Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 GAMBARAN BADAN INKLUSI HbH PADA SUSPEK THALASEMIA DI RUMAH SAKIT PTPN SUBANG Yane Liswanti, Nisa Fitriani Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Badan inklusi HbH merupakan β4-tetramer yang mengendap dan merusak pada membrane sel darah merah sehingga menyebabkan hemolisis. Tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai β tidak memiliki pasangan dan kemudian membentuk tetramer dari rantai β sendiri maka terbentuklah badan inklusi HbH. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pemeriksaan badan inklusi HbH ini memakai metode brilliant cresyl blue 1 %, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui badan inklusi HbH pada suspek thalasemia di Rumah Sakit PTPN Subang. Pada hasil pengamatan didapat bahwa 8 dari 43 sampel yang positif badan inklusi HbH dan 35 dari 43 sampel negatif badan inklusi HbH. Jadi hasil penelitian terhadap badan inklusi HbH dalam sedian apus darah pada pasien suspek thalasemia yang berada di Rumah Sakit PTPN Subang yang positif badan inklusi HbH sebanyak 8 sampel (19%) sedangkan 35 sampel (81%) yang negatif. Kata Kunci : HbH, suspek thalasemia hipertensi, dan coronariasis (Saktiyono, BAB I PENDAHULUAN Kelainan darah merupakan suatu 2004: 131). kelainan fungsi atau perilaku darah dalam Di Indonesia thalasemia tubuh karena hal-hal tertentu, misalnya merupakan penyakit terbanyak di antara diakibatkan oleh virus, genetik golongan atau anemia hemolitik dengan kurangnya zat tertentu yang dibutuhkan penyebab intrakorpuskuler. Thalasemia oleh darah. Kelainan dan penyakit pada merupakan sistem peredaran darah dapat disebabkan diturunkan. Thalasemia sering terdapat oleh genetis. pada bayi dan anak-anak. Pada penderita Adanya kerusakan pada sistem peredaran thalasemia daya ikat sel darah merahnya darah, dan faktor-faktor lain yang belum terhadap oksigen rendah karena kegagalan diketahui. Kelainan dan penyakit tersebut pembentukan antara dapat menyebabkan anemia ringan sampai faktor lain: hemophilia, keturunan atau Anemia, thalasemia, leukemia, lekopenia, berat dan penyakit anemia hemoglobin. yang Thalasemia terjadi penurunan produksi hemoglobin (Saktiyono, 2004: 132). 129 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 Suspek thalasemia rata-rata terjadi membentuk gambaran seperti “bola golf”. pada anak-anak, ditandai dengan adanya Badan inklusi HbH dijumpai pada eritrosit gejala anemia, antara lain pucat, kesulitan penderit HbH dan thalassemia α-1 trait, makan, infeksi berulang (Hikmat, 2008). (1/100 – 1/10.000 eritrosit) (Amatrajasa, Insiden thalassemia dapat dicegah melalui pemeriksaan (Total Hemoglobin H akan menyebabkan sel Solution Thalassemia), antara lain : eritrosit mudah rusak karena terjadi mutasi riwayat keluarga penderita thalassemia , atau defisiensi pada rantai alfa-globin atau seseorang dengan gejala anemia atau beta-globin. thalassemia, pasangan usia subur (Panel afinitas oksigen yang tinggi dan juga tidak Premarital), stabil ibu skrining 2012). hamil (Diagnosis Hemoglobin dalam sirkulasi H memiliki menimbulkan Prenatal), hasil pemeriksaan Hb ≤ 12 g/dl, inklusi intraseluler yang merusak sel darah hasil pemeriksaan ukuran sel darah merah merah. Hal ini menyebabkan sel-sel darah lebih kecil dari normal, walaupun Hb merah memecah lebih cepat dari biasanya normal ( Hikmat, 2008). sehingga sel-sel darah merah kurang Diagnosa thalasemia ditegakkan dalam tubuh. Hal ini menghasilkan anemia berdasarkan pada gejala klinik dan riwayat yang lebih parah (Frances, 1989: 63). thalasemia dalam keluarga. Pemeriksaan Untuk membedakan Hb rendah yang untuk diagnosa thalasemia diantaranya: disebabkan karena anemia atau thalasemia hematologi rutin, gambaran darah tepi, maka dari itu dilakukan pemeriksaan analisa hemoglobin, badan inklusi HbH, badan inklusi HbH. Ferritin, dan test presifitasi DCIP. Pada gambaran mikroskopik akan ditemukan sel eritrosit hipokrom mikrositik dengan retikulosit yang meningkat. Dengan pewarnaan supravital akan ditemukan badan inklusi HbH. Fungsi dilakukan pemeriksaan terhadap badan inklusi Hemoglobin H adalah untuk ini memastikan apakah ada tidaknya “HbH disease” pada seseorang (David Rubenstein, 2003: 361) . Hemoglobin H adalah hemoglobin yang tidak stabil akan mengalami denaturasi oksidatif dan presipitasi jika eritrosit terpapar dengan zat warna new methylene BAB II RUMUSAN MASALAH Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka dapat diambil rumusan sebagai berikut : Apakah ditemukan HbH pada suspek thalasemia? BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut dalamnya plasma terdapat dan di unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume blue atau brilliant cresyl blue dan 130 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 darah secara keseluruhan kira-kira b. Leukosit atau sel darah putih. satu per dua belas berat badan c. Trombosit atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 pembeku. persennya adalah atau butir cairan, Komposisi darah dapat sisanya diperoleh dengan cara memutar terdiri atas sel darah. Angka ini darah dalam suatu tabung dengan dinyatakan dalam nilai hematokrit kecepatan tinggi. Proses atau volume sel darah yang pemutaran darah tersebut dipadatkan yang berkisar antara dinamakan sentrifugasi. Dari hasil 40 sampai 47. Viskositas darah sentrifugasi, darah akan terpisah lebih kental daripada air yaitu: menjadi dua bagian, yaitu bagian mempunyai bawah yang padat dan bagian atas sedangkan 45 persen BJ 1,041-1,067 o dengan temperature 38 C dan pH berupa cairan. Cairan pada bagian 7,37-7,45 (E. Pearce, 1997 : 133 ; atas adalah plasma darah (55%), Syaifuddin, 1997 : 59). sedangkan bagian bawah terdapat Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya sel-sel darah ( Rikky, dkk. 2001: 60). merah, tetapi di bawah sekitar 55% dari total volume mikroskop maka nyatalah bahwa darah. Salah satu fungsi plasma dalam darah terdapat benda-benda darah kecil bundar yang disebut sel-sel keseimbangan darah Sedangkan cairan yang didalam tubuh. Pada manusia, berwarna kekuning-kuningan plasma darah tersusun atas air disebut plasma (Syaifuddin, 1997 (90%) dan bahan-bahan terlarut : 59). (10%). Berikut ini komposisi apabila dilihat 2. Bagian-Bagian Darah Eritrosit atau darah yaitu mengisi mengatur osmosis darah plasma darah beserta fungsinya Sel darah terdiri atas tiga jenis: a. Plasma sel (Rikky, dkk. 2001: 60). darah merah. Tabel 2.1 Komposisi Plasma Darah No 1 2 Kandungan Plasma Darah Air Protein a. Albumin b. Globulin (alfa, beta, gama) Fungsi Pelarut zat zat lain Mempertahankan keseimbangan air pada darah dan jaringan : mengatur volume darah. Membantu transfortasi lemak, vitamin, dan hormon: pertahanan tubuh (antibodi). 131 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 c. 3 4 5 Protein penggumpal darah (fibrinogen dan protombin) Garam-garam (ion-ion), seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan bikarbonat Nutrien, seperti glukosa, asam amino, dan asam lemah Hormon Berperan dalam proses penggumpalan darah. Penyeimbang tekanan osmosis, mempertahankan pH (buffer), fungsi syaraf dan otot, dan mengatur permeabilitas membran sel Digunakan oleh sel, makanan cadangan, atau diuraikan Mempengaruhi aktivitas organ yang dituju Sumber: Rikky, dkk: 2001 3. Fungsi darah berumur 120 hari. Keseimbangan Darah dalam sistem peredaran darah memiliki fungsi sebagai berikut: a. Mengedarkan (nutrisi ) sari kehilangan dan penggantian sel makanan darah setiap hari. Pembentukan sistem sel darah merah dirangsang oleh ke hormon glikoprotein, eritropoetin, dari pencernaan yang tetap dipertahankan antara makanan seluruh sel -sel tubuh yang dianggap berasal dari ginjal. b. Transportasi oksigen dari paru- Pembentukan eritropoetin paru ke sel-sel seluruh tubuh, dipengaruhi dan jaringan yang dipengaruhi oleh transportasi karbondioksida dari sel-sel seluruh tubuh ke paru-paru c. Pengangkutan oleh hipoksia faktor-faktor seperti perubahan O2 atmosfir, berkurangnya kadar O2 sisa darah arteri, dan berkurangnya metabolisme dari sel-sel tubuh konsentrasi hemoglobin (Sylvia A ke dan Wilson L, 1995 : 232). organ ekskresi (pengeluaran) d. Pengangkutan B. Hemoglobin hormon dari 1. Pengertian Hemoglobin kelenjar endokrin ke sel-sel atau jaringan target e. Membantu yang kaya akan zat besi. Ia keseimbangan cairan tubuh f. Membantu Hemoglobin ialah protein memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dalam mengatur oksigen dan dengan itu membentuk suhu tubuh (Rikky, dkk, 2001: oksihemoglobin 60). darah merah. Dengan melalui Seperti disebutkan yang sebelumnya di dalam sel sudah fungsi ini maka oksigen dibawa bahwa dari paru-paru ke jaringan- Disamping oksigen, jumlah sel darah merah kira-kira 5 jaringan. juta per-milimeter kubik darah hemoglobin pada rata-rata orang dewasa dan karbondioksida juga dan membawa dengan 132 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 karbon monoksida membentuk ikatan karbon monoksihemoglobin juga (HbCO), berperan kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam pematangan, retikulum dalam kemudian larut dan menjadi sel keseimbangan darah (E. Pearce, darah merah yang matang. Waktu 1997 : sel darah merah menua, sel ini 134 : Tarwoto dan Wartonah, 2008 : 12). menjadi lebih kaku dan rapuh, 2. Reaksi Hemoglobin dengan O2 dan CO2 akhirnya pecah. Hemoglobin difagositosis terutama di limpa, Pengikatan O2 dan CO2 hati, dan sumsum ini dikerjakan oleh hemoglobin kemudian yang telah bersenyawa dengan O2 globin dan hem, globin masuk disebut oksihemoglobin (Hb + O2 kembali ke dalam sumber asam → HbO2) jadi O2 diangkat dari amino. Besi dibebaskan dari hem seluruh dan sebagian besar diangkut oleh tubuh oksihemoglobin yang sebagai nantinya protein direduksi tulang, plasma menjadi transferin setelah tiba di jaringan, akan sumsum dilepaskan HbO2 → b + O2 dan pembentukan sel darah merah seterusnya Hb tadi akan mengikat yang baru. Sisa besi disimpan di dan bersenyawa dengan CO2 dan dalam hati dan jaringan tubuh lain disebut dalam karbondioksida tulang ke bentuk untuk feritin dan hemoglobin ( Hb + CO2→ HbCO2 hemosiderin, simpanan ini akan ) yang mana CO2 tersebut akan digunakan lagi di kemudian hari. dilepaskan Sisa hem direduksi lagi menjadi di paru-paru (Syaifuddin, 1997 : 59). karbon 3. Pembentukan Hemoglobin monoksida (CO) dan biliverdin. CO ini diangkut dalam Pembentukan bentuk karboksi hemoglobin, dan Hemoglobin terjadi pada sumsum dikeluarkan tulang melalui semua stadium (Sylvia A dan Wilson L, 1995 : pematangan. Sel darah merah 232). memasuki sirkulasi adalah paru-paru sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Retikulosit melalui stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat reticular. Sejumlah C. Hitung Sel Darah Merah Menghitung sel darah merah dalam volume yang kecil dari darah yang sudah sangat diencerkan tidak akurat dan jarang dilakukan. Hitung sel darah merah dilakukan secara 133 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 langsung dan akurat oleh penghitung hemoglobin, rasionya mungkin tidak elektronik untuk memberikan hasil lagi proporsional. yang Indeks korpuskulernya meliputi: dapat diandalkan dan reproducible. Instrumen-instrumen ini a. Volume Sel Rerata (MCV) deprogram untuk memberikan secara Besaran cepat hasil perhitungan indeks-indeks volume rata-rata sel darah merah. korpuskuler, yang sekarang menjadi Dengan penghitung elektronik, bagian rutin dari hitung darah MCV dihitung secara langsung, lengkap (Ronald A, dan Richard A. tetapi MCV dapat dihitung dengan 2004: 42) membagi Volume sel rerata (MCV), dinyatakan konsentasi hemoglobin mikroliter (MCHC) kadang-kadang sebagai “nilai rerata mencerminkan hematokrit dengan hitung sel darah merah yang Hemoglobin sel rerata (MCH), dan sel ini dalam dan juta per dikali 1000. dinyatakan dalam sisebut Jawabannya darah merah femtoliter (fL) per sel darah dihitung dari sel absolute” dan hematokrit, perkiraan hemoglobin, merah (fL = 10-15 liter). b. Hemoglobin Sel Rerata (MCH) dan hitung sel darah merah. Angka- Besaran angka ini telah digunakan secara luas otomatis pada dalam klasifikasi anemia. Dengan elektronik tetapi menggunakan ditentukan apabila metode otomatis, ini dihitung penghitung juga dapat hemoglobin angka-angka absolute dihitung secara dan simultan angka-angka diketahui. Besaran ini dinyatakan pengecualian dalam pikogram (pg = 10-12 gram) dengan perhitungan, dengan hitung sel secara dan angka perhitungan pada instrument membagi jumlah hemoglobin per otomatis. Kadar hemoglobin atau liter darah dengan jumlah sel hematokrit sering digunakan untuk darah merah per liter. derajat Keduanya biasanya anemia . memiliki c. Konsentrasi dihitung merah hematokrit, yang juga merupakan menyatakan dapat darah dengan Hemoglobin Sel Rerata (MCHC) hubungan yang tetap ialah satu satuan Besaran ini juga dihitung dengan hemoglobin dalam gram per desiliter penghitung setara dengan tiga satuan hematokrit pengukuran dalam Apabila penghitungan hematokrit. MCHC ukuran dan bentuk eritrosit abnormal dapat ditentukan secara manual atau terjadi gangguan pembentukan dengan membagi hemoglobin per angka persentase. elektronik hemoglobin setelah dan desiliter darah dengan hematokrit 134 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 (Ronald A, dan Richard A. 2004: a. Perdarahan 43) b. Hemolisis c. Kelainan D. Anemia distribusi sel darah merah (Ronald A Anemia merupakan dan Richard A, 2002 : penurunan konsentrasi hemoglobin 67). dan juga dapat ditimbulkan oleh penurunan masa sel darah merah sehingga kapasitas darah mengangkut oksigen menurun untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Pengurangan masa sel darah merah ini dapat terjadi apabila produksi sel darah merah terganggu atau apabila destruksi atau hilangnya eritrosit kemampuan melebihi sumsum tulang menggantikan sel-sel ini (Ronald A dan Richard A, 2002 : 67). Anemia Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia. Gejala umun anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar (hipokromik atau darah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila menurut 1) normokromik), 2) fungsional tulang berkurang atau yang tidak kelemahan Sistem urogenital: gangguan haid Epitel : warna pucat pada kulit dan yang mata dan libido menurun. 4) hipoproliferatif lesu, otot, dan lesu. 3) a. Penyakit defisiensi mendenging, berkunang-kunang, 1. Gangguan pembentukan sel darah merah kardiovaskuler: Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga kategori gangguan penyebab anemia. Terdapat tiga kategori utama: Sistem beraktivitas, dan gagal jantung. normositik, atau makrositik), atau (sumsum diklasifikasikan cepat lelah, sesak napas saat merah ukuran sel darah merah (mikrositik, b. Anemia sudah organ yang terkena. dapat sel yang menurun sedemikian rupa dibawah diklasifikasikan berdasarkan derajat hemoglobinisasi hemoglobin mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus (Wiwik handayani, 2008: 38) tidak ada) c. Eritropoiesis efektif ( anemia refrakter) 2. Kehilangan sel darah merah yang berlebihan E. Pewarnaan Supravital Sifat pewarnaan pewarna digunakan untuk menunjukan adanya hubungan umum jaringan satu sama 135 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 lain. Pewarnaan ini jelas terlihat pada pewarnaan sitoplasma sedangkan pada struktur menghitung jumlah sel-sel tersebut sel dilihat. laju pembentukkan sel darah merah lainnya tidak dapat supravital. Dengan Pewarnaan sitologi yang dapat dapat ditentukan dan memberikan digunakan untuk menunjukkan aktivitas ke sumsum tulang dan struktur kecil dalam nucleus dan anemia (N. Chandler Foot. 2008: 259- sitoplasma adalah: 267). 1. Pewarnaan tidak langsung Pewarnaan supravital pada sel 2. Pewarnaan langsung darah merah dengan brilliant cresyl 3. Pewarnaan progresif blue 4. Pewarnaan regresif mendeteksi badan inklusi HbH. Test 5. Pewarnaan vital yang sederhana ini berguna dalam 6. Pewarnaan supravital diagnosis α-thalasemia (http: // www. 7. Pewarnaan intravital (Ochei et al. ncbi. 2000: 442). metode nlm. digunakan nih. gov/ untuk pubmed/ 6261580). Pewarnaan supravital adalah suatu yang yang saat proses pewarnaan apusan darah digunakan dalam mikroskop untuk dapat mengakibatkan kesalahan yang memeriksa sel-sel hidup dari suatu akurat pada kesimpulan diagnosis. organisme (N. Chandler Foot. 2008: Faktor-faktor 259-267). menimbulkan Apusan menggunkan pewarnaan Kesalahan yang dibuat pada sel darah pewarnaan supravital selama periode waktu yang salah, sisa terkontaminasi, supravital seperti: konsentrasi yang salah, pewarnaan menggunakan imatur, kesalahan dapat merah untuk melihat inklusi RNA pada sisaeritrosit yang pewarnaan dan yang noda kotor, yang untuk mengkristal yang mungkin muncul badan untuk mewakili infeksi hematologi inklusi HbH, dan hitung retikulosit atau bisa disebut positif palsu (Jamie (Jamie M and Harol Davis. 2012: M and Harol Davis. 2012: 618). mendeteksi digunakan alat Heinz bodies, 618). Yang paling umum pewarnaan supravital dilakukan F. Badan Inklusi HbH Badan inklusi HbH merupakan menggunakan metylen blue atau brilliant cresyl blue, yang memungkinkan untuk melihat pola retikulofilamentosa ribosom yang diendapkan dan terdapat sel darah merah hidup dengan menggunakan β4-tetramer yang mengendap dan merusak pada membrane sel darah merah sehingga menyebabkan hemolisis (Robert dan Samuel, 2003: 1515). 136 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 Gambar 2.1 Badan Inklusi HbH Sumber: www.studyblue.com Tidak terbentuknya rantai α inklusi secara bertahap dan terjadi sehingga rantai β tidak memiliki pada sel darah merah yang matang pasangan dan kemudian membentuk daripada di eritroid yang berinti di sel tetramer dari rantai β sendiri maka limpa. Badan-badan inklusi kemudian terbentuklah HbH. menghilang dengan demikian merusak Dengan banyak terbentuk HbH, maka sel darah merah sebelum splenektomy. HbH dapat mengalami presipitasi Badan inklusi HbH akan muncul dan dalam eritrosit sehingga dengan dapat didorong untuk diendapkan mudah eritrosit dapat dihancurkan dalam bentuk kecil setelah diinkubasi (Robert & Samuel, 2003: 1515). invitro dengan menggunakan senyawa badan inklusi Di α-thalasemia penyakit HbH akan menghasilkan B4 tetramer yang lebih stabil daripada rantai agregasi oksidan Brillian Cresyl Blue (Robert dan Samuel, 2003: 1515). Brilliant Cresil Blue merupakan alpha dan presipitasi lebih lambat. pewarnaan Oleh karena itu eritropoiesis yang mewarnai darah perifer. Sel darah tidak efektif tidak dapat diamati. merah yang dekat dengan tanda panah Kehancuran dari menunjukan banyak distribusi inklusi eritroid precursor yang merupakan yang merata, menyebar, menciptakan karakteristik dari homozigot β- bola golf yang sempurna. Ini adalah thalasemia, beberapa inklusi HbH badan inklusi HbH yang berasal dari kadang-kadang disumsum α-thalasemia. Perbedaan antara badan tulang normoblast. Presipitasi tetramer inklusi HbH yang muncul seperti bola B4 yaitu untuk membentuk badan golf dengan menyebar dapat dilihat sel intramedula terlihat supravital yang dapat 137 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 dari retikulosit. Inklusi HbH banyak. Howell jolly bodies biasanya diendapkan oleh tetramer globin β. inklusi tunggal. Inklusi ini muncul Retikulosit, Heinz bodies, dan howell setelah 10 menit setelah diinkubasi jolly bodies positif dengan brilliant pada suhu kamar, Dimana badan cresyl blue. Retikulosit lebih gelap, inklusi HbH memerlukan inkubasi lebih reticular, mengelompok,. Heinz pada 37 ºC selama 1 atau 2 jam ( C. bodies lebih besar dan tidak begitu Douglas, Badan inklusi HbH Retikulosit 2007: 16). Eritrosit Gambar 2.2 Inclusion body hemoglobin H Sumber: asheducationbook.hematologylibrary.org Hemoglobinopati G. Thalasemia 1. Pengertian Thalasemia Talasemia kelompok merupakan kelainan adalah resesif autosomal yang luas pada sintesis penyakit anemia hemolitik dimana hemoglobin terjadi kerusakan sel darah merah termasuk anemia sel sabit (sintesis di rantai β abnormal) dan talasemia dalam pembuluh darah yang sehingga umur eritrosit menjadi (defisiensi lebih pendek (kurang dari 100 sintesis rantai α atau β). Keduanya hari). kerusakan membentuk kelompok kelainan tersebut karena hemoglobin yang gen tunggal yang paling banyak tidak normal (hemoglobinopati) ditemukan (Ngastiyah, 2005 : 377). Rubeinsten, dkk. 2005 : 360). Penyebab atau diantaranya di tidak dunia adanya (David 138 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 2. Penyebab/ Patofisiologi Talasemia Sindrom talasemia ditandai dengan penurunan kecepatan individu normal mengandung empat gen α yang menghasilkan protein dalam produksi rantai globin. Perbedaan jumlah antara dengan talasemia α disebabkan sindrom dan varian hemoglobin yang menimbulkan karena penyakit adalah, globin α. sebagian besar bahwa pada kasus, yang sama. penurunan Pasien sintesis semua Rantai beta yang bebas rantai yang disintesis memiliki akan membentuk tetramer yang struktur normal namun jumlahnya tidak stabil (HbH) dan tetramer berkurang (Ronald A. Sacher dan ini akan merusak sel-sel darah Richard A, 2004 : 93). merah Penyebab talasemia anemia bersifat sekunder. pada primer Primer dan serta prekursornya. Rantai gamma yang bebas akan membentuk tetramer yang adalah stabil (Hb Barts) dan tetramer berkurangnya sintesis HbA dan ini mengikat oksigen dengan eritropoesis yang tidak efektif kekuatan (aviditas) yang disertai berlebihan sehingga terjadi penghancuran sel-sel eritrosit intramedular. Sedangkan hipoksia yang sekunder karena defisiensi dkk. 2006: 367). asam folat yang mengakibatkan bertambahnya volume plasma intravaskuler, hemodilusi, dan jaringan Ada empat yang rantai hemoglobin alfa, dua diantaranya retikuloendotelial masing-masing limpa gen terlibat dalam pembentukan destruksi eritrosit oleh system dalam (Mitchell, didapatkan orang dari tua dan hati. Penelitian biomolekuler sebagai menunjukan adanya mutasi DNA Kalau satu atau lebih dari pada gen sehingga produksi rantai hemoglobin alpha atau beta pada hemoglobin sempurna, berkurang (Mansyoer A, 2001 : mengakibatkan 497). yang 3. Klasifikasi Talasemia penyumbangnya. alfa tidak dapat thalasemia berbeda tingkat keparahannya, sebagai berikut: Secara molekuler talasemia 1) Satu gen rusak, tidak ada dibedakan atas : yang menonjol. Penderita a. Talasemia alpha (α) disebut Karena sepasang tiap autosom individu maka pembawa sebagai sifat (Thalasemia trait) 139 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 2) Dua gen rusak, muncul gejala thalasemia b. ringan Dua gen rusak, terjadi thalasemia mayor (minor). disebut 3) Tiga gen rusak, terjadi cooleys anemia (Iskandar, thalasemia 2009: 12) sedang (intermedium) disebut 4) yang juga c. juga atau sebagai Talasemia δ dan γ sebagai Kelainan ini disebabkan penyakit hemoglobin H oleh delesi gen δ atau gen (hemoglobin H desease). γ. Mekanisme terjadinya Empat gen rusak, terjadi diperkirakan thalasemia berat (mayor) persilangan tak seimbang. (Iskandar, 2009: 12). Talasemia δ dan γ tidak b. Talasemia beta (β) karena menimbulkan Talasemia β terjadi akibat gejala- gejala klinis penurunan atau tidak adanya (asimptomatik) rantai ini sebenarnya sulit disebut globin β, hal sehingga disebabkan karena adanya “talasemia”. Gejala satu- mutasi, Mutasi ini satunya adalah kadar HbF prematuritas yang lebih rendah pada rantai atau gangguan dalam darah tali pusat (Purnomo transkripsi RNA dan dapat Suryohusodo, 2007 : 24). menyebabkan menyebabkan menyebabkan defek tidak yang adanya ekspresi rantai globin disebut βo (Mansyoer A, 2001 : 22 ; Tarwoto dan Wartonah, 2008 ; Ada dua gen yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin beta, rantai yang didapatkan dari masing-masing orang tua. Bila satu atau lebih dari hemoglobin beta itu yang sempurna, terjadi gangguan thalasemia berikut: a. menjadi tiga golongan; a. Talasemia Mayor Talasemia sering 61). tidak Secara klinis talasemia dibagi Satu gen rusak, terjadi mayor disebut atau Cooley anemia, bentuk homozigot disertai anemia berat. b. Talasemia intermedia Merupakan jenis talasemia beta adanya anemia yang didapatkan splenomegali, sedang sampai berat. c. Talasemia Minor thalasemia minor 140 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 Talasemia minor atau trait hepatosplenomegali, atau disebut juga Carrier ikterus merupakan bentuk Nampak pada mikrositik berumur 3-6 heterozigot, ringan anemia dan sering tanpa pertumbuhan gejala hidung (Tarwoto dan Wartonah, 2008 ; 59). bayi bulan), kerdil, pesek tanpa pangkal hidung, jarak 1. Gambaran Klinis antara kedua mata lebar a. Talasemia Mayor 1) Penyakit (mulai dan tulang dahi lebar talasemia β (mongoloid), kulit pucat Mayor terjadi dalam usia kekuningan, jika sering satu dilakukan tahun dengan pertama transfuse kegagalan warna tumbuh kembang dan kelabu anemia. terapi penimbunan besi pada yang efektif, biasanya jaringan kulit, adanya penyakit penyakit Tanpa ini diakhiri dengan kematian sebelum usia 10 tahun. 2) Pasien penyakit bergantung mellitus, sirosis hepatic, dan kegagalan 2008 : 59-60). b. Talasemia Intermedia hemoglobin yang cukup Berbagai bagi oksigenasi jaringan. lebih 3) Jika dilakukan transfusi yang terus akan terjadi besi sindrom ringan onset lebih ditandai memerlukan gonad atau lama, dan anemia mikrositik hipokromik agak kegagalan ginjal, daripada dengan berat fungsi yang talasemia mayor, dengan yang beresiko terhadap jantung, gonad Tarwoto dan Wartonah, kadar zat diabetes pada mempertahankan penumpukan karena (WHO, 2007 : 142 ; untuk menerus menjadi ini transfusi darah kulit (Hb 6-10 g/dL), sedikit hati, transfuse atau tidak sama disebut sekali ( Atul Mehta dan hemokromatosis. Victor Hoffbrand, 2006 : 4) Talasemia mayor berciri 41). khas diantaranya ; pucat, anemia, kurus, 141 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 c. Talasemia Minor BAB IV TUJUAN PENELITIAN Talasemia minor ditandai Untuk melihat adanya badan inklusi dengan sel darah merah Hemoglobin H pada suspek thalasemia. yang hipokromikdan kecil diserti dengan banyak sel target, basophilic stippling, dan peningkatan resistensi terhadap lisis osmotic. Namun anemianya ringan (kadar Hb biasanya 9-11 g/dL), dan eritropoesis hanya sedikit yang tidak BAB V METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif . B. Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh dari hasil studi literatur, pengamatan dilapangan dan analisa dilaboratorium. efisien (Ronald A. Sacher dan Richard A, 2004 : 97). C. Instrumen Tabel 5.1 Daftar Instrument yang Digunakan dalam Penelitian No 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Alat Botol reagen Botol semprot Clinipets Deck glass Gelas Kimia Mikroskop Objek glass Rak Tabung Spuit Pencatat waktu (timer) Tabung reaksi Tip Torniquet Spesifikasi Kaca berwarna coklat Plastik 50 ul 100 ml Binokuler Stainless Steel 3 ml Stopwatch Kaca kuning Karet Jumlah 3 buah 1 buah 1 unit 55 buah 1 buah 1 unit 55 buah 3 buah 43 buah 1 buah 43 buah 55 buah 1 buah D. Bahan Tabel 5.2 Daftar Bahan yang Digunakan dalam Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama bahan Alkohol Brillian Cresyl Blue (BCB) Darah EDTA EDTA Imersi oil Kapas Label NaCl Tissue Spesifikasi 70% 1% Vena 10 % Kecil 0,85 % - Jumlah Secukupnya @ 50 µl @ 50 µl @30 µl Secukupnya Secukupnya Secukupnya 0,85 gram Secukupnya 142 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 terlalu keras karena akan E. Prosedur Kerja 1. Prinsip membuat HbH dengan pewarnaan supravital akan membentuk inklusi intra pasien tidak nyaman. b. Pasien diminta untuk eritrosit. Pada Hb yang tidak stabil mengepalkan membentuk apabila Hal ini akan membuat pewarnaan pembuluh vena lebih jelas diinkubasi presipitasi dengan tersebut dan bisa juga membentuk presipitasi berupa Heinz Bodies tangannya. terlihat. c. Tempat penusukan yang mempunyai ukuran besar, dibersihkan dengan kapas melekat pada membran dan dapat beralkohol 70 %. Tempat tunggal penusukan (Brown,BA. 111- 116:1993). tidak boleh disentuh lagi dengan jari 2. Pembuatan Reagen atau apapun yang tidak a. EDTA 10 % steril. 1) Timbang 10 gram EDTA. 2) Larutkan dengan d. aquades tarik pengisap ke atas dan dalam 100 ml. 3) Masukkan Jika menggunakan spuit, ke bawah dalam tarikan dalam botol satu atau dua kali untuk reagen (Gandasoebrata, 2006 meyakinkan bahwa spuit : 10). tersebut b. Pembuatan NaCl 0,85 % tidak macet. Semua udara dikeluarkan 1) Timbang 0,85 gram NaCl dari spuit sebelum proses 2) Larutkan dengan aquadest penusukan. 100 ml e. 3) Masukkan dalam botol yaitu di bagian bawah reagen berwarna coklat c. Pembuatan Brilliant tempat penusukan, kulit Cresyl pasien ditarik kuat-kuat Blue dengan ibu jari. 1) Brilliant Cresyl Blue 1 f. gram 3. Pengambilan Sampel di antara ibu jari dan jari Darah tengah. Vena Jari diletakan berlawanan dengan pusat Torniquet beberapa Spuit dipertahankan oleh tangan yang berlawanan 2) NaCl 0,85 % 100 ml a. Lengan pasien dipegang dipasang inci di atas tempat penusukan, jangan jarum sebagai penunjuk. g. Jarum sebaiknya menunjuk ke arah yang 143 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 sama dengan vena atau mengalir. lebih baik segaris dengan dilepaskan sebelum jarum vena, dan kurang lebih dikeluarkan dari vena. pada h. 15o sudut dari pembersih berupa kapas kering untuk Vena dapat ditusuk di menutup bawah penusukan. Jarum ditarik tempat dimana tempat vena itu terlihat. Vena dengan yang tusukan ditekan hingga menonjol dapat cepat. beberapa kali pendarahan berhenti. penusukan. Jika l. menit Titik ditusuk dengan cepat satu sampai Jika spuit telah digunakan, lebih sulit ditusuk, bila jarum dipisahkan sebelum perlu jari telunjuk dapat mengeluarkan darah ke digunakan untuk palpasi dalam tabung yang telah daerah penusukan untuk disediakan. lebih kita harus dilakukan dengan sebagai lokasi vena yang cepat sebelum darah mulai tepat. membeku (Brown, B. A, meyakinkan Darah akan mulai mengalir ke dalam spuit ketika jarum telah masuk pembuluh Proses ini 1976 : 4-7). 4. Pembuatan Darah EDTA a. Sediakan pial yang telah vena. Diperlukan berisi 10 µl EDTA 10%. ketelitian b. Alirkan 1 ml darah vena ke ketika menarik pengisap. dalam pial tersebut dari Jangan mengisap terlalu spuit tanpa jarum. keras, hal ini menyebabkan hemolisis. Bila hati-hati jarum dapat c. Tutuplah pial dan segera darah campur selama 60 detik kurang Torniquet segera darah 2006 : 10). 5. Pemeriksaan dilonggarkan setelah (Gandasoebrata, akan keluar dari vena. j. Digunakan lengan. venanya lebih dalam atau i. k. Tourniquet Badan Inklusi HbH a. Masukan 50 µl larutan masuk ke dalam spuit, Brillian pasien (BCB) ke dalam tabung membuka diminta untuk kepalannya Cresyl Blue reaksi segera setelah darah mulai 144 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 b. Tambahkan 50 µl darah Interpretasi ditemukan badan inklusi kemudian HbH, kemungkinan homogenkan thalasemia (Brown, BA. 1993: tabung 111-116). Inkubasi selama 2-3 jam BAB VI HASIL PENELITIAN pada suhu 37 ºC d. Setelah masa selesai, A. Hasil Penelitian inkubasi homogenkan kembali campuran Berdasarkan hasil pemeriksaan badan penelitian pada inklusi HbH terhadap 43 sampel suspek thalasemia tersebut lalu ambil 20 µl di Rumah Sakit PTPN Subang, maka untuk membuat sediaan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel apus dan biarkan kering di 6.1 sebagai berikut : udara e. Bila ke dalam tabung tersebut dengan cara menggoyang c. hasil: Periksa dengan perbesaran 100 x dan amati adanya sel HbH Tabel 6.1 Hasil pemeriksaan Badan Inklusi HbH pada Suspek Thalasemia di Rumah Sakit PTPN Subang No Kode Pasien Umur 1 DD 25 th Hb (g/dl) 5.9 2 NB 2 th 3 EK 4 Hasil Pemeriksaan MCH Ket Ket (pg) M 20.4 M M MCV (fL) 67.0 9,4 M 76.7 M 27.4 N 35.7 M 50 th 9.2 M 67.0 M 21.0 M 31.3 N YY 40 th 8.5 M 83.3 N 28.3 N 34.0 N 5 AB 8 th 9.8 M 61.0 M 19.0 M 31.2 M 6 UM 22 th 8.9 M 84.0 N 28.2 N 33.5 N 7 RT 55 th 6.8 M 85.0 N 27.6 N 32.5 N 8 RK 16 th 9.0 M 63.0 M 19.5 M 31.0 N 9 MD 34 th 9.2 M 84.7 N 28.1 N 33.2 N 10 11 12 GG IT NN 47 th 24 th 31 th 7.0 6.7 4.3 M M M 58.0 65.0 61.0 M M M 17.7 19.8 19.2 M M M 30.7 30.7 31.2 M M N 13 ML 22 th 10,3 M 67.1 M 21.5 M 32.0 N 14 IN 12 th 8.2 M 71.0 M 23.3 M 32.6 N 15 AK 54 th 9.6 M 61.0 M 19.0 M 31.1 N 16 NA 28 th 6.2 M 74.8 M 21.4 M 28.6 M Ket MCHC (%) 30,4 Ket M Badan inklusi HbH (+) Positive (-) Negative (-) Negative (-) Negative (+) Positive (-) Negative (-) Negative (+) Positive (-) Negative (+) Positive (+) Positive (+) Positive (-) Negative (-) Negative (-) Negative (+) Positive 145 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 17 FH 18 th 7.1 M 51.0 M 14.3 M 28.3 M 18 MN 41 th 6.5 M 89.0 N 30.5 N 34.2 N 19 MK 45 th 8.1 M 60.0 M 18.0 M 30.1 M 20 EK 26 th 8.5 M 71.1 M 21.6 M 30.4 M 21 RN 13 th 5.4 M 68.6 M 19.1 M 27.8 M 22 KI 47 th 3.0 M 77.0 M 26.8 N 35.0 N 23 MO 55 th 7.4 M 69.0 M 22.9 M 32.9 N 24 MM 17 th 7.4 M 89.0 N 30.5 N 34.3 N 25 AK 5 th 9.2 M 62.0 M 18.4 M 29.9 M 26 BL 44 th 9.5 M 75.3 M 22.1 M 29.5 M 27 SO 39 th 7.6 M 78.5 M 26.8 N 34.1 N 28 EH 54 th 4.9 M 86.1 N 28.3 N 32.9 N 29 MS 61 th 7.1 M 65.6 M 21.5 M 32.7 N 30 RS 11 th 7.1 M 74.0 M 24.5 M 33.0 N 31 RH 42 th 8.4 M 76.0 M 24.8 M 32.7 N 32 EI 33 th 8.5 M 88.0 N 30.4 N 34.6 N 33 RN 37 th 8.8 M 89.0 N 30.6 N 34.4 N 34 BA 3 th 8.9 M 75.0 M 24.6 M 32.9 N 35 EA 6 th 3.9 M 66.0 M 22.1 M 33.3 N 36 MM 25 th 9.7 M 62.0 M 19.1 M 31.0 N 37 AD 20 th 8.2 M 76.0 M 24.5 M 32,2 N 38 TS 33 th 9.4 M 63.0 M 20.8 M 32.7 N 39 HN 24 th 9.5 M 75.0 M 25.1 M 33.4 N 40 TY 30 th 8.9 M 71.0 M 23.9 M 33.5 N 41 CH 48 th 5.8 M 74.0 M 25.7 M 34.9 N 42 RK 19 th 8.8 M 73.0 M 24.4 M 33.5 N 43 KD 35 th 4.6 M 77.0 M 27.8 N 36.2 N (+) Positive (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative (-) Negative Keterangan : N M Nilai normal Hb : Normal : Menurun : Laki-laki : 14-18 g/dl : Perempuan : 12-16 g/dl Nilai normal Volume Sel Rerata (MCV) : 80-98 fL Nilai normal Hemoglobin Sel Rerata (MCH) : 26-32 pg Nilai normal Konsentrasi Hemoglobin Sel Rerata (MCHC) : 32-36 % 146 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 presipitasi DCIP. Semua pemeriksaan B. Pengolahan Data Persentasi sampel yang menyatakan tersebut memiliki keterkaitan hasil. positive Badan Inklusi HbH pada Suspek Thalasemia adalah: = Pemeriksaan badan inklusi HbH yang positif terlihat pada pewarnaan Jumlah sampel yang positif x 100 % Jumlah seluruh sampel 8 = x 100 % 43 supravital dengan menggunakan brilliant cresyl blue. Badan inklusi HbH ini merupakan β4-tetramers yang mengendap = 19 % dan merusak pada membran sel darah merah sehingga menyebabkan hemolisis, Persentase sampel yang negative Jumlah sampel yang negatif = x 100 % Jumlah seluruh sampel = dan kadar hemoglobin menurun. Pada suspek thalasemia disertai dengan menurunnya kadar MCV, MCH, dan 35 x 100 % 43 MCHC. = 81 % Tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai β tidak memiliki pasangan Jadi dari 43 sampel yang berada di dan kemudian membentuk tetramer dari Rumah sakit PTPN Subang yang rantai β sendiri (β4) maka terbentuklah positive badan inklusi Hbh sebesar 19 badan inklusi HbH. Dengan banyak % (8 orang) sedangkan yang negative terbentuk badan inklusi HbH sebesar 81 %(35 mengalami orang). sehingga dengan mudah eritrosit dapat hasil pada suspek thalasemia di Rumah Sakit PTPN Subang, dari 43 sampel didapat hasil yang positif sebesar 19 % (8 orang) Pemeriksaan badan inklusi HbH satu pameriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosa Thalasemia, dalam dapat eritrosit disamping pemeriksaan- pemeriksaan lainnya, seperti hematologi rutin, Gambaran Darah Tepi, ferritin, analisa Hb menggunakan HPLC, sel eritrosit mudah rusak karena terjadi mutasi atau defisiensi pada rantai alfaglobin atau beta-globin. Hemoglobin H memiliki afinitas oksigen yang tinggi dan juga sedangkan 81 % (35 orang) negative. salah presipitasi HbH Hemoglobin H akan menyebabkan penelitian terhadap gambaran badan inklusi HbH merupakan maka dihancurkan. VII PEMBAHASAN Berdasarkan HbH, dan tidak stabil dalam sirkulasi menimbulkan inklusi intraseluler yang merusak sel darah menyebabkan memecah lebih merah. sel-sel cepat darah dari Hal ini merah biasanya sehingga sel-sel darah merah kurang dalam tubuh. Hal ini menghasilkan anemia lebih parah (Frances. 1989: 63). Dari 8 pasien yang hasil badan inklusi HbHnya positif dan disertai pula 147 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 hasil Hb , MCV, MCH, dan MCHC DAFTAR PUSTAKA menurun. Hasil positif HbH biasanya ditemukan pada tipe thalasemia α, Amatrajasa. Anemia Pds Patklin. Thalasemia β minor, atau pada thalasemia http://www.slideshare.net/amatrajas intermediet a/anemia-pds-patklin. diakses pada dan biasanya memiliki kelainan klinik yang ringan, seperti kulit tanggal 23 Maret 2013. agak pucat dan kadang juga ditemukan Anonim. Inclusion body hemoglobin H. limpa sedikit membesar dan bahkan tanpa asheducationbook.hematologylibrar kelainan sama sekali. y.org. diakses pada tanggal 24 Juli Pada suspek thalasemia yang positive badan inklusi HbH sebaiknya 2013. Anonim. Badan Inklusi HbH. melakukan diagnosis lebih lanjut untuk www.studyblue.com. Diakses pada mengetahui dan membedakn jenis tipe tanggal 24 Juli 2013. penyakit thalasemia. Sampai saat ini Anonim. Supravital Staining. http: // pengobatan penyakit thalasemia belum www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/626 ada, 1580. Diakses pada tanggal 29 Juli maka perlu dilakukan usaha pencegahan seperti dengan menghindari pernikahan pada penderita yang memiliki 2013. Atul Mehta dan Victor Hoffbrand. At a resiko terhadap thalasemia. Sedangkan pada Glance Hematologi, Ed.2, Erlangga, suspek thalasemia yang tidak ditemukan badan Jakarta, 2006. Brown, B. A, Hematologi : Principles and inklusi HbH diduga pasien tersebut tidak Procedures, menderita thalsemia. Walaupun didapat Philadelphia, 1976. hasil Hb, MCV, MCH, MCHC yang rendah bisa jadi menderita LEA & FE, C Douglas. Wintrobe Atlas of Clinical anemia Hematology. mikrositer atau anemia makrositer . Lippincot William. Philadelphia. 2007. David Rubenstein. Kedokteran Klinis, VIII KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dari pemeriksaan badan inklusi HbH pada suspek thalasemia yang berada di Rumah Sakit PTPN Subang terdapat 19% (8 orang ) yang positif badan inklusi HbH dan 81 % (35 orang) negatif badan inklusi HbH. Ed.6. Erlangga. Jakarta. 2003. David Rubenstein, dkk. Kedokteran Klinis, Ed.6, Erlangga, Jakarta, 2005. E. Pearce. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1997. Frances. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1989. 148 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta. 2006. Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Hikmat. The United Kingdom Thalasemia Society. Yayasan thalasemia Indonesia. Jakarta. 2008. Iskandar. Hidup Ronald A, dan Richard A. Tinjauan Klinis Ed.11. EGC. Jakarta. 2002. Ronald A, and Richard A, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Tegar Bersama Thalasemia. Majalah Smart Living Ed.11, EGC, Jakarta, 2004. Rikky. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Hidup Sehat Bersama Prodia; 21. PT Grafindo 2009. Jakarta. 2001. Media Pratama. Jamie M and Harol Davis. Advanced Robert dan Samuel. Blood. Principless Monitoring And Prosedures For and Practice Of Hematology. 2005. Small Lippincot William. Philadelphia. Animal Emergency An Critical Care. John Wiley and Sons. 2012 Saktiyono. IPA Biologi Jilid 2. ESIS. Kennet Lyen, dkk. Apa yang Ingin Anda Ketahui tentang Merawat Balita: Satu sampai Lima Tahun. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2003. Jakarta. 2004. Syaifuddin. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Ed.2. EGC. Jakarta. 1997. Sylvia A dan Wilson L. Patofisiologi. Mansyoer, A. Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3, FKUI. Jakarta. 2001. Kedokteran EGC. EGC. Jakarta. 1995. Tarwoto dan Wartonah. Keperawatan Mitchell, dkk. Buku Saku Patologi Klinik. Buku 2003. Jakarta. 2006. Medical Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Trans Info Media. Jakarta. 2008. N. Chandler Foot. Annals of the New York Wiwik Handayani. Buku Ajar Asuhan Academy of Sciences . Lippincot Keperawatan William. Philadelphia. 2008 Sistem Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta. 2005. dengan Gangguan Hematologi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2008. WHO. Thalasemia Internasional Ochei et al. Medical Laboratory Science: Federation. Nicosia. Cyprus. 1994. Theory and Practice. Tata Mc Graw-Hill Education. 2000 Purnomo Suryohudoyo. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Sagung Seto. Jakarta. 2007. 149