Hukum Internasional Lanjutan Pembicara

advertisement
Hukum Perdata Internasional
Jum’at, 10 Maret 2017
Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL)
Hukum Internasional Lanjutan
Pembicara :HendraSiahaan (2013)
SaraiBangun (2013)
Pemateri
: Herman Gea (2014)
Alfa Redo Napitupulu (2014)
Moderator : SudarmanSinaga (2014)
A. Pengertian
Dalam lalu lintas pergaulan internasional yang berkembang dengan pesat akhir
akhir ini,kita akan menemukan berbagai “ peristiwa hukum “ yang menujukkan sifat
dan ciri yang khusus,yaitu yang dapat membedakannya dengan peristiwa hukum yang
bersangkutan dengan peristiwa hukum biasa. Peristiwa hukum yang memiliki sifat
yang khusus tersebut akan menghadapkan kaidah kaidah kkukum nasional suatu
negara
kepada
suatu
masalah
hukkum
yang
tidak
sepenuhnya
bersifat
internasional,melainkan menunjukkan adanya unsur unsur asing dalam peristiwa
hukum tersebut.
Misalnya, perjanjian jual beli yang terjadi diantara seorang WNI dengan
seprang WN Malaysia. Perkawinan yang dillangsungkan antara WNI dengan
WN Singapura dsb. 1
B. Peristilahan dalam HPI
-
1
International Privaat Recht / Belanda
Harianto, Dedi. PerencanaanPerkuliahanHukumPerdataInternasional.Hal 1
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
1
-
International Private Law / Inggris
-
Internationales Privaaat recht / Jerman
-
Conflictof Law / juga di Inggris dan beberapa negara persemakmuran lainnya
C. Pendapat para Sarjana
-
Sunaryati hartono
HPI adalah hukum nasional dan bukan hukum innternasional,hal ini
disebabkan HPI mengatur hubungan diantara orang orang yang berlainan
kewarganegaraannya dan berlainan pula sistem hukum yang akan diperlakukan
kepada mereka,atau dengan perkataan lain HPI mengatur hubungan pergaulan
internasional,sehingga defenisi yang tepat bagi peristilahan bidang hukum ini
adalah pergaulan internasional.
-
Prof. G.C.Cheshire
HPI merupakan bagian dari hukum yang mulai beroperasi dalam hal pokok
perkara
yang
dihadapi
oleh
pengadilan
menyangkut
suatu
fakta/peristiwa/transaksi yang berkaitan erat dengan sistem hukum asing,sehingga
sistem hukum asing tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja.
-
Prof. F.H.Graveson
HPI adalah bidang hukum yang menyangkut perkara-perkara yang
didalamnya fakta fakta relevan berhubungan dengan sistem hukum lain,baik
karena aspek teritorial atau aspek personalitas,dan karena itu dapat menimbulkan
masalah perberlakuan hukum sendiri atau hukum lain untuk memutuskan perkara
atau berkaitan dengan masalah pelaksanaan yurisdiksi pengadilan sendiri atau
pengadilan asing.
-
Prof. Van Brakel
Menyatakan HPI adalah hukum nasional yang ditulis,diadakan untuk
hubungan-hubungan internasional. 2
-
Prof. Sudargo Gautama
Mempergunakan istilah Hukum Antar Tata Hukum Ekstern . HPPI adalah
keseluruhan peraturan dan keputusan hukum mengenai stelsel hukum manakah
2
Harianto, Dedi. PerencanaanPerkuliahanHukumPerdataInternasional.Hal 2
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
2
yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum jika hubungan-hubungan atau
peristiwa-peristiwa antar warga negara pada suatu waktu memperlihatkan titik
pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih
negara yang berbeda dalam lingkungan kuasa tempat,pribadi dan soal-soal.
D. Sumber-Sumber Hukum Perdata Internasional
Pada umumnya sumber ketentuan HPI berasal dari hukkum nasional suatu
negara,perjanjian-perjanjian internasional,berbagai konvensi,yang tidak terhimpun
secara jelas seperti halnya hukum nasional.
Disamping itu dapat pula kita temukan dalam berbagai pengaturan,yaitu :
1. Prinsip- Prinsip Hukum Umum
Asas asas umum
dan mendasari sistem hukum modern serta banyak
dipengaruhi oleh asas-asas yang berasal dari hukum Barat yang dipengaruhi
lembaga-lembaga hukum Romawi,misalnya : Lex Specialis Drogat Lex
Generalis,Asas Pacta Sun Servanda.
2. Hukum Kebiasaan
Kebiiasaan merupakan suatu perbuatan yang merupakan kelaziman di dalam
masyarakat internasional,dan umum telah diterima untuk dapat menjaga dan
memelihara perdamaian dalam lalullintas pergaulan internasional.
Oleh karena umum telah menerima kebiasaan kebiasaan tersebut sebagai
bagian dari tata pergaulan masyarakat internasional,maka ia menjelma sebagai
hukum kebiasaan internasional.
Terdapat tiga unsur agar suatu kebiasaan menjadi hukum kebiasaan
internasional :
a. Dapat diterima oleh pemerinntah suatu negara;
b. Perbuatan itu telah dilakukan dalam tengganng waktu yang cukup lama.
c. Adanya pengakuan dari masyarakat internasional mmengenai kebiasaan
tersebut untuk mengatasi kasus yang sama.
3. Perjanjian Internasional
Merupakan salah satu bentuk kesepakatan yang terjadi anntara dua negara
atau lebih,sehingga perjanjian internasional ini dapat dikategorikan dalam
bentuk perjanjian regional,bilateral dan multilateral. 3
3
Harianto, Dedi. PerencanaanPerkuliahanHukumPerdataInternasional.Hal 6-10
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
3
4. Peraturan Perundang-Undangan
Pada umumnya sumber HPI Indonesia berasal dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,misalnya :
-
Pasal 16,17 dan 18 AB
-
Reglement Hukum Acara Perdata RV Stb 1847 : 52
-
KUH Perdata dan KUH Dagang
-
Peraturan Perwakilan Campuran,Stb. 1898:158
-
UU Pokok Agraria UU No. % Tahun 1960
-
UU Penanaman Modal Asing UU No. 1 Tahun 1974
5. Penafsiran/Analogi Hakim
Sebagai akibat minimnya ketentuanketentuan HPI yangbbersumber
dari peraturan-peraturan perundang undangan,maka peranan hakim sebagai
aparat penegak hukum menjadi sangat penting,terutama untuk menafsirkan
ketentuan ketentuan hukum yang masih samar samar sifatnya atau untuk
mencari dan menerapkan lembaga-lembaga HPI dalam menyelesaikan peristiwa
perdata Internasional,misalnya lembaga Penyeludupan hukum,lembaga Renvoi
dan sebagainya.
6. Pendapat Para Ahli
E. Sistematika Hukum Perdata Internasional
Pembagian HPI substansif/materil meliputi :
a. Hukum Pribadi / Law of Person
1. Status Personal
2.
Kewarganegaraan / Nationality
3. Domisili / Domicile
4. Pribadi Hukum / Corporations
b. Hukum Harta Kekayaan / Law of Property
1. Harta Kekayaan Materiel
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
4
-
Benda-benda tetap4
-
Benda-benda bergerak
2. Harta Kekayaan Immaterial
3. Perikatan
-
Perjanjian
-
Penyelewengan perdata/perbuatan melawan hukum
c. Hukum Keluarga
1. Perkawinan
2. Hubungan antara orangtua dan anak
3. Pengangkatan anak
4. Perceraian
5. Harta perkawinan
d. Hukum Waris
1. Hal Pewarisan
Pembagian HPI Ajektif/Formal
HPI yang berhubungan dengan peristiwa hukum perdata internasional yang pada
umumnya ketentuan-ketentuannya timbul dari praktek-praktek penyelesaian
perkara hukum perdata internasional. HPI ajektif/formal meliputi:
a. Kualifikasi
b. Persoalan Pendahuluan
c. Penyeludupan Hukum
d. Pengakuan hak-hak yang telah di peroleh
e. Ketertiban Umum
f. Asas Timbal Balik
g. Penyesuaian
h. Pemakaian hukum asing
4
i.
Renvoi
j.
Pelaksanaan keputusan hukum asing.
Ibid.hal 4
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
5
E.Ruang Lingkup HPI
Pada umumnya sistematika HPI yang dianut oleh setiap Negara memiliki perbedaan,
oleh karena itu para ahli HPI secara garis besarnya membagi sistematika HPI dari berbagai
negara di dunia dalam 4 (empat) macam konsepsi, yaitu :
1. Ruang Lingkup HPI yang Sempit
Menurut konsepsi ini, HPI hanya terbatas mengenai persoalan Conflict of Law atau
Choice of Law. Jadi masalah yang dibahas HPI menurut konsepsi ini hanya
berhubungan dengan masalah pilihan hukum yang harus dipergunakan. Sistem ini
dianut di negara seperti Jerman dan Belanda.
2. Ruang Lingkup HPI yang Lebih Luas
Menurut konsepsi ini HPI tidak hanya terbatas pada persoalan Conflict of Law atau
Choice of Law,
namun termasuk juga Conflict of Yurisdiction. Para ahli yang
mendukung dan mempertahankan sistem HPI ini seperti Dicei dan Morris, yang
memandang bahwa persoalan yurisdiksi/kompetensi hakim adalah merupakan hal
yang terpenting di dalam HPI. Sistem ini dianut di negara Anglo Saxon dan Amerika
Serikat.
3. Ruang Lingkup HPI yang Lebih Luas Lagi
Didalam sistem ini terdiri 3 (tiga) bagian, yaitu membahas persoalan Conflict of Law,
Choice of Law dan Condition destrenger (“ Status orang-orang asing). Sistematika ini
dianut oleh negara-negara Latin (Italia, Spanyol), Eropa, Amerika Latin (Brazil dan
Argentina).
4. Ruang Lingkup HPI yang Paling Luas
Pada umumnya dalam sistem ini membahas bidang HPI seperti Conflict of Law,
Choice of Law dan Condition destrenger (“ Status orang-orang asing) serta persoalan
bagaiman cara memperoleh kehilangan kewarganegaraan. Sistematika ini dianut oleh
HPI Prancis dan HPI Indonesia.5
5
Harianto, Dedi. PerencanaanPerkuliahanHukumPerdataInternasional.Hal 5-6
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
6
F. Masalah-Masalah Pokok HPI
Terdapat beberapa permasalahan pokok dalam HPI :
 Hakim atau badan pengadilan manakah yang berwenang menyelesaikan persoalanpersoalan yuridik yang mengandung unsur asing (Choice of Juridiction);
 Hukum manakah yang harus diberlakukan untuk mengatur dan/atau menyelesaikan
persoalan-persoalan yuridik yang mengandung unsur asing (Choice of Law);
 Bilamanakah/sejauh manakah suatu pengadilan harus memperhatikan dan mengakui
putusan-putusan hakim asing dan/atau mengakui hak-hak/kewajiban-kewajiban
hukum atau putusan hakim tersebut.
G.Tahapan-Tahapan Umum Penyelesaian Peristiwa Perdata
Internasional
Berdasarakan hukum dan lembaga peradilan yang telah diketahui, maka tahapantahapan umum penyelesaian peristiwa dalam Hukum Perdata Internasional meliputi 5 (lima)
tahapan, yakni:
1. Identifikasi Fakta
Untuk melakukan pengidentifikasian fakta dalam tahap awal ini adalah hakim
nasional dari suatu Negara tempat dimana perkara tersebut diajukan (Lex Fori).
Contoh : Seorang warga Negara Jerman Berdomisili di Inggris, Meninggal dunia di
Prancis, dan meninggalkan sejumlah harta di Italia, kemudian ia menetapkan proses
pembagian warisan berdasarkan surat wasiat yang dibuat di Rusia, sedangkan perkara
diajukan di Indonesia.
2. Titik Taut Primer
Menurut Sudargo Gautama bahwa titik taut adalah hal-hal dan keadaan-keadaan yang
menyebabkan berlakunya suatu stelsel hukum. Titik taut primer adalah unsur-unsur
dalam segolongan fakta yang menunjukkan bahwa suatu peristiwa Perdata
Internasional, yaitu dengan menemukan adanya “unsur asing” dalam setiap peristiwa
dengan mempergunakan beberapa titik pembeda.
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
7
 Misalnya :
Subjek Kewarganegaraan : Jerman;
Berdomisili di Inggris;
Tempat Meninggal di Prancis;
Objek/benda berada di Italia
Tempat testamen di Rusia;
Tempat Perkara diajukan (Lex Fori) di Indonesia.
3. Kualifikasi Tahap Pertama
Pada kualifikasi tahap pertama ini, kualifikasi fakta/data dilakukan berdasarkan
ketentuan-ketentuan hukum lex fori atau berdasarkan ketentuan hukum dari hakim
yang memeriksa perkara yang bersangkutan, yaitu hakim dari tempat dimana perkara
itu diajukan untuk dimintakan penyelesaiannya. Jadi, apabila pokok perkara diajukan
di depan pengadilan Indonesia, maka kualifikasi dilakukan berdasarkan hukum
Indonesia.
4. Titik Taut Sekunder
Setelah kita mengetahui bahwa peristiwa perdata yang bersangkutan merupakan
peristiwa pedata Internasional, maka proses selanjutnya adalah penentuan hukum
yang akan diberlakukan dalam penyelesaian peristiwa perdata Internasional yang
bersangkutan. Proses ini dinamakan titik taut sekunder. Yang termasuk dalam titik
taut sekunder yaitu :
a. Pilihan Hukum , yaitu adanya kebebasan dari para pihak untuk menentukan
sendiri perjanjian yang akan mereka buat (partij autonomie).
b. Tempat Letak Benda.
Letak benda (situs) merupakan titik taut yang dapat dipergunakan untuk
menentukan hukum yang akan dipergunakan dalam menyelesaikan peristiwa
perdata Internasional yang bersangkutan atau yang dikenal dengan asas lex rei
sitae/lex situs.
c. Tempat Dilangsungkannya Perbuatan Hukum
Titik taut seunder ini dikembangkan dari asas “Lex Loci Contractus” yang
menentukan bahwa hukum yang akan dipergunakan untuk menyelesaikan suatu
peristiwa perdata internasional adalah hukum dari tempat dimana perjanjian atau
kontrak itu dibuat.
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
8
d. Tempat Dilangsungkannya Perbuatan Melawan Hukum
Permasalahan perbuatan melawan hukum menjadi masalah yang diatur dalam
HPI, apabila didalamnya terkandung adanya unsur asing.
Contoh : Di Inggris perbuatan melanggar hukum dalam HPI Inggris terbagi atas 2
(dua) macam , yaitu :
1.Yang terjadi di luar Inggris, sehingga memungkinkan dipergunakannya hukum
asing untuk mengadili perkara tersebut sebagai titik taut sekunder.
2.Yang terjadi didalam wilayah Inggris, meskipun pihak yang dirugikan maupun
yang merugikan sama-sama orang asing, pada umumnya dalam perkara seperti ini
selalu digunakan hukum Inggris sendiri sebagai Lex Fori.
e. Tempat Diajukannya Proses Perkara
Dikenal dengan asas Formeel Rechtelijk Lex Fori yang mengandung pengertian
dimana
proses perkara diajukan atau tempat dimana perbuatan formil itu
dilakukan maka hal tersebut akan diatur oleh ketentuan hukum dari tempat
perkara atau perbuatan formil itu dilakukan.
5. Kualifikasi Tahap Kedua
Setelah ditentukan hukum yang akan diberlakukan dalam menyelesaikan peristiwa
perdata internasional melalui titik taut sekunder, maka proses selanjutnya dengan
tahap kualifikasi sekunder secara Lex Cause. 6
6
Harianto, Dedi. PerencanaanPerkuliahanHukumPerdataInternasional.Hal 21-34
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
9
DaftarPustaka
Harianto, Dedi. PerencanaanPerkuliahanHukumPerdataInternasional
Lex Loci Contractus ( Perjanjian Yang Bersifat HPI BerlakuKaidahHukum Dari
TempatPembuatanPerjanjian
10
Download