BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Masyarakat
Pada dasarnya, Masyarakat bukan sekedar sekumpulan manusia semata
tanpa ikatan, akan tetapi terdapat hubungan fungsional antara satu dengan yang
lainnya. Sistem individu mempunyai kesadaran akan keberadaanya ditengahtengah individu yang lainnya. Sistem pergaulan akan didasarkan atas kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari dapat terjalin dengan baik. Untuk lebih diarahkan
pada pemahaman yang jelas tentang arti dari masyarakat.
Berikut beberapa pendapat dari para ahli terkemukan oleh Linfom, ( dalam
Coleman, 2010 : 107 ) mengemukakan masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu
dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya dalam satu
kesatuaan sosial dengan batas-batas tertentu. Selanjutnya ditambahkan oleh
Comte, yang Menjelaskan bahwa “masyarakat adalah kelompok-kelompok hidup
dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri
dan pola perkembangan”. Hal ini diperkuat oleh Roucek dan Warren, ( dalam
Coleman, 2010 : 84) yang membatasi pengertian Masyarakat sebagai kelompok
manusia yang memiliki rasa kesadaran yang sama dimana mereka berdiam pada
daerah yang sama sebagian besar atau seluruh warganya memperlihatkan adanya
adat kebiasan dan aktifitas yang sama pula.
7
Selanjutnya Koetjaraningrat (2009 : 115 ) Justru lebih melihat
Masyarakat
sebagai suatu sistem adat istilah yang bersifat kontinyu, oleh suatu rasa identitas
yang sama. Artinya masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup bersama,
Dalam suatu bentuk interaksi. Masyarakat merupakan wadah dan wahana
majemuk (plural suku, agama istiadat, dan lain-lain). Dimana didalamnya terdapat
ikatan-ikatan berupa interaksi, kegiatan ,tujuan, keyakinanan dan tindakan yang
cenderung meililki kesamaan dalam pelaksanaanya.
Masyarakat dalam hal ini diposisikan dalam kelompok atau kolektifitas
manusia yang melakukan antar hubungan, Sedikit banyak bersifat kekal,
Berdasarkan perhatian dan tujuan bersama serta telah melakukan jalinan sosial
dalam relatif lama. Bagaimana kelompok yang melakukan jalinan sosial dalam
waktu relatif lama pasti akan membentuk kawasan atau daerah tertentu.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas ,
Penulis menarik kesimpulan bahwa yang dikatakan masyarakat harus memenuhi
beberapa kriteria, yaitu : a). Adanya individu – individu yang hidup berkelompok
b). Adanya suatu wilayah atau daerah tertentu c). Adanya hubungan sosial antara
anggota dalam jangka waktu yang lama d). Adanya norma – norma atau aturan –
aturan ysng mengatur kehidupan masyarakat e). Mempunyai pemimpin yang
mengarahkan kehidupan masyarakat.
2.2 PengertianPerubahan sosial
Perubahan
sosial
adalah
perubahan
pada
lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara
8
kelompok-kelompok masyarakat. Perubahan sosial berbeda dari segi durasi dan
konsekwensinya. Ada perubahan yang cepat, namun adapula perubahan yang
lambat.
2.2.1 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
Menurut Zaltman (dalam Soetomo, 2012 : 80)
menyatakan beberapa
bentuk perubahan social yaitu :
A. Perubahan yang cepat dan perubahan yang lambat.
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat, pada umumnya disebut
dengan revolusi. Hal yang pokok dari revolusi adalah terdapatnya perubahan yang
terjadi dengan cepat, disamping itu perubahan tersebut menyangkut dasar-dasar
atau sendi-sendi pokok dari kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi secara
revolusi dapat direncanakan terlebih dahulu ataupun tidak direncanakan.
Perubahan yang terjadi secara revolusi, sebenarnya kecepatan berlangsungnya
perubahan adalah relatif, dikarenakan ada suatu revolusi yang berlangsung lama.
Dapat dikatakan telah terjadi suatu revolusi, bila telah memenuhi beberapa
syarat yang meliputi: 1). Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu
perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan,
dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan
keadaan tersebut. 2). Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang
dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut. 3) Pemimpin mana dapat
menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian merumuskan serta
menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program dan arah gerakan. 4). Pemimpin
9
tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah
bahwa tujuan tersebut terutama sifatnya kongkrit dan dapat dilihat oleh
masyarakat. Di samping itu diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya
perumusan suatu ideologi tertentu. 5). Harus ada momentum, yaitu saat dimana
segala keadaan dan faktor sudah tepat dan baik untuk memulai suatu gerakan.
Apabila momentum keliru maka revolusi dapat gagal. Sedangkan perubahanperubahan sosial yang berlangsung lama, dan merupakan serangkaian perubahan
kecil yang saling mengikuti dengan lambat, hal ini dinamakan dengan evolusi.
Perubahan yang terjadi secara lambat atau evolusi, biasanya terjadi tanpa adanya
rencana dulu. Evolusi pada umumnya terjadi karena usaha-usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan kepentingan-kepentingan, keadaan-keadaan, dan
kondisi-kondisi baru yang tumbuh seiring dengan pertumbuhan masyarakat.
Rangkaian perubahan-perubahan itu tidak perlu sejalan dengan serangkaian
peristiwa-peristiwa pada sejarah masyarakat yang bersangkutan.
B. Perubahan Yang Besar dan Perubahan Yang kecil
Perubahan sosial yang besar pada umumnya adalah perubahan yang akan
membawa pengaruh yang besar pada masyarakat. Misalnya terjadinya proses
industrialisasi pada masyarakat yang masih agraris. Di sini lembaga-lembaga
kemasyarakatan akan terkena pengaruhnya, yakni hubungan kerja, sistem
pemilikan tanah, klasifikasi masyarakat, dan yang lainnya. Sedangkan perubahan
sosial yang kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur
struktur sosial yang tidak membawa akibat yang langsung pada masyarakat.
10
Misalnya, perubahan bentuk potongan rambut, tidak akan membawa pengaruh
yang berarti bagi masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan tidak akan
menyebabkan
terjadinya
perubahan-perubahan
pada
lembaga-lembaga
kemasyarakatan.
C. Perubahan Yang Direncanakan Dan Yang Tidak Direncanakan
Perubahan sosial yang direncanakan adalah, perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat, hal ini terjadi karena telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihakpihak yang menginginkan adanya perubahan. pihak yang menginginkan adanya
perubahan itu disebut: dengan agent of change atau agen pembaharu. Agent of
change, adalah seorang atau sekelompok orang yang memimpin masyarakat
dalam merubah sistem sosial yang ada. Tentunya agent of change ini sudah
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin adanya suatu
perubahan. Agent of change selalu mengawasi jalannya perubahan yang
dikehendaki atau direncanakan itu. Sedangkan perubahan sosial yang tidak
direncanakan adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak direncanakan
atau dikehendaki, dan terjadi diluar pengawasan masyarakat dan dapat
menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Misalnya,
terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan dan berakibat sulitnya
mendapatkan penghasilan yang cukup hingga membuat banyak anggota
masyarakat nekat melakukan tindakan-tindakan kriminal, hanya agar dapat
memenuhi kelangsungan hidupnya.
11
Perubahan yang dikehendaki dapat timbul sebagai suatu reaksi terhadap
perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi pada waktu sebelumnya,
baik itu merupakan perubahan yang direncanakan ataupun tidak direncanakan.
Terjadinya suatu perubahan yang direncanakan, maka perubahan berikutnya
merupakan perkembangan selanjutnya, hingga merupakan suatu proses. Tetapi,
bila sebelumnya telah terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki, maka
perubahan yang dikehendaki dapat dianggap sebagai pengakuan terhadap
perubahan-perubahan sebelumnya, hingga dapat diterima oleh masyarakat luas.
Pada umumnya para pemikir evolusioner fungsional memandang
perubahan sosial adalah hasil interaksi dari berbagai kebutuhan masyarakat yang
bersifat fungsional sebagai system yang menyeluruh. Oleh karena itu perubahan
evolusioner
dianggap
mengarah
pada
konsekuensi-konsekuensi
yang
menguntungkan bagi seluruh masyarakat. Pandangan ini merupakan ciri yang
sangat menonjol dari karya Talccot Parson seorang teoritis
evolusioner
fungsional paling terkemuka.
Parsons (dalam Nazsir, 2009:6) mengklaim, bahwa evolusi stratifikasi
sosial atau ketidak samaan dalam kekayaan dan kekuasaan merupakan hasil utama
dari evolusi sosial, karena menimbulkan konsekuensimenguntungkan bagi para
anggota masyarakat secara keseluruhan. Person percaya bahwa anugerah yang
tidak sama bagi para anggota masyarakat merupakan alat yang memotivasi
beberapa individu untuk memperoleh tanggung jawab kesewenangan yang
penting. Para individu dan kelompok yang memiliki hak yang istimewa akan
memanfaatkan posisi kewenangan mereka untuk melakukan berbagai aktivitas
12
yang akan menguntugkan bagi anggota masyarakat lainnya. Karena itu Person
memandang munculnya stratifikasi social sebagai terobosan evolusioner yang
penting (Nazsir, 2009:6-7)
Menurut Sanderson 1993 (dalam Nazsir, 2009:7) Ia melakukan pendekatan
teori evolusioner materrialistis yang mencakup penerapan sebuah strategi
materialis yang menyeluruh dalam memahami evolusi sosial. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa perubahan sosial pada umumnya berawal dari kondisikondisi material yang menopang
sebuah kehidupan. Perubahan-perubahan
berangkat dari dalam pola-pola sosial sebuah masyarakat, lengkap dengan
gagasan dan cita-citanya. Berbeda dengan evolusionis sederhana, maka
evolusionis materialis tidak mengasumsikan bahwa perubahan-perubahan
evolusioner akan mengarah kepada bentuk-bentuk adaptasi masyarakat lebih baik.
Mereka tidak berasumsi bahwa perubahan-perubahan evolusioner membawa
kepada keuntungan yang bertambah bagi semua masyarakat. Sebaliknya, mereka
menekankan bahwa perubahan-perubahan tersebut mungkin akan membawa
kepada merosotnya kualitas hidup bagi kebanyakan anggota masyarakat.
Evolusionis materialis berpandangan bahwa konflik dan pertentangan
merupakan unsur penting yang sangat menentukan dalam kehidupan social
manusia, dan mereka percaya bahwa berbagai gejala ini sangat berkaitan dengan
proses perubahan evolusioner. Mereka berpendapat bahwa, konflik dan
pertentangan merupakan sebab-sebab dan akibat-akibat dari evolusi sosial.
Dari uraian-uraian diatas, jelaslah bahwa evolusioner materialistik
menaruh perhatian penuh kepada pola-pola perubahan jangka panjang.Perhatian
13
diberikan kepada bagaiman dan kenapa kesamaan-kesamaan dan perbedaanperbedaan penting diantara masyarakat manusia muncul, bertahan dan mengalami
perubahan. Teori ini bersifat materialis dalam arti karena ia berpendirian bahwa
kondisi material eksistensi manusia merupakan sebab-sebab penting bagi berbagai
kesamaan dan perbedaan social. Karena evolusionis banyak menggunakan
prinsip-prinsip strategis teoritis konflik, maka prinsip-prinsip ini juga menaikan
peranan sangat signifikan.
a. Teori Konflik
Marx (dalam Nazsir, 2009:18) berpendapat bahwa bentuk-bentuk
konflik yang terstruktur antara berbagai individu dan kelompok muncul
terutama melalui terbentuknya hubungan-hubungan pribadi dalam
produksi.Sampai pada titik tertentu dalam evolusi kehidupan social
manusia, hubungan pribadi dalam produksi mulai menggantikan pemilihan
komunal atas kekuatan-kekuatan produksi.
Dengan demikian masyarakat terpecah menjadi kelas-kelas social
berdasarkan kelompok-kelompok yang memiliki dan mereka yang tidak
memiliki kekuatan-kekuatan produksi.
Dalam masyarakat yang telah terbagi berdasarkan kelas, maka
kelas social yang memiliki kekuatan-kekuatan produksi dapat mensubordinasikan kelas social yang lain sekaligus memaksanya untuk bekerja
memenuhi kepentingannya. Jadilah kelas dominan menjalin hubungan
dengan kelas-kelas yang tersub-ordinasi dalam sebuah proses eksploitasi
ekonomi. Secara alamiah saja, kelas-kelas yang tersub-ordinasi ini akan
14
marah karena dieksploitasi dan terdorong untuk memberontak dari
kelasnya. Dalam situasi ini, hanya Negara yang mampu menekan
pemberontakan tersebut dengan kekuatan.
Dengan demikian, teori Marx diatas memandang eksistensi
hubungan pribadi dalam produksidan kelas-kelas social sebagai elemen
kuncidalam banyak masyarakat ia sangat yakin bahwa hubunganhubungan kelas social memainkan peranan yang krusial dalam membentuk
pola-pola social suatu masyarakat serta pertentangan antara kelas dominan
dan kelas yang tersub-ordinasi memainkan peran sentral dalam
menciptakan bentuk-bentuk penting perubahan social.
Marx (dalam Nazsir, 2009:18) berpendapat bahwa bentuk-bentuk konflik
yang terstruktur antara berbagai individu dan kelompok muncul terutama melalui
terbentuknya hubungan-hubungan pribadi dalam produksi.Sampai pada titik
tertentu dalam evolusi kehidupan social manusia, hubungan pribadi dalam
produksi mulai menggantikan pemilihan komunal atas kekuatan-kekuatan
produksi.
Dengan demikian masyarakat terpecah menjadi kelas-kelas social berdasarkan
kelompok-kelompok yang memiliki dan mereka yang tidak memiliki kekuatankekuatan produksi.
Dalam masyarakat yang telah terbagi berdasarkan kelas, maka kelas social yang
memiliki kekuatan-kekuatan produksi dapat mensub-ordinasikan kelas social yang
lain sekaligus memaksanya untuk bekerja memenuhi kepentingannya. Jadilah
kelas dominan menjalin hubungan dengan kelas-kelas yang tersub-ordinasi dalam
15
sebuah proses eksploitasi ekonomi. Secara alamiah saja, kelas-kelas yang tersubordinasi ini akan marah karena dieksploitasi dan terdorong untuk memberontak
dari kelasnya. Dalam situasi ini, hanya Negara yang mampu menekan
pemberontakan tersebut dengan kekuatan.
Dengan demikian, teori Marx diatas memandang eksistensi hubungan
pribadi dalam produksi dan kelas-kelas social sebagai elemen kunci dalam banyak
masyarakat ia sangat yakin bahwa hubungan-hubungan kelas sosial memainkan
peranan yang krusial dalam membentuk pola-pola sosial suatu masyarakat serta
pertentangan antara kelas dominan dan kelas yang tersub-ordinasi memainkan
peran sentral dalam menciptakan bentuk-bentuk penting perubahan sosial.
Dalam hal ini Sanderson 1993 (dalam Nazsir, 2009: 18-19) menyebutkan bahwa,
beberapa strategi konflik marsian-modern adalah sebagai berikut : 1.) Kehidupan
sosial pada dasarnya merupakan arena konflik atau pertentangan diantara dan
didalam kelompok-kelompok yang bertentangan. 2). Sumber-sumber daya
ekonomi dan kekuasaan-kekuasaan politik merupakan hal penting, sehingga
berbagai kelompok berusaha merebutnya. 3). Akibat tipikal dari pertentangan ini
adalah pembagian masyarakat menjadi kelompok yang determinan secara
ekonomi dan kelompok yang tersub-ordinasi. 4). Pola-pola sosial dasar suatu
masyarakat sangat ditentukan oleh pengaruh sosial dari kelompok yang
determinan.
1.) Konflik dan pertentangan sosial didalam dan diantara berbagai
masyarakat
melahirkan
kekuatan-kekuatan
perubahan sosial.
16
yang
menggerakkan
2.) Karena konflik dan pertentangan merupakan ciri dasar kehidupan
sosial, maka perubahan sosial menjadi hal yang umum dan sering
terjadi.
Walaupun strategi konflik dan evolusi materialis tidak identik, akan tetapi
keduanya sebenarnya saling tumpang tindih didalam banyak hal dan kesamaan
diantaranya jauh lebih banyak daripada perbedaannya. Karena kedua pendekatan
ini lebih banyak memiliki kecocokan satu sama lain ketimbang kontardiksi, maka
menggunakan unsur-unsur penting dari keduanya bukanlah sebuah bentuk
tersembunyi dari elektisisme atau mengakui kegunaan semua pendekatan yang
ada di dalam memandang realitas.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa perubahan social adalah perubahan sikap atau pola pikir masyarakat yang
dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya factor ekonomi, pendidikan dan
kebudayaan.
2.3 Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo
Notoatmodjo. 2003 : 16)
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
17
(Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional. 2002 : 263)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1)
Menurut Soekidjo (2003 : 37) untuk memahami pendidikan dengan benar,
pendidikan dapat dibedakan dari dua pengertian yang bersifat teoritik filosofis dan
pengertian pendidikan dalam arti praktis.
Pengertian pendidikan dalam arti filosofis adalah "pemikiran manusia terhadap
masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyusun teori-teori baru
dengan mendasarkan kepada pemikiran normatif, spekulatif,rasional empirik,
rasional filosofis, maupun historik filosofis".
Pendidikan dalam arti filosofis mengarah kepada pengembangan terhadap
masalah-masalah pendidikan yang ada, bagaimana menyusun strategi dan metode
yang layak dan sesuai dengan apa yang akan diajarkan, menyusun teori-teori baru
supaya proses pendidikan yang dijalankan dapat mencapai hasil yang diinginkan.
Pengertian pendidikan dalam arti praktik adalah "suatu proses pemindahan
pengetahuan ataupun pengembangan potensi yang dimiliki subyek didik untuk
mencapai perkembangan secara optimal, serta membudayakan manusia melalui
proses transformasi nilai-nilai yang utama".
18
2.3.1 Unsur-unsur Pendidikan
1). Input adalah
Sasaran pendidika
yaitu, individu, kelompok, masyarakat
2). Pendidik Yaitu Guru sebagai pelaku pendidikan dalam Undang-Undang RI
No 14 Tahun 2005 Guru adalah pendidik professional dengan tugas utamanya
mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada seluruh jenjang pendidikan. Tanggung jawab ini
direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para
siswa belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis
kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar para siswa.Agar guru mampu
mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya, maka setiap guru harus
memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab
tersebut.3). ProsesYaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain 4). Output Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku (Soekidjo
Notoatmodjo. 2003 : 16)
Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah,
orangtua, dan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan
berhasil dengan maksimal. Daryanto (2008:56) mengatakan “ kebijakan
pendidikan yang dibuat dan dilaksanakan adalah dalam rangka memberikan
pelayanan kepada stakeholders. Selanjutnya yang dinamakan stakeholders yakni:
1) peserta didik, 2) orang tua, 3) Guru, 4) pengelola pendidikan, dan 5)
pemerintah Pusat maupun pemerintah Daerah, merupakan stakeholders dari
pendidikan.
19
Memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar ini semakin dirasakan
pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami pentingnya
pendidikan. Namun tidak berarti pada masyarakat yang masih kurang menyadari
pentingnya pendidikan, hubungan kerja sama ini tidak perlu dibina dan
dikembangkan. Pada masyarakat yang kurang menyadari pentingnya pendidikan,
sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk mengembangkan hubungan kerja
sama yang lebih harmonis. Sehingga dapat meningkatkan kinerja sekolah dan
terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif dan efisien
sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkualitas.
Dalam pasal I Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008
disebutkan wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah.
Pada pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2008 dinyatakan wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara
Indonesia. Selanjutnya, ayat 2 menyebutkan wajib belajar bertujuan memberikan
pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan
potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
20
2.3.2 Fungsi danTujuan pendidikan
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemempuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa, pendidikan Nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan bagian upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, agar sumber daya manusia lebih berpartisipasi dalam pembangunan,
maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan
keterampilan minimal lulusan sekolah menengah pertama (SMP).Menurut
Soekidjo Tujuan pendidikan adalah :1.) Menanamkan pengetahuan/pengertian,
pendapat dan konsep-konsep. 2). Mengubah sikap dan persepsi 3.)Menanamkan
tingkah laku / kebiasaan yang baru (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 68)
2.3.3 Jalur Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi :
1. Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau
21
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah No 28 Tahun 1990 dikatakan
bahwa pendidikan dasar dituntut untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat dan mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk
mengikuti Pendidikan Menengah.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang
sederajat
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas
2. Jalur Nonformal
3. Jalur Informal
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hamalik (2010) adalah sebagai
berikut: : 1. Ideologi, Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang
sama khususnya hak
untuk
mendapatkan
pendidikan
dan
peningkatan
pengetahuan. 2). Sosial Ekonomi, Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.3).
22
Sosial Budaya, Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya
pendidikan formal bagi anak-anaknya. 4).Perkembangan IPTEK, Perkembangan
IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar
tidak kalah dengan Negara maju.
5).
Psikologi, Konseptual pendidikan
merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih bernilai.
23
Download