BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Perang Salib dimulai ketika Paus

advertisement
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Perang Salib dimulai ketika Paus Urbanus II dari Gereja Kristen
menyerukan maklumat ekspedisi yang kemudian dikenal sebagai Perang Salib
Pertama pada tanggal 25 November 1095 hingga abad kelima belas. Ada tiga
babak Perang Salib, namun yang paling besar adalah babak Perang Salib Ketiga
dengan munculnya Salahuddin al-Ayyubi. Pada Perang Salib Pertama kaum
Muslimin mengalami kekalahan atas Tentara Salib karena saat itu kondisi kaum
Muslimin terpecah belah antara golongan Islam Sunni dengan golongan Islam
Syiah Fathimiyah. Adapun Perang Salib Kedua merupakan masa-masa
kebangkitan di tubuh kaum Muslimin. Barulah ketika periode Perang Salib
Ketiga, kaum Muslimin di bawah pimpinan Salahuddin al-Ayyubi berhasil
mengalahkan Tentara Salib dan berhasil merebut kembali Yerusalem dari tangan
Tentara Salib. Dia berhasil menghimpun pasukan yang terdiri atas para pemuda
dari berbagai negara Islam. Pasukan ini kemudian mampu mengalahkan Pasukan
Salib di Hattin (dekat Acre, kini dikuasai Israel) pada 4 Juli 1187 M. Pasukan
Kristen bahkan akhirnya terdesak dan terkurung di Yerusalem.
Prestasi besar yang berhasil dicapai oleh Salahuddin al-Ayyubi dan
penaklukannya terhadap berbagai wilayah —selain Yerusalem sebagai puncak
karier jihad Salahuddin— adalah didasari oleh faktor pengorbanan yang sungguhsungguh; tenaga, waktu, kondisi yang jauh dari tanah air dan keluarga dengan
disertai kebijaksanaan untuk tetap menyebarkan kemuliaan budi terhadap musuh
(Tentara Salib). Hal ini dapat berjalan dengan baik karena Salahuddin al-Ayyubi
senantiasa bersama dan mendampingi perjalanan pasukannya serta menyatu dekat
dengan mereka. Ia pun dengan bijaksana memberikan kesempatan beristirahat
bagi para pasukannya untuk mempersiapkan diri lebih matang dalam menghadapi
pasukan Salib dalam upaya menaklukkan Yerusalem. Dalam kesempatan inilah,
Salahuddin al-Ayyubi senantiasa menanamkan semangat jihad kepada mereka.
64
Universitas Indonesia
Peran Salahuddin..., Asti Latifa Sofi, FIB UI, 2009
Meski para pendahulunya juga mampu mengalahkan Tentara Salib di
beberapa pertempuran dengan mengagumkan, namun mereka tidak mampu
menguasai Yerusalem. Barulah dengan munculnya Salahuddin al-Ayyubi,
Yerusalem mampu ditaklukkan kembali dengan strategi baru tanpa menimbulkan
banyak kerugian. Dalam waktu yang sangat singkat, Salahuddin menjadi
pahlawan yang sangat menentukan, dengan kebaikan serta keteguhan sifatnya, ia
berhasil mengangkat Islam keluar dari kebiasaan demoralisasi politik.
Maka, berdasarkan pembahasan baik secara teoritis maupun dengan
melihat korelasinya melalui bukti-bukti yang dihadirkan di sini serta proses
analisis studi sejarah, dengan kerendahan hati penulis memberikan simpulan
bahwa tampak jelas mesin propaganda jihad yang beragam dan sangat efektif
merupakan faktor utama untuk membangkitkan dan menyatukan kembali wilayahwilayah kaum Muslimin yang letaknya berdekatan dengan negara-negara kaum
Salibis dan untuk merebut kembali wilayah-wilayah kaum Muslimin yang
sebelumnya direbut oleh Tentara Salib. Propaganda tersebut kian menambah
dimensi emosional, yang tidak terdapat dalam manifestasi gerakan-gerakan jihad
sebelumnya.
Di sini kita juga dapat melihat bahwa jihad yang dilakukan oleh
Salahuddin dilakukan tanpa mempertanyakan apakah jihad yang dilakukan dalam
rangka “memerangi” ataukah “meng-Islamkan” kaum kafir, namun ini merupakan
gerakan jihad sebagai reaksi atas agresi dari luar (penyerangan dari Tentara Salib).
Semua ini merupakan seruan yang berbeda dari gambaran klise bahwa Islam
merupakan sebuah agama pedang.
Adapun faktor-faktor yang mendorong kemenangan Salahuddin alAyyubi antara lain:
1. Kemampuannya dalam menggabungkan antara konsep jihad individu
dengan konsep jihad kolektif,
2. Mengimplementasikan seruan jihad dalam segala aspek,
3. Menunjukkan aksi ‘simpatik’ kepada pihak musuh.
65
Universitas Indonesia
Peran Salahuddin..., Asti Latifa Sofi, FIB UI, 2009
5.2 Saran
Penulis menyarankan perlu adanya suatu teori baru yang digagas oleh
para ulama untuk menjelaskan konsepsi jihad yang layak untuk masa sekarang ini.
Dengan merefleksi jihad yang dilakukan oleh Salahuddin al-Ayyubi yang tidak
lagi bersifat fundamental, selayaknya para mujahid di masa sekarang pun dapat
mencapai religiusitas transendental dengan cara yang tidak lagi konservatif.
Di samping itu, para sejarawan Muslim yang ingin menuliskan epos
kepahlawanan Islam, diharapkan untuk menganalisis secara spesifik apakah jihad
yang dilakukan tersebut dalam rangka meluaskan ekspansi atau “memerangi”,
meng-Islamisasikan umat kafir, ataukah sebagai reaksi perlawanan atas agresi dari
luar, sehingga diharapkan melalui eksplanasi yang jelas dapat menjadi motivasi
yang berbeda bagi kaum Muslimin di masa sekarang dalam menanggapi seruan
jihad agar tidak berbuah menjadi aksi teror yang membabi buta.
66
Universitas Indonesia
Peran Salahuddin..., Asti Latifa Sofi, FIB UI, 2009
Download