus melakukan upaya – upaya
dalam mengatasi pencemaran lingkungan tersebut
Industrialisasi sebagai proses dan pembangunan industri berada pada satu
jalur kegiatan, yaitu pada hakekatnya berfungsi meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan rakya. Industrialisasi sendiri tidak terlepas dari upaya peningkatan
mutu sumber daya manusia, dan pemanfaatan sumber daya alam. Semakin
berkembangnya industri di berbagai daerah, maka masalah lingkungan hidup juga
menjadi perhatian yang sangat besar dan harus mendapat perhatian yang lebih.
Dewasa ini permasalahan lingkungan hidup akan terus muncul secara serius
diberbagai pelosok bumi sepanjang penduduk bumi tidak segera memikirkan dan
mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan.
6
Terkait dengan permasalahan pencemaran lingkungan akibat industri
membawa dampak yang luar biasa terhadap kehidupan masyarakat, karena bisa
menimbulkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, perlu penanganan yang
serius untuk mengatasinya. Sehingga antara pemerintah, masyarakat, dan
lingkungan dibutuhkan hubungan timbal balik yang selalu harus dikembangkan
agar tetap dalam keadaan yang serasi dan dinamis. Untuk melestarikan hubungan
tersebut dibutuhkan adanya peran serta dari masyarakat maupun pemerintah itu
sendiri. Hal ini agar tidak terjadi gangguan, masalah – masalah maupun perusakan
yaitu pencemaran lingkungan. Untuk mencegah dan mengatasi limbah industri,
pemerintah harus berperan aktif baik melalui perundang – undangan ataupun
dengan cara yang lain. Pemerintah harus menggiatkan pembangunan yang
berkesinambungan dengan artian pembangunan yang berwawasan kedepan
dengan maksud agar mampu dimanfaatkan oleh generasi sekarang maupun akan
datang.
Pencemaran yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi menjadi tiga
jenis pencemaran, yaitu pencemaran ke tanah, pencemaran udara, dan pencemaran
air. Perubahan keadaan bahan kimia yang tersebar dalam tiga medium fisik
lingkungan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh
terhadap kesejahteraan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengaruh dari
pencemaran ini dapat terjadi dalam penggunaan air, untuk keperluan minum,
memasak,dan lain – lain. medium udara, semua makhluk hidup memerlukan udara
untuk bernafas, tanpa udara di bumi tidak akan ada kehidupan.(Berdasarkan
7
wawancara dengan ibu Eri staf Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon pada hari
senin, 24 november 2014 ).
Berdasarkan dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan maka
pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
mengantisipasi sedini mungkin agar tidak terjadi pencemaran sehingga
pemerintah harus menekankan pada penggunaan teknologi yang bersih
lingkungan karena perhatian terhadap lingkungan tidak hanya kepada masyarakat
semata tetapi untuk perusahaan itu sendiri. Terkait dengan peran pemerintah
sebagai regulator dalam pencemaran lingkungan, pemerintah dalam hal ini
diwakili oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon telah membuat program
untuk mendukung penanganan tersebut diantaranya :
1. Program meningkatkan perencanaan pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan dan pemanfaatan semberdaya alam
dan buatan.
2.
Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia pengelolaan
lingkungan hidup.
3.
Meningkatkan ketaatan terhadap peraturan / perundangundangan lingkungan hidup bagi aparatur masyarakat dan
dunia usaha.
4.
Meningkatkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
ruang kota serta konservasi sumber daya alam buatan.
5.
Menumbuhkembangkan kepedulian masyarakat dan dunia
usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup.
8
6.
Meningkatkan pelayanan pengelolaan lingkungan hidup.
7.
Meningkatkan koordinasi dan kemitraan dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
Jadi pada dasarnya untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
pemerintah harus melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung.
Ketika semua program telah dibuat dan telah diterapkan, tetapi masih terlihat
terjadi banyak pencemaran dimana – mana, hal ini bisa dari pihak pemerintah
yang kurang tanggap meskipun program telah dibuat tanpa harus ada pengawasan
lebih lanjut terhadap penerapan program yang ada sehingga program tersebut
tidak bisa berjalan dengan maksimal.
Terselenggaranya pengawasan dalam sebuah institusi yakni untuk menilai
kinerja suatu institusi dan memperbaiki kinerja sebuah institusi. Oleh karena itu
dalam setiap perusahaan harus rutin adanya sistem pengawasan. Dengan demikian
pengawasan merupakan instrumen pengendalian yang melekat pada setiap tahap
operasional perusahaan. Fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik
selama proses manajemen atau administrasi berlangsung maupun setelah berakhir
untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi atau kerja. Fungsi
pengawasan dilakukan terhadap perencanaan dan kegiatan pelaksanaannya.
Kegiatan pengawasan sebagai fungsi manajemen bermaksud untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan kegagalan yang terjadi setelah perencanaan dibuat dan
dilaksanakan. Keberhasilan perlu dipertahankan dan jika mungkin ditingkatkan
dalam perwujudan manajemen atau administrasi berikutnya di lingkungan suatu
organisasi atau unit kerja tertentu. Sebaliknya setiap kegagalan harus diperbaiki
9
dengan menghindari penyebabnya baik dalam menyusun perencanaan maupun
pelaksanaannya. Untuk itulah fungsi pengawasan dilaksanakan agar diperoleh
sesuatu yang lebih baik untuk melaksanakan perbaikan bila terdapat kekeliruan
atau penyimpangan sebelum menjadi lebih buruk dan sulit diperbaiki.
Menurut Undang – Undang nomor 32 tahun 2009 pasal 1 tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan Hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain. Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan atau tanggungjawab
pemerintah daerah, asas berkelanjutan dan asas manfaat, pengelolaan lingkungan
hidup
bertujuan
untuk
mewujudkan
pembangunan
berkelanjutan
yang
berwawasan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat, satuan kerja
perangkat daerah yang diberi tanggungjawab untuk itu adalah Badan Lingkungan
Hidup. ( Sumber Undang – Undang No 32 tahun 2009 Pasal 1 ).
Pada penelitian ini akan membahas mengenai permasalahan pencemaran
lingkungan akibat adanya kegiatan industri tetapi yang difokuskan pada masalah
pengawasan Badan Lingkungan Hidup dalam mengatasi Pencemaran Lingkungan
Pada Kawasan Indusrti di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon. Kecamatan
Ciwandan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di kota Cilegon yang paling
parah terkena dampak industri dan dampak pencemaran lingkungan, karena di
kecamatan Ciwandan banyak berdiri perusahaan – perusahaan yang menghasilkan
limbah. Kecamatan Ciwandan tergolong kecamatan yang paling berat dampaknya,
10
mulai disepanjang jalan, mobil – mobil besar yang lewat di daerah tersebut,
sampai polusi pembuangan limbah udara, udara disekitar Kecamatan Ciwandan
juga kondisinya kurang baik, bau yang tak sedap dirasakan oleh penduduk
Ciwandan dan orang yang melalui jalan tersebut. Berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Cilegon Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Pengendalian Pencemaran Dan
Perusakan Lingkungan Bahwa beberapa usaha dan/ atau kegiatan jasa,
pengelolaan bahan maupun yang memanfaatkan sumber daya alam dan
lingkungan sebagai tempat pembuangan limbah berdampak terhadap mutu
lingkungan, bahwa apabila mutu lingkungan melampaui baku mutu lingkungan
yang ditentukan, maka lingkungan disekitar lokasi kegiatan tersebut tercemar dan/
atau rusak sehingga fungsi lingkungan terganggu, dan dapat mengancam
kehidupan makhluk manusia serta makhluk hidup lainnya. ( Sumber Peraturan
Daerah Kota Cilegon No 2 Tahun 2004 ).
berdasarkan observasi peneliti, bahwa pencemaran udara disebabkan oleh
setiap perusahaan merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dikarenakan kegiatan produksi
tersebut akan menghasilkan asap buang yang berwarna pekat yang dapat
mencemari lingkungan dimana asap buang tersebut dikeluarkan dari cerobong –
cerobong asap yang dimiliki perusahaan tersebut dan dampaknya dihirup oleh
masyarakat sekitar dan orang yang melewati kawasan sekitar perusahaan tersebut,
seperti gambar berikut :
11
Sumber, Peneliti 2015)
Gambar 1.1 Cerobong asap yang sedang produksi oleh Pt. Posko
Dan berdasarkan observasi peneliti, bahwa masih terdapat pencemaran air
yang mencemarinya di lingkungan perusahaan, Menurut bapak Masri warga
sekitar juga mengeluh jika air yang digunakan sehari – hari sudah tidak seperti
dahulu yang bersih dan tidak keruh. Jarak perusahaan dan rumah warga sangat
dekat sehingga debunya lebih berdampak pada aktivitas warga tersebut.
(Wawancara pada bapak H. Neni tokoh masyarakat Desa Tegal Ratu Kecamatan
Ciwandan pada tangga 15 November 2014 ).
Adapun keluhan yang sering dikeluhkan warga menurut buku status
lingkungan hidup daerah Kota Cilegon pengaduan pencemaran udara yang
terbanyak seperti tabel dibawah ini :
12
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
pengaduan
masyarakat
Column1
Column2
(Sumber: Peneliti, 2015)
Tabel 1.1 Pengaduan Masyarakat
Perusahaan – perusahaan yang berdampak mencemari lingkungan di kota
Cilegon maka harus diawasi kegiatan industri tersebut. Badan Lingkungan hidup
Kota Cilegon mempunyai fungsi pengawasan terhadap aktivitas kegiatan atau
usaha yang berpotensi mencemari lingkungan, terutama pada kegiatan
perusahaan. Namun pada kenyataannya Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
dalam melakukan pengawasan masih belum cukup baik. Dibuktikan dengan
adanya beberapa masalah mengenai lemahnya pengawasan Badan Lingkungan
Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di
Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon.Berdasarkan observasi awal di lapangan,
lemahnya pengawasan tersebut diindikasikan pada permasalahan sebagai berikut
Pertama, Bentuk pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
Tidak dilakukan secara berkala pada perusahaan yang ada pada kawasan industri
yang menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan dan laporan yang
dihasilkan tidak objektif. Menurut salah satu pegawai Badan Lingkungan hidup
13
Kota Cilegon pengawasan yang dilakukan tidak secara berkala terhadap
perusahaan penghasil limbah tersebut. membutuhkan dana yang cukup besar
karena di Cilegon memiliki 169 perusahaan industri. Badan lingkungan Hidup
Kota Cilegon juga tidak memiliki laboratorium untuk menguji keabsahan data dan
untuk membuktikan jika perusahaan itu melakukan suatu pencemaran, jika terjadi
suatu masalah dalam melakukan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon meminta bantuan pihak ketiga untuk membantu menguji atau
membuktikan sesuatu yang disebutkan pencemaran itupun proses sangat rumit
karena laboratoriumnya bertempat di Jakarta. Pengawasan secara berkala yang
dimaksud disini menurut petugas pengawasnya seharusnya dilakukan pertiga
bulan sekali, tetapi dari sumber yang diketahui (pegawai BLH) hanya melakukan
pengawasan setahun dua kali bahkan hanya menunggu dari laporan perusahaan
yang langsung ke kantor Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. (wawancara
pada ibu Eri Sukaesih, ST, MM. Pada tanggal 24 november 2014 ).
Kedua, kurang adanya tindak lanjut dari Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon terhadap dampak pencemaran lingkungan.menurut salah satu warga yang
tinggal dekat pada kawasan industri tersebut, menurutnya BLH tidak menindak
lanjuti jika ada keluhan warga. Hal ini dibuktikan dengan adanya warga dari
Kecamatan Ciwandan Terjangkit ISPA (Infeksi Saluran Penularan Akut).
Penyebab dari ISPA tersebut, karena di kawasan kecamatan Ciwandan dekat
dengan kawasan industri, sehingga udaranya sudah terkena polusi. Bahkan di
daerah Tegal Ratu sering tercium bau tidak enak dari asap pabrik. Bukti keluhan
lainnya seperti warga merasa terganggu dengan debu yang diakibatkan oleh
14
kendaraan pabrik (industri). ( wawancara pada bapak H. Neni tokoh masyarakat
Desa Tegal Ratu Kecamatan Ciwandan pada tangga 15 November 2014 ).
Ketiga, kurangnya petugas pengawas lapangan yang dimiliki oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon, hanya memiliki dua petugas lapangan dan satu
koordinator dan mereka harus mengawasi 169 perusahaan yang ada di kota
Cilegon.
Keempat, sanksi yang diberikan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon masih terbilang ringan yang dimaksud disini yaitu masih ada perusahaan
yang membuang limbah ke aliran sungai Dan faktanya masih ada perusahaan
yang sudah dua kali tiap tahunnya menerima teguran secara tertulis ( sumber
Cilegon Online, kamis 4 desember 2014 ).
Kelima, Kurangnya anggaran yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik mengambil tema
penelitian mengenai pengawasan Badan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi
Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di Kecamatan Ciwandan Kota
Cilegon. Hal tersebut dikarenakan Limbah-Limbah yang dihasilkan oleh
Perusahaan tersebut dapat mencemari lingkungan, sehingga bisa memberikan
dampak buruk tehadap masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut.
Sehingga untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan pengawasan yang baik
guna menjadikan perusahaan yang tertib hukum dan berwawasan lingkungan.
15
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan dalam latar belakang
masalah di atas, maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
terhadap perusahaan yang berada pada kawasan industri tidak secara
berkala atau rutin dan laporan yang dihasilkan oleh Badan Lingkungan
Hidup kota Cilegon tidak objektif.
2. Tidak adanya tindak lanjut pada pencemaran tersebut.
3. kurangnya petugas pengawas lapangan yang dimiliki oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon, hanya memiliki dua petugas lapangan
dan satu koordinator dan mereka harus mengawasi 169 perusahaan yang
ada di kota Cilegon.
4. Tidak adanya sanksi tegas yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon.
5. Kurangnya anggaran yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon
Berdasarkan masalah – masalah yang telah peneliti deskripsikan di atas,
maka peneliti tertarik untuk mengaplikasikan dalam sebuah skripsi yang berjudul
“ Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran
Lingkungan Pada Kawasan Industri Di Kecamatan Ciwandan kota Cilegon.
16
1.3. Batasan Masalah
Dalam batasan masalah penelitian ini, maka peneliti akan membatasi
penelitian pada Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi
Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di Kecamatan Ciwandan Kota
Cilegon.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dibuat oleh peneliti maka maslah
penelitian dapat dirumuskan :
1. Bagaimana efektivitas pengawasan Badan Lingkungan Hidup Dalam
Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di Kecamatan
Ciwandan Kota Cilegon ?
1.5.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektiv pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Dalam mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan
Industri Di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon.
1.6.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dapat dilihat dari manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1.
Manfaat teoritis
hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan studi
administrasi negara,sehingga dapat memperkaya kajian ilmiah yang dijadikan
bahan referensi dalam penelitian lainnya yang saling berkaitan yaitu pengawasan
dalam fungsi manajemen public.
17
2.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis bagi peneliti dapat mengetahui bagaimana pengawasan
badan lingkungan hidup dalam mengatasi pencemaran Lingkungan pada kawasan
industri Di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon.
1.1 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini dibagi kedalam lima bagian yang masing-masing
terdiri dari sub bagian, yaitu sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti. Bentuk penerangan dan penjelasan
dalam peneleitian ini akan diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari
penjelasan yang berbentuk umum hingga menukik ke masalah yang
spesifik dan relevan dengan judul skripsi.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan
diteliti, dikaitkan dengan tema/topik/judul penelitian.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan untuk menghemat waktu dan dana
maka peneliti membatasi penelitian ini.
18
1.4 Rumusan Masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah
yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam bagian
ini juga akan didefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam
kalimat tanya.
1.5 Tujuan Penelitian
Mengungkapkan
tentang
sasaran
yang
ingin
di
capai
dengan
dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi
dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah
penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan tentang manfaat teoritis dan praktis terkait dengan temuan
penelitian
1.7 Sistematika Penulisan
Yaitu menjelaskan isi bab per babnya dan menjelaskan urutan penulisan
skripsi ini secara keseluruhan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
1.1 Landasan Teori
Landasan teori mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan
permasalahan penelitian, sehingga akan memperoleh konsep penelitian
yang sangat jelas.
19
1.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kajian penelitian yang pernah dilakukan
oleh penulis sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah.
1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca mengenai asumsi dasarnya.
1.4 Asumsi Dasar Penelitian
Asumsi dasar merupakan jawaban sementara dan akan diuji kebenarannya.
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitan
Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan dan metode apa yang
akan digunakan dalam penelitian ini.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Dalam bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian
penelitian yang akan dilakukan.
3.3 Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan, yaitu menjelaskan
tempat, serta alasan memilihnya locus tersebut untuk dijadikan tempat
penelitian.
3.4 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data
yang digunakan, dalam hal ini instrumennya adalah peneliti sendiri dan
20
akan disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam
pengumpulan data dan observasi.
3.5 Informan Penelitian
Informan penelitian yaitu pihak yang memberikan informasi baik secara
lisan maupun tulisan kepada peneliti. Pemberian informasi biasanya
didapatkan dengan cara wawancara dengan peneliti.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan teknik analisis dan rasionalisasinya, yaitu memaparkan
teknik pengolahan dan analisis data yang akan digunakan dalam penelitian
ini.
3.7 Jadual Penelitian
Menjelaskan jadual penelitian, beserta tahapan penelitian yang akan
dilakukan, serta dilengkapi dengan tabel jadual penelitian.
BAB IV
: PEMBAHASAN
1.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan dengan
objek penelitian.
1.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisis data yang relevan.
1.3 Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
21
BAB V
: PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan
mudah dipahami.
5.2 Saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang
diteliti baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan
skripsi ini.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Memuat lampiran-lampiran yang dianggap perlu dan relevan, tersusun
secara berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti karena berkaitan dengan data
penelitian dan sebagai bukti kuat dalam penyusunan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori digunakan untuk memperkuat uraian sebelumnya. Pada bab
ini, peneliti menggunakan teori tentang pengawasan untuk mendukung masalah
dalam penelitian. Penggunaan teori merupakan cara yang tepat untuk mengelola
sumber daya waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan serta alat yang
tepat untuk memperingati pekerjaan.
Teori berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian.
Maka dari itu, pada bab ini peneliti akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan
pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon Dalam Mengatasi
Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di Kecamatan Ciwandan Kota
Cilegon.
2.2 Teori Pengawasan
2.2.1 Arti, Maksud Dan Tujuan Pengawasan
1. Definisi Pengawasan
Robert J. Mockler dalam (Handoko,2003:360) definisi pengawasan
adalah:
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaann
dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan – penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
22
23
perusahaan dipergunakan dengan cara efektif dan efesien dalam
pencapaian tujuan – tujuan perusahaan.
Farland dalam (Handayaningrat,1994:143) memberikan definisi
Pengawasan (control) sebagai berikut:
“Control is the process by which an executive gets the
performance of hi subordinates to correspond a closely a possible
to chosen plans, orders, obhectives, or policies” dalam bahasa
Indonesia diartikan “Pengawasan ialah suatu proses dimana
pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahannya sesusai dengan rencana,
perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan”.
Jelasnya Pengawasan harus berpedoman terhadap: 1) Rencana
(planning) yang telah diputuskan 2) Perintah (order) terhadap
pelakasanaan pekerjaan (performance), 3) Tujuan dan 4)
Kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya”.
Dapat disimpulkan, bahwa pengawasan merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh Ketua/ Pimpinan di dalam suatu organisasi tertentu agar
dapat mengetahui hasil dari pelaksanaan pekerjaan bawahannya yang
dilakukan
sebelumnya
apakah
sudah
sesuai
dengan
tugas
dan
tanggungjawabnya sehingga Ketua/ Pimpinan tersebut mengetahui
kenaikan kinerja atau penurunan kinerja bawahannya. Dibawah ini
digambarkan
proses
pengawasan
(Handayaningrat,1994:143)
sebagai berikut:
Pedoman
Rencana
(Planning)
Monitoring
Pelaksanaa
n Pekerjaan
(Performan
ces)
Umpan Balik (feddback)
Gambar 2.1 Proses Pengawasan standar
Hasil
Pengawasa
n (Control)
Koreksi
yaitu,
24
Gambar 2.1 menunjukkan Proses Pengawasan dari awal yaitu,
merumuskan Rencana (planning) organisasi, yang sesuai kebutuhan atau pedoman
sehingga tercipta visi dan misi organisasi yang diatur sebelumnya, setelah itu
menjalankan pekerjaan sehingga dapat mengeluarkan hasil atau produk dari
pekerjaannya dan saat itulah pelaksanaan pengawasan dilakukan. Pengawasan
dijadikan bahan koreksian ketika suatu organisasi yang sudah memiliki visi dan
misi namun hasil pekerjaanya tidak optimal atau tidak sesuai dengan visi dan
misinya. Kemudian dilakukannya monitoring sebagai perbandingan antara tujuan
awal organisasi, pekerjaan yang dilakukan dan masalah yang ditemukan, sehingga
dari monitoring tersebut organisasi memulai dengan merumuskan rencana yang
baru dari hasil solusi atau produk dari pengawasan yang sebelumnya dilakukan.
Oleh sebab itu, organisasi memerlukan pandangan baru untuk menentukan
perencanaan yang baru dalam hal ini, dapat meminimalisir kesalahan yang sudah
terjadi sebelumnya. Dan ini yang bisa dikatakan timbal balik (feedback) antara
pengawasan dengan perencanaan.
Pengawasan menurut (Harahap, 2001:2) menjelaskan bahwa sistem
pengawasan sebenarnya melekat dalam setiap fungsi yang dilakukan manajemen,
artinya pada saat melaksanakan fungsi perencanaan seorang manajer sudah
melaksanakan fungsi pengawasan, demikian juga pada fungsi manajemen lainnya.
Namun dalam berbagai hasil kajian bidang manajemen belakangan ini serta untuk
mudahnya, maka literatur manajemen membuat fungsi pengawasan manajemen
ini dalam kelompok tersendiri bukan berarti merupakan fungsi yang terpisah dari
fungsi lainnya, tetapi hanya sekedar cara untuk memudahkan penganalisisan.
25
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen, pengawasan dapat
didefinisikan sebagai proses untuk ‘ menjamin ‘ bahwa tujuan – tujuan organisasi
dan
manajemen
tercapai
keseluruhan
pengawasan
adalah
aktivitas
membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya (Handoko, 2003 : 359).
Ada tiga dasar pengawasan, yaitu (1) pengawasan pendahuluan, (2)
pengawasan Concerrent, dan (3) pengawasan umpan balik menurut (Handoko,
2003 : 361) :
1. Pengawasan pendahuluan (feedforward control), pengawasan
pendahuluan atau sering disebut steering controls, dirancang untuk
mengantisipasi masalah – masalah atau penyimpangan –
penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi
dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi,
pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif,dengan
mendeteksi masalah – masalah dan mengambil tindakan yang
diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan
efektif hanya bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat
dan tepat pada waktunya tentang perubahan – perubahan dalam
lingkungan atau tentang perkembangan terhadap tujuan yang
diiinginkan.
2. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan (concurrent control). Pengawasan ini, sering disebut
pengawasan ya tidak, screening control atau berhenti – terus
dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
3. Pengawasan umpan balik (feedback control). Pengawasan umpan
balik, juga dikenal sebagai past – action controls, mengukur hasil –
hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
26
2. Maksud Pengawasan
Menurut Handoko (2003 : 258) menyatakan bahwa,
Pengawasan itu dimaksudkan untuk lebih menjamin bahwa
semua kegiatan yang diselenggarakan dalam suatu organisasi
didasarkan pada suatu rencana termasuk suatu strategi yang
telah ditetapkan sebelumnya tanpa perlu mempersoalkan pada
tingkat manajerial mana rencana tersebut disusun dan
ditetapkan. Pengawasan dilakukan untuk mencegah terjadnya
deviasi dalam operasionalisasi suatu rencana sehingga berbagai
kegiatan operasional yang sedang berlangsung terlaksana
dengan baik dalam arti bukan hanya sesua dengan rencana, akan
tetapi juga dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang setinggi
mungkin.
Menurut Handayaningrat (1990:143) menyatakan bahwa,
“Pengawasan itu dimaksudkan untuk mencegah atau untuk
meperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidak-sesuaian,
penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan
wewenang yang telah ditentukan. Jadi maksud pengawasan
bukan mencari kesalahan terhadap orangnya, tetapi mencari
kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaannya”.
Maka dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa, Pengawasan
dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara perencanaan dengan
pelaksanaan sehingga ketika terjadi ketidaksesuaian dengan visi dan
misi
yang
telah
dirumuskan
sebelumnya,
dalam
pelaksanaan
pengawasan ini dapat menemukan solusi atau jawaban sehingga dapat
menanggulangi ketidaksesuaian tersebut.
3. Tujuan Pengawasan
Menurut
Hasibuan
pengawasan sebagai berikut :
(2011:242)
menyatakan
bahwa
tujuan
27
1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan –
ketentuan dari rencana.
2. Melakukan tindakan perbaikan (Corrective), jika tedapat
penyimpangan – penyimpangan (Deviasi). ialah mengusahakan
Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Menurut Manullang (2005:173) tujuan utama dari pengawasan agar
apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar – benar
merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama
bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah
dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan – kelemahan serta kesulitan
-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan
penemuan
–
penemuan
tersebut
dapat
diambil
tindakan
untuk
memperbaikinya, baik pada waktu itu ataupun waktu – waktu yang akan
datang.
Menurut
Handayaningrat
(1990:143)
menyatakan
bahwa,
“Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan diperoleh secara berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya”. Kesimpulannya tujuan dari Pengawasan
untuk memberikan pekerjaan yang optimal dari visi dan misi suatu
organisasi tertentu sehingga hasil yang optimal itu dapat dirasakan dampak
positifnya oleh khalayak banyak.
28
2.2.2 Metode Pengawasan
Cara – cara pengawasan atau pengendalian menurut
(Hasibuan, 2008 : 245) yaitu :
1. Pengawasan langsung
Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri
secara langsung oleh seorang manajer. Manajer memeriksa
pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah
dikerjakan dengan benar dan hasil – hasilnya sesuai dengan yang
dikehendaki.
Kebaikannya :
1. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin, sehingga
perbaikannya dilakukan dengan cepat.
2. Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan,
sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dan
bawahannya.
3. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena
merasa diperhatikan oleh atasannya.
4. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang
mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.
5. Akan dapat mengindari timbulnya kesan laporan.
Keburukannya:
1. Waktu seorang manajer banyak tersita, sehingga waktu untuk
pekerjaaan lainnya berkurang.
2. Mengurangi inisiatif bawahan, karena mereka merasa bahwa
atasannya selalu mengamatinya.
3. Ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain
– lainnya.
2. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya
dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan.
Kebaikannya :
1. Waktu manajer ntuk mengerjakan tugas – tugas lainnya
semakin banyak, misalnya perencanaan, kebijaksanaan, dan
lain – lain.
2. Biaya pengawasan relatif kecil.
3. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam
melaksanakan pekerjaan.
Keburukannya :
1. Laporan kadang – kadang kurang objektif, karena ada
kecenderungan untuk melaporkan yang baik – baik saja.
29
2. Jika ada kesalahan – kesalahan terlambat mengetahuinya,
sehingga perbaikannya pun terlambat.
3. Kurang mencipatakan hubungan – hubungan antara atasan
dan bawahan.Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah
pengendalian yang di khususkan untuk kesalahan – kesalahan
yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan.
Dalam Handayaningrat, (1990:147) ada beberapa Metode
Pengawasan yaitu sebagai berikut:
1. Pengawasan langsung ialah, apabila Aparat Pengawasan/ Pimpinan
Organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat
pelaksanaan pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verifikatif
maupun dengan sistem investigatif.
2. Pengawasan tidak langsung ialah apabila Aparat Pengawasan/
Pimpinan Organisasi melakukan pelaksanaan pekerjaan hanya
melalui laporan-laporan yang masuk padanya.
3. Pengawasan formal ialah pengawasan yang secara formal
dilakukan oleh Unit/ Aparat Pengawasan yang bertindak atas nama
Pimpinan Organisasinya atau Atasan dari pada Pimpinan
Organisasi itu. Dalam hal ini biasanya telah ditentukan prosedur,
hubungan dan tata kerjanya. Misalnya periode waktu pertanggung
jawaban. Aparat pengawasan ini harus melaporkan secara periodik
perkembangan dari hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan
terhadap pimpinan.
4. Pengawasan informal ialah pengawasan yang tidak melalui saluran
formal atau prosedur yang telah ditentukan.
5. Pengawasan administratif ialah pengawasan yang meliputi bidang
Keuangan, Kepegawaian, dan Material. Bidang keuangan
menyangkut tentang: Pos-pos Anggaran (rencana Anggaran),
Pelaksanaan Anggaran, yang meliputi Pengurusan Administratif
dan Pengurusan Bendaharawan. Pengawasan Kepegawaian
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan Administrasi
Kepegawaian, yaitu: perihal kebenaran prosedur penerimaan
(umur, pendidikan, atau keahlian, pengalaman, bakat dan
sebagainya). Pengawasan Material ialah untuk mengetahui apakah
barang-barang yang disediakan (dibeli) sesuai dengan rencana
pengadaannya.
6. Pengawasan Teknis (Technical Control) ialah pengawasan,
terhadap hal-hal yang bersifat fisik, misalnya: pemeriksaan
terhadap pembangunan gedung, pembuatan kapal, penanaman padi
di sawah, kesehatan rakyat di desa, dan sebagainya.
Dari enam metode pengawasan yang telah disebutkan, peneliti
dapat menarik kesimpulan yaitu, sebagai berikut:
30
1. Pimpinan secara langsung mendatangi lokasi pekerjaan bawahannya
dalam hal memeriksa (Inspektif), dan sebagai pembuktian
(Verifikatif) secara nyata apa yang sedang terjadi, sehingga
pimpinan dapat mengamati (Investigatif) hal-hal yang terjadi di
lokasi pekerjaan bawahannya. Kesimpulannya, Pengawasan
langsung akan menghasilkan sesuatu yang baru atau yang belum
diketahui misalnya, BLH Kota Cilegon langsung datang ke tempat
pencemaran lingkungan, untuk mengetahui langsung apa yang
sedang terjadi disana sehingga Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon dapat menentukan langkah-langkah yang tepat untuk
perencanaannya, pengelolaannya dan mengantisipasi masalahmasalah yang ada.
2. Pimpinan mengawasi bawahannya melihat pada laporan-laporan
yang dibuat oleh bawahannya. Dalam hal ini Pimpinan dapat
menentukan kebijakan untuk kondisi organisasinya melaui laporanlaporan tersebut. Misalnya laporan hasil pengawasan oleh pegawai
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon khusunya di bidang
pengawasan, dari laporan tersebut Dinas dapat membandingkan
pencemaran pertahun yang terjadi.
3. Yang melakukan pengawasan ini ialah bawahan pimpinan yang
memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya untuk
melakukan pengawasan kepada bawahannya yang lain. Dalam
penelitian ini terkait yang melakukan pengawasan formal yaitu
pegawai Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon khususnya staff di
bidang Pengawasan, karena untuk melakukan pengawasan di
perusahaan – perusahaan di Kota Cilegon.
4. Pengawasan informal ini biasanya dilakukan oleh Pejabat Pimpinan
dengan melalui kunjungan yang tidak resmi (Pribadi). Hal ini untuk
menghindarkan kekauan dalam hubungan antara Atasan dan
Bawahan. Misalnya pegawai Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon terlepas dari jam kerjanya mengunjungi perusahaan di kota
Cilegon dengan tujuan untuk berkunjung namun, dapat juga
sekaligus memerhatikan kondisi pencemaran yang terjadi hal ini
tidak terlepas dari tugas dan fungsinya sebagai pegawai Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon.
5. Pengawasan administrasi dilakukan oleh kepala di dalam bidang
Keuangan, Kepegawaian, dan Material. Yang melihat dengan hak
dan kewajiban pegawainya masing-masing.
Pengawasan teknis dilakukan dengan ukuran-ukuran/ satuan atau
standar yang sudah ditetapkan sebelumnya.
31
2.2.3 Prosedur Pengawasan
Handoko (2003:367) mengemukakan prosedur untuk penetapan
sistem pengawasan, pendekatannya terdiri atas lima langkah dasar yang
dapat diterapkan untuk semua tipe kegiatan pengawasan :
1. Merumuskan hasil yang diinginkan, manajer harus
merumuskan hasil yang akan dicapai sejelas mungkin. Tujuan
yang dinyatakan secara umum atau kurang jelas seperti
pengurangan biaya overhead atau meningkatkan pelayanan
langganan. Perlu dirumuskan lebih jelas seperti pengurangan
biaya overhead dengan 12% atau menyelesaikan setiap keluhan
konsumen dalam waktu paling lama tiga hari disamping itu,
hasil yang diinginkan harus dihubungkan dengan individu yang
bertanggung jawab atas pencapaiannya.
2. Menetapkan penunjuk (predictors) hasil. Tujuan pengawasan
sebelum dan selama kegiatan dilaksanakan adalah agar manajer
dapat mengatasi dan memperbaiki adanya penyimpangan
sebelum kegiatan diselesaikan.
3. Menetapkan standar penunjuk dan hasil. Penetapan standar
untuk penunjuk dan hasil akhir adalah bagian penting
perancangan proses pengawasan. Tanpa penetapan standar,
manajer mungkin memberikan perhatian yang lebih terhadap
penyimpangan kecil atau tidak bereaksi terhadap penyimpangan
besar.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik. Langkah
keempat dalam perancangan suatu siklus pengawasan adalah
menetapkan sarana untuk pengumpulan informasi penunjuk dan
perbandingan penunjuk terhadap standar. Jaringan kerja
komunikasi dianggap baik bila aliran tidak hanya ke atas tetapi
juga ke bawah kepada siapa yang harus mengambil tindakan
koreksi.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, langkah
terakhir adalah perbandingan penunjuk dengan standar,
penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil, dan
kemudiam pengambil tindakan.
Menurut
Farlan
dalam
(Handayaningrat,
1990:156-158)
menjelaskan ada beberapa prosedur Pengawasan adalah, sebagai berikut:
32
1. Observasi atau Pengamatan, suatu hal yang perlu
dipertimbangkan bahwa Pimpinan/Atasan secara periodik perlu
mengadakan observasi terhadap bawahannya, yaitu tentang cara
berkerja, sistem bekerjanya dan hasil-hasil pekerjaanya.
2. Pemberian Contoh adalah penting bagi pemimpin, karena
Pimpinan sering menjumpai suatu pemberian contoh yang akan
dapat membantu hasil dari pada pengawasan.
3. Pencatatan dan Pelaporan (Recording and Reporting), yaitu
mempunyai nilai pengawasan, sekalipun dalam penggunaanya
diperlukan waktu dan tenaga yang banyak karena ini
merupakan suatu pembuktian dari suatu pekerjaan Organisasi
tertentu.
4. Pembatasan wewenang, dalam hal bawahan mempunyai
wewenang yang melebihi dari pada wewenang yang telah
ditentukan, maka perlu adanya suatu pembatasan agar supaya
tidak terjadi penyimpangan. Misalnya seorang Bendaharawan
hanya diperbolehkan menyimpan uang dalam kas paling
banyak Rp.2.000.000,- . Bila ia menyimpan lebih dari itu
berarti suatu penyimpangan, sebab membahayakan keselamatan
uang Negara.
5. Menentukan Peraturan, Perintah dan Prosedur. Dalam
menentukan Peraturan dan Prosedur pengawasan, Pimpinan
mempunyai peranan yang penting dalam pengawasan tugas
rutin dan dapat mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang
baik dari pada pelaksanaan yang dilakukan oleh orang-orang di
dalam suatu organisasi.
6. Menentukan Anggaran (budget), adalah rencana yang
merupakan alat dari pada Pimpinan untuk dilaksanakan.
Anggaran ini merupakan suatu petunjuk untuk mengembangkan
dan memajukan organisasi, dan juga merupakan suatu alat
penilaian suksesnya suatu rencana.
7. Sensor adalah tindakan preventif yaitu untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan. Sebaiknya dalam pengawasan ini
mereka masih timbul pertanyaan, yaitu apakah suatu yang telah
dilakukan itu sudah sesuai dengan pedoman atau kebijaksanaan
yang telah ditentukan.
8. Tindakan Displin yaitu mempunyai nilai sanksi. Pengawasan
melalui tindakan disiplin akan mempunyai pengaruh sampai
dimanakah tindakan yang bersifat korektif dan represif itu
dijalankan.
33
2.2.4 Manfaat Hasil Pengawasan
Menurut Siagan (2008:261), manfaat terpenting dari pengawasan
ialah:
a) Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata
dalam mana organisasi berada.
b) Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya oprasionalisasi
rencana dengan efisien dan efektif.
c) Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan
dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan oprasional.
d) Langkah-langkah apa yang segera dapat diambil untuk menghargai
kinerja yang memuaskan.
e) Tindakan prefentif apa yang segera dapat dilakukan agar deviasi
dari standar tidak terus berlanjut.
Peneliti menarik kesimpulan dari manfaat pengawasan yang sudah
disebutkan, yaitu sebagai berikut:
a) Informasi dibutuhkan suatu organasisasi terkait keberlangsungan
program yang akan dilaksanakan dan organisasi membutuhkan
informasi terbaru mengenai situasi yang sedang terjadi. Untuk itu
diperlukan pengawasan agar dapat mengetahui informasi yang
menunjang suatu program di dalam organisasi.
b) Dengan melakukan pengawasan suatu organisasi dapat mengetahui
serta mengkaji faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung bagi
suatu program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Sehingga
program organisasi tersebut dapat berjalan sesuai rencana dan
menghasilkan apa yang di harapkan.
c) Pengawasan menuntut suatu organisasi untuk mengkaji ulang
setiap
permasalahan
yang
menjadi
hambatan
dalam
penyelenggaraan suatu kegiatan. Karena itu, dilakukan pengawasan
akan menambah ilmu-ilmu baru bagi organisasi tersebut.
d) Setelah mengetahui permasalahan serta mengkaji ulang kesalahan
yang terjadi maka dengan dilakukannya pengawasan, organisasi
mendapat gambaran atau memberikan solusi yang tepat, dari setiap
permasalahan yang ada sehingga, dapat mengurangi kesalahan
yang terjadi dan mendapatkan kinerja yang memuaskan.
e) Kesimpulannya pengawasan akan memberikan tindakan apa yang
tepat dalam menyelasaikan masalah, agar penyimpangan yang
terjadi tidak terus berlanjut.
34
2.2.5 Tahap – tahap dalam proses pengawasan
Menurut Handoko (1984:363) proses pengawasan biasanya terdiri
paling sedikit lima tahap (langkah), seperti ini :
1. penetapan standar pelaksanaan, tahap pertama dalam pengawasan
adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti
sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
patokan untuk penilaian hasil – hasil tujuan, sasaran, kuota dan
target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, penetapan standar
adalah sia – sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur
pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan
kegiatan secara tepat.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan,ada berbagai cara untuk
melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu a) pengamatan
(observasi), b) laporan- laporan baik lisan dan tertulis, c) metode
– metode otomatis dan d) inspeksi ( pengujian).
4. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa
penyimpangan, tahap kritis dari proses pengawasan adalah
pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang
direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan, bila hasil analisa
menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus
diambil dalam berbagai bentuk.
2.2.6 Ciri – ciri pengawasan yang efektif
menurut Siagian (2004:130) pengawasan akan berlangsung dengan
efektif apabila memiliki berbagai ciri yang dibahas berikut ini :
1. pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan
yang diselenggarakan, yang dimaksud adalah bahwa teknik
pengawasan harus sesuai antara lain dengan penemuan
informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan
kegiatan apa yang menjadi sasaran tersebut.
2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang
kemungkinan adanya deviasi dari rencana.
3. Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik – titik
strategi tertentu.
4. Objektivitas dalam melakukan pengawasan, dalam pembahasan
tentang perencanaan telah ditekankan bahwa salah satu
komponen yang harus jelas terlihat dalam rencana adalah
35
standar prestasi kerja yang diharapkan dipenuhi oleh para
pelaksana kegatan operasional.
2.2.7 Prinsip – Prinsip Pengawasan
Menurut Handayaningrat (1990:149) prinsip – prinsip pengawasan
sebagai berikut :
1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi
2. Pengawasan harus objektif, jujur, dan mendahulukan
kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
3. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut
peraturan – peraturan yang berlaku (wetmatigheld), berorientasi
terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan
(rechtmatighed), dan berorientasi terhadap tujuan (manfaat)
dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatifheid).
4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.
5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti
(accurate) dan tepat.
6. Pengawasan harus bersifat terus – menerus (continue).
7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feed –
back) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam
pelaksanaan, perencanaan, dan kebijakansanaan waktu yang
akan datang.
Menurut Manullang (2005:173) untuk mendapatkan suatu sistem
pengawasan yang efektif, maka perlu dipenuhi beberapa prinsip
pengawasan, ada dua prinsip pokok, yang merupakan suatu conditio sine
qua non bagi suatu sistem pengawasan yang efektif ialah adanya rencana
tertentu dan adanya pemberian instruksi – instruksi, serta wewenang –
wewenang kepada bawahan. Maka suatu sistem pengawasan haruslah
mengandung prinsip – prinsip berikut :
1. Dapat mereflektir sifat – sifat dan kebutuhan – kebutuhan dari
kegiatan – kegiatan yang harus diawasi.
2. Dapat
dengan
segera
melaporkan
penyimpanganpenyimpangan.
36
3.
4.
5.
6.
7.
Fleksibel.
Dapat mereflektir pola organisasi.
Ekonomis.
Dapat dimengerti.
Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.
2.2.8 Karakteristik – Karakteristik Pengawasan
Dalam pengawasan penelitin ini peneliti menggunakan teori
karakteristik – karakteristik pengawasan yang efektif menurut Handoko
(2003: 373), untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi
kriteria tertentu. Kriteria – kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya:
1.
2.
3.
4.
5.
Mengawasi kegiatan – kegiatan yang benar
Tepat – waktu
Dengan biaya yang efektif
Tepat – akurat
Dapat diterima oleh yang bersangkutan.Semakin dipenuhinya
kriteria kriteria tersebut semakin efektif sistem pengawasan.
Karakteristik – karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih diperinci
sebagai berikut.
a. Akurat, informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat, data yang
tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi
mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan
masalah yang sebenarnya tidak ada.
b. Tepat – waktu, informasi harus dikumpulkan disampaikan dan dievaluasi
secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
c. Obyektif dan menyeluruh, informasi harus mudah dipahami dan bersifat
obyektif serta lengkap.
d. Terpusat pada titik – titik pengawasan strategik, sistem pengawasan harus
memusatkan perhatian pada bidang – bidang di mana penyimpangan –
penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan
mengakibatkan kerusakan paling fatal.
e. Realistik secara ekonomi, biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus
lebih rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari
sistem tersebut.
37
f. Realistik secara organisasional, sistem pengawasan harus cocok atau
harmonis dengan kenyataan – kenyataan organisasi.
g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, informasi pengawasan harus
terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena setiap tahap dan
proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses kegagalan atau keseluruhan
operasi, dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia
yang memerlukannya.
h. Fleksibel, pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dan
lingkungan.
i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, sistem pengawasan efektif
harus menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari standar. Tindakan
koreksi apa yang sebenarnya diambil.
j. Diterima para anggota organisasi, sistem pengawasan harus mampu
mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan
mendorong perasaan otonomi, bertanggungjawab, dan berprestasi.
2.2.2.2 Mengenai Dampak Lingkungan
Dalam undang – undang nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat (21)
disebutkan bahwa analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan
dari ketentuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari
proses perencanaan.
2. Tidak semua kegiatan usaha wajib dlengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan, hanya rencana kegiatan yang
diperkirakan mempunyai dampak penting yang wajib dilengkapi
denga analisis dampak lingkungan. (Raihan, 2006 : 3)
Menurut peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 mengenai
usaha dan / atau kegiatan – kegiatan yang kemungkinan dapat
38
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
meliputi :
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang
tak terbaharui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup serta
kemerosotan sumber daya alam dan pemanfaatannya.
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan serta lingkungan sosial dan
budaya.
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan / atau
perlindungan cagar budaya.
6. Introduksi jenis tumbuuh – tumbuhan, jenis hewan, dan jasad
renik.
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan / atau mempengaruhi
pertahanan negara.
2.2.2.3 Arti, Peranan, Tujuan Dan Manfaat Amdal
1. Definisi AMDAL
AMDAL menurut Kristanto (2004:245) adalah hasil studi mengenai
dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup,
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
AMDAL adalah hasil studi mengenai dampak lingkungan hidup,
yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan.(Raihan, 2006: 35).
Menurut Soemarwoto (2009:36)
AMDAL (Analisis mengenai
dampak lingkungan) yaitu alaut untuk merencanakan tindakan preventif
39
terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu
aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan.
2.Peranan Amdal
Peranan AMDAL dalam (Kristanto 2004 : 248) yaitu :
1. AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang akan dibangun karena
undang
- undang dan peraturan pemerintah mengehendaki
demikian,jika
memiliki
atau
pemrakarsa
proyek
tidak
melakukannya,maka hal itu akan melanggar undang – undang dan
besar kemungkinan perizinan untuk membangun proyek tersebut tidak
akan didapatkan, atau akan, atau akan menghadapi pengadilan yang
dapat memberikan sanksi – sanksi yang tidak ringan. Jawaban ini
sering kurang memperhatikan kualitas lingkungan atau pemilik proyek
yang hanya mementingkan keuntungan proyeknya tanpa meghiraukan
dampak sampingan yang mungkin timbul. Tanpa adanya undang –
undang peraturan pemerintah, baku mutu, maka dasar hukum dari
pelaksanaan amdal ini tidak ada.
2. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena
adanya proyek – proyek pembangunan. Jawaban ini merupakan
jawaban yang ideal, tetapi kesadaran mengenai masalah ini tidak
mudah ditanamkan pada setiap orang,terutama para pemrakarasa
proyek.
3.Tujuan Amdal Dan Manfaat Amdal
Amdal bertujuan untuk menjamin agar dampak penting dapat diketahui lebih
dini dan ditangani pada tahap awal. Untuk mencapai tujuan ini hasil penilaian
perlu dikomunikasikan dengan berbagai kelompok yang berperan dalam
pengambilan
keputusan,
Sedangkan
manfaat
AMDAL
(Raihan,2006:35:36) adalah untuk :
1. Memprediksi dampak kegiatan (proyek) terhdap lingkungan.
2. Mencari alternatif untuk mengurangi dampak negatif.
menurut
40
3. Menyajikan hasil prediksi serta alternatif – alternatif bagi pengambilan
keputusan.
2.2.2.4 Prosedur Amdal
Prosedur AMDAL menurut Raihan (2006:35) dalam melakukan
AMDAL diatur pada peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999, prosedur
penyusunan AMDAL mencakup langkah – langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dampak dan pelingkupan dari rencan kegiatan
dan / atau usaha.
2. Penyusunan kerangka acuan (KA) berdasarkan pelingkungan
(scoping).
3. Meakukan analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang meliputi
prakiraan besarnya dampak dan evaluasi dampak.
4. Membuat perencanaan pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana
pemantauan lingkungan (RPL),
5. Penyusunan laporan AMDAL yang meliputi ringkasan eksekutif
dan penyusunan laporan utama dilengkapi dengan lampiran –
lampiran.
2.2.2.5Dampak Industri
Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor
ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraa masyarakat ( Soemarwoto,
2009 : 11).
Dampak kegiatan industri terhadap lingkungan menurut ( Soemarwoto
2009 : 20) yaitu:
1. Dampak kegiatan pembebasan tanah
Pembebasan tanah adalah salah satu dampak pada kegiatan industri
walaupun sifatnya sementara, namu akibatnya bisa berantai.
2. Dampak prakonstruksi
Tanah dibersihkan dari segala bangunan lama dan tanaman
diatasnya maupun hutan semak belular, sebagian alat – alat berat
diperlukan demikian juga dengan tenaga kerja. Sisa bangunan
harus dipindahkan berarti memerlukan pengangkutan.
41
3. Dampak masa konstruksi
Masa konstruksi membutuhkan bahan – bahan yang tersedia dari
bahan lokal maupun non lokal. Kebutuhan tanaman sirtu untuk
penimbunan akan merubah bentang alam pada tempat penggalian
sumber daya alam.
4. Dampak limbah cair
Limbah air mengakibatkan badan penerima menjadi kotor dan
senyawa – senyawa pencemar yang terkandung membahayakan
terhadap lingkungan. Di samping itu perubahan air menjadi kotor
perubahan air dilapisi bahan – bahan berminyak atau bahan
padatan lain yang menyebabkan terjadinya penutupan permukaan
air.
Air tercemar bila salah satu atau lebih kondisi berikut ini terpenuhi
yaitu :
1. Mengakibatkan naik turunnya kesamaan air.
2. Akan terjadi perubahan sifat fisik air misalnya terjadi
perubahan warna, air menjadi keruh, berbau dan perubahan
suhu air.
3. Permukan air tertutup oleh lapisan terapung, berupa
minyak, lemak dan bahan padat lainnya.
4. Peningkatan kandungan bahan – bahan organik maupun
organik dalam air.
5. Meningkatkan zat – zat tersuspensi dalam air.
5. Dampak terhadap udara
Limbah gas melalui udara menyebar kesekitar lingkungan
menyebabkan udara menjadi tidak segar, kotor dan berbau.
Terjadinya peningkatan kandungan bahan – bahan dalam udara
seperti nitrogen oksida, sulfur dioksida, hidrokarbon, karbon
monoksida, debu dan partikel lainnya. Penyebab limbah ini adanya
pabrik – pabrik pengecoran biji besi, proses – proses dalam pabrik
pembusukan bahan – bahan organis,pabrik battery, debu asbes,
bahan – bahan pewarna, pembakaran batu bata, sampah lainnya
Limbah gas yang beracun dan berbahaya mengganggu kesehatan
manusia yang berada dalam lingkungan itu. Gangguan terhadap
pekerja yang berada dalam ruangan, radang pada seluruh
pernafasan, fungsi panca indera berkurang. Terganggunya flora
dan fauna.
6. Dampak bahan – bahan beracun dan berbahaya
Sesuai dengan sifat dan proses produksi terhadap pabrik – pabrik
yang menggunakan bahan – bahan beracun dan berbahaya, baik
dalam bentuk bahan baku, hasil produksi maupun hasil simpangan.
Sifat berbahaya dan beracun yang ditimbulkan dapat karena
sentuhan, penyimpanan yang kurang baik maupun penggunaan
yang melebihi dosis. Bahan – bahan beracun dan bahaya timbul
dalam proses ektrasi. Bahan – bahan beracun dan berbahaya
42
bergabung sebagai limbah karena tumpahan atau kebocoran suatu
bahan tergolong beracun dan bebahaya dapat diketahui antara lain :
mudah meledak sifat mudah terbakar, sifat korosif menyengat sifat
oxidator, sifat membunuh serta menimbulkan luka – luka bila
disentuh.
7. Dampak kegiatan industri terhadap lingkungan flora dan fauna
Adanya gas – gas di udara yang bersumber dari asap pabrik
mengancam kehidupan tanaman – tanaman.
Akar yang tercemar bahan beracun membuat binatang – binatang
dalam perairan segera meninggalkan pemukimannya sedangkan
binatang yang lambat geraknya mendapat ancaman.
2.2.2.6 Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan keputusan menteri negara kependudukan dan lingkungan
hidup no. 02/MENKHL/1988, yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk
atau dimasukannya mahkluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam
air/ udara, dan/ atau berubahnya tatanan (komposisi) air/ udara oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara/ air menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. (Kristanto,2004 : 71).
2.2.2.6.1 Definisi Pencemaran Lingkungan
Menurut Raihan (2006:6) lingkungan adalah sejumlah benda dan
kondisi keadaan dan pengaruh yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan
kita (Soemarwoto, 1983).
Definisi pencemaran menurut Silalahi (2001:154) adalah bentuk
environmental impairment, adanya gangguan, perubahan, atau perusakan, bahkan
adanya benda asing di dalamnya yang menyebabkan unsur lingkungan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya (reasonable function).
43
Menurut Raihan (2006 : 8)Lingkungan hidup juga dapat dibedakan
antara lain :
1. Lingkungan fisik (physical Environment), yaitu segala sesuatu
yang ada dalam lingkungan berwujud benda mati seperti batu,
tanah dan lain – lainnya.
2. Lingkungan sosial (social environment), yaitu manusia –
manusia yang ada pada lingkungan (yang ada pada sekitar kita)
3. Lingkungan biologi (biological environment), segala sesuatu
yang berada di lingkungan berwujud makhluk.
Definisi Pencemaran menurut Raihan (2006:11) adalah berkaitan erat
dengan teknologi dan industrialisasi serta gaya hidup (life style), pencemaran
dapat terjadi pada 3 dimensi bumi yaitu tanah, air, dan udara. Pencemaran baru
akan terjadi apabila suatu zat dengan tingkat konsentrasi yang melampaui ambang
batas yang ditetapkan atau dengan tingkat konsntrasi tertentu sehingga dapat
mengubah kualitas lingkungan dan kondisi lingkungan baik langsung atau tidak
langsung yang berakibat lingkungan tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Definisi pencemaran lingkungan Tresna (2000:57) merupakan
perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena tindakan
manusia, disebabkan perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkatan
radias, bahan – bahan fisika dan kimia, dan jumlah organisasi. Perbuatan ini dapat
mempengaruhi langsung manusia, atau tidak langsung melalui air,
hasil
pertanian, peternakan, benda – benda, perilaku dalam apresiasi dan reaksi di alam
bebas.
Definisi pencemaran air menurut Kristatnto (2004:72) adalah
penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan norma, bukan dari kemurniannya, air
44
yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni,
namun bukan berrati bahwa semua air sudah tercemar.
Sedangkan berdasarkan keputusan menteri negara kependudukan dan
lingkungan hidup no. 02/MENKLH/1988, yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah :
“ masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan/ atau
komponen lain ke dalam udara dn/ atau berubahnya tatanan
(komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
Raihan (2006:11) pencemaran dapat diakibatkan karena :
1. Kegiatan pertanian, yang dikarenakan pemakaian pestisida kimia
serta pupuk organik.
2. Kegiatan industri, seperti logam, air, buangan panas, asap
3. Kegiatan pertambangan yang berupa terjadinya pencemaran udara,
rusaknya lahan akibat pengglian dan buangan – buangan
penambangan.
4. Alat transportasi yang berupa asap (co2), naiknya suhu
(iklim mikro).
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai
aktivitas tersebut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair,
baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi, dan sebagainya.
Untuk menghindari terjadinya pencemaran udara di lingkungan maka
ditetapkan baku mutu udara, yang dapat dibedakan atas baku mutu udara ambien
dan baku mutu udara emisi. Baku mutu ambien adalah batas kadar yang
45
diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar untuk berada di udara dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh – tumbuhan atau benda.
2.3
Penelitian Terdahulu
Temuan – temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya
merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung
dalam sebuah penelitian. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu
dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan
permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus
penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan pengawasan
badan lingkungan hidup Kota Cilegon dalam mengatasi pencemaran lingkungan.
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, akan dicantumkan beberapa
hasil penelitian terdahuli berupa skripsi, tesis, dan jurnal yang pernah peneliti
baca diantaranya :
Pertama, penelitian atau skripsi yang dilakukan oleh Ahmad Hirliansyah,
penelitian ini berjudul Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar
Lampung Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batu Bara Bagi
Industri (studi di kawasan industri Panjang), penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar
Lampung Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batu Bara bagi
industri.
Penelitian di lapangan yang sedang peneliti teliti yaitu untuk mengetahui
bentuk pengawasan Badan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran
46
Lingkungan Di Kota Cilegon, metode penelitian yang peneliti lakukan
menggunakan metode kualitatif. Penelitian yang peneliti lakukan berlokasi di
Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon.
Perbedaan dari penelitian ini yaitu dari kesimpulan dan Hasil dari penelitian ini
dan pembahasan menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan BPPLH kota
Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batu bara bagi
industri dilakukan dengan cara sebagai memberlakukan prosedur wajib untuk
memperoleh izin tempat penyimpanan sementara LB3 bagi perilaku industri yang
mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/ atau penyimpanan sementara
LB3. Pembentukan tim pengawas pelaksana kebijakan bidang lingkungan hidup
kota bandar Lampung terdapat & faktor – faktot yang menghambat pelaksana
pengawasan BPPLH kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil
pembakaran batubara bagi industri adalah keterbatasan sumber daya manusia
(SDM) aparatur profesional yang dimiliki oleh BPPLH Kota Bandar Lampung
untuk melakukan pengawasan, terbatasnya sarana mobilitas atau operasional
lapangan untuk melakukan pengawasan.
Kedua, Krida K Septian (2012) penelitian ini berjudul Efektivitas
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Mengatasi Pencemaran
Lingkungan Hidup Di Kota Tanggerang Selatan, penelitian ini bertujuan untuk
mengukur seberapa besarkah efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Di Kota Tanggerang Selatan, penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas
47
pengawasan badan lingkungan hidup daerah Kota Tanggerang Selatan mencapai
75, 74 lebih besar dari angka yang dihipotesiskan 70 %.
Penelitian di lapangan yang peneliti sedang teliti yaitu untuk mengetahui bentuk
pengawasan Badan Lingkungan hidup Kota Cilegon Dalam mengatasi
Pencemaran Di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon. Peneliti hanya ingin
mengkaji dari sisi pengawasannya saja, disini peneliti menggunakan metode
kualitatif. Perbedaan dari penelitian ini mengkaji mengenai efektivitas dari
pengawasan tersebut ,penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif.
Ketiga, penelitian atau skripsi yang dilakukan oleh Nurul Hudah dengan
judul Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam Menanggulangi
Pencemaran Air Limbah Industri Batik Di Kelurahan Laweyan. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan kinerja pemerintah daerah dalam hal ini melalui
Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air
limbah industri batik si kelurahan Laweyan. Kinerja dinilai dengan menggunakan
beberapa indikator yaitu produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Selain itu
penelitian ini juga melihat faktor – faktor yang mendukung di Surakarta dan
dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha untuk menggambarkan
tentang suatu keadaan atau fenomena sosial tertentu dan melakukan penilaian
mengenai permasalahan penelitian. Hasil dari penelitian ini maka Badan
Lingkungan Hidup perlu meningkatkan produktivitasnya terutama pada kegiatan
pencegahan, pengawasan, dan penertiban. Perlu alternatif lain selain IPAL
48
komunal karena IPAL komunal belum dapat mengatasi pencemaran air limbah
industri batik dikelurahan Laweyan.
Penelitian di lapangan yang peneliti sedang teliti yaitu untuk mengetahui bentuk
pengawasan Badan Lingkungan hidup Kota Cilegon Dalam mengatasi
Pencemaran Di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon. Peneliti hanya ingin
mengkaji dari sisi pengawasannya saja, disini peneliti menggunakan metode
kualitatif.
Perbedaan dari penelitian ini yaitu peneliti membahas tentang Pencegahan,
Pengawasan, Dan Penerbitan, dan dilihat dari Kinerja dinilai dengan
menggunakan beberapa indikator yaitu produktivitas, responsivitas, dan
akuntabilitas. Selain itu penelitian ini juga melihat faktor – faktor yang
mendukung di Surakarta dan dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini
berusaha untuk menggambarkan tentang suatu keadaan atau fenomena sosial
tertentu dan melakukan penilaian mengenai permasalahan penelitian.
2.4
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam (Sugiyono,2008:60) mengemukakan bahwa,
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi masalah yang
penting yaitu :
1. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
terhadap perusahaan yang berada pada kawasan industri tidak secara
berkala atau rutin dan Laporan yang dihasilkan Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon Tidak Objektif.
49
2. Tidak adanya tindak lanjut pada pencemaran tersebut.
3. Kurangnya petugas pengawas lapangan yang dimiliki oleh Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon, hanya memiliki dua petugas pengawas lapangan dan satu
koordinator dan mereka harus mengawasi 169 perusahaan yang ada di kota
Cilegon.
4. Tidak adanya sanksi tegas yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon.
5. Kurangnya anggaran yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon.
Berdasarkan Dari masalah – masalah yang telah dipaparkan diatas peneliti
menggunakan teori dari Handoko (2003:373), karakteristik pengawasan sebagai
pedoman karena saling berkaitan satu sama lain ,maka adapun karakteristik
pengawasan tersebut diantaranya :
1. Akurat
2. Tepat – waktu
3. Objektif
4. Terpusat pada titik pengawasan strategik
5. Realistik secara ekonomi
6. Realistik secara organisasional
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
8. Fleksibel
9. Bersifat sebagai petunjuk operasional
10. Diterima para anggota organisasi.
Dengan adanya prinsip – prinsip karakteristik pengawasan ini maka akan
didapatkan kinerja suatu pemerintah, dengan demikian maka baik buruknya
pemerintah bisa diketahui apakah Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon telah
menerapkan prinsip –prinsip karakteristik pengawasan tersebut atau malah
bertentangan dengan prinsip – prinsip karakteristik pengawasan tersebut.
Kerangka berfikir penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
50
Gambar 2.2Kerangka Berfikir
Identifikasi Masalah :
1. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon terhadap perusahaan yang
berada pada kawasan industri tidak secara berkala atau rutin dan Laporan yang dihasilkan Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon Tidak Objektif.
2. Tidak adanya tindak lanjut pada pencemaran tersebut.
3. Kurangnya petugas pengawas lapangan yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon,
hanya memiliki dua petugas pengawas lapangan dan satu koordinator dan mereka harus mengawasi 169
perusahaan yang ada di kota Cilegon
4. Tidak adanya sanksi tegas yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon.
5. Kurangnya anggaran yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
Karakteristikkarakteristik pengawasan efektif menurut Handoko ( 2003 : 373 ).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Akurat
Tepat – waktu
Objektif
Terpusat pada titik pengawasan strategik
Realistik secara ekonomi
Realistik secara organisasional
Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
Fleksibel
Bersifat sebagai petunjuk operasional
Diterima para anggota organisasi.
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada
Kawasan Industri diKecamatan Ciwandan Kota Cilegon.
Lingkungan hidup di kota Cilegon menjadi lebih bersih dan sehat.
51
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka berpikir yang telah dibuat atau dipaparkan
diatas, serta observasi awal yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian. Maka
peneliti berasumsi bahwa pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
Dalam Pengawasan Pencemaran Lingkungan pada Kawasan Industri dalam
pelaksanaannya masih belum
baik atau masih kurang optimal, ini dilihat
berdasarkan dari masalah yang timbul dalam pelaksanaan pengawasan tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data guna mencapai tujuan yang
diharapkan perlu adanya suatu metode penelitian yang sesuai dan tepat. Metode
penelitian merupakan suatu usaha pembuktian terhadap suatu objek penelitian untuk
memperoleh kebenaran dari permasalahan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
untuk menghasilkan hasil yang objektif dan tepat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Adapun metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
metode penelitian kualitatif. Dimana penelitian ini, peneliti mencoba menjelaskan
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Di
Kota Cilegon dengan lebih banyak dituangkan ke dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan dan data dokumentasi.
Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong, (2007:3) mengemukakan
ahwa, metodologi penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Adapun metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode
penelitian kualitatif. Di mana penelitian ini, peneliti mencoba menjelaskan
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Di
52
53
Kota Cilegon dengan lebih banyak dituangkan ke dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan dan data dokumentasi.
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian tentang Pengawasan Badan Lingkungan
Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Di
Kota Cilegon ini adalah
peneliti sendiri. Menurut Moleong (2005:19), pencari tahu alamiah (peneliti) dalam
pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul.
Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa pedoman wawancara yaitu
dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis mengenai variabel
yang diteliti kepada informan untuk dijawab. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
agar pertanyaan dalam wawancara tidak menyimpang dari variabel penelitian.
Pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti disusun berdasarkan poin-poin yang
akan ditanyakan kepada informan untuk memperoleh data yang dibutuhkan di dalam
penelitian. Hal ini bertujuan agar proses wawancara dapat berjalan secara mendalam
antara peneliti dengan informan sehingga wawancara bisa bergulir dan data yang
didapat sesuai dengan yang dibutuhkan.
Selain wawancara sebagai alat bantu pengumpulan data utama. Peneliti juga
menggunakan teknik pengumpulan data lainnya yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya:
54
a. Studi lapangan langsung (observasi), merupakan pengumpulan data yang
dibutuhkan dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian. Menurut
Nasution dalam Sugiyono (2008 : 226) menyatakan bahwa, observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi.
b. Studi dokumentasi, ialah studi yang digunakan untuk mencari dan
memperoleh data skunder seperti dalam penelitian ini , serta dokumendokumen yang relevan dengan masalah yang diteliti.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data untuk dianalisis. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu meliputi: observasi, wawancara dan
dokumentasi.
1) Observasi
Menurut Moleong (2007:176), observasi (pengamatan) adalah kegiatan untuk
mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian,
perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan diklasifikasikan atas
pengamatan melaui cara berperan serta (partisipan) dan yang tidak berperan serta
(non partisipan). Pada pengamatan tanpa peran serta, peneliti hanya melakukan satu
fungsi, yaitu mengadakan pengamatan saja. Sedangkan pengamatan berperan serta
melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi
55
anggota resmi dari kelompok yang diamati. Pada penelitian ini, peneliti berperan
sebagai non partisispan atau tidak beperan serta, karena dalam penelitian ini peneliti
tidak terlibat secara langsung dalam proses pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Di Kota Cilegon. Peneliti hanya
melakukan pengamatan saja untuk mengetahui kondisi dari objek penelitian.
2) Wawancara
Moleong (2007:186), mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
tanya jawab dengan narasumber dari aparatur, perusahaan dan masyarakat yang
mengetahui dan memahami lebih jauh khususnya pengawasan Badan Lingkungan
Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Di Kota Cilegon. Berikut ini
peneliti membuat pedoman wawancara penelitian dengan menggunakan indikator
kinerja organisasi model Hersey, Blanchard dan Johnson, dapat di lihat pada tabel
3.1:
56
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
No
Aspek
Topik pertanyaan
1. Standar pengelolaan
1
Akurat
Informan
1. Badan
Limbah dan apa saja yang
Lingkungan Hidup
di maksud pencemaran
Kota Cilegon
Lingkungan
2. Jenis Pencemaran
Lingkungan
3. Jarak Keberadaan
1.Kecamatan
Ciwandan
Toko masyarakat
perusahaan dengan rumah
warga
4. Standar pengelolaan
1.Perusahaan
Limbah yang membuat
pencemaran lingkungan
2.
Tepat Waktu
1. Kegiatan pengawasan
1Badan
sudah dijadwalkan
Lingkungan Hidup
sebelumnya
Kota Cilegon
2. Perusahaan
2. Waktu pengawasan
1. Badan
Lingkungan Hidup
Kota Cilegon
2.Perusahaan
3
Obyektif
Menyeluruh
Dan
1. Penilaian Terhadap
1.Badan
Keahlian yang dimiliki
Lingkungan Hidup
pengawas
Kota Cilegon.
2.Perusahaan
57
3.Kecamatan
4.Desa
2. Objek Dan Sasaran
pengawasan
1.Badan
Lingkungan Hidup
Kota Cilegon
2.Perusahaan
4
Terpusat
pada
titik pengawasan
1. Sanksi Teringan
sampai terberat
strategik
1.Badan
Lingkungan Hidup
Kota Cilegon
2.Kecamatan
3.Desa Masyarakat
4.Perusahaan
2. Pemberian sanksi
1.Badan
sesuai dengan
Lingkungan Hidup
pelanggaran
Kota Cilegon
2.Kecamatan
3.Desa
4.Masyarakat
5
Realistik
Ekonomi
secara
1. Biaya yang
1.Badan
dianggarkan dalam
Lingkungan Hidup
pengawasam
Kota Cilegon
2. Biaya yang
dianggarkan
perusahaan dalam
pengelolaan limbah
yang mengakibatkan
pencemaran
lingkungan
1.Perusahaan
58
6
Realistik secara
Organisasional
1. Keterlibatan
1.Masyarakat
masyarakat dalam
pengawasan
2. Keterlibatan
2.Kecamatan
kecamatan dalam
pengawasan
3. Keterlibatan desa
1.Desa
4. Jumlah pengawas
1.Badan
Lingkungan Hidup
Kota Cilegon
2.Perusahaan.
7
Terkoordinasi
dengan
aliran
kerja
1. Kompensasi yang
diberikan perusahaan
2.Desa
kepada masyarakat
3.Masyarakat
2. Tindakan yang
8
Fleksibel
1.perusahaan
1.Badan
dilakukan pihak terkait
Lingkungan Hidup
terhadap perusahaan
Kota Cilegon
1. Cara Dan Metode
pengawasan
1. Badan
Lingkungan Hidup
Kota Cilegon.
2.Perusahaan
9
Bersifat
sebagai
petunjuk
operasional
1. Pengawasan sesuain
dengan SOP
1.Badan
Lingkungan Hidup
Kota Cilegon
2. Perusahaan
59
2. Standar Tingkat
Diterima
10
para
1.Badan
pendidikan
Lingkungan Hidup
pengawasan
Kota Cilegon
1. Perusahaan merespon
1.Badan
anggota
terhadap pengawasan
Lingkungan Hidup
organisasi
yang dilakukan oleh
Kota Cilegon
pihak terkait
2. Perusahaan
2. Kepuasan masyarakat
1.Masyarakat
terhadap kinerja
2.Kecamatan
pegawai
3.Desa
Sumber: Peneliti 2015
3) Dokumentasi
Studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh data sekunder berupa
peraturan perundang-undangan, laporan-laporan berupa foto atau dokumen elektronik
(rekaman), catatan serta dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah yang
diteliti
Dalam penelitian ini dokumentasi yang diambil berupa foto-foto dan
dokumentasi elektronik yang berupa rekaman. Dokumentasi digunakan untuk
memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan wawancara. Adapun alat
pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Buku Catatan
60
Buku catatan ini digunakan peneliti untuk mencatat setiap informasi dari
sumber data pada saat wawancara dengan sumber data dan mencatat
perkembangan penelitian di lapangan. Menurut Satori dan Komariah
(2010:177), buku catatan adalah catatan lengkap yang bukan saja berisi
hasil pengamatan atau wawancara di lapangan tetapi juga sudah ada
refleksi dari peneliti atas hasil atau deskripsi yang dikerjakan setelah
selesai melakukan suatu pengamatan atau wawancara.
2) Alat Perekam
Alat perekam ini digunakan peneliti untuk merekam setiap pembicaraan
pada saat wawancara dengan sumber informasi. Menurut Satori dan
Komariah (2010:177-178), tape recorder dapat merekam semua
percakapan dengan baik, tetapi sayang tidak dapat menangkap ekspresi
wajah dan gerak-gerik informan. Seandainya informan keberatan dengan
dengan pemakaian tape recorder, maka peneliti tidak boleh memaksa dan
atau tidak boleh mensiasatinya dengan cara tersembunyi karena kalau
ketahuan hal ini dapat merusak hubungan baik.
3) Kamera Digital dan Handphone
Kamera digital dan Handphone ini digunakan peneliti untuk memotret
kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan keabsahan penelitian, yang berupa foto-foto lokasi
penelitian ataupun sumber data.
61
3.4 Informan Penelitian
Setelah mempelajari peran dan hubungan antar partisipan, peneliti akan
mampu menentukan informan yang cocok untuk penelitiannya. Menurut Morse
dalam Denzin (2009:289), seorang informan yang baik adalah seorang yang mampu
menangkap, memahami, dan memenuhi permintaan peneliti, memiliki kemampuan
reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara, dan bersemangat
untuk berperan serta dalam penelitian. Penentuan
informan dalam penelitian
mengenai PengawasanBadan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran
Lingkungan Di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon menggunakan teknik Purposive.
Menurut Patton dalam Denzin (2009:290), alasan logis di balik teknik Purposive
dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa informan yang dipilih
sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information). Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
62
Tabel 3.2 informan penelitian
No
Kode
1. 11-1
Nama Informan
Eri Sukaesih,ST,MM
2. 11-2
H. Hasbi Sidik, TT
3. 12-1
Fuadah,SE,MM
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Edi Qudratullah,SH
Ma’rufi S,IP
Tubagus Juanda,SE
Rudi
Ichwan
Dimyati
Sunadi
H. Neni
Wuryandari
12-2
12-3
12-4
12-5
13-1
13-2
13-3
13-5
14-1
13. 14-2
14. 14-3
Suryadi
Risa Indah P
Keterangan
Kasubid Pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan
Ketua partai, ketua fraksi, ketua ppa,
ketua komisi 2
Kasubag
Umum
Kecamatan
Ciwandan
Kasie Tantrib
Bendahara Kelurahan Tegal Ratu
Lurah Kelurahan Kubangsari
Karang taruna Kecamatan Ciwandan
Masyarakat
Masyarakat
Pedagang
Tokoh Masyarakat
Environment Supervisor PT.Krakatau
Daya Listrik
HSEK3LH PT.Krakatau Daya Listrik
Sr. Hst Assisten PT.Pundi Kencana
3.5 Teknik Analisis Data
Kegiatan analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal
ini analsis data kualitatif menurut menurut Bogdan & Biklen dalam Irawan (2006:73),
analisis data kualitatif adalah:
”Analisis data adalah proses mancari dan mengatur secara sistematis transkip
interview, catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapatkan,
yang kesemuanya itu anda kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda
(terhadap suatu fenomena) yang membantu anda untuk mempresentasikan
penemuan anda kepada orang lain”.
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis data
63
kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberrman dalam Silalahi (2010:339),
Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi bersamaan
berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang
jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan
sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum
yang disebut analisis.
Pengumpulan
data
Reduksi
Data
Penyajian
data
Kesimpulankesimpulan
penarikan/verifikasi
Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analsis Data Model Interaktif
Sumber: Miles dan Huberrman (Silalahi, 2010:340)
Berdasarkan gambar di atas dijelaskan bahwa dalam pandangan ini, tiga jenis
dalam kegiatan analisis data dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan
proses siklus dan interaktif. Peneliti bergerak diantara empat sumbu kumpuran
tersebut selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik diantara kegiatan
64
reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu penelitian.
Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Koleksi Data
Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena
hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan
berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang
sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan
teknik sampling yang benar, kita sudah mendapatkan strategi dan prosedur yang
akan kita gunakan dalam mencari data di lapangan.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasis
data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diferivikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Data yang diperoleh dari
lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dicatat
secara rinci dan teliti. Kemudian segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
65
untuk melakukan pengumpulan selanjutnya, dan mencarinya kembali bila diperlukan.
Reduksi data ini membantu untuk memberikan kode-kode pada aspek tertentu.
3.
Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka alur yang kedua yang penting dalam kegiatan
analisis dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
mengambil tindakan. Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat atau teks naratif selain itu dapat berupa grafik, matriks,
network (jaringan kerja) dan bagan. Dengan mendisplay data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu menyimpulkan dari
temuan-temuan penelitian untuk dijadikan suatu kesimpulan penelitian. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
66
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. Oleh karena itu kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian
berlangsung.
3.6 Uji Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthines) maka diperlukan pengujian
dalam keakuratan data. Terdapat banyak sekali metode yang dapat digunakan untuk
menguji keabsahan data, penelitian ini menggunakan dua cara yaitu:
3.6.1
Triangulasi (Triangulation)
Untuk menguji keabsahan data penelitian menggunakan triangulasi.
Triangulasi menurut Paton dalam Moleong (2005:330-331) Triangulasi adalah
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini
dapat dicapai dengan cara:
1. Membandingkan data pengamatan dan hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan
Peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber. Menurut Satori dan
Komariah (2010:170-171) menyatakan bahwa triangulasi sumber adalah cara
67
meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mencari data dari sumber yang
beragam yang masih terkait satu sama lain. Sedangkan triangulasi teknik yaitu
penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data.
3.6.2 Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang
ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya tersebut valid, sehingga
semakin kredibel/dipercaya.
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian
3.7.1 Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Kecamatan Ciwandan Kota
Cilegon.
3.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti Bagaimana Pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Di Kota Cilegon.
Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan
mei 2015. Jadwal rencana penelitian terlampir pada tabel 3.2 berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
68
Tabel 3.3
JADWAL RENCANA PENELITIAN 2015
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Bulan
Febr
uari
2014
Pengajua
n Judul
Skripsi
Perijinan
dan
Penelitia
n Awal
Pengump
ulan Data
Pembuata
n
Proposal
Bimbinga
n dan
Revisi
Proposal
Observas
i dan
wwawan
cara
Penyusun
an hasil
penelitian
Sidang
skripsi
Mar
et
2014
Apri
l
2014
Mei
2014
Juni
2014
Juli
2014
Agus
tus
2014
Septe
mber
2014
Okto
ber
2014
Novem
ber
2014
Dese
mbe
r
2014
Janu
ari
2015
Febr
uari
2015
M
ar
et
20
15
April
2015
Mei
2015
Juni 2015
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kondisi Kota Cilegon
Daerah Kota Cilegon secara Administratif luas wilayahnya
berdasarkan undang – undang No.40 tahun 1986 tentang pembentukan kota
Administratif Cilegon adalah 175,50 km2 atau 17,550 Ha, terdiri dari 8
kecamatan, 43 kelurahan. Kota Cilegon terletak dibagian timur Provinsi
Banten yaitu pada titik koordinat 105o54’05” – 106005’11” Bujur Timur dan
5o52’24” – 6o04’07” Lintang Selatan.
Batas Administratif Kota Cilegon sebagai berikut :
a. Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara
b. Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Selat Sunda
c. Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kecamatan Anyer
d. Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kecamatan Kramatwatu
Kota Cilegon dengan Visi Pembangunan tahun 2011- 2015, yaitu
Masyarakat Cilegon sejahtera melalui daya dukung industri, perdagangan, dan
jasa memiliki salah satu misi yang berorientasi dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Misi tersebut adalah Meningkatkan potensi daya saing daerah melalui
pengembangan kepelabuhan, pergudangan, penataan ruang dan pengelolaan
lingkungan.
69
70
4.1.2 Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
Pemerintah Kota Cilegon mempunyai dinas-dinas yang menunjang
penyelenggaraan pemerintah. Salah satunya Dinas Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon. Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
Lingkungan Hidup.
4.1.2.1Ketentuan Umum
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Cilegon ;
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintah daerah ;
3. Walikota adalah Walikota Cilegon ;
4. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Cilegon ;
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Cilegon ;
6. Badan adalah Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ;
7. Kepala Badan adalah Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon ;
8. Sekretariat adalah Sekretariat pada Badan Lingkungan Hidup ;
9. Bidang adalah Bidang pada Badan Lingkungan Hidup ;
10. Sub Bagian adalah Sub Bagian pada Badan Lingkungan Hidup ;
11. Sub Bidang adalah Sub Bidang pada Badan Lingkungan Hidup ;
71
12. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya ;
13. Dampak Lingkungan Hidup adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan hidupyang diakibatkan oleh suatu usaha dan / atau
kegiatan ;
14. Pencemaraan
Lingkungan
Hidup
adalah
masuknya
atau
dimasukannya mahluk hidup, zat energi atau komponen lain
kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi
sesuai
adalah
tindakan
dengan
peruntukkannya ;
15. Perusakan
Lingkungan
Hidup
yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap
sifat fisik dan / atau hayatinya yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan ;
16. Kajian Lingkungan adalah dokumen AMDAL dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup ( UKL ) serta Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup ( UPL ) ;
17. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu dan / atau kegiatan
72
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan / atau kegiatan ;
18. Konservasi adalah kegiatan menjaga, menyelamatkan dan
mengembangkan kondisi lingkungan alam dan lingkungan
buatan sesuai dengan fungsinya ;
19. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan,
penataan,
pemanfaatan,
pengembangan,
pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup ;
20. Bahan Berbahaya Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah
setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan
/ atau merusakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya ;
21. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya
disingkat Limbah B3 adalah sisa suatu dan / atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan / atau beracun yang karena
sifat dan / atau konsentrasinya dan / atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan / atau
merusakan lingkungan hidup dan / atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya ;
73
22. Limbah Non B3 adalah limbah yang karena konsentrasinya lebih
kecil / dibawah dari kategori limbah B3 masih potensi
membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia karena
terjadinya akumulasi di lokasi penyimpanan atau lokasi
penimbunan ;
23. Lingkungan Alam adalah linkgungan yang terbentuk secara
alami dalam mendukung keberlangsungan keidupan manusia ;
24. Lingkungan Buatan adalah lingkungan yang dibentuk oleh
manusia untuk diekploitasi dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya ;
4.1.2.2 Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Visi dan Misi, Tujuan serta
Sasaran
4.1.2.2.1 Kedudukan
Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung
tugas Walikota di bidang lingkungan hidup, dipimpin oleh
seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
4.1.2.2.2 Tugas Pokok
Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang Lingkungan Hidup.
74
4.1.2.2.3 Fungsi
Badan Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi :
1.
Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup ;
2.
Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah di
3.
bidang Lingkungan Hidup ;
Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Lingkungan
Hidup ;
4.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.1.2.2.4 Visi dan Misi
Visi
Pemerintah Kota
Cilegon
“Masyarakat
Cilegon
Sejahtera Melalui Daya Dukung Industri, Perdagangan dan Jasa”.
Visi Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon “Terwujudnya
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berkelanjutan sebagai upaya
meningkatkan Kota Cilegon Ramah Lingkungan”.
Agar upaya pencapaian visi berhasil dengan baik, maka perlu
didukung oleh misi, yaitu:
1.
Meningkatkan perencanaan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan dan pemanfaatan semberdaya alam dan
buatan.
75
2.
Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia pengelolaan
lingkungan hidup.
3.
Meningkatkan ketaatan terhadap peraturan / perundangundangan lingkungan hidup bagi aparatur masyarakat dan
dunia usaha.
4.
Meningkatkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
ruang kota serta konservasi sumber daya alam buatan.
5.
Menumbuhkembangkan kepedulian masyarakat dan dunia
usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup.
6.
Meningkatkan pelayanan pengelolaan lingkungan hidup.
7.
Meningkatkan koordinasi dan kemitraan dalam pengelolaan
lingkungan hidup
4.1.2.2.5 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon adalah sebagai berikut:
1. Terkendalinya pencemaran kerusakan lingkungan
dan kerusakan industri.
2. Mengendalikan kerusakan lingkungan.
3. Tersedianya sarana dan prasarana serta SDM
pengelolaan lingkungan yang handal.
4. Tersosialisasinya dan taatnya dalam penerapan
peraturan / perundang-undangan lingkungan hidup
pada dunia usaha dan masyarakat.
76
5. Menciptakan Lingkungan Hidup yang asri.
6. Meningkatkan rehabilitasi dan pemulihan fungsi
lahan kritis.
7. Adanya kepedulian masyarakat dan dunia usaha
dalam pengelolaan lingkungan.
8. Terlaksananya pelayanan pengelolaan lingkungan
hidup.
9. Terjalinnya kerjasama dengan dinas terkait dunia
usaha dan masyarakat
4.1.2.2.6 Sasaran
Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
dengan mengacu kepada pola dasar pembangunan Kota Cilegon,
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya memiliki sasaran sebagai berikut:
1.
Terpenuhinya pemanfaatan lingkungan di wilayah Kota
Cilegon
2.
Terbinanya sistem tanggap darurat resmi
3.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis SDM
pengelolaan lingkungan
4.
Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan
hidup
77
5.
Diterapkan dan terlaksananya peraturan baku mutu kualitas dan
pengelolaan lingkungan hidup
6.
Tersosialisasinya
peraturan
dan
perundang-undangan
pengelolaan lingkungan hidup
7.
Terlaksananya penegakan hukum terhadap kasus pencemaran
lingkungan
8.
Terciptanya lingkungan pemukiman fasos dan fasum yang
hijau bersih dan sehat
9.
Berkurangnya lahan kritis di wilayah Kota Cilegon
10. Terciptanya ruang terbuka hijau
11. Terlindunginya SDA dan keanekaragaman hayati
12. Terbentuknya kelompok masyarakat peduli lingkungan
13. Tersosialisasinya pengelolaan lingkungan industri kepada
masyarakat
14. Meningkatnya partisipasi dunia usaha / stake holder dalam
pengelolaan lingkungan
Sedangkan sasaran strategis Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
adalah “menurunnya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta
meningkatnya perlindungan dan konservasi Sumber Daya Alam”
4.1.2.2.7 Unsur Organisasi
Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon terdiri
atas :
1. Kepala Badan
78
2. Sekretariat, membawahkan :
a. Sub Bagian Program dan Evaluasi ;
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ;
c. Sub Bagian Keuangan.
3. Bidang Konservasi Lingkungan, membawahkan :
a. Sub Bidang Konservasi Lingkungan Alam ;
b. Sub Bidang Konservasi Lingkungan Buatan.
4. Bidang Pengendalian Lingkungan, membawahkan :
a. Sub Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan ;
b.
Sub Bidang Penanggulangan dan Pemulihan.
5.Bidang Analisis, Penyuluhan dan Pembinaan Lingkungan Hidup,
membawahkan :
a. Sub Bidang Analisis Lingkungan Hidup ;
b. Sub Bidang Penyuluhan dan Pembinaan
Lingkungan Hidup.
6. Unit Pelaksana Teknis
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
4.2 Informan Penelitian
Penelitian mengenai Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon Dalam Mengatasi Pencemaran Pada Kawasan Industri Di Kecamatan
Ciwandan Kota Cilegon. Berdasarkan peran dan fungsi informan tersebut.
Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 14 informan, yaitu 1 (satu)
79
dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, dua( dua) dari pihak
Kecamatan Ciwandan, dua (dua) dari pihak desa yaitu desa Tegal ratu dan
desa Kubangsari, 1 (satu) dari desa Tegal rati dan 1 (satu) dari pihak desa
Kubangsari,1 dari pihak Karang Taruna Kecamatan Ciwandan, 3 (tiga)
masyarakat umum,dan 1 (satu) dari masyarakat pedagang yang berada
disekitar pabrik, dan 2 (dua) dari pihak Perusahaan. Dan rinciannya sebagai
berikut :
Tabel 4.1
Informan penelitian
No
Kode
1. 11-1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Nama Informan
Keterangan
Eri Sukaesih,ST,MM Kasubid Pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan
11-2
H. Hasbi Sidik, TT
Ketua partai, ketua fraksi, ketua
ppa, ketua komisi 2
12-1
Fuadah,SE,MM
Kasubag
Umum
Kecamatan
Ciwandan
12-2
Edi Qudratullah,SH
Kasie Tantrib
12-3
Ma’rufi S,IP
Bendahara Kelurahan Tegal Ratu
12-4
Tubagus Juanda,SE
Lurah Kelurahan Kubangsari
12-5
Rudi
Karang
taruna
Kecamatan
Ciwandan
13-1
Ichwan
Masyarakat
13-2
Dimyati
Masyarakat
13-3
Sunadi
Pedagang
13-5
H. Neni
Tokoh Masyarakat
14-1
Wuryandari
Environment
Supervisor
PT.
Krakatau Daya Listrik
14-2
Suryadi
HSEK3LH PT. Krakatau Daya
Listrik
14-3
Risa Indah P
Sr. Hst Assisten PT.Pundi Kencana
14-4
Andi Ichwan Akbar
Supervisor PT.Golden Grand Mills
14-5
Suheli
Humas PT.Cerestar Flour Mills
(sumber : peneliti, 2015)
80
Tabel 4.2
Pedoman Wawancara
No
1
2
Aspek
Akurat
a. Standar Pengelolaan Limbah
b. Jenis Pencemaran Lingkungan
c. Jarak keberadaan pabrik
Tepat Waktu
a. Kegiatan Pengawasan Sudah
dijadwalkan
b. Waktu pengawasan
Informan
1.
2.
3.
4.
BLH 11-1
Dprd Cilegon 11-2
Kecamatan 12-1,12-2
Desa 12-2 ,12-3
1.
2.
3.
4.
5.
BLH 11-1
Dprd cilegon 11-2
Kecamatan 12-1
Desa 12-2,12-3
Perusahaan 14-1,142
3
Obyektif Dan Menyeluruh
a. Penilaian terhadap keahlian
yang dimiliki pengawas
b. Pelatihan
pada
petugas
pengawasan
1.
2.
3.
4.
5.
BLH 11-1
Dprd Cilegon 11-2
Kecamatan 12-1
Desa 12-2,12-3
Masyarakat 13-1.132.13-3,13-4
6. Perusahaan 14-1,142
4
Terpusat pada titik pengawasan
strategik
a. Sanksi teringan sampai terberat
b. Pemberian
sanksi
sesuai
pelanggaran
1. BLH 11-1
2. Dprd Cilegon 11-2
3. Perusahaan 14-1,142
4. Kecamatan 12-1
5. Desa 12-2,12-3
5
6
Realistik secara ekonomi
a. Biaya yang dianggarkan dalam
kegiatan oengawasan
Realistik secara organisasional
a. Keterlibatan masyarakat dalam
pengawasan
b. Keterlibatan karang taruna dan
desa
c. Jumlah pengawas
1. BLH 11-1
2. Peusahaan 14-1,14-2
1.
2.
3.
4.
5.
BLH 11-1
Dprd Cilegon 11-2
Kecamatan 12-1
Desa 12-2,12-3
Masyarakat 13-1.132.13-3,13-4
6. Perusahaan 14-1,14-
81
2
7
8
9
10
Terkoordinasi dengan aliran kerja
a. Kompensasi yang diberikan
perusahaan kepada masyarakat
b. Tindakan yang dilakukan
pihak
terkait
kepada
perusahaan
Fleksibel
a. Cara dan metode pengawasan
Bersifat sebagai petunjuk operasional
a. Pengawasan sesuai dengan sop
b. Tingkat pendidikan pengawas
Diterima para anggota organisasi
a. Perusahaan
merespon
mengenai pengawasan yang
dilakukan pihak terkait
b. Kepuasan
masyarakat
mengenai kinerja pengawai
(Sumber: peneliti,2015)
1.
2.
3.
4.
BLH 11-1
Kecamatan 12-1
Desa 12-2,12-3
Masyarakat 13-1.132.13-3,13-4
5. Perusahaan 14-1
1. BLH 11-1
2. Peusahaan 14-1,14-2
1. BLH 11-1
2. Dprd Cilegon 11-2
3. Peusahaan 14-1,14-2
1.
2.
3.
4.
BLH 11-1
Kecamatan 12-1
Desa 12-2,12-3
Masyarakat 13-1.132.13-3,13-4
5. Perusahaan 14-1
82
4.3 Deskripsi Data dan Analisis Data
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data
yang telah didapatkan dari hasil observasi penelitian. Penelitian mengenai
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon Dalam Mengatasi
Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di Kecamatan Ciwandan
Kota Cilegon,peneliti menggunakan teori indikator pengawasan. Teori
tersebut memberikan visualisasi yang berguna atas komponen-komponen
penting yang harus dilakukan oleh suatu organsasi untuk menjamin bahwa
pengawasan yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif. Pengawasan
yang efektif mencakup hubungan yang saling mendukung antara indikator
satu dengan yang lainnya. Adapun indikator pengawasan tersebut yaitu:
1. Akurat, informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat,
data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat
menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang
keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak
ada.
2. Tepat – waktu, informasi harus dikumpulkan disampaikan dan
dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan
segera.
3. Obyektif dan menyeluruh, informasi harus mudah dipahami
dan bersifat obyektif serta lengkap.
4. Terpusat pada titik – titik pengawasan strategik, sistem
pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang – bidang
83
di mana penyimpangan – penyimpangan dari standar paling
sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling
fatal.
5. Realistik
secara
ekonomi,
biaya
pelaksanaan
sistem
pengawasan harus lebih rendah atau paling tidak sama dengan
kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.
6. Realistik secara organisasional, sistem pengawasan harus
cocok atau harmonis dengan kenyataan – kenyataan organisasi.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, informasi
pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi,
karena setiap tahap dan proses pekerjaan dapat mempengaruhi
sukses kegagalan atau keseluruhan operasi, dan informasi
pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang
memerlukannya.
8. Fleksibel, pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk
memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun
kesempatan dan lingkungan.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, sistem pengawasan
efektif harus menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari
standar. Tindakan koreksi apa yang sebenarnya diambil.
10. Diterima para anggota organisasi, sistem pengawasan harus
mampu
mengarahkan
pelaksanaan
kerja
para
anggota
84
organisasi
dengan
mendorong
perasaan
otonomi,
bertanggungjawab, dan berprestasi.
Mengingat jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat
deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi
lapangan serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Berdasarkan teknik
analisa data kualitatif data-data tersebut dianalisis selama penelitian
berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui
observasi, studi dokumentasi, dan wawancara dilakukan triangulasi data
yaitu proses check dan recheck antara sumber data dengan sumber data
lainnya, serta diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawabanjawaban yang sama dan berakitan dengan pembahasan permasalahan
penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban
penelitian, peneliti memberikan kode yaitu:
1. Kode Q menunjukan daftar urutan pertanyaan
2. Kode I menujukan informan
3. Kode I1, I2, I3 dan seterusnya menunjukan daftar urut informan
4.3 Pembahasan Analisi Dan Analisis Hasil Penelitian
4.3.1 Pengawasan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon Dalam
Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan
Industri Di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon.
Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan,
85
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan
kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan – penyimpangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin
bahwa sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara efektif
dan efisien dalam pencapaian tujuan – tujuan perusahaan.
Pengawasan juga memiliki arti sangat penting untuk
pemerintah daerah, karena adanya kegiatan pengawasan akan
memberikan perbaikan dalam mengatasi pencemaran lingkungan
yang terjadi dan bagi pelaksana pengawasan berfungsi sebagai
bentuk aktivitas pengawasan yaitu memberikan suatu kontribusi
dalam berjalannya suatu kegiatan pembangunan agar kegiatan
pengawasan bisa tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan
secara efektif dan efisien, adapun maksud dari adanya kegiatan
pengawasan yaitu untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan
yang diselenggarakan dalam suatu organisasi didasarkan pada suatu
rencana termasuk suatu strategi yang telah ditetapkan sebelumnya
tanpa perlu mempersoalkan pada tingkat manajerial dimana
rencana tersebut disusun dan ditetapkan.
Kegiatan pembangunan yang kita ketahui sekarang ini
mengacu
pada
pertumbuhan
ekonomi
untuk
mencapai
kesejahteraan masyarakat, namun tidak sedikit jumlah lingkungan
86
yang mengalami kerusakan akibat dari pelaksanaan pembangunan
tersebut, terutama kegiatan yang bersifat industri. Kegiatan industri
di Kota Cilegon merupakan salah satu dari sekian banyak usaha
yang berpotensi mencemari lingkungan, dari kegiatan yang
berlangsung tersebut menimbulkan dampak kepada masyarakat
sekitar, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan dari
kegiatan industri tersebut, maka yang merugikan masyarakat maka
mengharuskan pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
selaku pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan dalam
setiap usaha yang berpotensi mencemari lingkungan.
Tujuan dari kegiatan pengawasan yang dilakukan pihak dari
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon yaitu supaya proses
pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan – ketentuan dari
rencana,
melakukan
tindakan
perbaikan
jika
terdapat
penyimpangan – penyimpangan, dan supaya tujuan yang dihasilkan
sesuai
dengan
rencananya
untuk
mengetahui
bagaimana
pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon Dalam
Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di
Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon mengikuti ( Handoko ( 2003
:373 ) Karakteristik Pengawasan yang Efektik, yaitu : Akurat,
Tepat – waktu, Obyektif dan menyeluruh. Terpusat Pada titik – titik
pengawasan strategik, Realistik secara ekonomis, Realistik secara
organisasional, Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi,
87
Fleksibel, Bersifat sebagai petunjuk dan opersional, dan Diterima
para anggota organisasi.
4.3.1.1 Akurat
Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat
informasi dan data yang tidak akurat dari sistem
pengawasan dapat menyebabkan organisasi atau instansi
mengambil
tindakan
koreksi
yang
keliru
bahkan
menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada. Dalam
pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan
Industri Di Kota Cilegon, standar pengelolaan yang
ditetapkan oleh peraturan perundang – undangan.
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon
dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan harus memiliki
standar dalam pengelolaan limbah hasil industri pabrik,
agar setiap perusahaan yang berpotensi mencemari
lingkungan tidak dapat mengatasi pencemaran yang terjadi
dengan baik yang sesuai dengan standar pengelolaan yang
baik, seperti halnya yang disampaikan oleh Eri ( 38 ),
kasubid
pengendalian
lingkungan
dan
perusakan
lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ( 11-1 )
:
88
“ Disini yang dimaksud pencemaran lingkungan yaitu
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pengelolaan
limbah industri pada perusahaan atau pabrik bukan
hanya di kecamatan Ciwandan, jadi pengelolaannya
tergantung limbah yang dihasilkan,misalnya limbah
cair ada yang cukup dengan fisika saja, akan tetapi
ketika ada kimia – kimia tertentu itu bisa diproses
dengan kimia, tetapi ada juga kimia tertentu itu dengan
proses kimia justru berubah kimianya menjadi tidak
terdeteksi makanya harus dengan biologi. Jadi tidak
ada standarisasi yang pasti untuk pengelolaan limbah.
Disini kualitas air penerima meliputi parameter :
Kimia
: pH, DO, Besi, Mn, Co, Zn, Cr6+, Cr, Cd,
Hg, Pb, Su, Cu, As, Se, Ni, Cn, H2-s, F, Organochlorin,
NH3-N, NO2-N, BOD, COD, Surfactan, detergen, fenol,
minyak dan lemak.
Fisika
: suhu, TSS, TDS, Warna, Bau, Kecerahan,
Kekeruhan, Kedalaman laut, Pola arus, Pasang surut,
Pergerakkan massa air.
Biologi : Indeks keragaman, Benthos, dan Indeks
dominansi miktoorganisme.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 11-1 dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan limbah industri tidak ada
standar pengelolaannya yang khusus, karena pengelolaan
limbah berdasarkan limbah yang dihasilkan oleh setiap
perusahaan atau pabrik, dan limbah yang dihasilkan setiap
perusahaan atau pabrik berbeda – beda, dan tidak memiliki
standar khusus dalam pengelolaan limbah industri yang
terjadi di Kecamatan Ciwandan.
Perusahaan atau pabrik di Kecamatan Ciwandan dalam
pengelolaan limbah harus sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang ditetapkan oleh pemerintah
89
seperti halnya yang disampaikan oleh ( Wuryandari ) (30),
Environment Supervisor (14-1) :
“menurut peraturannya kami sudah sesuai, karena
sebelum mendirikan dan izin produksi pihak kami
diwajibkan memiliki Amdal ( analisis mengenai
dampak lingkungan ), UKL-UPL” ( wawancara/ 08
mei 2015/ pukul 14:00/dilaksanakan dikantor Krakatau
Daya Listrik).
Hal
yang senada disampaikan oleh Andi (37)
Supervisor PT.Golden Grand Mills (14-4) :
“Ada SOP, karena sebelum mendirikan dan izin
produksi
pihak
kami
diwajibkan
memiliki
AMDAL”(wawancara/30
juni
2015/pukul
13.00/dilaksanakan dikantor PT.Golden Grand Mills).
Berdasarkan pernyataan dari 14-1 dan 14-4, setiap
perusahaan wajib memiliki izin produksi dan diwajibkan
memiliki ambal ( analisis mengenai dampak lingkungan)
dan UKL-UPL dan sesuai pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.1
SLHD kota Cilegon mengenai kewajiban setiap
perusahaan untuk memiliki AMDAL, UKL-UPL
90
Hal yang sama juga disampaikan oleh Eri, ( 38 ),
Kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan
lingkungan (11-1) :
“untuk perusahaan atau pabrik di Kecamatan
Ciwandan yang sudah kita awasi bisa dikatakan sudah
sesuai, peraturan pertama sebelum memproduksi
perusahaan atau pabrik diwajibkan izin mengenai
pengeluaran limbah industri sesuai no 5 tahun 2002
yang berbunyi bahwa limbah industri yang dikeluarkan
dari penghasil ( industri ) kepada pihak
menerima,potensial dapat mencemari dan merusak
lingkungan hidup dan / atau membahayakan
lingkungan hidup lainnya, bahwa untuk mencegah
dampak negatif dimaksudkan diatas diperlukan upaya
pengendalian pengeluaran limbah dari setiap
penghasil. Limbah pembuangan limbah cair sesuai
dengan keputusan walikota Cilegon no 18 tahun 2002
yaitu bahwa limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan
yang dibuang ke badan penerima ( laut ) potensial
mengakibatkan
terjadinya
pencemaran,
maka
diperlukan adanya pengendalian pembuangan limbah
cair dan keputusan menteri Lingkungan hidup no
51/MENHL/10/1995 tentang baku mutu limbah cair
bagi kegiatan industri. Sedangkan peraturan walikota
Cilegon no 45 tahun 2009 mengenai izin penyimpanan
sementara dan pengumpulan limbah bahan berbahaya
dan beracun di Kota Cilegon.aturan – aturannya
banyak dan sangat tergantung juga pada limbah yang
dihasilkan juga pada limbah yang dihasilkan, akan
tetapi kita belum bisa mengawasi untuk emisinya, itu
terkendala dengan anggaran dan alatnya juga kami
tidak punya pihak Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon hanya bisa memantau dari laboratorium
eksternal yang independen dan itu semua hanya
ditanggung oleh perusahaan tersebut, karena
perusahaan ada kewajiban 6 bulan sekali untuk
memeriksa itu”(wawancaea/24 november 2014/pukul
10:55/dilaksanakan dikantor BLH cilegon ).
Hal senada dinyatakan oleh ketua komisi II, H. Hasbi
Sidik (45) (11-2) :
91
“standar pasti sudah ada, hanya saja dalam
pelaksanaan kegiatannya belum maksimal, buktinya
masih keterbatasannya alat, masih banyak komplen
dari masyarakat, belum optimalnya Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon dalam menangani pencemaran
tersebut dan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
belum memiliki perda tentang pemeliharaan
lingkungan hidup, Badan Lingkungan Hidup hanya
melihat dari perwal saja, dan setiap pendirian usaha
dikota Cilegon wajib memiliki AMDAL, UKL – UPL
untuk meminimalisir pencemaran lingkungan”(
wawancara/ 19 mei 2015/ pukul 11:20/ dilaksanakan
dikantor DPRD kota Cilegon).
Berdasarkan
wawancara
dengan
(41-1)
bahwa
perusahaan harus memiliki Amdal, dokumen UKL-UPL
yang telah disetujui oleh pihak Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon dan sesuai dengan keputusan walikota
Cilegon untuk standar atau ukuran dalam pengelolaan
limbah, akan tetapi pihak Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon belum bisa mengawasi limbah yang dihasilkan
dari emisi atau udara, karena pihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon memiliki kendala yaitu Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak memiliki alat untuk
mengukur limbah diakibatkan oleh emisi.
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan
tersebut dapat disimpulkan bahwa Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon dalam mengawasi perusahaan di
Kecamatan Ciwandan yang menghasilkan limbah industri
tidak mempunyai standar khusus untuk pengelolaan
92
limbah industri tersebut. Setiap perusahaan menghasilkan
produksi dan limbah yang berbeda , maka dari itu
pengelolaan limbahnya disetiap perusahaan memiliki
perbedaan. Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
mewajibkan
untuk
setiap
perusahaan
mempunyai
dokumen AMDAL, UKL-UPL. Sesuai dengan Keputusan
Walikota Cilegon no 2 tahun 2004 tentang pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup Kota
Cilegon dalam pasal 3 menyebutkan setiap orang atau
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan dan perusakan
lingkungan
mewajibkan
melakukan
penanggulangan
pencemaran dan atau perusakan lingkungan diakibatkan
oleh usaha dan atau kegiatan. Dan pasal 8 menyebutkan
setiap orang atau penanggung jawab yang melakukan
usaha dan atau kegiatan yang berdampak terhadap
lingkungan wajib memilki dokuman kajian lingkungan (
UKL-UPL atau AMDAL ). Bagi kegiatan usaha yang
berpotensi untuk mencemari lingkungan harus memliki
pedoman yang disebut Amdal atau UKL-UPL supaya
perusahaan
dapat
mengendalikan
dan
dapat
meminimalisasikan bentuk pencemaran yang ditimbulkan.
93
Perusahaan di Kecamatan Ciwandan menghasilkan
jenis
limbah
yang
menimbulkan
pencemaran
lingkungan apabila tidak diolah dan diawasi oleh pihak
terkait
dengan
pencemaran
baik
maka
lingkungan,
akan
mengakibatkan
sebagaimana
yang
disampaikan oleh Eri, ( 38 ), Kasubid pengendalian
lingkungan dan perusakan lingkungan (11-1) :
“Limbah yang dihasilkan oleh setiap perusahaan yaitu
berbeda – beda dengan perusahaan lain, diantaranya
limbah cair, padat, udara. ( wawancara/ 24 november /
pukul 10:55/ dilakukann dikantor Badan Lingkungan
Hidup kota Cilegon).
Hal yang senada dikatakan oleh ketua komisi II, H.
Hasbi Sidik (45) (11-2) :
“pencemaran disini ada yang kimia saja, tepung yang
baru- baru ini banyak di Ciwandan, pencemaran
lingkungannya berbeda- beda yang dihasilkan setiap
perusahaan dan semua industri itu bermasalah”
(wawancara/ 19 mei 2015/ pukul 11:20/dilaksanakan
dikantor DPRD Kota Cilegon).
Hal yang senada
disampaikan oleh Bendahara
kelurahan Tegal ratu, Ma’rufi (49) (12-2) :
“limbah yang ditimbulkan dari pabrik sangat berbeda
neng, ada yang menghasilkan skrap besi, ada yang
drum bekas, ada yang biji plastik, dan masih banyak
lagi”(wawancara/ selasa 05 mei 2015/pukul
09:00/dilaksanakan dikantor Kelurahan Tegal Ratu)
Pernyataan yang senada disampaikan oleh Environment
Supervisor, Wuryandari ( 30) (14-1) :
94
“jenis limbah yang dihasilkan pabrik atau perusahaan
kami yaitu limbah cair, limbah gas yang terbuang,
akan tetapi itu sudah kita pantau melalui laporan
perenam bulan”( wawancara/ jumat 08 mei 2015/pukul
14:00/dilaksanakan dikantor Krakatau Daya Listrik).
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
beberapa
informan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan
yang berada di Kecamatan Ciwandan limbahnya setiap
hari dihasilkan, apabila limbah itu tidak diawasi oleh
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon maka akan terjadi
pencemaran lingkungan dan berdampak buruk untuk
masyarakat setempat terutama pada kesehatan dan
mencemari lingkngan sekitar perusahaan atau pabrik dan
semua industri itu bermasalah.
4.3.1.2 Tepat – Waktu
Informasi
harus dikumpulkan, disampaikan, dan
dievaluasi secepatnya bila kegiatan – kegiatan perbaikan
harus dilakukan segera. Dalam hal ini pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam mengawasi dan
mengatasi pencemaran lingkungan dinyatakan dalam bentuk
pernyataan
kegiatan
pengawasan
sudah
dijadwalkan
sebelumnya dan waktu pengawasan.
Pengawasan dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon sudah ditentukan jadwal sebelumnya sebagaimana
dalam wawancara dengan Eri ( 38 ), Kasubid pengendalian
95
lingkungan dan perusakan lingkungan Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon ( 11-1) :
“pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon sudah dijadwalkan sebelumnya “
(wawancara /24 november 2014/pukul 10:55/dilakukan
dikantor Badan Lingkungan hidup Kota Cilegon).
Hal yang senada disampaikan oleh ketua komisi II, H.
Hasbi sidik (45) (11-2) :
“pengawasan sudah dijadwalkan mungkin dan
anggarannya pun sudah dianggarkan akan tetapi pihak
dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon masih
memiliki kendala seperti program sudah ada dan telah
dijadwalkan tetapi belum berjalan dengan maksimal ya
karena itu keterbatasan anggaran Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon sudah mengajukan kepusat tetapi
belum disetujui”(wawancara/ 19 mei 2015/ pukul
11:20/dilaksanaka dikantor DPRD Kota Cilegon).
Dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
melakukan kegiatan pengawasan kepada setiap perusahaan
atau pabrik satu kali dalam setahun, bila terjadi
pencemaran lingkungan maka dilakukan intensif setahun
3- 5 kali. Pengawasan yang dilakaukan Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon melakukan pengawasan setahun 2
kali. Wawancara yang disampaikan oleh Eri ( 38 ),
kasubid pengendalian dan perusakan lingkungan (11-1) :
“pihak kami melakukan pengawasan hanya 1-2 kali
dan sesuai perusahaan atau pabrik tersebut
mengeluarkan
limbah
yang
mengakibatkan
pencemaran lingkungan”(wawancara/24 november
2014/pukul 10:55/dilaksanakan dikantor Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon).
96
Berdasarkan wawancara 11-1 diatas dapat disimpulkan
bahwa
pengawasan
yang
dilakukan
oleh
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon satu sampai dua kali
dalam setahun. Karena pihak dari Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon tidak terfokus pada satu kecamatan
saja akan tetapi masih banyak kecamatan yang ada
perusahaannya yang perlu diawasi, jadi pengawasan
dilakukan satu sampai dua kali dalam setahun. Dan
pengawasan dilakukan apabila setiap ada pengaduan
tentang pencemaran dari masyarakat, seperti halnya yang
disampaikan oleh Edi Qudratullah ( 32) , Kasie Tantrib
Kecamatan Ciwandan (12-2):
“pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
turun ke lapangan atau kelapangan jika ada masalah
dan dapat laporan saja dari pihak kami, seharusnya si
rutin neng”(wawancara/kamis 30 april 2015/pukul
09:35/dilaksanakan dikantor Kecamatan Ciwandan).
Apabila perusahaan atau pabrik dalam keadaan baik –
baik saja dalam artian tidak mencemari lingkungan maka
tidak dilakukan dalam setahun ini tidak ada pengawasan
dilapangan, pengawasan dilakukan berkali – kali jika
terjadi
pencemaran
lingkungan
yang
disebabkan
perusahaan atau pabrik, sebagaimana dalam wawancara
yang disampaikan oleh Sr. Hse Assisten PT.Krakatau
Daya Listrik, Risa ( 25) (14-2) :
97
“pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
melakukan pengawasan dan satu tahun paling minim 1
kali pengawasan, tetapi ada waktunya pihak Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon melakukan
pengawasan dua kali untuk membuktikan kesamaan
atau kebenaran laporan dari pihak perushaan atau
pabrik”(wawancara/
sabtu
09
mei
2015/10:35/dilaksanakan dikantor Pundi Kencana).
Hal yang senada disampaikan oleh Andi (37),
Supervisor PT.Golden Grand Mills (14-4) :
“Pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
meninjau atau mengawas ke perusahaan kami baru
sekali dalam setahun”(wawancara/selasa 30 juni 2015/
13:00/dilaksanakan di kantor PT.Golden Grand Mills).
Seharusnya
pengawasan
untuk
perusahaan
yang
menghasilkan limbah dilakukan setiap bulannya agar
meminimalisasikan bentuk pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan oleh pabrik atau perusahaan. Seperti halnya
yang disampaikan oleh ibu Fuadah ( 48 ), kasubag umum
Kecamatan Ciwandan (12-1) :
“pihak kecamatan Ciwandan hanya memberikan
informasi jika ada keluhan, yang mempunyai
wewenang langsung untuk mengawasi itu dari pihak
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon langsung
mungkin mereka melakukan pengawasan sebulan sekali
atau setahun sekali, karena tidak ada pemberitahuan
dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
seharusnya si rutin neng untuk meminimalisasikan dan
mengurangi pencemaran yang terjadi di Kecamatan
Ciwandan “( wawancara/ 30 april 2015/ pukul
08:32/dikatonr kecamatan Ciwandan).
Berdasarkan
informan
diatas
hasil
dapat
wawancara
dengan
disimpulkan
beberapa
bahwa
Badan
98
Lingkungan Hidup Kota Cilegon melakukan pengawasan
yang sifatnya mendatangi langsung ke Perusahaan atau
pabrik maka Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
melakukan pengawasan hingga tiga kali dalam setahun,
karena perusahaan atau pabrik bukan hanya ada di
kecamatan Ciwandan saja maka pihak dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon harus membagi waktu
agar pengawasan yang dilakukan bisa dilakukan disemua
perusahaan atau pabrik. Seharusnya pihak dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon melakukan kegiatan
pengawasan dilakukan satu kali dalam sebuan supaya
masyarakat
tidak
merasakan
atau
pengurangan
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan
atau pabrik.
4.3.1.3 Obyektif Dan Menyeluruh
Informasi harus mudah difahami dan bersifat obyektif
serta lengkap dalam melakukan kegiatan pengawasan yang
dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon harus
bersifat obyektif. Dinyatakan dalam bentuk pernyataan
keahlian yang dimiliki pengawas atau pelatih pengawas.
Petugas Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum
sepenuhnya mempunyai
sertifikasi
untuk pengawas
sebagaiman yang disampaikan oleh Eri ( 38 ), kasubid
99
pengendalian pengawasan dan perusakan lingkungan
hidup Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon (11-1) :
“pendidikan petugas kami sudah bagus minimal s1 dan
Standar petugas pengawasan yaitu mengikuti diklat
teknis, diklat pengelolaan limbah B3, diklat
pengendalian udara dan air, diklat pengambilan
sampel air, diklat pengawas. Tetapi pihak kami
memiliki kendala untuk diklat – diklat belum
sepenuhnya dan seluruh tenaga pengawas mempunyai
sertifikasi untuk pengawas maka harus diikuti diklat –
diklat tersebut, namun pihak kami terkendala dari segi
anggaran” ( wawancara /24 november 2014/pukul
10:55/dilakukan dikantor Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon ).
Hal yang senada disampaikan oleh ketua komisi II,
H.Hasbi sidik (45 ) (11-2):
“sudah sesuai mungkin rata – rata sepertinya s1, dan
berkompeten mungkin sudah sesuai dengan bidangnya,
hanya saja keterbatasan tenaga teknis”(wawancara/ 19
mei 2015/pukul 11:20/dilaksanakan dikantor DPRD
Kota Cilegon).
Dan sesuai dengan pernyataan dari 11-1 11-2, pendidikan
yang dimiliki petugas pengawas kami dan pegawai BLH
Kota Cilegon yaitu s1 dan sesuai gambar pada dibawah
ini:
100
Gambar 4.2
Sesuai SLHD Kota Cilegon pendidikan yang
dimiliki petugas pengawas dan pegawai BLH Kota
Cilegon
tingkat
pendidikan blh
kota Cilegon
6
4
2
0
PEREMPUAN
LAKI-LAKI
Berdasarkan wawancara dengan 11-1 diatas dapat
disimpulkan bahwa petugas pengawas Badan Lingkngan
Hidup Kota Cilegon belum sepenuhnya mengikuti diklat –
diklat karena belum semua petugas pengawas mempunyai
sertifikasi pengawas, karena terkendala dengan anggaran,
akan tetapi Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon selalu
memperbaiki
dan
berusaha
pengawasnya
berstandarisasi.
menjadikan
Hal
senada
petugas
juga
disampaikan oleh Environment Supervisor, Wuryandari (
30 ) (14-1) :
“Belum sepenuhnya sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan,pihak kami melihatnya pihak dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon selalu dan sedang
memperbaiki”( wawancara/ jumat 08 mei 2015/ pukul
14:00/dilaksanakan dikantor Krakatau Daya Listrik).
101
Berdasarkan wawancara dengan 13-1 mengungkapkan
dengan
keahlian
Lingkungan
Hidup
berkompeten
perusahaan
dari
petugas
Kota
menjadikan
di
Kecamatan
pengawasn
Cilegon
keberadaan
Ciwandan,
yang
pabrik
Badan
kurang
atau
pencemaran
lingkungan disekitar pabrik masih dirasakan masyarakat
sekitar, seperti halnya yang disampaikan oleh Masyarakat
sekitar perusahaan, Ichwan (33) (13-1):
“Jika lagi ada perbaikan terjadi itu bising neng,sangat
mengganggu, tetapi itu tidak sering paling tujuh bulan
sekali atau setahun dua kali dan debunya itu yang
makin parah neng kadang sampai dilantai rumah dan
tidak lama ini pernah terjadi banjir neng kalau hujan
padahal dulunya tidak pernah seperti itu”(
wawancara/kamis
07
mei
2015/pukul
15:00/dilaksanakan dirumah warga/.
Berdasarkan wawancara dengan 13-1 dapat disimpulkan
bahwa perusahana atau pabrik di Kecamatan Ciwandan
masih merasakan pencemaran lingkungan yang terparah
terjadi pada pencemaran udara. Hal senada disampaikan
oleh masyarakat, Dimyati (45) (13-2) :
“Kami masih sangat terganggu karena sebagian besar
perusahaan disekitar sini adalah perusahaan yang
memproduksi kimia yang sangat berbahaya dan
mencemari lingkungan sekitar” (wawancara/kamis 08
mei 2015/pukul 16:00/dilaksanakan disekitar pabrik).
102
Berdasarkan wawancara dengan 13-2 menyampaikan
jika merasa terganggu dan masih merasakan dampak
buruk dari limbah yang dihasilkan oleh perusahaan atau
pabrik.
4.3.1.4 Terpusat Pada Titik Pengawasan Strategik
Terpusat pada titik – titik pengawasan strategik, sistem
pengawasan harus tepat harus memusatkan perhatian pada
bidang – bidang dimana penyimpangan – penyimpangan
dari standar paling sering terjadi atau yang akan
mengakibatkan kerusakan paling parah. Seperti dalam
bentuk pernyataan sanksi teringan sampai terberat dan
pemberian sanksi sesuai dengan pelanggaran.
Perusahaan atau pabrik di Kecamatan Ciwandan yang
melakukan pencemaran dan limbah yang dihasilkan
perusahaan
yang
menyebabkan
Pencemaran
Lingkungan,dengan itu Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon memberikan sanksi kepada setiap perusahaan atau
pabrik yang melakukan pelanggaran dan melakukan
pencemaran lingkungan. Sanksi yang ditetapkan yaitu
dalam bentuk teguran, peringatan dan bahkan hingga
penutupan usaha yang memberikan dampak buruk
terhadap
Lingkungan
sebagaimana
oleh
Kasubid
103
pengawasan dan pengendalian Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon Eri ( umur ) (11-1) :
“teguran itu dari yang teringan sampai pencabutan
izin, pembekuan izin, paksaan pemerintah,
pembekuan izin lingkungan. Tahapan sanksi tersebut
adalah kita undang perusahaan atau pabrik untuk
klarifikasi dan pembelaan sesuai fakta lapangannya,
teguran hingga 1 – 3 kali, sanksi administratif,
pencabutan izin, pembekuan izin, paksaan
pemerintah, pembekuan izin lingkungan.( wawancara
/24 november 2014/ pukul 10:55/ dilakukan dikantor
Badan Lingkungan Hidup kota Cilegon).
Hal yang senada disampaikan oleh ketua komisi II,
H.Hasbi Sidik (45) (11-2) :
“pemberian sanksi dari yang teringan yaitu dengan
surat pemberitahuan saja, dan sanksi terberat yaitu
sampai dengan penutupan atau pemberentian ijin
produksi. Akan tetapi ada saja perusahaan yang bandel
walau sudah dikasih surat pemberitahuan atau surat
teguran tetap tidak peduli, dan ada yang dipanggil lalu
perusahaan tersebut menanggapi sesuai dengan batu
mutu,tetapi jika tidak sedang diawasi kembali lagi”
(wawancara/19 mei 2015/pukul 11:20/dilaksanakan
dikantor DPRD Kota Cilegon).
Berdasarkan wawancara dengan 11-1 tahap sanksi yang
diberikan pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
kepada perusahaan yang melakukan pencemaran terhadap
lingkungan yaitu mengundang perusahaan atau pabrik
yang melakukan pencemaran terhadap lingkungan untuk
mengklarifikasi dan pembelaan sesuai fakta lapangannya
apakah benar pencemaran yang terjadi disebabkan oleh
perusahaan atau pabrik tersebut, kedua melakukan teguran
kepada perusahaan atau pabrik teguran tersebut terdiri dari
104
teguran ke – 1 teguran ke – 2 teguran ke – 3, ketiga sanksi
administratif, keempat penutupan sementara dan yang
paling berat adalah penutupan permanen yaitu penutupan
hasil pabrik yang dimaksud bukan penutupan perusahaan
atau pabrik akan tetapi kegiatan industri hasil produksi
bisa
dikatakan
pencabutan
izin
produksi,
dengan
ditutupnya produksi maka akan berpengaruh pada
semuanya.
Pihak dari kepala desa juga memberikan teguran
terhadap
perusahaan
yang
melakukan
pencemaran
lingkungan melalui mengadukan keluhannya ke pihak
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Sebagaimana
yang disampaikan oleh kepala desa Tegal Ratu, Tubagus
Juanda (55) (12-4) :
“Desa tidak memberi sanksi, tetapi hanya teguran dan
mengadukan keluhannya ke pihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon. Apabila tidak ada respon dari
perusahaan biasanya masyarakat di desa melakukan
demonstrasi dan sanksi terberat dari desa adalah
mendemonstrasi perusahaan karena desa tidak dapat
memberikan sanksi terhadap pencemaran lingkungan
yang dilakukan oleh perusahaan, hanya instansi yang
terkait seperti Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
yang dapat memberikan sanksi” (wawancara/selasa 08
mei
2015/pukul
11:00/dilaksanakan
dikantor
Kelurahan Kubangsari).
Berdasarkan
wawancara
dengan
12-4
dapat
menyimpulkan bahwa desa dapat memberikan sanksi
hanya berupa teguran saja dan sanksi terberat dengan
105
demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat jika pihak
perusahaan tidak merespon. Tetapi setiap masalah
pencemaran lingkungan yang terjadi di Kecamatan
Ciwandan yang ditimbulkan perusahaan oleh proses
produksi yang dilakukan oleh perusahaan itu biasanya
hanya
selesai
dibawah
meja
artinya
pencemaran
lingkungan yang terjadi itu tidak ditemukan titik temu dan
titik penyelesainannya, sebagaiman disampaikan oleh
kepala desa Kubangsari, Tubagus Juanda (55) (12-4) :
“Pihak desa menjaga kenyamanan warganya agar
tidak terjadi masalah sekalipun perusahaan ditutup
atau
dicabut
ijin
produksinya,
dampaknya
pengangguran didesa ini makin banyak, maka
pertimbangannya itu kami tidak pernah melaporkan
pabrik itu karena banyak masyarakat menyimpulkan
seluruh pabrik didesa ini bermasalah dalam
pencemaran lingkungan ”(wawancara/selasa 05 mei
2015/pukul 11:00/dilaksanakan dikantor Kelurahan
Kubangsari).
Berdasarkan wawancara dengan 12-4 dapat disimpulkan
bahwa masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan
oleh perusahaan akibat limbah tidak pernah terselesaikan
sampai dengan selesai hingga kini dan tidak ada tindakan
yang dilakukan pihak terkait kepada perusahaan yang
menimbulkan pencemaran lingkungan semua masalah
yang terjadi hanya selesai dibawah meja saja makanya
hingga saat ini tidak ada yang berani melaporkan.
106
Berdasarkan observasi peneliti, dengan pencemaran
yang terjadi dari tahun ke tahun dan Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon selalu menutupi itu semua dan
menurut peneliti itu seharusnya tidak dilakukan oleh pihak
Badan
Lingkungan
Hidup
Kota
Cilegon,
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon seharusnya lebih terbuka
terhadap data atau informasi mengenai perusahaan atau
pabrik
yang
melakukan
pencemaran
lingkungan.
Pengawasan – pengawasan yang dilakukan sudah diatur
dan sanksi – sanksi yang dikenakan juga sudah diatur, dan
denda yang diberikan sudah dicantumkan. Pencemaran
yang ditimbulkan dari pabrik atau perusahaan tersebut
seperti diperusahaan perusahaan banyak sekali debu dan
bau tak sedap yang dihasilkan oleh industri tersebut,
apalagi jika tidak memakai helm melewati kawasan
tersebut sudah seperti hujan debu bahkan peneliti
mencium bau disekitar pabrik.
Setiap permasalahan pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh perusahaan diselesaikan secara mufakat
sebagaimana disampaikan oleh Eri ( 38 ), kasubid
pengendalian lingkungan dan kerusakan lingkungan (11-1)
:
“Jika ada perusahaan yang melakukan pencemaran
lingkungan kita menindak lanjuti keluhan dari warga
107
terus mendatangi kelapangan lalu kita lakukan
verifikasi pengaduan, jika pengaduan berkaitan dengan
lingkungan maka kita tindak lanjuti dan ketika diduga
ada pencemaran lingkungan maka kita selesaikan
dengan masyarakat untuk mufakat, mufakat disini yaitu
adanya ganti rugi kepada masyarakat jika memang
benar ada pencemaran lingkungan” ( wawancara/ 24
november 2014 / pukul 10:55 / dilakukan dikantor
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon)
Hal yang senada disampaikan Andi (37), Supervisor
PT.Golden Grand Mills (14-4) :
“Jika ada limbah yang merugikan masyarakat maka
pihak kami akan tindak lanjut” ( wawancara/ selasa 30
juni
2015/pukul.
13:00/dilaksanakan
dikantor
PT.Golden Grand Mills).
Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan
diatas dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan yang
melakukan pencemaran lingkungan akan diselesaikan
secara musyawarah mufakat. Di Kecamatan Ciwandan
masih dirasakan oleh masyarakat yang berada disekitar
perusahaan terutama pencemaran pada udara, tidak adanya
tindakan tegas dari Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon, karena faktanya setiap permasalahan yang terjadi
selalu terselesaikan di bawah meja, maksudnya masalah
yang terjadi dari pencemaran lingkungan yang diakibatkan
oleh perusahaan hanya sebatas teguran dan tidak ada
sanksi tegas makanya selalu selesai dibawah meja.
108
4.3.1.5 Realistik Secara Ekonomi
Realistik secara ekonomi, biaya pelaksanaan sistem
pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama
dengan yang dibutuhkan dari sistem tersebut. Dinyatakan
dalam bentuk pernyataan biaya yang dianggarkan dalam
pengawasan, dalam hal ini sumber keuangan hanya berasal
dari APBD sebagaimana yang disampaikan Eri ( 38 ),
kasubid
pengendalian
lingkungan
dan
perusakan
lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon (11-1) :
“Untuk tahun 2014 anggarannya kurang lebih Rp.
500.000.000 (wawancara / 24 november 2014/ pukul
10: 55 / dilakukan dikantor Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon).
Berdasarkan wawancara dengan informan diatas dapat
disimpulkan
bahwa
anggaran
untuk
melakukan
pengawasan persahaan adalah Rp. 500.000.000. dari
anggaran tersebut Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
belum secara intens mengawasi seluruh perusahaan atau
pabrik yang ada dikota Cilegon 169 perusahaan itu
dikarenakan kendala dari pengawas petugas lapangan yang
hanya ada dua petugas lapangan,itupun mengawas jika
terdapat pengaduan dari warga jika ada perusahaan yang
melakukan pencemaran lingkungan.
109
4.3.1.6 Realisti Secara Organisasional
Realistik secara organisasional, sistem pengawasan
harus sesuai dan sesuai fakta yang dihasilkan harus dengan
kenyataan – kenyataan organisasi. Itu semua dinyatakan
dalam bentuk pernyataan keterlibatan masyarakat dalam
pengawasan, keterlibatan kecamatan dalam pengawasan
terhadap
perusahaan
yang
melakukan
pencemaran
lingkungan dan keterlibatan desa dalam pengawasan pada
perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan.
Pengawasan terhadap perusahaan yang dilakukan
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak melibatkan
masyarakat, hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Eri
( 38 ), kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan
lingkungan ( 11-1) :
“Tidak melibatkan masyarakat ketika sedang
mengawasi, karena jika sedang terjadi masalah harus
rutin itu sangat teknis. Tetapi jika terdapat keluhan
dari masyarakat baru pihak Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon menindak lanjuti keluhan dari warga
tersebut kita lakukan verifikasi pengaduan, jika
pengaduan berkaitan dengan lingkungan baru kita
tindak lanjuti “ (wawancara / 24 november 2014/ pukul
10:55/ dilakukan dikantor Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon ).
Hal yang senada disampaikan oleh ketua komisi II, H.
Hasbi Sidik (45) (11-2) :
“Dalam Undang – undang lingkungan hidup,
masyarakat boleh melaporkan sebagai bentuk
pengawasannya akan tetapi tidak dilibatkan langsung.
Karena wewenang untuk mengawasi itu ada dipihak
110
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon agar bisa
mengurangi
dan
meminimalisir
pencemaran
lingkungan. Jika ada keluhan pasti menanggapi dan
menindak lanjuti tetapi pasti ada saja perusahaan yang
bandel jika dipanggil mungkin sesuai dengan prosedur
atau baku mutu sesuai tetapi jika sedang tidak diawasi
mungkin melakukan pencemaran lagi” (wawancara/19
mei 2015/pukul 11:20/dilaksanakan dikantor DPRD
Kota Cilegon).
Dari hasil wawancara dengan 11-1 dan 11-2 dapat
disimpulkan bahwa tidak adanya keterlibatan masyarakat
langsung, kecamatan, dan desa karena teknis ada di Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon bahkan tidak ada
kewajiban
masyarakat
untuk
melibatkan
terkecuali
apabila
kecamatan,
terjadi
desa
dan
pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan yang
mencemari lingkungan dan berdampak buruk pada
masyarakat sekitar.
Dengan tidak adanya keterlibatan masyarakat dari
pengawasan yang dilakukan oleh pihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon, masyarakat hanya merasakan
pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan tanpa dapat
melakukan
tindakan
apapun,
seperti
halnya
yang
disampaikan oleh masyarakat, Dimyati (45) (13-2) :
“Kita mah neng Cuma dapat dampaknya aja dari
perusahaan ini” (wawancara/ kamis 08 mei 2015/
pukul 16:00/dilaksanakan di sekitar pabrik).
111
Hal seperti itu juga disampaikan oleh warga lainnya
yang berada disekitar pabrik atau perusahaan, Ichwan (
33) (13-1) :
“tidak pernah dilibatkan neng buat saat ini, hanya
sekedar mengeluh saja dan yang saya tau perusahaan
tersebut berdampak buruk neng”( wawancara/ kamis
07 mei 2015/ pukul 15:00/dilaksanakan dirumah
warga).
Pernyataan yang sama juga mengenai tidak adanya
keterlibatan
masyarakat
dalam
pengawasan
pada
perusahaan yang menghasilkan limbah disampaikan oleh
Eri ( 38), kasubid pengendalilan lingkungan dan kerusakan
lingkungan (11-1) :
“Buat saat ini warga disini belim dilibatkan neng
hanya sekedar pemberian info saja jika terjadi
pencemaran lingkungan” (wawancara /24 november
2014/ pukul 10:55/ dilaksanakan dikantor Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon).
Pengawasan perusahaan dalam pengelolaan limbah
industri yang mencemari lingkungan tersebut tidak
melibatkan kecamatan, desa, masyarakat. Padahal mereka
merupakan bagian dari bagian masyarakat yang merasakan
langsung dari pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan
atas pencemaran lingkungan tersebut. Seperti yang
disampaikan oleh Fuadah (48), kasubag umum Kecamatan
Ciwandan (12-1) :
“Saya dan pihak dari Kecamatan Ciwandan disini
tidak memiliki wewenang seperti itu untuk ikut serta
112
mengawasi,pihak kami hanya dilibatkan dalam
memberikan info saja jika ada pencemaran yang
terjadi.Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegontidak
pernah melaporkan hasil pengawasan yang seharusnya
ada pemberitahuannya, tetapi itu tidak terjadi di
Kecamatan Ciwandan tidak dilibatkan oleh instansi
terkait tersebut. ( wawancara /30 april/ pukul 08:32/
dilaksanakan dikantor Kecamatan Ciwandan).
Hal senada disampaikan oleh Bendahara Kelurahan
Tegal Ratu, ma’rufi (49) (12-3) :
“Kami tidak dilibatkan dalam pengawasan yang
dilakukan oleh Badan Lingkungan hidup Kota Cilegon
seharusnya si kami dilibatkan,apakah sistem
pengelolaan limbah dipabrik tersebut sudah memenuhi
standar atau sama sekali belum. Sebernanya
kewenangan tersebut dari pihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon, akan tetapi pihak dari instansi
tersebut tidak memberikan tembusan kepada pihak
desa. Seharusnya si ada pemberitahuan dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon kepada pihak desa
bahwa perusahaan ini layak beroperasi atau tidak”
(wawancara/selasa
05
mei
2015/pukul
09:00/dilaksanakan dikantor Kelurahan Tegal ratu).
Begitu pula hal yang sama disampaikan oleh lurah desa
kubangsari, Tubagus Juanda (55) (12-4) :
“Disini kami tidak dilibatkan mengenai pengawasan
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon terhadap
pabrik penghasil limbah , mungkin karena kurangnya
sosialisai dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
kepada masyarakat untuk mengikut sertakan dalam
mengawasi pabrik penghasil limbah tersebut, minim
sekali pemberitahuan dari Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon, seharusnya apapun kegiatan yang
dilakukan setidaknya memberikan laporan atau
pemberitahuan
mekanisme
atau
caranya.
Pengawasannya saja kita tidak tahu, karena memang
kita tidak tahu dan belum diikut sertakan” (
wawancara/ 05 mei 2015/ pukul 11:00/dilaksanakan
dikantor kelurahan Kubangsari).
113
hal senada juga disampaikan oleh LSM, Ketua karang
taruna di Kecamatan Ciwandan, Rudi ( 40) ( 12-5) :
“Disini karang tarunanya tidak dilibatkan neng dalam
segi apapun baik dalam pengawasan terutama pada
masalah limbah yang berdampak besar pada
masyarakat” ( wawancara/07 mei 2015/pukul
17:00/dilaksanakan dirumah).
Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan
diatas dapat disimpulkan tidak adanya keterlibatan
masyarakat, kecamatan, desa, karang taruna dalam
pengawasan yang dilakukan oleh pihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon, mereka merasakan masih adanya
pencemaran lingkungan yang terjadi, seperti debu makin
menebal bahkan pernah terjadi seperti hujan debu, bau tak
sedap, dan terkadang terjadi kebisingan yang masih
dirasakan masyarakat disekitar pabrik. Seharusnya pihak
desa dilibatkan disegi sistem pengolahan limbah dipabrik
itu sudah memenuhi standar atau belum. Kewenangan
pengawasan tersebut dari Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon, apakah itu semua sudah memnuhi standar atau
belum karena pihak desa yang merasakan pencemaran
lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dan
pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak
ada sosialisai kepada masyarakat sekitar tentang mengenai
bahaya
yang
diakibatkan
oleh
perusahaan
apabila
114
limbahnya tidak diolah dengan baik dan agar masyarakat
juga mengetahui apabila pencemaran yang dirasakan
selama ini bila dirasakan dalam jangka waktu yang
panjang akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan
masyarakat
yang
berada
disekitar
pabrik.pada
pengawasannya pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon tidak melibatkan masyarakat. Kecamatan, desa
dan karang taruna dalam pengawasan tersebut dikarenakan
teknis ada dipihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
dan disitu tidak ada kewajiban untuk melibatkan
masyarakat, kecamatan, desa dan karang taruna dalam
pengawasan tersebut,
melakukan
terkecuali
pencemaran
apabila perusahaan
lingkungan
dan
merugikan
masyarakat. Masyarakat mengeluhkan masih merasakan
pencemaran
yang
terjadi
karena
pabrik
masih
menimbulkan pencemaran pada lingkungan hidup namun
dalam hal itu masyarakat hanya bisa mengeluh tanpa dapat
tindakan atau melakan sanksi tegas. Dan dalam hal apapun
masyarakat tidak pernah dilibatkan langsung dalam
pengawasan tersebut.
Jumlah perusahaan atau pabrik yang berpotensi
melakukan
pencemaran
lingkungan
di
Kecamatan
Ciwandan kota Cilegon yaitu ada 169 perusahaan atau
115
pabrik dan yang baru diawasi oleh Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon 40 pabrik. Seperti halnya yang
disampaikan oleh Eri ( 38 ), kasubid pengendalian
lingkungan dan perusakan lingkungan (11-1) :
“Jumlah pengawas lapangan Cuma ada dua dan satu
koordinator sedangkan jumlah pabrik di Kota Cilegon
ada 169 perusahaan, rata – rata satu orang harus
mengawasi 50 pabrik padahal 1 oramg idealnya 30
pabrik, tenaga kerja pengawas lapangan kurang sekali.
Kita itu kurang tenaga pengawas dan sarana tenaga
pengawas kurang sekali,kendaraan Cuma ada 1 dari
169 pabrik itu yang kita awasi baru 100, rencana untuk
tahun depan 120 pabrik. Antisipasi kita adalah
memaksimalkan yang kita punya, yang kita punya kita
maksimalkan sehingga melakukan pengawasan sehari
cukup 1 pabrik. Kita coba 1 hari 2 pabrik tetapi jika
seperti Pt posko, itu tidak mungkin 1 hari 2 pabrik
karena ini pabrik sangat bermasalah jadi harus
insentif” ( wawancara/24 november 2014/pukul 10:55/
dilaksanakn dikantor Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon ).
Menurut Suheli ( 40), Humas PT.Cerestar Flour Mills
(14-5) :
“Pihak kami merasa belum pernah ada pengawasan
dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon”
Berdasarkan hasil wawancara 11-1 dapat disimpulkan
bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon memiliki
petugas pengawas hanya 2 dan 1 koordinator dan jumlah
pabrik yang harus diawasi dikota Cilegon ada 169 pabrik,
jadi 1 pabrik 1 petugas pengawas hanya mengawasi 40
pabrik. Dan idealnya itu 1 petugas pengawas hanya
mengawasi 30 pabrik, Cara atau mekanisme
yang
116
dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon agar
dapat mengawasi seluruh pabrik tersebut adalah dengan
memilih pabrik yang harus diawasi sesuai dengan
pernyataan ibu Eri ( 38 ), kasubid pengendalian
lingkungan dan perusakan lingkungan ( 11-1) :
“Strategi kita untuk mengawasi dari 169 perusahaan
atau pabrik itu kita pilih jadi 100 karena 169 itu
banyak macam pabrik terutama industri, jadi jika
pabrik itu bermasalah maka kami akan mengawasi 1
kali setahun dan jika pabrik itu masih bandel maka
kami akan terus awasi makanya kami memilih yang
bermasalah lebih diutamakan” ( wawancara /24
november 2014/ pukul 10:55/ dilaksanakn dikantor
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon).
Dari hasil wawancara dengan 11-1 dapat disimpulkan
bahwa pabrik di kota Cilegon yang berpotensi melakukan
pencemaran lingkungan berjumlah 169 pabrik dan itu
wajib diawasi, tetapi dari 169 pabrik tersebut baru 100
pabrik yang sudah diawasi oleh pihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon, karena personil pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon hanya berjumlah 2
personil dan 1 koordinator, jadi setiap pengawas Badan
Lingkungan Hidup harus mengawasi 50 pabrik, padahal
idealnya 1 orang hanya mengawasi 30 pabrik. Dan sarana
kendaraan pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
hanya memiliki 1 kendaraan. Dari 100 perusahaan atau
pabrik yang diawasi tidak setiap tahun diawasi, karena
117
apabila dalam laporan setiap tiga dan enam bulan
perusahaan tersebut tidak bermasalah maka tahun ini,
pabrik
atau
perusahaan
tersebut
tidak
dilakukan
pengawasan secara rutin.
4.3.1.7 Terkoordinasi Dengan Aliran Kerja Organisasi
Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, informasi
pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja, karena
setiap tahan dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi
sukses atau kegagalan keseluruhan operasi dan informasi.
Pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang
memerlukannya. Dinyatakan dalam bentuk pernyataan
kompensasi yang diberikan perusahaan kepada masyarakat.
Dalam pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh pabrik
atau perusahaan pasti akan ada kesalahan dan kekeliruan
yang dapat berdampak buruk kepada masyarakat dan
merugikan masyarakat baik dalam segi material maupun
dalam segi kesehatan. Dalam hal ini pabrik memberikan
kompensasi apabila ada kelalaian dalam pengelolaan limbah
hasil pabrik yang menyebabkan pencemaran lingkungan,
seperti halnya yang disampaikan oleh ketua karang Taruna
Di Kecamatan Ciwandan, Rudi (40 ) (12-5):
“Tidak semua pabrik atau perusahaan memberikan
kompensasi, ada yang memberikan kompensasi ada
yang tidak, ada yang kompensasinya dalam bentuk
memberikan pengobatan gratis dari pabrik tetapi itu
118
tidak
sering,
paling
pernah
dua
kali
“(wawancara/kamis
07
mei
2015/pukul
17:00/dilaksanakan dirumah).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa pabrik yang ada di Kecamatan Ciwandan yang
sudah mengakibatkan pencemaran lingkungan yaitu dalam
pencemaran udara
yang mengakibatkan masyarakat
setempat tidak dapat menghirup udara segar, karena udara
disana sudah terkontaminasi bahan kimia sehingga jika
dalam jangka waktu panjang sangat berbahaya bagi
saluran pernafasan, dengan pencemaran yang dilakukan
pabrik maka pabrik tersebut. Agar pencemaran lingkungan
yang dilakukan tidak berdampak buruk bagi kesehatan
masyarakat
sekitar,
sebagaimana
disampaikan
oleh
masyarakat yang tinggal disekitar pabrik, Dimyati (45) (132)
:
“Disini pernah ada pengobatan gratis tapi itu bisa
keitung Cuma dua kali dan itupun tidak dilakukan tiap
tahunnya. Debu mah masih saja tiap hari neng,disini
mah debu tuh udah jadi sarapan sehari – hari neng,
orang jalanan disini yang lewat truk – truk gede dari
pabrik”(wawancara/kamis 08 mei 2015/ pukul
16:00/dilaksanakan disekitar pabrik).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa masyarakat yang berada disekitar pabrik masih
merasakan limbah dan pencemaran lingkungan terutama
pencemaran udara dari debu – debu yang dihasilkan truk –
119
truk pengangkut bahan – bahan pabrik, namun perhatian
terhadap debu yang dihasilkan oleh truk – truk pabrik ini
kurang terlalu diperhatikan sehingga masyarakat setempat
sudah menganggap jika debu disini sudah menjadi
sarapannya tiap hari padahal jika tidak diperhatikan secara
serius itu semua berdampak buruk terhadap kesehatan
masyarakat setempat dalam jangka waktu panjang.
4.3.1.8 Fleksibel
Fleksibel,pengawasan harus mempunyai fleksibelitas
untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap
ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan dinyatakan
dalam bentuk pernyataan bentuk pengawasan.
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengawasan
langsung dan pengawasan tidak langsung, seperti halnya
yang disampaikan oleh Eri (38 ), kasubid pengendalian
lingkungan dan perusakan lingkungan (11-1-) :
“kami dalam mengawasi memiliki wewenang sebagai
berikut : melakukan pemantauan, meminta keterangan,
membuat salinan dari dokumen dan atau membuat
catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu,
memotret, membuat rekaman audio visual,mengambil
sampel, memeriksa peralatan. Adapun dua cara
pengawasan yang dilakukan pihak kami yaitu
pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.
Pengawasan langsung adalah langsung terjun
kelapangan sedangkan pengawasan tidak langsung
yaitu dengan memverifikasi data, evaluasi laporan
yang diberikan pihak perusahaan pertiga bulan dan
120
perenam bulan. Dan metode pengawasan langsung
yaitu persiapannya seperti rapat intern tim,
menyiapkan formulir BA, menyiapkan peralatan dan
perlengkapan jika dibutuhkan sample kita siapkan alat
sampel kelapangan diperiksa keseluruhannya mulai
dari dokumen lingkungan dan perijinan pengelolaan
lingkungan hidup, diperiksa pengendalian dan
pengelolaan pencemaran air, udara, limbah B3, setelah
hasil verifikasi lapangan kita tuangkan dalam berita
acara pengawasan yang di tanda tangani oleh pihak
perusahaan setelah hasil tersebut dibuat tindak lanjut
bisa berupa surat peringatan atau sanksi
administratif”. ( wawancara /24 november 2014/ pukul
10:55/dilaksanakan dikantor Badan Lingkngan Hidup
Kota Cilegon.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 11-1 dapat
disimpulkan bahwa bentuk pengawasan yang dilakukan
oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ada dua
macam yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak
langsung. Pengawasan langsung yaitu pihak dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon langsung mendatangi
kelapangan
atau
ke
pabrik
tersebut,
dan
metode
pengawasan langsung yaitu persiapannya seperti rapat
intern tim, menyiapkan formulir BA, menyiapkan
peralatan dan perlengkapan jika dibutuhkan sample kita
siapkan alat sampel kelapangan diperiksa keseluruhannya
mulai dari dokumen lingkungan dan perijinan pengelolaan
lingkungan hidup, diperiksa pengendalian dan pengelolaan
pencemaran air, udara, limbah B3, setelah hasil verifikasi
lapangan kita tuangkan dalam berita acara pengawasan
121
yang di tanda tangani oleh pihak perusahaan setelah hasil
tersebut dibuat tindak lanjut bisa berupa surat peringatan
atau sanksi administratif. Sedangkan pengawasan tidak
langsung
yaitu
pihak
Badan
Lingkungan
Hidup
memverifikasi dari data atau laporan yang diberikan pihak
perusahaan pertiga bulan atau perenam bulan. Namun
dalam pengawasan limbah dari udara emisi, pihak Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum bisa melakukan
uji emisi tersebut, karena Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon belum memiliki alat untuk uji emisi tersebut dan
yang melakukan uji emisi tersebut adalah Badan eksternal
yang independent dan perusahaan membiayai sendiri
untuk uji emisi dan uji emisi tersebut dilakukan setiap
enam bulan sekali. Senada dengan pernyataan diatas,
Wuryandari ( 30 ) Environment supervisor ( 14-1) :
“pengawasan yang dilakukan pihak dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon yaitu pengawasannya
terkadang inspeksi mendadak, dan terkadang sesuai
dengan surat tugas. Dalam setahun Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon setahun sekali mengawasi
perusahaan kami dan maksimal dua kali .perusahaan
kami setiap pertiga bulan memberikan laporan ke
pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, laporan
tersebut yaitu laporan pengendalian air limbah,
laporan pengendalian limbah B3, laporan pengelolaan
industri, dan laporan pelaksanaan izin lingkungan.
Dan adapun dalam pengambilan sampel air pertiga
bulan dan enam bulan. pihak dari Badan Lingkungan
Hidup langsung ke objek sasaran dan pengambilan
sampelnya sudah ditentukan satu tempat dan telah
122
disepakati dua belah”(wawancara/8 mei 2015/pukul
14:00/dilaksanakan dikantor Krakatau Daya Listrik).
Sesuai dengan pernyataan dari 14-1, setiap pertiga bulan
dan perenam bulan diadakan pengambilan sampel air laut
dan sesuai dengan pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.3
Pengambilan air sampel laut
(Sumber, peneliti 2015 )
Pernyataan yang sama mengenai bentuk pengawasan
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon juga disampaikan
oleh Sr. Hse Assisten, Risa Indah ( 25 ) (14-2) :
“Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
dalam mengawasi secara langsung yaitu memberikan
audit Lingkungan Hidup Limbah B3, dan audit proper
sedangkan pengawasan tidak langsungnya yaitu pihak
perusahaan memberikan laporan pertiga bulan seperti
laporan limbah B3 sedangkan laporan UKL/UPL
123
AMDAL perenam bulan. Dalam setahun maksimal dua
kali secara inspeksi mendadak” ( wawancara /9 mei
2015/ pukul 10:35 /dikantor Pundi Kencana ).
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam pengawasan yang
dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ada dua
cara
pengawasan
yaitu
pengawasan
langsung
dan
pengawsan tidak langsung. Pengawasan langsung yaitu
pengawasan rutin ke pabrik dan pengawasan rutin
dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
dalam setahun bisa sampai satu atau maksimal dua kali
pengawasan.
Pengawasan
tersebut
pihak
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon mengambil sampel air
diuji di Laboratorium dan tempat pengambilan sampelnya
sudah ditentukan pada satu tempat atau fokus yang telah
disepakati oleh kedua pihak dan air yang diambil tersebut
layak atau tidak untuk dibuang kelaut. Pengawasan tidak
langsung adalah pengawasan yang dilakukan Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon melalui laporan yang
dibuat oleh setiap pabrik, itu diberikan setiap pertiga bulan
dan perenam bulan. Dari laporan tersebut Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon memverifikasinya dan
dari laporan tersebut Badan Lingkungan Hidup Kota
124
Cilegon mengetahui bentuk dan angka – angka baku mutu
yang dilewati oleh perusahaan tersebut.
4.3.1.9 Bersifat Sebagai Petunjuk Operasional
Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, suatu sistem
pengawasan yang efektif harus menunjukkan baik deteksi
atau denasi dari standar, tindakan koreksi apa yang harus
diambil
dan
dimiliki.
Dinyatakan
dalam
bentuk
pengawasan sesuai dengan SOP dan tingkat pendidikan
yang dimiliki oleh petugas pengawas yang dimiliki Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon, standar operasional
prosedurnya belum dibuat namun telah tertuang dalam S.K
Rencana kerja. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh
kasubid
pengawasan,
pengendalian
dan
kerusakan
lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, Eri (
38 ) ( 11-1) :
“sesuai sop tetapi pengawasan masih mengacu pada
perwal atau perda dan sop sebetulnya sudah buat akan
tetapi pada prinsipnya sop itu dijalankan tetapi secara
surat keputusan belum dibuat dan langkah –
langkahnya pertama investasi, data kegiatan tahun
sebelumnya kedua
pembahasan data bahan
penyusunan rencana operasional, ketiga penyusunan
rencana operasional pembuatan dan penyampaian atau
pengedaran surat pemberitahuan monitoring atau
pengawasan kepada kegiatan pelaku usaha, keempat
pembuatan format surat tugas, berita acara dan
laporan periodik ( pertiga dan enam bulan ), kelima
pelaksanaan monitoring dan pengawasan bersamaan
dengan implementasi tindak lanjut hasil kegiatan
125
usaha”(wawancara/24
november
2014/pukul
10:55/dilaksanakan dikantor Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon).
Dari hasil wawancara dengan 11-1 dapat disimpulkan
bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum
mempunyai SOP namun prinsipnya sudah tertuang di SK
Rencana kerja bidang pengawasan pengendalan dan
perusakan lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon. Isi dari Rencana kerja pengawasan, pengendalian
dan perusakan lingkungan hidup yaitu pertama investasi,
data kegiatan tahun sebelumnya kedua pembahasan data
bahan penyusunan rencana operasional, ketiga penyusunan
rencana operasional pembuatan dan penyampaian atau
pengedaran
surat
pemberitahuan
monitoring
atau
pengawasan kepada kegiatan pelaku usaha, keempat
pembuatan format surat tugas, berita acara dan laporan
periodik ( pertiga dan enam bulan ), kelima pelaksanaan
monitoring
dan
pengawasan
bersamaan
dengan
implementasi tindak lanjut hasil kegiatan usaha dan
tindakan lapangan. Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon dalam melakukan pengawasan pihak Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak mengintimidasi
pihak
pabrik
atau
perusahaan.
Sebagaimana
yang
126
disampaikan oleh Environment Supervisor Krakatau Daya
Listrik, Wuryandari ( 30 ) (14-1) :
“Dalam melakukan pengawasan di perusahaan kami
pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
tidak mengintimidasi pihak kami”( wawancara/8 mei
2015/pukul 14:00/dilaksanakan di kantor Krakatau
Daya Listrik).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 14-1, dapat
disimpulkan bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon dalam melakukan pengawasan pencemaran
lingkungan yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan industri
sifatnya tidak mengintimidasi pihak perusahaan dalam
melakukan pengawasan tersebut. Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon dalam melakukan pengawasan sudah
sesuai dengan SOP sebagaimana yang disampaikan oleh
Environment
Supervisor
Krakatau
Daya
Listrik,
Wuryandari ( 30) (14-1) :
“Saya rasa mungkin sudah sesuai sop yang dimiliki
oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon” (
wawancara/8 mei 2015/ pukul 14:00/ dilaksanakan
dikantor Krakatau Daya Listrik ).
Hal yang senada disampaikan oleh Andi (37),
Supervisor PT.Golden Grand Mills :
“Seharusnya sudah sesuai SOP yang dimiliki oleh
Badan
Lingkungan
Hidup
Kota
Cilegon”
(wawancara/selasa
30
juni
2015/pukul.13:00/dilaksanakan
dikantor
PT.Golden
Grand Mills).
127
Hal yang senada disampaikan oleh ketua komisi II,
H.Hasbi Sidik (45) (11-2) :
“Pengawasannya mungkin sudah sesuai, hanya dalam
pelaksanaan kegiatannya belum maksimal, karena
masih banyak kendalanya yaitu keterbatasan alat,
disini Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum
memiliki laboratorium, masih ada komplen dari
masyarakat dan belum optimalnya Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon dalam menangani pencemaran
lingkungan tersebut, namun pasti pihak Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon selalu berusaha
memperbaiki
itu
semua”(wawancara/19
mei
2015/pukul 11:20/dilaksanakan dikantor DPRD Kota
Cilegon).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 14-1 dan 12-1 dapat
disimpulkan bahwa walaupun Badan Lingkungan Hidup
Kota
Cilegon
belum
memiliki
sop
tetapi
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam melakukan
pengawasan sudah berdasarkan prosedur yang dimiliki
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon.
4.3.1.10
Diterima Para Organisasi
Diterima para organisasi, sistem pengawasan harus
mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota
organisasi
dengan
mendorong
perasaan
otonomi,
bertanggungjawab, dan berprestasi. Hal ini dinyatakan
dalam
bentuk
pernyataan
respon
pabrik
terhadap
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon dan kepuasan masyarakat terhadap
kinerja
pengawas
dalam
mengatasi
pencemaran
128
lingkungan di Kecamatan Ciwandan merespin baik adanya
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pihak yan
terkait, seperti halnya yang disampaikan oleh kasubid
pengawasan, pengendalian dan perusakan lingkungan
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, Eri ( 38 ) (11-1) :
“merespon sangan baik sesuai prosedur, jika ada
keluhan pihak kami menindak lanjuti keluhan warga
lalu kelapangan kemudian kita lakukan verifikasi
pengaduan dan jika pengaduan berkaitan dengan
lingkungan maka kami tindak lanjuti” (wawancara/ 24
november 2014/ pukul 10:55/ dilaksanakn dikantor
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon).
Pernyataan
diatas
diperkuat
oleh
Environment
Supervisor, wuryandari ( 30) (14-1) :
“kami merespon baik dari kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon, pihak kami jadi mengetahui dengan kegiatan
yang baru” ( wawancara /8 mei 2015/ pukul
14:00/dilaksanakan dikantor Krakatau Daya Listrik).
Hal yang senada disampaikan oleh Andi (37),
Supervisor PT.Golden Grand Mills:
“Merespon baik kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh
Badan
Lingkungan
Hidup
Kota
Cilegon”(wawancara/selasa
30
juni
2015/pukul
13:00/dilaksanakan dikantor PT.Golden Grand Mills).
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
beberapa
informan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan atau
pabrik di Kecamatan Ciwandan merespon dengan baik
kegiatan
pengawasan
yang
dilakukan
oleh
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon, namun masyarakat tidak
129
puas dengan pengawasan yang dilakukan oleh pihak
terkait, karena masyarakat masih merasakan pencemaran
lingkungan
setiap
harinya.
Sebagaimana
yang
disampaikan oleh kasubag umum kecamatan Ciwandan,
Fuadah ( 48) (12-1) :
“Disini kalo ibu ditanya mengenai punya jawaban dua
neng, jika ibu sebagai pegawai, maka ibu puas karena
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon adalah atasan
ibu walaupun dampaknya kurang, tetapi jika ibu
sebagai masyarakat sampai sekarang ibu masih
merasakan pencemaran udara sepertin bau ga sedap.
Ibu sebenarnya tidak tahu ada kegiatan pengawasan
atau tidak pihak kecamatan tidak pernah diberitahu
dan juga memang bukan wewenang dari pihak kami,
yang punya wewenang untuk mengawasi perusahaan
yang menghasilkan limbah yaitu pihak dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon” ( wawancara / 30
april 2015/ pukul 08:32/dilaksanakan dikantor
Kecamatan Ciwandan).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 12-1 dapat
disimpulkan bahwa pihak dari Kecamatan Ciwandan
kurang begitu puas dengan kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon,
dan pihak kecamatan Ciwandan tidak pernah mengetahui
sebenarnya pabrik tersebut benar – benar diawasi atau
tidak karena setiap pelaksnaan kegiatan pengawasan pihak
Kecamatan Ciwandan tidak mengetahui kegiatan tersebut
dan pemberitahuan secara langsung. Karena pabrik
tersebut ada di kawasan kecamatan Ciwandan maka
130
wilayah kami yang merasakan dampak pencemaran
tersebut. Pihak kami masih belum merasakan efeknya
masih tetap sama tiap hari masih merasakan udara yang
sudah terkontaminasi.
Sesuai dengan pernyataan dari 12-1, pencemaran udara
masih dirasakan dan yang menjadi terbanyak dari keluhan
masyarakat,sesuai pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.4
Sesuai dengan tabel SLHD Kota Cilegon
Pencemaran udara masih yang terbanyak dikeluhkan
masyarakat
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
pengaduan
masyarakat
Column1
Column2
Hal senada disampaikan oleh Bendahara Kelurahan
Desa Tegal Ratu, Ma’rufi ( 49) ( 12-3) :
“Respon dari kami si sebenarnya kurang puas neng,
pihak kami juga serba salah jika perusahaan tersebut
sampai ditutup, sebagian warga disini kerja dipabrik
tersebut, pabrik tersebut jadi jika memang perusahaan
131
tersebut mlakukan pencemran lingkungan ya pihak
kami ikut baiknya saja neng seperti musyawarah, agar
kedua belah pihak sama – sama tidak dirugikan,
karena jika surat izin operasi produksi sampai dicabut,
maka sebagian warga kami akan kehilangan
pekerjaan” ( wawancara /5 mei 2015/ pukul
09:00/dilaksanakan dikelurahan Tegal ratu).
Ketua karang taruna desa Tegal Ratu di Kecamatan
Ciwandan, Rudi (40) (12-5) memberikan keterangan yang
sama dengan Bendahara kelurahan Tegal ratu :
“Saya merasa kurang begitu puas dengan kegiatan
pengawasan tersebut, karena yang merasakan
dampaknya warga sini jadi kami belum merasakan
efeknya tetap saja tiap hari debu dimana- mana
neng”(wawancara/7 mei 2015/ pukul 17:00/
dilaksanakan dirumah ketua karang taruna).
Berdasarkan
informan
hasil
diatas
wawancara
dapat
dengan
disimpulkan
beberapa
bahwa
pihak
Kecamatan, Desa, Karang taruna merasa kurang puas
dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon, karena setiap harinya
warga sekitar pabrik masih merasakan pencemaran
lingkungan
yang terjadi terutama yang paling parah
pencemaran pada udara. Apabila Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon melakukan pengawasan dengan baik
maka sedikit mengurangi pencemaran bahkan tidak ada
pencemaran yang terjadi pada lingkungan yang merugikan
masyarakat sekitar. Akan tetapi pihak desa tegal ratu,
Ma’ruf (49) (12-3) :
132
“Serba salah pabrik tersebut ditutup karena keluhan
pencemaran akan terjadi banyak pengangguran” (
wawancara /5 mei 2015/ pukul 09:00/dilaksanakan
dikelurahan Tegal ratu).
Hal yang sama disampaikan oleh masyarakat umum,
Ichwan ( 33) (13-1) :
“Saya sebenarnya merasa kurang puas, akan tetapi
saya juga serba salah kalau emang pabrik ini ditutup
pasti banyak pengangguran banyak yang kehilangan
penghasilan.tetapi asap yang kita hirup tiap hari ini
bahaya ,itu bahan kimia semua neng”(wawancara/7
mei 2015/ pukul 15:00/dilaksanakan dirumah pak
Ichwan)
Hal yang senada juga disampaikan tokoh masyarakat
oleh H.Nani, (60) (13-5) :
“saya merasa kurang puas neng,pencemaran disini
masih terparah yaitu pencemaran diudara dan disini
masih dirasakan pencemaran udara menjadi yang
terparah “
Hal senada disampaikan oleh pedagang sekitar pabrik,
sunadi (40) (13-3) :
“kalo ditanya si neng sebenanrnya kurang puas, saya
tidak tahu ada kegiatan pengawasan tersebut, dan
disini masih terjadi pencemaran terutama debu
neng”(wawancara/7mei2015/pukul 13:00/dilaksanakan
disekitar pabrik).
Hal yang sama disampaikan mengenai ketidak puasan
masyarakat terhadap pengawasan yang dilakukan oleh
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, Dimyati ( 45 )
(13-2) :
“Saya merasa kurang puas ,saya juga tidak tahu
sebenarnya ada pengawasan atau tidak, faktanya saya
masih merasakan neng mencium bau tak sedap,terus
kalau sudah rada siang itu truk – truk gede dari pabrik
133
lewat debunya kemana- mana”(wawancara 7 mei
2015/pukul 16:00/dilaksanakan dirumah warga).
Dan sesuai dengan pernyataan 13-2, truk besar sering
melintasi area pabrik yang menjadi jalan warga sehari –
hari, sesuai pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.5
Truk dari pabrik yang mengangkut hasil produksi
(sumber, peneliti 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa para
informan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
disekitar pabrik masih merasakan pencemaran dari pabrik
– pabrik yang berada di Kecamatan Ciwandan dan rata –
rata masyarakat sekitar pabrik tidak mengetahui jika pihak
134
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon mengawasi pabrik
tersebut.
4.4
Pembahasan
Dalam pelaksanaan penelitian ini penyebaran surat untuk
perusahaan yang berada di Kecamatan Ciwandan yang berjumlah 20
perusahaan, namun dalam kenyataan surat yang menanggapi surat
peneliti yaitu hanya 2 perusahaan, 3 perusahaan menolak, sisanya
tidak menanggapi surat yang diajukan peneliti. Peneliti memilih dua
desa dari 6 desa yang berada di Kecamatan Ciwandan yaitu Tegal
ratu, Kubangsari, gunung sugih, kepuh, randakari,dan Banjar negara,
karena titik perusahaan yang banyak hanya berada didua desa yaitu
desa Tegal ratu dan desa Kubangsari. Peneliti tidak mewawancarai
pihak laboratorium independent dari perusahaan, karena keterbatasan
waktu yang dimiliki peneliti.
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas yang berdasarkan
10 karakteristik pengawasa yang efektif ( Handoko ( 2003:373 ) yaitu
: akurat, informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat, data
yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan
organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan hanya
menciptakan yang sebenarnya tidak ada. Tepat waktu, Tepat – waktu,
informasi harus dikumpulkan disampaikan dan dievaluasi secepatnya
bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera. Obyektif dan
135
menyeluruh, informasi harus mudah dipahami dan bersifat obyektif
serta lengkap.Terpusat pada titik – titik pengawasan strategik, sistem
pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang – bidang di
mana penyimpangan – penyimpangan dari standar paling sering
terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.Realistik
secara ekonomi, biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih
rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari
sistem tersebut.Realistik secara organisasional, sistem pengawasan
harus
cocok
atau
harmonis
dengan
kenyataan–kenyataan
organisasi.Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, informasi
pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena
setiap tahap dan proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses
kegagalan atau keseluruhan operasi, dan informasi pengawasan harus
sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya. Fleksibel,
pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dan
lingkungan.Bersifat
sebagai
petunjuk
dan
operasional,
sistem
pengawasan efektif harus menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari
standar. Tindakan koreksi apa yang sebenarnya diambil.Diterima para
anggota organisasi, sistem pengawasan harus mampu mengarahkan
pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong
perasaan otonomi, bertanggungjawab, dan berprestasi.
136
Hasil dari penelitian ini terfokus pada bentuk, mekanisme, dan
tindakan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam mengatasi
pencemaran lingkungan pada kawasan industri di Kecamatan
Ciwandan Kota Cilegon.
Hasil peneliti mengenai Bentuk pengawasan yang dilakukan
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam mengatasi pencemaran
lingkungan pada kawasan industri di Kecamatan Ciwandan Kota
Cilegon belum cukup efektif, hal ini dapat dilihat dari dimensi
Handoko ( 2003 : 373 ) yaitu berdasarkan aspek akurat, tepat waktu,
obyektif dan menyeluruh, fleksibel, dan bersifat sebagai petunjuk
operasional.
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam mengawasi
perusahaan
Di
Kecamatan
Ciwandan
Kota
Cilegon
yang
menghasilkan limbah yang menimbulkan pencemaran lingkungan
tidak mempunyai standar khusus dalam pengelolaan limbah yang
menimbulkan
pencemaran
lingkungan,
setiap
perusahaan
menghasilkan produksi pasti menghasilkan limbah dan pencemaran
lingkungan yang berbeda – beda, oleh karena itu pengelolaan limbah
yang menimbulkan pencemaran lingkungan memiliki perbedaan –
perbedaan tertentu dan standarnya masing – masing. Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon mewajibkan untuk setiap perusahaan
mempunyai dokumen Amdal dan UKL – UPL, karena sesuai dengan
peraturan daerah Kota Cilegon Nomor 2 tahun 2004 tentang
137
pengendalian pencemaran dan perusakan Lingkungan yang berbunyi
bahwa beberapa usaha dan / atau kegiatan jasa, pengelolaan bahan
maupun yang memanfaatkan sumber daya alam atau lingkungan
sebagai tempat pembuangan limbah yang berdampak terhadap
perubahan lingkungan. Pasal 8 nomor 2 berbunyi setiap orang atau/
penanggung jawab yang melakukan usaha dan / atau kegiatan yang
berdampak terhadap lingkungan wajib memiliki dokumen kajian
UKL/UPL/AMDAL. Sedangkan sesuai udang – undang Nomor 32
tahun 2009 pasal 22 dijelaskan bahwa setiap usaha dan / atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
AMDAL. Peraturaan selanjutnya yang mengatur Amdal adalah
peraturan Presiden Nomor 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan dan
peraturan menteri Nomor 05 tahun 2012 tentang usahan dan / atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal dan produk akhir
Amdal adalah diterbitkannya surat kelayakan lingkungan hidup
(SKLH) dari kepala daerah sebagai dasar dikeluarkannya izin
lingkungan, setiap kegiatan usahan yang berpotensi untuk mencemari
lingkungan harus memiliki pedoman yang disebut Amdal/ UKL-UPL
supaya perusahaan dapat meminimalisasi bentuk pencemaran yang
ditimbulkan, namun kenyataannya berdasarkan SLHD kota Cilegon
masih ada perusahaan yang terdata tidak menyusun Amdal, dan dari
169 perusahaan yang ada di Kota Cilegon hanya terdapat 46 kegiatan
yang telah mengurus UKL/UPL.
138
Perusahaan yang berada di Kecamatan Ciwandan, kapasitasnya
limbah yang menimbulkan pencemaran lingkungan setiap hari
semakin tinggi dan berdampak makin tinggi mencemari lingkungan
dan berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat sekitar
pabrik. Apabila limbah yang menimbulkan pencemaran lingkungan
tersebut tidak diawasi oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon dengan baik maka akan berdampak buruk bagi kesehatan
masyarakat sekitar perusahaan dan akan menambah parah mencemari
lingkungannya. Perusahaan yang berada di Kecamatan Ciwandan
sudah mengelola limbahnya dengan baik berdasarkan laporan yang
telah diberikan kepada pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
setiap pertiga bulan dan perenam bulan.
Badan lingkungan hidup Kota Cilegon dalam melakukan kegiatan
pengawasan yaitu yang bersifat langsung datang ke perusahaan itu
setahun sekali dan apabila ada pengaduan tentang pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh limbah perusahaan yang berdampak
mencemari lingkungan yang ditimbulkan dari hasil produksi pabrik
maka pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon melakukan
pengawasan sampai 3 kali dalam setahun. Karena perusahaan tidak
hanya ada di Kecamatan Ciwandan saja, akan tetapi pihak dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon membagi waktu agar bisa
mengawasi semua perusahaan yang berada di Kota Cilegon.
Seharusnya dalam melakukan kegiatan pengawasan pada perusahaan
139
yang menghasilkan limbah dan berdampak mencemari lingkungan
dilakukan setiap bulannya agar dapat meminimalisasikan pencemaran
yang terjadi dan supaya masyarakat tidak merasakan pencemaran
lingkungan yang berdampak langsung pada masyarakat.
Pengawasan yang dilakukan pihak Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon ada dua bentuk pengawasan yaitu pengawasan langsung dan
pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung diartikan dengan
diartikan dengan pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
langsung mendatangi perusahaan, pengawasan langsung atau rutin ke
perusahaan dalam setahun bisa dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon satu hingga dua kali itupun jika ada laporan dari
warga jika ada pencemaran lingkungan, dalam pengawasan langsung
yang dilakukan oleh pihak dari Badan Lingkungan Hidup yaitu
mengambil sampel air untuk diuji agar bisa diketahui air itu layak atau
tidak untuk dibuang dibadan air yang dimaksud dengan badan air
yaitu air laut atau sungai. Sedangkan pengawasan tidak langsung yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan hidup Kota
Cilegon yaitu pengawasan hanya dipantau dari laporan yang diberikan
oleh perusahaan kepada pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
setiap pertiga dan perenam bulannya dan sudah diuji batas baku mutu
dan juga telah telah dibuat dalam bentuk laporan kemudian diserahkan
kepada pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dan dari laporan
tersebut pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
140
mengetahui perusahaan tersebut menimbulkan pencemaran atau tidak
dan mengetahui bagaimana angka – angka batas baku mutu yang telah
dilewati perusahaan tersebut. Pengujian tersebut dilakukan oleh badan
eksternal yang telah terakreditasi nasional. Uji – uji tersebut telah
sesuai dengan UKL – UPL yang dimiliki oleh pihak perusahaan.
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum mempunyai SOP
tetapi pada prinsipnya sudah sesuai dengan SK rencana kerja bidang
pengawasan lingkungan, pengendalian dan perusakan lingkungan
hidup. Isi dari rencana kerja tersebut tersebut yaitu investasi data
kegiatan tahun sebelumnya, pembahasan data bahan penyusunan
rencana operasional, penyusunan rencana operasional, pembuatan dan
penyampaian atau pengedaran surat pemberitahuan monitoring dan
pengawasan kepada pelaku kegiatan pelaku usaha, pembuatan formal
yang isinya surat tugas, berita acara, laporan periodik dan pelaksanaan
monitoring dan pengawasan bersamaan dengan tindak lanjut hasil
kegiatan usaha.menurut peraturan daerah tentang pengendaliang
pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan no 2 tahun 2004
pasal 33 mengenai pengawasan dan pelaporan yang berbunyi
pemerintah
daerah
dalam
rangka
melakukan
pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan berwenang melakukan
pemantauan, pembuatan catatn yang diperlukan, memasuki tempat
tertentu, mengambil contoh, meemriksa peralatan, memeriksa instalasi
dan atau transportasi dan setiap pengawas wajib memperlihatkan surat
141
tugas dan/ atau tanda pengenal serta wajib memperlihatkan situasi dan
kondisi tempat pengawasan tersebut. Badan lingkungan hidup Kota
Cilegon dalam melakukan pengawasan mengenai pencemaran
lingkungan pada kawasan industri di Kecamatan Ciwandan Kota
Cilegon tidak mengintimidasi.
Hasil peneliti mengenai Mekanisme yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam pengelolaan limbah yang
berdampak dan menimbulkan pencemaran lingkungan masih belum
efektif, itu bisa dilihat dari dimensi teori Handoko ( 2003:373)
berdasarkan aspek realistik secara ekonomis dan aspek realistik secara
organisasi.
Anggaran yang dianggarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon sesuai dengan APBD Kota Cilegon untuk melakukan
kegiatan pengawasan pada perusahaan yaitu RP. 500.000.000. dengan
anggaran Rp. 500.000.000 pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon belum dapat mengawasi seluruh perusahaan yang berada di
Kota Cilegon.
Perusahaan
di
kota
Cilegon
yang
berpotensi
melakukan
pencemaran lingkungan berjumlah 169 perusahaan dan itu wajib
diawasi, tetapi dari 169 perusahaan hanya 100 perusahaan yang bisa
diawasi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, karena personil
pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon yang berrjumlah
142
dua orang dan 1 koordinator, jadi setiap perusahaan petugas pengawas
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon harus mengawasi 50
perusahaan padahal idealnya satu petugas pengawas mengawasi 30
perusahaan, dan sarana kendaraan yang dimiliki Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon tidak setiap tahunnya diawasi, karena apabila
dilihat dari laporan pertiga bulan atau perenam bulan tidak ada
masalah makan tahun berikutnya tidak diawasi secara rutin.
Tidak adanya keterlibatan masyarakat, kecamatan, desa, dan karang
taruna dalam pengawasan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon. Banyak masyarakat sekitar yang masih merasakan
adanya pencemaran lingkungan yang terjadi seperti pencemaran udara
yang sudah tidak segar lagi apalagi jika siang hari sudah banyak truk –
truk gede yang berlalu lalang dan disekitar perusahaan tersebut
tercium bau tak sedap dan terkadang kebisingan masih dirasakan
masyarakat. Seharusnya pihak desa dilibatkan karena pihak desa yang
sebagian merasakan dampak langsungnya. Pihak dari kecamatan,
desa, masyarakat, dan karang taruna tidak dilibatkan memang
wewenangnya yang bertugas mengawasi perusahaan tersebut yaitu
pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tetapi meskipun
kegiatan pengawasan pada perusahaan tersebut dilakukan namun
pihak masyarakat, desa, kecamatan dan karang taruna masih
merasakan pencemaran lingkungan tersebut. Kurangnya sosialisasi
yang dilakukan pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon kepada
143
masyarakat sekitar perusahaan mengenai limbah yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut jika tidak diolah dengan baik dan pencemaran
yang dirasakan jika dalam jangka panjang akan mengganggu
kesehatan. Pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
berpendapat tidak melibatkan Kecamatan, desa, masyarakat, dan
karang taruna karena di pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
keterbatasan dana dan juga tidak ada kewajiban untuk melibatkan
masyarakat, kecamatan, desa, dan karang taruna dan yang memiliki
wewenang untuk mengawasi yaitu pihak dari Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon.pihak dari kecamatan, desa, masyarakat, dan
karang taruna hanya memiliki hak untuk mengeluhkan pencemaran
yang terjadi dan tidak dapat bertindak apapun karena masyarakat tidak
dilibatkan dalam kegiatan pengawasan tersebut hanya pihak dari
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon yang memiliki wewenang
untuk melakukan pengawasan pada perusahaan.
Hasil peneliti menganai Tindakan yang dilakukan Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon pada perusahaan yang mencemari
lingkungan di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon masih belum jelas,
hal ini dapat dilihat dari dimensi Handoko ( 2003 :373 ) berdasarkan
aspek terkoordinasi dengan aliran kerja dan aspek diterima para
anggota dan aspek terpusat pada titik pengawasan strategik.
Perusahaan
yang
berada
di
Kecamatan
Ciwandan
yang
mengahsilkan limbah yang menimbulkan pencemaran lingkungan
144
pada air sebagian masyarakat menggunakan air keruh tidak bersih,
akan tetapi pencemaran yang dianggap terparah yaitu pencemaran
pada udara yaitu debu yang dihasilkan dari cerobong asap pabrik
yang berwarna gelap, jika hal tersebut tidak ditindak lanjuti secara
serius maka dalam jangka waktu panjang akan mengganggu kesehatan
warga, maka dari itu kompensasi yang diberikan perusahaan yaitu
pengobatan secara gratis untuk meminimalisasi agar warga tidak
terkena isapa ( inspeksi saluran pernafasan akut ). Akan tetapi
walaupun perusahaan ada yang memberikan pengobatan secara gratis
itu tidak sering dan masyarakat masih saja mengeluhkan dan
merasakan pencemaran udara seperti halnya debu yang ditimbulkan
dari truk – truk pabrik yang melewati sekitar pabrik.
Pencemaran dalam bentuk apapun dapat merugikan dan berdampak
buruk bagi kesehatan, dan atas pencemaran yang dilakukan
perusahaan memberikan kompensasi seperti diadakannya pengobatan
gratis untuk meminimalisasi warga yang terkena ISPA akibat
menghirup udara yang sudah terkintaminasi, namun perusahaan tidak
melakukan tindakan apapun mengenai udara emisi yang diakibatkan
oleh perusahaan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat
disekitar pabrik, mengenai hal itu kurang ada tindak lanjut lebih.
Pencemaran udara yang setiap hari dirasakan oleh masyarakat sekitar,
bahkan masyarakat mencium bau tak sedap yang ditimbulkan oleh
pabrik gula tersebut dan peneliti sendiri ketika observasi ke
145
masyarakat memang merasakan dan mencium bau tak sedap tersebut,
dan jika dalam jangka waktu yang panjang tidak ada tindakan makan
akan mengakibatkan ISPA.
Sanksi yang diberikan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon kepada perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan
untuk membuktikan kebenarannya pihak Badan lingkungan Hidup
Kota Cilegon menanggapi informasi yang diberikan oleh warga
kemudian mengundang perusahaan untuk mengklarifikasi kebenannya
apakah itu benar atau tidak ditimbulkan oleh perusahaan tersebut, jika
memang itu semua dilakukan oleh perusahaan tersebut maka pihak
dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon memberikan teguran ,
yaitu dari teguran pertama, kedua hingga teguran ketiga, kemudian
jika tidak mendapatkan respon atau tanggapan maka pihak Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon memberikan sanksi Administratif
(pencabutan izin, pembekuan izin, paksaan pemerintah, pembekuan
izin lapangan ), keempat penutupan sementara dan yang paling berat
adalah penutupan permanen. Penutupan kegiatan yang dimaksud yaitu
bukan menutup perusahaan tersebut, akan tetapi mengehntikan
kegiatan proses pengelolaan hasil produksinya saja dengan begitu
akan berpengaruh kesemuanya. Namun pada kenyataannya tindakan
dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon mengenai perusahaan
yang menimbulkan pencemaran lingkungan
selalu selesai dengan
musyawarah mufakat, karena Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
146
tidak mempersulit karena prosesnya membutuhkan waktu yang sangat
lama, dan dari pihak masyarakat banyak yang bergantung pada
perusahaan tersebut jadi jika proses produksi dihentikan maka
masyarakat kehilangan mata pencaharian.
Pihak desa juga memiliki hak untuk memberikan teguran walaupun
pihak desa tidak punya wewenang untuk melakukan kegiatan
pengawasan, namun pihak desa memiliki hak untuk memberikan
informasi kepada Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon jika
perusahaan tersebut mengakibatkan pencemaran lingkungan
jika
sudah ditegur Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon melalui surat
peringatan
kemudian jika tidak ada respon baru pihak desa
demonstrasi, namun selalu selesai secara musyawarah dan selesai
dibawah meja artinya penyelesaian tidak ditemukan titik temunya dan
pihak desa merasa semua masalah pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh perusahaan tidajk pernah ada titij temunya dan tidak
pernah terselesaikan. Padahal setiap harinya masyarakat masih
merasakan pencemaran terutama pencemaran pada udara.
Pihak kecamatan Ciwandan merasa tidak puas dengan pengawasan
yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon karena
kecamatan memang tidak dilibatkan dalam mengawas, namun
memang
pihak
kecamatan
tidak
memiliki
wewenang
untuk
mengawasi, faktanya masih merasakan pencemaran yang terjadi
147
disekitar pabrik, oleh sebab itu pihak dari kecamatan Ciwandan
merasa kurang puas memang karena dampaknya masih dirasakan.
Pihak dari karang taruna dan desa merasa tidak puas dengan
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup kota
Cilegon,karena
setiap
harinya
masih
merasakan
pencemaran
lingkungan, terutama pencemaran pada udara jika pengawasan
dilakukan
dengan
baik
mungkin
saja
pencemaran
bisa
diminimalisasikan dampaknya bahkan tidak ada pencemaran lagi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon Dalam
Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di
Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon, secara pengawasan sesuai denga
SK Rencana Kerja bidang Pengawasan, pengendalian dan perusakan
lingkungan sudah berjalan dengan baik, akan tetapi pelaksanaan
kegiatan pengawasannya dilapangan masih belum cukup baik atau
maksimal, karena dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
beberapa masyarakat di Kecamatan Ciwandan menyatakan bahwa
pengawasan masih belum berjalan dengan optimal.
4.3 Temuan Lapangan
No
Aspek
1
Akurat
a. Standar
Pengelolaan
Limbah
Temuan lapangan
a. Tidak ada standar
pengelolan
limbah
khusus karena cara
Kategori
a. Belum
Baik
148
b. Jenis
Pencemaran
Lingkungan
c. Jarak
keberadaan
pabrik
2
Tepat Waktu
a. Kegiatan
Pengawasan
Sudah
dijadwalkan
b. Waktu
pengawasan
3
4
Obyektif
Dan
Menyeluruh
a. Penilaian
terhadap
keahlian
yang
dimiliki
pengawas
c. Pelatihan
pada petugas
pengawasan
Terpusat pada titik
pengawasan
strategik
a. Sanksi
teringan
sampai
pengelolaan berbeda
pada
setiap
perusahaan
b. Pencemaran
udara
terutama debu yang
semakin parah tiap
hari
c. Masyarakat
yang
berada
disekitar
perusahaan
masih
merasakan
pencemaran
lingkungan
b. Belum
baik
c. Belum
baik
a. Pengawasan
yang
dilakukan
sudah
dijadwalkan karena
sudah ada direncana
kerja
bagian
pengawasan
pengendalian
dan
kerusakan lingkungan
b. BLH kota Cilegon
hanya
melakukan
kegiatan pengawasan
kepada
perusahaan
hanya 1-2 kalu dalam
setiap tahun
a. Baik
a. Keahlian dari petugas
BLH
kurang
berkompeten
dan
berstandarisasi
b. Pengawas
BLH
belum
sepenuhnya
mempunyai sertifikat
pelatihan/diklat-diklat
a. Belum
baik
a. Teguran dari teringan
hingga
penutupan
yang terberat
b. Masalah yang terjadi
a. Baik
b. Balum
baik
b. Belum
baik
b. Belum
149
5
6
terberat
b. Pemberi
an sanksi
sesuai
pelangga
ran
Realistik
secara
ekonomi
a. Biaya yang
dianggarkan
dalam
kegiatan
oengawasan
Realistik
secara
organisasional
a. Keterlibatan
masyarakat
dalam
pengawasan
d. Keterlibatan
karang
taruna dan
desa
e. Jumlah
pengawas
7
Terkoordinasi
dengan aliran kerja
b. Kompensasi
yang
diberikan
perusahaan
kepada
masyarakat
c. Tindakan
yang
dilakukan
pihak terkait
kepada
selalu selesai secara
musyawarah/tidak
ada kejelasan
baik
a. Anggaran
untuk
melakukan kegiatan
pengawasan
Rp.500.000.000
a. Belum
baik
a. Tidak
adanya
keterlibatan
kecamatan,desa,dan
karang taruna, karena
teknis ada di BLH
Cilegon
dan
wewenang
dalam
mengawas
untuk
BLH Cilegon
BLH kota Cilegon
memiliki petugas 2
dan 1 koordinator dan
sedangkan
jumlah
perusahaan di Kota
Cilegon
169
perusahaan dan 1
pengawas
harus
mengawasi
50
perusahaan
b. Belum
baik
a. Pencemaran
udara,
akan
tetapi
pencemaran
udara
belum. ada ganti rugi
dari perusahaan.
b. Tindakan BLH Kota
Cilegon
pada
perusahaan
yang
mencemari
lingkungan
belum
jelas
a. Belum
baik
c. Belum
baik
d. Belum
baik
b. Belum
baik
150
8
9
perusahaan
Fleksibel
a. Cara
dan
metode
pengawasan
Bersifat
sebagai
petunjuk
operasional
a. Pengawasan
sesuai
dengan sop
c. Tingkat
pendidikan
pengawas
10
Diterima
para
anggota organisasi
a. Perusahaan
merespon
mengenai
pengawasan
yang
dilakukan
pihak terkait
c. Kepuasan
masyarakat
mengenai
kinerja
pengawai
(sumber : peneliti,2015)
a. Bentuk pengawasan
yang dilakukan BLH
Kota
Cilegon
memiliki
2
cara
dalam
mengawasi
yaitu
pengawasan
langsung dan tidak
langsung tetapi BLH
Cilegon lebih sering
ke pengawasan tidak
langsung
dengan
menerima laporan.
a. Belum
baik
a. BLH Kota Cilegon
belum memilki sop,
namun
dalam
melakukan
pengawasan
sudah
sesuai SK Rencana
Kerja.
b. Petugas
pengawas
dari BLH rata- rata
lulusan tekhnik
a. Belum
baik
a. Perusahaan
kurang
merespon
baik
terhadap
pengaduan/laporan
yang
dilakukan
masyarakat
b. Masyarakat merasa
kurang begitu puas
karena
masih
merasakan dampak
dari
pencemaran
lingkungan
a. Belum
baik
b. Baik
b. Belum
baik
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan – temuan dilapangan maka
kesimpulan dari pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon dam mengatasi pencemaran lingkungan pada kawasan industri di
Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon kurang efektif dan kurang optimal hal ini
dapat dilihat beberapa aspek antara lain :
a. Pada aspek keakuratan kesimpulannya yaitu tidak adanya standar
khusus pengelolaan limbah pada setiap perusahaan.
b. Pada
aspek
ketepatan
waktu
kesimpulannya
yaitu
kegiatan
pengawasan sudah dijadwalkan sebelumnya, akan tetapi kegiatan
pengawasan yang sering dilakukan yaitu pengawasan tidak langsung
dengan menerima laporan yang diberikan pihak perusahaan kepada
pihak instansi terkait atau Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon.
c. Pada aspek obyektif dan menyeluruh kesimpulannya yaitu keahlian
yang dimiliki belum seluruhnya berkompeten dan memiliki semua
sertifikat diklat – diklat.
d. Pada aspek terpusat pada titik pengawasan strategik kesimpulannya
yaitu mengenai sanksi yang diberikan menurut administratif sudah
baik, akan tetapi fakta dilapangan kurang cukup optimal dan kurang
baik.
150
151
e. Pada aspek realistik secara ekonomis kesimpulannya yaitu biaya yang
dianggarkan dalam melakukan kegiatan pengawasan dirasa kurang
sesuai dengan banyaknya perusahaan yang ingin diawasi.
f. Pada aspek organisasional kesimpulannya yaitu mengenai keterlibatan
masyarakat, kecamatan, dan desa tidak dilibatkan dalam kegiatan
pengawasan yang dilakukan, karena memang wewenang untuk
melakukan kegiatan pengawasan ada dipihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon dan Badan Lingkungan Hidup kota Cilegon
memiliki petugas pengawas dilapangan ada 2 dan 1 koordinator itu
tidak sesuai dengan perusahaan yang diawasi yaitu 169 perusahaan
dikota Cilegon.
g. Pada aspek koordinasi dengan aliran kerja kesimpulannya yaitu
kompensasi atau ganti rugi mengenai pencemaran udara belum ada
ganti rugi dan tindakan pihak instansi terkait atau Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon pada perusahaan yang mencemari lingkungan
belum jelas.
h. Pada aspek fleksibelitas kesimpulannya yaitu bentuk pengawasan
yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon memiliki
dua cara dalam melakukan kegiatan pengawasan yaitu pengawasan
secara langsung dengan mendatangi langsung perusahaan terkait,
sedangkan pengawasan tidak langsung
yaitu dengan menerima
laporan yang diberikan pihak perusahaan kepada Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon.
152
i. Pada aspek bersifat sebagai petunjuk operasional kesimpulannya yaitu
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon belum memiliki SOP, namun dalam melakukan kegiatan
pengawasan sudah sesuai SK. Rencana kerja.
j. Pada aspek diterima para anggota organisasi kesimpulannya yaitu
dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait atau
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, perusahaan kurang merespon
baik terhadap pengaduan atau laporan yang dilakukan masyarakat dan
kepuasan masyarakat mengenai kinerja pegawai belum merasa begitu
puas
karena
masyarakat
masih
merasakan
dampaknya
dari
pencemaran lingkungan tersebut.
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti ajukan berupa
rekomendasi yaitu :
a. Pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon untuk melibatkan
Kecamatan, desa, masyarakat, dan karang taruna dalam melakukan
kegiatan pengawasan, agar pihak kecamatan, desa, masyarakat
mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam mengawasi perusahaan yang
menimbulkan pencemaran lingkungan.
b. Badan lingkungan Hidup Kota Cilegon seharusnya mengajukan
kenaikan anggaran agar dapat mengawasi seluruh perusahaan yang
153
berpotensi mencemari lingkungan, pelatihan atau diklat – diklat untuk
petugas
pengawas
agar
memiliki
semua
sertifikasi
semua
diklat,menambah jumlah petugas pengawas Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon yang untuk kelapangan agar dari 169 perusahaan
dapat diawasi seluruhnya oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon dan bisa menambah petugas pengawas lapangan agar dapat
mengawasi semua perusahaan yang berada di Kota Cilegon terutama
di Kecamatan Ciwandan.
c. Pemberian sanksi yang diberikan Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon kepada perusahaan harus lebih jelas.
d. Seharusnya menambah waktu pengawasan yang lebih intensif dan
rutin dan tidak menunggu laporan dari masyarakat untuk melakukan
kegiatan pengawasan langsung dan agar tidak menunggu laporan dari
perusahaan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Darsono, Valentinus. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri.
Bandung: Cv. Yrama Widya.
Handayaningrat, Soewarno. 1990. Pengantar studi ilmu administrasi dan
manajemen. Jakarta : Pt.Gunung Agung.
Handoko T, Hani.2003. Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: Pt.
Pustaka Quantum.
Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta: Pt. Bumi Aksara.
Ign Suharto. 2011. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara Dan Air.
Yogyakarta: Cv. Andi.
Kristanto, Philip. 2006. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi.
Manullang. M. 2005. Dasar – Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; PT Remaja
Rosdakarya Offset.
____________.2005. Metode Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung ; PT Remaja
Rosdakarya.
Raihan. 2006. Lingkungan Dan Hukum Lingkungan. Jakarta: Katalog Dalam
Terbitan (KDT ).
Sastrawijaya, A.Tresna.
Cipta.
2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Pt. Rineka
Satori, Djaman. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang.2008. Manajemen Strategi. Jakarta: Bumi Aksara .
____________. 2007. Fungsi – Fungsi Manajerial. Jakarta: Pt.Bumi Aksara.
Silalahi, M.Daud. 2001. Hukum Lingkungan. Bandung: Alumni.
Soemarwoto, Otto. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sumber Internet
http://repository.fisip-untirta.ac.id/30/1/SKRIPSI_Krida.k Setiawan.pdf
fh.unila.ac.id/index.php/han/A.Hirliansyah.pdf
digilib.uns.ac.id
Sumber Dokumen
Pp 27 tahun 1999 tentang usaha dan/atau kegiatan – kegiatan yang
memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan. Pp 27 tahun 1999 tentang usaha dan/atau kegiatan – kegiatan
yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan.
UUD No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 Ayat (2) Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
UUD NO. 32 Tahun 2009 Pasal 1 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Keputusan walikota Cilegon No. 5 tahun 2002 mengenai izin pengeluaran limbah
industri.
Lampiran foto
Wawancara dengan ibu Eri sukaesih Kasubid pengendalian pencemaran lingkungan dan
kerusakan lingkungan
Wawancara dengan ibu Wuryandari dari Krakatau Daya Listrik
Wawancara denga Rissa PT Pundi Kencana
Wawancara dengan pihak Kecamatan Ciwandan
Wawancara dengan Ibu Fuadah
wawancara dengan bapak qodratullah
wawancara dengan pihak kelurahan Tegal Ratu
Wawancara dengan pihak Kelurahan Kubang Sari
Pembuangan limbah dari perusahaan yang langsung ke laut
Pengambilan sampel limbah cair
Pembuangan limbah pada saluran aliran sungai kecil menuju ke laut
Wawancaea dengan masyarakat di Kecamatan Ciwandan
Tokok masyarakat kelurahan tegal ratu bapak H. Nani
Wawancara dengan Pa Rudi
Wawancara denga pak Ichwan
Wawancara denga pak Sunadi
wawancara dengan pak Dimyati
wawancara dengan Bapah H. Hasbi Sidik, ST( ketua komisi II , ketua partai, ketua fraksi)
Cerobong asap produksi
Tempat pengolahan pabrik tepung pt pundi kencana
Pengangkutan hasil produksi
KODING DATA
kode
Kata Kunci
1.
Standar pengelolaan limbah yang berdampak mencemari lingkungan
2
Standar pengelolaan limbah yang berdampak mencemari lingkungan
3
Standar pengelolaan limbah yang berdampak mencemari lingkungan
4
Standar pengelolaan limbah yang berdampak mencemari lingkungan
5
Standar pengelolaan limbah yang berdampak mencemari lingkungan
6
Jarak keberadaan perusahaan
7
Jarak keberadaan perusahaan
8
Jarak keberadaan perusahaan
9
Jarak keberadaan perusahaan
10
Jarak keberadaan perusahaan
11
Jarak keberadaan perusahaan
12
Jarak keberadaan perusahaan
13
Kebisingan dan bau menyengat akibat proses produksi
14
Kebisingan dan bau menyengat akibat proses produksi
15
Kebisingan dan bau menyengat akibat proses produksi
16
Kebisingan dan bau menyengat
17
Pengelolaan limbah sesuai dengan limbah yang dihasilkan
18
Pengelolaan limbah diserahkan kepada pihak ketiga
19
Pengelolaan limbah dikelola oleh perusahaan masing – masing
20
21
Pengelolaan limbah perusahaan dikelola oleh pihak ketiga oleh badan – badan yang
mempunyai izin.
Pencemaran udara
22
Pencemaran udara dan pencemaran laut
23
Pencemaran udara
24
Pencemaran udara
25
Pencemaran udara
26
Pencemaran udara
27
Pencemaran udara
28
Pencemaran udara
29
Pencemaran udara dan pencemaran laut
30
Sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan
31
Sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan
32
Sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan
33
Sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan
34
Sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan
35
Sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan
36
Bagian supervisor Environment
37
Bagian st hst Assistent
38
Mempunyai keahlian bidang k3 ( kesehatan kerja dan keselamatan kerja)
39
Mempunyai keahlian bidang k3 ( kesehatan kerja dan keselamatan kerja)
40
Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
41
Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
42
Tidak mengetahui pengawasan yang dilakukan BLH kota Cilegon
43
Tidak mengetahui pengawasan yang dilakukan BLH kota Cilegon
44
Tidak mengetahui pengawasan yang dilakukan BLH kota Cilegon
45
Tidak mengetahui pengawasan yang dilakukan BLH kota Cilegon
46
Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
47
Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
48
Sudah sesuai dengan SOP
49
Sudah sesuai dengan SOP
50
Tidak mengetahui sudah sesuai SOP atau belum
51
Tidak mengetahui sudah sesuai SOP atau belum
52
Tidak mengetahui sudah sesuai SOP atau belum
53
Tidak mengetahui sudah sesuai SOP atau belum
54
Sudah sesuai dengan SOP
55
Sudah sesuai dengan SOP
56
Tingkat pendidikan s1,s2
57
Tingkat pendidikan s1
58
Keahlian sudah berkompeten
59
Keahlian sudah berkompeten
60
Keahlian sudah berkompeten
61
Tidak mengetahui keahlian BLH Kota Cilegon
62
Tidak mengetahui keahlian BLH Kota Cilegon
63
Tidak mengetahui keahlian BLH Kota Cilegon
64
Belum sepenuhnya berompeten
65
Belum sepenuhnya berompeten
66
Dua petugas pengawas lapangan dan satu koordinator
67
Dua petugas pengawas lapangan dan satu koordinator
68
Dua petugas pengawas lapangan dan satu koordinator
69
Ada diklat tetapi petugas pengawas belum sepenuhnya memiliki sertifikat
70
Ada pelatihan khusus untuk pengawas dari BLH Kota Cilegon
71
Tidak ada kewajiban melibatkan kecamatan, desa, masyarakat terkecuali ada
masalah yang bersangkutan dengan pencemaran lingkungan yang berdampak
langsung
72
Tidak ada keterlibatan kecamatan, desa dan masyarakat
73
75
Tidak ada keterlibatan desa dalam pengawasan perusahaan seharusnya dilibatkan
karena desa yang merasakan akibat dari pencemaran lingkungan tersebut
Tidak ada keterlibatan desa dalam pengawasan perusahaan seharusnya dilibatkan
karena desa yang merasakan akibat dari pencemaran lingkungan tersebut
Karang taruna tidak dilibatkan dalam pengawasan perusahaan
76
Tidak ada keterlibatan masyarakat dalam pengawasan perusahaan
77
Tidak ada keterlibatan masyarakat dalam pengawasan perusahaan
78
Masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pengawasan perusahaan
79
Masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pengawasan perusahaan
80
Masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pengawasan perusahaan
81
Masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pengawasan perusahaan
82
Masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pengawasan perusahaan
83
Masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pengawasan perusahaan
84
86
Masyarakat dilibatkan dalam pengawasan perusahaan apabila ada pengaduan dari
masyarakat.
Masyarakat dilibatkan dalam pengawasan perusahaan apabila ada pengaduan dari
masyarakat.
Masyarakat sebagai pengawas disekitar perusahaan
87
Masyarakat sebagai pengawas disekitar perusahaan
88
Kegiatan pengawasan sudah dijadwalkan sebelumnya
89
Kegiatan pengawasan sudah dijadwalkan sebelumnya
90
Kegiatan pengawasan sudah dijadwalkan sebelumnya
91
BLH Kota Cilegon melakukan pengawasan 1-2 kali dalam setahun
92
Seharusnya BLH Kota Cilegon setiap bulan melakukan pengawasan ke perusahaan
93
Desa tidak mengetahui waktu pengawasan yang dilakukan BLH Kota Cilegon
94
Desa tidak mengetahui waktu pengawasan yang dilakukan BLH Kota Cilegon
95
Karang taruna tidak dilibatkan dan tidak mengetahui waktu pengawasan yang
dilakukan BLH Kota Cilegon.
Respon sangat baik dan langsung ditanggapi apabila ada pengaduan masyarakat
74
85
96
97
BLH Kota Cilegon melakukan pengawasan 1-2 kali dalam setahun
98
BLH Kota Cilegon melakukan pengawasan 1-2 kali dalam setahun
99
Respon sangat baik dan langsung ditanggapi apabila ada pengaduan masyarakat
100
Respon sangat baik dan langsung ditanggapi apabila ada pengaduan masyarakat
101
Respon sangat baik dan langsung ditanggapi apabila ada pengaduan masyarakat
102
Respon sangat baik dan langsung ditanggapi apabila ada pengaduan masyarakat
103
Pengaduan masyarakat direspon namun tidak dihiraukan
104
Pengaduan masyarakat direspon namun tidak dihiraukan
105
Pengaduan masyarakat direspon namun tidak dihiraukan
106
Pengaduan masyarakat direspon namun tidak dihiraukan
107
Pengaduan masyarakat direspon namun tidak ada penyelesaiannya
108
112
Perusahaan merespon dengan baik terhadap pengaduan
ditanggapi
Perusahaan merespon dengan baik terhadap pengaduan
ditanggapi
Perusahaan merespon dengan baik terhadap pengaduan
ditanggapi
Perusahaan merespon dengan baik terhadap pengaduan
ditanggapi
Dana pengawasan Blh Kota Cilegon Rp. 500.000.000
113
Biaya untuk pengelolaan limbah 56% dari dana hasil produksi
114
Memberikan teguran kepada perusahaan
115
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran adalah dengan musyawarah mufakat
116
117
Karang taruna tidak emmpunyai wewenang untuk melakukan tindakan mengenai
pencemaran lingkungan
Sanksi teringan adalah teguran dan terberat adalah penutupan perusahaan
118
Kecamatan tidak memberikan sanksi
119
Desa tidak memberikan sanksi
120
Karang taruna tidak memberikan sanksi
121
Perusahaan merespon baik terhadap pengawasan yang dilakukan BLH Kota
Cilegon
109
110
111
masyarakat dan langsung
masyarakat dan langsung
masyarakat dan langsung
masyarakat dan langsung
122
133
Perusahaan merespon baik terhadap pengawasan yang dilakukan BLH Kota
Cilegon
Perusahaan merespon baik terhadap pengawasan yang dilakukan BLH Kota
Cilegon
Ada kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak langsung dari
pencemaran yang dilakukan perusahaan
Tidak ada kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak dari pencemaran
lingkungan
Ada kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak langsung dari
pencemaran lingkungan
Ada kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak langsung dari
pencemaran lingkungan
Ada kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak langsung dari
pencemaran lingkungan
Ada kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak langsung dari
pencemaran lingkungan
Ada kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak langsung dari
pencemaran lingkungan
Tidak ada kompensasi langsung untuk pencemaran namun perusahaan membantu
dalam pembangunan sekolah
Tidak ada kompensasi langsung untuk pencemaran namun perusahaan membantu
dalam pembangunan desa, memberikan sumbangan bangku, buku
Kompensasi yang diberikan sesuai dengan dampak yang dihasilkan
134
Kompensasi yang diberikan sesuai dengan dampak yang dihasilkan
135
Kompensasi yang diberikan sesuai dengan dampak yang dihasilkan
136
Kompensasi yang diberikan sesuai dengan dampak yang dihasilkan
137
Kompensasi yang diberikan sesuai dengan dampak yang dihasilkan
138
Kompensasi yang diberikan sesuai dengan dampak yang dihasilkan
139
Kompensasi yang diberikan sesuai dengan dampak yang dihasilkan
140
Kurang puas terhadap pengawasan yang dilakukan pihak terkait
141
Kurang puas terhadap pengawasan yang dilakukan pihak terkait
142
Tidak puas terhadap pengawasan yang dilakukan pihak terkait
143
Tidak puas terhadap pengawasan yang dilakukan pihak terkait
144
belum puas terhadap pengawasan yang dilakukan pihak terkait
145
belum puas terhadap pengawasan yang dilakukan pihak terkait
146
Kurang puas terhadap pengawasan yang dilakukan pihak terkait
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
Transkip data
Peneliti : Bagaimana dengan standar pengelolaan limbah?
11-1
B
14-1
: Disini
yang dimaksud pencemaran lingkungan yaitu masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan. Pengelolaan limbah industri pada perusahaan atau pabrik
bukan hanya di kecamatan Ciwandan, jadi pengelolaannya tergantung limbah
yang dihasilkan,misalnya limbah cair ada yang cukup dengan fisika saja, akan
tetapi ketika ada kimia – kimia tertentu itu bisa diproses dengan kimia, tetapi
ada juga kimia tertentu itu dengan proses kimia justru berubah kimianya
menjadi tidak terdeteksi makanya harus dengan biologi. Jadi tidak ada
standarisasi yang pasti untuk pengelolaan limbah. Disini kualitas air penerima
meliputi parameter :
Kimia
: pH, DO, Besi, Mn, Co, Zn, Cr6+, Cr, Cd, Hg, Pb, Su, Cu, As, Se,
Ni, Cn, H2-s, F, Organochlorin, NH3-N, NO2-N, BOD, COD, Surfactan,
detergen, fenol, minyak dan lemak.
Fisika
: suhu, TSS, TDS, Warna, Bau, Kecerahan, Kekeruhan, Kedalaman
laut, Pola arus, Pasang surut, Pergerakkan massa air.
biologi: Indeks keragaman, Benthos, dan Indeks dominansi miktoorganisme.
: menurut peraturannya kami sudah sesuai, karena sebelum mendirikan dan izin
produksi pihak kami diwajibkan memiliki Amdal ( analisis mengenai
dampak lingkungan ), UKL-UPL .
Peneliti
: Bagaimana jenis pencemaran lingkungannya?
11-1
: Limbah
yang dihasilkan oleh setiap perusahaan yaitu berbeda – beda dengan
perusahaan lain, diantaranya limbah cair, padat, udara.
14-1
:
jenis limbah yang dihasilkan pabrik atau perusahaan kami yaitu limbah cair,
limbah gas yang terbuang, akan tetapi itu sudah kita pantau melalui
laporan perenam bulan
12-2
: limbah yang ditimbulkan dari pabrik sangat berbeda neng, ada yang
menghasilkan skrap besi, ada yang drum bekas, ada yang biji plastik,
dan masih banyak lagi
13-2
: pencemaran disini mah neng pencemaran diudara, coba aja neng lewat
daerah jalan yang deket pabrik jangan make helm pasti debu dirambut
semua terus debu disini kecium bau tidak enak
13-1
: Dampak terparah sih masih kaya bau bahan kimia neng seperti yang
ditimbulkan pabrik.
13-3
: menurut saya si kalau disini yang paling kena dampak langsung dipernafasan
itu bau kimia dari pabrik gula, itu setiap hari bahkan tiap menit neng saya
merasakan bau seperti itu.
13-5
: pencemaran disini masih yang terparah yaitu pencemaran diudara,
pencemaran diudara yang menjadi keluhan warga terbanyak.
Peneliti
: bagaimana dengan jarak keberadaan pabrik ?
11-1
: ada yang dekat dengan rumah warga ada yang jauh.
13-1
: jarak keberadaan perusahaan sama rumah saya udah tetanggaan neng, jika
lagi ada perbaikan terjadi itu bising neng sangat mengganggu tetapi itu
tidak sering, paling tujuh bulan sekali atau setahun dua kali dan debunya
makin parah neng kadang sampai lantai rumah debunya, tidak lama ini
pernah terjadi banjir neng kalau hujan, padahal dulunya tidak pernah
seperti itu.
13-2
: jarak perusahaan sama rumah warga sangat dekat neng, sebenarnya saya
sangat terganggu, karena sebagian besar perusahaan disekitar sini
adalah perusahaan atau pabrik produksi kimia yang sangat berbahaya
dan mencemari lingkungan sekitar.
13-5
: keberadaan pabrik disini sangat menimbulkan dampaknya seperti
udara yang sudah terkontaminasi, karena semua itu industri yang
memproduksi bahan kimia dengan pencemaran udara yang sangat
tinggi.
Peneliti
: bagaimana dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan BLH Kota
Cilegon apakah sudah dijadwalkan sebelumnya?
11-1
: pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegon sudah dijadwalkan sebelumnya
13-1
: saya tidak tahu neng
13-2
: kalo
13-3
: mengenai pengawasan yang dilakukan saya tidak tahu
masalah itu saya tidak tahu neng
13-4
: saya tidak tahu saya tidak dilibatkan
13-5
: bapa tidak tahu neng kalo masalah itu
Peneliti
: bagaimana dengan waktu pengawasan yang dilakukan BLH kota
Cilegon?
11-1
: pihak kami melakukan pengawasan hanya 1-2 kali dan sesuai
perusahaan atau pabrik tersebut mengeluarkan limbah yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan
12-2
: pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon turun ke lapangan
atau kelapangan jika ada masalah dan dapat laporan saja dari pihak
kami, seharusnya si rutin neng
14-2
: pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon melakukan pengawasan
dan satu tahun paling minim 1 kali pengawasan, tetapi ada waktunya
pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon melakukan pengawasan
dua kali untuk membuktikan kesamaan atau kebenaran laporan dari
pihak perushaan atau pabrik
12-1
: pihak kecamatan Ciwandan hanya memberikan informasi jika ada
keluhan, yang mempunyai wewenang langsung untuk mengawasi itu
dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon langsung mungkin
mereka melakukan pengawasan sebulan sekali atau setahun sekali,
karena tidak ada pemberitahuan dari pihak Badan Lingkungan Hidup
Kota Cilegon seharusnya si rutin neng untuk meminimalisasikan dan
mengurangi pencemaran yang terjadi di Kecamatan Ciwandan
Peneliti
: bagaimana dengan penilaian keahlian yang dimiliki pengawas?
11-1
: Standar petugas pengawasan yaitu mengikuti diklat teknis, diklat
pengelolaan limbah B3, diklat pengendalian udara dan air, diklat
pengambilan sampel air, diklat pengawas. Tetapi pihak kami memiliki
kendala untuk diklat – diklat belum sepenuhnya dan seluruh tenaga
pengawas mempunyai sertifikasi untuk pengawas maka harus diikuti
diklat – diklat tersebut, namun pihak kami terkendala dari segi
anggaran
14-1
:
Belum sepenuhnya sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan,pihak
kami melihatnya pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
selalu dan sedang memperbaiki
12-1
: kami tidak tahu neng karena kami tidak dilibatkan
13-1
: saya tidak tau neng
13-2
: saya tidak tau neng tidak dilibatkan
13-3
: saya tidak tau
13-4
: saya tidak tau
13-5
: mengenai itu bapa tidak tau neng
Peneliti
: bagaimana dengan sanksi yang diberikan dari yang teringan hingga
terberat?
11-1
: teguran itu dari yang teringan sampai pencabutan izin, pembekuan
izin, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan. Tahapan
sanksi tersebut adalah kita undang perusahaan atau pabrik untuk
klarifikasi dan pembelaan sesuai fakta lapangannya, teguran hingga
1 – 3 kali, sanksi administratif, pencabutan izin, pembekuan izin,
paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan.
12-4
: Desa tidak memberi sanksi, tetapi hanya teguran dan mengadukan
keluhannya ke pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon.
Apabila tidak ada respon dari perusahaan biasanya masyarakat di
desa melakukan demonstrasi dan sanksi terberat dari desa adalah
mendemonstrasi perusahaan karena desa tidak dapat memberikan
sanksi terhadap pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh
perusahaan, hanya instansi yang terkait seperti Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon yang dapat memberikan sanksi
12-4
: Pihak desa menjaga kenyamanan warganya agar tidak terjadi masalah
sekalipun perusahaan ditutup atau dicabut ijin produksinya,
dampaknya pengangguran didesa ini makin banyak, maka
pertimbangannya itu kami tidak pernah melaporkan pabrik itu
karena banyak masyarakat menyimpulkan seluruh pabrik didesa
ini bermasalah dalam pencemaran lingkungan
13-1
: mungkin kalo sanksi itu sebenarnya pihak BLH yang memiliki
wewenang, tetapi sepertinya sanksi atau berupa surat teguran
yang diberikan kurang tegas jadi kurang ada efek jera untuk
perusahaan atau pabrik tersebut.
13-2
: waktu itu si warga desa disini pada demo neng ada hujan debu
tetapi berbentuk kristal, kami demo lalu pihak BLH Kota Cilegon
memberikan surat teguran tetapi saya tidak tahu lagi bagaimana
kelanjutannya.
Peneliti
: bagaimana dengan biaya yang dianggarkan pihak BLH kota
Cilegon?
11-1
: Untuk tahun 2014 anggarannya kurang lebih Rp. 500.000.000
Peneliti
: bagaimana dengan keterlibatan masyarakat, desa, kecamatan, dan
karang taruna ?
11-1
: Tidak melibatkan masyarakat ketika sedang mengawasi, karena jika
sedang terjadi masalah harus rutin itu sangat teknis. Tetapi jika
terdapat keluhan dari masyarakat baru pihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon menindak lanjuti keluhan dari warga tersebut
kita lakukan verifikasi pengaduan, jika pengaduan berkaitan
dengan lingkungan baru kita tindak lanjuti
13-2
: Kita mah neng Cuma dapat dampaknya aja dari perusahaan ini
13-1
: tidak pernah dilibatkan neng, lagian saya mah tidak tahu apa – apa
neng, hanya sekedar mengeluh saja dan yang saya tau perusahaan
tersebut berdampak buruk neng
12-1
: Saya dan pihak dari Kecamatan Ciwandan disini tidak memiliki
wewenang seperti itu untuk ikut serta mengawasi,pihak kami
hanya dilibatkan dalam memberikan info saja jika ada
pencemaran yang terjadi.Badan Lingkungan Hidup Kota
Cilegontidak pernah melaporkan hasil pengawasan yang
seharusnya ada pemberitahuannya, tetapi itu tidak terjadi di
Kecamatan Ciwandan tidak dilibatkan oleh instansi terkait
tersebut.
12-3
: Kami tidak dilibatkan dalam pengawasan yang dilakukan oleh
Badan Lingkungan hidup Kota Cilegon seharusnya si kami
dilibatkan,apakah
sistem
pengelolaan
limbah
dipabrik
tersebut sudah memenuhi standar atau sma sekali belum.
Sebernanya
kewenangan
tersebut
dari
pihak
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon, akan tetapi pihak dari
instansi tersebut tidak memberikan tembusan kepada pihak
desa.
Seharusnya
si
ada
pemberitahuan
dari
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon kepada pihak desa bahwa
perusahaan ini layak beroperasi atau tidak
12-4
: Disini kami tidak dilibatkan mengenai pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon terhadap pabrik penghasil
limbah , mungkin karena kurangnya sosialisai dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon kepada masyarakat untuk
mengikut sertakan dalam mengawasi pabrik penghasil limbah
tersebut,
mimim
sekali
pemberitahuan
dari
Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon, seharusnya apapun kegiatan
yang
dilakukan
setidaknya
memberikan
laporan
atau
pemberitahuan mekanisme atau caranya. Pengawasannya saja
kita tidak tahu, karena memang kita tidak tahu dan belum
diikut sertakan
12-5
: Disini karang tarunanya tidak dilibatkan neng dalam segi apapun
baik dalam pengawasan terutama pada masalah limbah yang
berdampak besar pada masyarakat
Peneliti
: berapakah jumlah pengawas dilapangan?
11-1
: Jumlah pengawas lapangan Cuma ada dua dan satu koordinator
sedangkan jumlah pabrik di Kota Cilegon ada 169 perusahaan,
rata – rata stu orang harus mengawasi 50 pabrik padahal 1
oramg idealnya 30 pabrik, tenaga kerja pengawas lapangan
kurang sekali. Kita itu kurang tenaga pengawas dan sarana
tenaga pengawas kurang sekali,kendaraan Cuma ada 1 dari 169
pabrik itu yang kita awasi baru 100, rencana untuk tahun depan
120 pabrik. Antisipasi kita adalah memaksimalkan yang kita
punya, yang kita punya kita maksimalkan sehingga melakukan
pengawasan sehari cukup 1 pabrik. Kita coba 1 hari 2 pabrik
tetapi jika seperti Pt posko, itu tidak mungkin 1 hari 2 pabrik
karena ini pabrik sangat bermasalah jadi harus insentif
13-1
: saya tidak tau ada berapa pengawas
13-2
: saya tidak tau tentang itu
13-5
: mengenai itu saya tidak tau neng
Peneliti
: bagaimana kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada
masyarakat?
12-5
: Tidak semua pabrik atau perusahaan memberikan kompensasi, ada
yang memberikan kompensasi ada yang tidak, ada yang
kompensasinya dalam bentuk memberikan pengobatan gratis
dari pabrik tetapiitu tidak sering, paling pernah dua kali
13-2
: Disini pernah ada pengobatan gratis tapi itu bisa keitung Cuma dua
kali dan itupun tidak dilakukan tiap tahunnya. Debu mah masih
saja tiap hari neng,disini mah debu tuh udah jadi sarapan sehari –
hari neng, orang jalanan disini yang lewat truk – truk gede dari
pabrik
Peneliti
: bagaimana dengan metode dan cara pengawasan yang dilakukan
BLH Kota Cilegon?
11-1
: kami dalam mengawasi memiliki wewenang sebagai berikut :
melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan
dari dokumen dan atau membuat catatan yang diperlukan,
memasuki tempat tertentu, memotret, membuat rekaman audio
visual,mengambil sampel, memeriksa peralatan. Adapun dua cara
pengawasan yang dilakukan pihak kami yaitu pengawasan
langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung
adalah langsung terjun kelapangan sedangkan pengawasan tidak
langsung yaitu dengan memverifikasi data, evaluasi laporan yang
diberikan pihak perusahaan pertiga bulan dan perenam bulan. Dan
metode pengawasan langsung yaitu persiapannya seperti rapat
intern tim, menyiapkan formulir BA, menyiapkan peralatan dan
perlengkapan jika dibutuhkan sample kita siapkan alat sampel
kelapangan diperiksa keseluruhannya mulai dari dokumen
lingkungan dan perijinan pengelolaan lingkungan hidup, diperiksa
pengendalian dan pengelolaan pencemaran air, udara, limbah B3,
setelah hasil verifikasi lapangan kita tuangkan dalam berita acara
pengawasan yang di tanda tangani oleh pihak perusahaan setelah
hasil tersebut dibuat tindak lanjut bisa berupa surat peringatan
atau sanksi administratif”
14-1
: pengawasan yang dilakukan pihak dari Badan Lingkungan Hidup
Kota
Cilegon
yaitu
pengawasannya
terkadang
inspeksi
mendadak, dan terkadang sesuai dengan surat tugas. Dalam
setahun Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon setahun sekali
mengawasi perusahaan kami dan maksimal dua kali .perusahaan
kami setiap pertiga bulan memberikan laporan ke pihak Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon, laporan tersebut yaitu laporan
pengendalian air limbah, laporan pengendalian limbah B3,
laporan pengelolaan industri, dan laporan pelaksanaan izin
lingkungan. Dan adapun dalam pengambilan sampel air pihak
dari Badan Lingkungan Hidup langsung ke objek sasaran dan
pengambilan sampelnya sudah ditentukan satu tempat dan telah
disepakati dua belah pihak
14-2
: Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam
mengawasi secara langsung yaitu memberikan audit Lingkungan
Hidup Limbah B3, dan audit proper sedangkan pengawasan
tidak langsungnya yaitu pihak perusahaan memberikan laporan
pertiga bulan seperti laporan limbah B3 sedangkan laporan
UKL/UPL AMDAL perenam bulan. Dalam setahun maksimal
dua kali secara inspeksi mendadak
13-1
: saya tidak tahu neng
13-5
: mengenai itu saya tidak tau neng
Peneliti
: apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan SOP?
11-1
: sesuai sop tetapi pengawasan masih mengacu pada perda dan sop
sebetulnya sudah buat akan tetapi pada prinsipnya sop itu
dijalankan tetapi secara surat keputusan belum dibuat dan
langkah – langkahnya pertama investasi, data kegiatan tahun
sebelumnya kedua pembahasan data bahan penyusunan
rencana operasional, ketiga penyusunan rencana operasional
pembuatan
dan
penyampaian
atau
pengedaran
surat
pemberitahuan monitoring atau pengawasan kepada kegiatan
pelaku usaha, keempat pembuatan format surat tugas, berita
acara dan laporan periodik ( pertiga dan enam bulan ), kelima
pelaksanaan monitoring dan pengawasan bersamaan dengan
implementasi tindak lanjut hasil kegiatan usaha
14-1
: Saya rasa mungkin sudah sesuai sop yang dimiliki oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Cilegon
Peneliti
: bagaimana dengan tingkat pendidikan pengawas ?
11-1
: untuk petugas pengawas kami lulusan s1
Peneliti
: bagaimana dengan respon perusahaan mengenai pengawasan
yang dilakukan oleh BLH Kota Cilegon?
11-1
: merespon sangan baik sesuai prosedur, jika ada keluhan pihak
kami menindak lanjuti keluhan warga lalu kelapangan
kemudian kita lakukan verifikasi pengaduan dan jika
pengaduan berkaitan dengan lingkungan maka kami tindak
lanjuti
14-1
: kami merespon baik dari kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, pihak
kami jadi mengetahui dengan kegiatan yang baru
14-2
: merespon baik dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh BLH Kota Cilegon
Peneliti
: bagaimana dengan kepuasan masyarakat mengenai knerja
pengawasan yang dilakukan oleh BLH Kota Cilegon?
12-1
: Disini kalo ibu ditanya mengenai punya jawaban dua neng, jika
ibu sebagai pegawai, maka ibu puas karena Badan Lingkungan
Hidup Kota Cilegon adalah atasan ibu walaupun dampaknya
kurang, tetapi jika ibu sebagai masyarakat sampai sekarang ibu
masih merasakan pencemaran sepertin bau ga sedap. Ibu
sebenarnya tidak tahu ada kegiatan pengawasan atau tidak pihak
kecamatan tidak pernah diberitahu dan juga memang bukan
wewenang dari pihak kami, yang punya wewenang untuk
mengawasi perusahaan yang menghasilkan limbah yaitu pihak
dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon
12-3
: Respon dari kami si sebenarnya kurang puas neng, pihak kami juga
serba salah jika perusahaan tersebut sampai ditutup, sebagian
warga disini kerja dipabrik tersebut, pabrik tersebut jadi jika
memang perusahaan tersebut mlakukan pencemran lingkungan ya
pihak kami ikut baiknya saja neng seperti musyawarah, agar
kedua belah pihak sama – sama tidak dirugikan, karena jika surat
izin operasi produksi sampai dicabut, maka sebagian warga kami
akan kehilangan pekerjaan
12-5
Saya merasa kurang begitu puas dengan kegiatan pengawasan tersebut,
karena yang merasakan dampaknya warga sini jadi kami belum
merasakan efeknya tetap saja tiap hari debu dimana- mana neng
12-3
: Serba salah pabrik tersebut ditutup karena keluhan pencemaran akan
terjadi banyak pengangguran
13-1
: Saya sebenarnya merasa kurang puas, akan tetapi saya juga serba
salah kalau emang pabrik ini ditutup pasti banyak pengangguran
banyak yang kehilangan penghasilan.tetapi asap yang kita hirup tiap
hari ini bahaya ,itu bahan kimia semua neng
13-3
: kalo ditanya si neng sebenanrnya kurang puas, saya tidak tahu ada
kegiatan pengawasan tersebut, dan disini masih terjadi pencemaran
terutama debu neng
13-2
: Saya merasa kurang puas ,saya juga tidak tahu sebenarnya ada
pengawasan atau tidak, faktanya saya masih merasakan neng
mencium bau tak sedap,terus kalau sudah rada siang itu truk – truk
gede dari pabrik lewat debunya kemana- mana
Riwayat Hidup
Nama
: Choiriah
Tempat/tanggal/lahir : Serang,05 Oktober 1992
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Ketileng timur no 120- rt/rw 02/01 Cilegon- Banten
Nomor Telepon
: 087771866249
Riwayat Pendidikan
SD
SMP
SMA
: SDN 1 Ketileng Timur
: SMP Negeri 7 Cilegon
: SMA Informatika Serang
Data Orang tua
Nama ayah
Tempat/tanggal lahir
Pekerjaan
Agama
Alamat
: H.Hujaini
: 6 maret 1958
: Wiraswasta
: Islam
: Jl. Ketileng Timur no 120 rt/rw 02/01 Cilegon – Banten
Namaibu
Tempat/tanggal/lahir
Pekerjaan
Agama
alamat
: Almarhumah Hj. Aisyah
: 9 juni 1960
: Ibu rumah tangga
: Islam
: Jl. Ketileng Timur no 120 rt/rw 02/01 Cilegon – Banten
Download