PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

advertisement
PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 39 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
PADA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka mewujudkan good governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan, maka pengelolaan keuangan
negara perlu diselenggarakan secara profesional, efektif,
efisien, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada
kinerja;
b. bahwa untuk mewujudkan kesamaan pemahaman dan
implementasi
terhadap
peraturan
perundang-undangan
dalam pelaksanaan anggaran bagi para pengelola anggaran
di lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia, perlu
menetapkan petunjuk pelaksanaan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia tentang Petunjuk
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
pada Arsip Nasional Republik Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
-22. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang
Nomor
8
Tahun
1983
tentang
Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (Lembaran
Tahun
Negara
Republik
Indonesia
2009 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5069) sebagaimana telah tiga kali
diubah terakhir Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069);
5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2009
Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5071);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2006
Nomor
25,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
7. Peraturan
Pemerintah
Nomor
39
Tahun
2007
tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4738);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif
Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
Penghasilan yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
-3(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5174);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2014 tentang Jenis
dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku
pada Arsip Nasional Nasional Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 175, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4553);
12. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
13. Keputusan
Presiden
Nomor
103
Tahun
2001
tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,
dan
Tata
Kerja
sebagaimana
Lembaga
telah
tujuh
Pemerintah
kali
diubah
Non
Kementerian
terakhir
dengan
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
14. Keputusan Presiden Nomor 136/M Tahun 2013 tentang
Pengangkatan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia;
15. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
192/PMK.05/2009
Nomor
113/PMK.05/2012
tentang Perencanaan Kas;
16. Peraturan
Menteri
Keuangan
tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara,
Pegawai Negeri, Dan Pegawai Tidak Tetap;
17. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2013 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
19. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
212/PMK.05/2013
tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban
Bendahara
Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;
Kementerian
Negara/
-420. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
213/PMK.05/2013
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Lembaga Pemerintah
Pusat;
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.05/2014 tentang
Perubahan
Kedua
Atas
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor 97/PMK.05/2010 Tentang Perjalanan Dinas Luar
Negeri Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan
Pegawai Tidak Tetap;
22. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
154/PMK.05/2014
tentang Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 22/PMK.05/2014;
23. Peraturan
Kepala
Arsip
Nasional
Republik
Indonesia
Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Arsip
Nasional Republik Indonesia;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PETUNJUK
PELAKSANAAN
ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA ARSIP NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan:
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya
disingkat
APBN
adalah
rencana
keuangan
tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
2. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
3. Pendapatan Negara adalah hak Pemerintah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
4. Belanja Negara adalah kewajiban Pemerintah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
5. Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke Kas
Negara.
6. Pengeluaran Negara adalah uang yang keluar dari Kas
Negara.
-57. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang
ditentukan
oleh
Menteri
Keuangan
selaku
Bendahara
Umum Negara, untuk menampung seluruh Penerimaan
Negara dan membayar seluruh Pengeluaran Negara.
8. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya.
9. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar
kepada Pemerintah dan/atau hak Pemerintah yang dapat
dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau akibat lainnya yang sah.
10. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar
Pemerintah dan/atau kewajiban Pemerintah yang dapat
dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan
sebab lainnya yang sah.
11. Dokumen adalah data, catatan, dan/atau keterangan yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
dan
tanggung
jawab
keuangan negara, baik tertulis di atas kertas atau sarana
lain, maupun terekam dalam bentuk/corak apa pun.
12. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan
oleh satu atau beberapa Satuan Kerja sebagai bagian dari
pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri
dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik
yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi
dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa.
13. Daftar
Isian
Pelaksanaan
Anggaran
yang
selanjutnya
disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran
yang digunakan sebagai acuan pengguna anggaran dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan
APBN.
14. Arsip
Nasional
disingkat
ANRI
Republik
Indonesia
yang
selanjutnya
adalah
Lembaga
Pemerintah
Non
Kementerian yang meliputi satuan kerja ANRI Jakarta dan
UPT Balai Arsip Tsunami Aceh.
15. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran ANRI.
-616. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA
adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggungjawab
penggunaan anggaran pada ANRI.
17. Bagian Anggaran adalah kelompok anggaran menurut
nomenklatur Kementerian Negara/Lembaga dan menurut
fungsi Bendahara Umum Negara.
18. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya
disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang memperoleh kuasa dari BUN untuk
melaksanakan sebagian fungsi Kuasa BUN.
19. Satuan Kerja yang selanjutnya disingkat Satker adalah unit
organisasi lini Kementerian Negara/Lembaga atau unit
organisasi Pemerintah Daerah yang melaksanakan kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga dan memiliki kewenangan
dan tanggungjawab penggunaan anggaran.
20. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK
adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA
untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
21. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang
selanjutnya disingkat PP-SPM adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas
permintaan
pembayaran
dan
menerbitkan
perintah
pembayaran.
22. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan
dan
mempertanggungjawabkan
Belanja Negara
uang
untuk
keperluan
dalam rangka pelaksanaan APBN pada
kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.
23. Bendahara
Pengeluaran
Pembantu
yang
selanjutnya
disingkat BPP adalah orang yang ditunjuk untuk membantu
Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran
kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan
tertentu.
24. Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
25. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga
negara sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pejabat
Negara yang ditentukan oleh undang-undang.
-726. Pejabat Lainnya adalah pejabat yang diangkat berdasarkan
Undang-Undang selain Pejabat Negara.
27. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
28. Petugas
Pengelola
Administrasi
Belanja
Pegawai
yang
selanjutnya disingkat PPABP adalah pembantu KPA yang
diberi
tugas
dan
tanggungjawab
untuk
mengelola
pelaksanaan belanja pegawai.
29. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang
ditentukan
oleh
Menteri
Keuangan
selaku
Bendahara
Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan
negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
30. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat
PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang
tidak berasal dari pajak.
31. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam
rangka
pelaksanaan
APBN
pada
kantor/satuan
kerja
Kementerian Negara/Lembaga.
32. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah
uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan
kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran
yang
menurut
sifat
dan
tujuannya
tidak
mungkin
dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
33. Pembayaran
adalah
Langsung
pembayaran
yang
yang
selanjutnya
dilakukan
disingkat
langsung
LS
kepada
Bendahara Pengeluaran/penerimaan hak lainnya atas dasar
perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau surat
perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah
Membayar Langsung.
34. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat TUP
adalah uang muka yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesak
dalam 1 (satu) bulan melebihi pagu UP yang telah
ditetapkan.
35. Pertanggungjawaban
Tambahan
Uang
Persediaan
yang
selanjutnya disingkat PTUP adalah pertanggungjawaban
atas TUP.
-836. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat
SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK yang berisi
permintaan pembayaran tagihan kepada negara.
37. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya
disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh
PPK, dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerimaan
hak/Bendahara Pengeluaran.
38. Surat
Permintaan
selanjutnya
Pembayaran
disingkat
SPP-UP
Uang
Persediaan
yang
adalah
dokumen
yang
diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran
UP.
39. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan
yang selanjutnya disingkat SPP-TUP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran
TUP.
40. Surat
Permintaan
Pembayaran
Penggantian
Uang
Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GUP adalah
dokumen
yang
diterbitkan
oleh
PPK,
yang
berisi
pertanggungjawaban dan permintaan kembali pembayaran
UP.
41. Surat
Permintaan
Pembayaran
Penggantian
Uang
Persediaan Nihil yang selanjutnya disingkat SPP-GUP Nihil
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi
pertanggungjawaban UP.
42. Surat
Permintaan
Pembayaran
Pertanggungjawaban
Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPP-PTUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang
berisi permintaan pertanggungjawaban atas TUP.
43. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PP-SPM untuk
mencairkan dana yang bersumber dari DIPA.
44. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya
disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh
PP-SPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA
dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerimaan
hak/Bendahara Pengeluaran.
45. Surat
Perintah
selanjutnya
Membayar
disingkat
SPM-UP
Uang
Persediaan
adalah
dokumen
yang
yang
diterbitkan PP-SPM untuk mencairkan UP.
46. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang
selanjutnya disingkat SPM-TUP adalah dokumen yang
diterbitkan PPSPM untuk mencairkan TUP.
-947. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan
yang selanjutnya disingkat SPM-GUP adalah dokumen yang
diterbitkan
PP-SPM
dengan
membebani
DIPA,
yang
dananya dipergunakan untuk menggantikan UP yang telah
dipakai.
48. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan
Nihil yang selanjutnya disingkat SPM-GUP Nihil adalah
dokumen
yang
diterbitkan
PP-SPM
sebagai
pertanggungjawaban UP yang membebani DIPA.
49. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan
Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-PTUP
adalah
dokumen
yang
diterbitkan
PP-SPM
sebagai
pertanggungjawaban atas TUP yang membebani DIPA.
50. Bagan Akun Standar (BAS) adalah daftar
kodefikasi dan
klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun secara
sistematis
sebagai
penganggaran,
pedoman
pelaksanaan
dalam
anggaran,
perencanaan,
dan
pelaporan
daftar
perkiraan
keuangan pemerintah.
51. Perkiraan
Penarikan
Dana
adalah
kebutuhan dana untuk melaksanakan kegiatan yang dibuat
oleh kantor/satuan kerja dan disampaikan ke KPPN untuk
periode tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN.
52. Perkiraan Pencairan Dana adalah rekapitulasi perkiraan
penarikan dana dari kantor/satuan kerja yang dibuat oleh
KPPN dalam periode tertentu.
53. Hak tagih adalah hak yang timbul akibat dari penerimaan
hak telah memenuhi kewajibannya yang dinyatakan dalam
berita acara atau dokumen lain yang dipersamakan.
54. Penerimaan
Hak
adalah
pejabat
negara/pegawai
negeri/pihak ketiga/pihak lain yang berhak menerima
pembayaran
atas
pelaksanaan
kegiatan/tugas
yang
membebani APBN.
55. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat ADK
adalah arsip data dalam bentuk softcopy yang disimpan
dalam media penyimpanan digital.
56. Surat Setoran Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat
SSBP/Surat
Setoran
Pengembalian
Belanja
yang
selanjutnya disingkat SSPB/Surat Setoran Pajak yang
selanjutnya disingkat SSP, yang dinyatakan sah adalah
SSBP/SSPB/SSP yang telah mendapat Nomor Transaksi
Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat NTPN dan
Nomor Transaksi Bank yang selanjutnya disingkat NTB
- 10 Nomor Transaksi Pos yang selanjutnya disingkat NTP
Nomor Penerimaan Potongan yang selanjutnya disingkat
NPP kecuali ditetapkan lain.
57. Perjalanan Dinas Dalam Negeri adalah perjalanan dinas ke
luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam wilayah
Republik Indonesia untuk kepentingan negara.
58. Perjalanan Dinas Jabatan adalah perjalanan dinas melewati
batas kota dan/atau dalam kota dari tempat kedudukan ke
tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke
tempat kedudukan semula di dalam negeri.
59. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPD
adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen dalam rangka pelaksanaan perjalanan dinas bagi
pejabat negara, pegawai negeri, pegawai tidak tetap, dan
pihak lain.
60. Pelaksana SPD adalah pejabat negara, pegawai negeri, dan
pegawai tidak tetap yang melaksanakan perjalanan dinas.
61. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga
tertinggi/tinggi
negara
sebagaimana
dimaksud
dalam
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Pejabat Negara
lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.
62. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat berwenang dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya,
dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
63. Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat untuk
jangka
waktu
tertentu
guna
melaksanakan
tugas
pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis
profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan organisasi.
64. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung
terlebih dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan
sekaligus.
65. Biaya Riil adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan
bukti pengeluaran yang sah.
66. Perhitungan Rampung adalah perhitungan biaya perjalanan
dinas yang dihitung sesuai kebutuhan riil berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
- 11 -
67. Swakelola adalah kegiatan pengadaan barang/jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi
sendiri oleh Kementerian/Lembaga/Satuan kerja sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain,
dan/atau kelompok masyarakat.
68. Kontraktual
adalah
kegiatan
pengadaan
barang/jasa
dimana pekerjaannya dilakukan oleh pihak ketiga/rekanan
melalui kontrak/perjanjian.
Pasal 2
(1) Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara pada Arsip Nasional Republik Indonesia
disusun
dengan
maksud
dalam
rangka
mewujudkan
pelaksanaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil/kinerja.
(2) Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara pada Arsip Nasional Republik Indonesia
bertujuan sebagai panduan dalam pelaksanaan penggunaan
anggaran dan kegiatan seluruh unit kerja di lingkungan
ANRI sehingga dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 3
(1) Ruang Lingkup Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
pada
Arsip
Republik Indonesia terdiri dari:
a. Sistem Penganggaran;
b. Pengelola APBN ANRI;
c. Mekanisme Pelaksanaan APBN ANRI; dan
Nasional
- 12 d. Pertanggungjawaban dan Pelaporan.
(2) Ketentuan
mengenai
Teknik
Pelaksanaan
Pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Arsip
Nasional Republik Indonesia tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
ini.
Pasal 4
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara pada Arsip Nasional Republik Indonesia berlaku
bagi satuan kerja di Lingkungan Arsip Nasional Republik
Indonesia dan Balai Arsip Tsunami Aceh.
Pasal 5
Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2015.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia ini dengan
menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Agustus 2015
KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MUSTARI IRAWAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 September 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1386
- 13 -
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK
PELAKSANAAN
ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
PADA
ARSIP
NASIONAL
REPUBLIK
INDONESIA
TEKNIK PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
PADA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
SISTEMATIKA
BAB I
SISTEM PENGANGGARAN
BAB II
PENGELOLA APBN ANRI
A. PENGELOLA APBN ANRI
B. PERSYARATAN UMUM DAN KHUSUS PENGELOLA APBN ANRI
C. TUGAS DAN KEWENANGAN PENGELOLA APBN ANRI
BAB III
MEKANISME PELAKSANAAN APBN ANRI
A. DASAR PELAKSANAAN
B. PROSEDUR PENGAJUAN PEMBIAYAAN
C. PROSEDUR PENERBITAN SPP-LS
D. MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UP DAN TUP
E. MEKANISME PENERBITAN SPP-UP/GUP/GUP NIHIL
F. MEKANISME PENERBITAN SPP-TUP/PTUP
G. MEKANISME PENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SPM
H. PEMBAYARAN TAGIHAN YANG BERSUMBER DARI
PENGGUNAAN PNBP
I.
KOREKSI/RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM, DAN SP2D
J. RALAT SETORAN PENERIMAAN
K. PELAKSANAAN
PEMBAYARAN
PADA
AKHIR
ANGGARAN
L. MEKANISME REVISI ANGGARAN
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN
A. PENETAPAN KINERJA DAN PERTANGGUNGJAWABAN
B. PELAPORAN
C. PENYIMPANAN DOKUMEN
TAHUN
- 14 BAB I
SISTEM PENGANGGARAN
1. Organisasi dan Bagian Anggaran
Unit Organisasi pada ANRI dengan kode (01) yaitu ANRI dengan Bagian
Anggaran (087) dan kode Satuan Kerja ANRI Jakarta (450448) serta Balai
Arsip Tsunami Aceh (681464). Selanjutnya dalam pencapaian program dan
kegiatannya ANRI dibagi dalam tingkat Eselon I dan Eselon II :
a. ANRI melaksanakan rencana strategis (Renstra) dan rencana kerja
(Renja) dan menghasilkan outcome ANRI beserta indikator kinerja
utama;
b. Renstra dijabarkan dalam program yang menjadi tanggung jawab Unit
Eselon I ANRI dan menghasilkan outcome program;
c. Selanjutnya program dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang menjadi
tanggung jawab Unit Eselon II-nya dan menghasilkan output kegiatan
beserta indikator kinerja.
2. Fungsi dan Subfungsi
Dalam penganggarannya ANRI termasuk dalam fungsi: (01) Pelayanan
Umum, dengan subfungsi: (01) Lembaga Eksekutif dan Legislatif, Masalah
Keuangan dan Fiskal serta Urusan Luar Negeri.
3. Program
Program Nasional yang terdapat pada ANRI meliputi 3 (tiga) program, yaitu:
a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
ANRI (kode 01);
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur ANRI (kode 02),
dan;
c. Program Penyelenggaraan Kearsipan Nasional (kode 06).
4. Kegiatan ANRI
ANRI memiliki 20 (dua puluh) kegiatan yang meliputi:
a. peningkatan
Layanan
Hukum,
Pembinaan
Organisasi
dan
Ketatalaksanaan, dan Pengelolaan Pegawai di Lingkungan ANRI
(kode 3614);
b. peningkatan Koordinasi Penyusunan Program dan Anggaran, Evaluasi
dan Pelaporan, Ketatausahaan Pimpinan Serta Hubungan Masyarakat di
Lingkungan ANRI (3615);
c. pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Anggaran Serta Pelayanan
Penunjang Pelaksanaan Tugas ANRI (kode 3616);
d. pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur ANRI (kode 3617);
- 15 e. pembangunan/Pengadaan/Peningkatan Sarana dan Prasarana di
lingkungan ANRI (kode 3618);
f. pelaksanaan Akreditasi dan Profesi Kearsipan (kode 3619);
g. penilaian dan Akuisisi Arsip (kode 3620);
h. pembinaan Kearsipan Pusat (kode 3622);
i. pemanfaatan Arsip (kode 3623);
j. pengolahan Arsip Statis (kode 3624);
k. preservasi Kearsipan (kode 3625);
l. peningkatan Jasa Sistem dan Pembenahan, Penyimpanan, dan
Perawatan Arsip (kode 3626);
m. pendidikan dan Pelatihan Kearsipan (kode 3627);
n. peningkatan Pengkajian dan Pengembangan Sistem Kearsipan Nasional
(kode 3629).
o. pelaksanaan Akreditasi Kearsipan (5356);
p. pelaksanaan Bimbingan SDM Kearsipan dan Sertifikasi (5357);
q. pembinaan Kearsipan Daerah I (5358);
r. pembinaan Kearsipan Daerah II (5359);
s. penyelenggaraan Sistem dan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional
(5360); dan
t. pengelolaan Data dan Teknologi Informasi dan Komunikasi ANRI (5361).
5. Jenis Belanja
ANRI melaksanakan 3 (tiga) jenis belanja yaitu:
a. belanja pegawai (kode 51);
b. belanja barang (kode 52); dan
c. belanja modal (kode 53).
6. Prinsip Penganggaran
a. Swakelola
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang direncanakan akan
dilakukan secara swakelola, dirinci menurut jenis belanja yang sesuai.
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang sifatnya non fisik dan
menggunakan jenis Belanja Barang.
Contoh:
1) Kegiatan Diklat Teknis PNS, dengan rincian akun belanja sebagai
berikut:
a) Honorarium untuk narasumber/pakar/praktisi
dalam Akun Belanja Jasa Profesi (522151);
dimasukkan
b) Honorarium untuk Tim Teknis Pelaksana Kegiatan yang
menunjang secara langsung dalam pencapaian output
dimasukkan dalam Akun Barang Non Operasional (kelompok
- 16 Akun 5212), belanja honor yang terkait dangan output kegiatan
(Akun 521213);
c) Bahan pendukung kegiatan (yang habis pakai) dalam rangka
pelaksanaan kegiatan meliputi konsumsi/bahan makanan,
bahan cetakan, spanduk, dan fotokopi dimasukan dalam Akun
Belanja Bahan (Akun 521211); dan
d) Perjalanan Dinas memanggil/memulangkan peserta diklat
masuk dalam Akun Belanja Perjalanan Lainnya (Akun 524119)
2) Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang sifatnya fisik
dimasukkan dalam Belanja Modal.
Belanja Modal Tanah dibagi menjadi Belanja Modal Tanah,
Belanja Modal Pembebasan Tanah, Belanja Modal Pembayaran
Honor Tim Tanah, Belanja Modal Pembuat Sertifikat Tanah,
Belanja Modal Biaya Pengurukan Tanah, dan Pembuatan
Sertifikat Tanah, Belanja Modal Pengukuran Tanah dan
Pematangan Tanah, Belanja Modal Perjalanan Pengadaan Tanah,
rincian tersebut sama untuk semua Belanja Modal sesuai
ketentuan pada BAS.
b. Kontraktual
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang direncanakan akan
dilakukan secara kontraktual dimasukkan pada satu jenis belanja yang
sesuai.
7. Kegiatan
a. Kegiatan yang dibatasi
1) Kegiatan/sub kegiatan
sebagai berikut:
yang
dibatasi
adalah
kegiatan-kegiatan
a) Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan,
lokakarya, peresmian kantor dan sejenisnya, di laksanakan pada
hal-hal yang sangat penting dan dilakukan sesederhana mungkin
dengan memaksimalkan penggunaan fasilitas ruang kantor serta
memanfaatkan fasilitas kantor Instansi lain;
b) Perjalanan dinas;
c) Pengadaan barang/jasa baru sesuai kebutuhan;
d) Pemasangan telepon baru, kecuali untuk satker yang belum ada
sama sekali;
e) Publikasi advertorial yang menggunakan biaya tinggi;
f) Pembangunan gedung baru yang sifatnya tidak langsung
menunjang untuk pelaksanaan tupoksi (antara lain: mess, wisma,
rumah dinas/rumah jabatan, gedung pertemuan), kecuali untuk
- 17 gedung yang bersifat pelayanan umum (seperti rumah sakit, pos
penjagaan), dan gedung/bangunan khusus (antara lain:
laboratorium, gudang, gedung depo arsip);
g) Pengadaan kendaraan bermotor, kecuali kendaraan fungsional
seperti:
(1) Kendaraan mobil
pendukung;
Layanan
Sadar
Arsip
dan
kendaraan
(2) Kendaraan roda dua untuk petugas lapangan;
(3) Pengadaan kendaraan bermotor untuk satker baru yang
sudah ada ketetapan Meneg PAN dan Reformasi Birokrasi
dilakukan secara bertahap sesuai dana yang tersedia;
(4) Penggantian kendaraan operasional yang benar-benar rusak
berat sehingga secara teknis tidak dapat dimanfaatkan lagi;
(5) Penggantian kendaraan yang rusak berat secara ekonomis
memerlukan biaya pemeliharaan yang besar untuk
selanjutnya harus dihapuskan dari daftar inventaris dan tidak
diperbolehkan dialokasikan biaya pemeliharaannya (didukung
oleh berita acara penghapusan/pelelangan); dan
(6) Kendaraan roda 4 dan atau roda 6 untuk keperluan antar
jemput pegawai dapat dialokasikan secara sangat selektif.
Usulan pengadaan kendaraan bermotor memperhatikan asas
efisiensi dan kepatutan.
b. Kegiatan yang Tidak Diperkenankan
Kegiatan/subkegiatan yang tidak dapat diakomodasi diantaranya
sebagai berikut:
1) Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hari ulang
tahun lembaga;
2) Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan
bunga, dan sebagainya untuk berbagai peristiwa;
3) Pesta untuk berbagai peristiwa dan pekan olah raga;
4) Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan sejenis/serupa
dengan yang tersebut di atas;
5) Kegiatan yang memerlukan dasar hukum berupa Peraturan
Pemerintah/Peraturan Presiden, namun pada saat penelaahan
RKA-KL
belum
ditetapkan
dengan
Peraturan
Pemerintah/Peraturan Presiden.
- 18 8. Jenis Belanja
Jenis-jenis belanja yang digunakan dalam RAB ANRI adalah sebagai
berikut:
a. Belanja Pegawai (51)
Pengeluaran yang merupakan kompensasi dalam bentuk uang
maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah (pejabat
negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS) yang bertugas di dalam
maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan,
kecuali
pekerjaan
yang
berkaitan
dengan
pembentukan modal dan/atau kegiatan yang mempunyai output
dalam kategori belanja barang. Akun-akun dalam Belanja Pegawai
terdiri dari:
1) Gaji PNS (51111)
Perhitungan gaji dan tunjangan didasarkan atas hitungan dalam
aplikasi Belanja Pegawai pada masing-masing Kantor/Satuan
Kerja. Selanjutnya hasil perhitungan berdasarkan program
aplikasi belanja pegawai tersebut sebagai masukan dalam
perhitungan Belanja Pegawai.
2) Uang Lembur (512211)
Penyediaan dana untuk uang lembur berdasarkan tarif yang
ditetapkan Menteri Keuangan, dengan perhitungan maksimal
100% dari alokasi uang lembur yang tercantum dalam DIPA.
3) Tunjangan Khusus/Kegiatan (512411)
Penyediaan dana untuk pembayaran tunjangan khusus/
kegiatan dan pembiayaan kegiatan lainnya di dalam negeri
sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Uang Makan PNS (511129)
Besaran pengeluaran untuk uang makan PNS per hari kerja
per PNS diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan.
b. Belanja Barang (52)
Belanja barang adalah pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
kegiatan untuk menghasilkan barang/jasa.
Belanja Barang dapat dibedakan menjadi belanja barang
(operasional dan non operasional) dan Jasa, Belanja Pemeliharaan,
serta Belanja Perjalanan Dinas.
Akun yang termasuk Belanja Barang terdiri atas:
1) Belanja Barang Operasional (52111)
Pengeluaran-pengeluaran yang termasuk dalam kriteria ini
adalah belanja barang operasional, antara lain :
- 19 a) Keperluan perkantoran (521111);
Pengeluaran untuk membiayai keperluan sehari-hari
perkantoran yang secara langsung menunjang kegiatan
operasional Kementerian/Lembaga terdiri dari:
(1) Satuan biaya yang dikaitkan dengan jumlah pegawai
yaitu pengadaan barang yang habis pakai antara lain
pembelian alat-alat tulis, barang cetak, alat-alat rumah
tangga, langganan surat kabar/berita/majalah, biaya
minum/ makanan kecil untuk rapat, biaya penerimaan
tamu.
(2) Satuan biaya yang tidak dikaitkan dengan jumlah
pegawai antara lain satpam/pengamanan kantor,
cleaning service, sopir, tenaga lepas (yang dipekerjakan
secara
kontraktual),
telex,
internet,
pengurusan
penggantian sertifikat yang hilang, pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan.
(3) Pengeluaran untuk membiayai pengadaan/penggantian
inventaris yang berhubungan dengan penyelenggaraan
administrasi kantor/satker dibawah nilai kapitalisasi.
(4) Pembelian buku cek/giro bilyet dan materai.
b) Pengadaan Penambah Daya Tahan Tubuh (521113);
Untuk
membiayai
pengadaan
bahan
makanan/minuman/obat-obatan yang diperlukan dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan operasional kepada
pegawai.
c) Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat (521114);
Untuk membiayai pengiriman surat menyurat dalam rangka
kedinasan.
d) Honorarium Operasional Satuan Kerja (521115);
Honor ini merupakan honor yang menunjang kegiatan
operasional satker dan pembayaran honornya dilakukan
secara terus menerus dari awal sampai dengan akhir tahun
anggaran seperti honor pejabat kuasa pengguna anggaran,
honor pejabat pembuat komitmen, honor pejabat penguji SPP
dan
penandatangan
SPM,
honor
bendahara
pengeluaran/pemegang uang muka, honor staf pengelola
keuangan, honor pengelola PNBP, dan honor Tim SAI
(pengelola SAK dan SIMAK-BMN).
e) Belanja Barang Operasional Lainnya (521119);
Belanja untuk membiayai pengadaan barang yang tidak
ditampung dalam mata anggaran 521111, 521112, 521113,
521114, 521115 dalam rangka kegiatan operasional. Belanja
- 20 ini dapat digunakan untuk belanja bantuan transport dalam
kota dalam rangka kegiatan operasional satker.
f)
Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi (521811);
Digunakan
untuk
mencatat
belanja
barang
yang
menghasilkan persediaan berupa barang konsumsi seperti:
ATK, bahan cetakan, alat-alat rumah tangga dll.
2) Belanja Barang Non Operasional (52121)
Pengeluaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan non
operasional dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan satuan
kerja.
Pengeluaran-pengeluaran yang termasuk dalam kriteria ini,
antara lain:
a) Belanja Bahan (521211);
Digunakan untuk pembayaran biaya bahan pendukung
kegiatan (habis pakai) seperti : konsumsi, bahan cetakan,
dokumentasi, spanduk, fotokopi yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan non operasional seperti pameran,
seminar, sosialisasi, rapat, diseminasi dan lain-lain yang
terkait langsung dengan output suatu kegiatan.
b) Belanja Barang Transito (521212);
Digunakan untuk pengeluaran pembelanjaan belanja barang
pada satuan kerja yang baru dibentuk/UPT.
c) Belanja Honor Output Kegiatan (521213);
Honor tidak tetap yang dibayarkan kepada pegawai negeri
atau non pegawai yang diberi tugas untuk melaksanakan
kegiatan
berdasarkan
surat
keputusan
Presiden/
Menteri/Pejabat Eselon I/KPA. Pemberian honor terkait
dengan output seperti: honor tim pelaksana kegiatan; honor
pejabat/panitia pengadaan barang/jasa, honor panitia
pemeriksa/penerimaan barang/jasa, untuk pengadaan yang
tidak menghasilkan aset tetap/aset lainnya.
Honorarium Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan diberikan
kepada pegawai negeri/non pegawai negeri yang diberi tugas
untuk melaksanakan kegiatan administratif yang berfungsi
untuk menunjang kegiatan tim pelaksana kegiatan. Jumlah
sekretariat tim pelaksana kegiatan paling banyak 7 (tujuh)
orang. Keikutsertaan pejabat negara/pegawai negeri dalam
tim pelaksana kegiatan/tim sekretariat diatur lebih lanjut
dalam Standar Biaya Masukan Tahun berkenaan.
Honorarium Panitia Seminar/Rakor/Sosialisasi/ Diseminasi/
Focus Group Discussion/Kegiatan Sejenis dapat diberikan
- 21 kepada pegawai negeri yang diberi tugas sebagai panitia,
sepanjang peserta yang menjadi sasaran utama kegiatan
berasal
dari
luar
lingkup
unit
eselon
I
penyelenggara/masyarakat. Jumlah panitia maksimal 10%
(sepuluh persen) dari jumlah peserta.
d) Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219);
Digunakan untuk pengeluaran yang tidak ditampung dalam
akun 521211, 521212 dan 521213. Dapat digunakan untuk
belanja bantuan transport dalam kota dalam rangka kegiatan
non operasional satker termasuk uang saku dan paket rapat
(kontraktual), biaya-biaya crash program, pemberian
beasiswa kepada pegawai dilingkup K/L atau diluar lingkup
satker.
3) Belanja Jasa (5221)
Pengeluaran-pengeluaran untuk langganan daya dan jasa
beserta denda keterlambatannya (jika ada) berupa: langganan
listrik (522111), langganan telepon (522112), langganan air
(522113) dan langganan daya dan jasa lainnya (522119) serta
dapat digunakan untuk belanja Jasa Pos dan Giro (522121),
belanja jasa konsultan (522131) secara kontraktual termasuk
jasa pengacara yang outputnya tidak menghasilkan aset lainnya,
belanja sewa (522141), belanja jasa profesi (522151) untuk
pembayaran honor narasumber, pembicara, praktisi, pakar yang
memberikan informasi/pengetahuan kepada pegawai negeri
lainnya/masyarakat. Honor narasumber pegawai negeri yang
berasal dari luar lingkup eselon I penyelenggara maupun berasal
dari lingkup eselon I penyelenggara sepanjang peserta yang
menjadi sasaran utama kegiatan berasal dari luar lingkup unit
eselon I penyelenggara.
Belanja jasa lainnya (522191) digunakan pembayaran jasa yang
tidak ditampung pada akun 522111, 522121, 522131, 522141
dan 522151.
4) Belanja Pemeliharaan (5231)
Belanja Pemeliharaan dilaksanakan sesuai standar biaya umum
dalam rangka mempertahankan aset tetap atau aset tetap
lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa
memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja
Pemeliharaan meliputi antara lain pemeliharaan gedung dan
bangunan (523111) digunakan dalam rangka mempertahankan
gedung dan bangunan kantor dengan tingkat kerusakan kurang
dari atau sampai dengan 2%, dan pemeliharaan halaman/taman
gedung/kantor agar berada dalam kondisi normal ; untuk
mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa
bahan untuk pemeliharaan gedung dan bangunan digunakan
- 22 belanja barang persediaan pemeliharaan gedung dan bangunan
(523112), pemeliharaan gedung dan bangunan lainnya (523119)
dapat berupa pemeliharaan rumah dinas dan rumah jabatan
yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas para pejabat;
pemeliharaan peralatan dan mesin (523121); belanja bahan
bakar minyak dan pelumas (BMP) dan pelumas khusus non
Pertamina (523122); untuk mencatat belanja barang yang
menghasilkan persediaan berupa bahan untuk pemeliharaan
peralatan dan mesin digunakan belanja barang persediaan
pemeliharaan peralatan dan mesin (523123); pemeliharaan
peralatan dan mesin lainnya (523129); pemeliharaan jalan dan
jembatan (523131); pemeliharaan irigasi (523132); pemeliharaan
jaringan (523133); untuk mencatat belanja barang yang
menghasilkan persediaan berupa bahan untuk pemeliharaan
jalan dan jembatan digunakan belanja barang persediaan
pemeliharaan jalan dan jembatan (523134); untuk mencatat
belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa bahan
untuk pemeliharaan irigasi digunakan belanja barang
persediaan pemeliharaan irigasi (523135); untuk mencatat
belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa bahan
untuk pemeliharaan jaringan digunakan belanja barang
persediaan pemeliharaan jaringan (523136); serta pemeliharaan
lainnya (523199) yang digunakan untuk pemeliharaan aset tetap
selain gedung dan bangunan, peralatan dan mesin serta jalan,
irigasi dan jaringan agar berada dalam kondisi normal termasuk
pemeliharaan tempat ibadah dan bangunan bersejarah serta
pemeliharaan atas aset lainnya yang bukan milik entitas; untuk
mencatat belanja barang yang menghasilkan persediaan berupa
bahan untuk pemeliharaan lainnya digunakan belanja barang
persediaan pemeliharaan lainnya (523191);
Pengeluaran-pengeluaran untuk pemeliharaan gedung kantor,
rumah dinas, jalan dan jembatan, kendaraan bermotor, dan
lain-lain
yang
berhubungan
dengan
penyelenggaraan
pemerintahan termasuk perbaikan peralatan dan sarana gedung
(sesuai standar biaya umum tahun berkenaan), yang nilainya
dibawah kapitalisasi.
Persyaratan Nilai Kapitalisasi adalah sebagai berikut:
a) untuk pengadaan peralatan dan mesin yang nilainya di atas
Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) serta mempunyai nilai
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun;
b) untuk pemeliharaan gedung/bangunan yang nilainya di atas
Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Selanjutnya untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan
persediaan berupa bahan untuk pemeliharaan gedung dan
bangunan digunakan belanja barang persediaan pemeliharaan
- 23 gedung dan bangunan (523112), belanja bahan bakar minyak
dan pelumas (BMP) dan pelumas khusus non Pertamina
(523122). Untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan
persediaan berupa bahan untuk pemeliharaan peralatan dan
mesin digunakan belanja barang persediaan pemeliharaan
peralatan dan mesin (523123)
5) Belanja Perjalanan (524)
Pengeluaran-pengeluaran untuk perjalanan dinas meliputi:
a) Belanja Perjalanan Dalam Negeri (52411)
(1) Belanja Perjalanan Biasa (524111), digunakan untuk
perjalanan dinas melewati batas kota dan perjalanan
dinas pindah bagi pejabat negara, pegawai negeri dan
pegawai tidak tetap.
Perjalanan dinas biasa yang melewati batas kota kota
meliputi:
a.
Pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada
jabatan;
b.
Pengumandahan (Detasering);
c.
Menempuh ujian dinas/ujian jabatan;
d.
Menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri
atau menghadap seorang dokter penguji kesehatan;
e.
Memperoleh pengobatan;
f.
Mendapatkan pengobatan berdasarkan
Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri;
g.
Mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3;
h.
Mengikuti diklat;
i.
Menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman
jenazah Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal
dunia dalam melakukan perjalanan dinas; atau
j.
Menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman
jenazah Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal
dunia dari tempat kedudukan yang terakhir ke kota
tempat pemakaman.
keputusan
(2) Belanja Perjalanan Tetap (524112) digunakan untuk
kegiatan pelayanan masyarakat, seperti: tenaga penyuluh
dan juru penerang, penyuluh agama.
(3) Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113),
pengeluaran untuk perjalanan dinas yang dilaksanakan
di dalam kota sesuai dengan peraturan menteri keuangan
yang mengatur mengenai perjalanan dinas dalam negeri
- 24 bagi pejabat negara, pegawai negeri dan pegawai tidak
tetap.
(4) Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114),
Pengeluaran untuk perjalanan dinas dalam rangka
kegiatan
rapat,
seminar,
dan
sejenisnya
yang
dilaksanakan di dalam kota satker penyelenggara dan
dibiayai seluruhnya oleh satker penyelenggara, serta yang
dilaksanakan di dalam kota satker peserta dengan biaya
perjalanan dinas yang ditanggung oleh satker peserta,
meliputi:
a) Biaya
transportasi
peserta,
panitia/moderator,
dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam
kota maupun dari luar kota;
b) Biaya paket rapat (halfday/fullday/fullboard);
c) Uang saku peserta, panitia/moderator dan/atau
narasumber baik yang berasal dari dalam kota
maupun dari luar kota termasuk uang saku rapat
dalam kantor di luar jam kerja;
Biaya uang saku rapat di dalam kantor, merupakan uang
kompensasi bagi seseorang yang melakukan kegiatan
rapat yang dilaksanakan di dalam kantor sebagai
pengganti
atas
pelaksanaan
sebagian
kegiatan
rapat/pertemuan di luar kantor (fullboard, fullday dan
halfday). Uang saku rapat di dalam kantor dapat
dibayarkan sepanjang rapat di dalam kantor memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1) Dihadiri peserta dari eselon II lainnya/masyarakat;
2) Dilaksanakan minimal 3 (tiga) jam di luar jam kerja
pada hari kerja;
3) Tidak diberikan uang lembur dan uang makan
lembur;
4) Belum termasuk konsumsi rapat;
5) Bagi
peserta
yang
berasal
dari
luar
unit
penyelenggara dapat diberikan uang transpor dalam
kabupaten/kota sepanjang kriteria pemberian uang
transpor dalam kabupaten/kota terpenuhi;
6) Dalam rangka efisiensi anggaran untuk kegiatan
rapat, PA / KPA agar menempuh langkah- langkah
untuk membatasi pelaksanaan rapat/pertemuan di
luar kantor (fullboard, fullday dan halfday) dengan
cara mengalihkannya dengan rapat di dalam kantor.
- 25 Uang harian dan/atau biaya penginapan peserta,
panitia/moderator,
dan/atau
narasumber
yang
mengalami kesulitan transportasi.
(5) Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (524119),
pengeluaran untuk perjalanan dinas dalam rangka
kegiatan
rapat,
seminar,
dan
sejenisnya
yang
dilaksanakan di luar kota satker penyelenggara dan
dibiayai seluruhnya oleh satker penyelenggara, serta yang
dilaksanakan di luar kota satker peserta dengan biaya
perjalanan dinas yang ditanggung oleh satker peserta,
meliputi:
 Biaya
transportasi
peserta,
panitia/moderator,
dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam
kota maupun dari luar kota;
 Biaya paket meeting (fullboard);
 Uang saku peserta, panitia/moderator dan/atau
narasumber baik yang berasal dari dalam kota
maupun dari luar kota;
 Uang harian dan/atau biaya penginapan peserta,
panitia/moderator,
dan/atau
narasumber
yang
mengalami kesulitan transportasi.
Besaran nilai biaya paket meeting, uang transpor, uang
saku, dan uang harian mengikuti ketentuan yang
mengatur mengenai standar biaya masukan tahun
berkenaan.
b) Belanja Perjalanan Dinas Luar Negeri (52421)
Satuan Biaya Uang Perjalanan Dinas luar negeri merupakan
penggantian biaya keperluan sehari-hari Pegawai Aparatur
Sipil Negara/TNI/POLRI dalam menjalankan perintah
perjalanan dinas diluar negeri yang dapat digunakan untuk
uang makan, transport lokal, uang saku dan uang
penginapan.
Klasifikasi perjalanan dinas luar negeri mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang
perjalanan dinas luar negeri. Besaran uang harian bagi
negara yang tidak tercantum dalam lampiran peraturan
menteri, merujuk pada besaran uang harian negara dimana
Perwakilan RI bersangkutan berkedudukan.
Besaran nilai uang perjalanan dinas luar negeri mengikuti
ketentuan yang mengatur mengenai standar biaya masukan
tahun berkenaan.
- 26 Belanja Perjalanan dinas luar negeri terdiri atas
(1) Belanja Perjalanan Biasa – Luar Negeri (524211);
(2) Belanja Perjalanan Lainnya – Luar Negeri (524219).
c. Belanja Modal (53)
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh
atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberikan
manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan
minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan
pemerintah. Aset tetap tersebut dipergunakan untuk operasional
kegiatan sehari-hari satuan kerja bukan untuk dijual.
Belanja Modal meliputi:
1) Belanja Modal Tanah (531111)
Seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengadaan/
pembelian/pembebasan/penyelesaian,
balik
nama,
pengosongan,
penimbunan,perataan,
pematangan
tanah,
pembuatan sertifikat tanah serta pengeluaran-pengeluaran lain
yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak
dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran
ganti rugi sampai tanah tersebut siap digunakan/pakai
(swakelola/kontraktual).
2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin (532111)
Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya
pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya
langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan
sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
Belanja penambahan nilai peralatan dan mesin (532121)
pengeluaran setelah perolehan peralatan dan mesin yang
memperpanjang
masa
manfaat/umur
ekonomis,
atau
memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang dalam
bentuk peningkatan kapasitas, produksi atau peningkatan
standar kinerja, dan memenuhi batasan minimum kapitalisasi.
Pengadaan peralatan kantor yang dialokasikan pada kegiatan
tahun berjalan apabila masuk dalam nilai kapitalisasi maka
dialokasikan pada belanja modal.
3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan (533111)
Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai
dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya
pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan
IMB, notaris dan pajak (kontraktual). Belanja penambahan nilai
gedung dan bangunan (533121) pengeluaran setelah perolehan
- 27 peralatan dan mesin yang memperpanjang masa manfaat/umur
ekonomis, atau memberikan manfaat ekonomis dimasa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, produksi
atau peningkatan standar kinerja, dan memenuhi batasan
minimum kapitalisasi.
4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan (5341)
Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, irigasi dan
jaringan sampai siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya
konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan
dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Dalam
belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan penggantian
yang meningkatkan masa manfaat dan efisiensi jalan, jembatan,
irigasi dan jaringan.
5) Belanja Modal Lainnya (536111)
Pengeluaran yang digunakan untuk:
a) Memperoleh aset tetap lainnya dan aset lainnya yang tidak
dapat diklasifikasikan dalam belanja modal tanah, peralatan
dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi serta
jaringan;
b) Memperoleh aset tetap lainnya dan aset lainnya sampai
dengan siap digunakan;
c) Pengadaan software, pengembangan website, pengadaan
lisensi yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun baik
secara swakelola atau dikontrakkan kepada pihak ketiga;
d) Pembangunan aset tetap renovasi yang akan diserahkan
kepada entitas lain dan masih di lingkungan pemerintah
pusat. Untuk aset tetap renovasi yang nantinya akan
diserahkan kepada entitas lain berupa gedung dan bangunan
mengikuti ketentuan batasan minimal kapitalisasi;
e) Pengadaan/pembelian barang-barang kesenian dan koleksi
perpustakaan.
- 28 BAB II
PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (APBN ANRI)
A. PENGELOLA APBN ANRI
9. Pengelola APBN ANRI terdiri atas:
1) Pengguna Anggaran (PA);
2) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
4) Pejabat Penguji Tagihan dan Penanda Tangan SPM (PP-SPM);
5) Atasan Langsung Bendahara Penerimaan;
6) Bendahara Penerimaan;
7) Bendahara Pengeluaran;
8) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP);
9) Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai;
10) Pejabat Pengadaan;
11) Unit Layanan Pengadaan (ULP);
12) Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan.
10. Pengelola anggaran yang ditetapkan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Memiliki integritas, disiplin tinggi, bertanggung jawab dan memiliki
kualifikasi teknis manajerial;
b. Mampu mengambil keputusan, bertindak
keteladanan dalam sikap dan perilaku;
tegas
dan
memiliki
c. Menandatangani pakta integritas;
d. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan (verifikator, Pejabat
Penandatangan SPM dan Bendahara) bagi:
1. KPA;
2. PP-SPM;
3. PPK;
4. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu;
5. Pejabat Pengadaan dan ULP;
6. Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan.
- 29 11. Penetapan Pengelola APBN ANRI
a. Penetapan Pengelola APBN ANRI harus memperhatikan prinsip
efisiensi dan akuntabel.
b. Kepala ANRI sebagai PA menetapkan pejabat Kuasa Pengguna
Anggaran ANRI.
c. KPA menetapkan PPK, PP-SPM, Bendahara Pengeluaran, Bendahara
Penerimaan, BPP, Atasan Langsung Bendahara Penerimaan,
Pengelola Administrasi Ketatausahaan.
d. Dalam hal terjadi kekosongan KPA yang disebabkan oleh mutasi
jabatan, pensiun, meninggal dunia, atau sakit yang tidak dapat
melaksanakan tugas dan cuti besar, PA dapat menunjuk dan
menetapkan pejabat lainnya sebagai KPA.
e. Dalam menetapkan Keputusan Kepala ANRI tentang Pengelola APBN
ANRI
memuat
nama,
pangkat/golongan
dan
jabatan
struktural/fungsional yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala
tersebut.
B. PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN KHUSUS PENGELOLA APBN
ANRI
12. Persyaratan Umum
a.
b.
c.
d.
memiliki integritas;
memiliki disiplin tinggi;
mempunyai kemampuan dalam pengelolaan keuangan;
memahami peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan pengelolaan dana APBN;
e. tidak sedang menjalani hukuman disiplin pegawai negeri sipil;
f. tidak bermasalah dalam pengurusan/pengelolaan keuangan tahun
anggaran sebelumnya; dan
g. mampu melaksanakan tugas pokok disamping tugas sebagai
Pengelola APBN ANRI.
13. Persyaratan Khusus
1. KPA sekurang-kurangnya memenuhi:
a. pendidikan paling rendah Sarjana (S1);
b. golongan paling rendah IV/b;
c. menduduki jabatan struktural;
d. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki
keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;
e. memahami peraturan perundang-undangan bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah.
2. PPK sekurang-kurangnya memenuhi:
a. pendidikan paling rendah Sarjana (S1);
- 30 b. golongan paling rendah III/b;
c. masa kerja minimal 2 (dua) tahun;
d. memiliki sertifikat ahli pengadaan nasional
dan memahami
peraturan dibidang keuangan;
e. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki
keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;
f. memahami peraturan perundang-undangan bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah;
3. PP-SPM sekurang-kurangnya memenuhi:
a. pendidikan paling rendah Sarjana (S1);
b. golongan paling rendah III/b;
c. masa kerja minimal 2 (dua) tahun;
d. memiliki sertifikat pelatihan PPSPM;
4. Bendahara Penerimaan sekurang-kurangnya memenuhi:
a. pendidikan paling rendah Sarjana (S1);
b. golongan paling rendah III/a;
c. masa kerja minimal 2 (dua) tahun;
d. memiliki sertifikat pendidikan dan pelatihan fungsional
bendahara.
5. Bendahara Pengeluaran sekurang-kurangnya memenuhi:
a. pendidikan paling rendah Sarjana (S1);
b. golongan paling rendah III/a;
c. masa kerja minimal 2 (dua) tahun;
d. memiliki sertifikat pendidikan dan pelatihan fungsional
bendahara.
6. BPP sekurang-kurangnya memenuhi:
a. pendidikan paling rendah Diploma III atau yang setara;
b. golongan paling rendah II/c;
c. masa kerja minimal 2 (dua) tahun;
d. memiliki sertifikat bendahara yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan atau pejabat yang ditunjuk.
7. PPABP sekurang-kurangnya memenuhi:
a. pendidikan paling rendah SMA atau yang setara;
b. golongan paling rendah II/c;
c. memahami substansi yang ditugaskan.
8. Staf Pengelola Keuangan sekurang-kurangnya memenuhi:
a. pendidikan paling rendah Diploma III atau yang setara;
b. golongan paling rendah II/c;
c. memahami substansi yang ditugaskan.
- 31 9.
Pejabat
pengadaan, dan ULP sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
bidang pengadaan barang/jasa pemerintah.
10. Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan sekurang-kurangnya
memenuhi:
a. pendidikan paling rendah Diploma III atau yang setara;
b. golongan paling rendah II/c;
c. memahami ketentuan peraturan perundang-undangan bidang
pengadaan barang/jasa pemerintah.
C. TUGAS DAN KEWENANGAN PENGELOLA APBN ANRI
14. Tugas dan Kewenangan Pengguna Anggaran (PA)
a. membuat Rencana/jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam 1 (satu)
tahun anggaran;
b. menetapkan Rencana Umum Pengadaan pada ANRI;
c. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan minimal di
website ANRI;
d. menetapkan Pejabat Pengadaan ANRI;
e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan;
f. menetapkan pemenang pada pelelangan atau penyedia pada
Penunjukan Langsung untuk paket pengadaan Barang/Pekerjaan
Kontruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp100.000.000.000
(seratus miliar rupiah);
g. menetapkan pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan
Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai
diatas Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah).
h. mengawasi pelaksanaan anggaran;
i. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
j. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat
Pengadaan dalam hal terjadi perbedaan pendapat dan
k. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen
Pengadaan Barang/Jasa ANRI.
l. dalam hal diperlukan, dapat menetapkan tim teknis; dan/atau
menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan pengadaan melalui
sayembara/kontes;
m. dengan pertimbangan beban kerja atau rentang kendali organisasi,
PA menetapkan seorang atau beberapa orang KPA.
15. Tugas dan Kewenangan Kuasa Pengguna Anggaran
a. bertanggung jawab atas pelaksanaan, pelaporan dan pengawasan
pengelolaan APBN pada ANRI;
- 32 b. menyusun DIPA;
c. menyusun perkiraan penarikan dana berdasarkan rencana/jadwal
pelaksanaan kegiatan;
d. mengangkat dan menetapkan, PPK, PP-SPM, Bendahara, BPP,
Pejabat Pengadaan dan Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pengelolaan APBN pada
ANRI dan pada Balai Arsip Tsunami Aceh;
e. menandatangani dokumen administrasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengelolaan APBN;
f.
melakukan pemeriksaan kas sekurang-kurangnya satu kali dalam 1
(satu) bulan terhadap posisi keadaan kas yang berada pada
penguasaan PPK, Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran;
g. mengumumkan rencana umum pengadaan;
h. penetapan pemenang/penyedia barang/jasa untuk paket pengadaan
barang/pekerjaan
kontruksi/jasa
lainnya
diatas
Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah) dan paket pengadaan
jasa konsultansi diatas Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);
dan
i.
menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
16. PPK mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana yang
terdapat pada lingkungan unit kerjanya berdasarkan POK/DIPA,
berupa:
1. Penyusunan jadwal waktu
rencana penarikan dananya;
pelaksanaan
kegiatan
termasuk
2. Perhitungan kebutuhan UP/TUP;
3. Pengusulan revisi POK/DIPA kepada KPA.
b. menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa berupa:
spesifikasi teknis, rincian HPS, rancangan kontrak;
c. menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa;
d. membuat dan menandatangani perjanjian/kontrak;
e. melaksanakan perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/ jasa;
f.
melaksanakan kegiatan swakelola;
g. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang
dilakukannya;
h. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
- 33 i.
menguji kebenaran secara material/keabsahan dan menandatangani
surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
j.
melaporkan pelaksanaan/penyelesaian
kepada PA/KPA;
pengadaan
k. menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan
PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan;
l.
barang/
barang/jasa
jasa
kepada
melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan;
m. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
pengadaan barang/jasa;
n. membuat perikatan dengan pihak penyedia
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
barang/jasa
yang
o. menyiapkan, melaksanakan, dan mengendalikan perjanjian/ kontrak
dengan pihak penyedia barang/jasa;
p. menyiapkan dokumen pendukung yang lengkap
menerbitkan dan menyampaikan SPP kepada PP-SPM;
dan
benar,
q. menyampaikan dokumen pengadaan asli setiap kali pengadaan
kepada Kepala Biro Umum u.p. Bagian Keuangan sebagai bahan
pelaporan;
r.
menyampaikan realisasi anggaran pada setiap bulannya paling
lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya kepada Kepala Biro Umum
u.p. Bagian Keuangan dan Inspektorat;
s. menyerahkan dengan berita acara serah terima atas hasil pengadaan
barang/jasa dan atau kegiatan yang dilaksanakan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran melalui Kepala Biro Umum;
t.
memberitahukan secara tertulis kepada penerimaan hak untuk
mengajukan tagihan, apabila 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya
hak tagih kepada negara penerimaan hak belum mengajukan surat
tagihan;
u. menerima penjelasan secara tertulis atas keterlambatan pengajuan
tagihan penerimaan hak, dalam hal setelah 5 (lima) hari kerja
penerimaan hak belum mengajukan tagihan;
v. memantau dan melaporkan penyerapan anggaran setiap triwulan
kepada pimpinan unit eselon I di lingkungannya;
w. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
x. selain tugas dan kewenangan tersebut di atas, dalam hal diperlukan
PPK dapat:
1) mengusulkan perubahan paket dan jadwal pekerjaan kepada KPA;
- 34 2) menetapkan tim pendukung, tim atau tenaga ahli pemberi
penjelasan teknis (aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas
ULP;
3) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
penyedia barang/jasa.
y. PPK tidak boleh merangkap sebagai pejabat penanda tangan SPM
atau Bendahara.
17. PP- SPM mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. melakukan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya yang
lengkap dan benar;
b. melakukan pembebanan tagihan kepada negara sesuai mata anggaran
yang telah disediakan;
c. membuat dan menandatangani SPM.
d. menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak
penagih;
1. pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama
orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank);
2. nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan atau
kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi
teknis yang tercantum dalam kontrak);
3. jadwal waktu pembayaran;
4. memeriksa pencapaian tujuan dan atau sasaran kegiatan sesuai
dengan indikator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan
dan atau spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak.
e. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/ kelengkapan
sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
f.
meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
g. membebankan
pengeluaran
sesuai
pengeluaran yang bersangkutan;
dengan
mata
anggaran
h. memerintahkan pembayaran atas beban APBN;
i.
menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
j.
melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada
KPA;
k. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.
18. Atasan Langsung Bendahara
kewenangan sebagai berikut:
Penerimaan
mempunyai
tugas
dan
- 35 a. Membuat laporan bulanan Penerimaan dan Penggunaan PNBP untuk
disampaikan kepada KPA;
b. Membuat laporan triwulan Penerimaan dan Penggunaan PNBP untuk
disampaikan kepada Direktur Jenderal Anggaran Kementerian
Keuangan;
c. Menandatangani copy SSBP untuk disahkan dalam rangka proses
pencairan penggunaan PNBP;
d. Melakukan koordinasi dengan unit kerja dan instansi terkait PNBP.
19. Bendahara Penerimaan mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut:
a. menerima, menyimpan, menyetorkan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) ke Kas Negara;
b. mencatat penerimaan dan penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) ke dalam Buku PNBP;
c. menatausahakan bukti-bukti penerimaan dan penyetoran PNBP;
d. menyusun Laporan Penerimaan dan Penyetoran
Kementerian Keuangan pada setiap bulannya.
PNBP
kepada
20. Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas dan kewenangan sebagai
berikut:
a. menerima, menyimpan, menatausahakan dan membukukan uang
yang berada dalam pengelolaaanya;
b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;
c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
d. melakukan pemotongan/pemungutan
pembayaran yang dilakukannya;
penerimaan
negara
dari
e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke
kas negara;
f.
mengelola rekening tempat penyimpanan UP;
g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala
KPPN selaku Kuasa BUN;
h. membuat permintaan Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan
(UYHD) GU;
i.
mengajukan permintaan percairan dana (SP2D) Uang Yang Harus
Dipertanggungjawabkan (UYHD) GU kepada KPPN;
j.
melakukan pengujian atas perintah pembayaran yang diajukan oleh
PPK meliputi:
1. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran;
- 36 2. Pemeriksaan kebenaran atas hak tagih berupa: pihak yang
ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang harus
dibayar, jadwal waktu pembayaran dan menguji ketersediaan
dan yang bersangkutan;
3. Pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi
teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan
spesifikasi
teknis
yang
disebutkan
dalam
dokumen
perjanjian/kontrak;
4. Pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata
anggaran pengeluaran.
k.
membuat dan mengajukan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada
Pejabat Penguji SPP dan Penandatangan SPM;
l.
menyiapkan laporan pelaksanaan anggaran dan menyampaikan
secara berkala pada setiap triwulan dan saat dibutuhkan;
m. membuat pembukuan bendahara pengeluaran dengan tulis tangan
atau komputer.
n.
Bendahara pengeluaran bertanggungjawab secara pribadi atas uang
yang berada dalam pengelolaannya.
21. BPP mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. sebagai pembantu pelaksana Bendahara Pengeluaran;
b. menyampaikan
Pengeluaran;
laporan
pertanggungjawaban
kepada
Bendahara
c. melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang yang berada dalam
pengelolaannya meliputi:
1. menyelenggarakan
menyimpan UP;
pembukuan
transaksi
UP.
Menerima
dan
2. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya
bersumber dari UP;
3. melakukan pembayaran yang
berdasarkan perintah PPK;
dananya
bersumber
dari
UP
4. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
5. melakukan pemotongan/pemungutan dari
dilakukannya atas kewajiban kepada negara;
pembayaran
yang
6. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke
kas negara;
7. menatausahakan transaksi UP;
d. melaksanakan proses pertanggungjawaban pengelolaan anggaran unit
kerja;
- 37 e. melaksanakan proses pengajuan biaya kegiatan dan pengadaan
barang/jasa yang diusulkan masing-masing unit kerja yang berada di
bawah kedeputian/unit kerjanya;
f. melaksanakan proses pengajuan uang muka kerja untuk kegiatan unit
kerjanya apabila diperlukan kepada PPK melalui Bendahara
Pengeluaran, untuk keperluan selama satu bulan setinggi-tingginya dua
puluh juta rupiah dengan syarat dan ketentuan yang berlaku (dilampiri
rincian kebutuhan kegiatan dan biayanya);
g. mengajukan uang muka kepada PPK/Bendahara Pengeluaran untuk
membiayai/membayar kegiatan/pekerjaan yang sifatnya non LS
(Pembayaran Langsung);
h. membuat pertanggungjawaban uang muka yang diterimanya untuk
keperluan satu bulan dan menyampaikan kepada Bagian Keuangan
paling lambat setiap tanggal 5 pada setiap bulannya, serta menyetorkan
kembali uang muka yang tidak dipergunakan. Selama uang muka yang
diterima belum dipertanggungjawabkan/disetor kembali kepada Bagian
Keuangan, BPP tidak dapat mengajukan uang muka kembali untuk
keperluan bulan selanjutnya;
i. membuat laporan pertanggungjawaban bulanan yang disampaikan
kepada Bagian Keuangan sebagai bahan penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran ANRI;
j. membuat Pembukuan (Buku Kas Umum) dengan tulis tangan atau
komputer.
k. BPP bertanggung jawab secara pribadi atas uang yang berada dalam
pengelolaannya.
22. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) memiliki
tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau
manual yang berhubungan dengan belanja pegawai secara tertib,
teratur, dan berkesinambungan;
b. melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusan kepegawaian
dan dokumen pendukung lainnya setiap pegawai pada satker yang
bersangkutan secara tertib dan teratur;
c. memproses pembuatan daftar gaji induk, gaji susulan, kekurangan
gaji, uang duka wafat/tewas, terusan penghasilan/gaji, uang muka
gaji, uang lembur, uang makan, dan pembuatan Daftar Permintaan
Perhitungan Belanja Pegawai Lainnya;
d. memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran
(SKPP);
- 38 e. memproses perubahan data yang tercantum pada Surat Keterangan
Untuk mendapatkan Tunjangan Keluarga setiap awal tahun anggaran
atau setiap terjadi perubahan susunan keluarga;
f. menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK perubahan
data pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai,
dan dokumen pendukungnya kepada PPK;
g. melaksanakan
tugas-tugas
lain
yang
penggunaan anggaran belanja pegawai.
berhubungan
dengan
23. Unit Layanan Pengadaan (ULP) mempunyai tugas dan kewenangan
sebagai berikut:
a. menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa;
b. menetapkan dokumen pengadaan;
c. menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;
d. mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website K/L
masing-masing dan papan pengumuman resmi;
e. menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
f.
melakukan evaluasi administrasi,
penawaran yang masuk;
teknis
dan
harga
terhadap
g. khusus untuk Kelompok Kerja ULP :
1. menjawab sanggahan;
2. melaksanakan dan menetapkan penyedia barang/jasa untuk
pengadaan barang/pekerjaan kontruksi/jasa lainnya yang
bernilai paling tinggi Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah)
dan seleksi atau penunjukan langsung pengadaan jasa
konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp10.000.000.000
(sepuluh miliar rupiah);
3. menyampaikan hasil pemilihan dan salinan dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa kepada PPK;
4. menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa;
5. membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada kepala
ULP;
h. khusus Pejabat Pengadaan:
1. menetapkan penyedia barang/jasa untuk pengadaan langsung
paket pengadaan barang/pekerjaan kontruksi/ jasa lainnya yang
bernilai paling tinggi Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan
pengadaan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi
yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah);
- 39 2. menetapkan penyedia barang/jasa untuk penunjukan langsung
dan pengadaan dengan e-purchasing;
3. menyampaikan hasil pemilihan dan salinan dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa kepada PPK;
4. menyerahkan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa
kepada PA/KPA;
5. membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada PA/KPA.
i.
memberikan pertanggungjawaban atas
pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA.
pelaksanaan
kegiatan
j.
Dalam hal diperlukan Kelompok Kerja ULP/Pejabat pengadaan dapat
mengusulkan kepada PPK untuk:
1. melakukan perubahan HPS; dan/atau
2. melakukan perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.
k. Unit Layanan Pengadaan beranggotakan:
1. Kepala;
2. Sekretaris;
3. Staf Pendukung; dan
4. Kelompok Kerja.
l.
Kelompok Kerja ULP berjumlah gasal minimal 3 (tiga) orang, dapat
ditambah sesuai dengan kompleksitas pekerjaan dan dapat dibantu
aanwijzen.
m. kepala ULP memiliki tugas dan kewenangan meliputi:
1. memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan ULP;
2. menyusun program kerja dan anggaran ULP;
3. mengawasi seluruh kegiatan pengadaan barang/jasa di ULP dan
melaporkan apabila ada penyimpangan dan/atau indikasi
penyimpangan;
4. membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan
pengadaan barang/jasa kepada kepala ANRI;
5. melaksanakan pengembangan dan pembinaan Sumber Daya
Manusia ULP;
6. menugaskan/menempatkan/memindahkan anggota kelompok
kerja sesuai dengan beban kerja masing-masing kelompok kerja
ULP;
7. mengusulkan pemberhentian anggota kelompok kerja yang
ditugaskan di ULP kepada PA/KPA, apabila terbukti melakukan
pelanggaran peraturan perundang-undangan.
- 40 n. Kepala ULP dan anggota kelompok kerja ULP dilarang duduk sebagai:
1. PPK;
2. Pejabat penanda tangan SPM (PP SPM);
3. Bendahara; dan
4. APIP.
o. Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan yang dapat dibantu oleh
tim/tenaga ahli yang ditetapkan oleh PA/KPA mempunyai tugas dan
kewenangan sebagai berikut:
1. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak;
2. menerima hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian; dan
3. membuat dan menandatangani Berita Acara serah terima hasil
pekerjaan.
- 41 BAB III
MEKANISME PELAKSANAAN APBN ANRI
A. DASAR PELAKSANAAN
24. Dalam rangka pencairan dana sesuai dengan kebutuhan dan waktu
pelaksanaan kegiatan, unit kerja terkait wajib membuat jadwal
pelaksanaan kegiatan yang disusun secara periodik dalam satu tahun
anggaran yang disahkan oleh Eselon II dan diketahui oleh Eselon I
kemudian disampaikan ke Biro Umum cq. PPK bersangkutan dan khusus
Balai Arsip Tsunami Aceh harus melaporkan ke ANRI Jakarta c.q. KPA.
25. Jadwal pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 24,
menjadi dasar untuk penyusunan perkiraan penarikan dana dan rencana
umum pengadaan barang/jasa.
26. Unit kerja yang akan mengajukan pengadaan barang/jasa/kegiatan harus
berdasarkan program kerja tahun berjalan dan tercantum pada RKA-KL
atau Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan dokumen tersebut harus
dilaporkan ke KPPN dalam waktu 5 (lima) hari setelah penandatanganan
SPK/Kontrak.
27. Pengajuan pengadaan barang/jasa/kegiatan di luar program kerja tahun
berjalan dan tidak tercantum pada POK terlebih dahulu mengajukan
revisi/perubahan kepada KPA tembusan Kepala Biro Perencanaan dan
Hubungan Masyarakat sesuai tata cara revisi anggaran yang berlaku.
28. Pembayaran atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara harus
memperhatikan prinsip:
1. hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan;
2. efektif,
terarah,
dan
terkendali
sesuai
dengan
rencana
program/kegiatan, serta fungsi setiap lembaga;
3. mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri;
4. belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan
atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran;
5. jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja negara merupakan
batas tertinggi untuk tiap-tiap anggaran.
29. Dalam hal pencairan dana belanja pegawai/barang/modal pada akhir
tahun, menyesuaikan dengan peraturan terkait langkah-langkah dalam
menghadapi akhir tahun anggaran.
- 42 B. PROSEDUR PENGAJUAN PEMBIAYAAN
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan seluruh unit kerja perlu membuat dan
mengajukan rincian anggaran belanja (RAB) sebagai alat bantu
pelaksanaan anggaran yang dituangkan dalam bentuk formulir pengajuan
dengan penjelasan sebagai berikut :
30. Pembiayaan Kegiatan dan Pengadaan Bahan Pendukung Kerja Yang
Anggarannya bersumber dari Belanja Barang:
a. Alur proses pembiayaan kegiatan dan pengadaan bahan pendukung
kerja yang anggarannya berasal dari belanja barang sebagai berikut:
UNIT PENGGUNA/
PELAKSANA
UNIT PELAKSANA
PENGADAAN KEGIATAN
BARANG/JASA
ESELON I
Persetujuan Pejabat
Eselon I yang menjadi
atasannya dalam bentuk
FP2KB/FRBKB
PEJABAT PEMBERI
PERSETUJUAN
PENCAIRAN DANA
SEKRETARIS UTAMA
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN
PPK
PADA ESELON I
ESELON II
PEJABAT PENGUJI SPP
DAN PENANDATANGAN
SPM
Membuat usulan pelaksanaan
kegiatan/bahan pendukung
operasional (RAB) kepada
eselon I dalam bentuk
FP2KB/FRBKB
BAG. KEUANGAN
UNIT KERJA
BEND. PENGELUARAN
Proses Pembayaran
Kegiatan
Menyusun rencana
kegiatan/kebutuhan bahan
pendukung operasional (RAB)
yang tercantum dalam POK
KPPN
Penerbitan SP2D
PEJABAT
PENGADAAN
UNIT
LAYANAN
PENGADAAN
Keterangan :
Alur Pengajuan
Alur Persetujuan
Proses Koordinasi
Bag. Perlengkapan
Pencatatan administrasi
bahan pendukung kerja
dan distribusi
Unit
Pengguna
Unit
Pengguna
REKANAN/
PENYEDIA
BARANG
- 43 -
b. Unit kerja yang akan melaksanakan kegiatan dan pengadaan bahan
pendukung kerja, terlebih dahulu harus membuat usulan Rencana
Anggaran dan Biaya (RAB) dengan mengisi Formulir Pengajuan
Pembiayaan Kegiatan (FPPK) dilengkapi Formulir Rincian Biaya
Kegiatan (FRBK) yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon II dan
diajukan kepada PPK. Pengajuan pembiayaan harus disesuaikan
dengan jadwal pelaksanaan kegiatan untuk perbulan (FP2KB dan
FRBKB) dengan format sebagai berikut:
ARSIP NASIONAL RI
JAKARTA
FORMULIR PENGAJUAN PEMBIAYAAN KEGIATAN
DAN BAHAN PENDUKUNG OPERASIONAL (FP2KB)
Kepada Yth.
Sekretaris Utama/Deputi... PPK
Dari Unit Kerja :
..................................
Pembiayaan yang diajukan sebesar Rp.
.......................
Dengan huruf (....................................................... rupiah)
Rincian biaya kegiatan/barang/jasa
Terlampir
Untuk Keperluan : ................................................................
Jakarta, ..................
Eselon II
( ............................ )
Pejabat Pembuat Komitmen/BPP
Paraf
Tanggal
Paraf
Tanggal
Dibebankan pada Akun :
Catatan :
Persetujuan Sekretaris Utama / Deputi.....
Dana sebesar Rp.
Catatan :
Pertanggungjawaban uang muka paling lambat 7 (tujuh) hari setelah uang muka diterima
- 44 -
FORMULIR RINCIAN BIAYA KEGIATAN DAN
BAHAN PENDUKUNG OPERASIONAL (FRBKB)
Tahun Anggaran
Unit Kerja
Kode Anggaran
Kegiatan
Pagu Anggaran
:
:
:
:
: Rp.
NO
JENIS DAN URAIAN KEGIATAN
VOLUME
1
2
3
HARGA SATUAN
(RP.)
4
JUMLAH
(RP.)
5
KETERANGAN
6
JUMLAH
Jakarta, .........
Pejabat Eselon II
(......................)
c. PPK/BPP memberikan pertimbangan dari segi pembebanan
Anggaran, Program, Kegiatan dan Akun, setelah FPPK tersebut
ditandatangani oleh pejabat eselon II untuk mendapat persetujuan
pejabat eselon I yang menjadi atasan langsungnya. Khusus Balai
Arsip Tsunami Aceh disetujui oleh PPK dan PPSPM Kepala Balai
Arsip Tsunami Aceh;
- 45 d. Pembiayaan Kegiatan yang tidak masuk dalam program kerja dan
atau tidak sesuai dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK),
dikembalikan kepada unit kerja untuk dilakukan revisi;
e. Pengajuan pembiayaan kegiatan (FP2KB) yang tidak mendapat
persetujuan eselon I disampaikan kembali kepada unit kerja yang
bersangkutan;
f.
Pengajuan pembiayaan kegiatan yang terkait dengan pengadaan
bahan pendukung operasional (ATK, Bahan Kearsipan, dan lainnya)
(FP2KB) yang telah disetujui disampaikan kepada unit kerja untuk
diproses lebih lanjut oleh PPK sesuai dengan sifat pengadaannya
kepada Kepala Biro Umum c.q Kepala Bagian Perlengkapan dan
Rumah Tangga. Khusus Balai Arsip Tsunami Aceh disetujui oleh
PPK dan PPSPM Kepala Balai Arsip Tsunami Aceh sebagai berikut:
1)
Dalam hal pelaksanaan pengadaan dengan nilai kurang atau
sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan PPK;
2) Dalam hal pelaksanaan pengadaan diatas Rp200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh ULP/Kelompok Kerja dan
PPK melalui proses pelelangan;
3) Setelah SPK/Kontrak ditandatangani oleh PPK wajib melaporkan
ke KPPN melalui Bagian Keuangan dan PPSPM khusus Balai
Arsip Tsunami Aceh paling lama 5 (lima) hari kerja untuk
mendapatkan Code Autentifikasi Number (CAN). Apabila tidak
dilaporkan sebagaimana yang ditetapkan oleh KPPN maka tidak
dapat dibayarkan.
g. Apabila usulan pembiayaan yang telah disetujui memerlukan uang
muka kegiatan non kontraktual, Bendahara Pengeluaran dapat
membayar/memberikan uang muka atas rekomendasi Kepala Biro
Umum untuk nilai diatas Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah),- dan
yang nilainya sampai dengan Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah),oleh Kepala Bagian Keuangan sepanjang dana tersedia dalam POK.
Khusus Balai Arsip Tsunami Aceh harus mendapat persetujuan
PPSPM/Kepala Balai Arsip Tsunami Aceh.
31. Pembiayaan Barang/Jasa Yang Anggarannya Bersumber Dari Belanja
Modal :
a. Alur proses pembiayaan barang/jasa yang anggarannya berasal dari
belanja modal (sebagaimana berikut:
- 46 -
UNIT PENGGUNA/
PELAKSANA
UNIT PELAKSANA
PENGADAAN
BARANG/JASA
UNIT ESELON I
PEJABAT PEMBERI
PERSETUJUAN
PENCAIRAN DANA
SEKRETARIS UTAMA
Laporan/tembusan
Persetujuan Pejabat Eselon I
yang menjadi atasannya
dalam Formulir Pengajuan
Barang Inventaris/Jasa
(FPPBI/J)
UNIT ESELON II
Membuat usulan
kebutuhan barang/
peralatan dilengkapi
spesifikasi dalam FPPBI/J
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN
PPK
PEJABAT PENGUJI SPP
DAN PENANDATANGAN
SPM
PADA
ESELON I
BIRO UMUM
UNIT KERJA
Membuat rencana pengajuan
rincian pengadaan barang
inventaris/jasa yang tertuang
dalam POK
Penanggung jawab
proses pengadaan
BAG. KEUANGAN
KEPALA BAGIAN
PERLENGKAPAN &
RUMAH TANGGA
PEJABAT
PENGADAAN
BEND. PENGELUARAN
Proses Pembayaran
Kegiatan
KPPN
Penerbitan SP2D
UNIT
LAYANAN
PENGADAAN
Keterangan :
Alur Pengajuan
Alur Persetujuan
Proses Pembayaran
UNIT
PENGELOLA BMN
Pencatatan
administrasi BMN
dan distribusi
Unit
Pengguna
REKANAN/
PENYEDIA
BARANG
Unit
Pengguna
b. Unit kerja yang mengusulkan kegiatan dari belanja modal (tanah,
gedung, peralatan dan mesin, jaringan serta belanja modal lainnya),
terlebih dahulu harus membuat usulan dengan menggunakan
Formulir Pengajuan Pengadaan Barang Inventaris/Jasa (FPPBI/J)
yang ditandatangani oleh pejabat eselon II dan disetujui oleh pejabat
eselon I yang menjadi atasannya. FPPBI/J dan FRPPBI/J dimaksud
dengan format sebagai berikut:
- 47 -
ARSIP NASIONAL RI
JAKARTA
FORMULIR PENGAJUAN PENGADAAN
BARANG INVENTARIS/JASA (FPPBI/J)
Kepada Yth.
Sekretaris Utama/Deputi...
Dari Unit Kerja
..............................
Pagu Anggaran : Rp. .......................................
Dengan huruf
: .............................................
Rincian kebutuhan barang/bahan
Terlampir
Untuk Keperluan :
Jakarta, ................
Pejabat Eselon II
( ................... )
Kolom persetujuan (diisi oleh pejabat pemberi persetujuan)
PPK/BPP
Paraf
Tanggal
Dibebankan pada Akun :
Catatan :
Paraf
Persetujuan Sekretaris Utama
Dana sebesar Rp.
Catatan :
Tanggal
- 48 -
FORMULIR RINCIAN PENGAJUAN PENGADAAN
BARANG INVENTARIS/JASA (FRPPBI/J
NO
JENIS DAN
SPESIFIKASI BARANG
INVENTARIS/JASA
JUMLAH
KEBUTUHAN
HARGA
SATUAN
JUMLAH
UNIT KERJA
PENGUSUL
TOTAL
Jakarta, ..................
Pejabat Eselon II
(.......................................)
c. Khusus Balai Arsip Tsunami Aceh disetujui oleh PPK dan PPSPM
Kepala Balai Arsip Tsunami Aceh.
d. Kemudian FPPBI/J diproses lebih lanjut sesuai sifat pengadaannya
sebagai berikut:
1) Dalam hal pelaksanaan pengadaan dengan nilai kurang atau
sampai dengan Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan PPK;
2) Dalam hal pelaksanaan pengadaan diatas Rp200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh ULP/Kelompok Kerja dan PPK
melalui proses pelelangan;
3) Setelah SPK/Kontrak ditandatangani oleh PPK wajib melaporkan
ke KPPN melalui Bagian Keuangan dan PPSPM khusus Balai Arsip
Tsunami Aceh paling lama 5 (lima) hari kerja untuk mendapatkan
Code Autentifikasi Number (CAN). Apabila tidak dilaporkan
sebagaimana yang ditetapkan oleh KPPN maka tidak dapat
dibayarkan.
e. FPPBI/J yang tidak mendapat persetujuan eselon I dikembalikan ke
unit kerja.
f. Apabila usulan pembiayaan yang telah disetujui memerlukan uang
muka kegiatan non kontraktual, Bendahara Pengeluaran dapat
membayar/memberikan uang muka atas rekomendasi Kepala Biro
Umum untuk nilai diatas Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan
- 49 yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
oleh Kepala Bagian Keuangan sepanjang dana tersedia dalam POK.
Khusus Balai Arsip Tsunami Aceh harus mendapat persetujuan PPSPM/Kepala Balai Arsip Tsunami Aceh.
C. PROSEDUR PENERBITAN SPP- LS
32. Dalam hal pengujian dan pencocokan serta penelitian terhadap RAB dan
berkas pertanggungjawaban kegiatan telah memenuhi persyaratan, PPK
mengesahkan berkas tagihan dan menerbitkan SPP yang berbasis
Aplikasi.
33. Alur prosedur pengajuan/penerbitan SPP-LS sampai dengan SPM-LS
ditunjukkan sebagaimana berikut:
ALUR PROSEDUR PENGAJUAN/PENERBITAN
SPP-LS S.D SPM-LS BELANJA PEGAWAI
PPABP
TAGIHAN
PPK
PP - SPM
KPPN
SPP LS
SPM LS
SPM LS
DOKUMEN
PENDUKUNG
DOKUMEN
PENDUKUNG
DOKUMEN
PENDUKUNG
DOKUMEN
PENDUKUNG
ADK
PENGEMBALIAN
TAGIHAN
PENGEMBALIAN
SPP LS
ADK
- 50 -
ALUR PROSEDUR PENGAJUAN/PENERBITAN
SPP-LS S.D SPM-LS NON BELANJA PEGAWAI
PENERIMA
HAK
TAGIHAN
PPK
PP - SPM
KPPN
SPP LS
SPM LS
SPM LS
DOKUMEN
PENDUKUNG
DOKUMEN
PENDUKUNG
DOKUMEN
PENDUKUNG
DOKUMEN
PENDUKUNG
ADK
ADK
PENGEMBALIAN
TAGIHAN
PENGEMBALIAN
SPP LS
34. Penerbitan SPP LS untuk pembayaran belanja pegawai diatur sebagai
berikut:
a. Untuk pembayaran Gaji Induk dilengkapi dengan :
1) Daftar Gaji, rekapitulasi daftar gaji, dan halaman luar daftar gaji
yang ditandatangani oleh PPK Belanja Pegawai, Bendahara
Pengeluaran, dan Pembuat Daftar Gaji;
2) Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatangani Pembuat
Daftar Gaji;
3) Daftar perubahan potongan;
4) Daftar Penerimaan Gaji bersih pegawai untuk pembayaran gaji
yang dilaksanakan secara langsung pada rekening masingmasing pegawai;
5) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah
dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi
surat Surat Keputusan (SK) terkait dengan pengangkatan Calon
Pegawai Negeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan pangkat, Surat
- 51 Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, Keputusan Kepala ANRI
tentang Mutasi pegawai, Keputusan Kepala ANRI tentang
menduduki jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas,
Surat atau Akta terkait dengan anggota keluarga yang mendapat
tunjangan, Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP),
dan Surat Keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji serta
SK pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya;
6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
7) ADK perhitungan pembayaran
perubahan data pegawai; dan
Belanja
Pegawai
sesuai
8) Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
a. Untuk Pembayaran Gaji Susulan
1) Gaji susulan yang dibayarkan sebelum gaji pegawai yang
bersangkutan masuk dalam Gaji Induk, dilengkapi dengan :
a) Daftar gaji susulan, rekapitulasi daftar gaji susulan dan
halaman luar daftar gaji susulan yang ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh
PPABP;
c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang
telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang
meliputi SK terkait dengan pengangkatan sebagai Calon
Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Mutasi Pegawai, SK
terkait Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat
Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan Untuk
Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat atau Akta terkait
dengan anggota keluarga yang mendapatkan tunjangan, dan
SKPP sesuai peruntukannya;
d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
e) ADK perhitungan pembayaran
perubahan data pegawai; dan
f)
Belanja
Pegawai
sesuai
SSP PPh Pasal 21.
2) Gaji Susulan yang dibayarkan setelah gaji pegawai yang
bersangkutan masuk dalam Gaji Induk, dilengkapi dengan :
a) Daftar gaji susulan, rekapitulasi daftar gaji susulan, dan
halaman luar daftar gaji susulan yang ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh
PPABP;
c) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
d) ADK perhitungan pembayaran
perubahan data pegawai; dan
e) SSP PPh Pasal 21.
Belanja
Pegawai
sesuai
- 52 c. Untuk pembayaran Kekurangan Gaji dilengkapi dengan :
1) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji,
dan halaman luar Daftar Kekurangan Gaji yang ditandatangani
oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh
PPABP;
3) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah
dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi
SK terkait dengan pengangkatan sebagai Calon Pegawai
Negeri/Pegawai
Negeri,
SK
Kenaikan
Pangkat,
Surat
Keputusan/Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi
pegawai, SK terkait dengan jabatan, Surat Pernyataan
Melaksanakan Tugas;
4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
5) ADK perhitungan pembayaran
perubahan data pegawai; dan
Belanja
Pegawai
sesuai
6) SSP PPh Pasal 21.
d. Untuk pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas dilengkapi dengan:
1) Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas, Rekapitulasi
Daftar Uang Duka Wafat/Tewas, dan halaman luar Daftar Uang
Duka Wafat/Tewas yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh
PPABP;
3) SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yang
berwenang;
4) Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/Duka
Wafat/Tewas;
5) Surat Keterangan Kematian dari Camat atau Visum dari Rumah
Sakit;
6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
7) ADK perhitungan pembayaran
perubahan data pegawai.
Belanja
Pegawai
sesuai
e. Untuk pembayaran Terusan Penghasilan Gaji dilengkapi dengan :
1) Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji, Rekapitulasi
Daftar Terusan Penghasilan Gaji dan halaman luar Daftar
Terusan Penghasilan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh
PPABP;
3) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala
Satker/pejabat yang berwenang berupa Surat Keterangan
- 53 Kematian dari Camat atau Visum dari Rumah sakit untuk
pembayaran pertama kali;
4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
5) ADK perhitungan pembayaran
perubahan data pegawai; dan
Belanja
Pegawai
sesuai
6) SSP PPh Pasal 21.
f.
Untuk pembayaran Uang Muka Gaji dilengkapi dengan :
1) Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi Daftar Uang
Muka Gaji, dan halaman luar Daftar Uang Muka Gaji yang
ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan
KPA/PPK;
2) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala
Satker/pejabat yang berwenang beruap SK Mutasi Pindah, Surat
Permintaan Uang Muka Gaji, dan Surat Keterangan Untuk
Mendapatkan Tunjangan Keluarga;
3) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
4) ADK Perhitungan pembayaran
perubahan data pegawai.
Belanja
Pegawai
sesuai
g. Untuk pembayaran Uang Lembur dilengkapi dengan :
1) Daftar Perhitungan Lembur dan Rekapitulasi Daftar Perhitungan
Lembur
yang
ditandatangani
oleh
PPABP,
Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Surat Perintah Kerja Lembur, dengan format sebagai berikut:
ARSIP NASIONAL RI
JAKARTA
KEMENTERIAN/LEMBAGA
UNIT ORGANISASI
PROPINSI
: Lembaga Pemerintah Non Kementerian
: Arsip Nasional RI
: DKI Jakarta
SURAT PERINTAH KERJA LEMBUR
Nomor : ....../...../ 20...
Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Biro/Direktur/Kepala Pusat...
(Eselon II) Arsip
Nasional Republik Indonesia memerintahkan kerja lembur pada hari ... dan ..... pada tanggal ,...,
dan ..../Bln/20... tiap hari ... (....) jam untuk pekerjaan yang penyelesaiannya tidak dapat
ditangguhkan.
DAFTAR PEGAWAI YANG MELAKSANAKAN LEMBUR
NO
NAMA/NIP
JABATAN
GOL
JENIS PEKERJAAN
Dalam melaksanakan surat perintah ini dibuat daftar hadirnya sesuai dengan kenyataannya.
Demikian agar dilaksanakan dengan rasa penuh tanggung jawab.
Jakarta, ........... 20....
Kepala Biro/Direktur/Kapus
Nama Jelas
NIP.......
- 54 3) Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan;
4) Daftar Hadir Lembur dengan format sebagai berikut; dan
ARSIP NASIONAL RI
JAKARTA
Kementerian/lembaga
Kantor Satuan Kerja
:
:
Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Arsip Nasional RI
DAFTAR HADIR LEMBUR
BAGIAN/SUB BAGIAN
HARI
TANGGAL
NO.
:
:
:
NAMA
PEGAWAI
............. (Diisi unit kerja Eselon III)
............. (Diisi hari lembur, sabtu/minggu)
............. (Diisi tanggal, bulan, tahun)
MULAI
JAM
TTD
SAMPAI DENGAN
JAM
KETERANGAN
TTD
Kepala Bagian .... (Unit Kerja Eselon III)
Nama Jelas
NIP
5) SSP PPh Pasal 21.
h. Untuk pembayaran Uang Makan dilengkapi dengan :
1) Daftar Perhitungan Uang Makan yang ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan
2) SSP PPh Pasal 21.
i.
Untuk pembayaran Uang Tunjangan Kinerja Dilengkapi dengan :
1) Rekapitulasi presensi kehadiran pegawai dan Potongan
Tunjangan Kinerja berupa hard copy dan ADK dari Bagian
Kepegawaian yang ditanda tangani Kepala Bagian Kepegawaian;
2) Daftar Perhitungan Tunjangan Kinerja dan Rekapitulasi
perhitungan tunjangan kinerja yang ditandatangani Bendahara
Pengeluaran, PPK dan KPA;
3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dari KPA dengan
format sebagaimana berikut:
- 55 -
KOP SURAT
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: ………………………………………. (1)
NIP
: ………………………………………. (2)
Jabatan
: PA/KPA/Pejabat Pembuat Komitmen …….. (3)
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1.
Perhitungan yang terdapat pada daftar perhitungan pembayaran....(4)…………….
bulan
……………….(5)……………
bagi
Satuan
Kerja
…………………….(3)………………..telah dihitung dengan benar dan berdasarkan
daftar hadir kerja Pegawai Negeri Sipil pada Satuan Kerja ......(3).
2.
Apabila di kemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran honorarium/vakasi/uang
makan PNS/uang lembur *) tersebut, kami bersedia untuk menyetor kelebihan tersebut
ke Kas Negara.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
…………………(6)………
……….(7)
a.n. PA/Kuasa PA
Pejabat Pembuat Komitmen….(3).
………………(8)...........
Nama lengkap
NIP ...............
*) coret yang tidak perlu
Keterangan:
No.
35.
Uraian isi
(1)
Diisi dengan nama pejabat penanda tangan surat
(2)
Diisi dengan NIP penanda tangan surat
(3)
Diisi dengan nama satuan kerja yang bersangkutan
(4)
(5)
Diisi dengan antara lain honorarium, vakasi, uang makan PNS, uang
lembur atau belanja pegawai non gaji lainnya atau belanja barang
untuk pembayaran honorarium
Diisi dengan bulan pembayaran yang dimintakan
(6)
Diisi dengan tempat penandatanganan surat
(7)
Diisi dengan tangal, bulan, tahun penandatanganan surat
(8)
Diisi dengan tanda tangan pejabat yang berwenang dan dibubuhi cap
dinas
Penerbitan SPP LS untuk pembayaran belanja barang diatur sebagai
berikut:
a. Untuk pembayaran honorarium
pendukung, meliputi:
dilengkapi
dengan
dokumen
- 56 1) Surat Keputusan yang menyatakan bahwa biaya yang timbul
akibat penerbitan Surat Keputusan dimaksud dibebankan pada
DIPA;
2) Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling
sedikit nama orang, besaran honorarium, NPWP masing-masing
penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran dengan format sebagai berikut:
DAFTAR HONORARIUM TIM ...
NO
NAMA
GOL/
RUANG
3
JABATAN
DALAM
TIM
4
1
2
SELAMA
BLN/KEGIATAN
5
BULAN ... S.D ... 20xx
MAK/AKUN : BA/Fungsi/Kegiatan/Sub Kegiatan/ Belanja
POTONGAN PPH 21
HONORARIUM
JUMLAH
JUMLAH
TANDA
PER
BLN/KEGIATAN
15%
5%
DITERIMA TANGAN
6
7
8
9
10
11
1.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1. ..........
2.
dst
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2. .........
-
-
-
-
JUMLAH
-
Mengetahui/Menyetujui
Pejabat Pembuat Komitmen Belanja Barang dan Modal
Bendahara Pengeluaran ANRI
Jakarta,
Tgl/Bln 20xx
Bendahara Pengeluaran Pembantu
Pada ....
Nama
Nama
Nama
NIP.
NIP.
NIP.
3) SSP PPh Pasal
Pengeluaran;
21
yang
ditandatangani
oleh
Bendahara
4) Surat Keputusan dilampirkan pada awal pembayaran dan pada
saat terjadi perubahan Surat Keputusan; dan
5) Laporan Pelaksanaan Kegiatan / Progress report.
b. Langganan daya dan jasa dilengkapi dengan dokumen pendukung
berupa surat tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah;
c. Untuk pembayaran pengadaan barang/jasa yang bersifat
kontraktual Kuitansi LS yang digunakan dengan format sebagai
berikut:
Keterangan:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Diisi tahun anggaran berkenaan
Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan
Diisi mata anggaran yang dibebani transaksi pembayaran
Diisi nama satker yang bersangkutan
Diisi jumlah uang dengan angka
Diisi jumlah uang dengan huruf
Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasi
teknisnya
Diisi tempat tanggal penerimaan uang
Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan
materai sesuai ketentuan
Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP pejabat pembuat komitmen serta
stempel dinas
Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP pejabat yang bertangggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan (Eselon II)
- 57 : …....(1)...
TA
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Nomor Bukti
: ........(2)...
Mata Anggaran : ........(3)...
Sudah terima dari
: Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen
Satker ...... (4)..
Jumlah Uang
Terbilang
: Rp. ..........(5).........
: .................(6)..............................................................
....................................................................................
Untuk Pembayaran
: ................(7)................................................................
....................................................................................
a.n.Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen
Tempat/Tgl..(8).......
Jabatan Penerima Uang
T. Tangan dan Stempel
(10)
(Nama Jelas)
NIP.
Tanda Tangan
(9)
Nama Jelas
Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/selesaikan dengan lengkap dan baik
Pejabat yang bertanggung jawab
T. Tangan
(11) (Nama Jelas)
NIP
d. Perjalanan dinas diatur sebagai berikut :
1) Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan dilengkapi :
a) Daftar Nominatif perjalanan dinas, sebagaimana ditentukan
dalam format sebagai berikut, dan
DAFTAR NOMINATIF PERJALANAN DINAS
KEGIATAN .................. (a)
SATKER : ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (450448)
TAHUN ANGGARAN ..... (b)
MAK/AKUN : BA/Fungsi/Kegiatan/Sub Kegiatan/
Belanja
NO
NAMA
NIP
PANGKAT/
GOL
TUJUAN
1
2
3
4
5
TANGGAL
KEBERANGKATAN
6
LAMA
PERJALANAN
7
BIAYA
(RP)
8
1.
2.
dst
JUMLAH
Jakarta, ........................ (c)
Pejabat Pembuat Komitmen.... (d)
(Nama)
NIP.
- 58 Keterangan:
(1) :
Diisi dengan nomor urut
(2) :
Diisi dengan nama pegawai
(3) :
Diisi dengan NIP pegawai
(4) :
Diisi dengan pangkat dan golongan pegawai
(5) :
Diisi dengan tujuan perjalanan
(6) :
Diisi dengan tanggal keberangkatan
(7) :
Diisi dengan lama perjalanan
(8) :
Diisi dengan jumlah biaya sebagaimana yang tertulis dalam DOP
(a) :
Diisi dengan nama kegiatan perjalanan dinas
(b) :
Diisi dengan tahun anggaran berkenaan
(c) :
Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dibuat daftar nominatif
(d) :
Diisi dengan unit pejabat komitmen
b) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas
jabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi
pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap
terdiri dari:
(1) Rincian Perhitungan Biaya Perjalanan Dinas, dengan
format sebagai berikut:
ARSIP NASIONAL RI
JAKARTA
RINCIAN PERHITUNGAN BIAYA PERJALANAN DINAS
Lampiran SPD Nomor
: ...../..../20xx
Tanggal
: .... Bln... 20xx
NO
1.
PERINCIAN BIAYA
Transportasi Jakarta - ............ (PP)
2.
- Airport Tax PP
Uang Akomodasi
@ Rp.
3.
JUMLAH
................
Rp.
................
Rp.
................
Rp.
................
Rp.
Rp.
................
................
KETERANGAN
hari
.....
Uang Harian
@ Rp.
4.
...
Rp.
4
hari
....
DOP Riil PP
JUMLAH
Terbilang
Telah dibayar sejumlah
Jakarta, ....Bulan... 20xx
Rp.
Telah menerima jumlah uang sebesar
.........................
Rp
Bendahara Pengeluaran
Yang Menerima,
Nama Jelas
Nama Jelas
NIP. ......
Ditetapkan Sejumlah
NIP........
PERHITUNGAN SPD RAMPUNG
Rp.
Yang Telah Dibayarkan Semula
Rp.
Sisa Kurang / Lebih
Rp.
Pejabat Pembuat Komitmen ....
Nama Jelas
NIP. .....
- 59 (2)
Daftar Pengeluaran Riil
DAFTAR PENGELUARAN RIIL
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
:
........................................
NIP
:
........................................
Jabatan
:
........................................
berdasarkan Surat Perjalanan Dinas (SPD) tanggal ........................... Bulan.... 20xx
Nomor : ....../..../20xx dengan ini kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1.
Biaya transport pegawai dan/atau biaya penginapan di bawah ini yang tidak
dapat diperoleh bukti-bukti pengeluarannya, meliputi :
NO.
1.
URAIAN
Transport dari dan ke Bandara/ Soekarno Hatta
PP
@ Rp.
2.
JUMLAH
......
......
Rp.
......
Transport Bandara ..... PP
@ Rp.
.....
Jumlah
2.
Rp.
Rp.
-
Jumlah uang tersebut pada angka 1 di atas benar-benar dikeluarkan untuk
pelaksanaan perjalanan dinas dimaksud dan apabila di kemudian hari
terdapat kelebihan atas pembayaran, kami bersedia untuk menyetorkan
kelebihan tersebut ke Kas Negara.
Demikian pernyataan
ini
kami
buat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui/Menyetujui
dengan
sebenarnya,
untuk
Pejabat Pembuat Komitmen ......,
Jakarta, ..... Bulan .. 20xx
Pejabat Negara/Pegawai
Negeri
yang melakukan
perjalanan dinas,
Nama Jelas
Nama Jelas
NIP.....
NIP......
(3) Surat Perjalanan Dinas (SPD), dengan format sebagai berikut:
- 60 Form SPPD sesuai PMK No.113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan
Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegaw ai
Negeri, dan Pegaw ai Tidak Tetap
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Lem bar ke
:
Kode No.
:
Nom or
:
SURAT PERJALANAN DINAS (SPD)
1. Pejabat Pembuat Komitmen
2. Nama/NIP Pegaw ai yang melaksanakan perjalanan dinas
3. a. Pangkat dan Golongan
a.
b. J a b a t a n/Instansi
b.
c. Tingkat Biaya Perjalanan Dinas
c.
4. Maksud perjalanan dinas
5. Alat angkutan yang dipergunakan
6. a. Tempat berangkat
a.
b. Tempat tujuan
b.
7. a. Lamanya perjalanan dinas
a.
b. Tanggal berangkat
b.
c. Tanggal harus kembali/tiba di
c.
tempat baru *)
8. Pengikut :
Nama
Tanggal Lahir
Keterangan
1.
2.
3.
4.
9. Pembebanan anggaran
a. Instansi
a.
b. Mata anggaran
b.
10. Keterangan lain-lain
Coret yang tidak perlu
Dikeluarkan di :
Tanggal
:
Pejabat Pembuat Komitmen
( …………………………..)
NIP. ……………………….
*halaman depan
- 61 -
I.
Berangkat dari
:
(tempat kedudukan)
Ke
:
Pada tanggal
:
Kepala
( …………………………..)
NIP. ……………………….
II. Tiba di
:
Berangkat dari
:
pada tanggal
:
ke
:
Kepala
:
pada tanggal
:
Kepala
:
( …………………………..)
( ……………………………..)
NIP. ……………………….
NIP. ………………………….
III. Tiba di
pada tanggal
IV. Tiba di
pada tanggal
V. Tiba
:
Berangkat dari
:
:
ke
:
pada tanggal
:
:
Berangkat dari
:
:
ke
:
pada tanggal
:
:
(tempat kedudukan)
pada tanggal
Telah diperiksa, dengan
keterangan bahw a
perjalanan tersebut atas perintahnya dan semata-mata
:
untuk kepentingan jabatan dalam w aktu yang sesingkatsingkatnya
Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Pembuat Komitmen
( ……………………………. )
( ………………………….. )
NIP …………………………
NIP ………………………..
VI. Catatan Lain-Lain
VII. PERHATIAN :
Pejabat yang SPPD, pegaw ai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yang mengesahkan tanggal
berangkat/tiba, serta bendahara pengeluaran bertanggungjaw ab berdasarkan peraturan-peraturan
Keuangan Negara apabila negara menderita rugi akibat kesalahan, kelalaian dan kealpaannya.
*halaman belakang.
2) Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri
daftar nominatif perjalanan dinas;
3) Daftar nominatif ditandatangani oleh PPK yang memuat paling
kurang informasi mengenai pihak yang melaksanakan
perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masingmasing pejabat;
4) Perjalanan
dinas
pindah,
dilampiri
dengan
dokumen
pertanggungjawaban
biaya
perjalanan
dinas
pindah
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara
pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap;
- 62 5) Biaya penginapan bagi pelaksana SPD keluar kota yang tidak
menginap di hotel/penginapan diberikan 30% dari biaya
penginapan sesuai biaya pada kota yang tercantum pada PMK
standar biaya dan tersedia dananya pada POK;
6) Besaran tarif komponen perjalanan dinas mengacu pada standar
biaya masukan dan dananya tersedia pada POK;
7) Pertanggungjawaban apabila terjadi kerugian negara menjadi
tanggungjawab sepenuhnya pihak-pihak yang melakukan
pemalsuan dokumen, menaikkan harga (mark up), dan/atau
perjalanan dinas rangkap;
8) Perjalanan dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip
sebagai berikut:
a) Selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi
dan prioritas berkaitan dengan penyelenggaraan tugas dan
fungsi lembaga;
b) Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian
kinerja lembaga;
c) Efisiensi penggunaan belanja negara;
d) Akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan perjalanan
dinas dan pembebanan biaya perjalanan dinas.
9) Pelaksanaan Prosedur Pembayaran Perjalanan Dinas.
Pembayaran pelaksanaan perjalanan dinas baik perjalanan
dinas dalam dan luar negeri, ketentuan pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:
a) Unit kerja sebelum melakukan perjalanan dinas terlebih
dahulu mengajukan usulan pembiayaan sebagaimana diatur
pada huruf B tentang Prosedur Pengajuan Pembiayaan
melalui PPK/BPP. Setelah disetujui kepada unit kerja
menerbitkan surat perintah melaksanakan tugas perjalanan
dinas;
b) Pejabat yang berwenang menandatangani Surat Perintah
melaksanakan tugas adalah:
(2) Kepala Arsip Nasional RI, oleh: Kepala Arsip Nasional RI
(3) Pejabat Eselon I, oleh : Kepala Arsip Nasional RI
(4) Pejabat Eselon II, oleh: Pejabat Eselon I yang menjadi
atasan langsungnya (Tembusan kepada Sekretaris
Utama dan Bagian Kepegawaian);
(5) Pejabat Eselon III, IV, Pejabat fungsional dan staf
pelaksana, oleh : Kepala Biro/Direktur/Kepala Pusat
yang menjadi atasan langsungnya (Tembusan kepada
Sekretaris Utama dan Bagian Kepegawaian);
- 63 (6) Penugasan kepada Pejabat/Staf di luar unit kerjanya
terlebih dahulu meminta ijin tertulis kepada atasan
langsungnya, dan atas dasar ijin tersebut kepala unit
kerja yang memiliki kegiatan menerbitkan Surat
Perintah
melaksanakan
tugas
dan
pembiayaan
dibebankan pada anggaran pada unit kerja yang
memerintahkan;
(7) Khusus Balai Arsip Tsunami Aceh ditandatangani oleh:
Kepala Balai Arsip Tsunami Aceh.
10) Surat Perintah melaksanakan tugas perjalanan dinas minimal
mencantumkan hal-hal sebagai berikut:
b) Pelaksana tugas;
c) NIP Pelaksana tugas;
d) Waktu pelaksanaan tugas;
e) Tempat pelaksanaan tugas;
f) Pemberi tugas.
Surat perintah tersebut menjadi dasar penerbitan SPD
(sebagaimana dimaksud dalam huruf d angka 1).b).(3).
11) Khusus untuk perjalanan dinas luar negeri dilengkapi dengan
Surat Izin/ Exit Permit dari Sekretariat Negara;
12) Pertanggungjawaban perjalanan dinas dilengkapi dengan
Laporan Perjalanan Dinas;
13) Pembatalan
perjalanan
dinas
yang
telah
dimintakan
anggarannya dilengkapi dengan Pernyataan pembatalan dan
pembebanan pembatalan perjalanan dinas, dengan format
sebagai berikut:
SURAT PERNYATAAN PEMBATALAN TUGAS PERJALANAN DINAS JABATAN
NOMOR.......
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIP
Jabatan
Unit Organisasi
Kementerian/Lembaga
:
:
:
:
:
………………(1)
………………(2)
………………(3)
………………(4)
Arsip Nasional RI
menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tugas Perjalanan Dinas Jabatan atas nama:
Nama
: ……………...(5)
NIP
: ………………(6)
Jabatan
: ………………(7)
Unit Organisasi
: ………………(8)
Kementerian/Lembaga
: Arsip Nasional RI
dibatalkan atau tidak dapat dilaksanakan disebabkan adanya keperluan dinas lainnya yang
sangat mendesak/penting dan tidak dapat ditunda yaitu .…......(9).
Sehubungan dengan pembatalan tersebut, pelaksanaan perjalanan dinas tidak dapat digantikan
oleh pejabat/pegawai negeri lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ternyata
surat pernyataan ini tidak benar, saya bertanggung jawab penuh dan bersedia diproses sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
…………….(10)
Yang Membuat Pernyataan
......................(11)
- 64 -
Keterangan :
(1)
Diisi nama atasan Pelaksana SPD, yaitu:
a. Kepala Satuan Kerja untuk Perjalanan Dinas Jabatan
yang dilakukan oleh Pelaksana SPD pada Satuan Kerja
berkenaan;
b. Atasan langsung kepala satuan kerja untuk Perjalanan
Dinas Jabatan yang dilakukan oleh Kepala Satuan
Kerja;
c. Pejabat Eselon II untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang
dilakukan oleh Pelaksana SPD dalam lingkup eselon
II/setingkat eselon II berkenaan; atau
d. Menteri/Pimpinan Lembaga/Pejabat Eselon I untuk
Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan oleh
Menteri/Pimpinan
e. Lembaga/Pejabat Eselon I/Pejabat Eselon II.
(2)
Diisi NIP atasan Pelaksana SPD
(3)
Diisi jabatan atasan Pelaksana SPD
(4)
Diisi nama unit organisasi atasan Pelaksana SPD
(5)
Diisi nama Pelaksana SPD
(6)
Diisi NIP Pelaksana SPD
(7)
Diisi jabatan Pelaksana SPD
(8)
Diisi nama unit organisasi atasan Pelaksana SPD
(9)
(10
)
(11
Diisi alasan pembatalan pelaksanaan perjalanan dinas
Diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun ditandatangani surat
pernyataan
Diisi tanda tangan dan nama jelas atasan pelaksana SPD
) :
SURAT PERNYATAAN PEMBEBANAN
BIAYA PEMBATALAN PERJALANAN DINAS JABATAN
NOMOR :....
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
:
NIP
:
Jabatan
:
Satker
:
Kementerian/Lembaga
:
........ (1)
......... (2)
......... (3)
Arsip Nasional RI Jakarta
Arsip Nasional RI
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Perjalanan Dinas Jabatan berdasarkan Surat Tugas
Nomor :....... tanggal ...... dan SPD Nomor...... tanggal ..... atas nama:
Nama
: ..... (4)
NIP
: ..... (5)
Jabatan
: ..... (6)
Satker
: Arsip Nasional RI Jakarta
Kementerian/Lembaga
: Arsip Nasional RI
Dibatalkan sesuai dengan surat Pernyataan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas Jabatan
Nomor:..... tanggal...... Berkenaan dengan pembatalan tersebut, biaya transpot berupa ......(7)
dan biaya penginapan yang telah terlanjur dibayarkan atas beban DIPA tidak dapat
dikembalikan/refund (sebagian/seluruhnya) sebesar Rp....... (8) .... sehingga dibebankan pada
DIPA Nomor: .... tanggal..... Satker...... (9).
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ternyata
surat pernyataan ini tidak benar dan menimbulkan kerugian negara, saya bertangung jawab
penuh dan bersedia menyetorkan kerugian negara tersebut ke Kas Negara.
............... (10)
Yang
Membuat
Pernyataan
............... (11)
Keterangan
: :
(1)
Diisi nama PPK satuan kerja yang dibebani biaya perjalanan dinasnya
(2) :
Diisi NIP PPK satuan kerja yang dibebani biaya perjalanan dinasnya
(3) :
Diisi jabatan PPK satuan kerja yang dibebani biaya perjalanan dinasnya
- 65 (4) :
Diisi nama Pelaksana SPD
(5) :
Diisi NIP Pelaksana SPD
(6) :
Diisi jabatan Pelaksana SPD
(7) :
(8):
Diisi transpor yang digunakan
Diisi dengan dengan jumlah rupiah biaya transpor dan penginapan yang tidak dapat
dikembalikan/refund sebagian/seluruhnya
(9):
Diisi nomor DIPA, tanggal, dan nama satuan kerja yang dibebani biaya perjalanan
dinasnya
(10):
Diisi dengan tempat dan tanggal menandatangani surat penyataan
(11):
Diisi tanda tangan dan nama jelas PPK satuan kerja yang dibebani biaya perjalanan
dinasnya
14)
Untuk Perjalanan dinas dalam kota dilengkapi dengan Formulir
Bukti Kehadiran, dengan format sebagai berikut:
Formulir Bukti Kehadiran Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan
Dalam Kota sampai dengan 8 (delapan) jam
No
(1)
Pejabat/petugas yang mengesahkan
Pelaksana
SPD
Hari
(2)
(3)
Tanggal
(4)
Nama
Jabatan
(5)
(6)
Tanda
Tangan
(7)
Keterangan :
(1) :
Diisi nomor urut
(2) :
Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan perjalanan dinas
(3) :
Diisi hari pelaksanaan perjalanan dinas
(4) :
Diisi tanggal pelaksanaan perjalanan dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas
Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari satu hari, maka diisi per hari dan per
tanggal pelaksanaan perjalanan dinas
(5) :
Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas
(6) :
Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas
Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk
menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas
(7) :
15)
Apabila terdapat kelebihan biaya perjalanan dinas, maka segera
dikembalikan kepada Bendahara Pengeluaran/BPP untuk
disetorkan ke Kas Negara dengan menggunakan Formulir Surat
Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) sesuai kode program,
kegiatan dan akun belanja paling lambat 5 (lima) hari setelah
perjalanan dinas dilaksanakan.
- 66 D. MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UP DAN TUP
36. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari
Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme Pembayaran LS.
37. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara
Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving).
38. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling
banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk
pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.
39. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada
pada Kas BPP paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).
40. UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran :
a. Belanja Barang;
b. Belanja Modal.
41. Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu)
penerima/penyedia barang/jasa dengan nilai diatas Rp. 10.000.000
(sepuluh juta rupiah) dapat dibayarkan setelah memenuhi persyaratan dan
mendapat persetujuan dari Kepala Biro Umum/Kepala Bagian Keuangan.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah sbb :
a. Surat permohonan pembayaran dari Unit Kerja yang disertai surat
pernyataan serta bukti pendukung lainnya melalui PPK.
b. Batas waktu penyampaian pertanggungjawaban UP paling lambat 3
(tiga) hari kerja tanggal jatuh tempo tagihan.
42. Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu)
penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Perbendaharaan.
43. Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telah
digunakan sepajang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih tersedia
dengan DIPA.
44. Penggantian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling sedikit
50% (lima puluh persen).
45. Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa BPP, dalam pengajuan
UP ke KPPN harus melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah
uang yang dikelola oleh masih-masing BPP.
- 67 46. Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara Pengeluaran,
apabila UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima
puluh persen).
47. Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA, dalam hal
2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan
penggantian UP.
48. Dalam hal setelah 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan
belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP
sebesar 25% (dua puluh lima persen).
49. Pemotongan Dana UP dilakukan dengan cara Kepada KPPN menyampaikan
surat pemberitahuan kepada KPA untuk memperhitungkan potongan UP
dalam SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara.
50. Dalam hal setelah dilakukan pemotongan dan/atau penyetoran UP. Kepala
KPPN melakukan pengawasan UP.
51. Dalam
melakukan
pengawasan
UP,
ketentuan
penyampaian
surat
pemberitahuan dan pemotongan UP berikutnya mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud pada angka 46, 47 dan 48.
52. Dalam hal 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam angka 48 di atas KPA tidak memperhitungkan potongan
UP dalam SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara, Kepada KPPN
memotong UP sebesar 50% (lima puluh persen) dengan cara menyampaikan
surat pemberitahuan kepada KPA untuk memperhitungkan potongan UP
dalam SPM dan/atau penyetoran ke kas negara.
53. Dalam hal setelah surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
angka
51
diatas,
KPA
melakukan
penyetoran
UP
dan/atau
memperhitungkan potongan UP dalam pengajuan SPM-GUP, diperlakukan
ketentuan sebagiaman dimaksud pada angka 49.
54. KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker
dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP.
55. Pemberian UP diberikan paling banyak :
a. Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp900.000.000,- (sembilan
ratus juta rupiah);
b. Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp900.000.000,0 (sembilan ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus
juta rupiah);
- 68 c. Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp2.400.000.000,- (dua miliar
empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp6.000.000.000,- (enam
miliar rupiah); atau
d. Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp6.000.000.000,- (enam miliar
rupiah).
56. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas
permintaan KPA, dapat memberikan persetujuan UP melampaui besaran
sebagaimana dimaksud pada angka 54 dengan mempertimbangkan:
a. Frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
b. Perhitungan kebutuhan
melampaui besaran UP.
penggunaan
UP
dalam
1
(satu)
bulan
57. KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada
Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan
yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda.
58. Syarat penggunaan TUP :
a. Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal SP2D diterbitkan; dan
b. Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan
pembayaran LS.
59. KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN
disertai :
a. Rincian rencana penggunaan TUP; dan
b. Surat yang memuat syarat penggunaan TUP di atas dibuat sesuai
formatsebagai berikut:
KOP SURAT
SURAT PERNYATAAN
Nomor :.............
Sehubungan dengan pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) sebesar Rp.999,00
(dengan huruf), yang bertanda tangan dibawah ini :
1.
Nama
:
.....
2.
Jabatan
:
Kuasa Pengguna Anggaran
3.
Satuan Kerja
:
..... (xxxxxx)
4.
Kementerian Negara/Lembaga
:
..... (xxx)
5.
Unit Organisasi
:
..... (xx)
dengan ini menyatakan bahwa:
1.
Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut diatas akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan
yang tidak dapat ditunda dan menurut perkiraaan kami akan habis dipergunakan dalam waktu 1
(satu) bulan;
2.
Jumlah Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut diatas tidak akan dipergunakan untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang menurut
dilakukan dengan pembayaran langsung (LS);
peraturan perundang-undangan harus
- 69 3.
Apabila Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut tidak habis dipergunakan dalam 1 (satu) bulan,
sisa yang masih ada akan disetor ke Kas Negara sebagai penerimaan kembali pembayaran Uang
Persediaan (UP)/Transito;
4.
Pencairan, pembayaran, penggunaan, pertanggungjawaban dan pelaporan atas dana Tambahan
Uang Persediaan (TUP) tersebut di atas menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari Kuasa Pengguna
Anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
..........., ........... 20xx
Kuasa Pengguna Anggaran
(Nama)
NIP.(...............................)
60. Dalam hal KPA mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi
waktu 1 (satu) bulan, Kepala KPPN dapat memberi persetujuan dengan
pertimbangan kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan waktu
melebihi 1 (satu) bulan.
61. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat
dilakukan secara bertahap.
62. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu;
63. Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan,
KPA mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN dengan
format sebagai berikut:
KOP SURAT ANRI
SURAT PERNYATAAN
Nomor :.............
Sehubungan dengan pengajuan perpanjangan pertanggungjawaban Tambahan
Uang Persediaan (TUP) sebesar Rp.00 (dengan huruf), yang bertanda tangan
dibawah ini :
1. Nama
:
.....
2. Jabatan
:
Kuasa Pengguna Anggaran
3. Satuan Kerja
:
..... (xxxxxx)
4. Kementerian Negara/Lembaga
:
..... (xxx)
5. Unit Organisasi
:
..... (xx)
dengan ini menyatakan bahwa:
1. Sebagian dana TUP telah dipertanggungjawabkan melalui SPM-TUP sebesar
Rp.,00;
2. Sisa dana TUP pada Bendahara Pengeluaran yang masih diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan, akan kami pertanggungjawabkan paling lambat
tanggal........;
3. Sisa dana TUP yang tidak diperlukan lagi akan disetor ke Kas Negara paling
lambat tanggal.......
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
..........., ........... 20xx
Kuasa Pengguna Anggaran
(Nama)
NIP. (...................)
- 70 -
E. MEKANISME PENERBITAN SPP-UP/GUP/GUP NIHIL
64. Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara Pengeluaran
menyampaikan kebutuhan UP kepada PPK.
65. Atas dasar kebutuhan UP, PPK menerbitkan SPP-UP untuk mengisi UP
yang dilengkapi dengan perhitungan besaran UP sesuai pengajuan dari
Bendahara Pengeluaran.
66. SPP-UP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dari
Bendahara Pengeluaran.
67. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan
Surat Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK
atas nama KPA.
68. SPBy dilampiri dengan bukti pengeluaran :
a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak
dan SSP; dan
b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya
yang diperlukan yang telah disahkan PPK.
69. Dalam hal penyediaan barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti
pembelian, Bendahara Pengeluaran/BPP membuat kuitansi yang dibuat
sesuai format sebagai berikut:
KUITANSI UP
TA
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
: …....(1)...
Nomor Bukti
: ........(2)...
Mata Anggaran : ........(3)...
Sudah terima dari
: Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen
Satker.....(4).........
Jumlah Uang
Terbilang
: Rp. ..........(5).........
: .................(6)................................................................
....................................................................................
Untuk Pembayaran
: .................(7)................................................................
....................................................................................
Tempat/Tgl..(8).......
Jabatan Penerima Uang
Tanda Tangan dan Stempel
(9)
Nama Jelas
Setuju dibebankan pada mata anggaran berkenaan
An. Kuasa Pengguna Anggaran
lunas dibayar tanggal, .....
Bendahara Pengeluaran
Tanda Tangan
(10) (Nama Jelas)
NIP.
Tanda Tangan
(11) (Nama Jelas)
NIP.
Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/selesaikan dengan lengkap dan baik
Pejabat yang bertanggung jawab
T. Tangan
(12) (Nama Jelas)
NIP.
- 71 -
Keterangan:
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
Diisi tahun anggaran berkenaan
Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan
Diisi mata anggaran yang dibebani transaksi pembayaran
Diisi nama satker yang bersangkutan
Diisi jumlah uang dengan angka
Diisi jumlah uang dengan huruf
Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasi
teknisnya
Diisi tempat tanggal penerimaan uang
Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materai
sesuai ketentuan
Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP pejabat pembuat komitmen serta stempel
dinas
Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP bendahara pengeluaran dan tanggal lunas
dibayar
Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP pejabat yang ditunjuk dan bertanggungjawab
dalam penerimaan barang/jasa.
70. Berdasarkan SPBy Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan :
a. Pengujian atas SPBy; dan
b. Pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy
yang diajukan dan disetorkan ke Kas Negara.
71. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan
uang muka kerja, SPBy dilampiri :
a.
Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. Rincian kebutuhan; dan
c.
Batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari
penerima uang muka kerja.
72. Atas dasar rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran dan rincian
kebutuhan dana, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian
ketersediaan dananya.
73. Bendahara pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas tagihan dalam
SPBy apabila telah memenuhi persyaratan pengujian.
74. Dalam hal pengujian perintah bayar tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan, Bendahara pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang
diajukan.
75. Penerimaan uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan uang muka
kerja sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 71 huruf c di
atas, berupa bukti pengeluaran.
76. Atas dasar pertanggungjawaban tersebut, Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan pengujian bukti pengeluaran.
77. Dalam hal sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 71
huruf c, penerimaan uang muka kerja belum menyampaikan bukti
pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan
- 72 tertulis agar penerima uang muka kerja segera mempertanggungjawabkan
uang muka kerja yang ditembuskan kepada PPK.
78. BP menyampaikan SPBy beserta bukti pengeluaran kepada Bendahara
Pengeluaran;
79. Bendahara Pengeluaran selanjutnya menyampaikan bukti pengeluaran
kepada PPK untuk pembuatan SPP GUP/GUP Nihil.
80. SPBy dibuat sesuai format sebagai berikut:
SURAT PERINTAH BAYAR (SPBy)
KEMENTERIAN/LEMBAGA
SATUAN KERJA................. (...)
SURAT PERINTAH BAYAR
Tanggal : .....Nomor.....
Saya yang bertandatangan di bawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan
Bendahara Pengeluaran agar melakukan pembayaran sejumlah :
Rp. ..........
( *** DH ***)
Kepada
Untuk Pembayaran
:
:
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
Atas dasar :
1. Kuitansi/bukti pembelian
:
2. Nota/bukti penerimaan barang/jasa :
(bukti lainnya)
Dibebankan pada :
Kegiatan, output, MAK :
Kode
:
.........................
.........................
.......................
.......................
Setuju dibayar, tanggal.......
Bendahara Pengeluaran
Diterima tanggal, .....
Penerima Uang/Uang Muka Kerja
..........., ..................
Pejabat Pembuat Komitmen
Tanda Tangan
(Nama Jelas)
NIP.
Tanda Tangan
(Nama Jelas)
NIP.
Tanda Tangan
(Nama Jelas)
NIP.
81. PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.
82. Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai
berikut :
a. Daftar rincian Permintaan Pembayaran;
b. Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam angka 5 di atas; dan
c. SSP yang telah dikonfimasi KPPN.
- 73 -
83. Perjanjian/Kontrak beserta faktur pajaknya dilampirkanuntuk nilai
transaksi yang harus menggunakan perjanjian/kontrak sebagaimana
diatur dalam peraturan perundangan-undangan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah.
84. SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar;
85. Sisa Dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP
minimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran;
86. Dalam hal pengisian kembali UP akan lebih kecil dari UP yang dikelola
Bendahara Pengeluaran:
a. Pengisian kembali UP dilaksanakan maksimal sebesar sisa dana dalam
DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP; dan
b. Selisih antara sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran
dengan UP dan UP yang dikelola Bendahara Pengeluaran
dibukukan/diperhitungkan sebagai potongan Penerimaan Pengembalian
UP.
87. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
a. Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama
dengan besaran UP yang diberikan;
b. Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun
anggaran; dan
c. UP tidak diperlukan lagi.
88. Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/pertanggungjawaban
UP;
89. SPP-GUP Nihil disampaikan dengan dokumen pendukung.
90. SPP-GUP Nihil disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar.
91. SPP dibuat sebagaimana format sebagai berikut:
- 74 -
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN
Tanggal
(1)
Nomor : (2)
Sifat Pembayaran (3)
Jenis Pembayaran (4)
1
2
3
4
5
6
Kementerian
negara/Lembaga
Unit Organisasi
Satker/SKS
Lokasi
Tempat
Alamat
: (11)
: (12)
: (5)
7
Kegiatan
: (6)
8
Kode Kegiatan
: (7)
9
Kode Fungsi,Sub Fungs,
: (8)
Program
: (9)
10
Kewenangan Pelaksanaan
: (13)
: (13)
: (10)
Kepada
Yth. Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar
Satker .............(15)...
di ...................(16)....
Berdasarkan DIPA .(17)...Nomor ......(18)........Tanggal .......(19) bersama ini kami ajukan
permintaan pembayaran sebagai berikut :
1
Jumlah pembayaran yang dimintakan
Dengan angka (20)
2
3
4
5
6
Untuk keperluan
: (22)
Jenis belanja
: (23)
Atas nama
: (24)
Alamat
: (25)
Mempunyai Rekening
: (26)
7
Nomor dan tanggal SPK/Kontrak
Nilai SPK/Kontrak
Rp.
Dengan huruf (21)
Nomor Rekening (27)
8
9
No.
urut
: (28)
:
: (29)
Dengan penjelasan
I. KEGIATAN, OUTPUT DAN
SPP
JUMLAH
DALAM
s/d BLN
INI
s/d SPP
DIPA
YG LALU
(Rp)
(Rp)
(Rp.)
(Rp.)
3
4
5
6
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
JUMLAH I
(36)
(37)
(38)
(39)
(35)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
JUMLAH II
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
AKUN BERSANGKUTAN
DALAM DIPA
1
2
I
KEGIATAN/OUTPUT/MAK
(AKUN 6 DIGIT)
II
SISA
DANA
SPP/SPM
II.SEMUA KODE KEGIATAN
PAGU
INI
(Rp)
7
SEMUA KEGIATAN
UANG PERSEDIAAN
PM
Lampiran : Dokumen
pendukung :
(52)...... berkas
Diterima oleh :
PM
PM
Surat bukti
Surat Tanda Setor(54)....lembar
pengeluaran (53)....... lbr
Jakarta, tanggal seperti diatas
Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Penguji SPP/Penerbit SPM
Satker ....(55)
pada
tanggal..........(57)...............................
PM
Satker
....(56)
Nama
Nama
NIP.
NIP.
- 75 Keterangan:
NO
URAIAN ISIAN
(1)
Diisi tanggal Penerbitan SPP
(2)
Diisi Nomor Penerbitan SPP
(3)
Dipilih salah satu: 1 = UP, 2=TUP, 3=GUP, 4=LS, 5=GUP Nihil, 6=PTUP
(4)
Dipilih salah satu: 1 = Pengeluaran Anggaran (PA) , 2 = Pengembalian Uang
(5)
(6)
Diisi nama dan kode Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan
Diisi nama dan kode Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan
(7)
Diisi nama dan kode satker yang bersangkutan
(8)
Diisi nama dan kode Provinsi satker yang bersangkutan
(9)
Diisi nama dan kode kota/kabupaten satker yang bersangkutan
(10)
Diisi alamat satker yang bersangkutan
(11)
Diisi nama kegiatan yang bersangkutan
(12)
Diisi kode kegiatan yang bersangkutan
(13)
Diisi kode fungsi, sub fungsi dan program yang bersangkutan
Diisi kode: (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) untuk Kantor Pusat, (DK) Dekonsentrasi,
(TP) Tugas Pembantuan
(14)
(UB) Urusan Bersama, (DS) Desentralisasi
(15)
Diisi nama satker yang bersangkutan
(16)
Diisi nama kota/kabupaten satker yang bersangkutan
(17)
Diisi jenis dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA)
(18)
Diisi nomor dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA)
(19)
Diisi tanggal penerbitan dokumen anggaran
(20)
Diisi jumlah dana yang diminta dengan angka
(21)
Diisi jumlah dana yang diminta dengan huruf
(22)
Diisi keperluan pembayaran
(23)
Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai/belanja barang/belanja modal)
(24)
Diisi nama pihak penerima pembayaran
(25)
Diisi almat pihak penerima pembayaran
(26)
Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran
(27)
(28)
Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran
Diisi nomor dan tanggal SPK/kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga
(LS)
(29)
Diisi nilai SPK/kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS)
(30)
Diisi kode kegiatan, ouput dan mata anggaran yang bersangkutan
(31)
Diisi pagu masing-masing mata anggaran dalam satu kegiatan dan satu ouput
(32)
Diisi akumulasi nilai SPP/SPM yang telah diajukan
(33)
Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini
(34)
Diisi penjumlahan nilai kolom 4 dan kolom 5
(35)
Diisi hasil pengurangan nilai kolom 3 dengan kolom 6
(36)
Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 3
(37)
Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 4
(38)
Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 5
(39)
Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 6
(40)
Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 7
(41)
Diisi kode kegiatan, oupt dan jenis belanja dalam DIPA/SKPA
(42)
(43)
Diisi pagu jenis belanja dalam sutu kegiatan dan satu oupt dalam DIPA/SKPA
Diisi kumulatif jumlah semua kegiatan yang telah diajukan sampai dengan SPP
yang lalu
(44)
Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini
(45)
Diisi jumlah kumulatif seluruh kegiatan sampai dengan SPP ini
(46)
Diisi sisa dana seluruh kegiatan
(47)
Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 3
(48)
Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 4
(49)
Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 5
(50)
Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 6
(51)
Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 7
(52)
Diisi jumlah lampiran dokumen pendukung yang diperlukan
(53)
Diisi jumlah surat bukti pengeluaran yang diperlukan
(54)
Diisi jumlah lampiran surat tanda setoran (SSP/SSBP)
- 76 (55)
Diisi nama satker penguji SPP/penerbit SPM
(56)
Diisi nama satker pejabat pembuat komitmen
(57)
Diisi tanggal penerimaan SPP
F. MEKANISME PENERBITAN SPP-TUP/PTUP
92. PPK Menerbitan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi:
a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
b. Surat penyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan syarat penggunaan
TUP sebagaimana dimaksud pada angka 57; dan
c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari
Kepala KPPN.
93. SPP-TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari Kepala
KPPN.
94. Untuk mengesahkan/mempertanggungjawabkan TUP, PPK menerbitkan
SPP-PTUP dan disampaikan kepada PPAPM paling lambat 5 (lima) hari
kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.
95. Penerbitan SSP-PTUP dilengkapi dokumen pendukung sebagaimana
dimaksud pada angka 82.
96. Alur prosedur pengajuan/penerbitan SPP-GU/TUP dan SPP GUP sampai
dengan SPM ditunjukkan pada bagan berikut:
ALUR PROSEDUR PENGAJUAN/PENERBITAN SPP-UP/TUP S.D SPM-UP/TUP
Bendahara
Pengeluaran
PPK
PP-SPM
KPPN
PERMINTAAN
UP/TUP
PERSETUJUAN
TUP
KEPALA KANWIL
DJPBN/
KEPALA KPPN
SPP
UP/TUP
SPM
UP/TUP
SPM
UP/TUP
DOKUMEN
PENDUKUNG
DOKUMEN
PENDUKUNG
DOKUMEN
PENDUKUNG
ADK
PENGEMBALIAN
PERMINTAAN
UP/TUP
PENGEMBALIAN
UP/TUP
ADK
- 77 -
ALUR PROSEDUR PENGAJUAN/PENERBITAN SPP-GUP S.D SPM-GUP
Penerima Hak
Bukti-bukti
Pengeluaran
Bendahara
Pengeluaran
Bukti-bukti
Pengeluaran
PPK
SPM
GUP NIHIL
DOKUMEN
PENDUKUNG
PP-SPM
SPM-GUP
NIHIL
DOKUMEN
PENDUKUNG
KPPN
SPM GUP
NIHIl
DOKUMEN
PENDUKUNG
ADK
PENGEMBALIAN
PERMINTAAN
UP/TUP
ADK
PENGEMBALIAN
SPP-GUP
G. MEKANISME PENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SPM
97. PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen
pendukung yang disampaikan oleh PPK.
98. Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta
pendukungnya
memenuhi
ketentuan,
menerbitkan/menandatangani SPM.
dokumen
PPSPM
99. Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan
UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur sebagai berikut :
SPM-
a. Untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
b. Untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
c. Untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
d. Untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
100. Dalam hal PPSPM
pendukung tagihan
menyatakan secara
paling lambat 2 (dua)
menolak/mengembalikan SPP karena dokumen
tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus
tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut
hari kerja setelah diterimanya SPP.
101. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM
disimpan oleh PPSPM.
102. Bukti pengeluaran menjadi bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa
internal dan eksternal.
103. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
104. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM memuat Personal
Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada
ADK SPM dari penerbit SPM yang sah.
- 78 105. SPM dibuat dengan format sebagai berikut:
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tanggal :...(1) Nomor: ....(2)
Kuasa BUN, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta.......(3)
Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp.....(4)
...............................(5)
Jenis SPM: ...(6)
Anggaran:...(8)
Cara Bayar:....(7)
Dasar Pembayaran ....(9)
UU No.... Tahun 20xx TTG APBN TA..
DIPA No. DIPA....../20xx
Tanggal...
Satker
.....(10)
... (24)
Jumlah Pengeluaran
Kewenangan
...(11)
Nama
Satker
....(12)
Fungsi, Sub Fungsi, BA, Unit Es.I, Program
...(13) .....(14)
....(15) ....(16) .....(17)
Kegiatan, Output, Lokasi
....(18).
......(19) ....(20)
Jenis Pembayaran
: .....(21)
Sifat Pembayaran
: ..... (22)
Sumber Dana/Cara Penarikan : .....(23)
PENGELURAN
Jenis Belanja
Tahun
POTONGAN
Jumlah
Uang
BA. Unit. Lok. Akun. Satker
Jumlah
Uang
....(25)
..... (26)
....(27)
.....(28)
Jumlah Potongan
.....(29)
Rp.
.....(30)
Kepada : ..... (31)
NPWP : .....(32)
Rekening : ..... (33)
Bank/Pos : .....(34)
Uraian
: .....(35)
Jakarta, tanggal.... (36)
*
*
Semua bukti-bukti pengeluran yang disahkan Pejabat
Pembuat Komitmen
telah diuji dan dinayatakan memenuhi persyaratan untuk
dilakukan
pembayaran atas beban APBN, selanjutnya bukti-bukti
pengeluaran
dimaksud disimpan dan ditatausahakan
oleh PP-SPM
Kebenaran perhitungan dan isi yang tertuang dalam SPM
ini
menjadi tanggung jawab Pejabat
Penandatangan SPM
A.n. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Penanda Tangan SPM
Nama...(37)
NIP....(38)
Keterangan:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Diisi tanggal Penerbitan SPM
Diisi Nomor Penerbitan SPM
Diisi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Wilayah Kerja dan Kode
Diisi Nilai Transaksi Pembayaran Netto (setelah potongan) dengan angka
Diisi Nilai Transaksi Pembayaran Netto dengan huruf
Dipilih salah satu jenis SPM: 1 = UP, 2=TUP, 3=GUP, 4=LS, 5=GUP Nihil, 6=PTUP
Dipilih salah satu cara bayar: 1 = UP, 2=TUP, 3=GUP, 4=LS, 5=GUP Nihil, 6=PTUP
Diisi Tahun Anggaran
- 79 -
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
Diisi Dasar Pembayaran : UU tentang APBN Tahun berjalan, dokumen anggaran yang digunakan
(DIPA)
Diisi kode satker yang bersangkutan
Diisi kode kewenangan : KP (Kantor Pusat); KD (Kantor Daerah)
Diisi nama satker yang bersangkutan
Diisi kode fungsi yang bersangkutan
Diisi kode sub fungsi yang bersangkutan
Diisi kode bagian anggaran yang bersangkutan
Diisi kode unit eselon I yang bersangkutan
Diisi kode program yang bersangkutan
Diisi kode kegiatan yang bersangkutan
Diisi kode output yang bersangkutan
Diisi kode lokasi yang bersangkutan
Dipilih salah satu jenis pembayaran: 1 = Pengeluaran Anggaran (PA) , 2 = Pengembalian Uang
Dipilih salah satu sifat pembayaran: 1 = UP, 2=TUP, 3=GUP, 4=LS, 5=GUP Nihil, 6=PTUP
Diisi sumber dana dan cara penarikan : RM (rupiah murni); PNP (PNBP)
Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai-51;belanja barang-52; belanja modal-53)
Diisi jumlah transaksi pembayaran bruto (sebelum potongan) dengan angka
Diisi kode bagian anggaran, unit, lokasi, akun dan satker yang bersangkutan
Diisi jumlah transaksi pembayaran netto (setelah potongan) dengan angka
Diisi jumlah pengeluaran bruto (sebelum potongan) dengan angka
Diisi jumlah potongan dengan angka
Diisi jumlah pembayaran netto (setelah potongan) dengan angka
Diisi nama pihak penerima pembayaran
Diisi NPWP pihak penerima pembayaran
Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran
Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran
Diisi uraian pembayaran
Diisi tempat , tanggal dan tahun
Diisi nama pejabat penandatangan SPM
Diisi NIP pejabat penandatangan SPM
106. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggungjawab
atas :
a. Keamanan data pada aplikasi SPM;
b. Kebenaran SPM dan Kesesuaian antara data pada SPM dengan data
pada ADK SPM; dan
c. Penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.
107. PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/GUP/GUP Nihil/PTUP/LS dalam
rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN;
108. Penyampaian SPM-UP/SPM-TUP/SPM-LS sebagaimana dimaksud pada
angka 108 diatur sebagai berikut :
a) Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari KPA yang
dibuat sesuai format sebagai berikut:
- 80 KOP SURAT ANRI
SURAT PERNYATAAN
Nomor :.............
Sehubungan dengan pengajuan Uang Persediaan (UP) sebesar Rp.999,00
(dengan huruf), yang bertanda tangan dibawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
Nama
Jabatan
Satuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga
Unit Organisasi
:
:
:
:
:
.....
Kuasa Pengguna Anggaran
..... (xxxxxx)
..... (xxx)
..... (xx)
dengan ini menyatakan bahwa:
1.
Uang Persediaan (UP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari satuan kerja dan tidak untuk membiayai pengeluaran yang
menurut peraturan perundang-undangan harus dilakukan dengan pembayaran
langsung (LS);
2.
Apabila dalam 3 (tiga) bulan sejak SP2D diterbitkan belum dilakukan penggantian
(revolving) UP, maka bersedia memotong atau menyetorkan sebesar 25% (dua puluh
lima persen) dari UP yang diterima;
3.
Apabila dalam 1 (satu) bulan setelah pemberitahuan Kepala KPPN untuk memotong
atau menyetorkan UP sebesar 25% (dua puluh lima persen) belum dilaksanakan,
maka bersedia memotong atau menyetorkan 50% (lima puluh persen) dari UP yang
diterima.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
..........., ........... 20xx
Kuasa Pengguna Anggaran
(Nama)
NIP. (................)
b) Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan pemberian
TUP dari Kepala KPPN;
c) Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP)
dan/atau bukti setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang
lebih dari 1 (satu) penerima.
109. Khusus penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang
muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN
untuk mencairkan jaminan uang muka; dan
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka
sesuai peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.
110. Khusus untuk penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri,
juga dilampiri dengan faktur pajak.
111. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja
setelah SPM diterbitkan;
112. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling
lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran;
- 81 -
113. Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan
libur, penyampaian SPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN
dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15;
114. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 114
dikecualikan untuk satker yang kondisi geografis dan transportasinya
sulit,
dengan
memperhitungkan
waktu
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
115. Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh pengantar SPM yang sah
dan ditetapkan oleh KPA dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Petugas pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen
pendukung dan ADK SPM melalui Front office Penerimaan SPM pada
KPPN;
b. Petugas Pengantar SPM harus menunjukan Kartu Identitas Petugas
Satker (KIPS) pada saat menyampaikan SPM kepada Petugas Front
Office; dan
c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN,
penyampaian SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat
melalui Kantor Pos/Jasa Pengiriman resmi.
116.
Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman resmi,
KPA terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/pemberitahuan kepada
Kepala KPPN.
H.PEMBAYARAN TAGIHAN YANG BERSUMBER DARI PENGGUNAAN PNBP
117. Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari
penggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:
a. Satker pengguna PNBP ditetapkan berdasarkan masing-masing jenis
kegiatan terkait dengan pelaksanaan tugas fungsi dalam DIPA.
Perhitungan Maksimum Pencairan Dana PNBP untuk kegiatan, maka
prinsip-prinsip dalam perhitungan penggunaan kembali sebagian PNBP
sebagimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Pelaksanaan APBN
antara lain adalah:
1) Prinsip pagu pengeluaran terhadap PNBP ditetapkan untuk setiap
jenis PNBP. Masing-masing PNBP mempunyai nilai proporsi pagu
pengeluaran yang berbeda-beda.
2) Setiap setoran atas jenis PNBP tertentu diperhitungkan sebagai
penambahan penerimaan sesuai dengan PNBP atas kegiatan
tertentu. Oleh sebab itu, maka setiap setoran harus dapat
diidentifikasi sesuai dengan jenis setoran, yaitu dengan
mencatumkan kode kegiatan pada SSBP sesuai jenis setoran PNBP-
- 82 nya. Penerimaan atas satu jenis setoran tidak dapat digunakan
sebagai penambah perhitungan proparsi pagu pengeluaran atas
jenis sertoran yang lain.
3) Mengingat masing-masing kegiatan mempunyai nilai proporsi pagu
pengeluaran yang berbeda, maka perhitungan besaran Uang
Persediaan atas belanja PNBP dirinci atas masing-masing kegiatan
(Jenis PNBP).
b. Satker penggunaan PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis
PNBP dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan
maksimum pencairan dana yang dapat dilakukan oleh Satker sesuai
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 928/KMK.02/2006 mengenai
persetujuan Penggunaan Sebagian Dana PNBP ANRI untuk masingmasing kegiatan sebagai berikut:
1) Pusat Jasa Kearsipan (Kode Kegiatan 3626) paling tinggi sebesar
80%;
2) Direktorat Pemanfaatan Arsip (Kode Kegiatan 3623) paling tinggi
sebesar 80,10%; dan
3) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kearsipan (Kode Kegiatan 3627)
paling tinggi sebesar 93,52%.
c. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke Kas Negara
berdasarkan konfirmasi dari KPPN.
d. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA Petikan.
e. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target/estimasi dalam DIPA
Petikan, penambahan pagu dalam DIPA Petikan dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal
Anggaran.
f. Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh
persen) dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP
dalam DIPA Petikan maksimal sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah).
g. Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada angka (3) di atas termasuk
sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran
sebelumnya.
h. Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimul Pencairan
(MP) dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu
perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA Petikan, maksimal
sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
i. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka (4) di atas, dapat
dilakukan untuk pengguna PNBP yang telah memperoleh Maksimum
Pencairan (MP) dana PNBP namun belum mencapai 1/12 (satu
perduabelas) dari pagu dana PNBP pad DIPA Petikan.
- 83 j. Dalam hal UP tidak mencakupi dapat mengajukan TUP sebesar
kebutuhan riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum
Pencairan (MP).
k. Pembayaran UP/TUP untuk satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah
dari UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.
l. Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker pengguna
PNBP memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit
sebesar UP yang diberikan.
m. Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker pengguna
PNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP
melebihi UP yang telah diberikan.
n. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula
sebagai berikut :
MP
MP
PPP
JS
JPS
=
=
=
=
=
(PPP x JS) – JPS;
Maksimum Pencairan Dana;
Proporsi Pagu Pengeluaran terhadap Pendapatan;
Jumlah Setoran;
Jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM
terakhir yang diterbitkan.
o. Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran
sebelumnya dari Satker pengguna, dapat dipergunakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan setelah DIPA
Petikan disahkan dan berlaku efektif.
p. Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/TUP/GUP/GUP
Nihil/LS dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu pada
mekanisme yang berlaku.
q. PPSM menyampaikan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS beserta
ADK SPM kepada KPPN dengan melampirkan:
a.
b.
c.
d.
Dokumen pendukung SPM;
Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan
Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP);
Kelengkapan pencairan PNBP terdiri dari daftar perhitungan jumlah
maksimal pencairan dana (MP), daftar rincian SPM jumlah
maksimal pencairan dana (MP), dan daftar rincian penggunaan UP
per kegiatan, dengan format sebagaimana berikut:
- 84 KOP SURAT
DAFTAR PERHITUNGAN
JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
KEGIATAN ..........................
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama Kantor/Satker
: Arsip Nasional Republik Indonesia
Nama dan Kode Kegiatan
: ......................................................
Nomor dan tanggal DIPA
: ......................................................
Target Pendapatan
: Rp. .................................
Pagu Pengeluaran Per Kegiatan
: Rp. .................................
Perhitungan Maksimum Pencairan Dana :
a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu (1)
b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (80,10% x 6.a)
c. Realisasi Pencairan Dana TA yang lalu (2)
d. Sisa Dana TA Anggaran yang lalu (b - c)
e. Sisa UP dan TUP TA Anggaran yang lalu …………….
f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh realisasi
PNBP TA berjalan (d - e) ……………………..
g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f ……………...
Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :
a. Setoran PNBP TA berjalan (1) ………………………………
b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (80,10% x 7.a)
c. Realisasi Pencairan Dana TA berjalan s/d SP2D lalu (termasuk-jumlah
SP2D yang telah dicairkan pada huruf 6.g)
d.
1. SP2D-UP
Rp. .....
2. SP2D-TUP
Rp. .....
3. SP2D-GUP
Rp. .....
4. SP2D-LS
Rp. .....
5. Jumlah
SPM UP/TUP/GUP/PTUP/LS/ yang dapat diajukan berikutnya
(7.b - 7.c5)
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
.....
.....
.....
.....
.....
Rp.
Rp.
....
.....
.....
.....
.....
Rp.
Rp.
Rp.
(+)
Rp.
.....
Rp.
Jakarta, ........................
a.n. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen
........................................
NIP. ..............................
(1).
(2).
Foto copy SSBP lembar 4 terlampir
Berdasarkan hasil rekonsiliasi realisasi dengan KPPN
DAFTAR RINCIAN SPM
JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
KEGIATAN .....................................
NAMA KANTOR/SATKER
: 450448 - ARSIP NASIONAL RI JAKARTA
NOMOR DAN TANGGAL DIPA
: ........................................................... (1)
NOMOR DAN TANGGAL REVISI DIPA
: ........................................................... (2)
NOMOR DAN TANGGAL MP
: ....................
Tanggal,
.............. (3)
NO
JENIS SPM
TGL/NO.SPM
NILAI (RP)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.
2
3
JUMLAH TOTAL
(8)
- 85 -
Keterangan :
(1)
Diisi nomor dan tanggal DIPA
(2)
Diisi nomor dan tanggal DIPA Revisi
(3)
Diisi nomor dan tanggal MP
(4)
Diisi Nomor Urut
(5)
Diisi Jenis SPM
(6)
Diisi Tanggal dan Nomor SPM
(7)
Diisi nilai rupiah SPM
(8)
Diisi jumlah total rupiah SPM
DAFTAR RINCIAN PENGGUNAAN UP PER KEGIATAN
Rincian Penggunaan UP Per Kegiatan
No.
Satker (Kode
Satker)
SPM UP
PNBP
(1)
(2)
(3)
Nomenklatur
Kegiatan (kode
kegiatan)
Jumlah Penggunaan
UP Per kegiatan
(4)
(5)
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
*)
I.
:
:
:
:
:
:
diisi dengan nomor urut
diisi dengan uraian dan kode satuan kerja bersangkutan
diisi dengan jumlah rupiah UP PNBP satuan kerja bersangkutan
diisi dengan uraian nomenklatur dan kode kegiatan sumber dana PNBP
diisi dengan jumlah rupiah per kegiatan sumber dana PNBP
diisi dengan jumlah total rincian UP per kegiatan
Jumlah rupiah pada angka (3) sama dengan jumlah rupiah pada angka (6)
KOREKSI/RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM, DAN SP2D
118. Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang
tidak mengakibatkan :
a. Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;
b. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
c. Perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satker.
119. Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I dan
Satker sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf c di atas, dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Perbendaharaan.
120. Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk :
a. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;
b. Pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar,
tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana,
cara penarikan, nomor register; atau
- 86 c. Koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang
tercantum pada SPP, SPM dan SP2D dokumen pendukungnya yang
disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana.
121. Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK.
122. Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADK
SPM dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPM
secara tertulis dari PPK sepanjang tidak mengubah SPM.
123. Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
koreksi SP2D secara tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM dan DK
yang telah diperbaiki.
124. Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2D belum
diterbitkan.
125. Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara tertulis
sepanjang SP2D belum diterbitkan.
126. Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas negara,
pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur
Jenderal Perbendahaan atau pejabat yang ditunjuk.
127. Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih dari satu
rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN berdasarkan
permintaan KPA.
128. Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D telah mendebet
kas Negara.
129. Koreksi/ralat SPM/SP2D dengan format sebagai berikut:
KOP SURAT
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
: ........(2)....
: Biasa
: 1 (Satu) Berkas
: Permintaan Koreksi Data ....(4)...
...... (3)......
Yth. Kepala KPPN .....(5)...
di ....
Bersama dengan surat ini kami menyampaikan permintaan koreksi data ....(4)...
sebagai berikut:
........(6)......
:
......(7)....
Tanggal : ....... (8)......
Yang telah diterbitkan .......(9)....
Nomor :
......(10)...
Tanggal : ......(11)......
Dengan detil koreksi sebagaimana terlampir.
Koreksi dimaksud dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. .......(12).....
2. .........
3. dst
Demikian kami sampaikan, terimakasih.
......(13).......Satker
........(14)............
.......(15)....
- 87 Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
Kop Surat Satuan Kerja
Diisi dengan nomor surat permintaan koreksi
Diisi dengan tanggal surat permintaan koreksi
Diisi nama dokumen yang dimintakan koreksi, yaitu: SPM/SP2D; SP3B
BLU/SP2B BLU; SP2HL/SPHL; dst
Diisi nama KPPN mitra kerja Satuan Kerja
Diisi nama dokumen yang dimintakan koreksi, yaitu: SPM/SP2D; SP3B
BLU/SP2B BLU; c. SP2HL/SPHL; dst
Diisi nomor dokumen yang dimintakan koreksi sesuai isian pada angka (6)
Diisi tanggal dokumen yang dimintakan koreksi sesuai isian pada angka (6)
Diisi nama dokumen yang dimintakan koreksi, yaitu : SP2D; SP2B BLU; SPHL;
dst
Diisi nomor dokumen yang dimintakan koreksi sesuai isian pada angka (9)
Diisi tanggal dokumen yang dimintakan koreksi sesuai isian pada angka (9)
Diisi alasan koreksi
Diisi Kuasa Pengguna Anggaran apabila dokumen yang akan dikoreksi
ditetapkan oleh KPA; atau Diisi Pejabat Penandatangan SPM apabila dokumen
yang akan dikoreksi ditetapkan oleh PP-SPM;
Diisi nama Satker yang mengajukan permintaan koreksi
Diisi nama KPA/PP-SPM dan NIP pejabat yang menandatangani surat
permintaan koreksi.
DETIL PERMINTAAN KOREKSI
Bagan Akun Standar *)
BAS Semula
Satker
KPPN
Akun
Program
Kegiatan/Output
Sumber Dana
Cara Tarik
Register P/H
Kewenangan
Lokasi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Nilai Semula
....(4)....
(3)
...(7)...dst
...(7)...dst
Nilai Koreksi
BAS Koreksi
Satker
KPPN
Akun
Program
Kegiatan/Output
Sumber Dana
Cara Tarik
Register P/H
Kewenangan
Lokasi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
....(6)...
(5)
....(7)...dst
...(7)...dst
Catatan:
Tidak ada penambahan atau pengurangan nilai Total Pengeluaran ataupunpun Total Penerimaan serta
Jumlah Keseluruhan dan kami telah mempertimbangkan ketersediaan dana pada DIPA satker kami.
Rekening Khusus *)
Semula
...(8)....
Koreksi
.....(9)...
Dalam hal dibebankan ke rekening khusus semula, kami menyadari bahwa KPPN tidak dapat mengubahnya.
Uraian (Deskripsi *)
Semula
....(10)....
Koreksi
....(11)...
KPA/PP-SPM.....(12)...
.....(13)....
- 88 -
Keterangan
No
Uraian Isian
(1)
Diisi nomor surat permintaan koreksi
(2)
Diisi tanggal surat permintaan koreksi
(3)
Diisi kode BAS awal yang akan dilakukan koreksi,
yang meliputi:
Satker
:
KPPN
:
Akun
:
Program
:
Kegiatan/Output
:
Sumber Dana
:
Cara Tarik
:
Register P/H
:
Kewenangan
:
Lokasi
:
Apabila diperlukan dapat ditambah
Bank
:
Anggaran
:
Intraco
:
Cadangan
:
(4)
Diisi nilai nominal semula yang akan dikoreksi
(5)
Diisi kode BAS koreksi, yang meliputi:
Satker
:
KPPN
:
Akun
:
Program
:
Kegiatan/Output :
Sumber Dana
:
Cara Tarik
:
Register P/H
:
Kewenangan
:
Lokasi
:
Apabila diperlukan dapat ditambah
Bank
:
Anggaran
:
Intraco
:
Cadangan
:
(6)
Diisi nilai nominal koreksi
(7)
Diisi data :
a. BAS semula dan nilai semula; dan
b. BAS koreksi dan nilai koreksi, yang lain
apabila terdapat koreksi dengan kombinasi
BAS yang berbeda.
(8)
Diisi beban Rekening Khusus semula
(9)
Diisi beban Rekening Khusus koreksi
(10)
Diisi uraian/deskripsi semula
(11)
Diisi uraian/deskripsi koreksi
(12)
Diisi nama Satker yang mengajukan koreksi
Diisi nama KPA/PP-SPM dan NIP pejabat yang
menetapkan surat permintaan koreksi
(13)
*)
Keterangan Tambahan
1 Set BAS dapat menjadi
banyak Set BAS dan
sebaliknya
Apabila berupa potongan
atau penerimaan maka
nilai bertanda negatif
1 Set BAS dapat menjadi
banyak Set BAS dan
sebaliknya
Apabila berupa potongan
atau penerimaan maka
nilai bertanda negatif
Apabila tidak ada koreksi terkait judul tabel, maka tabel dapat dapat dihilangkan
- 89 Format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: ........(2)....
NIP
: ........(3)....
Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran.....(4)...
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1.
Perbaikan atas kesalahan SPM/SP2D dilakukan dalam rangka pertanggungjawaban
Laporan Keuangan Satuan Kerja .....(5)......
2.
Segala hal yang terjadi akibat adanya perbaikan SPM/SP2D menjadi tangungjawab kami
sepenuhnya.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
.............(6)......
Kuasa Pengguna Anggaran,
(7)
..................(8)
.................. (9)
Keterangan:
(1)
Kop Surat Satuan Kerja
(2)
Diisi dengan Nama Lengkap KPA
(3)
Diisi dengan NIP KPA
(4)
Diisi dengan nama Satker dari KPA
(5)
Diisi dengan nama Satker
(6)
Diisi tempat dan tanggal pembuatan SPTJM
(7)
Diisi dengan tanda tangan KPA
(8)
Diisi dengan Nama Lengkap KPA
(9)
Diisi dengan NIP KPA
130. Return SP2D terdiri dari berkas dengan format sebagai berikut:
KOP SURAT
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
: .....
tempat, tgl, bln,tahun
: Sangat Segera
: 1 (Satu) Berkas
: Ralat/Perbaikan Data Rekening Penerima Pembayaran
Yth. Kepala KPPN .....
di ....
Sehubungan dengan Surat Saudara Nomor...... Tanggal.... hal Pemberitahuan Return
SP2D, dengan ini kami sampaikan ralat/perbaikan rekening (daftar terlampir). Daftar
ralat/perbaikan sebagaimana tersebut diatas sudah kami teliti dan sesuaikan dengan data
rekening yang ada pada bank penerima.
Kami mohon ralat rekening tersebut dapat Saudara tindaklanjuti sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimaksih.
a.n. Kuasa Pengguna Anggaran
PP-SPM
(Nama)
NIP (.......)
- 90 -
DAFTAR RALAT/PERBAIKAN DATA REKENING PENERIMA PEMBAYARAN SATKER...(1)....(2)... PERIODE....(3) S.D... (4)...
No.
Nomor
SP2D
Tanggal
SP2D
Uraian SP2D Return
Nama &
Kode
Satker
Nilai
SP2D
(13)
(5)
(6)
(7)
Nilai
Permintaan
Pembayaran
Return
(14)
Keterangan
Return
Perbaikan Data Penerima
Pembayaran
(15)
(8)
Nama Bank:...(9)..
No. Rekening : ...(10)...
Pemilik Rekening : ...(11)..
Uraian : ...(12)...
1.
Nama
Bank
No.
Rekening
Pemilik
rekening
Lainnya
:
:
:
:
...(16)..
...(17)...
...(18)..
...(19)...
2.
(20)
Jumlah Total Permintaan Pembayaran Return
<tempat>, <tanggal, bulan, tahun>,
a.n. Kuasa PA
PP-SPM
(Nama)
NIP (.....)
PETUNJUK PENGISIAN
DAFTAR RALAT/PERBAIKAN DATA REKENING PENERIMA PEMBAYARAN
No
Uraian Isian
(1)
Nama Satker
(2)
Kode Satker
(3)
Periode penerimaan retur :dari
(4)
Periode penerimaan retur :sampai dengan
Keterangan Tambahan
dd-mm-yyyy
dd : tanggal
mm : bulan
yyyy: tahun
cont: 05-05-2014
dd-mm-yyyy
dd : tanggal
mm : bulan
yyyy: tahun
cont: 06-05-2014
(5)
Nomor Urut
1,2, dst
(6)
Nomor SP2D berdasarkan urutan
penerimaan retur (15 digit SP2D + 6 digit
sequence)
(7)
Tanggal SP2D
15 digit nomor SP2D ditambah 6 digit
sequence
Contoh: 141311302000098-000001
dd-mm-yyyy
dd : tanggal
mm : bulan
yyyy: tahun
cont: 05-05-2014
(8)
Nama Kode Satker
(9)
Nama Bank
(10)
Nomor Rekening
(11)
Nama Pemilik Rekening
(12)
Uraian SP2D
(13)
Nilai SP2D yang diretur
(14)
Nilai permintaan pembayaran retur
(15)
Keterangan / alasan retur
(16)
Perbaikan Nama Bank atas uraian SP2D
Retur (kolom 9)
- Jika tidak terdapat perubahan maka
diisi dengan “tetap”
- Jika retur disebabkan karena
kesalahan nama bank maka diisi
dengan nama bank yang telah diralat
- 91 -
(17)
Perbaikan Nomor Rekening atas uraian
SP2D Retur (kolom 10)
(18)
Perbaikan Pemilik Rekening atas uraian
SP2D Retur (kolom 11)
(19)
Perbaikan selain nama bank, nomor
rekening, dan nama pemilik rekening
mengacu pada keterangan retur (kolom 15)
(20)
Jumlah Total Perbaikan data rekening
penerimaan yang akan dimintakan
pembayaran kembali
- Jika tidak terdapat perubahan maka
diisi dengan “tetap”
- Jika retur disebabkan karena
kesalahan nomor rekening maka diisi
dengan nomor rekening yang telah
diralat
- Jika tidak terdapat perubahan maka
diisi dengan “tetap”
- Jika retur disebabkan karena
kesalahan nama pemilik rekening maka
diisi dengan nama rekening yang telah
diralat
Jika retur disebabkan karena
kesalahan selain nama bank, nomor
rekaning, nama pemilik rekening (kolom
9 s.d kolom 11) maka diisi
ralat/perbaikan yang telah dilakukan
Jumlah kolom 14
KOP SURAT
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: ........(1)....
NIP
: ........(2)....
Jabatan
: .......(3)....
Satuan Kerja : ........(4)....
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Bertanggungjawab penuh atas permintaan pembayaran kembali sebesar Rp...(5)...
(dengan huruf).... sesesuai daftar ralat/perbaikan rekening penerima pembayaran
pada lampiran surat kami Nomor.....(6)....Tanggal...(7).....Perihal....(9)....
2. Apabila dikemudian hari terdapat kesalahan dan/atau kelebihan atas pembayaran
tersebut, sebagian atau seluruhnya, kami bertanggungjawab sepenuhnya dan
bersedia menyetorkan atas kesalahan dan/atau kesalahan pembayaran tersebut ke
Kas Negara.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
tempat, tanggal, bulan, tahun
a.n. Kuasa PA,
PP-SPM
(Nama)
NIP.(.........)
Keterangan
(1) Diisi dengan
(2) Diisi dengan
(3) Diisi dengan
(4) Diisi dengan
(5) Diisi dengan
(6) Diisi dengan
(7) Diisi dengan
(8) Diisi dengan
pejabat penanda tangan SPTJM
Nomor Induk Pegawai (NIP) PP-SPM
Nama Jabatan KPA
nama Satker
jumlah permintaan pembayaran kembali
nomor Surat Ralat/Perbaikan Data Rekening Penerima Pembayaran
tanggal Surat Ralat/Perbaikan Data Rekening Penerima Pembayaran
perihal Surat Ralat/Perbaikan Data Rekening Penerima Pembayaran
- 92 -
KOP SURAT..... (1)
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
:
:
:
:
.......(2)
....
......(3)
......(4)
Yth. ......(6)
..............(7)
1.
Dengan memperhatikan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor :
PER-30/PB/2014 tentang Mekanisme Penyelesaian dan Penatausahaan Retur
Surat Perintah Pencairan Dana Dalam Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara, dengan ini kami mengajukan Permintaan Perubahan Data Supplier.
a. Nama Supplier
: ........(8)
b. Nomor Register Suplier
: .........(9)
2.
Subtansi perubahan data supplier dimaksud adalah sebagai berikut:
Data Suplier Sebelum Perubahan
Data Suplier Setelah Perubahan
3.
Nama Pemilik Rekening : ......(10)
Nama Pemilik Rekening : .....(11)
Alamat : ......(12)
Alamat : ......(13)
.... dan lain-lain
.... dan lain-lain
Kepala Biro ,
Sebagai bahan pertimbangan permohonan dimaksud, berikut kami lampirkan :
a. Foto Copy Buku Rekening Bank/Rekening Koran untuk melengkapi; atau
b. ....... (14).
4.
Apabila di kemudian hari terdapat konsekuensi atas data yang kami sampaikan,
maka kami menyatakan siap menanggung segala akibat dan tanggung jawab
yang ditimbulkan oleh data yang kami sampaikan.
5.
Demikian atas kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Pejabat Pembuat Komitmen,
(15)
......................(16)
......................(17)
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERMINTAAN PERUBAHAN DATA SUPLIER
No
Uraian Isian
(1)
Diisi dengan kop instansi berkenaan
(2)
Diisi dengan nomor surat
(3)
(4)
(5)
Diisi dengan jumlah lampiran berkenaan. (Lampiran berupa surat keterangan
domisili supplier dan/atau fotokopi buku rekening supplier)
Diisi dengan hal surat (perubahan alamat supplier/atau nama pemilik
rekening).
Diisi dengan tanggal pembuatan surat
- 93 (6)
Diisi dengan Kepala KPPN tempat satker melakukan pembayaran
(7)
Diisi dengan alamat KPPN berkenaan
(8)
Diisi dengan Kepala KPPN tempat satker melakukan pembayaran
(9)
Diisi dengan nomor register supplier berkenaan
(10)
Diisi dengan nama pemilik rekening supplier sebelum perubahan data
(11)
Diisi dengan nama pemilik rekening supplier setelah perubahan data
(12)
Diisi dengan alamat supplier sebelum perubahan data
(13)
Diisi dengan alamat supplier setelah perubahan data
(14)
Diisi dengan nama lampiran sesuai perubahan data supplier berkenaan
(15)
Diisi dengan tanda tangan Pejabat Pembuat Komitmen
(16)
Diisi dengan nama lengkap Pejabat Pembuat Komitmen
(17)
Diisi dengan NIP Pejabat Pembuat Komitmen
J. RALAT SETORAN PENERIMAAN
131.
Ralat penerimaan dilakukan apabila terdapat kesalahan penulisan
pembebanan anggaran baik program, kegiatan, sub kegiatan, akun
belanja dan akun pendapatan, yang telah dilakukan penyetoran
penerimaannya ke Kas Negara baik dari pengembalian belanja tahun
berjalan maupun PNBP. Terhadap hal ini, harus segera dilakukan
perbaikan/ralat sesuai jenis kesalahannya kepada KPPN.
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
KOP SURAT
: ............ (1)
........(3).......
: Biasa
: ...... (2)
: Permohonan Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara
Yth. ......... (4)
di .......(5)
Bersama ini kami mengajukan permohonan perbaikan transaksi penerimaan negara
sebagaimana tersebut pada Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara. Sebagai
bahan pertimbangan kami lampirkan:
1.
Fotokopi SSPB/SSBP beserta NTPN.
2.
Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara.
Demikian kami sampaikan untuk mendapat penyelesaian lebih lanjut.
Kuasa Pengguna Anggaran,
(6)
......... (7)
.......... (8)
Keterangan:
(1) Diisi Nomor Surat
(2) Diisi dengan jumlah lampiran
(3) Diisi tempat dan tanggal surat
- 94 (4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Diisi dengan unit yang melakukan pencatatan dan pembukuan penerimaan negara
pada SPAN yaitu Kepala KPPN.... atau Direktur Pengelolaan Kas Negara
Diisi dengan alamat KPPN/Direktorat Pengelolaan Kas Negara
Diisi dengan tanda tangan KPA
Diisi dengan Nama Lengkap KPA
Diisi dengan NIP KPA
DAFTAR RINCIAN PERBAIKAN TRANSAKSI PENERIMAAN NEGARA
SSPB
Perbaikan atas Dokumen
Dokumen Nomor....
SSBP
Tanggal Dokumen....
Tanggal Setor...
Uraian:
Semula
Segmen
Rp
No
Satker
KPPN
Program
Output
Bank
Kewenangan
Lokasi
Anggaran
Dana
Antar
Entitas
Jumlah
Menjadi
Segmen
Rp
No
Satker
KPPN
Program
Output
Bank
Kewenangan
Lokasi
Anggaran
Dana
Antar
Entitas
Jumlah
K. PELAKSANAAN PEMBAYARAN PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN
131. Dalam kondisi akhir tahun anggaran, batas terakhir pembayaran atas
beban APBN dapat dilakukan sebelum tanggal terakhir pada akhir
tahun.
132. Penetapan
batas
terakhir
pembayaran
dilakukan
dengan
mempertimbangkan kebutuhan BUN untuk menyelesaikan administrasi
pengelolaan Kas Negara.
133. Dalam pertanggungjawaban UP/TUP pada akhir tahun anggaran,
pengajuan SPM dan SP2D GUP Nihil/PTUP dapat dilakukan melampaui
tahun anggaran.
134. Batas akhir penerbitan SPM GUP Nihil/PTUP ditetapkan dengan
mempertimbangkan kelancaran penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
135.
Pembayaran gaji, honorarium, uang makan dan uang lembur pada akhir
tahun ditentukan sebagai berikut :
- 95 a. Pembayaran gaji bulan Januari tahun anggaran berikutnya, PPSPM
mengajukan SPM-LS gaji ke KPPN paling lambat pada tanggal 10
Desember tahun anggaran berkenaan;
b. Pembayaran honorarium bulan desember tahun anggaran berkenaan
dapat dibayarkan pada bulan desember tahun anggaran berkenaan
dengan melampirkan surat penyataan tanggungjawab mutlak yang
ditandatangani oleh KPA;
c. Pembayaran uang makan dan uang lembur pegawai negeri sipil bulan
desember dapat dibayarkan pada tahun anggaran berkenaan dengan
uang persediaan;
d. Sisa dana UP/TUP tahun anggaran berkenaan yang masih berada
pada kas bendaharaan pengeluaran dan bendahara pengeluaran
pembantu baik tunai maupun yang masih ada didalam rekening
bank/pos harus disetorkan ke kas negara paling lambat hari kerja
terakhir menggunakan surat setoran bukan pajak (SSBP) dan
disetorkan melalui bank/pos persepsi mitra kerja KPPN berkenaan.
136. Pengeluaran terhadap kontrak pada akhir tahun :
a. Pembayaran untuk tagihan pihak ketiga atas kontrak yang prestasi
pekerjaannya belum mencapai 100% (seratus persen), harus dilampiri
asli jaminan nilai jaminan sebesar nilai pekerjaan yang belum
diselesaikan;
b. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan yang tidak terselesaikan/tidak
dapat diselesaikan 100% (seratus persen) sampai dengan berakhirnya
masa kontrak, pihak KPPN berwenang mengajukan klaim pencairan
jaminan untuk Kas Negara. Besaran klaim tersebut ditambah sanksi
dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku;
c. Klaim pencairan jaminan tanpa memperhitungkan pajak yang telah
disetorkan ke Kas Negara melalui Potongan SPM dan apabila terdapat
kelebihan pembayaran pajak tersebut dilakukan sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan dibidang Perpajakan.
137. Ketentuan lebih lanjut terkait pencairan dana pada akhir tahun, akan
diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran KPA.
L.
MEKANISME REVISI ANGGARAN
138. Revisi anggaran meliputi perubahan rincian anggaran pada Bagian
Anggaran ANRI yang terdiri atas:
a. perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau
pengurangan
pagu
anggaran
termasuk
pergeseran
rincian
anggarannya;
b. perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran
tetap
c. perubahan/ralat karena kesalahan administrasi.
- 96 139. Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan alokasi anggaran dan/atau
perubahan jenis belanja dan/atau volume Keluaran pada
140.
141.
142.
143.
a.
Kegiatan;
b.
Satker;
c.
Program;
d.
APBN.
Revisi Anggaran dilakukan dalam hal terjadi:
a.
perubahan atas APBN Tahun Anggaran 20xx;
b.
Instruksi Presiden mengenai penghematan anggaran; dan/atau
c.
Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan lainnya.
Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau
pengurangan pagu anggaran termasuk pergeseran rincian anggarannya
sebagaimana dimaksud pada angka 138 huruf a sebagai akibat dari
adanya hal-hal sebagai berikut:
a.
perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP;
b.
perubahan pagu anggaran dalam rangka penyesuaian kurs;
c.
perubahan pagu anggaran transfer ke daerah.
Perubahan rincian anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 142
mengakibatkan perubahan berupa:
a. penambahan
alokasi
anggaran
pada
Keluaran/
Kegiatan/Program/Satker/APBN dan penambahan volume Keluaran;
b. penambahan
alokasi
anggaran
pada
Keluaran/
Kegiatan/Program/Satker/APBN dan volume Keluaran tetap; atau;
atau
c. pengurangan
alokasi
anggaran
pada
Keluaran/
Kegiatan/Program/Satker/APBN dan volume Keluaran tetap.
Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran
tetap sebagaimana dimaksud pada angka 138 huruf b sebagai akibat
dari adanya hal-hal sebagai berikut:
a. Hasil Optimalisasi;
b. Sisa Anggaran Swakelola;
c. Kekurangan Biaya Operasional;
d. Perubahan Prioritas Penggunaan Anggaran;
e. Perubahan Kebijakan Pemerintah; dan/atau
f. Keadaan Kahar.
144. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran
tetap sebagaimana dimaksud pada angka 143 dibedakan dalam:
a. pagu anggaran tetap pada level Program atau dalam 1 (satu)
Program; dan
b. pagu anggaran tetap pada level APBN atau antar Program.
145. Pagu anggaran tetap pada level Program atau dalam 1 (satu) Program
sebagaimana dimaksud pada angka 144 huruf a meliputi:
a. pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)
Satker;
b. pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
c. pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar
Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
- 97 Jenderal Perbendaharaan;
d. pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar
Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berbeda;
e. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker
dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
f. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker
dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berbeda;
g. pergeseran antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker;
h. pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
i. pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
j. penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA;
k. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht (kekuatan
hukum tetap);
l. penggunaan dana Output Cadangan;
m. penambahan/perubahan rumusan kinerja;
146. Pagu anggaran tetap pada level APBN atau antar Program sebagaimana
dimaksud pada angka 144 huruf b meliputi:
a. pergeseran anggaran dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke BA K/L;
b. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht; dan/atau
c. pergeseran anggaran dari Bagian Anggaran K/L ke Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara.
147. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran sebagaimana dimaksud
pada angka 146 huruf a sampai dengan huruf i, terdiri atas:
a. pergeseran anggaran dan penambahan volume Keluaran;
b. pergeseran anggaran dan volume Keluaran tetap;
c. pergeseran antarjenis belanja;
d. pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya
operasional;
e. pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih
kurs;
f. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun
yang lalu;
g. pergeseran dalam satu provinsi untuk kegiatan dalam rangka
dekonsentrasi;
h. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;
pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian kegiatan-kegiatan
i. pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi
bencana alam tahun 20xx-1;
j. pergeseran anggaran dalam rangka tanggap darurat bencana;
dan/atau
k. pergeseran anggaran dalam rangka percepatan pencapaian Keluaran
prioritas nasional dan/atau prioritas K/L.
- 98 148. Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 138 huruf c meliputi:
a.
ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam
peruntukan dan sasaran yang sama;
b.
ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dalam
1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
c.
ralat kode KPPN dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
d.
perubahan nomenklatur bagian anggaran dan/atau Satker
sepanjang kode tetap;
e.
ralat kode kewenangan;
f.
ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam 1 (satu) wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
g.
ralat kode lokasi dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang berbeda dan lokasi KPPN dalam 1
(satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
h.
ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
i.
ralat kode Satker;
j.
ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang
berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI
dengan Pemerintah;
k.
ralat rencana penarikan dana atau rencana penerimaan dalam
halaman III DIPA;
l.
ralat pencantuman volume Keluaran dalam DIPA; dan/atau
m.
perubahan pejabat perbendaharaan.
149. Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan
alokasi anggaran terhadap:
a. kebutuhan Biaya Operasional Satker kecuali untuk memenuhi Biaya
Operasional pada Satker lain dan dalam peruntukan yang sama;
b. pembayaran berbagai tunggakan;
c. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan
dananya sehingga menjadi minus.
150. Revisi Anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai
penyusunan dan penelaahan RKA-K/L sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk penyusunan dan
penelaahan RKA-K/L.
151. Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume
Keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA.
152. Dalam hal terdapat Perubahan Prioritas Penggunaan Anggaran,
Perubahan Kebijakan Pemerintah, atau Keadaan Kahar yang
mengakibatkan volume Keluaran dalam DIPA berkurang, usul
pengurangan volume Keluaran diatur dengan ketentuan dalam hal
volume Keluaran yang berkurang merupakan volume Keluaran dari
- 99 Kegiatan Prioritas Kementerian/Lembaga, usul pengurangan volume
Keluaran disampaikan kepada Kepala ANRI selaku Pengguna Anggaran.
153. Sekretaris Utama mengajukan usul Revisi Anggaran kepada Direktur
Jenderal Anggaran berdasarkan persetujuan dari Kepala ANRI
sebagaimana dimaksud pada angka 152.
154. Pergeseran anggaran antar Kegiatan dapat dilakukan sepanjang tidak
mengurangi volume Keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA dan
digunakan untuk hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan,
atau yang tidak dapat ditunda.
155. Hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan, atau yang tidak
dapat ditunda sebagaimana dimaksud pada angka 154 merupakan
kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Arsip
Nasional Republik Indonesia.
156. Pergeseran anggaran antar Kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka
154 harus dilengkapi nota dinas yang menjelaskan urgensi dari
pergeseran anggaranyang disetujui oleh pejabat Eselon I.
157. Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP sebagaimana
dimaksud pada angka 141 huruf a merupakan tambahan alokasi
anggaran yang dapat digunakan oleh ANRI.
158. Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP sebagaimana
dimaksud pada angka 157 sebagai akibat
a. kelebihan realisasi atas target yang direncanakan dalam APBN atau
APBN Perubahan;
b. adanya
PNBP
yang
berasal
dari
kontrak/kerjasama/nota
kesepahaman atau dokumen yang dipersamakan;
c. adanya satuan kerja PNBP baru;
d. diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan tentang persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP.
159. Perubahan karena penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV
DIPA sebagaimana dimaksud dalam angka 145 huruf j merupakan
penghapusan/perubahan sebagian atau seluruh catatan dalam halaman
IV DIPA pada alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan.
160. Penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA sebagaimana
dimaksud pada angka 159 terdiri atas:
a. penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA
karena masih memerlukan persetujuan DPR RI;
b. Penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA
karena harus dilengkapi dasar hukum pengalokasiannya
dan/atau dokumen terkait;
c. penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA
karena masih harus didistribusikan ke masing-masing satker;
d. DIPA karena masih memerlukan penelaahan dan/atau
persetujuan Kementerian Perencanaan/Bappenas;
e. penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA
karena masih memerlukan reviu Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan; dan/atau
- 100 161. Penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA sebagaimana
dimaksud pada angka 159 dapat dilakukan setelah persyaratan dipenuhi
dengan lengkap.
162. Dalam hal persetujuan DPR RI sebagaimana dimaksud pada angka 160
huruf a isinya berbeda dengan rincian yang dituangkan dalam RKA-K/L
dan DIPA, penghapusan/ perubahan catatan dalam halaman IV DIPA
dapat
dilakukan
setelah
dilakukan
penelaahan
antara
Kementerian/Lembaga,
Kementerian
Perencanaan/Bappenas,
dan
Kementerian Keuangan.
163.
Tata cara penelaahan sebagaimana dimaksud pada angka 162
dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai petunjuk penyusunan dan penelahaan RKA-K/L.
164. Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht sebagaimana
dimaksud pada angka 145 huruf k merupakan kewajiban pengeluaran
yang timbul sehubungan dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
165. Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht sebagaimana
dimaksud pada angka 164 merupakan tanggung jawab ANRI.
166. Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht dapat dilakukan
antarjenis belanja dan/atau antarjenis Kegiatan dalam 1 (satu) program
dan/atau antarprogram dalam 1 (satu) Kementerian/Lembaga.
167. Penggunaan dana output cadangan sebagaimana dimaksud pada angka
145 huruf l merupakan pemanfaatan kembali alokasi anggaran yang telah
dialokasikan dalam RKA-K/L dan belum jelas peruntukannya.
168. Penggunaan dana output cadangan dapat dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. mendanai kebutuhan Biaya Operasional Satker;
b. mendanai kegiatan yg bersifat mendesak, kedaruratan atau yang tidak
dapat ditunda; dan/atau
c. mendanai kebutuhan prioritas Kementerian/Lembaga.
169. Pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan output cadangan dapat
dilakukan dalam Kegiatan yang sama dan/atau antar Kegiatan dalam satu
Program.
170. Penambahan/perubahan Rumusan Kinerja sebagaimana dimaksud pada
angka 145 huruf m dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja
ANRI dan/atau menindaklanjuti adanya perubahan tugas fungsi.
171. Penambahan/perubahan Rumusan Kinerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. penambahan/perubahan rumusan Keluaran; dan/atau
b. penambahan/perubahan
Keluaran.
rumusan
selain
rumusan
172. Penambahan/perubahan rumusan Keluaran sebagaimana dimaksud pada
angka 171 huruf a dapat dilakukan:
- 101 a. sebagai akibat adanya penyempurnaan rumusan nomenklatur,
perubahan tugas fungsi unit dan/atau adanya tambahan penugasan;
b. sepanjang tidak mengubah pagu anggaran dan tidak mengurangi
volume
KeluaranKebijakan
Prioritas
Pemerintah
Yang
Telah
Ditetapkan; dan
c. sepanjang penambahan/perubahan rumusan Keluaran belum tersedia
dalam database RKA-K/L/DIPA 20xx.
173. Tata cara penambahan/perubahan rumusan Keluaran sebagaimana
dimaksud pada angka 172 diatur dengan ketentuan usulan
penambahan/perubahan rumusan Keluaran diajukan oleh Pejabat
Eselon I kepada Kepala ANRI.
174. Penambahan/perubahan rumusan selain rumusan Keluaran sebagaimana
dimaksud pada angka 172 huruf b dapat dilakukan:
a. sebagai akibat adanya reorganisasi atau penyempurnaan perumusan
nomenklatur antara lain nomenklatur program, indikator kinerja
program, kegiatan, indikator kinerja kegiatan, fungsi, perubahan
tugas fungsi unit dan/atau adanya tambahan penugasan; dan
b. sepanjang tidak mengubah pagu anggaran dan tidak mengurangi
volume Keluaran Kebijakan Prioritas ANRI Yang Telah Ditetapkan.
175. Tata cara penambahan/perubahan rumusan selain rumusan Keluaran
sebagaimana dimaksud pada angka 174 diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. usulan penambahan/perubahan rumusan selain rumusan Keluaran
diajukan oleh Pejabat Eselon I kepada Sekretaris Utama, selanjutnya
Sekretaris Utama mengajukan usulan dimaksud kepadaDJA dan
Deputi Pendanaan Pembangunan Bappenas;
b. penambahan/perubahan rumusan selain rumusan Keluaran dapat
ditetapkan sepanjang telah disepakati dalam pertemuan tiga pihak
antara Kementerian Perencanaan/Bappenas, Kementerian Keuangan,
dan Kementerian/ Lembaga yang bersangkutan;
c.
hasil penambahan/perubahan rumusan selain rumusan Keluaran
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perubahan database RKAKL/DIPA; dan
d. perubahan database RKA-KL/DIPA menjadi dasar pengajuan revisi
RKA-K/L dan revisi DIPA kepada Direktur Jenderal Anggaran.
176. Pergeseran anggaran dan penambahan volume Keluaran sebagaimana
dimaksud pada angka 147 huruf a dapat dilakukan sepanjang tidak
mengurangi volume Keluaran dalam DIPA termasuk dalam rangka
addendum kontrak sampai dengan 10% (sepuluh persen) dari nilai
kontrak.
177. Pergeseran anggaran dan volume Keluaran tetap sebagaimana dimaksud
pada angka 147 huruf b dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi
volume Keluaran dalam DIPA.
178. Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan Biaya
Operasional sebagaimana dimaksud pada angka 147 huruf d dapat
dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA.
- 102 179. Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun yang
lalu sebagaimana dimaksud pada angka 147 huruf f dapat dilakukan
sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA.
180. Dalam hal jumlah seluruh tunggakan per DIPA per Satker sebagaimana
dimaksud pada angka 179 nilainya:
a.
sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
harus dilampiri SPTJM dari Kuasa Pengguna Anggaran;
b.
di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus
dilampiri hasil verifikasi dari Inspektorat ANRI; dan
c.
di atas Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah),
dilampiri hasil verifikasi dari BPKP setempat.
harus
181. Dalam hal tunggakan tahun lalu sebagaimana dimaksud padaangka 179
terkait dengan:
a. belanja pegawai khusus gaji dan tunjangan yang
melekat pada gaji;
b. uang makan;
c. belanja perjalanan dinas pindah;
d. langganan daya dan jasa;
e. imbalan jasa layanan Bank/Pos Persepsi;
f.
pembayaran provisi benda meterai,
yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belum dibayarkan pada
tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran berjalan
tanpa melalui mekanisme revisi DIPA sepanjang alokasi anggaran untuk
peruntukan yang sama sudah tersedia.
182. Untuk tunggakan lain dan/atau tunggakan sebagaimana dimaksud pada
angka 181 yang alokasi anggarannya belum tersedia, dapat dibebankan
pada DIPA tahun anggaran berjalan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. merupakan tagihan atas pekerjaan/penugasan yang alokasi
anggarannya cukup tersedia pada DIPA tahun lalu; dan
b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan tetapi
dibayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran lalu.
belum
183. Pergeseran dalam satu
provinsi untuk kegiatan dalam rangka
dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada angka 147 huruf g dapat
dilakukan dalam hal terjadi perubahan prioritas atau kebijakan dari ANRI.
184. Pergeseran sebagaimana dimaksud pada angka 183 dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari Kepala ANRI.
185. Pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru
sebagaimana dimaksud pada angka 147 huruf h dapat dilakukan dalam
hal ketentuan mengenai pembentukan kantor baru telah mendapat
persetujuan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi.
- 103 186. Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 185 dilakukan
melalui pergeseran anggaran dari DIPA Petikan Satker Induk ke DIPA
Petikan Satker baru.
187. Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 185 dapat
dipenuhi melalui pergeseran:
a. dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker
dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
b. dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker
dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berbeda;
c. antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1 (satu)
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
d. antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam wilayah
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
berbeda.
e. antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; atau
f.
antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda.
188.
Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian kegiatan-kegiatan
pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi bencana
alam tahun 20xx-1 sebagaimana dimaksud pada angka 147 huruf i dapat
dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA.
189.
Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 188
pendanaannya bersumber dari pagu anggaran ANRI Tahun Anggaran 20xx.
199. Pengajuan usulan pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada angka
188 disampaikan kepada Sekretaris Utama, selanjutnya Sekretaris Utama
mengajukan usulan tersebut kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Anggaran dalam bentuk konsep Revisi Anggaran paling lambat
pada tanggal 31 Januari 20XX.
200. Pergeseran anggaran dalam rangka tanggap darurat bencana sebagaimana
dimaksud pada angka 147 huruf j dapat digunakan untuk mendanai
pelaksanaan mitigasi bencana, tanggap darurat, dan penanganan pasca
bencana.
201. Pergeseran anggaran dalam rangka tanggap darurat bencana sebagaimana
dimaksud pada angka 200 diajukan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna
Anggaran
dengan
dilengkapi
alasan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
202. Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 200 dapat
dipenuhi melalui pergeseran:
a. dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker
dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
b. dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker
dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
- 104 Perbendaharaan yang berbeda;
c. antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1 (satu)
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
d. antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam wilayah
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
berbeda;
e. antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; atau
f. antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda.
203. Pergeseran anggaran dalam rangka percepatan pencapaian Keluaran
prioritas nasional dan/atau prioritas ANRI sebagaimana dimaksud pada
angka 147 huruf k dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume
Keluaran dalam DIPA.
204. Keluaran prioritas nasional dan/atau prioritas ANRI sebagaimana dimaksud
pada angka 203 merupakan Keluaran yang tercantum dalam RPJMN
dan/atau Renstra ANRI.
205. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran yang memerlukan
penelaahan meliputi:
a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP;
b. percepatan Penarikan PHLN dan/atau PHDN;
c. penerimaan HLN/HDN setelah Undang-Undang mengenai APBN
Tahun Anggaran 20xx ditetapkan;
d. pengurangan alokasi pinjaman proyek luar negeri;
e. perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi Energi;
f.
perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang;
g. lanjutan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka Penerusan Pinjaman;
h. percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka
Penerusan Pinjaman;
i.
lanjutan pelaksanaan
Penerusan hibah;
Kegiatan
dalam
rangka
j. percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka
penerusan hibah;
k.
percepatan realisasi pelaksanaan
dananya bersumber dari SBSN PBS;
proyek
yang
l. perubahan pagu anggaran pembayaran cicilan pokok
utang;
m. perubahan pagu anggaran Penyertaan Modal Negara
(PMN);
n.
perubahan
pagu
anggaran
dalam
rangka
penyesuaian kurs;
o. pengurangan alokasi hibah luar negeri;
- 105 p. perubahan pagu anggaran transfer ke daerah;
q. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht;
r. penggunaan dana Output Cadangan;
s. penambahan/perubahan rumusan kinerja;
t. perubahan komposisi instrumen pembiayan utang;
u. pergeseran anggaran dalam satu subbagian anggaran Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara.
v. pergeseran anggaran dari Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke BA K/L;
w. pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran
999 (Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara); dan/atau
x. pergeseran anggaran dari BA K/L ke Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara.
206. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran yang tidak
memerlukan penelaahan meliputi:
a. pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan
antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
b. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker
dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berbeda;
c. penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA;
d. ralat kode KPPN dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
e
ralat kode kewenangan;
f.
ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
g. ralat kode Satker; dan/atau
h. ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang berbeda
antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI dengan
Pemerintah.
207. Mekanisme Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran
sebagaimana dimaksud pada angka 206 dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pejabat Eselon I menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada
Sekretaris Utama selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang dilampiri
dokumen pendukung berupa:
1.
Nota Dinas Usulan Revisi Anggaran beserta urgensi;
2.
Matriks Perubahan (semula-menjadi);
3.
KAK dan RAB;
4.
ADK RKA-K/L Revisi; dan
- 106 5.
Data Pendukung.
b. Sekretaris Utama selaku Kuasa Pengguna Anggaran memeriksa
usulan Revisi Anggaran beserta urgensi
c. Sekretaris Utama selaku Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan
usulan revisi yang telah diperiksa kepada Biro Perencanaan untuk
dilakukan proses analisis. Proses analisis Revisi Anggaran pada Biro
Perencanaan sebagaimana dimaksud diselesaikan paling lambat 3
(tiga) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap
d. Biro Perencanaan menyampaikan hasil analisis kepada Inspektorat
ANRI untuk dilakukan reviu. Proses reviu Revisi Anggaran pada
Inspektorat ANRI sebagaimana dimaksud diselesaikan paling lambat 3
(tiga) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap
e. Berdasarkan hasil reviu, Sekretaris Utama/KPA menyampaikan
usulan Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran/Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan melampirkan
dokumen pendukung berupa:
1.
Surat Usulan Revisi Anggaran yang ditandatangani oleh
Sekretaris Utama/KPA dan dilampiri matriks perubahan
(semula-menjadi);
2.
SPTJM yang ditandatangani oleh Sekretaris Utama/KPA;
3.
ADK RKA-K/L DIPA Revisi Satker; dan
4.
RKA Satker.
Proses Revisi Anggaran pada Direktur Jenderal Anggaran/ Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud diselesaikan
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap.
208.Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal
Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 207 adalah sebagai berikut:
1) Unit Kerja Eselon I mengajukan usulan perubahan anggaran kepada
Sekretaris Utama selaku KPA dalam hal:
a. Urgensi tidak tepat;
b. Dokumen pendukung tidak lengkap’
c. KPA menolak usulan perubahan anggaran unit kerja eselon I
2) KPA memeriksa menyiapkan usulan perubahan anggaran untuk
direviu oleh Inspektorat ANRI;
3) Reviu dilakukan Inspektorat ANRI yaitu melakukan verifikasi atas
kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan serta
kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran;
4) Setelah usulan Revisi Anggaran direviu oleh Inspektorat ANRI, KPA
menyiapkan usualn-usulan Revisi Anggaran dan melengkapi dokumen
pendukung untuk disampaikan kepada DJA;
5) DJA meneliti surat usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen
pendukung;
6) DJA melakukan penelaahan dengan ANRI untuk usulan revisi yang
menyebabkan pagu anggaran ANRI berubah dalam hal:
a. Dokumen pendukung tidak lengkap;
b. Penelaahan revisi anggaran ditolak;
- 107 c. DJA akan menetapkan surat penolakan revisi anggaran dan
menyampaikannya ke Sekretaris Utama.
7) Dalam hal penelaahan atau penelitian kelengkapan revisi anggaran
disetujui, DJA akan menerbitkan DHP RKA-K/L revisi;
8) Berdasarkan DHP RKA-K/L revisi, DJA akan mengunggah ADK RKAKL DIPA revisi untuk diperbarui database;
9) Setelah database diunggah, server akan memberikannotifikasi
persetujuan revisi dan menerbitkan kode digital stamp yang baru;
10) DJA menerbitkan surat persetujuan revisi yang dilampiri notifikasi
sistem;
11) KPA menerima persetujuan revisi dari DJA dan melaksanakan
kegiatan sesuai persetujuan revisi dengan sekaligus menerbitkan POK
Revisi.
209. Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh ANRI memuat
substansi yang meliputi kewenangan Direktorat Jenderal Anggaran dan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal
Anggaran memproses/ menyelesaikan Revisi Anggaran yang diusulkan.
210. Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan meliputi:
a.
perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu
anggaran tetap; dan/atau
b.
perubahan/ralat karena kesalahan administrasi.
211.Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada angka 210 huruf a
terdiri atas:
a.
pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)
Satker;
b.
pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
c.
pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan
antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
d.
pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker
dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
e.
pergeseran antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; dan/atau
f.
pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
212. Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
meliputi:
a.
b.
c.
ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam
peruntukan dan sasaran yang sama;
ralat kode KPPN dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
perubahan nomenklatur bagian anggaran dan/atau Satker
- 108 -
g.
sepanjang kode tetap;
ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam 1 (satu) wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
ralat kode lokasi dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang berbeda dan lokasi KPPN dalam 1
(satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
ralat rencana penarikan dana atau rencana penerimaan dalam
halaman III DIPA;
perubahan Pejabat Perbendaharaan; dan/atau
h.
Ralat pencantuman volume Keluaran dalam DIPA.
d.
e.
f.
213.Pejabat Eselon I menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Sekretaris
Utama selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang dilampiri dokumen
pendukung berupa:
d. Nota Dinas Usulan Revisi Anggaran beserta urgensi;
b. Matriks Perubahan (semula-menjadi);
c. KAK dan RAB;
d. ADK RKA-K/L Revisi; dan
e. Data Pendukung.
214.Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilengkapi
dokumen pendukung berupa:
a. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan
(semula-menjadi);
b. SPTJM yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran;
c. ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
d. Copy DIPA Petikan terakhir; dan
e. dokumen pendukung terkait persetujuan Sekretaris Utama.
215. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan meneliti
usulan Revisi Anggaran serta kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud pada angka 212. Dalam hal usulan Revisi
Anggaran yang disampaikan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 212, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan mengeluarkan surat penolakan usulan Revisi Anggaran.
Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat disetujui,
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menetapkan
surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem,
paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap
dan notifikasi dari sistem telah tercetak.
216. Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sebagai berikut:
1) Unit Kerja Eselon I mengajukan usulan perubahan anggaran kepada
Sekretaris Utama selaku Kuasa Pengguna Anggaran dalah hal urgensi
- 109 tidak tepat dan/atau dokumen pendukung tidak lengkap, KPA
menolak usulan perubahan anggaran unit kerja eselon I.
2) KPA memeriksa dan menyiapkan usulan perubahan anggaran untuk
direviu ole Inspektorat ANRI ;
3) Reviu dilakukan Inspektorat ANRI yaitu melakukan verifikasi atas
kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan serta
kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran;
4) KPA menyiapkan usulan Revisi beserta data dan dokumen pendukung
yang telah diverifikasi Inspektorat ANRI. KPA menyampaikan usulan
Revisi Anggaran kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (Kanwil DJPB);
5) DJPB meneliti usulan revisi dan kesesuaian dengan dokumen
pendukung;
6) Dalam hal revisi anggaran ditolak, Kanwil DJPB menerbitkan Surat
Penolakan Revisi Anggaran;
7) Dalam hal revisi anggaran diterima, kanwil DJPB akan mengunggah
ADK RKA-K/L DIPA server;
8) Setelah ADK RKA-K/L DIPA divalidasi sistem, secara otomatis akan
diterbitkan notifikasi dan kode digital stamp baru sebagai tanda
pengesahan revisi anggaran;
9) Kanwil DJPB menyampaikan surat persetujuan yang dilampiri
notifikasi pengesahan revisi anggaran;
10) KPA melaksanakan kegiatan berdasarkan pengesahan revisi anggaran
dari Kanwil DJPB dengan menerbitkan POK Revisi.
217. Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Sekretaris Utama selaku Kuasa
Pengguna Anggaran merupakan Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran
tetap meliputi:
a. pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)
Satker; dan/atau;
b. pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker.
218. Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 217 dilaksanakan
dalam hal Revisi Anggaran tidak mengakibatkan perubahan DIPA Petikan,
Kuasa Pengguna Anggaran mengubah ADK RKA Satker berkenaan melalui
aplikasi RKA-K/L-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan (POK),
dan Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan perubahan POK.
219. Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada Sekretaris
Utama Selaku Kuasa Pengguna Anggaran berlaku mutatis mutandis dalam
pengajuan Revisi Anggaran pada DJA/Kantor Wilayah sebagaimana diatur
pada angka 207.
220. Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran
sebagai berikut:
1) Unit kerja eselon I mengajukan usulan perubahan anggaran kepada
Sekretaris Utama selaku KPA, dalam hal:
a. urgensi tidak tepat
b. dokumen pendukung tidak lengkap;
c. KPA menolak usualn perubahan anggaran unit kerja eselon I
2) KPA melakukan revisi anggaran sesuai dengan kewenangannya;
3) KPA meneliti apakah revisi anggaran yang dilakukan KPA mengubah
DIPA petikan atau tidak.
4) Dalam hal DIPA Petikan tidak berubah, KPA memutakhirkan ADK
RKA-K/L DIPA serta mencetak dan menetapkan POK.
- 110 5) Dalam hal revisi anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan,
KPA menyiapkan usulan revisi anggaran beserta dokumen
pendukungnya.
6) KPA menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJPB untuk
mendapat pengesahan.
221. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan DPR-RI meliputi:
a. tambahan Pinjaman Proyek Luar Negeri/Pinjaman Dalam Negeri baru
setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 20xx
ditetapkan;
b. pergeseran anggaran antar Program selain untuk memenuhi kebutuhan
Biaya Operasional dan penyelesaian inkracht;
c. pergeseran anggaran yang mengakibatkan perubahan Hasil Program;
d. penggunaan anggaran yang harus mendapat persetujuan DPR-RI
terlebih dahulu;
e. perubahan/penghapusan catatan dalam halaman IV DIPA yang
digunakan tidak sesuai dengan rencana peruntukan; dan/atau
f. pergeseran antar provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam
rangka tugas pembantuan dan urusan bersama, atau antarprovinsi
untuk kegiatan dalam rangka dekonsentrasi.
222. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan DPR-RI diajukan oleh
Sekretaris Utama kepada Pimpinan DPR-RI untuk mendapat persetujuan.
Sekretaris Utama mengajukan usulan Revisi Anggaran kepada Direktur
Jenderal Anggaran berdasarkan persetujuan dari Pimpinan DPR-RI.
223. Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk Tahun Anggaran
20xx ditetapkan sebagai berikut:
a. Tiga puluh (30) hari sebelum batas akhir yang ditetapkan Menteri
Keuangan, untuk Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran;
dan
b. Tiga puluh (30) hari sebelum batas akhir yang ditetapkan Menteri
Keuangan, untuk Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
224. Dalam hal Revisi Anggaran berkenaan dengan:
a. Kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, PLN, HLN, dan HDN serta
Pinjaman Dalam Negeri;
b. Kegiatan dalam lingkup Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
termasuk pergeseran anggaran dari BA 999.08 ke BA K/L, pergeseran
antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara, dan pergeseran dalam satu subbagian anggaran dalam Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara; dan/atau
c. Kegiatan-Kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang harus
mendapat persetujuan dari unit eksternal Kementerian/Lembaga
seperti persetujuan DPR, persetujuan Menteri Keuangan, hasil audit
eksternal, dan sejenisnya,
batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal
Anggaran diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia.
225. Dalam hal Revisi Anggaran berkenaan dengan pembayaran Subsidi
Energi, pembayaran bunga utang, pembayaran cicilan pokok utang,
pergeseran anggaran untuk bencana alam, dan revisi dalam rangka
- 111 pengesahan, batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran dan
penyelesaiannya oleh Direktorat Jenderal Anggaran diaturmelalui
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia.Pada saat penerimaan
usul Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 222 dan 223
seluruh dokumen telah diterima secara lengkap.
226. Dalam hal terdapat alokasi anggaran yang dituangkan dalam Output
Cadangan, usul penggunaan dana Output Cadangan diajukan Sekretaris
Utama kepada Direktur Jenderal Anggaran mengikuti jadwal yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Usul penggunaan dana Output
Cadangan harus memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada angka
167, 168 dan 169.
227. Dalam hal Output Cadangan merupakan akibat dari penetapan APBN
Perubahan Tahun Anggaran 20xx, batas akhir pengajuan usul
penggunaan dana Output Cadangan paling lambat 30 hari sebelum batas
akhir yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
228. Revisi Anggaran yang terjadi sebagai akibat dari ditetapkannya APBN
Perubahan Tahun Anggaran 20xx, menjadi dasar penyelesaian revisi
dokumen RKA-K/L DIPA Tahun Anggaran 20xx.
229. Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 228 meliputi antara
lain:
a. pergeseran anggaran antar Kegiatan yang mengakibatkan pengurangan
volume keluaran;
b. pergeseran anggaran antar Program; dan/atau
c. realokasi anggaran termasuk pemanfaatan kembali alokasi anggaran
Output cadangan.
230. Dalam hal penyelesaian Revisi Anggaran ditemukan kesalahan berupa:
a. kesalahan pencantuman kantor bayar (KPPN);
b. kesalahan pencantuman kode lokasi;
c. kesalahan pencantuman sumber dana;
d. terlanjur memberikan approval/persetujuan revisi;
e. tidak tercantumnya catatan pada halaman IV DIPA;
dan revisi DIPA Petikan yang telah disahkan belum direalisasikan, atas
kesalahan tersebut dapat dilakukan revisi secara otomatis.
231.Revisi otomatis sebagaimana dimaksud pada angka 230 dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Anggaran atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan sesuai dengan kewenangannya.
232.Mekanisme revisi otomatis dilaksanakan dengan ketentuan:
a. Sekretaris Utama selaku Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan
surat pemberitahuan kesalahan kepada Direktur Jenderal Anggaran
atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
dilampiri ADK RKA-K/L; atau
b. Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Jenderal Anggaran/Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan ditemukan adanya
kesalahan;
- 112 c.
Berdasarkan surat pemberitahuan dan/atau hasil penelitian
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, Direktur Jenderal
Anggaran atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan mengunggah kembali ADK RKA-K/L dan disahkan.
233. Dalam hal terdapat pagu minus terkait pembayaran gaji dan tunjangan
yang melekat pada gaji untuk Tahun Anggaran 20xx, pagu minus tersebut
harus diselesaikan melalui mekanisme revisi DIPA. Penyelesaian pagu
minus melalui mekanisme revisi DIPA Tahun Anggaran 20xx tersebut
merupakan penyesuaian administratif.
234. Penyelesaian pagu minus diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. selisih minus dipenuhi melalui pergeseran anggaran dari sisa anggaran
pada Satker yang bersangkutan dalam satu Program;
b. dalam hal sisa anggaran pada Satker yang bersangkutan tidak
mencukupi, selisih minus dipenuhi melalui pergeseran anggaran antar
Satker dalam satu Program;
c. dalam hal selisih minus tidak dapat dipenuhi melalui pergeseran
anggaran antar Satker dalam satu Program, selisih minus dipenuhi
melalui pergeseran anggaran antar Program dalam satu bagian
anggaran; dan/atau
d. dalam hal selisih minus tidak dapat dipenuhi melalui pergeseran
anggaran antar Program dalam satu bagian anggaran, selisih minus
dipenuhi melalui BA 999.08.
235. Mekanisme penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud pada ayat
angka 234 huruf a dan huruf b diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan ketentuan mengikuti tata
cara pengajuan Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
236. Mekanisme penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud pada angka
234 huruf c dan huruf d diajukan kepada Direktur Jenderal Anggaran
dengan ketentuan mengikuti tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada
Direktorat Jenderal Anggaran.
Batas akhir penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud pada angka
233 diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia.
237. Dalam hal terdapat usul Revisi Anggaran Tahun Anggaran 20xx-1
berkaitan dengan:
a. pagu minus terkait pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat pada
gaji;
b. pagu minus terkait non belanja pegawai;
c. pengesahan belanja yang bersumber dari hibah langsung dalam bentuk
uang;
yang diajukan setelah batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran Tahun
Anggaran 20xx-1, usul Revisi Anggaran dimaksud dapat diproses dan
disahkan mengikuti batas akhir penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
- 113 238. Pengesahan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 237
merupakan penyesuaian administratif dan digunakan sebagai bahan
penyusunan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga. Kewenangan
penyelesaian Revisi Anggaran dan mekanisme pengesahannya dilakukan
sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara
Revisi Anggaran Tahun Anggaran 20xx-1. Pengesahan atas Revisi Anggaran
tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan anggaran Tahun Anggaran
20xx-1.
239. Penyelesaian sisa pekerjaan tahun 20xx-1 yang dibebankan pada DIPA
Tahun Anggaran 20xx, dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. penyediaan alokasi anggaran dilakukan melalui mekanisme Revisi
Anggaran sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala ini;
b. batas akhir pengajuan usul Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud
pada huruf a mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai pelaksanaan anggaran dalam rangka
penyelesaian pekerjaan yang tidak terselesaikan sampai dengan
akhir tahun anggaran; dan
c. sisa pekerjaan yang dilanjutkan pada Tahun Anggaran 20xx tidak
termasuk pekerjaan kontrak tahun jamak (multiyears contract).
240. Pelaksanaan anggaran dalam rangka penyelesaian sisa pekerjaan tahun
20xx-1 yang dibebankan pada DIPA Tahun Anggaran 20xx mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai pelaksanaan anggaran
dalam rangka penyelesaian pekerjaan yang tidak terselesaikan sampai
dengan akhir tahun anggaran.
- 114 BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN
A. PENETAPAN KINERJA DAN PERTANGGUNGJAWABAN
241. ANRI menetapkan kinerja lebih lanjut pada unit kerja yang dapat
mencerminkan ikhtisar rencana kerja yang akan dicapai. Di dalam
penetapan kinerja tercermin diantaranya program utama, sasaran indikator
kinerja output, indikator outcome beserta anggaran.
242. Penetapan Kinerja ini dilakukan oleh masing-masing unit kerja secara
berjenjang diawali dari eselon II pada eselon I, kemudian kepada Kepala
ANRI. Selanjutnya dari Kepala ANRI kepada Presiden Republik
Indonesia/Menteri PAN dan RB sesuai dengan program yang akan
dilaksanakan pada Program Kerja Tahunan ANRI.
243. Sebagai tindak lanjut dari tanggung jawab unit kerja terhadap kegiatan dan
anggaran yang dilakukan atas dasar fungsi dan tugas yang dibiayai dana
APBN, maka kewajiban unit kerja menyampaikan pertanggungjawaban baik
dari sisi anggaran maupun kinerjanya, sesuai dengan penetapan kinerja
yang telah ditetapkan.
244. Laporan-laporan hasil kerja unit kerja dirangkum menjadi Laporan ANRI
atas tanggung jawabnya sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang
telah melaksanakan kewajiban terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi
substansi lembaga yang dibiayai APBN, secara transparan dan akuntabel,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
(SAP)
dan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor: 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Lembaga
Pemerintah Pusat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011.
245. Kepala
ANRI
selaku
pengguna
anggaran/barang
menyusun
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN di lingkungan ANRI berupa
Laporan Keuangan yang sekurang-kurangnya meliputi Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
B. PELAPORAN
246. Laporan Keuangan ANRI sebagai Laporan Keuangan Kementerian
Lembaga (LKKL) oleh Kepala ANRI disampaikan kepada Presiden melalui
Menteri Keuangan selambat-lambatnya dua bulan setelah tahun
anggaran berakhir. LKKL yang disampaikan kepada Menteri Keuangan
disampaikan juga kepada BPK yang kemudian dilakukan audit selambatlambatnya dua bulan setelah laporan keuangan diterima oleh BPK.
- 115 247. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKKP) yang merupakan
penggabungan (pengkonsolidasian) dari seluruh LKKL disusun oleh
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal sebagai wujud laporan
keuangan pemerintah pusat disampaikan kepada Presiden dalam
memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
248. Presiden menyampaikan LKKP kepada BPK paling lambat tiga bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Audit atas Laporan Keuangan harus
sudah selesai selambat-lambatnya dua bulan setelah laporan keuangan
tersebut diterima oleh BPK dari pemerintah.
249. Pertanggungjawaban dan pelaporan masing-masing pelaksana anggaran
dapat dirinci sebagai berikut:
d. Pengguna Anggaran
1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran dan kegiatan
baik melalui Laporan Keuangan (LK) yang minimal terdiri atas
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca Neraca, Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan
Atas Laporan Keuangan (CALK) yang disampaikan kepada Menteri
Keuangan maupun Laporan Kinerja;
2. Membuat pernyataan tanggungjawab/Statement of Responsibility
(SOR) atas isi Laporan Keuangan (LK).
b. Kuasa Pengguna Anggaran
1. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggungjawab atas pelaksanaan
kegiatan dan anggaran yang berada dalam penguasaannya
kepada Pengguna Anggaran;
2. Pelaksanaan tanggung jawab KPA dalam bentuk:
a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana
penarikan dana;
b. merumuskan
standar
operasional
agar
pelaksanaan
pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang
pengadaan barang/jasa pemerintah;
c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses
penyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan
pengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang
ditetapkan dalam DIPA;
e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan
perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan pembayaran
atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang
ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan;
f.
merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN
sesuai dengan keluaran (ouput) yang ditetapkan dalam DIPA;
- 116 g. melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka
penyusunan laporan keuangan.
c. Pejabat Pembuat Komitmen
1. PPK bertanggung jawab atas tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara berupa:
a. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
b. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada
KPA dengan Berita Acara Penyerahan dengan format sebagai
berikut:
BERITA ACARA SERAH TERIMA
NOMOR : isikan nomor berita acara PPK
Pada hari ini …………. tanggal …………….. bulan ………….. tahun dua ribu ………….., kami
yang bertanda tangan dibawah ini :
.........................
1.
Nama
:
.........................
NIP
:
Jabatan
:
Pejabat
Pembuat
Komitmen
(PPK)
......berdasarkan
Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor
....Tahun .... Tentang .........tanggal ........
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU
2.
Nama
NIP
Jabatan
:
:
:
..........................
..........................
Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan Keputusan Kepala
Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor ........... tentang
Kuasa Pengguna Anggaran Arsip Nasional Republik Indonesia
Tahun ...... tanggal .....
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
Dengan memperhatikan :
Cantumkan semua berita acara yang dibuat sebelumnya dan yang terkait dengan
penyerahan ini.
maka dengan ini menyatakan sebagai berikut :
1. PIHAK KESATU menyerahkan hasil pengadaan barang/jasa kepada PIHAK KEDUA
untuk pekerjaan-pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Daftar Pengadaan
Barang/Jasa pada lampiran berita acara ini.
2. PIHAK KEDUA menerima hasil pengadaan barang/jasa yang diserahkan oleh PIHAK
KESATU untuk pekerjaan-pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Daftar Pengadaan
Barang/Jasa pada lampiran berita acara ini.
3. Lampiran-lampiran dan data dukung dari proses serah terima ini adalah sebagaimana
terlampir dan dijelaskan dalam lampiran berita acara ini.
4. Lampiran berita acara dan data dukung sebagaimana dimaksud dalam angka 1, 2 dan 3
diatas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berita acara ini.
5. Jika terdapat kekurangan atau ketidaksesuaian atas hasil pengadaan barang/jasa yang
diserahkan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA, maka PIHAK KESATU
diharuskan melakukan penyesuaian-penyesuaian sebagaimana mestinya yang
tanggung jawabnya berada pada PIHAK KESATU.
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya guna bahan selanjutnya.
Yang Menerima
PIHAK KEDUA
Kuasa Pengguna Anggaran,
Yang Menyerahkan :
PIHAK KESATU
Pejabat Pembuat Komitmen .........,
.....................
NIP...................
..................
NIP..............
Catatan :
Berita acara beserta lampirannya dibuat dalam rangkap dua, untuk disimpan
PA/KPA dibubuhi materai Rp. 6.000 pada kolom tanda tangan PPK, untuk
disimpan PPK dibubuhi materai dan cap pada kolom PA/KPA.
Tanggal : isikan tanggalnya
DAFTAR PENGADAAN BARANG/JASA
YANG DISERAHTERIMAKAN
JENIS PEKERJAAN : PENGADAAN BARANG/PEKERJAAN KONSTRUKSI/JASA LAINNYA
NO
PAKET
PEKERJAAN
KODE
ANGGAR
AN
PAGU
KONTRAK
B
C
D
E
A
VOLUME
NAMA
PENYEDIA
MERK/
SPESIFIKASI
LOKASI
NO. & TGL BA
PEMERIKSAAN
PPHP
NO. & TGL BA
SERAH TERIMA
PPK DGN
PENYEDIA
DATA
DUKUNG
NO. & TGL
BUKTI
PERJANJIAN
KET
F
G
H
I
J
K
L
M
N
NILAI (Rp)
JUMLAH
Yang Menerima
PIHAK KEDUA
Kuasa Pengguna Anggaran,
,..............................
NIP...........................
Yang Menyerahkan :
PIHAK KESATU
Pejabat Pembuat Komitmen.....,
.............................
NIP........................
KETERANGAN :
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
A
B
C
D
E
F
G
H
:
:
:
:
:
:
:
:
Kolom I
Kolom J
:
:
Diisi nomor urut
Diisi nama paket pekerjaan pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan
Diisi nomor kode rekening anggaran paket pekerjaan pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan
Diisi besar nilai pagu anggaran paket pekerjaan pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan
Diisi besarnya nilai kontrak/SPK/kuitansi/bukti pembelian/perubahan kontrak jika ada.
Diisi volume pengadaan (dengan satuan meter, unit, buah, kubik, dll)
Diisi nama penyedia barang/jasa (CV, PT, toko, outlet penjualan, dll)
Diisi merk dan spesifikasi teknis sesuai yang tercantum dalam kontrak/SPK. Untuk pekerjaan konstruksi/Jasa
Lainnya, kolom ini dapat dikosongkan dan penjelasan
spesifikasi dibuatkan lembaran khusus.
Diisi lokasi pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang/jasa (agar diisi dengan jelas dan detil)
Diisi nomor dan tanggal berita acara pemeriksaan hasil pekerjaan yang dibuat oleh Pejabat/Panitia Penerima Hasil
- 118 Pekerjaan (PPHP)
Kolom K
:
Diisi nomor dan tanggal berita acara serah terima antara PPK dengan Penyedia.
Kolom L
:
Diisi jenis-jenis data dukung yang dilampirkan, sekurang-kurangnya : Pekerjaan Konstruksi : foto visual kemajuan
pekerjaan (sekurang-kurangnya 0%, 50%, 100%),
as build drawing, IMB, laporan konsultan pengawas, laporan pelaksanaan pekerjaan, Jaminan-jaminan, dll.
Pengadaan Barang : foto visual barang, bukti kepemilikan,
garansi/ jaminan, laporan-laporan (misal jika ada training penggunaan dan operasional), dll. Jasa Lainnya : foto
visual kemajuan pekerjaan (sekurang-kurangnya 0%, 50%, 100%),
as build drawing, laporan konsultan pengawas (jika pakai konsultan pengawas), laporan pelaksanaan pekerjaan,
Jaminan-jaminan, dll. Termasuk juga semua berita acara
yang telah dibuat.
Kolom M
:
Diisi nomor dan tanggal bukti perjanjian (bukti pembelian, kuitansi, SPK, surat perjanjian/kontrak) dan isikan juga
nomor dan tanggal perubahan kontrak jika ada
Kolom N
:
Diisi keterangan lain yang ingin ditambahkan.
Lampirkan juga data dukung sebagaimana dimaksud/disebutkan dalam kolom K dan L.
c. menyimpan dan menjaga
pelaksanaan kegiatan.
2.
keutuhan
seluruh
dokumen
PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan
tugas dan wewenang kepada KPA sekurang-kurangnya berupa:
1. Perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah
ditandatangani;
2. Tagihan yang
barang/jasa;
belum
dan
telah
disampaikan
penyedia
3. Tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPP-nya;
4. Jangka waktu penyelesaian tagihan.
3.
Menyampaikan laporan realisasi anggaran pada setiap bulan
paling lambat tanggal 5 pada setiap bulan berikutnya Kepada KPA
up. Bagian Keuangan;
4.
Menyampaikan laporan
anggaran kepada KPA.
pertanggungjawaban
kegiatan
dan
d. Pejabat Penguji SPP dan Penanda Tangan SPM (PP-SPM)
1.
PP-SPM
harus
menyampaikan
laporan
bulanan
terkait
pelaksanaan tugas dan wewenang kepada KPA sekurangkurangnya berupa:
a. Jumlah SPP yang diterima;
b. Jumlah SPM yang diterbitkan;
c. Jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.
2.
PP-SPM bertanggungjawab terhadap seluruh bukti pengeluaran
sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM yang akan menjadi
bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.
e. Bendahara Penerimaan
1. menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggung jawabkan uang yang berada dalam pengelolaannya
melalui buku kas umum, buku-buku pembantu dan buku
pengawasan pengelolaan PNBP ANRI dan melaporkan pelaksanaan
kegiatan kepada atasan langsung bendaharawan dan KPA.
2. menyusun Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) secara bulanan atas
uang yang dikelolanya, dengan format sebagai berikut:
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN
Bulan : Desember 20xx
Kementerian Lembaga :
Unit Organisasi
:
Provinsi/Kab/Kota
:
Satuan Kerja
:
Alamat dan Tlp
:
(087)
(01)
(01)
(450448)
Jl. Ampera Raya No.7
Tgl, No. SP DIPA : 31 Desember 20xx Nomor: 0001.0/087-01.1-/20xx
Tahun Anggaran : 20xx
KPPN
: Jakarta V (139)
Cilandak Jaksel. Tlp. 7805851
I. Keadaan Pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. 49.089.138.90
Nomor Bukti terakhir Nomor 17
1
A.
Jenis Buku Pembantu
2
BP Kas
Saldo Awal
3
Penambahan
4
Pengurangan
5
Saldo Akhir
6
1. BP Kas (Tunai dan Bank)
B.
Buku Pembantu
1. BP
2. BP
3. BP Lain-lain
-
-
-
II. Keadaan Kas pada akhir Bulan Pelaporan
1.
Uang Tunai di Brankas
Rp.
-
2.
Uang di Rekening Bank
Rp.
-
3.
Jumlah Kas
Rp.
-
(+) (terlampir salinan rekening
koran)
III. Hasil Rekonsiliasi Internal dengan UAKPA
A. Pembukuan menurut Bendahara
1. Penerimaan yang telah disetor ke Kas Negara
Rp.
B.
Pembukuan menurut UAKPA
C.
Selisih pembukuan Bendahara dengan UAKPA (A1 - B)
Rp.
IV. Pembukuan dan fisik kas telah diperiksa oleh KPA dengan hasil sebagai berikut :
Selisih Kas (saldo akhir I.A.1 1. II.3)
Rp.
2.
Selisih Pembukuan (III.C)
-
Rp.
Rp.
(-)
-
Jakarta, 31 Desember 20xx
Mengetahui
A.n Kuasa Pengguna Anggaran
Atasan Langsung Bendahara Penerimaan
Nama Jelas
NIP......
Bendahara Penerimaan,
Nama Jelas
NIP. ....
-
yang memuat informasi sebagai berikut:
a. Keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal,
penambahan, penggunaan dan saldo akhir dari buku-buku
pembantu;
b. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan yang meliputi uang tunai
dan saldo di rekening bank;
c. Penjelasan atas selisih (jika ada) antara saldo buku dan saldo kas.
3. menyampaikan Laporan penerimaan dan penyetoran PNBP secara
periodik kepada PA/KPA dan kepada Kementerian Keuangan melalui
Direktorat Jenderal Anggaran.
f. Bendahara Pengeluaran
1.
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggung jawabkan uang yang berada dalam pengelolaannya
untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN
ANRI, melalui buku kas umum, buku-buku pembantu dan buku
pengawasan lainnya kepada KPA.
2.
melaporkan keadaan uang yang menjadi tanggung jawabnya meliputi:
3.
a.
Uang yang berasal dari Kas Negara, melalui SPM/SP2D – Uang
Persediaan (UP)/Tambahan Uang Persediaan (TUP)/Ganti Uang
Persediaan (GUP);
b.
Uang yang berasal dari Kas Negara, melalui SPM – LS/SP2D
yang ditujukan kepadanya;
c.
Uang yang berasal dari potongan atas pembayaran yang
dilakukannya sehubungan dengan fungsi bendahara selaku
wajib pungut (pajak dan bukan pajak).
menyusun Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) secara bulanan atas
uang yang dikelolanya, dan disampaikan secara bulanan paling
lambat 5 (lima) hari kerja bulan berikutnya disertai dengan salinan
rekening koran dari bank/pos untuk bulan berkenaan. Data LPJ
yang disusun bendahara pengeluaran bersumber dari semua LPJ
BPP, format berkas laporan sebagai berikut:
- 122 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN
Bulan : Desember 20xx
Kementerian Lembaga :
Unit Organisasi
:
Provinsi/Kab/Kota
:
Satuan Kerja
:
Alamat dan Tlp
:
(087)
Tgl, No. SP DIPA : 31 Desember 20xx Nomor: 0001.0/087-01.1-/20xx
(01)
Tahun Anggaran : 2012
20xx
(01)
KPPN
: Jakarta V (139)
(450448)
Jl. Ampera Raya No.7
Cilandak Jaksel. Tlp. 7805851
I. Keadaan Pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp.
dan
Nomor Bukti terakhir Nomor…………………
Jenis Buku Pembantu
Saldo Awal
Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
1
2
3
4
5
6
A.
BP Kas, BPP, dan UM Perjadin
B.
1. BP Kas (Tunai dan Bank)
2. BP UM Perjadin
3. BP BPP (Kas pada BPP)
BP selain Kas, BPP, dan UM
Perjadin
1. BP UP *)
2. BP LS-Bendahara
-
3. BP Pajak
-
4. BP Lain-lain
-
*)
jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPM kan sebesar
Rp. …..
II. Keadaan Kas pada akhir Bulan Pelaporan
1.
Uang Tunai di Brankas
2.
3.
Uang di Rekening Bank
Jumlah Kas
III. Selisih Kas
1.
Saldo Akhir BP kas (I.A. 1 kol 6)
2.
3.
Jumlah Kas (II.3)
Selisih Kas
IV. Hasil Rekonsiliasi Internal dengan UAKPA
1.
Saldo UP
2.
Kuitansi UP
3.
Jumlah UP
4.
Saldo UP menurut UAKPA
5.
Selisih Pembukuan UP
Rp.
Rp.
Rp.
(+) (terlampir salinan
rekening koran)
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
(-)
(+)
(-)
V. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan UP (apabila ada):
1.
Selisih lebih setor UP TA 20xx
2.
Selisih lebih setor UP TA 200x
3.
Pajak Desember '0x disetor Januari 'xx
Jakarta,
Mengetahui
Kuasa
Pengguna
Anggaran
Nama
Jelas
NIP. ......
Desember 20xx
Bendahara
Pengeluaran,
Nama
jelas
NIP. ....
- 123 ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
REGISTER PENUTUPAN KAS
Kementerian/ LPNK
Unit Organisasi
Satker
Tanggal Penutupan Kas
Nama Pemegang Kas/Bendahara
Tanggal Penutupan Kas yang lalu
Jumlah Seluruh Penerimaan
Jumlah Seluruh Pengeluaran
Saldo Awal
Saldo Kas (Bank)
Saldo Kas (NPB)
Saldo Kas Rutin
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Arsip Nasional Republik Indonesia
Arsip Nasional Republik Indonesia
450448
31 Desember 20xx
.....
30 Nopember 20xx
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Terdiri dari :
Lembaran Uang Kertas
Rp100.000
Rp50.000
Rp20.000
Rp10.000
Rp5.000
Rp1.000
Rp500
Rp100
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
1160 lembar
17 lembar
- lembar
- lembar
- lembar
- lembar
- lembar
- lembar
Jumlah Uang Kertas
=
=
=
=
=
=
=
=
=
- keping
- keping
- keping
- keping
- keping
- keping
- keping
- keping
Jumlah Uang Logam
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Rp0,00
Rp0,00
Rp0,00
Lembaran Uang Logam
Rp100.000
Rp50.000
Rp20.000
Rp10.000
Rp5.000
Rp1.000
Rp500
Rp100
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
sebanyak
Kertas Berharga dan bagian kas yang diizinkan SPM, Wesel, Cek,
Saldo bank, Materai dan sebagainya
Total
Perbedaan
Penjelasan Saldo Kas Rutin :
- Setor UP/TUP TA 20xx disetor TA 20xi
- Selisih pembulatan/lain-lain
- Selisih lebih setor UP TA 20xx
- Selisih lebih setor UP TA 20x0
- Pajak Desember 'xx disetor Januari 'xi
Megetahui :
A.n Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM
Nama Jelas
NIP : ...
=
Rp0,00
=
Rp0,00
=
=
=
=
=
Rp0,00
Rp0,00
Rp0,00
Rp0,00
Rp0,00
Jakarta, 31 Desember 20xx
Bendahara Pengeluaran
ANRI
Nama Jelas
NIP : ...
Halaman catatan Buku Kas Umum (untuk catatan atas pemeriksaan kas)
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS DAN REKONSILIASI
Pada hari ini Sabtu tanggal tiga puluh bulan Desember tahun 20xx, kami selaku Kuasa Pengguna Anggaran telah
melakukan pemeriksaan kas dengan posisi saldo Buku Kas Umum sebesar Rp. 00
dan Nomor Bukti terakhir Nomor : 200006-00/K-02
Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut :
I
Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara:
A. Saldo Kas Bendahara
1.
2.
3.
B.
II
III
Rp.
Rp.
Rp.
0
0
4.
Jumlah (A.1+A.2+A.3)
Saldo Kas tersebut pada huruf A, terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
Saldo
Saldo
Saldo
Saldo
BP
BP
BP
BP
UP
LS-Bendahara
Pajak
Lain-lain
5.
Jumlah (B.1+B.2+B.3+B.4)
(+)
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
-
0
0
0
(+)
Rp.
-
C. Selisih Pembukuan (A.4-B.5)
Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara:
A. Kas yang Dikuasai Bendahara :
1.
2.
Uang tunai di Brankas Bendahara
Uang di rekening Bank Bendahara
3.
Jumlah Kas (A.1+A.2)
Rp.
Rp.
1.
2.
Saldo UP
Kuitansi UP yang belum di SP2Dkan
0
3.
Jumlah UP dan kuitansi UP (A1+A2)
Pembukuan UP menurut UAKPA
Rp.
-
Rp.
-
-
0
(+)
Rp.
-
Rp.
-
C. Selisih UP Pembukuan Bendahara dengan UAKPA (A3-B)
Penjelasan atas selisih
A. Selisih Kas (IIB)
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
B. Selisih Pembukuan UP (IIIC)
Selisih lebih setor pengembalian UP TA 20xx ...
0
Selisih lebih setor pengembalian UP TA 20xx
-
(+)
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
-
B. Selisih Kas (I.A.1-II.A.3)
Hasil Rekonsiliasi Internal (Bendahara dengan UAKPA) :
A. Pembukuan UP menurut Bendahara :
B.
IV
Saldo BP Kas (Tunai dan Bank)
Saldo BP BPP
Saldo BP UM Perjadin
-
Yang diperiksa
Bendahara Pegeluaran,
Kuasa Pengguna Anggaran,
Nama jelas
NIP :
Nama Jelas
NIP :
Halaman Muka Bagian 1: Buku Kas
Umum
BUKU KAS UMUM
Kementerian/Lembaga
Unit
Organisasi
Provinsi/Kabupaten/Kota
Satuan Kerja
Tanggal, No. SP DIPA
Revisi ke : 1.
2.
3.
Tahun Anggaran
KPPN
:
(………….)
……………………
:
:
:
:
:
:
:
:
:
(………….)
(………….)
(………….)
………,
……..,
……..,
………,
………,
(………….)
……………………
……………………
……………………
……………………
……………………
……………………
……………………
……………………
……………………
Mengetahui,
Kuasa Pengguna Anggaran,
Jakarta,……………
Bendahara Pengeluaran
Nama :
NIP :
Nama:
NIP :
…………………………………
…………………………………
…………………
……………………
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS
Pada hari ini,………….tanggal……..bulan……….tahun………, kami selaku Kuasa Pengguna Anggaran telah
melakukan pemeriksaan kas dengan posisi saldo Buku Kas Umum sebesar Rp. ………………………………..
dan Nomor Bukti terakhir Nomor……………………….
Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut :
I
Hasil Pemeriksaan Pembukuan BPP:
A.
Saldo Kas Bendahara
1. Saldo BP Kas (Tunai dan Bank)
2. Saldo BP UM Perjadin
3. Jumlah (A.1+A.2+A.3)
B.
C.
II
III
Saldo Kas tersebut pada huruf A, terdiri dari :
1. Saldo BP UP
2. Saldo BP LS-Bendahara
3. Saldo BP Pajak
4. Saldo BP Lain-lain
5. Jumlah (B.1+B.2+B.3+B.4)
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
…………………
……………..…
…………………
…………………
…………………
…………………
(+)
Rp.
…………
(+)
Rp.
………
Selisih Pembukuan (A.4-B.5)
Hasil Pemeriksaan Kas:
A.
Kas yang Dikuasai BPP :
1. Uang tunai di Brankas
2. Uang di rekening Bank
3. Jumlah Kas (A.1+A.2)
Selisih Kas
A.
Pembukuan UP menurut Bendahara :
1. Saldo BP Kas (I.A.1)
2. Jumlah Kas (II.A.3)
3.
IV
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
…………………
…………………
…………………
…………………
Jumlah Kas (A.1-A.2)
(+)
Rp.
………
(-)
Rp.
………
Penjelasan atas selisih
1.
…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
Yang diperiksa
Bendahara Pegeluaran Pembantu,
Pejabat Pembuat Komitmen
Nama : ……………………………….
NIP : ……………………………….
Nama : …………………………
NIP : ………………………….
……
4.
menyetorkan sisa UP/TUP akhir tahun ke Kas Negara paling lambat
tanggal 30 Desember;
5.
Bendahara pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas uang
yang berada dalam pengelolaannya, baik dari uang yang berasal dari
UP, pembayaran LS melalui Bendahara Pengeluaran dan uang yang
bukan berasal dari UP serta bukan berasal dari Pembayaran LS yang
bersumber dari APBN.
g. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
1. BPP secara operasional bertanggung jawab kepada Bendahara
Pengeluaran atas seluruh pengelolaan uang yang menjadi tanggung
jawabnya,
2. BPP berkewajiban membuat Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
Pengeluaran Pembantu (LPJ BPP) atas uang yang dikelolanya sebagai
pertanggungjawaban pengelolaan uang, paling lambat 5 (lima) hari kerja
bulan berikutnya.
3. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) BPP menyajikan informasi sebagai
berikut:
1. keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal,
penambahan, penggunaan dan saldo akhir dari buku-buku
pembantu;
2. keadaan kas tunai pada akhir bulan pelaporan;
3. penjelasan atas selisih (jika ada) antara saldo buku dan saldo kas;
4. bukti setoran ke Kas Negara sisa uang dari LS Honorarium dan
perjalanan dinas yang dikelolanya harus segera disetorkan ke Kas
Negara dan dilakukan paling lambat pada akhir bulan berkenaan;
5. bukti setoran sisa akhir tahun anggaran/kegiatan terhadap seluruh
uang dalam penguasaannya ke Kas Negara, sedangkan sisa UP
dikembalikan ke Bendahara Pengeluaran.
Halaman Muka Bagian 1: Buku Kas Umum untuk Bendahara
Pengeluaran Pembantu
BUKU KAS UMUM
Kementerian/Lembaga
Unit Organisasi
Provinsi/Kabupaten/Kota
Satuan Kerja
Tanggal/No. SK Pengangkatan
1. BPP
2. Pejabat Pembuat Komitmen
Tahun Anggaran
KPPN
:
:
:
:
:
:
:
:
:
(………….)
(………….)
(………….)
(………….)
……………,
……………,
……………,
……………,
(………….)
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
Mengetahui,
Pejabat Pembuat Komitmen,
Jakarta,…………………
Bendahara Pengeluaran Pembantu
Nama
NIP
Nama
NIP
- 128 h.
Unit Kerja Pelaksana Kegiatan
1. melaksanakan koordinasi dengan PPK dalam rangka monitoring dan
evaluasi realisasi kegiatan dan anggaran;
2. menyampaikan laporan pelaksanakan kegiatan dan anggaran
kepada Kuasa Pengguna Anggaran sebagai bahan penyusunan
Laporan Keuangan dan LAKIP.
C.
PENYIMPANAN DOKUMEN
250. PPK bertanggung jawab terhadap keamanan dokumen pelaksanaan
kegiatan yang berada dalam penguasaannya;
251. PP-SPM bertanggung jawab terhadap seluruh bukti pengeluaran sebagai
dasar pengujian dan penerbitan SPM yang akan menjadi bahan
pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal;
252. Dalam
rangka
memperlancar
kegiatan
monitoring/evaluasi/
pemeriksaan, penyimpanan dokumen pertanggungjawaban asli berada
pada Biro Umum cq. Bagian Keuangan.
KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
MUSTARI IRAWAN
Download