Indonesia dan Uni Eropa

advertisement
Indonesia dan Uni Eropa
Laporan Tahunan
Mei 2014 – April 2015
Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela
FLEGT Indonesia–Uni Eropa
Upaya bersama untuk menjamin
dan mempromosikan perdagangan kayu legal
dan tata kelola yang baik di sektor kehutanan
Indonesia
Daftar isi
Daftar singkatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Sektor swasta . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
Ringkasan eksekutif . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Auditor SVLK . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
1 Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
6 Pelibatan pemangku kepentingan . . . . 23
Sektor kehutanan Indonesia . . . . . . . . . 7
7 Komunikasi dan transparansi . . . . . . . 25
Respons Indonesia terhadap
pembalakan liar . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Kesepakatan Kemitraan Sukarela
Indonesia–Uni Eropa . . . . . . . . . . . . . 12
2 SVLK: Sistem Verifikasi Legalitas Kayu . . 13
Definisi legalitas . . . . . . . . . . . . . . . 13
Kendali rantai pasok . . . . . . . . . . . . . 14
Verifikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Lisensi FLEGT . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Evaluasi Berkala . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Pemantauan Independen . . . . . . . . . 16
Penyempurnaan yang berkesinambungan . .16
3 Menuju lisensi FLEGT . . . . . . . . . . . . 17
Kajian bersama sistem verifikasi legalitas
kayu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
Kesiapan EU untuk menerima kayu
berlisensi FLEGT . . . . . . . . . . . . . . . . 17
Pelaksanaan Peraturan Kayu Uni Eropa . 18
Pemantauan Pasar Independen . . . . . . 18
Penyadaran pasar . . . . . . . . . . . . . . 18
Data yang tersedia . . . . . . . . . . . . . . 25
Publikasi dokumen-dokumen terkait
pertemuan VPA . . . . . . . . . . . . . . . . 25
Penjangkauan pemangku kepentingan 25
8 Pemantauan VPA . . . . . . . . . . . . . . . 27
Pemantauan Independen . . . . . . . . . 27
Pemantauan Dampak . . . . . . . . . . . . 27
Pemantauan Pasar Independen . . . . . . 27
Evaluasi Berkala . . . . . . . . . . . . . . . . 27
Lampiran
Lampiran 1: Lima standar legalitas
Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
Lampiran 2: Dokumen dan basis data kendali
rantai pasok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
Lampiran 3: Rencana Aksi Indonesia–EU Kedua
mengenai Kemajuan Implementasi VPA . . 30
Lampiran 4: Kemajuan sertifikasi SVLK
per April 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
Lampiran 5: Kegiatan internasional untuk
mempromosikan SVLK dan V-legal . . . . . . 32
4 Pencapaian pada implementasi SVLK . . 19
5 Penguatan institusi dan peningkatan
kapasitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
Komite Implementasi Gabungan . . . . . 21
Masyarakat sipil . . . . . . . . . . . . . . . . 21
Kantor Dinas Pemerintah . . . . . . . . . . 22
3
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Daftar singkatan
CAB
Conformity Assessment Bodies (Lembaga Penilai dan Verifikasi Independen)
CSO
Civil society organization (organisasi masyarakat sipil)
DFID UK Department for International Development United Kingdom
(Departemen Pembanguhnan Internasional Inggris)
DKP
Deklarasi Kesesuaian Pemasok
EU
European Union (Uni Eropa)
EUTR
European Union Timber Regulation (Peraturan Kayu Uni Eropa)
FLEGT
Forest Law Enforcement, Governance, and Trade
(Penegakan Hukum, Tata Kelola, dan Perdagangan Sektor Kehutanan)
ITTO
International Tropical Timber Organization
JEM
Joint Expert Meeting (Pertemuan Pakar Gabungan)
JIC
Joint Implementation Committee (Komite Implementasi Gabungan)
JPIK
Jaringan Pemantau Independen Kehutanan
KAN
Komite Akreditasi Nasional
KLHK
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
MFP3
Multistakeholder Forestry Programme Phase 3
PHPL
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
SILK
Sistem Informasi Legalitas Kayu
UKM
Usaha Kecil Menengah
SVLK
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
VPA
Voluntary Partnership Agreement (Kesepakatan Kemitraan Sukarela)
V-legal Sebutan lisensi ekspor untuk kayu terverifikasi legal secara SVLK
4
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Ringkasan eksekutif
Laporan tahunan ini dimaksudkan untuk
memberi gambaran kemajuan penerapan VPA
(Voluntary Partnership Agreement) Indonesia–
EU, yang bertujuan untuk mengatasi
pembalakan liar di Indonesia melalui
dukungan terhadap perdagangan produk kayu
terverifikasi legal dan berlisensi FLEGT.
VPA yang mulai berlaku sejak 1 Mei 2014
didasarkan pada dan melengkapi upaya
Indonesia dalam mengatasi pembalakan liar
melalui penegakan hukum, peningkatan tata
kelola hutan serta insentif terhadap legalitas di
sektor kehutanan.
Hal terpenting bagi VPA adalah penjabaran
sistem jaminan legalitas kayu, yang terdiri dari
definisi legalitas, kendali rantai pasok, verifikasi
ketaatan, lisensi FLEGT, evaluasi berkala
oleh auditor independen dan pemantauan
independen oleh masyarakat sipil.
Jaminan legalitas kayu yang dijabarkan dalam
VPA melekat pada SVLK (Sistem Verifikasi
Legalitas Kayu) Indonesia, yang dikembangkan
dan telah direvisi melalui proses multi pihak
secara komprehensif. Revisi-revisi pada periode
pelaporan telah meningkatkan efisiensi sistem
dan membuat sistem lebih dapat diakses oleh
usaha kecil dan menengah (UKM).
Indonesia dan Uni Eropa telah membentuk
Komite Implementasi Gabungan (Joint
Implementation Committee/JIC) untuk
memantau implementasi VPA. Selain itu juga
dibentuk struktur gabungan tambahan untuk
mendukung JIC. Pertemuan JIC pertama
diselenggarakan pada September 2014 dan
yang kedua pada Februari 2015.
Pada September - Oktober 2014, dilakukan
kajian gabungan terhadap sistem verifikasi
legalitas kayu untuk mengidentifikasi masalah
yang perlu diatasi sebelum lisensi FLEGT
dapat dimulai. Indonesia dan Uni Eropa telah
menyepakati rencana kerja bersama untuk
mengatasi masalah dalam implementasi
SVLK. Untuk itu, telah dibentuk kelompok
kerja gabungan untuk memantau kemajuan
dari pelaksanaan sistem tersebut. Selain itu,
proses pemilihan evaluator berkala untuk
pelaksanaan sistem verifikasi legalitas kayu
telah dilaksanakan sejak April 2015.
Indonesia telah memberlakukan SVLK sejak
tahun 2013. Sampai dengan April 2015,
SVLK telah mensertifikasi lebih dari 1,400
perusahaan. Lebih dari 80% kayu yang dipanen
di konsesi hutan alam dan hutan tanaman
telah mendapatkan sertifikat SVLK. Usaha
luar biasa tersebut diperkuat pada periode
pelaporan guna menjamin terformalisasi dan
terverifikasinya seluruh operator, terutama
UKM, di sektor kayu.
Para pemangku kepentingan di pemerintahan,
sektor swasta dan masyarakat sipil
mendukung tujuan VPA dan telah memainkan
peranan kunci dalam implementasi VPA di
periode pelaporan, termasuk dengan cara
berpartisipasi di JIC dan forum para pihak
terkait lainnya.
Selain menyempurnakan sistem verifikasi
legalitas kayu, implementasi VPA juga
mencakup kegiatan peningkatan kapasitas
bagi para pemangku kepentingan serta aksi
dalam menerapkan komitmen VPA untuk
meningkatkan transparansi.
Peran pemantau independen merupakan salah
satu komponen penting dalam pelaksanaan
SVLK. Pemantau independen dari masyarakat
sipil telah menerbitkan laporan pertamanya
mengenai sistem verifikasi legalitas kayu pada
bulan November 2014. Penyedia jasa untuk
merancang metode pemantauan dampak VPA
pada industri kayu dan masyarakat lokal telah
direkrut pada Mei 2015. Komisi Eropa, dengan
pendanaan dari Uni Eropa, telah memberikan
kontrak 5 tahun kepada International Tropical
Timber Organization (ITTO) untuk melakukan
pemantauan pasar secara independen.
5
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Hutan Alam di Papua
6
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
1 Latar belakang
Sektor kehutanan Indonesia
Indonesia memiliki hutan hujan tropis terluas
ketiga di dunia, meliputi 60% dari total luas
daratan negaranya. Selama 5 dekade terakhir,
hutan dan kehutanan telah memainkan
peranan penting dalam pembangunan
ekonomi Indonesia.1 Proses pemanenan hutan
hanya dapat dilakukan di hutan produksi.
Termasuk dalam sektor kehutanan di Indonesia
adalah usaha produksi skala besar serta
sejumlah usaha kecil dan menengah (UKM),
yang umumnya memiliki satu hingga empat
pekerja.
berkontribusi sekitar 1.3% pada pendapatan
pajak pemerintah. Nilai ekspor produk kayu ke
Uni Eropa tahun 2014 mencapai 645 juta USD,
naik dari 593 juta USD di tahun 2013 (Gambar 1).2
Pembalakan liar secara masif di kawasan hutan
Indonesia telah berkurang secara signifikan.
Pembalakan liar tersebut telah menimbulkan
kerugian sekitar 2 juta USD di tahun 2011
baik berupa pungutan yang tidak disetorkan
maupun royalti yang lebih rendah dari
seharusnya.3
Pemanenan kayu memberikan kontribusi
sekitar 5.1 miliar USD pada produk domestik
bruto Indonesia (+1%). Pemanenan kayu
NON-UNI
EROPA
UNI EROPA
AMERIKA
UTARA
2014
USD 626jt
2013
USD 475jt
2014
USD 645.9jt
2014
USD 13.3jt
2013
USD 593.3jt
2013
USD 10.8jt
ASIA
2014
USD 4.9M
2013
USD 4.6M
2014
USD 645.9jt
2014
USD 14.7jt
AMERIKA
SELATAN
AFRIKA
2013
USD 593.3jt
2013
USD16.7jt
2014
USD 317jt
OSEANIA
2013
USD 277jt
Gambar 1. Nilai ekspor produk kayu berdasarkan kawasan tujuan4
1
ITS Global, 2001. The Economic Contribution of Indonesia’s Forest Industries.
2
Direktorat Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan, KEMENLHK, 2015
Human Rights Watch, 2009. Wild Money: The Human Rights Consequences of Illegal Logging and Corruption in Indonesia’s Forestry Sector
3
Uni Eropa merupakan suatu perserikatan politik-ekonomi yang terdiri dari 28 negara Eropa. Eropa adalah suatu benua yang terdiri dari berbagai negara, termasuk di dalamnya adalah 28 negara yang membentuk Uni Eropa serta banyak negara lainnya.
4
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
7
Respons Indonesia terhadap pembalakan liar
Indonesia memiliki komitmen tinggi untuk
melestarikan sumber daya hutan melalui
pengurangan deforestasi dan degradasi hutan
dengan memperkuat penegakan hukum
terhadap pembalakan liar dan perbaikan tata
kelola hutan. Pemanenan kayu dari hutan
negara hanya diizinkan di hutan produksi
dengan izin usaha yang dikeluarkan kepada
para individu, koperasi, usaha swasta dan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Milik Daerah (BUMD). Indonesia secara tegas
melarang penggunaan kayu dari hutan
konservasi dan hutan lindung. Pembalakan
liar telah mengalami penurunan sejak masa
puncaknya di tahun 2000. Sejak saat itu
pemanenan kayu ilegal di Indonesia telah
berkurang sebanyak 75%.5
Untuk melengkapi upaya penegakan hukum,
Indonesia telah mengembangkan sistem
jaminan legalitas kayu nasional yang disebut
SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu). SVLK
menyediakan insentif untuk legalitas dengan
mempromosikan akses pasar bagi produk yang
terverifikasi legal dan menutup akses pasar
bagi produk ilegal. SVLK juga mendukung
reformasi tata kelola secara lebih luas, seperti
peningkatan informasi, transparansi, kapasitas
dan hak masyarakat.6
Indonesia mengembangkan dan melakukan
penyempurnaan SVLK melalui serangkaian
proses konsultatif yang melibatkan para
pemangku kepentingan di pemerintahan,
sektor swasta dan masyarakat sipil (lihat
Gambar 2). Bagian 2 laporan ini menjelaskan
sistem jaminan legalitas kayu secara lebih rinci.
Selain upaya di dalam negeri, Indonesia telah
memasuki ranah negosiasi bilateral untuk
mempromosikan perdagangan produk kayu
legal. Sebagai bagian dari upaya ini, Indonesia
menjadi negara pertama di Asia untuk
bernegosiasi dan meratifikasi VPA dengan EU.
5
Lawson, S. 2010. Illegal Logging and Related Trade: Indicators of the Global Response. Chatham House, London; Hoare, A. and Wellesley, L. 2014. Illegal Logging and Related Trade: The Response in Indonesia. Chatham House, London
6
Contohnya melalui Permenhut No.P.95/Menhut-II/2014, Perdirjen No.14/2014, dan Perdirjen No.1/2015
8
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Pekerja perempuan di Jepara, Jawa Tengah
memberikan sentuhan akhir pada mebel
9
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
1980
1993
Gerakan internasional yang kuat
untuk menyelamatkan hutan tropis,
termasuk gagasan untuk memboikot
produk-produk kayu dari hutan tropis.
Kelompok Kerja mengenai Ekolabel Indonesia
memprakarsai pengembangan sertifikasi
kayu lestari pertama di Indonesia, dipimpin
oleh Profesor Emil Salim, mantan Menteri
Lingkungan Hidup.
Hasilnya, Lembaga Ekolabel Indonesia,
terbentuk pada tahun 1998.
2011-2009
2009
2009-2007
Proses finalisasi sistem verifikasi legalitas kayu telah tercapai
dan telah diadopsi dalam peraturan perundang-undangan.
2007
Dialog intensif untuk
menindaklanjuti peraturan,
termasuk tujuh pertemuan
pakar gabungan (Joint
Expert Meeting/JEM).
Kementerian Kehutanan
mengeluarkan Peraturan No. P38
/ 2009 tentang Pedoman untuk
Penilaian Kinerja Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu untuk Pemegang Izin
dan Hutan Rakyat.
Negosiasi VPA lebih intensif dan
menciptakan peluang untuk
penyempurnaan SVLK.
2011
Proses VPA meliputi partisipasi para pemangku kepentingan
tingkat tinggi. Pada tahun 2008, kelompok para-pemangku
kepentingan, di bawah naungan Dewan Nasional Kehutanan,
mempresentasikan dan mengajukan standar legalitas dan SVLK
kepada Pemerintah.
Perwakilan masyarakat sipil, asosiasi industri kayu, dan
kementerian terkait lainnya bekerja sama langsung dengan
Kementerian Kehutanan, serta berkontribusi langsung dalam
negosiasi dengan Uni Eropa melalui beberapa cara seperti
pertemuan pejabat senior, kelompok kerja teknis, pertemuan
pakar gabungan, dan konferensi video.
2012
Deklarasi dukungan terhadap
perdagangan kayu legal dari
berbagai asosiasi furnitur,
eksportir, dan industri kehutanan.
Kementerian Perdagangan mengeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 64/2012 untuk
mengatur ekspor kayu legal. Peraturan ini
direvisi dengan PP No. 81/2013 dan direvisi
lagi dengan PP No. 97/2014
2013
Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) mulai berjalan
di bulan Januari 2013. Situs ini dapat diakses di
alamat:
http://silk.dephut.go.id
Indonesia dan Uni Eropa menandatangani
Kesepakatan Kemitraan Sukarela (VPA) di Brussels.
Peluncuran logo V-legal untuk
kayu dan produk kayu legal oleh
Kementerian Kehutanan.
10
Indonesia melakukan uji coba ekspor kayu
legal ke Uni Eropa.
Gambar 2. Perjalanan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Indonesia
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
1998
Negara-negara G8 meluncurkan ‘Program Aksi
Hutan G8’ untuk bekerja bersama mengatasi
pembalakan liar. Program ini merupakan kerja
sama awal antara Bank Dunia, Departemen
Pembangunan Internasional Inggris (DFID
UK), dan Departemen Luar Negeri AS tentang
Penegakan Hukum untuk Asia Timur, yang
kemudian dilanjutkan dengan konferensi
tentang Penegakan Hukum dan Tata Kelola
(FLEG).
1999
Uni Eropa memberikan dukungan
finansial terhadap proyek Telapak dan
EIA untuk kampanye pembalakan liar.
Telapak dan Environmental Investigation
Agency (EIA) meluncurkan ‘The Final Cut’,
sebuah publikasi mengenai merajalelanya
pembalakan liar dan penyelundupan kayu
ilegal dari Indonesia.
2006 - Pemerintah dan para pemangku
kepentingan industri di tingkat nasional dan
provinsi bergabung dalam proses untuk
mengembangkan standar legalitas.
Serangkaian seminar dan konsultasi publik
dilakukan sebelum pengajuan standar
legalitas kayu kepada Departemen Kehutanan
pada tahun 2007.
Bank Dunia dan WWF melakukan
pertemuan regional di Jakarta untuk
membahas masalah pembalakan liar.
Undang Undang Kehutanan yang baru (UU No
41/1999) diterbitkan.
2007-2002
Dimulainya dialog para pemangku
kepentingan untuk mengembangkan standar
legalitas kayu. Tahap awal proses ini difasilitasi
oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil,
termasuk Environmental Investigation Agency
(EIA), Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), dan
Nature Conservancy (TNC).
2000
2005-2002
Banyak perjanjian ditandatangani, termasuk MoU antara
Indonesia dan Inggris untuk meningkatkan pengelolaan
hutan dan penegakan hukum sektor kehutanan,
pemberantasan pembalakan liar dan perdagangan
internasional produk kayu ilegal.
2005
2003
Pengembangan lanjutan
dan perumusan standar,
pedoman serta kriteria
legalitas kayu berdasarkan
peraturan dan perundangundangan yang berlaku.
Pada tahun 2003, Uni Eropa
mengadopsi perjanjian ini
tetapi menambahkan satu
aspek, tentang Perdagangan
menjadi Rencana Aksi FLEGT.
Kegiatan pembalakan
liar turun sebesar 70%
(Obidzinski et.al., 2006).
2014
Peraturan tentang SVLK P.38 / 2009 diperkuat beberapa kali,
dengan P.95 / 2014 sebagai versi terbaru untuk mengakomodasi
kebutuhan UKM. Beberapa perubahan penting meliputi:
•
Pemilik hutan rakyat dapat mempublikasikan Deklarasi
Kesesuaian Pemasok;
•
Pemilik usaha kecil dapat mempublikasikan Deklarasi
Kesesuaian Pemasok selama bahan bakunya berasal dari
hutan rakyat;
•
Pemerintah memberikan fasilitasi untuk UKM mengenai
sertifikasi berbasis kelompok dan pengawasan yang
pertama
VPA mulai efektif berlaku dan para pihak VPA membentuk
Komite Implementasi Gabungan untuk memantau pelaksanaan
kesepakatan tersebut.
2001
Konferensi Tingkat Menteri Regional
Pertama tentang Penegakan Hukum
dan Tata Kelola (FLEG) untuk wilayah
Asia Timur dan Pasifik diadakan
pada bulan September 2001 di Bali,
Indonesia.
Konferensi ini mengadopsi Deklarasi
Bali, dengan negara-negara peserta
berkomitmen untuk mengatasi
kejahatan hutan dan pelanggaran
hukum kehutanan.
Organisasi non pemerintahan
terlibat dalam pengembangan
SVLK dan pembahasan definisi
legalitas yang mendasari
sistem tersebut.
April 2015
Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) telah
mendukung publikasi lebih dari 234,000
dokumen V-legal untuk 193 negara tujuan
melalui 86 pelabuhan bongkar muat dan 2,084
pelabuhan bongkar.
Tahap kedua dari penilaian bersama SVLK mulai berlangsung.
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
11
Kesepakatan Kemitraan Sukarela Indonesia–Uni Eropa
Kesepakatan Kemitraan Sukarela (VPA)
merupakan komponen kunci Rencana
Aksi Penegakan Hukum, Tata Kelola dan
Perdagangan Sektor Kehutanan (FLEGT)
Uni Eropa tahun 2003 untuk mengatasi
pembalakan liar. VPA merupakan kesepakatan
sukarela perdagangan bilateral yang
bertujuan untuk menjamin hanya produk
kayu terverifikasi legal dari negara mitra yang
dapat memasuki pasar Uni Eropa. Selain untuk
mempromosikan perdagangan kayu legal, VPA
juga menyasar penyebab tidak legalnya suatu
produk melalui perbaikan tata kelola hutan
dan penegakan hukum.
VPA melengkapi upaya Rencana Aksi FLEGT
lainnya, yakni Peraturan Kayu Uni Eropa
(European Union Timber Regulation/EUTR)
tahun 2013. Peraturan tersebut melarang
memasukkan kayu ilegal ke pasar Uni Eropa.
Hal ini berlaku untuk kayu domestik dan impor.
Ketika sistem jaminan legalitas kayu VPA
sudah beroperasi penuh, lisensi FLEGT akan
diterbitkan untuk menyertai ekspor produk
kayu yang terverifikasi legal.Produk berlisensi
FLEGT secara otomatis memenuhi persyaratan
uji tuntas peraturan kayu Uni Eropa.
VPA Indonesia-Uni Eropa melengkapi upaya
Indonesia dalam mengatasi pembalakan liar
melalui pendekatan lunak sistem verifikasi
legalitas kayu (SVLK), yang akan dijelaskan
pada Bagian 2 dalam laporan ini. Proses VPA
Indonesia-Uni Eropa telah berkontribusi
terhadap revisi pada SVLK.
Tujuan utama proses VPA Indonesia-EU
adalah untuk menyediakan suatu kerangka
legal guna menjamin seluruh produk kayu
yang diimpor oleh EU dari Indonesia telah
diproduksi secara legal, sebagaimana
dibahas dalam kesepakatan. Lampiran VPA
menjelaskan perangkat hukum dan peraturan
di Indonesia yang diterapkan di sektor
kehutanan Indonesia (‘definisi legalitas’) dan
sistem kontrol serta prosedur verifikasi yang
menjamin semua kayu dan produk kayu
yang diekspor dari Indonesia ke Uni Eropa
telah menaati peraturan perudang undangan
tersebut. VPA menetapkan bahwa begitu
lisensi FLEGT dimulai, Uni Eropa akan menolak
masuknya produk kayu apapun dari Indonesia
yang termasuk dalam lingkup VPA, jika produk
tersebut tidak dilengkapi dengan sertifikat
FLEGT yang berlaku.
Peserta pertemuan Joint
Implementation Committee
kedua di Jakarta
Namun demikian VPA tidak hanya diterapkan
pada ekspor ke Uni Eropa. Indonesia
memutuskan bahwa VPA mencakup kayu
dan produk kayu yang diperdagangkan
di Indonesia dan/atau diekspor ke pasar
manapun.
Para pihak menegosiasikan VPA dalam
kurun waktu tahun 2007 hingga 2011, dan
meratifikasi kesepakatannya di tahun 2014.
VPA mulai diberlakukan pada tanggal 1 Mei
2014. JIC terus melakukan pemantauan
implementasinya, termasuk reformasi tata
kelola dan hukum serta penyempurnaan
SVLK sebelum diberlakukannya lisensi FLEGT.
Laporan ini menggambarkan perkembangan
yang terjadi dari bulan Mei 2014 hingga April
2015.
12
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
2 SVLK: Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
VPA Indonesia - Uni Eropa berpijak pada Sistem
Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang mampu
melakukan verifikasi bahwa kayu dan produk
kayu yang dihasilkan dan diproses di Indonesia
berasal dari sumber yang legal sesuai dengan
peraturan perundangan undangan yang
berlaku di Indonesia, sebagaimana diverifikasi
oleh lembaga verifikasi dan dimonitor oleh
masyarakat sipil. Sistem jaminan legalitas kayu
yang digambarkan dalam VPA didasarkan
pada SVLK yang diterapkan melalui peraturan
menteri pada tahun 2009 (lihat Gambar 3).
Pemerintah sebagai regulator
(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
penunjukan
Penunjukan
dan kontrol
keluhan
Komite Akreditasi Nasional (KAN)
akreditasi
Sertifikat
akreditasi
Lembaga Penilai (LP) dan
Verifikasi Independen (VI)
Pemantau Independen (CSO)
Penerbit Dokumen V-Legal
verifikasi
ekspor
audit
Sertifikat legalitas
atau PHPL
keluhan
banding
banding
Auditi
Dokumen V-Legal
atau lisensi FLEGT
Gambar 3. Penataan Institusi SVLK
Definisi legalitas
Berdasarkan SVLK, kayu Indonesia dianggap
legal apabila asal, produksi, pemrosesan,
pengangkutan dan perdagangannya
terverifikasi memenuhi seluruh hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia.
Indonesia telah memulai proses
mendefinisikan legalitas sebelum negosiasi
VPA dimulai. Hal ini merupakan langkah
penting dalam mengembangkan SVLK
mengingat ada sekitar 900 hukum dan
peraturan perundangan Indonesa yang berlaku
terkait dengan sektor kehutanan.7 Proses
konsultasi para pihak berhasil mengidentifikasi
irisan dari peraturan perundang-undangan
yang terkait, dan menyusun 5 (lima) standar
legalitas yang jelas untuk setiap tipe hutan dan
industri berbahan baku kayu (lihat Lampiran 1).
Tujuan mendefinisikan legalitas bukanlah
untuk mengulang peraturan perundangundangan di suatu negara, melainkan untuk
memberi penekanan pada persyaratan
legal yang diputuskan oleh para pemangku
kepentingan nasional. Skema VPA
memungkinkan adanya kajian mengenai
definisi legalitas berdasarkan input pemangku
kepentingan dan perkembangan peraturan
perundang-undangan di Indonesia di masa
mendatang.
Kerangka hukum Indonesia menetapkan
standar Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
(PHPL) yang harus ditaati oleh para pemegang
izin pemanfaatan hutan produksi (hutan
negara).8 Para pemilik izin tersebut dapat
memilih untuk patuh pada standar legalitas,
kemudian patuh pada standar PHPL. Kedua
standar harus dipatuhi tak lebih dari satu
tahun terhitung sejak tanggal kadaluarsa
sertifikasi.
Termasuk di dalamnya, seluruh hukum dan peraturan mengenai kehutanan, perdagangan, lingkungan, pertanian dan kepemilikan lahan serta perjanjian internasional yang ditandatangani dan diratifikasi oleh Indonesia.
8
13
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Kendali rantai pasok
Lisensi FLEGT
Pemegang izin (dalam hal konsesi), pemilik
lahan (dalam hal lahan milik sendiri) atau
perusahaan (dalam hal pedagang, pengolah
dan eksportir) perlu menunjukkan bahwa
setiap simpul rantai pasok mereka dikendalikan
dan didokumentasikan sebagaimana diatur
dalam Lampiran V VPA dan Peraturan Menteri
Kehutanan. 9 Peraturan tersebut mensyaratkan
dilakukannya verifikasi dan validasi lapangan
oleh pejabat kehutanan di kabupaten dan
provinsi, terhadap data serta dokumen yang
secara rutin diserahkan oleh para pemegang
izin, pemilik lahan ataupun pengolah di setiap
simpul rantai pasok (lihat Lampiran 2).
Otoritas lisensi SVLK saat ini mengeluarkan
lisensi V-legal untuk menyertai ekspor kayu
legal yang terverifikasi. Indonesia telah
menggunakan SVLK untuk mengaudit lebih
dari 12 juta hektar hutan produksi alam dan
lebih dari 1,400 industri kayu. Otoritas telah
menerbitkan lebih dari 234,000 sertifikat
V-legal, dengan nilai ekspor 16.4 miliar USD
(lihat Bagian 4). Ketika sistem jaminan legalitas
kayu beroperasi sebagaimana dijelaskan
dalam VPA, otoritas lisensi akan mengeluarkan
lisensi FLEGT untuk menyertai ekspor kayu
legal terverifikasi menuju Uni Eropa (lihat
Bagian 3). Indonesia juga menerbitkan
dokumen V-legal untuk tujuan ekspor ke
negara lain.
Dokumen pengangkutan yang relevan harus
menyertai semua kiriman dalam rantai pasok.
Di dalam perubahan peraturan yang akan
datang, dokumen-dokumen tersebut harus
mengindikasikan apakah material tersebut
memiliki sertifikat SVLK yang valid, dinyatakan
legal di bawah Deklarasi Kesesuaian
Pemasok (lihat halaman selanjutnya) atau
disita. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) menggunakan Sistem
Informasi Penatausahaan Hasil Hutan
(SI-PUHH) dan basis data dalam jaringan
lainnya untuk melacak rantai pasok produk
kayu dan hutan (lihat Bagian 7 dan Lampiran 2).
Verifikasi
Komite Akreditasi Nasional mengakreditasi
perusahaan swasta independen, yang disebut
Lembaga Penilai dan Verifikasi Independen
(Conformity Assessment Bodies/CAB) untuk
mengaudit usaha kehutanan dan industri
berbasis kayu. CAB memverifikasi ketaatannya
dengan definisi legal dan/atau mengkaji
kinerja para pemilik izin yang beroperasi di
hutan produksi, terhadap standar pengelolaan
hutan produksi lestari (lihat Lampiran 4).
CAB juga memeriksa konsistensi data yang
dideklarasi oleh para pihak yang diaudit
selama audit awal dan pengawasan serta
apabila dirasakan perlu dapat melakukan
inspeksi di lapangan.
9
Evaluasi Berkala
Evaluasi Berkala (Periodic Evaluation)
merupakan istilah VPA untuk audit berkala
terhadap sistem jaminan legalitas kayu yang
dilakukan oleh pihak ketiga yang independen.
Tujuan dari evaluasi berkala adalah untuk
mendapatkan jaminan bahwa sistem tersebut
berfungsi sebagaimana digambarkan dalam
VPA, dengan demikian menambahkan
kredibilitas lisensi FLEGT. Evaluator berkala
melapor kepada Komite Implementasi
Gabungan, yang dapat memutuskan
memberikan dukungan atau tindakan koreksi
yang perlu diambil. Pasal 5 VPA menyatakan
bahwa Indonesia, melalui konsultasi dengan
Uni Eropa, akan melibatkan evaluator berkala
untuk melaksanakan tugas sebagaimana
tercantum pada Lampiran VI VPA (lihat Bagian
8).
P.30/Menhut-II/2012, P.41/Menhut-II/2014 and P.42/Menhut-II/2014
14
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Deklarasi Kesesuaian Pemasok
Pada tahun 2014, Indonesia merevisi SVLK
untuk memasukkan prosedur baru yang disebut
Deklarasi Kesesuaian Pemasok.10 Deklarasi
Kesesuaian Pemasok (DKP) memungkinkan tipe
pemasok berikut untuk memberikan penilaian
terhadap diri sendiri atas pemenuhan beberapa
persyaratan spesifik berikut sebagai alternatif
untuk sertifikasi SVLK:
• Pemilik hutan rakyat
• Tempat Penampungan Kayu Terdaftar (TPT)
yang secara eksklusif menerima kayu dari hutan rakyat/ lahan milik pribadi atau menerima kayu tersertifikasi SVLK dari perusahaan negara yang disebut Perum Perhutani
• Industri rumah tangga/pengrajin/pengukir
• Industri primer dan sekunder yang secara eksklusif mengolah kayu dari hutan rakyat/
lahan milik pribadi serta tidak memiliki izin ekspor
Revisi Deklarasi Kesesuaian Pemasok mengacu
pada rekomendasi tim Kajian Gabungan, yaitu
mengurangi beban pengusaha kecil dan UKM
dalam upaya mereka untuk menaati SVLK.
Untuk menginformasikan Deklarasi
Kesesuaian Pemasok kepada para pemangku
kepentingan, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan menyelenggarakan
kampanye penyadaran di seluruh wilayah
Indonesia dan menyebarkan poster-poster,
seperti yang digambarkan di bawah, kepada
para UKM, pemilik hutan rakyat dan tempat
penampungan kayu terdaftar.
Gambar 4. Poster untuk meningkatkan penyadaran deklarasi kesesuaian pemasok bagi hutan rakyat
Berdasarkan SNI/ISO 17050, Deklarasi Kesesuaian Pemasok merupakan suatu ‘deklarasi diri’ sebagaimana didefinisikan di ISO/IEC 17000, misalnya suatu pengakuan pihak pertama yang memenuhi persyaratan tertentu yang telah terbukti setelah suatu kajian
10
15
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Pemantauan Independen
Lampiran V VPA menguraikan hak-hak
kelompok masyarakat sipil, para individu
serta masyarakat Indonesia untuk memantau
implementasi sistem jaminan legalitas kayu.
Hal ini meliputi hak untuk:
• Memantau ketaatan operasi dengan persyaratan definisi legalitas
• Memantau kesesuaian akreditasi, verifikasi, evaluasi berkala serta proses lisensi
dengan persyaratan sistem verifikasi legalitas kayu
• Mengajukan keluhan pada Lembaga
Penilaian Kesesuaian, otoritas
lisensi, Komite Akreditasi Nasional dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
11
Penyempurnaan yang
berkesinambungan
Tempat penampungan kayu terdaftar
sedang menjalani proses sertifikasi,
Jepara, Jawa Tengah
Sejak tahun 2009, Indonesia telah beberapa
kali melakukan penyempurnaan terhadap
SVLK guna meningkatkan efisiensi, inklusivitas
dan aksesibilitas sistem tersebut bagi usaha
kecil dan menengah. Revisi terakhir dilakukan
tahun 2014.11 Revisi SVLK mengindikasikan
adanya suatu proses perbaikan secara terus
menerus, merespon masukan dari para
pemangku kepentingan, termasuk yang
melalui proses VPA. Komite Implementasi
Gabungan Indonesia - Uni Eropa mengkaji dan
mendukung perubahan yang diajukan pada
lampiran VPA untuk merefleksikan perubahan
pada SVLK. Indonesia berkomitmen untuk
melanjutkan keterlibatan para pemangku
kepentingan dalam implementasi sistem
verifikasi legalitas kayu.
Peraturan Menteri P.43/2014 and P.95/2014
16
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
3 Menuju lisensi FLEGT
Kajian bersama sistem verifikasi legalitas kayu
Sebelum lisensi FLEGT dapat diberlakukan,
kajian gabungan perlu dilakukan untuk
mengkonfirmasi bahwa sistem jaminan
legalitas kayu di Indonesia berfungsi
sebagaimana ditulis dalam VPA.
Tahap pertama kajian bersama telah dilakukan
pada tahun 2013. Tahap kedua dilaksanakan
dari tanggal 23 September sampai 31 Oktober
2014. Tim kajian menemukan perbaikan pada
SVLK. Tim kajian juga melaporkan bahwa tidak
ada perubahan yang mendasar. Tantangan
untuk Indonesia yang perlu diatasi sebelum
lisensi FLEGT dimulai sebagian besar berkaitan
dengan proses pelaksanaannya.12
Untuk mengatasi tantangan-tantangan
tersebut, pada bulan November 2014,
Indonesia dan Uni Eropa menyepakati
Rencana Aksi Indonesia–EU Kedua mengenai
kemajuan implementasi VPA. 13 Butir-butir aksi
yang disepakati sebagaimana disajikan pada
Lampiran 3, meliputi antara lain:
• Implementasi sistem verifikasi legalitas kayu se-Indonesia
(lihat Bagian 4)
•Revisi akhir lampiran VPA untuk merefleksikan perubahan yang baru saja dibuat oleh Indonesia terhadap
SVLK sebagai tanggapan dari masukan pemangku kepentingan dan tahap pertama kajian gabungan
Pada pertemuan Komite Implementasi
Gabungan kedua pada bulan Februari 2015,
komite:
•Mengadopsi keterkinian pada Lampiran I VPA mengenai cakupan produk, Lampiran II mengenai definisi legalitas dan Lampiran V mengenai sistem verifikasi legalitas kayu.
• Mengkaji kemajuan 4 mekanisme monitoring yang digambarkan di VPA (lihat Bagian 8)
• Sepakat untuk membentuk kelompok kerja gabungan untuk mengkaji kemajuan rencana aksi
•Peraturan baru tentang kontrol terhadap
kayu impor dan lisensi FLEGT
•Pelaksanaan pemantauan independen, evaluasi berkala serta pemantauan dampak VPA
Pada bulan Maret 2015, Indonesia dan Uni
Eropa menyetujui upaya untuk memantau
pencapaian setiap aksi dalam rencana aksi
dan data untuk memantau kemajuan. Kedua
belah pihak juga sepakat untuk membentuk
tim lapangan untuk mengunjungi beberapa
provinsi guna mengkaji implementasi VPA.
Kesiapan EU untuk menerima kayu berlisensi FLEGT
Untuk menyiapkan datangnya lisensi FLEGT di
Uni Eropa, telah dilakukan komunikasi untuk
meningkatkan koordinasi di antara unit kerja
di Komisi Eropa, dan antara Komisi Eropa
dengan negara-negara dalam Uni Eropa. Dari
komunikasi tersebut diperoleh pembelajaran
dan rekomendasi dari uji pengapalan yang
dilaksanakan bersama dengan Indonesia pada
tahun 2012.
Komisi Eropa, berkolaborasi dengan
negara-negara mitra VPA, juga sedang
mengembangkan sistem elektronik se-
Uni Eropa untuk memproses lisensi FLEGT.
Sistem elektronik tersebut diharapkan dapat
menghindarkan kebutuhan negara mitra
VPA untuk membangun komunikasi bilateral
dengan sistem IT masing-masing negara
anggota Uni Eropa. Pada tahun 2014, beberapa
pejabat dan konsultan Uni Eropa telah
mendiskusikan sistem se-Uni Eropa tersebut
dengan para perwakilan Indonesia yang
terlibat dalam VPA, yang mengungkapkan
minat untuk bekerjasama dengan Uni Eropa
dalam pengembangan sistem dimaksud.
Komite Implementasi Gabungan Indonesia-EU VPA 2014. Public Summary of Results of Joint Assessment of the Indonesian Timber Legality Assurance System Stage Two, 23 September to 31 October 2014
13
Rencana ini telah disepakati pada JEM – Uni Eropa di Solo pada tanggal 17-18 November 2014
12
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
17
Pelaksanaan Peraturan
Kayu Uni Eropa
Negara-negara Uni Eropa telah membuat
kemajuan dalam menerapkan Peraturan Kayu
Uni Eropa (EU Timber Regulation/EUTR), yang
mensyaratkan adanya penunjukan suatu
otoritas yang bertanggung jawab (competent
authority), menerapkan penalti dan dan
memeriksa kinerja perusahaan. Penegakan
EUTR telah meningkat di periode pelaporan ini.
Otoritas yang bertanggung jawab di negara
anggota Uni Eropa ini telah membentuk
kelompok pendukung informal untuk berbagi
informasi dan praktik-praktik terbaik.
Komisi Eropa menerbitkan dan memperbarui
status papan skor yang menunjukkan
kemajuan 28 negara anggota Uni Eropa
dalam menerapkan EUTR.14 Dua puluh negara
anggota Uni Eropa telah menerbitkan peraturan
tentang penalti untuk pelanggaran EUTR.
Komisi Eropa sedang melakukan komunikasi
dengan negara-negara anggota yang belum
mengimplementasikan EUTR secara penuh.
Komisi Eropa juga telah memberi pengakuan
terhadap beberapa organisasi pemantau, yang
menyediakan sistem uji tuntas yang dapat
diterapkan oleh para operator pada rantai
pasokan mereka.
untuk lisensi FLEGT di Uni Eropa dan pasar
internasional secara luas selama berlakunya
VPA (lihat Bagian 8). Pemantauan pasar
independen tersebut akan memungkinkan
Komisi Eropa untuk mengkaji permintaan
kayu berlisensi FLEGT dan menyesuaikan
komunikasinya serta upaya pendukung
lainnya guna mempersiapkan pasar sebelum
datangnya lisensi FLEGT.
Penyadaran pasar
Pada bulan Maret 2015, Komisi Eropa
menyelenggarakan konferensi Pekan Tahunan
FLEGT di Belgia.15 Pada kesempatan tersebut,
Indonesia melaporkan kemajuannya menuju
lisensi FLEGT kepada masyarakat internasional,
termasuk seluruh pemangku kepentingan
Uni Eropa yang terkait dan perwakilan sektor
swasta. Konferensi tersebut memberikan sinyal
kepada pasar atas komitmen Komisi Eropa dan
Indonesia untuk melihat kayu berlisensi FLEGT
di pasar Uni Eropa secepat mungkin.
Pemantauan pasar
independen
Pada tahun 2014, International Tropical
Timber Organization (ITTO) mulai bekerja
dengan kontrak lima tahun dari Komisi Eropa
untuk memahami lebih baik tentang insentif
pasar yang diperoleh dengan memasuki
dan mengimplementasikan VPA, dan untuk
memantau bagaimana perkembangan pasar
14
15
http://ec.europa.eu/environment/forests/timber_regulation.htm
http://www.flegtweek.org/
18
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
4 Pencapaian implementasi SVLK
Pada Februari 2015, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan menginisiasi program
percepatan implementasi SVLK untuk
mempercepat sertifikasi hutan rakyat, usaha
kecil menengah yang mengekspor mebel
serta industri primer dengan kapasitas sampai
dengan 6,000 m3/tahun. Kegiatan program
tersebut termasuk pemetaan, pelatihan, kajian
kesenjangan serta sertifikasi (lihat Lampiran 4).
Dengan dukungan dana dari Multistakehoder
Forestry Program Fase 3 (MFP3) dan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan serta Kementerian lain,
program tersebut mendanai biaya sertifikasi
dan fasilitasi pre-audit dengan dukungan
pendanaan dari programnya dan dari
anggaran Kementerian.
Pemetaan data menjadi penting untuk
program percepatan. Para fasilitator
independen, atau focal point, bekerja di
21 provinsi di Indonesia untuk memetakan
industri primer dengan kapasitas sampai
dengan 6,000 m3/tahun dan UKM dengan
modal lebih kecil dari 500 juta rupiah.
Sebelumnya, data tersebut belum terpusat
dan tersedia untuk kantor kehutanan, industri
dan perdagangan di provinsi. Focal point juga
mengkaji kesenjangan antara industri primer
dan usaha kecil menengah dalam pemenuhan
persyaratan SVLK serta membantu unit-unit
tersebut untuk terus memproses sertifikasi
kelompok.
Sampai dengan akhir tahun 2014, lebih
dari 80% kayu yang dipanen dari konsesi
hutan alam serta 100% kayu yang berasal
dari konsesi hutan tanaman disertifikasi
SVLK. Sampai dengan April 2015, Lembaga
Verifikasi Legalitas Kayu Indonesia telah
memberikan sertifikasi kepada lebih dari
1,400 perusahaan kayu yang telah patuh pada
SVLK. 88% dari eksportir yang tercatat telah
tersertifikasi, dan melakukan perdagangan
dengan 193 negara. Sampai dengan bulan
April 2015, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan telah melatih 980 auditor SVLK.
Sebanyak 19 Lembaga Verifikasi Legalitas
Kayu penerbit sertifikat legalitas SVLK dan
14 Lembaga Penilai Kinerja PHPL penerbit
sertifikat PHPL, telah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Sampai April
2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan telah memiliki 4,634 petugas teknis
untuk memantau kayu serta produk kayu yang
diangkut.
Lampiran 5 menggambarkan kegiatan yang
dilakukan Indonesia untuk mempromosikan
SVLK ke pasar selain Uni Eropa dalam periode
pelaporan ini.
Lebih dari
SVLK mengeluarkan
industri kayu
lisensi ekspor
V-legal untuk
193 negara
produk kayu
28 negara
Produk kayu berlisensi
memiliki berat bersih
Produk kayu berlisensi telah
menempuh perjalanan dari
234 592
1 400
159 tipe
12 Juta
hektar hutan alami
tersertifikasi SVLK
22.22 Juta
ton dan senilai
USD16.40 Juta
Indonesia mengekspor
produk kayu berlisensi
SVLK kepada
termasuk
di Uni Eropa
86 pelabuhan
di Indonesia ke
2 084 pelabuhan
di luar negeri
Gambar 5. Dampak SVLK dari Januari 2013 hingga April 2015
19
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Pelatihan Tenaga Teknis (Ganis), Semarang, Jawa Tengah
20
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
5 Penguatan institusi dan
peningkatan kapasitas
Pembentukan institusi baru dan penguatan
kapasitas para pemangku kepentingan
diperlukan untuk menerapkan VPA. Berikut
perkembangan yang terjadi pada periode
pelaporan kali ini.
Komite Implementasi
Gabungan
Indonesia dan Uni Eropa membentuk Komite
Implementasi Gabungan (Joint Implementation
Committee/JIC) untuk memantau implementasi
VPA. 16 Pejabat senior dari Uni Eropa dan
Indonesia mengetuai JIC dan masing masing
pihak memilih anggota delegasinya. Delegasi
Indonesia terdiri dari wakil pemerintah, swasta
dan masyarakat sipil. Komite tersebut telah
bertemu dua kali – pada tanggal 24 September
2014 dan 12 Februari 2015.
Indonesia dan Uni Eropa telah menetapkan
struktur pendukung JIC, sebagai berikut:
•Sekretariat JIC: sekretariat menyediakan dukungan administratif pada JIC dan badan
pendukungnya. Para anggota sekretariat meliputi perwakilan pemerintah Indonesia, masyarakat sipil dan asosiasi sektor swasta, juga satu perwakilan delegasi Uni Eropa di Jakarta
•Kelompok kerja teknis: kelompok para
pemangku kepentingan tersebut memberikan dukungan teknis kepada JIC di area seperti pemantauan dampak VPA
• Pertemuan pakar gabungan (JEM): Forum
pemangku kepentingan yang terdiri dari seluruh perwakilan Uni Eropa dan Indonesia
untuk menggali isu teknis. Dalam periode
pelaporan, empat pertemuan pakar
gabungan telah dilakukan untuk
mendiskusikan kemajuan lisensi FLEGT.
Seri pertemuan ini menyiapkan dan menginformasikan pada pertemuan JIC.
• Kelompok kerja gabungan: Kelompok para pemangku kepentingan ini
memantau dan mengkaji kemajuan 16
menurut Rencana Kerja Indonesia-Uni Eropa kedua mengenai Percepatan Implementasi VPA (lihat Bagian 3). Kelompok ini meliputi para perwakilan Uni Eropa dan para kelompok pemangku kepentingan Indonesia berikut: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Industri, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, asosiasi perusahaan kayu, otoritas lisensi dan organisasi non-
pemerintahan. Pertemuan kelompok kerja
gabungan menyiapkan dan
menginformasikan pertemuan pakar gabungan.
Masyarakat sipil
DFID UK melalui MFP3 menyediakan
dukungan untuk memperkuat kapasitas
organisasi masyarakat sipil (CSO) dan
jaringannya agar dapat melakukan fungsi
pemantauan independen seperti yang
dijelaskan dalam VPA.
Lokakarya peningkatan kapasitas di bulan
Agustus dan September 2014 berfokus
pada peran CSO di Komite Implementasi
Gabungan VPA dan pengalaman CSO terkait
VPA dan SVLK. Tiga puluh perwakilan CSO dari
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan
Jawa menghadiri lokakarya tersebut. Mereka
menyusun dokumen posisi VPA dan protokol
komunikasi, serta memilih tujuh perwakilan
CSO untuk duduk di struktur pendukung
Komite Implementasi Gabungan (lihat Bagian 5).
Untuk mendukung partisipasi masyarakat sipil
lebih luas dalam pemantauan independen,
MFP3 menyediakan pelatihan bagi 30
wartawan dari Jawa Tengah, Jogjakarta dan
Jawa Timur di bulan April 2015. Pelatihan
meliputi pengalaman CSO dalam hal
pemantauan secara independen, kode etik
untuk pemantauan serta saran mengenai
ketaatan pemantauan dengan peraturan yang
terkait. Kegiatan peningkatan kapasitas lainnya
adalah membantu kesiapan industri hutan
kemasyarakatan untuk menerapkan SVLK
Seperti disepakati di Pasal 14 VPA
21
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
dan memperkenalkan Deklarasi Kesesuaian
Pemasok kepada para pemangku kepentingan,
seperti para pemilik hutan berskala kecil,
pemilik kebun kayu dan tempat penggergajian
kayu.
Kantor Dinas Pemerintah
MFP3 berkolaborasi dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberi
dukungan kepada Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, meliputi antara lain
kegiatan peningkatan kapasitas di Pusdiklat
Kehutanan, Pusat Pelatihan Kehutanan
Regional dan Perum Perhutani.
Dari tahun 2009 hingga 2015, sebanyak 4,634
pengawas tenaga teknis menerima pelatihan.
Para petugas tersebut memainkan peran kunci
dalam implementasi SVLK, termasuk mengkaji
unit pengelolaan, menyediakan dukungan
teknis dan melakukan audit internal sebelum
proses sertifikasi. Pada periode pelaporan ini,
program percepatan SVLK memprioritaskan
pelatihan bagi para petugas teknis.
Di bulan September 2014, MFP3 mengadakan
pelatihan untuk mengkomunikasikan SVLK
kepada para pengurus dan operator dari
balai kliring informasi SIMPATIK. Para peserta
termasuk para perwakilan dari Pusdiklat
Kehutanan, Pusat Pelatihan Kehutanan Daerah
serta Sekolah Menengah Atas Kehutanan.
Modul pelatihan diperbarui di bulan Oktober
2014 untuk merefleksikan revisi-revisi terbaru
pada implementasi SVLK, khususnya konsep
mengenai Deklarasi Kesesuaian Pemasok.
• Perjalanan dan briefing media bagi 30
wartawan dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur mengenai praktik-praktik terbaik dalam implementasi SVLK (April 2014).
• Pertemuan dengan para pembeli kayu internasional bersama dengan perusahaan yang bersertifikasi SVLK dari Indonesia, guna meningkatkan kesadaran akan
kemajuan produk kayu bersertifikasi (November 2014).17
• Seri kegiatan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Maluku, dan Jawa
Tengah yang dilakukan guna meningkatkan kapasitas para pemilik konsesi dan pemerintah daerah untuk menerapkan SVLK (November-Desember
2014)
Auditor SVLK
Pada kurun waktu 2009 hingga 2014, Pusdiklat
Kehutanan melatih lebih dari 980 auditor
SVLK untuk mengkaji kinerja terhadap
standar legalitas dan standar pengelolaan
hutan produksi yang lestari. Para pihak
yang memberikan dukungan pada kegiatan
tersebut adalah MFP3, Lembaga Ekolabel
Indonesia (LEI), Kemitraan, Organisasi
Perdagangan Kayu Internasional, Asosiasi
Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Asosiasi
Panel Kayu Indonesia (APKINDO) dan lembaga
penilai dan verifikasi independen (Sucofindo,
BRIK dan Ayamaru)
Sektor swasta
Asosiasi sektor swasta di Indonesia, seperti
Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia
(APHI), telah memainkan peran aktif dalam
mendukung implementasi VPA, meningkatkan
kapasitas pelaku usaha untuk menerapkan
SVLK dan meningkatkan kesadaran SVLK
diantara kelompok pemangku kepentingan
yang lainnya. Berikut adalah beberapa
kegiatan kunci selama periode pelaporan ini:
17
Kegiatan ini disebut ‘Boosting International Trade in Certified Wood Products from Indonesia’. Lihat www.
theborneoinitiative.org/client/borneo/uploads/conference_report/final_seminar_report_2014.pdf
22
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
6 Pelibatan pemangku kepentingan
Partisipasi para pemangku kepentingan
merupakan hal kunci untuk keberhasilan
dan kredibilitas VPA Indonesia-Uni Eropa.
Keterlibatan para pemangku kepentingan
selama pengembangan SVLK dan
negosiasi FLEGT VPA terus berlanjut pada
fase pelaksanaannya. Masyarakat sipil,
pemerintah dan sektor swasta memberi
dukungan yang kuat untuk implementasi
VPA dan penyempurnaan SVLK secara
berkesinambungan.
Para pemangku kepentingan tersebut
terlibat secara langsung dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta
berkontribusi dalam berinteraksi dengan Uni
Eropa melalui partisipasi Komite Implementasi
Sektor swasta
Untuk menaati sistem
jaminan legalitas kayu
Indonesia
Untuk mengerti persyaratan
VPA dengan lebih baik
Untuk mempromosikan
perdagangan kayu berlisensi
FLEGT
Gabungan (JIC) dan struktur pendukungnya
(lihat Bagian 5). JIC memiliki otoritas untuk
menentukan apakah sistem jaminan legalitas
kayu yang dimiliki Indonesia sudah memenuhi
persyaratan VPA. Partisipasi para pemangku
kepentingan di JIC menyoroti tingkat
keterlibatan para pemangku kepentingan
dalam pengelola hutan di Indonesia.
Perwakilan dari pemangku kepentingan
Indonesia juga mengunjungi Uni Eropa
beberapa kali selama periode pelaporan
untuk berhubungan dengan para pemangku
kepentingan Uni Eropa dan untuk menghadiri
seri pertemuan seperti pertemuan berkala
untuk pembahasan pembalakan liar.
Kementerian
terkait
(Kementerian Perdagangan,
Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Koordinator Ekonomi,
Kementerian Keuangan, Direktorat
Bea Cukai, dan Komite Akreditasi
Nasional)
KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP
DAN KEHUTANAN
Untuk melakukan konsultasi
dan koordinasi tentang
mekanisme SVLK pemantauan
dan penyadartahuan publik
Masyarakat sipil
(CSO, NGO, asosiasi, media)
Untuk mengkoordinasikan
implementasi SVLK, termasuk
mengembangkan mekanisme serta
standar impor dan ekspor
Untuk menyelenggarakan
pelatihan penyelia, untuk
memfasilitasi proses SVLK
Pemerintah Daerah
(Dinas-dinas Kehutanan,
Industri dan Perdagangan, para
Gubernur, Bupati)
Gambar 6. Para pemangku kepentingan di Indonesia dan peranannya yang berbeda pada VPA
23
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
24
Pohon di hutan kemasyarakatan di Alor, Nusa
Tenggara Timur, dengan kode unik untuk
memudahkan proses identifikasi
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
7 Komunikasi dan transparansi
Komunikasi dan akses terhadap informasi
mendukung objektivitas, transparansi dan
akuntabilitas terhadap verifikasi legalitas
kayu serta lisensinya. Pasal 17 Lampiran IX
VPA memuat jenis data dan informasi yang
akan tersedia bagi masyarakat secara umum,
dan unit kerja yang bertanggung jawab
atas ketersediaan informasi tersebut serta
mekanisme aksesnya.
tanggal pengkajian, rencana audit, hasil audit dan statusnya.
Lampiran IX VPA disusun melalui proses
konsultasi pemangku kepentingan dimana
organisasi masyarakat sipil meminta untuk
dapat mengakses informasi yang diperlukan
untuk melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan sistem verifikasi legalitas kayu
dengan baik. Lampiran tersebut sejalan
dengan hukum Indonesia18 yang mewajibkan
kepada seluruh institusi publik untuk
menyusun peraturan tentang akses masyarakat
umum terhadap informasi.
Publikasi dokumendokumen terkait
pertemuan VPA
Data yang tersedia
Indonesia telah membuat sistem informasi
melalui suatu basis data dalam jaringan yang
dibuat khusus yang disebut Sistem Informasi
Legalitas Kayu (SILK) yang berperan sebagai
pusat pendaftaran dokumen-dokumen V-legal
Indonesia. SILK memiliki sistem online dan
menyediakan informasi berikut untuk publik:
• Daftar terkini dokumen V-legal yang dikeluarkan
•Informasi mengenai SVLK (artikel, peraturan dan publikasi) serta perbaruan proses VPA
• Nama dan alamat Lembaga Penilaian Kesesuaian (CAB) yang melakukan verifikasi kinerja terhadap standar legalitas (19 CAB) atau standar pengelolaan hutan produksi lestari (14 CAB)19
• Nama dan alamat perusahaan yang memegang sertifikasi legalitas kayu (sertifikat S-LK) beserta nama CAB
yang memberikan sertifikat pada
perusahaan yang bersangkutan serta masa
berlaku sertifikatnya.
• Hasil kajian kinerja legalitas dan kinerja pengelolaan hutan produksi lestari, beserta
nama CAB yang mengeluarkan sertifikat, SILK terhubung secara otomatis dengan
sistem informasi di Kementerian Perdagangan
dan Direktorat Bea Cukai di Kementerian
Keuangan. 20 Otoritas kompeten di pasar
yang menjadi tujuan ekspor dapat meminta
informasi terkait dengan dokumen V-legal di
SILK dan meminta klarifikasi bila diperlukan.
Selama periode pelaporan, Indonesia dan
Uni Eropa sebagai kedua belah pihak yang
terikat dalam VPA telah menerbitkan beberapa
publikasi yang meliputi:21
• Catatan pertemuan JIC pertama (September 2014)
• Rangkuman publik tahapan kedua kajian gabungan sistem jaminan legalitas kayu
•Catatan JEM (November 2014)
• Rangkuman publik Rencana Aksi Indonesia-
EU Kedua mengenai Kemajuan Implementasi VPA (November 2014)
• Catatan JEM (Januari 2015)
•Catatan pertemuan kelompok kerja pertama (Februari 2015)
•Catatan pertemuan JIC kedua (Februari 2015)
Penjangkauan pemangku
kepentingan
Para pihak terkait VPA telah membuka
saluran komunikasi langsung dengan para
pemangku kepentingan dalam bentuk surat
elektronik (email) yang berisi informasi terbaru
tentang implementasi VPA yang dikirim
secara berkala melalui Sekretariat JIC. Email
pertama yang menggambarkan kemajuan
mengenai lisensi FLEGT dan pemantauan
VPA, telah dikirim di bulan April 2015 kepada
lebih dari 170 penerima. Para penerima
informasi ini memberikan umpan balik
positif dan mengungkapkan minatnya untuk
berlangganan email informasi ini.
No. 14/2008.
CAB yang melakukan verifikasi legalitas disebut LVLK. CAB yang melakukan verifikasi kinerja terhadap standar pengelolaan hutan berkelanjutan disebut LP-PHPL
20
INATRADE– suatu sistem dalam jaringan di KementerianPerdagangan dan INSW (Layanan Terpadu Satu Jendela Nasional Indonesia) di Direktorat Bea Cukai KementerianKeuangan
21
Pada situs SILK di KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan (http://silk.dephut.go.id/) dan situs delegasi Uni Eropa di Indonesia (http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/eu_indonesia/trade_relation/trade_
policy_issues/flegt_vpa/index_en.htm)
18
19
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
25
Industri rumah tangga di Jepara, Jawa Tengah
26
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
8 Pemantauan VPA
Pemantauan Independen
Masyarakat sipil memainkan peranan kunci
dalam pemantauan independen atas sistem
verifikasi legalitas kayu VPA, sebagaimana
diterangkan di Bagian 2. Jaringan yang terlibat
dalam pemantauan independen diantaranya
adalah Forest Watch Indonesia, Aliansi
Pemantau Independen Kehutanan Sumatera
(APIKS), dan Jaringan Pemantau Independen
Kehutanan (JPIK) - suatu jejaring dengan lebih
dari 60 organisasi dan 300 individu.
Pada bulan November 2014, JPIK meluncurkan
SVLK in the Eyes of the Monitor (SVLK
menurut Mata Sang Pemantau), laporan hasil
pemantauan independen JPIK terhadap 34
pemegang konsesi pada tahun 2011 dan 2013.
Laporan tersebut memuat hasil identifikasi
terkait dengan isu-isu implementasi SVLK
dan usulan solusinya. Beberapa rekomendasi
dipergunakan dalam revisi SVLK pada tahun
2014 dan/atau tercermin pada Rencana Aksi
Kemajuan Implementasi VPA Indonesia-Uni
Eropa yang Kedua, yang disetujui kedua belah
pihak di bulan Januari 2015.
Untuk menjamin efektivitas pemantauan
sistem verifikasi legalitas kayu, pemantau
independen diperluas dengan melibatkan
masyarakat dan kelompok seperti wartawan
(lihat Bagian 5). Pelatihan akan terus diberikan
kepada para pemangku kepentingan baik
dari industri, auditor, dinas pemerintahan
serta masyarakat umum, guna menjamin
semua pihak menerima metodologi standar
pemantauan dan temuan-temuan para
pemantau independen.
Pemantauan Dampak
Pada Pasal 12 VPA, Indonesia dan Uni Eropa
sepakat untuk memantau dampak VPA
terhadap industri kayu dan masyarakat
lokal. Untuk mendampingi pemantauan
tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan membentuk kelompok kerja
dengan anggota yang terdiri dari Kementerian,
organisasi masyarakat sipil, dan asosiasi sektor
swasta.
Kelompok kerja tersebut memantau
pengembangan kerangka acuan untuk
penyedia jasa pemantau dampak dan kriteria
kajiannya meliputi 1) proposal keseluruhan, 2)
metodologi, 3) komposisi tim dan 4) kapasitas
institusi.
Pada bulan Maret 2015, panel menetapkan
konsorsium PT. Hatfield Indonesia dan PT. IDEAS
sebagai pemenang lelang untuk mendukung
kelompok kerja teknis dalam mengembangkan
metodologi dampak pemantauan, yang dimulai
sejak Mei 2015. Kelompok kerja akan bekerja
dengan penyedia jasa untuk memberikan
dukungan bagi jaminan kualitas dan
mengkomunikasikan proses serta keluaran kunci
kepada para pemangku kepentingan
Pemantauan Pasar
Independen
Peran pemantau pasar independen adalah
untuk memungkinkan negara-negara mitra
VPA dan para pemangku kepentingan dari Uni
Eropa untuk memahami insentif pasar dari
memasuki dan menerapkan suatu VPA, serta
untuk memantau bagaimana Uni Eropa dan
pasar internasional yang lebih luas berkembang
bagi kayu berlisensi FLEGT selama masa VPA.
Komisi Eropa telah memberikan kontrak
lima tahun, 2014-2019, kepada ITTO, untuk
melakukan pemantauan pasar independen.
Pada kurun waktu pelaporan, kepala konsultan
ITTO mengunjungi Indonesia untuk berdiskusi
mengenai metodologi pemantauan pasar serta
data mengenai Indonesia yang perlu dikompilasi
secara berkala.
Evaluasi Berkala
Pada bulan September 2014, Komite
Implementasi Gabungan menugaskan MFP3
untuk merekrut seorang evaluator berkala untuk
mengkaji kinerja sistem verifikasi legalitas kayu
secara berkala.
Di bulan November 2014, MFP3, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Uni
Eropa mendiskusikan peran dan tanggung
jawab pelaksanaan evaluasi berkala, termasuk
lingkup kerja, kualifikasi, metodologi evaluasi
dan pelaporannya. Pelaksana evaluasi berkala
diharapkan akan menghasilkan laporan berkala
mengenai temuan temuannya bersamaan
dengan rekomendasi tindakan untuk mengatasi
adanya kesenjangan dan kelemahan yang
teridentifikasi.
Proses seleksi dimulai di bulan April 2015 dan
dijadwalkan akan berakhir di bulan Juli 2015. Di
bulan Juli juga, Komite Implementasi Gabungan
akan memutuskan kapan evaluasi berkala yang
pertama akan dilakukan. Evaluasi berkala kedua
akan dilakukan tidak lebih dari 12 bulan setelah
yang pertama.
27
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Lampiran
Lampiran 1: Lima standar legalitas Indonesia
Definisi legalitas Indonesia antara lain adalah 5 (lima) standar legalitas yang dituangkan dalam suatu perangkat prinsip, kriteria,
indikator dan pengukur (verifiers), yang semuanya berdasarkan pada hukum, peraturan dan prosedur Indonesia:
• Standar Legalitas 1. Untuk konsesi pada hutan produksi negara yang dikelola oleh perusahaan yang terdiri dari: hutan produksi alam, hutan tanaman (industri), hutan restorasi ekosistem, hutan dengan hak pengelolaan
• Standar Legalitas 2. Untuk hutan tanaman rakyat (HTR) dan hutan kemasyaratan dalam hutan produksi milik negara.
• Standar Legalitas 3. Untuk hutan/lahan yang dimiliki/digunakan secara pribadi
• Standar Legalitas 4. Untuk hak pemanfaatan kayu pada hutan produksi atau dari hutan produksi yang dikonversi
• Standar Legalitas 5. Untuk industri berbasis kayu primer dan lanjutan serta pedagang
28
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Lampiran
Lampiran 2: Dokumen dan basis data kendali rantai pasok
Gambar di bawah menjelaskan dokumen yang perlu diperiksa petugas kehutanan untuk pencocokan data di setiap titik rantai pasok.
Daftar kayu
Laporan
penebangan
Laporan Hasil
Cruising (LHC)
Tempat
Pengumpulan
Kayu (TPn)
Tempat Penebangan
Dokumen
persetujuan impor
Izin kepabeanan
Dokumen
Pengangkutan
Dokumen DKP
Log
Kayu yang sudah diproses
HUTAN NEGARA
Titik pintu impor
Pembayaran iuran
Daftar kayu
Dokumen
pengangkutan
Laporan mutasi
kayu
Sertifikat SVLK
Tempat
Penimbunan
Kayu
(TPK)
Depot #1
Laporan mutasi
kayu
Dokumen
pengangkutan
Sertifikat SVLK
atau dokumen
DKP (jika semua
kayu: impor
atau berasal
dari hutan berSVLK/ Perum
Perhutani)*
Laporan mutasi
kayu
Dokumen
pengangkutan
Sertifikat SVLK
Tempat Penimbunan
Kayu Antara
(TPK antara)
Industri
primer
Laporan
mutasi kayu
Tally sheet
Dokumen
pengangkutan
Sertifikat SVLK
atau dokumen
DKP (jika
semua kayu
berasal dari
hutan hak)**
Titik pintu
ekspor
Depots #3
Industri
sekunder
Laporan mutasi
bahan baku
Dokumen
pengangkutan
Laporan mutasi
bahan baku
Dokumen
pengangkutan
Sertifikat SVLK
atau dokumen
DKP (jika semua
kayu berasal
dari impor)*
Sertifikat SVLK
atau dokumen
DKP (jika semua
kayu berasal
dari impor)*
Export licence
Pemberitahuan
ekspor barang
Izin kepabeanan
Eksportir
nonprodusen
Laporan mutasi
bahan baku
Dokumen
pengangkutan
Sertifikat SVLK
HUTAN HAK
Tempat Penebangan
Alas titel
Tempat
Pengumpulan
Kayu (TPn)
Daftar kayu
Dokumen
pengangkutan
Sertifikat SVLK atau
dokumen DKP*
Depot #2
Laporan mutasi bahan
baku
Dokumen
pengangkutan
Sertifikat SVLK atau
dokumen DKP*
CATATAN:
#1: Tempat Penampungan Kayu untuk kayu yang berasal dari
Hutan Negara dan/atau impor (TPT-KB)
#2: Tempat Penampungan Kayu untuk kayu yang berasal dari
Hutan Hak (TPT)
#3: Tempat Penampungan Kayu untuk kayu yang berasal dari
industri dan/atau impor (TPT-KO)
*) DKP jika belum memilliki sertifikasi SVLK
**) DKP jika bukan ETPIK dan belum memilliki sertifikasi SVLK
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggunakan basis data berikut untuk melacak rantai pasok:
• SIPUHH: Basis data pelacakan dokumentasi kayu dari hutan hingga industri
• RPBBI: Basis data industri kayu dengan kapasitas lebih dari 6,000 m3 per tahun yang mencatat asal bahan baku kayu industri
• SIPHAO: Sstem informasi online mengenai hutan produksi alam
• SILK: Basis data informasi mengenai ekspor kayu dengan sertifikat V-legal (lihat Bagian 7)
29
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Lampiran
Lampiran 3. Rencana Aksi Indonesia–EU Kedua mengenai Kemajuan Implementasi VPA
Pada JEM Indonesia- EU di Solo tanggal 17-18 November 2014, para pihak VPA menyepakati Rencana Aksi Indonesia–EU Kedua
mengenai Kemajuan Implementasi VPA. Rencana Aksi tersebut memiliki butir butir aksi sebagai berikut:
1. Implementasi SVLK di seluruh Indonesia: Memastikan bahwa per tanggal 1 Januari 2015 hanya kayu SVLK yang memasuki rantai pasok SVLK (lihat Bagian 4)
2. Kendali kayu yang diimpor: Mengembangkan dan menerapkan peraturan yang merujuk pada persyaratan uji tuntas untuk kayu yang diimpor dan menyesuaikannya dengan prosedur CAB
3. Kendali lisensi FLEGT: Mengembangkan peraturan tentang pemantauan dan pengendalian lembaga yang diberi otoritas menerbitkan lisensi FLEGT
4. Berbagi Informasi di antara pelaku verifikasi SVLK: Memastikan bahwa lembaga pelaku audit - CAB berkonsultasi dengan pelaku eksternal terkait dan melaporkan kasus-kasus ketidaktaatan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5. Pemantauan independen: Meningkatkan pemantauan independen, termasuk peningkatan kapasitas, pendanaan berkelanjutan dan peningkatan kegiatan pemantauan
6. Kendali rantai pasok: Menambah informasi mengenai status kayu pada dokumen pengangkutan, di industri dan laporan tempat penumpukkan kayu tercatat
7. Penyingkapan publik: Menyediakan informasi yang diperlukan untuk pemantauan independen sebagaimana dijabarkan di VPA dan peraturan Menteri terkait, seperti P.7/Menhut-II/2011
8. Pemantauan VPA: Memfinalkan kerangka acuan Evaluasi Berkala, dan mengembangkan serta menguji metodologi dampak pemantauan, termasuk pembuatan data dasar (baseline)
9. Kajian lampiran VPA: Memfinalkan revisi lampiran I, II, dan V VPA untuk dukungan JIC
10. Komite Implementasi Gabungan (JIC): Memfinalkan peraturan prosedur JIC dan arbitrase untuk mendapatkan dukungan oleh JIC, serta menyiapkan sekretariat JIC (lihat Bagian 5)
30
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Lampiran
Lampiran 4: Kemajuan sertifikasi SVLK per April 2015
Pada bulan Februari 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dipimpin oleh Dirjen Bina Produksi Kehutanan
mempelopori Program Percepatan SVLK untuk mempercepat sertifikasi UKM bergerak di bidang ekspor furnitur, industri primer
dengan kapasitas hingga 6,000 m3/tahun dan hutan rakyat.
Program ini memiliki tujuh tahapan:
1. Pembentukan dan berkoordinasi dengan tim percepatan sertifikasi SVLK
2. Mengkoordinasi pertemuan antara wakil dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Industri
3. Mengembangkan basis data daring (dalam jaringan) untuk kajian kesenjangan
4. Memfasilitasi pertemuan koordinasi antara Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan dengan para Gubernur serta mengeluarkan suatu deklarasi bersama untuk mempercepat sertifikasi SVLK
5. Memfasilitasi pertemuan koordinasi antara komite pengarah Program Percepatan SVLK dengan para pelaku usaha.
6. Melakukan kajian kesenjangan
31
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Lampiran
Lampiran 5: Kegiatan internasional untuk mempromosikan SVLK
dan V-legal
Guna memperluas akses pasar untuk kayu dan produk kayu, Pemerintah Indonesia terus menerus mempromosikan dan
menegosiasikan SVLK sebagai suatu mekanisme untuk memastikan perdagangan kayu legal. Tujuannya adalah agar produk
kayu dari Indonesia diterima di tempat tujuan ekspor tanpa perlu dilakukan uji tuntas lagi oleh importir. Pada periode pelaporan
ini, Indonesia mempromosikan SVLK dan sertifikasi V-legal pada pasar internasional selain Uni Eropa melalui seri kegiatan yang
meliputi:
• Pengembangan dan penandatanganan suatu Pedoman Spesifik Negara untuk memfasilitasi masuknya kayu bersertifikasi SVLK ke Australia, sejalan dengan Amandemen Peraturan Larangan Pembalakan Liar Australia tahun 2013. Penandatanganan dilakukan dibulan Oktober 2014. Kegiatan ini ditindaklanjuti dengan Dialog Pasar Interaktif di Sydney, dihadiri oleh 15 peserta dari lembaga lembaga Australia, pedagang dan asosiasi importir serta staf kedutaan Indonesia.
• Melakukan negosiasi perdagangan kayu bilateral dengan Kanada, Cina, Jepang dan Korea Selatan
• Berpartisipasi pada pameran internasional di bulan Maret 2015: IFFINA (International Furniture and Craft Fair Indonesia) dan
IFEX (Indonesia International Furniture Expo)
• Berpartisipasi pada kerja sama Ekonomi Asia Pacific dalam Kelompok Pakar Asia–Pasifik mengenai Pembalakan Liar dan Perdagangan Kayu Ilegal terkait serta pertemuan Asosiasi Perdagangan di bulan Januari 2015 di Filipina untuk mempresentasikan strategi guna mempercepat sertifikasi SVLK untuk usaha kecil dan menengah
• Berpartisipasi pada pertemuan Pejabat Senior ASEAN mengenai Kehutanan di bulan Maret 2015 di Kamboja untuk mempromosikan perdagangan kayu sebagai bagian rencana strategis sektor kehutanan 2016–2025 di kerja sama ASEAN pada program pangan, pertanian dan kehutanan
32
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Industri Rumah Tangga di Jepara, Jawa Tengah
33
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Hutan Rakyat di Trenggalek, Jawa Timur
34
Seluruh foto dalam laporan ini disiapkan oleh
Multistakeholder Forestry Programme.
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
35
Laporan Tahunan Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia - Uni Eropa, Mei 2014 - April 2015
Laporan ini disiapkan
oleh Indonesia
dan Uni Eropa dan
divalidasi oleh
Komite Implementasi
Gabungan VPA.
Indonesia-EU
Upaya bersama
untuk menjamin dan
mempromosikan
perdagangan kayu
legal dan tata kelola
yang baik di sektor
kehutanan
Download