HUBUNGAN SELF ESTEEM DENGAN OPTIMISME MERAIH KESUKSESAN KARIR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRIPSI OLEH MUHARNIA DEWI ADILIA 106070002268 FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1413H/2010M KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahiim Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya. 2. Bapak Drs.Rachmat Mulyono M.Si. Psi dan Ibu Liany Luzvinda M.Psi. yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih banyak atas wawasan yang telah diberikan. 3. Bapak Choliluddin A.S., MA sebagai dosen pembimbing akademik 4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 5. Mama yang disiplin dan dengan segala nasihatnya serta papa yang humoris dengan setiap semangatnya, yang sangat membantu dalam pembuatan skripsi ini, baik itu membantu dalam hal fisik maupun psikis serta doa. 6. Kakak (Puspa ayu) yang banyak membantu dengan pengalamannya, adik (Alin) yang bersedia membantu penulis dalam mengolah data, dan Sami yang banyak membantu dengan tulus 7. Iqra Prasetia Rahadi Putra, yang tanpa disadari penulis merupakan anugerah terindah yang pernah Allah berikan kepada penulis, yang sangat banyak memberikan dukungan moral maupun banyak ikut andil dalam penyelesaiannya skripsi ini. 8. Kepada seorang ibu (Mujiarah) yang sebelumnya telah banyak memberikan pelajaran kehidupan dan merupakan salah satu motivasi penulis untuk dapat menyelesaikan karya ini secepatnya, namun sekarang telah berada di rengkuhan Allah Swt sebelum penulis menyelesaikan karya ini. Semoga beliau selalu berada dalam naunganNya, amin. 9. Teman-teman “smart, rich and beautiful girl” (semoga kita benar-benar bisa menjadi seperti itu) Malini, Isni, Sila, Mita, Mb mut, Reta, Nining, Ega Nadiah, yang merupakan teman seperjuangan penulis dalam mendapatkan ilmu dan memperoleh cita-cita yang kita harapkan. 10. Semua teman-teman seperjuangan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan sampel 11. Qori yang telah banyak membantu dengan membagi ilmunya kepada penulis, Ika membantu dengan semangatnya, dan teman-teman uin yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan makna pertemanan dan persahabatan kepada penulis, mudah-mudahan kita akan tetap dan selalu bersahabat selamanya. 12. Teman-teman kelompok KKL, dimana kita telah melewati waktu yang tidak singkat dan tidak panjang untuk memahami tentang adanya keterbatasan di sekitar kita. 13. Bapak Syaiful Anam, S. Psi serta seluruh keluarga besar Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha. 14. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas C serta angkatan dibawah penulis, terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran selama ini. 15. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat ganda dari Allah SWT, amiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca. Jakarta, Agustus 2010 Penulis ABSTRAK A. Fakultas Psikologi B. Agustus 2010 C. Muharnia Dewi Adilia D. Hubungan Self esteem dengan Optimisme Meraih Kesuksesan Karir Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta E. Di zaman sekarang mendapatkan pekerjaaan yang sesuai dengan harapan atau sesuai dengan apa yang telah dipelajari di universitas tidaklah mudah. Persaingan yang banyak namun kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang diambil sewaktu kuliah sangat kurang. Adalah hal yang wajar bagi seorang mahasiswa mengalami kecemasan untuk menghadapi kesuksesan karirnya kelak, terutama bagi mahasiswa semester atas yang dianggap tidak lama lagi akan memasuki dunia kerja. Kemampuan dalam menilai dirinya secara unik dan memiliki potensi tersendiri sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan optimisme dan kepercayaan diri dalam menghadapi dunia karir. Karena itu, penelitian ini menguji korelasi antara variable self esteem dengan optimisme karir pada mahasiswa psikologi. Self esteem sendiri merupakan penghargaan diri seseorang dalam menilai diri mereka sendiri. Sedangkan, optimisme merupakan keyakinan diri akan suatu peristiwa atau masa depan akan berjalan dengan baik. Kedua hal tersebut merupakan inti pribadi diri yang penting dalam menjalani suatu kehidupan. Penelitian ini selain bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan optimisme, juga ingin mengetahui seberapa besar self esteem mahasiswa memberikan sumbangan terhadap keoptimisannya dalam menghadapi kesuksesan karir pada mahasiswa tersebut. Dalam hal ini mahasiswa semester atas atau yang telah mendapatkan mata kuliah peminatan dalam ilmu psikologi yang dinilai telah memiliki gambaran akan karir masa depannya, karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana self esteem memiliki kaitan terhadap optimisme kesuksesan karir mahasiswa tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidyatullah yang telah mendapatkan mata kuliah peminatan dalam bidang psikologi. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 100 mahasiswa dari angkatan 2006 dan seterusnya. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara nonprobability sampling yakni accidental atau seketemunya, hal ini dilakukan untuk memudahkan penelitian, mengingat penelitian dilaksanakan ketika liburan semester dan waktu yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk menunggu hingga liburan usai. Ditambah lagi untuk mendapatkan sampel pada mahasiswa semester atas yang tidak lagi aktif melaksanakan perkuliahan tidaklah mudah. Pengambilan sampel tentunya disesuaikan dengan karakteristik pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode korelatif. Responden diberikan instrumen yang berupa skala yang terdiri dari skala self esteem dan skala optimisme. Dilakukan uji instrumen pada 65 sampel dengan memberikan 80 item pada skala optimis dan 92 item pada skala self esteem kemudian dilaksanakan penelitian terhadap 100 sampel dengan menggunakan skala yang telah valid yang terdiri dari 44 item skala self esteem dan 37 item skala optimisme. Untuk menguji validitas skala, penulis menggunakan rumus product moment Pearson, dengan menggunakan r table sebesar 0,3 pada taraf signifikasi. Beberapa item skala diambil dari skala yang telah baku. Kedua skala tersebut diuji reliabelitasnya dengan menggunakan Alpha Cronbach dimana semakin tinggi koefisien reliabelitas mendekati 1.00 berarti semakin tinggi tingkat reliabelitasnya.. Pada skala self esteem diperoleh hasil koefisien reliabelitasnya sebesar 0,917 yang berarti menempati kriteria yang sangat reliabel. Sedangkan pada skala optimisme terhadap kesuksesan karir masa depan diperoleh hasil koefisien reliabelitas sebesar 0,837 yang berarti menempati kriteria reliabel. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat korelasi antara self esteem dengan optimisme mahasiswa dalam menghadapi kesuksesaan karirnya. Mahasiswa yang mampu menghargai dirinya secara positif maka ia pun dapat berpikir positif tentang masa depannya karena ia yakin dengan kualitas kemampuannya sendiri. Hubungan antara self esteem dengan optimisme tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian ini yaitu dengan r hitung (0,753) > r tabel (0,195), pada taraf signifikansi 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kemudian, hasil uji regresi dengan menggunakan perhitungan komputer dengan program SPSS versi 13.00, bahwa terdapat pengaruh atau sumbangan yag diberikan Self esteem terhadap optimisme karir masa depan sebanyak 56,6%. Self esteem memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap keoptimisan seorang mahasiswa, dalam hal ini meraih kesuksesan karirnya. F. Bahan bacaan 31 sumber (baik buku, jurnal, artikel ilmiah, maupun karya ilmiah) DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................................................. i Abstrak........................................................................................................................................... ii Daftar Isi ....................................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................................1 1.2. Identifikasi Masalah.........................................................................................................9 1.3. Pembatasan Masalah .......................................................................................................9 1.4. Perumusan Masalah .......................................................................................................10 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................................10 1.5.1. Tujuan Penelitian ...........................................................................................................10 1.5.2. Manfaat Penelitian .........................................................................................................10 1.6. Sistematika Penelitian....................................................................................................11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Optimisme......................................................................................................................13 2.1.1 Pengertian Optimisme....................................................................................................13 2.1.2 Tipe Optimis ..................................................................................................................15 2.1.3 Optimisme dalam Meraih Kesuksesan Masa Depan .....................................................17 2.1.4. Aspek-aspek Optimisme ................................................................................................18 2.1.5. Ciri-ciri Optimisme........................................................................................................21 2.1.6. Manfaat Optimisme .......................................................................................................26 2.1.7. Meningkatkan Optimisme dan Harapan ........................................................................30 2.2. Self Esteem ....................................................................................................................31 2.2.1. Pengertian Self Esteem...................................................................................................31 2.2.2. Pembentukan Self Esteem ..............................................................................................36 2.2.3. Aspek-aspek Self Esteem ...............................................................................................38 2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri..............................................................40 2.2.5. Karakteristik Individu Berdasarkan Harga Diri (Self Esteem) yang dimiliki ................42 2.3. Kerangka Berfikir .............................................................................................................46 2.4. Hipotesis ...........................................................................................................................48 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................................49 3.1. Metode Penelitian .............................................................................................................49 3.1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................................49 3.2. Variabel-variabel Penelitian ............................................................................................49 3.2.1. Definisi Variabel................................................................................................49 3.3. Pengambilan Sampel .......................................................................................................53 3.3.1. Populasi dan Sampel ..........................................................................................53 3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................................54 3.4. Pengumpulan Data ..........................................................................................................55 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................55 3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data............................................................................56 3.5. Uji Instrumen Penelitian..................................................................................................57 3.6. Prosedur Penelitian..........................................................................................................65 3.7. Teknik Analisis Data .......................................................................................................67 BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN..............................................................68 4.1. Analisis Deskriptif ............................................................................................................68 4.2. Uji Persyaratan..................................................................................................................69 4.2.1. Kategorisasi Skor ...............................................................................................69 4.2.1.1. Katagori Skor skala Optimisme ......................................................................69 4.2.1.2. Katagori Skor skala Self Esteem .....................................................................73 4.3. Hasil Penelitian ...............................................................................................................76 4.3.1. Uji Korelasi........................................................................................................76 4.3.2. Uji Regresi Linear..............................................................................................77 BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN ....................................................................80 5.1. Kesimpulan .......................................................................................................................80 5.2. Diskusi.............................................................................................................................80 5.3. Saran................................................................................................................................83 5.3.1. Saran Teoritis .....................................................................................................83 5.3.1. Saran Praktis ......................................................................................................85 Daftar Pustaka ........................................................................................................................86 Lampiran I...................................................................................................................................... i Lampiran II ................................................................................................................................... ii Lampiran III ................................................................................................................................ iii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kaidah reliabilitas ................................................................................. 58 Tabel 3.2 Blue print skala optimisme try out........................................................ 59 Tabel 3.3 Blue print skala optimisme penelitian .................................................. 61 Tabel 3.4 Blue print skala self esteem try out ....................................................... 62 Tabel 3.5 Blue print skala self esteem penelitian.................................................. 64 Tabel 4.1 Tabel gambaran responden berdasarkan jenis kelamin ........................ 68 Tabel 4.2 Gambaran subjek berdasarkan usia....................................................... 69 Tabel 4.3 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, jumlah total (sum), dan standar deviasi optimisme .................................................................................. 70 Tabel 4.4 Kategorisasi optimisme......................................................................... 71 Tabel 4.5 Tabel Optimis berdasarkan jenis kelamin............................................. 71 Tabel 4.6 Kategori Optimis pada perempuan ....................................................... 72 Tabel 4.7 Kategori Optimis pada laki-laki............................................................ 72 Tabel 4.8 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, jumlah total (sum), dan standar deviasi Self esteem................................................................................. 73 Tabel 4.9 Kategorisasi skor Self esteem................................................................ 74 Tabel 4.10 Tabel Self esteem berdasarkan jenis kelamin...................................... 75 Tabel 4.11 Kategori Self esteem pada perempuan ................................................ 75 Tabel 4.12 Kategori Self esteem pada laki-laki..................................................... 76 Tabel 4.13 Tabel hasil uji korelasi Self esteem dengan optimisme....................... 77 Tabel 4.14 Tabel Linearitas .................................................................................. 78 Tabel 4.10 Tabel kesimpulan Self esteem dengan optimisme............................... 78 MOTTO “GO CONFIDENTLY IN THE DIRECTION OF YOUR DREAMS” Henry David Thoreau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sulitnya mendapatkan pekerjaan di masa globalisasi ini menjadi topik hangat yang sangat meresahkan masyarakat. Dahulu jumlah tenaga ahli sangatlah sedikit dan pada saat itu pula nilai atau value dari seorang mahasiswa pun sangat tinggi, hingga mampu mendapatkan penghargaan melalui pekerjaan yang tepat dan sesuai dengan ilmu yang ia miliki serta peroleh ketika kuliah. Namun seiring bertambahnya jumlah populasi di Indonesia, Jumlah individu yang lulus dari perguruan tinggi pun makin meningkat dan membuat nilai dari tiap-tiap individu tersebut menurun atau bahkan hilang. Hal ini menyebabkan banyak lulusan dari perguruan tinggi tidak lagi mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang mereka miliki, atau mendapakan pekerjaan yang kurang layak, dan tidak sedikit yang tidak memperoleh pekerjaan sama sekali. Berdasarkan informasi dari surat kabar bahwa, jumlah pengangguran tingkat sarjana dewasa ini melonjak drastis, yakni dari 183.629 lulusan pada tahun 2006 menjadi 409.890 lulusan pada tahun 2007. ditambah dengan pemegang gelar diploma I, II, dan III yang menganggur, sehingga berdasarkan pendataan tahun 2007 lebih dari 740.000 orang ( Kompas, 06/02/2008). Menurut asumsi penulis, saat jumlah mahasiswa terbatas maka nilai dari seorang mahasiswa itu akan sangat tinggi dan begitu juga sebaliknya. Penurunan ini terjadi karena dengan banyaknya jumlah mahasiswa membuat perusahaan memiliki lebih banyak pilihan dan dapat menekan turun nilai jual calon karyawannya. Sehingga antara 2 jumlah pekerjaan yang tersedia dengan nilai dari lulusan perguruan tinggi menjadi alasan utama sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak di masa ini. Karena itu tingkat persaingan di pasar buruh pun menjadi sangat tinggi dan hanya mereka yang memiliki spesialisasi atau keahlian tertentu yang dapat bertahan di persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Kesadaran akan fenomena tersebut tidak jarang dapat menimbulkan kecemasan pada masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan harapan. Saat kuliah tentunya seorang mahasiswa memiliki harapan tinggi untuk memperoleh pekerjaan yang layak nantinya, serta dapat mensejahterakan kehidupannya. Namun, sulitnya keadaan sekarang ini justru mempengaruhi keoptimisan mahasiswa dalam memperoleh kesuksesannnya kelak ditengah persaingan pasar yang ketat. Padahal keoptimisan adalah inti dari motivasi seseorang untuk berjuang dalam dunia persaingan ekonomi yang kuat. Tanpa kemampuan untuk berpikir optimis seseorang dapat mengalami tekanan-tekanan dalam dirinya ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya, buruknya hal tersebut dapat mengakibatkan kegoncangan mental seseorang. Disini penulis berasumsi bahwa seseorang yang telah dikategorikan sebagai seorang mahasiswa yang mulai memasuki masa perkembangan dewasa awal, tentunya telah memiliki gambaran yang lebih matang mengenai masa depannya dibandingkan remaja SMA. Dengan kemampuan menilai potensi dan keseluruhan dari dirinya yang lebih matang, seorang mahasiswa akan lebih memiliki optimisme yang tinggi untuk menggapai apa yang diharapkannya. Optimisme sendiri adalah kemampuan seseorang untuk memandang positif akan segala hal. Memiliki pemikiran yang selalu positif akan menghasilkan hal yang positif pula. Disisi lain optimisme juga baik bagi kesehatan psikis 3 maupun fisik seseorang. Berbagai penelitian banyak yang membuktikan manfaat dari berpikir optimis dan pengaruhnya pada kesuksesan atau keberhasilan masa depannya. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Seligman (Seligman, 2008), diperoleh hasil optimisme sangat berpengaruh pada kesejahteraan psikis dan kesehatan mental seseorang, dapat meningkatkan system imun dan menurukan tingkat stress. Patton et.al (2004), menyatakan optimisme dianggap sebagai suatu pertimbangan yang memiliki kecenderungan dapat mempengaruhi perasaan, sikap cara berpikir, dan prilaku seseorang dalam situasi tertentu. Creed, Patton, dan Bartrum (2002) melakukan tes peninjauan kembali (dari penelitian Scheier, Carver & Bridges, 1994) mengenai dimensi orientasi kehidupan antara optimisme dan pesimisme dan hubungannya dengan variable karir seperti pengambilan keputusan, kematangan karir, serta tujuan karir masa depan pada siswa SMA. Ditemukan bahwa siswa dengan optimisme yang tinggi menunjukan hasil yang lebih tinggi terhadap rencana dan penjelajahan karir masa depan, mereka telah melakukan pengambilan keputusan tentang karir masa depan, dan lebih memiliki tujuan karir terhadap masa depan mereka. Sebaliknya, pada mereka yang pesimis menunjukan hasil yang rendah terhadap pengetahuan tentang karir masa depan dan lebih ragu-ragu dalam pengambilan keputusan untuk karir masa depan, dan dilaporkan memiliki prestasi sekolah yang lebih rendah. Lazarus (1991) mengidentifikasikan bahwa optimisme dan self esteem merupakan suatu keyakinan diri bahwa hubungan seseorang dan lingkungannya dipengaruhi oleh penilaian dan penyesuaian diri dan secara potensial yang dapat mengurangi pengaruh stress dan adaptasi seseorang terhadap lingkungan. Seligman, 1975; Taylor, 1971 (dalam Scioli et al 1997) mengatakan bahwa suatu pemikiran yang positif memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan, kesuksesan dalam 4 menyesuaikan diri pada kondisi depresi, kehilangan harapan, dan keputus asaan yang mengarah pada rasa menyerah, rasa sakit, dan bahkan kematian). Yates (2002), mengungkapkan terdapat suatu penelitian menetapkan bahwa perbedaan antara orang yang optimis dan pesimis dalam penjelasan atribusi meliputi pada aspek-aspek penting pada penyesuaian pribadi, serta memberikan pengaruh pada kesehatan, motivasi, dan pembelajaran (Peterson & Bossio, 1991; Schulman, 1995). Kecendrungan optimis dan pesimisnya seseorang dibentuk sejak masa kanak-kanak (Nolen-Hoeksema & Girgus, 1995; Yates, 1998a) dari banyaknya pengalaman keseharian (Peterson & Bossio, 1991) yang dapat mempengaruhi kesehatan anak, motivasi dan prestasinya (Seligman, 1990, 1995). Pada suatu tes yang dilakukan di California menggunakan California Achievement Test, anak yang pesimis lebih sedikit mengalami sukses dibanding anak yang optimis (Nolen-Hoeksema & Girgus, 1995). Menurut, Seligman (1995), siswa yang mengembangkan kerangka berpikir yang pesimis memiliki resiko untuk tidak berhasil dalam bidang akademisnya. Selain itu, menurut Seligman dalam bukunya the optimistic child menyatakan bahwa mereka yang pesimis melakukan suatu pekerjaan lebih buruk dari mereka yang optimis dalam tiga aspek : pertama, mereka lebih sering merasakan depresi. Kedua, prestasi mereka rendah di sekolah, dalam pekerjaan, dan di lapangan bermain dibandingkan bakat yang mereka sebenarnya. Ketiga, kesehatan fisik mereka lebih buruk dibandingkan orang yang optimis. Sifat optimis tidak hanya baik bagi kesehatan fisik dan kesejahteraan psikis, dalam islam pun Allah Swt memerintahkan pada hamba-Nya untuk tidak berputus asa dan selalu berpikir positif (optimis) baik secara Habluminnanas (hubungan antara manusia dengan manusia) maupun Habluminnallah (hubungan antara manusia dengan Allah) 5 seperti dalam surat Al-Hijr ayat 56 dan surat Yusuf ayat 87 dimana Allah SWT membenci orang-orang yang berputus asa. Di luar medan perjuangan dalam meniti karir, dilihat secara individu bahwa tiap manusia itu unik, dan memiliki karakter yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, termasuk potensi dan kemampuannya sejak dilahirkan. Penilaian orang lain atas dirinya mengenai perasaan, sikap, dan tingkah lakunya merupakan wujud dari self esteem. Self esteem mengacu pada bagaimana seseorang secara subjektif menilai dirinya sendiri, kemampuan serta potensi yang dimilikinya. Seseorang yang positif terhadap potensipotensi dirinya dan pengembangan dirinya sendiri, diyakini memiliki self esteem yang positif. Dengan kemampuan melihat dirinya secara positif maka kedepannya akan sangat membantu dalam berjuang meniti kesuksesan karirnya sendiri. Seperti pada berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli dimana self esteem berdampak pada kemampuan diri seseorang dalam memperoleh prestasi dan menentukan konsep karir masa depannya. Tidak hanya itu self esteem juga sangat menentukan kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan yang ia miliki. Gardner, 1981; Holland, 1085; Super 1980 ( dalam Patton et al, 2004) dalam suatu kepustakaan riwayat kerja, mengindikasikan remaja dengan self esteem yang tinggi memiliki konsep yang lebih jelas mengenai ketertarikan terhadap karir dan kemampuan membuat keputusan mengenai karir masa depan dibandingkan siswa yang memiliki self esteem yang rendah. Dalam Research Fact and Findings (2003) ada bermacam-macam tingkatan self esteem pada anak remaja yang nampaknya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti gender, kebudayaan, dan kelas sosial, dapat juga di pengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri. Tingkatan self esteem yang berbeda pada remaja berada dalam wilayah yang 6 berbeda pula seperti dalam hal sosial, pelajaran, olahraga, penampilan dan tingkah laku secara umum. Pada penelitian Harter (1990, 1999) di temukan bahwa, kepuasan dalam hal penampilan fisik memberikan komponen self esteem yang besar, dan pada remaja wanita lebih memiliki ketidak puasan yang besar terhadap penampilan fisiknya dibanding remaja laki-laki. Suatu penelitian dalam Research Finding and Facts (2003) ditemukan bahwa sepertiga sampai setengah dari remaja berjuang menghadapi self esteem yang rendah, terutama pada remaja awal (Harter, 1990; Hirsch & Dubois, 1991). Self esteem yang rendah berdampak sementara, tetapi dalam kasus yang serius dapat mengarah pada berbagai macam permasalahan, seperti depresi, anorexia nervosa, delinquency, sikap melukai diri sendiri dan bahkan bunuh diri. Remaja dengan self esteem yang rendah lebih banyak berprilaku tidak baik di sekolahnya, hamil, atau menghamili pasangannya. Tetapi juga perlu diketahui bahwa penyebab pasti dari hal tersebut juga tidak jelas, penelitian pun tidak begitu yakin bahwa self esteem yang rendah dapat menjadi penyebab anak muda memiliki masalah prilaku tsb. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa anggota geng memiliki self esteem di atas rata-rata. Seorang anak yang memiliki self esteem yang tinggi ketika masa kanak-kanaknya akan memiliki self esteem yang tinggi pula ketika remajanya. Dalam Savin Williams – Demo, 1983; Harter, 1990, banyak penelitian menunjukan bahwa sepanjang masa remaja pertengahan dan remaja akhir hingga masa dewasa awal memiliki self esteem yang stabil dan bahkan terus meningkat. Dalam Naderi, et al (2009) terdapat suatu penelitian yang mendokumentasikan pentingnya peranan self esteem dalam prestasi akademis, sosial, dan tanggung jawab pribadi (Redenbach, 1991). Berlaku bagi setiap orang, bahwa perkembangan potensi manusia secara penuh dapat ditingkatkan melalui self esteem. Self esteem adalah kuci 7 utama yang mempengaruhi tingkat keahlian seseorang dalam semua usaha keras. Self esteem berhubungan dengan kesuksesan kerja, prestasi sekolah, keserasian pribadi dan kebahagiaan (Redenbach, 1991). Di kutip dari Malbi & Reasoner (2000), self esteem di indikasikan secara luas sebagai keyakinan individu terhadap dirinya sendiri untuk berkompeten dan berguna dalam kehidupan. Suatu penelitian menunjukan terdapat korelasi yang kuat antara bagaimana seseorang menilai diri mereka dengan pencapaian akademiknya. Mereka yang merasa percaya diri, secara umum lebih berprestasi dibanding mereka yang tidak percaya diri. Dalam Nave (1990) Self esteem siswa lebih memiliki hubungan yang erat dengan kesuksesan siswa dibanding IQ (Canfield, 1976). Dalam hal itu beberapa Negara bagian di Amerika telah memasukan program peningkatan self esteem dalam kurikulum sekolah. Seperti yang di beritakan bahwa daerah bagian California mempromosikan Self Esteem dengan menggunakan kekuatan tugas lokal. Beberapa sekolah mengadopsi program terbaru untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Berdasarkan survey Departemen Pendidikan US program Self Esteem 86 % dilaksanakan di sekolah SD California dan 83 % pada distrik SMA California (The Patriot News, 1990). Kekuatan tugas yang sama di bentuk di Virginia dan Maryland. Penelitian pun segera dilakukan di Negara bagian ini untuk menemukan bagaimana cara Self Esteem dapat digunakan untuk meningkatkan kesuksesan siswa. Dinyatakan pula dalam Nave (1990) bahwa salah satu teknik untuk meraih kesuksesan siswa dalam meningkatkan self esteem-nya adalah siswa di libatkan secara penuh dalam penentuan sasaran tujuan hidupnya dan tujuan karirnya. Dengan bantuan seorang guru tentunya tujuan tersebut akan menjadi kenyataan (berdasarkan bakat dan 8 kemampuan siswa sebelumnya). Beberapa tujuan seharusnya dengan seketika dapat dicapai agar dapat menetapkan kesuksesan secepatnya dan umpan balik yang positif, serta dalam beberapa hal harus melibatkan mimpi panjang mereka yakni cita-cita siswa. Dalam Nave (1990) mengatakan bahwa ratusan artikel ilmiah mengenai self esteem menyatakan terdapat korelasi yang kuat antara self esteem dengan aktivitas yang dilakukan siswa : anak rumahan memiliki self esteem yang rendah, yang berprestasi tinggi memiliki self esteem yang tinggi, orang yang depresi memiliki self esteem yang rendah, atlit hebat memiliki self esteem yang tinggi, anak yang mendapatkan nilai F memiliki self esteem yang rendah dan seterusnya. Namun, optimisme saja tidaklah cukup untuk meraih apa yang kita inginkan, karena dalam menggapai kesuksesan haruslah disertai dengan usaha yang nyata. Memiliki optimisme yang tinggi namun usaha yang tidak sepadan dalam menggapai apa yang diinginkan, di ibaratkan seperti doa tanpa usaha, atau berusaha tetapi tanpa pemikiran yang optimis bahwa ia akan sukses, diibaratkan seperti usaha tanpa doa. Antara optimis dan berusaha tidak dapat dipisahkan jika seseorang ingin menggapai kesuksesan karirnya kelak. Dalam SIRC (2009) faktor individu seperti aspek self esteem dan optimisme dapat mempengaruhi self efficacy, harapan dan terutama prilaku seseorang. Dalam suatu penelitian kecil mengenai optimisme dan dengan menggunakan kerangka teori dari SSCT (Social Cognitive Career Theory) secara umum optimis memiliki kecendrungan memberikan hasil yang positif atau memberi keyakinan yang baik dibanding sesuatu yang buruk yang akan terjadi dalam kehidupan seseorang. (Scheier & Carver, 1993). 9 Idealnya seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi, memiliki optimisme yang tinggi pula dalam hal ini optimisme meraih kesuksesan karir masa depan. Sehingga walaupun di masa sekarang sulit mendapat pekerjaan dan banyaknya sarjana yang menganggur, mereka yang memiliki self esteem yang positif dan sangat menyadari potensi dirinya akan memiliki optimisme yang tinggi pula dalam menghadapi karir masa depan mereka. Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan optimisme, yakni faktor dari dalam diri seperti kreativitas, motivasi, percaya diri, dan faktor internal lainnya. Serta faktor dari luar diri lingkungan sosial, keluarga, budaya, status sosial, agama dll. Penulis tertarik meneliti hubungan antara self esteem dengan optimisme karena penulis ingin mengetahui keterkaitannya lebih jauh dan dapat menginformasikan berbagai manfaat dari optimisme. 1.2 Identifikasi Masalah • Apakah ada hubungan self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa? • Seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem terhadap optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa? 1.3. Pembatasan Masalah y Self esteem : Merupakan penilaian yang diberikan individu terhadap dirinya sendiri, baik positif naupun negatif, yang kemudian diekspresikan dalam sikap terhadap dirinya tersebut dalam aspek perasaan mengenai dirinya sendiri, perasaan terhadap hidup dan hubungan dengan orang lain. 10 y Optimisme : Harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa banyak masalah dan frustasi. Optimisme sebagai kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi baiknya dan mengharapkan hasil yang paling memuaskan. y Mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa fakultas psikologi yang telah mendapatkan mata kuliah peminatan. 1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa? “ 2. Seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem terhadap optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa? 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. mengetahui hubungan self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang diberikan Self esteem terhadap optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. 1.5.2. Manfat Penelitian Manfaat teoritis: secara teoritis, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan psikologi 11 Manfaat praktis: secara praktis, penelitian ini dapat memberikan motivasi kita untuk meraih kesuksesan karir dengan berpikir optimis terutama bagi mahasiswa. 1.6 Sistematika Penelitian Untuk memudahkan pemahaman pada tulisan ini, maka penulis menyusunnya dalam sistematika penulisan sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2 Kajian Pustaka Bagian ini membahas mengenai teori self esteem (pengertian self esteem, pembentukan harag diri, aspek-aspek self esteem, karakteristik individu berdasarkan self esteem yang dimiliki). Teori optimisme (pengertian optimisme, tipe-tipe optimis, optimis meraih kesuksesan masa depan, aspek-aspek optimis, ciri-ciri optimis, manfaat optimis, meningkatkan optimis dan harapan), kerangka berpikir dan hipotesis. Bab 3 Metodologi Penelitian Bagian ini membahas mengenai jenis penelitian (pendekatan dan metode penelitian), subjek penelitian (karakteristik dan jumlah subjek, serta teknik pemilihan subjek penelitian), pengumpulan data (metode pengumpulan data dan instrument penelitian), prosedur penelitian (tahap persiapan, dan pelaksanaan penelitian), serta teknik pengolahan dan analisa data. 12 Bab 4 Presentasi dan Analisis data Terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, uji instrument penelitian, hasil skala uji validitas skala self esteem dan skala optimisme kesuksesan karir serta hasil uji reliabelitas self esteem dan optimisme kesuksesan karir masa depan. Uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis serta hasil utama penelitian. Bab 5 Penutup Terdiri dari kesimpulan, diskusi dan saran. 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Optimisme 2.1.1. Pengertian Optimisme Dalam Seligman (1995) optimisme berasal dari kata bahasa inggris yaitu Optimism yang berarti keadaan selalu berpengharapan baik. Selama ini pandangan umum masyarakat mengenai optimisme adalah cara memandang suatu hal seperti melihat gelas yang tidak penuh sebagai gelas yang setengah berisi, dan bukan setengah kosong atau bersikap menguatkan diri dengan kalimat-kalimat positif kepada dirinya sendiri. Tetapi makna optimisme sebetulnya lebih dalam dari itu. Dasar dari optimisme adalah bagaimana cara berpikir seseorang ketika menghadapi suatu masalah. Menurut Segerestrom, 1998 (dalam Ghufron, 2010) optimisme adalah cara berpikir yang positif dan relistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Belsky (1999) berpendapat bahwa optimisme adalah menemukan isnspirasi baru. Kekuatan yang dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehingga mencapai keberhasilan. Lopez dan Snyder (2003) berpendapat optimisme adalah suatu harapan yang ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju kearah kebaikan. Perasaan optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni percaya pada diri dan kemampuan yang dimiliki. Sikap optimis menjadikan seseorang keluar dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena adanya pemikiran dan perasaan memiliki kemampuan, juga didukung anggapan bahwa setiap orang memiliki 14 keberuntungan sendiri-sendiri. Belsky (1999) berpendapat bahwa optimisme adalah menemukan inspirasi baru. Kekuatan yang dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehingga mencapai keberhasilan. Scheier dan Carver (dalam Snyder dkk, 2005) mengatakan bahwa orang yang optimis adalah orang yang selalu mengharapkan atau menduga bahwa hal baik yang akan terjadi padanya. Lebih lanjut Scheier, Weintraub, dan Carver (1986) meneliti perbedaan cara coping antara orang yang optimis dan pesimis ketika mereka menghadapi situasi stress. Orang yang optimis cenderung akan melakukan coping melalui usaha yang aktif untuk mengatasi masalahnya. Menurut Scehier dan Carver, kamus mendefinisikan optimisme dan pesimisme merupakan keyakinan seseorang terhadap harapan masa depannya. Menurut Kerley (2006), optimis adalah gaya penjelasan (bagaimana kita menjelaskan sesuatu pada diri kita), dan juga suatu sikap (bagaimana cara kita merasakan sesuatu). Merupakan suatu komponen perilaku yang menghasilkan suatu hasil yang kompleks dari pikiran dan emosi kita. Secara simpelnya optimis berarti meyakini suatu peristiwa akan berjalan baik. Dalam SIRC (2009) mendefinisikan optimisme sebagai suatu istilah yang banyak dipakai dalam mendeskripsikan pengalaman, perasaan, dan watak seseorang pada berbagai konteks sejarah maupun sosial. Menurut Weinstein (1980), optimisme adalah merupakan kecenderungan seseorang untuk meyakini bahwa mereka akan lebih banyak mengalami suatu peristiwa yang baik daripada mengalami suatu peristiwa yang buruk dibandingkan orang lain. 15 Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa optimis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menggambarkan perbedaan watak yang didasarkan pada perbedaan pengalaman, latar belakang, dan kehidupan sosial seseorang. Dalam SIRC (2009) Berdasarkan hasil penelitian (berupa polling, di Inggris) dalam suatu jurnal psikologi menghasilkan bahwa tinggi rendahnya optimisme seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni: 1. faktor dari lingkungan keluarga sebanyak 72% 2. faktor kesehatan diri sebanyak 65%, nampaknya faktor ini merupakan faktor kunci yang mempengaruhi optimisme seseorang dan 3. faktor politik dan ekonomi global sebanyak 12% Dengan cara yang sama, dari hasil polling (di Inggris) bahwa mayoritas orang sangat merasa optimis dalam hal kehidupan keluarga 61%, hubungan pribadi 53%, dan kehidupan sosial 31%, serta hanya ada 4% yang optimis terhadap masa depan negaranya. 2.1.2 Tipe Optimis Dari analisis SIRC (Social Issues Research Center, 2009), ditemukan berbagai macam tipe sifat optimisme (menggunakan banyaknya partisipan yang ada dalam polling nasional, dan mereka mendeskripsikan diri mereka sendiri): 1. Realist (24%) : saya tidak optimis ataupun pesimis, tapi cukup realistik mengenai apa yang baik dan tidak baik dalam hidup saya. 16 2. Concrete optimist (optimis konkrit) (19%) : saya optimis, tapi saya juga realistik mengenai kemungkinan hasil dari suatu kejadian. 3. Cautious optimist (optimis yang berhati-hati) (18%) : saya optimis, tetapi saya berhati-hati untuk tidak puas dengan keberuntungan baik saya. 4. Situational optimist (optimis terkondisikan) (15%) : tingkat optimis saya berubah-ubah pada setiap situasi. 5. Fatalist (6%) : terutama sekali saya menerima bahwa saya tidak dapat merubah apa yang telah terjadi pada saya, baik itu bagus ataupun buruk. 6. Individualist (3%) : terutama sekali saya yakin bahwa saya dapat mengontrol apa yang akan terjadi pada saya, baik itu bagus atau buruk. 7. Pessimist (3%) : secara umum saya pesisimis apapun situasinya. 8. Contagious optimist (optimis yang menular) (2%) : saya selalu optimis dan keoptimisan saya menular pada mereka yang ada di sekitar saya. 9. Unbashed optimist (sangat optimis) (2%) : saya selalu optimis apapun situasinya. Dalam hasil peneltian yang dilakukan oleh SIRC, hal-hal yang paling mempengaruhi tinggi rendahnya optimisme dalam diri seseorang secara umum adalah; (1) keluarga, (2) kesehatan, (3) penghasilan pribadi, (4) kehidupan percintaan, (5) kehidupan sosial, (6) pekerjaan, (7) ekonomi Negara (dalam hal ini di UK), (8) cuaca, (9) ekonomi global, (9) politik global. 17 2.1.3. Optimisme meraih kesuksesan masa depan Goleman (2002) mengatakan bahwa optimisme masa depan adalah harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa banyak masalah dan frustasi. Melihat optimis melalui titik pandang kecerdasan emosional, yakni suatu pertahanan diri pada seseorang agar jangan sampai terjatuh kedalam masa kebodohan, putus asa, dan depresi bila mendapat kesulitan. Dalam menerima kekecewaan, individu yang optimis cenderung menerima dengan respon aktif, tidak putus asa merencanakan tindakan kedepan, mencari pertolongan, dan melihat kegagalan sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki. Harapan, menurut peneliti-peneliti modern, lebih bermanfaat daripada memberikan sedikit hiburan ditengah kesengsaraan; harapan memainkan peran yang menakjubkan manfaatnya dalam kehidupan, memberikan suatu keunggulan dalam bidang-bidang yang begitu beragam seperti prestasi belajar dan keberhasilan memikul tugas-tugas yang berat. Harapan, dalam artian teknis adalah lebih daripada pandangan yang optimis bahwa segala sesuatunya akan menjadi beres. Menurut Weinstein (1980) Beberapa data menyatakan bahwa seseorang cenderung bersikap optimisme tidak realistik dalam menghadapi masa depan mereka. Snyder yang dikutip dalam Goleman, (1995) setiap individu pasti mempunyai harapan akan masa depannya. Harapan yaitu keyakinan untuk mencapai sasaran. Harapan tersebut juga dapat merupakan perubahan yang lebih baik pada dirinya dari keadaan sekarang. Dalam menuju ke suatu harapan yang lebih baik atau suatu kesuksesan di masa yang akan datang, individu tidak terlepas dari hambatanhambatan yang akan menghalanginya. Untuk itu individu harus dapat menghalau hambatan tersebut. Mahasiswa-mahasiswa yang memiliki harapan tinggi mematok sasaran yang lebih tinggi bagi dirinya dan tahu cara belajar dengan benar untuk 18 meraihnya. Bila ingin membandingkan mahasiswa-mahasiswa yang bakat intelektualnya setara dalam segi prestasi akademik, apa yang membedakan mereka adalah harapan. Menurut Heine dan Lehman (1995), kebanyakan orang nampaknya termotivasi untuk memperhitungkan rasa ancaman yang mereka rasakan ketika menghadapi peristiwa buruk dengan menggunakan keoptimisannya yang tidak realistik untuk memprediksi masa depan mereka. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa optimisme masa depan adalah kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi baiknya dan mengharapkan hasil yang paling memuaskan serta cara pandang dan rasa keyakinan seorang tentang masa depannya. 2.1.4 Aspek-Aspek Optimisme Seligman (1995) menjelaskan bahwa bagaimana cara individu memandang suatu peristiwa di dalam kehidupannya berhubungan erat dengan gaya individu dalam menjelaskan suatu peristiwa (explanatory style). Dengan gaya penjelasan itu, seseorang yang optimis akan dapat menghentikan rasa ketidakberdayaannya. Ditinjau dari perspektifnya, orang yang optimis menjelaskan suatu kejadian atau pengalaman negatif diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal, bersifat sementara, atau faktor-faktor khusus. Sementara itu, orang pesimis menjelaskan bahwa kejadian negatif dikarenakan oleh faktor internal, bersifat stabil, dan diakibatkan oleh faktor-faktor global. Seligman (2001) mengemukakan ada tiga macam gaya penjelasan (explanatory personalization. style), yaitu permanence, pervasiveness dan 19 a. Permanence (hal yang menetap) gaya ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang bersifat sementaran (temporary) atau menetap (permanence). Orang-orang yang pesimis melihat peristiwa yang buruk sebagai sesuatu yang menetap dan mereka cenderung menggunakan kata-kata ”selalu” dan ”tidak pernah”, misalnya: ”saya tidak pernah mendapat nilai yang bagus pada mata pelajaran matematika karena kemampuan saya dalam berhitung kurang”. Orang pessimis melihat hal yang baik hanyalah sebagau hal yang bersifat sementara, misalnya: ”saya berhasil dalam ujian itu kerena saya belajar tadi malam”. Sebaliknya orang yang optimis melihat peristiwa buruk sebagai suatu hal yang hanya bersifat sementara, misalnya: ”akhir-akhir ini kerja tim kita berantakan”. Sementara orang yang optimis melihat hal yang baik sebagai suatu hal yang bersifat permanen, misalnya: ”Saya berhasil mendapat nilai baik karena saya pintar”. b. Pervasiveness (hal yang mudah menyebar) Gaya penjelasan peristiwa ini berkaitan dengan ruang lingkup dari peristiwa tersebut, yang meliputi universal (menyeluruh) dan spesifik (khusus). Orang yang optimis bila dihadapkan pada kejadian yang buruk akan membuat penjelasan yang spesifik dari kejadian itu, bahwa hal buruk terjadi diakibatkan oleh sebab-sebab khusus dan tidak akan meluas kepada hal-hal yang lain. Misalnya: ”meskipun nilai ulangan saya kemarin jelek, itu tidak akan membuat saya gagal menjadi juara kelas”. Bila dihadapkan pada hal yang baik ia akan menjelaskan hal itu diakibatkan oleh faktor yang bersifat universal. Misalnya: ”Saya mendapat nilai yang bagus karena saya pintar”. 20 Sementara orang yang pesimis akan melihat kejadian yang baik sebagai suatu hal yang spesifik dan berlaku untuk hal-hal tertentu saja. Misalnya: ”saya mendapat nilai bagus karena saya pintar dalam pelajaran matematika”. Sedangkan, jika menemui kejadian buruk pada satu sisi hidupnya ia akan menjelaskannya sebagai suatu hal yang universal, dan akan meluas keseluruh sisi lain dalam hidupnya, dan biasanya akibat hal ini ia menjadi mudah menyerah terhadap segala hal meski ia hanya gagal dalam satu hal. Misalnya: ”saya tidak akan menjadi juara kelas karena ulangan matematika saya kemarin jelek”. c. Personalization (hal yang yang berhubungan dengan pribadi) Personalisasi merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan sumber dari penyebab kejadian tersebut, meliputi internal dan eksternal. Ketika mengalami hal yang buruk, orang yang pesimis akan menganggap bahwa hal itu terjadi karena faktor dari dalam dirinya. Misalnya: ”saya mendapat nilai jelek pada ulangan matematika kemarin karena saya tidak pintar berhitung”. Bila dihadapkan pada peristiwa baik ia akan menganggap bahwa hal itu disebabkan oleh faktor luar dirinya. Misalnya: tim saya berhasil menang pada pertandingan tadi malam karena lawan tidak dalam kondisi yang baik”. Di lain pihak orang optimis akan menganggap hal yang baik merupakan hal yang disebabkan oleh faktor dalam dirinya. Misalnya: ”kami berhasil menang dalam pertandingan tadi malam karena kemampuan kami memang lebih baik dari lawan”. Dan akan menjelaskan suatu hal yang buruk sebagai hal yang disebabkan oleh faktor eksternal. Misalnya: ”saya mendapat nilai yang jelek dalam ulangan kemarin karena waktu yang disediakan terlalu sempit. 21 2.1.5 Ciri- ciri Optimisme Ada beberapa ciri dari optimisme yang diungkapkan oleh para ahli. Martin E.P. Seligman (1995) mengatakan bahwa orang yang optimis percaya bahwa kegagalan hanyalah suatu kemunduran yang bersifat sementara dan penyebabnya pun terbatas, mereka juga percaya bahwa hal tersebut muncul bukan diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya, melainkan diakibatkan oleh faktor luar. Sementara itu Kerley (2006), mengatakan bahwa ada 12 ciri-ciri orang yang optimis menurut Alan McGinnis, yaitu : a. Jarang terkejut oleh kesulitan. Hal ini dikarenakan orang yang optimis berani menerima kenyataan dan mempunyai penghargaan yang besar pada hari esok. b. Mencari pemecahan sebagian permasalahan. Orang optimis berpandangan bahwa tugas apa saja, tidak peduli sebesar apapun masalahnya bisa ditangani kalau kita memecahkan bagian-bagian dari yang cukup kecil. Mereka membagi pekerjaan menjadi kepingan-kepingan yang bisa ditangani. c. Merasa yakin bahwa mampu mengendalikan atas masa depan mereka. Individu merasa yakin bahwa dirinya mempunyai kekuasaan yang besar sekali terhadap keadaan yang mengelilinginya. Keyakinan bahwa individu menguasai keadaan ini membantu mereka bertahan lebih lama setelah lainlainnya menyerah. d. Memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur. Orang yang menjaga optimisnya dan merawat antusiasmenya dalam waktu bertahun-tahun adalah individu yang mengambil tindakan secara sadar dan tidak sadar untuk melawan entropy (dorongan atau keinginan) pribadi, untuk memastikan bahwa sistem tidak meninggalkan mereka. 22 e. Menghentikan pemikiran yang negatif. Optimis bukan hanya menyela arus pemikirannya yang negatif dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih logis, mereka juga berusaha melihat banyak hal sedapat mungkin dari segi pandangan yang menguntungkan. f. Meningkatkan kekuatan apresiasi. Yang kita ketahui bahwa dunia ini, dengan semua kesalahannya adalah dunia besar yang penuh dengan hal-hal baik untuk dirasakan dan dinikmati. g. Menggunakan imajinasi untuk melatih sukses. Optimis akan mengubah pandangannya hanya dengan mengubah penggunaan imajinasinya. Mereka belajar mengubah kekhawatiran menjadi bayangan yang positif. h. Selalu gembira bahkan ketika tidak bisa merasa bahagia. Optimis berpandangan bahwa dengan perilaku ceria akan lebih merasa optimis. i. Merasa yakin bahwa memiliki kemampuan yang hampir tidak terbatas untuk diukur. Optimis tidak peduli berapapun umurnya, individu mempunyai keyakinan yang sangat kokoh karena apa yang terbaik dari dirinya belum tercapai. j. Suka bertukar berita baik. Optimis berpandangan, apa yang kita bicarakan dengan orang lain mempunyai pengaruh yang penting terhadap suasana hati kita. k. Membina cinta dalam kehidupan. Optimis saling mencintai sesama mereka. Individu mempunyai hubungan yang sangat erat. Individu memperhatikan orang-orang yang sedang berada dalam kesulitan, dan menyentuh banyak arti kemampuan. Kemampuan untuk mengagumi dan menikmati banyak hal pada diri orang lain merupakan daya yang sangat kuat yang membantu mereka memperoleh optimisme. 23 l. Menerima apa yang tidak bisa diubah. Optimis berpandangan orang yang paling bahagia dan paling sukses adalah yang ringan kaki, yang berhasrat mempelajari cara baru, yang menyesuaikan diri dengan sistem baru setelah sistem lama tidak berjalan. Ketika orang lain membuat frustrasi dan mereka melihat orang-orang ini tidak akan berubah, mereka menerima orang-orang itu apa adanya dan bersikap santai. Mereka berprinsip “Ubahlah apa yang bisa anda ubah dan terimalah apa yang tidak bisa anda ubah”. Robinson dkk (1997), menyatakan individu yang memiliki sikap optimis jarang menderita depresi dan lebih mudah mencapai kesuksesan dalam hidup, memiliki kepercayaan, dapat berubah kearah yang lebih baik, adanya pemikiran dan kepercayaan mencapai sesuatu yang lebih, dan selalu berjuang dengan kesadaran penuh. Scheier dan Carver (dalam Snyder, 2002) menegaskan bahwa individu yang optimis akan berusaha menggapai pengharapan dengan pemikiran yang positif, yakin akan kelebihan yang dimiliki. Individu yang optimis biasa berkerja keras menghadapi stress dan tantangan sehari-hari secara efektif, berdoa, dan mengakui adanya faktor keberuntungan dan faktor lain yang turut mendukung keberhasilannya. Menurut Seligman (1995), karakteristik orang yang pesimis adalah mereka cenderung meyakini peristiwa buruk akan bertahan lama dan akan menhancurkan segala yang mereka lakukan dan itu semua adalah kesalahan mereka sendiri. Sedangkan, orang yang optimis jika berada dalam situasi yang sama, akan berpikir sebaliknya mengenai ketidakberuntungannya. Mereka cenderung meyakini bahwa 24 kekalahan hanyalah kegagalan yang sementara, dan itu karena terbatas pada satu hal saja. Orang yang optimis yakin kekalahan bukanlah karena kesalahan mereka : keadaan, keberuntungan atau orang lain yang menyebabkannya. Orang yang seperti itu tidak akan merasa terganggu dengan kekalahannya. Mereka menganggap situasi yang buruk adalah sebagai suatu tantangan dan mereka akan berusaha keras menghadapinya. Ketika hal buruk terjadi, biasanya orang akan menyalahkan dirinya sendiri (internal) atau menyalahkan orang lain (eksternal). Orang-orang yang menyalahkan dirinya sendiri saat mereka gagal membuat penghargaan pada diri mereka rendah, mereka pikir mereka tidak berguna, tidak punya kemampuan, dan tidak dicintai. Orang yang menyalahkan kejadian-kejadian eksternal tidak kehilangan rasa penghargaan pada dirinya sendiri saat kejadian-kejadian buruk menimpa mereka. Secara keseluruhan, mereka lebih banyak suka pada diri mereka sendiri daripada orang yang menyalahkan diri mereka sendiri menyukai mereka. Gaya optimis juga menjelaskan kejadian-kejadian baik berlawanan dengan yang digunakan untuk menjelaskan kejadian-kejadian buruk; lebih bersifat internal daripada eksternal. Orang-orang yang percaya bahwa mereka menyebabkan kejadian-kejadian baik cenderung lebih menyukai diri mereka sendiri daripada orang-orang yang percaya bahwa hal-hal baik tersebut dari orang lain atau keadaan. Hal yang perlu untuk di ingat juga bahwa orang yang optimis adalah orang yang punya harapan besar dalam hidupnya. Dengan harapan tersebut ia akan menyongsong hari esok dengan senyuman. Begitu pula dalam berprestasi kita harus punya rasa optimisme sehingga akan menjadi keyakinan dalam diri kita bahwa kita mampu dalam berprestasi. 25 Suatu eksperimen (dalam Seligman 1995) juga menunjukan bahwa orang yang optimis dapat melakukan lebih baik dalam hal sekolah dan kuliah, ditempat kerja dan di lingkungan pergaulannya. Mereka juga secara teratur dapat melebihi prediksi aptitude test. Gaya penjelasan orang yang optimis dapat mengehentikan keputusaan, dimana gaya penjelasan orang pesimis justru menyebarkan rasa keputusasaan. Orang yang depresi secara kontras melihat kesuksesannya disebabkan oleh faktor yang sama dengan kegagalannya. Teori gaya penjelasan untuk sukses mengatakan bahwa untuk memilih orangorang yang akan berhasil dalam suatu pekerjaan yang menantang, berdasarkan tiga faktor berikut ; bakat, motivasi, dan optimisme. Ketiga faktor ini yang menentukan kesuksesan seseorang. Seligman (1995) mengatakan bahwa gaya penjelasan optimis tidak mempengaruhi apa yang dikatakan orang lain tentang kemungkinan yang terjadi tapi apa yang dikatakan pada dirinya sendiri saat kemungkinan itu berkata tidak. Ia juga berkata kepada Creedon orang yang pesimis akan mengatakan pada dirinya sendiri tentang hal-hal yang bersifat permanent, perpasif, dan personal, seperti “Aku tidak hebat”. Dan sebaliknya orang yang optimis akan berbicara pada dirinya sendiri dengan cara yang membangun, tidak mudah menyerah, bersifat permanensi (Orangorang yang melawan ketidakberdayaan percaya bahwa penyebab-penyebab dari banyak kejadian buruk hanya bersifat sementara). Gaya penjelasan orang yang optimis untuk kejadian-kejadian yang baik bertentangan dengan gaya penjelasan optimis untuk kejadian-kejadian buruk. Orang optimis percaya bahwa kejadiankejadian buruk memiliki penyebab-penyebab yang spesifik, sedangkan kejadiankejadian baik akan memperbaiki segala sesuatu yang dikerjakannya; orang pesimis 26 percaya bahwa kejadian-kejadian buruk memiliki penyebab-penyebab yang universal dan kejadian-kejadian baik disebabkan oleh faktor-faktor yang spesifik. Dalam buku Seligman ”The Optimistic Child” (1995) anak yang optimis dan pesimis memiliki respon yang berbeda dalam menyikapi kejadiaan baik di hidupnya. Anak yang yakin bahwa pristiwa yang baik bersifat permanen lebih optimis dibandingkan anak yang yakin bahwa hal tersebut hanya bersifat sementara. 2.1.6 Manfaat optimisme Dalam banyak penelitian sebelumnya juga mengatakan banyak manfaat optimis bagi kesehatan fisik dan kesejahteraan psikis. Dalam Jalaludin (1997) tipe orang yang sehat jiwa (healty-minded-ness) menurut W.Starbuck yang dikemukakan oleh W.Hosuton Carlk adalah : b. Optimis dan Gembira Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis penuh, perasaan optimis, pahala menurut pandanganya adalah sebagai hasil jerih payahnya yang dberikan tuhan. Sebaliknya, segalabentuk musibah dan penderitaan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang dibuatnya dan tidak beraggapan sebagai peringatan tuhan terhadap dosa mereka. Meraka yakin bahwa tuhan bersfat pengasih dan penyayang dan bukan pemberi azab. c. Ekstrovert dan tidak mendalam Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jiwa ini menyebabkan mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai eksos agamis tindakannya. Mereka selalu berpandangan keluar dan 27 memulai suasana hatinya lepas dari kungkungan ajaran agama yang terlampau menggelimat. Mereka senang pada pemudahan dalam melaksanakan ajaran agama. Sebagai akibatnya mereka kurang senang mendalami ajaran agama. Dosa mereka anggap sebagai perbuatan mereka yang keliru. d. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovert mereka cenderung: 1. Menyenangi teologi yang lues dan tidak kaku. 2. Menunjukan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas. 3. Menekankan ajaran cinta kasih dari pada kemurkaan dan dosa. 4. Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial. 5. Tidak menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan. 6. bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama 7. Selalu berpandangan positif. Berkembang secara graduasi. Maksudnya mereka meyakini ajaran agama melalui proses yang wajar dan tidak melalui proses pendadakan. Menurut Scheier dan Carver (dalam Snyder, 2002) menyatakan optimisme dapat dipastikan membawa individu kearah kebaikan kesehatan karena adanya keinginan untuk menjadi orang yang ingin menghasilkan sesuatu (produktif) dan ini tetap dijadikan tujuan untuk berhasil mencapai yang diinginkan. 28 Sementara, Duffy, dkk (dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa optimisme membuat individu mengetahui apa yang diinginkan. Individu tersebut dapat dengan cepat mengubah diri agar mudah menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi, sehingga diri tidak menjadi kosong. Individu yang optimis di ibaratkan seperti gelas yang penuh, sedangkan individu yang pesimis seperti gelas yang kosong yang tidak memiliki apa-apa didalamnya. Orang pesimis kurang memiliki kepastian untuk memandang masa depaan dan selalu hidup didalam ketidakpastian dan merasa hidup tidak berguna. Menurut Belsky (1999) optimisme membuat individu memiliki energi tinggi, bekerja keraas untuk melakukan hal yang penting. Pemikiran optimisme memberi dukungan pada individu menuju hidup yang lebih berhasil dalam setiap aktivitas. Dikarenakan, orang yang optimis akan menggunakan semua potensi yang dimiliki. Menurut Robinson (1980), optimisme telah memberikan kesuksesan pada berbagai aspek seperti kesuksesan pada program perawatan pemberhentian penyalahgunaan alkohol (Strack, Carver, & Blaney, 1987), penyesuaian diri di perguruan tinggi (Aspinwall & Taylor, 1992), resisten dari depresi postpartum (Carver & Gaines, 1987). Sedangkan menurut Myers, 1999 (dalam Ghufron, 2010) optimisme menunjukan arah dan tujuan hidup yang positif, menyambut datangnya pagi dengan sukacita, membangkitkan kembali rasa percaya diri kearah yang lebih realistik, dan menghilangkan rasa takut yang selalu menyertai individu. Pemikiran optimis menentukan individu dalam menjalani kehidupan, memecahkan masalah, dan penerimaan terhadap perubahan, baik dalam menghadapi kesuksesan maupun kesulitan hidup. 29 Dalam Seligman (1995) Creedoon menegaskan proses menyerah, berkata tidak, berkecil hati akan mudah kecewa. Semisal pada seorang selesman yang teridentifikasi pesimisme yang dalam quisioner menyerah dengan mudah dan mengalami depresi berbeda dengan orang yang optimis, ia akan kebal terhadap permasalahan tersebut di atas dan mereka cenderung akan berhasil dengan suatu pekerjaan yang lebih menantang. Selanjutnya Seligman menyatakan pesimisme versus optimisme, individu yang merespon kesulitan sebagai sesuatu yang sifatnya permanen, meluas dan pribadi memiliki gaya penjelasan yang pesimistis, sedangkan individu yang merespon kesulitan sebagai sesuatu yang sifatnya sementara, eksternal dan terbatas memiliki gaya-gaya penjelasan yang optimistik. Dalam Stoltz (2000) dari penelitian Seligman et al, ditemukan bahwa orang-orang optimis lebih unggul dibandingkan orang-orang yang pesimis dalam hidup maupun bidang-bidang pekerjaan. Seligman (1995) menyatakan pemikiran positif sering mencoba melibatkan pernyataan diri yang keras seperti ; ”setiap hari, dimanapun itu saya selalu merasa lebih baik dari sebelumnya” walaupun tidak seperti fakta yang ada atau malah kebalikan dari fakta yang ada. Orang yang optimis bertahan dari ketidakberdayaan. Mereka tidak mudah menjadi depresi ketika mereka mengalami kegagalan, mereka juga tidak mudah menyerah. Selama hidupnya orang yang optimis akan lebih sedikit mengalami ketidakberdayaan yang berkepanjangan dibandingkan orang yang pesimis. Dengan pengalaman ketidakberdayaan yang sedikit, maka akan membentuk sistem imun yang lebih baik dalam tubuh. Orang-orang yang pesimis mengalami masalah yang sama. Mereka semakin mudah menjadi pasif ketika masalah menghadang dan mereka mengambil lebih sedikit tindakan untuk mendapatkan dan mempertahankan 30 dukungan sosial. Hubungan antara kurangnya dukungan sosial dan penyakit menjadi alasan keempat untuk percaya bahwa gaya memberikan penjelasan yang optimis dapat menjadi seseorang menjadi sehat. Seligman (2002) berpendapat bahwa menemukan penyebab permanen dan universal dari peristiwa baik serta menemukan penyebab temporer dan spesifik untuk musibah, adalah seni dari harapan. Sedangkan, menemukan penyebab permanen dan universal dari peristiwa buruk serta penyebab temporer dan spesifik untuk peristiwa baik adalah perilaku putus asa. 2.1.7 Meningkatkan Optimisme dan Harapan Menurut Seligman (2002) terdapat sebuah metode yang terdokumentasikan dengan baik untuk membangun optimisme. Metode ini berupa mengenali pikiran pesimistis, lalu menentangnya. Kunci untuk menentang pikiran pesimistis adalah dengan pertama-tama mengenalinya, lalu memperlakukannya seolah-olah pikiran itu adalah tuduhan orang lain, seorang pesaing yang misi hidupnya adalah membuat kita sengsara. Terdapat jalan pintas untuk melakukannya yaitu begitu menyadari kita memiliki sebuah pikiran pesimistis yang tampaknya tak perlu, lawanlah pikiran tersebut dengan menggunakan model ABCDE. A untuk adversity (kesusahan), B untuk belief (persangkaan) yang otomatis terbentuk begitu pikiran itu muncul, C untuk consequence (konsekuensi) yang lazimnya muncul dari persangkaan kita, D untuk disputation (penentangan) terhadap persangkaan yang lazim kita punyai, dan E untuk energization (energisasi) yang muncul ketika kita melawannya dengan sukses. Dengan cara melawan secara efektif persangkaan yang mengikuti suatu kesusahan, kita bisa mengubah reaksi yang tadinya menyerah dan bersedih menjadi beraktivitas dan bergembira. 31 2.2. Self Esteem 2.2.1 Pengertian Self Esteem Menurut Minchinton (1995) self esteem adalah penilaian terhadap diri sendiri. Merupakan tolak ukur harga diri kita sebagai seorang manusia, berdasarkan pada kemampuan penerimaan diri dan prilaku sendiri atau tidak. Dapat juga dideskripsikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai diri yang berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri kita sebenarnya. Self esteem bukan hanya sekedar aspek atau kualitas diri tetapi dengan pengertian yang lebih luas yang merupakan kombinasi yang berhubungan dengan karakter dan perilaku. Dalam hal ini pentingnya self esteem merupakan inti diri kita-dasar dalam diri yang kita bangun dalam hidup kita. Selama kita tidak hidup sendirian dibumi ini, perasaan mengenai diri sendiri dapat mempengaruhi bagaimana cara berhubungan dengan orang lain disekitar kita dan pada setiap aspek dalam hidup kita. Menurut James, 1980 Self esteem adalah evaluasi terhadap diri sendiri (dalam Baron, 2003). Menurut Frey dan Carlock (1984), jika penilaian terhadap diri positif, dimana ia menerima diri atau memiliki penghargaan yang baik terhadap diri, maka individu tersebut dikatakan memiliki self esteem yang tinggi. Self esteem menunjukan keputusan yang diambil seseorang apakah ia menilai dirinya secara negatif, positif, atau netral yang ditempatkan dalam suatu wadah konsep diri. Lerner dan Spanier, 1980 (dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa harga diri adalah tingkat penilaian yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan konsep diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri secara positif dan juga sebaliknya dapat menghargai secara negatif. Mirels dan Mcpeek (1980) berpendapat bahwa harga diri sebenarnya memiliki dua pengertian, 32 yaitu pengertian yang berhubungan dengan harga diri akademik dan harga diri non akademik. Contoh harga diri akademik adalah jika seseorang memiliki harga diri tinggi karena kesuksesannya dibangku sekolah, tetapi pada saat yang sama ia tidak merasa berharga karena penampilan fisiknya kurang meyakinkan, misalnya postur tubuhnya terlalu pendek. Sementara itu, contoh harga diri non-akademik adalah jika seseorang mungkin memiliki harga diri yang tinggi karena cakap dan sempurna dalam salah satu cabang olahraga tetapi, pada saat yang sama merasa kurang berharga karena kegagalannya di bidang pendidikan khususnya berkkaitan dengan kecakapan verbal. Menurut Branden (1992) self esteem merupakan kepercayaan diri pada kemampuan kita dalam menghadapi tantangan hidup, keyakinan akan diri kita memiliki hak untuk bahagia, perasaan berharga, berjasa, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan kita, dan menikmati buah dari usaha kita. Menurut Gecas 1982; Rosenberg 1990; Rosenberg et.al 1995, (dalam Cast & Burke, 2002) self esteem secara keseluruhan menunjuk kepada evaluasi diri yang positif. Terdiri atas dua dimensi yaitu kemampuan dan keberhargaan (Gecas 1982; Gecas & Schwalbe 1983). Dimensi kemampuan ( bermakna berdasar pada self esteem) menunjuk pada tingkat dimana seseorang melihat dirinya sendiri sebagai sebagai seseorang yang memiliki kemampuan dan bermakna. Dimensi keberhargaan diri (berharga berdasar pada self esteem) menunjuk pada tingkat dimana individu merasa diri mereka sebagai seseorang yang bernilai. Menurut Ghufron, 2010 harga diri merupakan hasil penilaian yang dilakukannya dan perlakuan orang lain terhadap dirinya dan menunjukan sejauh mana individu memiliki rasa percaya diri serta mampu berhasil dan berguna. 33 Dalam menggambarkan self esteem Frey dan Carlock (1984), secara garis besar mengatakan bahwa self esteem terdapat dua pengertian yang saling berkesinambungan tentang self atau diri. Kedua orang ini mengatakan bahwa komponen self atau diri itu terdiri dari komponen kognisi dari diri mencakup hal-hal mengenai apa dan siapa dirinya, tentang tujuan dan cita-cita, kepercayaan, moral, dan nilai yang dianutnya. Sedangkan komponen afeksi dari diri adalah semua yang termasuk dalam perasaan-perasaan tentang diri sendiri, baik yang positif ataupun yang negatif. Kesadaran tentang diri dan perasaan terhadap diri sendiri itu akan menimbulkan penilaian terhadap diri sendiri, baik positif maupun negatif. Sikap apakah mereka menerima atau menolak diri inilah yang menunjukan harga diri seseorang. Jika penilaian terhadap dirinya positif, dimana ia menerima diri atau memiliki penghargaan yang baik terhadap diri, maka individu tersebut memiliki self esteem yang tinggi. Self esteem adalah suatu konsep penting dan popular, baik dalam ilmu sosial maupun kehidupan sehari-hari. Branden (2007), menjelaskan bahwa tanpa dibekali self esteem yang sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi tentangan hidup maupun untuk merasakan berbagai kebahagiaan dalam hidupnya. Branden juga mengatakan bahwa self esteem mengandung nilai keberlangsungan hidup (survival value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini memungkinkan self esteem mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses kehidupan individu selanjutnya, maupun bagi perkembangan pribadi yang normal dan sehat. Sedikides 1993 (dalam Baron, 2003) menyatakan tiga kemungkinan motif dalam evaluasi diri. orang dapat mencari self-assesment (untuk memperoleh pengetahuan yang akurat tentang dirinya sendiri), self-enhancement (untuk 34 mendapatkan informasi positif tentang diri mereka sendiri) atau self-verification (untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah mereka ketahui tentang diri mereka sendiri. Motif mana yang paling aktif akan tergantung dari budaya dan kepribadian seseorang, serta situasi yang dihadapinya (Booson & Swann, 1999; Rudich & Valacher, 1999; Taylor, Neter, & Wayment, 1995). Memiliki self esteem yang tinggi berarti seorang individu menyukai dirinya sendiri. Evaluasi positif ini sebagian berdasarkan opini orang lain dan sebagian lagi berdasarkan dari pengalaman spesifik. Perbedaan budaya juga mempengaruhi apa yang penting bagi self esteem seseorang. Sebagai contoh, harmoni dalam hubungan interpersonal merupakan elemen yang penting dalam budaya kolektivis, sementara harga diri adalah hal yang penting bagi budaya individualis (Kwan, Bond, & Singelis, 1997). Menurut Longmore & DeMaris, 1997; Pearlin & Scholer, 1978; Spencer, Josephs, & Steele, 1993; Thoits, 1994 (Dalam Cast dan Burke, 2002) bahwa penelitian terhadap self esteem secara umum meneruskan asumsi awal salah satu dari tiga konsep, dan tiap konsep hampir diperlakukan sebagai konsep yang dapat berdiri sendiri dari yang lainnya. Konsep-konsep tersebut yakni : • Pertama, self esteem diselidiki sebagai suatu hasil. Para sarjana mengambil pendekatan yang memfokuskan self esteem pada proses yang menghasilkan atau pencegahan, seperti (Coopersmith, 1967; Harter, 1993; Peterson & Rollins, 1987; Rosenberg, 1989). Self esteem dipandang sebagai suatu hasil, dasar dari motivasi adalah “tujuan” yang sesuai dengan makna diri yang memainkan peranan penting dalam pencapaian prestasi dan tujuan diri. Misalnya James (1950) menyatakan bahwa self esteem merupakan perbandingan antara kesuksesan dengan keinginan diri, yang memainkan peranan penting 35 antara penyempurnaan diri dengan tujuan seseorang. Hal ini berkaitan dengan persepsi diri mengenai kesuksesan, dan standar tujuan seseorang. • Kedua, self esteem diselidiki sebagai suatu motif diri, tidak ada kecendrungan seseorang untuk bertindak dalam memelihara atau meningkatkan penilaian positif diri (Kaplan, 1975; Tesser, 1988). Self esteem sebagai perlindungan diri, ketika seseorang ingin membuktikan diri mereka, perasaan akan kompetensi dan keberhargaaan akan meningkat, dengan begitu akan ada gangguan-gangguan emosi negatif selama proses pembuktian diri ini terjadi. Emosi negatif terebut dapat berbentuk depresi dan kecemasan (Burke 1991;, 1996 Higgins 1989). Seseorang harus memiliki sesuatu yang dapat mendukung mereka ketika periode ini terjadi agar tidak terjadi penumpukan yang berlebihan. Self esteem dapat menjadi sumber tersebut yang berfungsi mengatur hubungan sosial individu. • Terakhir, self esteem diselidiki sebagai penahan (tenaga) diri yang menyediakan perlindungan diri terhadap pengalaman yang berbahaya atau menyakitkan. Self esteem sebagai motif diri, motif diri memberikan suatu standard an petunjuk dalam berprilaku. Self esteem sebagai motif diri yang menyatakan usaha individu untuk mengatur atau meningkatkan self esteem mereka pada berbagai tingkatan yang diinginkan (e.g., Kaplan 1975; Rosenberg 1979; Tesser 1988). 36 2.2.2 Pembentukan Self esteem Menurut Bradshaw (dalam Ghufron 2010) proses pembentukan Self esteem telah dimulai sejak bayi merasakan tepukan pertama kali yang diterima orang mengenai kelahirannya. Darajat (1980) menyebutkan bahwa Self esteem sudah terbentuk pada masa kanak-kanak sehingga seorang anak sangat perlu mendapatkan rasa penghargaan dari orang tuanya. Proses selanjutnya, Self esteem dibentuk melalui perlakuan yang diterima individu dari orang lingkungannya. Seperti dimanja dan diperhatikan orang tua dan orang lain. Dengan demikian harga diri bukan merupakan faktor yang bersifat bawaan, melainkan faktor yang dapat dipelajari dan terbentuknya sepanjang pengalaman individu. Mukhlis (dalam Ghufron 2010) mengatakan bahwa pembentukan Self esteem pada individu dimulai sejak individu mempunyai pengalaman dan interaksi sosial, yang sebelumnya didahului dengan kemampuan mengadakan persepsi. Olok-olok, hukuman, perintah, dan larangan yang berlebihan aakan membuat anak merasa tidak dihargai. Sedangkan, Coopersmith (1967) mengatakan bahwa pola asuh otoriter dan permisif akan mengakibatkan anak mempunyai harga diri yang rendah. Sementara itu, pola asuh authoritarian akan membuat anak mempunyai harga diri yang tinggi. Senada dengan pendapat Klass dan Hodge (1978) yang mengemukakan bahwa Self Esteem adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan penghargaan, dan perlakuan orang lain terhadap individu tersebut. Pada saat melakukan evaluasi diri, individu akan melihat dan menyadari konsep-konsep dasar dirinya yang menyangkut pikiran-pikiran, pendapat, kesadaran mengenai siapa dan bagaimana dirinya, serta kemampuan membandingkan keadaan diri saat itu dengan bayangan diri ideal yang berkembang dalam pikirannya. Self esteem yang dimiliki 37 masing-masing individu bervariasi, ada yang rendah dan ada yang tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan mekanisme pembentukan Self esteem. Menurut Coopersmith seperti yang dikutip dalam Ghufron (2010) bahwa pembentukan Self esteem dipengaruhi beberapa faktor yaitu : 1. Keberartian individu Keberartian diri menyangkut seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, dan berharga menurut standard an nilai pribadi. Penghargaan inilah yang dimaksud dengan keberartian diri. 2. Keberhasilan seseorang Keberhasilan yang berpengaruh terhadap pembentukan harga diri adalah keberhasilan yang berhubungan dengan kekuatan atau kemampuan individu dalam mempengaruhi dan mengendalikan diri sendiri maupun orang lain. 3. Kekuatan individu Kekuatan individu terhadap aturan-aturan, norma, dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat. Maka, semakin besar kemampuan individu untuk dapat dianggap sebaagai panutan masyarakat. Oleh sebab itu, semakin tinggi pula penerimaan masyarakat terhadap individu bersangkutan. Hal ini mendorong harga diri tinggi. 4. Performasi individu yang sesuai dalam mencapai prestasi yang diharapkan Apabila individu mengalami kegagalan, maka harga dirinya akan menjadi rendah. Sebaliknya apabila performansi seseorang sesuai dengan tuntutan dan harapan, maka akan mendorong pembentukan harga diri yang tinggi. 38 2.2.3 Aspek-Aspek Self Esteem Menurut Minchinton (1993) Self esteem bukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan prilaku. Minchiton menjabarkan tiga aspek self esteem, yaitu perasaan mengenai diri sendiri, perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain. 1.Perasaan mengenai diri sendiri Seseorang haruslah menerima dirinya secara penuh, apa adanya. Mampu menilai diri kita sendiri sebagai seorang manusia. Dengan begitu, perasaannya tentang dirinya sendiri tidak bergantung pada kondisi eksternal. Apapun yang terjadi kita dapat merasa nyaman dengan diri kita sendiri dan dapat menilai keunikan yang ada didalam diri kita tanpa menghiraukan karakter atau kemampuan yang kita punya atau tidak punya. Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi dapat menghormati dirinya dan memiliki keyakinan penuh bahwa diri kita adalah sesosok yang penting, dan apapun itu jika tidak berlaku bagi orang lain, setidaknya berlaku bagi diri kita sendiri. Selain itu juga dapat memaklumi dan memaafkan diri sendiri, atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ia miliki. Mereka yang memiliki harga diri yang tinggi juga mampu menghargai nilai personal mereka sebagai seorang individu, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. Mereka tidak akan merasa lebih baik ketika mereka dipuji atau merasa buruk ketika mereka di kritisi. Perasaan baik kita mengenai diri kita sendiri tidak bergantung pada kondisi luar. Seseorang dengan harga diri tinggi memegang kendali atas emosinya sendiri. Sebaliknya, keadaan yang buruk dapat mempengaruhi perasaan seseorang dengan 39 self esteem rendah, akibatnya suasana hatinya (mood) pun menurun. Setiap kali seseorang mengatakan sesuatu tentang dirinya, apakah dari pasangan, guru, pimpinan, orang tua, atau saudara kandung, ia akan menerima komentar tersebut begitu saja dan membiarkan pikiran orang ‘melumpuhkan’ kehidupannya. Kemudian, ia pun mulai mempercayai ucapan orang tersebut meskipun jauh di lubuk hati dan jiwanya, ia tahu itu tidak benar, pada akhirnya ia akan merasa cemburu, tidak bahagia, dan depresi. 2.Perasaan terhadap Hidup Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas sebagian hidup yang dijalaninya. Maksudnya, seseorang dengan self esteem tinggi akan menerima realita dengan lapang dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup ini (atau orang lain) atas segala masalah yang dihadapinya. Ia sadar bahwa semuanya itu terjadi dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena faktor eksternal. Karena itu, ia pun akan membangun harapan atau cita-cita secara realistis: sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perasaan seseorang terhadap hidup juga menentukan apakah ia akan menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus untuk mengembangkan diri. Selain itu, seseorang dengan self esteem tinggi juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada. Sebaliknya, ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. 3.Hubungan dengan Orang Lain Seseorang dengan toleransi dan penghargaan yang sama terhadap semua orang berarti memiliki self esteem yang bagus. Ia percaya bahwa setiap orang, termasuk dirinya, mempunyai hak yang sama dan patut dihormati. Karena itu, seseorang 40 dengan self esteem tinggi mampu memandang hubungannya dengan orang lain secara lebih bijaksana. Saat seseorang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, ia pun akan menghormati orang lain sebagaimana adanya mereka. Ia tidak akan memaksakan kehendak atau nilai-nilai kepada orang lain karena ia tidak membutuhkan penerimaan dari orang tersebut agar ia merasa berharga. Mereka memiliki pemikiran yang masuk akal, dapat menerima kekurangan orang lain, berwatak tenang, fleksibel, dan bertanggung jawab dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Memandang tiap orang secara sama dan dapat menghormati orang lain tanpa pandang bulu. 2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Esteem Ghufron (2010) menyatakan harga diri (Self esteem) dalam perkembangannya terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan pengertian orang lain terhadap dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal seperti jenis kelamin, intelegensi, kondisi fisik individu dan faktor eksternal seperti lingkungan sosial, sekolah, dan keluarga. Beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri antara lain : 1. Faktor jenis kelamin Menurut Ancok dkk, (1988) wanita selalu merasa harga dirinya lebih rendah daripada pria seperti perasaan kurang mampu, kepercayaan diri yang kurang mampu, atau meraasa harus dilindungi. Hal ini mungkin terjadi kkarena peran orang tua dan harapaan-harapan masyarakat yang berbeda-beda baik pada pria maupun pada wanita. Pendapat tersebut sama 41 dengan penelitian dari Coopersmith (1967) yang membuktikan bahwa harga diri wanita lebih rendah daripada harga diri pria. 2. Inteligensi Intelegensi sebagai gambaran lengkap kapasitas fungsional individu sangat erat berkaitan dengan prestasi karena pengukuran intelegensi selalu berdasarkaan kemampuan akademis. Menurut, Coopersmith (1967) individu dengan harga diri yang tinggi akan mencapai prestasi akademik yang tinggi daripada individu dengan harga diri yang rendah. Selanjutnya, dikatakan individu dengan harga diri yang tinggi memiliki skor intelegensi yang lebih baik, taraf aspirasi yang lebih baik, dan selalu berusaha keras. 3. Kondisi Fisik Coopersmith (1967) menemukan adanya hubungan yang konsisten antara daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri. individu dengan kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik. 4. Lingkungan Keluarga Peran keluarga sangat menentukan bagi perkembangan harga diri anak. Dalam keluarga, seorang anak untuk pertama kalinya mengenal orang tua yang mendidik dan membesarkankannya serta sebagai dasar untuk bersosialisasi dalam lingkungan yang lebih besar. Keluarga harus menemukan suatu kondisi dasar untuk mencapai perkembangan harga diri anak yang baik. Coopersmith (1967) berpendapat bahwa perlakuan adil, pemberian kesempatan untuk aktif, dan mendidik yang demokratis akan membuat anak mendapat harga diri yang tinggi. Berkenaan dengan hal tersebut Savary (1994) sependapat bahwa keluarga berperan dalam 42 menentukan perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga. 5. Lingkungan Sosial Klass dan Hodge (1978) berpendapat bahwa pembentukan harga diri dimulai d ari seseorang yang menyadari dirinya berharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari proses lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain kepadanya. Sementara menurut Coopersmith (1967) ada beberapa ubahan dalam harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kesuksesan, nilai, aspirasi, dan mekanisme pertahanan diri. kesuksesan tersebut dapat timbul melalui pengalaman dalam lingkungan, kesuksesan dalam bidang tertentu, kompetisi dan nilai kebaikan. Selanjutnya, Branden (1981) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri dalam lingkungan pekerjaan adalah sejumlah dimensi pekerjaan seperti kepuasan kerja, penghasilan, penghargaan orang lain, dan kenaikan jabatan atau pangkat. 2.2.4 Karakteristik Individu Berdasarkan Harga Diri (Self Esteem) yang dimiliki Minchinton (1993) menjelaskan sekurang-kurangnya terdapat beberapa karakteristik individu ditinjau dari tinggi rendahnya atau positif negatifnya self esteem, yaitu: a. Karakteristik individu dengan self esteem tinggi 1) Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi, ia akan memiliki ciri-ciri seperti: dapat menerima dan mengapresiasikan dirinya sendiri dalam kondisi apapun, merasa nyaman dengan keadaan 43 dirinya, berprasangka baik terhadap dirinya sendiri, jika tidak bagi orang lain, setidaknya bagi dirinya sendiri serta memiliki kontrol emosi yang baik dan terbebas dari perasaan yang tidak menyenangkan, kemarahan, ketakutan, kesedihan dan rasa bersalah. 2) Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi memiliki suatu keyakinan bahwa ia memiliki rasa bertanggung jawab dan merasa mampu mengontrol setiap bagian kehidupannya. 3) Tingginya self esteem dapat terlihat dari bagaimana cara seseorang dalam bentuk rasa penghormatan, toleransi, kerja sama dan saling memiliki antara satu dengan yang lain. 4) Seseorang dengan self esteem yang tinggi dapat merancang, merencanakan, dan merealisasikan segala sesuatu yang diharapkan atau menjadi tujuan hidupnya secara optimal. b. Karakteristik individu dengan self esteem yang rendah 1) Seseorang dengan self esteem yang rendah meyakini bahwa dirinya memiliki kemampuan instrinsik yang kecil, meragukan kemampuan dirinya, merasa bahwa keberhasilan yang diperolehnya merupakan sebuah prestasinya, selalu takut untuk mencoba segala sesuatu dan memiliki kontrol emosi yang buruk, merasa tidak bahagia, tertekan serta merasa bahwa dirinya tidak berarti atau sia-sia. 2) Seseorang dengan self esteem yang rendah merasa bahwa kehidupan ini berada di luar kontrol dan tanggung jawab dirinya dan berjalan begitu saja, terkadang merasa lemah dan merasa di bawah kontrol atau kendali orang lain. 44 3) Seseorang yang memiliki self esteem yang rendah tidak dapat merasakan arti pentingnya hubungan interpersonal, bersikap tidak toleran, kurang dapat bekerja sama, dan kurang rasa memiliki antara satu sama lainnya. 4) Seseorang dengan self esteem yang rendah juga kurang dapat merancang, merencanakan, dan merealisasikan segala sesuatu yang diharapkan atau menjadi tujuan hidupnya secara optimal. Menurut Minchinton (1995) Individu dengan self esteem yang tinggi akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan mereka, karena mereka dapat mengekspresikan diri dengan baik dalam lingkungan dimana mereka berada. Lain halnya dengan individu yang memiliki self esteem rendah, mereka dikatakan kurang dapat mengekspresikan diri dengan baik dan sangat tergantung dengan lingkungan mereka. Kebanyakan dari mereka merasa takut akan mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial dengan orang lain dalam lingkungan mereka karenanya secara pasif selalu mengikuti apa yang ada dalam lingkungan. Leary, Schreindorfer, & Haupu, 1995 (dalam Baron, 2003) memiliki self esteem yang tinggi berarti seseorang menyukai dirinya. Dalam banyak hal, self esteem yang tinggi memiliki akibat yang positif pula, sebaliknya self esteem yang rendah memiliki pengaruh negatif dalam diri, misalnya, evaluasi diri negatif menyebabkan kurangnya kemampuan sosial seseorang (Olmsted et al., 1991), rasa kesepian (McWhirter, 1997), depresi (Jex, Cvetanovski, & Allen, 1994), dan prestasi yang buruk yang diikuti dengan kegagalan (Tafordi & Vu, 1997). Dalam Byrne 2003, siswa yang dengan tidak realistik positif dengan kemampuan mereka, memperoleh nilai lebih tinggi dibanding siswa yang realistik atau tidak realistik negatif. 45 Menurut Dodgson & Wood, 1998 (dalam Baron, 2003) mereka dengan self esteem yang tinggi dapat mengingat kejadian yang menyenangkan lebih akurat yang nantinya dapat membantu mereka dalam menghasilkan evaluasi diri positif. Sebaliknya mereka dengan self esteem yang rendah mengingat kejadian yang tidak menyenangkan lebih akurat, dengan begitu akan menghasilkan evaluasi diri negatif pula (Story, 1998). Dalam hal yang sama, mereka dengan self esteem yang rendah akan fokus pada kelemahan mereka ketika merekan mengalami kegagalan, sedangkan mereka dengan self esteem yang tinggi akan fokus pada kekuatan mereka ketika mengalami kegagalan. Branden, (1987) mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki harga diri tinggi yaitu : 1. Mampu menanggulangi kesengsaraan dan kemalangan hidup, lebih tabah dan ulet, lebih mampu melawan suatu kekalahan, kegagalan, dan keputuasaan. 2. Cenderung lebih berambisi 3. Memiliki kemungkinan untuk lebih kreatif dalam pekerjaan dan sebagai sarana untuk menjadi lebih berhasil 4. Memiliki kemungkinan lebih dalam dan besar dalam membina hubungan interpersonal (tampak) dan tampak gembira dalam menghadapi realitas. Berne dan Savary (1994) menyebutkan bahwa orang yang memiliki harga diri yang sehat adalah orang yang mengenal dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya, merasa tidak malu atas keterbatasan yang dimiliki, memandang keterbatasan sebagai suatu realitas, dan menjadikan keterbatasan itu sebagai tantangan untuk berkembang. Ia juga menyebutkan bahwa harga diri yang sehat adalah kemampuan untuk melihat diri sendiri berharga, berkemampuan, penuh kasih sayang 46 yang memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga dalam hubungannya dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang merasa rendah diri, memiliki gambaran negatif pada diri, sedikit mengenal dirinya sehingga menghalangi kemampuan untuk menjalin hubungan, merasa tidak terancam, dan berhasil. Rasa rendah diri dan gambaran diri yang negative tercermin pada orang-orang yang rendah kemampuan sendiri. Frey dan Carlock (1984) mengemukakan bahwa individu dengan harga diri yang tinggi mempunyai ciri-ciri diantaranya mampu menghargai dan menghormati dirinya sendiri, cenderung tidak menjadi perfect, mengenali keterbatasannya, dan berharap untuk tumbuh. Sebaliknya, individu yang memiliki harga diri rendah mempunyai ciri-ciri cenderung menolak dirinya dan cenderung tidak puas. Menurut Ghufron (2010) bahwa harga diri dapat menimbulkan dampak pada diri seseorang dan lingkungannya. Individu dengaan harga diri yang tinggi cenderung membawa dampak yang positif. Tidak saja untuk dirinya, tetapi juga orang lain yang ada di lingkungannya. Sementara, individu dengan harga diri yang rendah cenderung menimbulkan dampak kurang menguntungkan bagi perkembangan potensinya. 2.4. Kerangka Berpikir Optimisme adalah keyakinan bahwa harapan mengenai sesuatu yang baik pasti akan terjadi. Self esteem adalah kemampuan seseorang untuk menilai dan memberi penghargaan atas dirinya sendiri. Pada mahasiswa yang dinilai telah memiliki kematangan dalam berpikir dan mengambil keputusan mengenai kesuksesan karir masa depan diharapkan memiliki self esteem yang tinggi yang dapat mempengaruhi optimisme seseorang dalam meraih kesuksesan karir masa depan. Karena optimisme 47 dianggap sebagai kunci utama dalam memotivasi untuk mengembangkan tujuan dan harapan karir masa depan. Dari beberapa penelitian yang telah ada orang yang self esteem-nya rendah adalah orang yang pesimis dan cenderung ragu-ragu terhadap karir masa depannya. Sebaliknya pada mereka yang memiliki self esteem yang tinggi adalah mereka yang optimis terhadap kesuksesan karir masa depannya. Dalam Seligman (2008), Pada tahun 1990, badan pembuat undang-undang di California mensponsori agar penghargaan diri (self esteem) diajarkan disekolah-sekolah dengan tujuan menjadi “vaksin” untuk melawan penyakit-penyakit sosial seperti kecanduan obat terlarang, keinginan bunuh diri, menggunakan kekayaan, kehamilan pada remaja, serta depresi (menurut kajian Menuju Negara yang Bermartabat, 1990), dan melihat beberapa bukti bahwa anak-anak muda yang penghargaan dirinya tinggi menyebabkan tingkat keberhasilan akademisnya lebih baik, semakin populer, rendahnya kehamilan pada remaja, rendahnya ketergantungan pada kesejahteraan, seperti yang dilaporkan oleh berita di California. Seperti yang dinyatakan dalam teori Seligman (2008), bahwa teori gaya penjelasan untuk sukses mengatakan bahwa untuk memilih orang-orang yang akan berhasil dalam suatu pekerjaan yang menantang, seseorang harus memilihnya berdasarkan tiga faktor berikut ; bakat, motivasi, dan optimisme, ketiga faktor inilah yang menentukan kesuksesan. Maka seorang mahasiswa yang menginginkan kesuksesan dibidang karirnya kelak harus memiliki optimisme dalam dirinya, bahwa ia mampu dan memiliki kualitas yang layak untuk sukses di bidang karirnya. Hal itu juga menunjukkan bahwa optimis merupakan bagian aspek diri manusia yang penting bagi seseorang dalam menjalani kehidupan. 48 Dikatakan juga oleh Seligman (2008) bahwa optimisme menyebabkan seseorang menilai lebih baik dan pesimisme membuat seseorang menilai lebih buruk. Menilai dengan baik membuat seseorang menjadi optimis dan menilai dengan buruk membuat orang menjadi pesimis. Berdasarkan teori dari Seligman tersebut disini penulis berasumsi bahwa hal tersebut menjelaskan bagaimana seseorang yang menilai dirinya dengan baik atau positif akan membuatnya menjadi optimis. Kemampuan dalam menilai diri ini adalah bagaimana seseorang memberi penghargaan atas dirinya sendiri, apakah evaluasi terhadap diri dinilai sebagai sesuatu yang positif atau negatif yang nantinya dapat membuatnya menjadi optimis atau malah sebaliknya pesimis. Sedangkan seseorang yang dapat menilai dirinya secara positif diasumsikan memiliki pemikiran yang lebih optimis dibandingkan seseorang yang menilai dirinya secara negatif. Asumsi penulis tersebut dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini : Tinggi Self Esteem Rendah Optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa yang tinggi Optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa yang rendah 2.4. Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir masa depan. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara hubungan self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir masa depan. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena dalam pengolahan data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang telah baku dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode penelitian ini adalah penelitian korelatif. Karena bertujuan untuk mencari apakah ada hubungan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. Menurut Sevilla (1993) penelitian korelasi dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Melalui penelitian tersebut dapat memastikan berapa besar yang disebabkan oleh satu variabel dalam hubungan dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain. Pengukuran korelasi ini digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan. Penelitian korelasi tidak memerlukan sampel yang besar. Diasumsikan jika ada pertalian maka akan merupakan bukti bahwa sampel yang digunakan adalah mewakili populasi yang kita selidiki dan instrumen yang digunakan dapat dipercaya dan shahih. 3.2. Variabel-variabel Penelitian 3.2.1 Definisi Variable Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai, menurut Kerlinger (2000), variable adalah symbol atau lambang yang padanya kita letakkan bilangan atau nilai. 50 Variabel dibagi atas dua macam, yaitu variable bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini yang menjadi kedua variabel tersebut adalah: 1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Dependent variable dalam penelitian ini adalah Optimisme. • Definisi Konseptual dari optimisme adalah menurut Seligman (1995), keadaan selalu berpengharapan baik. Bersikap menguatkan diri dengan kalimat-kalimat positif kepada dirinya sendiri. Tetapi makna optimisme sebetulnya lebih dalam dari itu. Dasar dari optimisme adalah bagaimana cara berpikir seseorang ketika menghadapi suatu masalah. Optimis adalah adalah keyakinan dan kepercayaan individu terhadap terwujudnya harapan akan sesuatu yang baik terjadi di masa depan. Optimisme adalah cara seseorang memandang positif akan segala hal yang terjadi pada dirinya. y Definisi operasional dari optimisme Optimis adalah sikap menguatkan diri dengan kalimat-kalimat positif kepada dirinya sendiri yang diukur menggunakan skor yang diperoleh dari pengukuran terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam optimis, dengan menggunakan skala optimisme. Adapun aspek-aspek dalam optimis adalah ; permanence, pervasiveness, dan personalization. Dimensi permanence terdiri dari dua hal yakni permanent dan temporary, dimana permanent yaitu percaya bahwa penyebab-penyebab yang baik bersifat menetap dan temporary percaya penyebab-penyebab buruk 51 bersifat sementara. Dimensi pervasiveness terdiri dari dua hal yaitu specific dan universal, dimana specific adalah memberikan penjelasan yang spesifik ketika menghadapi peristiwa buruk dan dapat menciptakan ketidakberdayaan hanya pada daerah yang tertimpa masalah saja. Sedangkan universal adalah memberikan penjelasan yang umum dalam menghadapi suatu peristiwa baik dan menciptakan ketidakberdayaan pada berbagai situasi. Dimensi yang terakhir personalization yang juga terdiri dari dua hal yaitu internal dan eksternal. Internal adalah meyakini suatu peristiwa disebabkan oleh faktor dari dalam diri dan eksternal yang meyakini suatu peristiwa disebabkan oleh faktor dari luar diri Cara mengukur dependen variabel yaitu: subjek diberikan pernyataan seputar optimisme dalam meraih kesuksesan karir masa depan. Seperti, keyakinan mereka dalam mencapai kesuksesan, apakah mereka memiliki visi dan misi untuk masa depan, apakah mereka telah melakukan tindakan konkret dari tujuan mereka dsb. Kemudian subjek memberi ceklis pada pernyataan yang telah tersedia. ƒ Variabel Bebas (Independent Variable) Independent Variable dalam penelitian ini adalah Self Esteem y Definisi konseptual dari self esteem Menurut Minchinton (1995) self esteem adalah penilaian terhadap diri sendiri. Merupakan tolak ukur harga diri kita sebagai seorang manusia, berdasarkan pada kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri atau tidak. Dapat juga dideskripsikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan 52 mengenai diri yang berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri kita sebenarnya. y Definisi operasional dari self esteem Adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri baik secara positif maupun negatif, keyakinan individu mengenai dirinya berguna atau tidak dalam kehidupannya. Evaluasi ini mencakup hal-hal mengenai perasaan terhadap diri sendiri, perasaan terhadap hidup dan hubungan dengan orang lain. Perasaan terhadap diri sendiri adalah mengenai penerimaan dirinya secara penuh dan tanpa syarat dan menghargai dirinya sendiri sebagai seorang manusia yang utuh, menghormati dirinya sendiri dengan meyakini bahwa dirinya adalah seorang yang penting dan berharga dan mampu memafkan segala kekurangan dirinya, tidak mudah terpengaruh pendapat ekstenal mengenai dirinya karena ia menghargai dirinya sebagai seseorang yang bernilai, serta mampu mengontrol emosinya sendiri. Perasaan terhadap hidup adalah mengenai mereka mampu menerima tanggung jawab dan mengontrol atas sebagian hidup yang dijalaninya dengan cara mampu menerima kenyataan tanpa menyalahkan orang lain atas masalah yang dialaminya dan dapat mempertanggungjawabkan segala yang kita lakukan yang terjadi atas pilihan kita sendiri, kemudian menjalani hidup tanpa dikendalikan oleh lingkungan atau bahkan mencoba mengendalikan lingkungan tetapi mampu mengendallikan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan. Hubungan dengan orang lain adalah mengenai mampu bertoleransi dan menghormati setiap orang, dengan cara meyakini bahwa mereka memiliki hak yang sama seperti yang diharapkan pada diri sendiri yaitu merasa nyaman 53 dengan diri sendiri tanpa memaksakan kehendak pada orang lain dan dapat menghargai hak orang lain dengan pilihannya, memandang orang lain secara sama tanpa membeda-bedakan dan memiliki toleransi terhadap orang lain. Dimana ke semua aspek tersebut diukur berdasarkan skor skala self esteem. 3.3. Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi dan Sampel Kerlinger (dalam Sevilla, 1993) menyatakan bahwa populasi sebagai keseluruhan anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Gay (1976) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester tujuah ke atas. Jumlah populasi mahasiswa fakultas psikologi dari angkatan tahun 2001 hingga 2006 sendiri kurang lebih mencapai 514 mahasiswa, yang terdiri dari : a. Angkatan 2001 sebanyak 69 mahasiswa b. Angkatan 2002 sebanyak 83 mahasiswa c. Angkatan 2003 sebanyak 48 mahasiswa d. Angkatan 2004 sebanyak 59 mahasiswa e. Angkatan 2005 sebanyak 89 mahasiswa f. Angkatan 2006 sebanyak 166 mahasiswa Sumber : Akademik fakultas psikologi UIN Jakarta 2010. Dalam Sevilla (1993) Sampel adalah sekelompok kecil yang kita amati. Menurut Ferguson (1976) sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi, atau porsi dari suatu populasi. Seperti yang dikatakan Sevilla pengambilan sampel penelitian (sampling) tidak dapat dihindari untuk 54 mempertimbangkan waktu, biaya, dan tenaga, sehingga tidak melakukan studi pada semua anggota populasi. Akan tetapi sepanjang sampel yang digunakan porsinya cukup mewakili populasi, maka dapat menggeneralisasikannya dan yakin bahwa generalisasi yang diambil dapat menggambarkan populasi, sehingga penemuan dan kesimpulan yang diperoleh dari sampling tersebut adalah sah atau valid. Dalam Sevilla (1993) untuk menentukan ukuran sampel pada populasi, penelitian ini mengacu pada rumus Slovin (1960) dengan batas kesalahan 10% dari populasi yang berjumlah 514 mahasiswa maka ukuran sampel yang diperoleh adalah 83. Gay (1976) menetapkan ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan tipe penelitian, dimana pada peneltian korelasi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 30 subyek. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dari jumlah populasi sebesar 514 mahasiswa. Karena itu peneliti menganggap sampel yang digunakan telah cukup mewakili populasi yang ada. 3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan non random sampling yaitu menggunakan Accidental sampling dimana tidak semua anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Dalam Kerlinger (1973) sampling accidental adalah menggunakan sampel apa saja yang telah tersedia, misalnya seperti dalam penelitian ini peneliti memperoleh sampel mahasiswa yang berada di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa semester atas Fakultas Psikologi yang telah mendapatkan mata kuliah peminatan, sehinggga dianggap memiliki orientasi karir yang lebih jelas mengenai kesuksesan dibidang 55 karir tersebut. Berhubung penelitian ini dilakukan secara non probability sampling, maka tidak semua individu pada Fakultas Psikologi terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini. Atas dasar itulah dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel seketemunya yang tentunya sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan dengan ciri-ciri tertentu. Pertimbangan lain dari peneliti untuk menggunakan teknik accidental karena dalam sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini memerlukan ciri-ciri yang sesuai dengan penelitian, dan juga karena penelitian ini dilaksanakan ketika liburan semester, sehingga peneliti merasa kesulitan dalam mendapatkan sampel yang sesuai. Adapun karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah : • Mahasiswa semester 7 ke atas, yaitu mahasiswa angkatan 2001 hingga 2006 yang pernah mendapatkan mata kuliah peminatan di bidang psikologi karena dianggap telah memiliki pandangan yang lebih jelas mengenai kesuksesan pada bidang karir yang ditekuninya. • Berusia antara 20 hingga 25 tahun. 3.4. Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari responden. Skala yang digunakan bersifat langsung dan tertutup. Dengan item pernyataan yang mendukung indikator (Favorable), dan pernyataan yang tidak mendukung indikator (Unfavorable). Dalam merespon item tersebut subjek diminta untuk memilih jawaban yang paling mewakili dirinya, dengan cara memilih sistem kategori yang merentang dari “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”. Penskoran 56 untuk pernyataan positif dilakukan dengan memberi skor tertinggi pada pilihan “sangat setuju” yakni 4 dan terendah pada pilihan “sangat tidak setuju” yakni 1. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif pemberian skor tertingggi pada pilihan “sangat tidak setuju” yakni 4, dan terendah pada pilihan “sangat setuju” yakni 1. Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga bagian, yaitu : a) Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian, kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima kasih peneliti. b) Bagian inti, berisi dua alat ukur yakni alat ukur optimisme yang meliputi tiga dimensi yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization; alat ukur self esteem yaitu perasaan tentang diri sendiri, perasaan terhadap hidup, dan hubungan dengan orang lain. c) Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti nama, usia, jenis kelamin, dan semester untuk melengkapi data penelitian. Data kontrol ini berisi pernyataan terbuka. 3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen data adalah alat atau fasilitas yang di gunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik . Variasi jenis instrument adalah angket, check-list atau daftar centrang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan (Arikunto 2006). Dalam penelitian ini, instrumen data yang digunakan adalah angket yang terdiri dari pernyataan-pernyataan atau skala. Skala yang akan dipergunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu skala Self Esteem dan skala Optimisme dalam meraih kesuksesan karir. 57 3.5 Uji Instrument Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen self esteem dan optimisme dalam menghadapi kesuksesan karir masa depan yang terdiri dari 172 item. Uji instrumen diberikan kepada 65 sampel dimana 15 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah jakarta dan 50 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Adapun tujuan dari pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan dengan maksud : 1. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam menyelesaikan pengisian instrumen 2. mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item yang diberikan 3. mengetahui validitas instrumen dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total 4. mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut Setelah dilakukan uji instrumen penelitian pada tanggal 8 Agustus 2010, maka dilakukan tes validitas dan reliabelitas pada kedua skala yang digunakan. Adapun metode yang digunakan untuk melihat validitas dan reliabilitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya. Untuk menguji validitas item dilakukan dengan menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dengan melihat dari nilai Corrected Item Total Correlation. Validitas 58 berkenaan dengan keterkaitan data yang diperoleh dengan sifat variable yang diteliti (Sevilla, 2006). Untuk menguji validitas skala, penulis menggunakan rumus product moment Pearson, dengan menggunakan r sebesar 0,3 pada taraf signifikasi. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukan oleh instrument pengukuran (Sevilla, 2006). Untuk melihat reliabilitas masing-masing item pada setiap butir maka peneliti melihat reliabilitas tersebut dengan menggunakan Alpha Cronbanch. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria reliabilitas, dalam penelitian ini penulis mengacu pada kaidah reliabilitas yang disusun oleh Guilford (dalam Kuncono, 2000) sebagai berikut : Tabel 3.1 Kaidah Reliabilitas Guilford Kriteria Koefisien Reliabilitas Sangat Reliabel >0,9 Reliabel 0,7 – 0,9 Cukup Reliabel 0,4 – 0,7 Kurang Reliabel 0,2 – 0,4 Tidak Reliabel <0,2 Pada skala self esteem diperoleh hasil koefisien reliabilitasnya sebesar 0,917 yang berarti menempati kriteria yang sangat reliabel. Sedangkan pada skala optimisme terhadap kesuksesan karir masa depan diperoleh hasil koefisien reliabelitas 59 sebesar 0,837 yang berarti menempati kriteria reliabel. Sebagaimana dalam Azwar (2005) semakin tinggi koefisien reliabelitas mendekati 1.00 berarti semakin tinggi tingkat reliabelitasnya. Peneliti juga melakukan uji reabilitas kembali setelah melakukan penyisihan item pada skala penelitian dan diperoleh angka reliabilitasnya yakni sebesar 0,919 pada skala optimisme dan yang dalam hal ini masih menempati kriteria sangat reliabel dan 0,912 pada skala self esteem yang juga menempati kriteria sangat reliabel. A. Optimisme Meraih Kesuksesan Karir Mahasiswa Sedangkan untuk pengukuran optimisme akan menggunakan skala yang di susun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi dari optimisme yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization. Beberapa item dari optimisme diadaptasi dari buku Seligman, Learned Optimism. Tabel 3.2 Blue Print Skala Optimisme dalam Meraih Kesuksesan Karir Masa Depan (try out) No 1 Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Percaya penyebab 14*, 28, 51*^, 15*, 60*, 63, 12 baik bersifat 54*, 55*, 56*^ 66*^, 67*, 72*^ Percaya penyebab 57, 58, 59*, 16*, 29, 64, 65 9 buruk bersifat 61*, 69* 6*, 8, 23, 40, 12 Permanent : a. permanence menetap b. temporary sementara 2 Pervasiveness : a. universal - Memberikan 1, 3*, 4*, 31*, 60 penjelasan yang 36*^, 62*^ 68*, 77 umum dalam menghadapi suatu peristiwa yang baik - Menciptakan 5, 7, 22, 41, 42 21, 43, 44, 80 9 - Memberikan 2*, 20, 32, 24, 37*, 39*, 10 penjelasan yang 35*, 45 46*, 74* - Menciptakan 19*, 26*, 33*, 18*, 25*, 79*^, ketidakberdayaan 38*^, 47 70, 71* Meyakini suatu 9*, 10, 17, 11*, 13*^, 34*, peristiwa 30*, 48* 73* Meyakini 12, 49, 52, 75, 27, 50, 53*, 78* kejadian/peristiw 76 ketidakberdayaan pada berbagai situasi b. spesifik spesifik ketika menghadapi suatu peristiwa buruk. 10 pada daerah yang tertimpa masalah saja 3 Personalization : a. internal 9 disebabkan oleh faktor dalam diri b. eksternal 9 a disebabkan oleh faktor dari luar. Jumlah * = item yang valid ^ = perampingan item sehingga beberapa item valid tidak dipakai pada penelitian 80 61 Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 13.00 dari jumlah item sebanyak 80 item diperoleh data sebanyak 36 item yang tidak valid dan 44 item yang valid dengan jumlah N sebanyak 65 sampel. Peneliti juga melakukan penyisihan item dengan perampingan item yang valid sebanyak 7 item dengan tujuan memudahkan penelitian, maka diperoleh item-item sebagai berikut yang akan digunakan dalam penelitian. Tabel 3.3 Blue Print Skala Optimisme dalam Meraih Kesuksesan Karir Masa Depan (penelitian) No 1 Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Permanent : a. permanence Percaya penyebab 14, 54, 55 15, 60, 67 6 16 4 baik bersifat menetap b. temporary Percaya penyebab 59, 61, 69 buruk bersifat sementara 2 Pervasiveness : a. universal - Memberikan 3, 4, 31, 36, 62 6, 68 7 - - - 2, 35 37, 39, 46, 74 6 penjelasan yang umum dalam menghadapi suatu peristiwa yang baik - Menciptakan ketidakberdayaan pada berbagai situasi b. spesifik - Memberikan penjelasan yang 62 spesifik ketika menghadapi suatu peristiwa buruk. - Menciptakan 19, 26, 33 18, 25, 71 6 9, 30, 48 11, 34, 73 6 - 53, 78 2 ketidakberdayaan pada daerah yang tertimpa masalah saja 3 Personalization : B. internal Meyakini suatu peristiwa disebabkan oleh faktor dalam diri B. eksternal Meyakini kejadian/peristiw a disebabkan oleh faktor dari luar. Jumlah 37 B. Self Esteem Skala self esteem disusun dan dikembangkan oleh penulis berdasarkan teori dari Minchinton yang meliputi tiga faktor yakni : perasaan mengenai diri sendiri, perasaan terhadap hidup dan hubungan dengan orang lain. Beberapa item Self esteem diadaptasi dari buku Minchinton Maximum Self esteem dan Marilyn J Sorensen Phd clinical (2005). Tabel 3.4 Blue Print Skala Self Esteem (try out) No 1 Dimensi Perasaan mengenai Indikator a. menerima diri sendiri Favorabel Unvaforabel 1*, 5, 6*, 3, 11*, 20*, 8*^, 53*, 44*^, 62* Jumlah 11 63 diri sendiri 89* b. menghormati 2*^, 10, 12*, 14*, diri sendiri 15*^, 16*, 22, 43, dengan 21*, 24, 54 memaafkan 63, 65*^ 13 kekurangan diri c. menghargai 4, 13, 17, 50*, 57*, diri dengan 23, 25*, 64, 69, 90*, tidak 55, 66* 91, 42, 68 13 terpengaruh pihak eksternal d. mengendalikan 18*, 19, emosi sendiri 32, 45*, 9*, 56*, 80, 12 92* 67*, 79, 82*^ 2 Perasaan a. menerima terhadap kenyataan 33*, 41*, 31, 47, 49*, 58*^, 52*, 86, 88* 13 59*, hidup 78*^, 83, 85*^ b. memegang 3 Hubungan dengan 30, 39, 26*, 34*, kendali atas 51, 72, 60*, 77*^, hidupnya 76, 81*, 84*^ sendiri 87* a. menghargai orang lain orang lain 29*, 37, 48*, 69, 46*, 74* 9 71 b. toleransi Jumlah 7, 27*, 12 36*, 40, 28*, 35*, terhadap orang 51, 61, 38, 70* lain 73*, 75 10 92 64 * = item yang valid ^ = perampingan item sehingga beberapa item valid tidak dipakai pada penelitian Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 13.00 dari jumlah item sebanyak 92 item diperoleh data sebanyak 37 item yang tidak valid dan 55 item yang valid dengan jumlah N sebanyak 65 sampel. Peneliti juga melakukan penyisihan item dengan perampingan item yang valid sebanyak 11 item dengan tujuan memudahkan penelitian, maka diperoleh item-item sebagai berikut yang akan digunakan dalam penelitian. Tabel 3.5 Tabel Skala Self Esteem (Penelitian) No 1 Dimensi Perasaan mengenai diri sendiri Indikator a. menerima diri Favorabel Unvaforabel Jumlah 1,6, 89 11, 20, 62 6 2, 21, 65 12, 14, 16, 6 25, 66 50, 57, 90 5 9, 56, 92 6 sendiri b. menghormati diri sendiri dengan memaafkan kekurangan diri c. menghargai diri dengan tidak terpengaruh pihak eksternal d. mengendalikan 18, 67, 45 emosi sendiri 65 2 Perasaan a. menerima terhadap kenyataan 33, 41, 59 31, 47, 86 6 81,87 26, 34, 60 5 27, 48, 29, 46, 74 5 36, 73 28, 35, 70 5 hidup b. memegang kendali atas hidupnya sendiri 3 Hubungan a. menghargai dengan orang lain orang lain b. toleransi terhadap orang lain Jumlah 44 3.6. Prosedur Penelitian Secara umum penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap yaitu : a) Persiapan Penelitian 1. perumusan masalah 2. menentukan variabel penelitian 3. melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaaran dan landasan teoritis yang tepat 4. menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunaakan dalam penelitian ini yaitu skala self esteem dan skala optimisme kesuksesan masa depan 5. menentukan lokasi penelitian 66 6. melakukan uji coba try out b) Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2010. Tahap pengambilan data 1. menentukan sampel penelitian 2. memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan subjek untuk mengisi kuesioner penelitiaan 3. melaksanakan pengambilan data dengan memberikan kuesioner yang telah disiapkan kepada subjek penelitian c) Pengolahan Data 1. Penulis memberikan kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden 2. Menginput data yang diperoleh dan menghitung data tersebut dengan metode yang telah ditentukan 3. kemudian melakukan analisa data dengan metode statistika melalui program SPSS. d) Tahap pembahasan 1. Menginterpretasikan dan membahas hasil statistik berdasarkan teori. 67 2. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh dan dibahas berdasarkan data dan teori yang ada. 3.7 Teknik Analisis Data Analisa data diarahkan untuk mencari korelasi. Pada penelitian ini digunakan Koefisien Korelasi Pearson Product Moment sebagai analisa data yaitu kelompok sampel yang mencari korelasi dari dua variabel. Adapun rumus korelasi (r) adalah: n ∑ XY – (∑ X) (∑ Y) r= √ {n ∑ X² - (∑ X) ²}{n ∑ Y² - (∑ Y) ²} Keterangan : r = Koefisien Korelasi Pearson, X = Variabel bebas, Y = Variabel Terikat Sedangkan untuk mencari seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang di berikan Self esteem terhadap optimisme menggunakan uji linearitas yang dilakukan dengan menggunakan teknik komputer. 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian baik secara deskriptif maupun uji hipotesis. 4.1 Analisis Deskriptif Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor self esteem dan optimisme. Peneliti mendeskripsikan skor self esteem dan optimisme berdasarkan jenis kelamin dan usia. Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari 66 orang perempuan dan 34 orang laki-laki. Berikut adalah ringkasannya (tabel 4.1): Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Presentase % Perempuan 66 66 % Laki-laki 34 34 % Jumlah 100 100 % Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 100 orang sampel penelitian terdapat 34 orang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 34% . Sebanyak 66 orang atau 66 % berjenis kelamin perempuan. 69 Berdasarkan karateristik usia pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel dengan rentang usia dari 20 hingga 25 tahun dan diperoleh detil usia dari peneltian ini sebagai berikut : Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase 20 - 22 79 79 % 23 - 25 21 21 % Total 100 100 % Berdasarkan tabel diatas dari 100 sampel penelitian terdapat 5 orang berusia 20 tahun dengan presentase 5 %, 34 orang berusia 21 tahun dengan presentase 34 %, 40 orang berusia 22 tahun dengan presentase 40 %, sehingga di dapat rentang usia 2022 tahun sebanyak 79 %. Kemudian, 17 orang berusia 23 tahun dengan presentase 17 %, 4 orang berusia 25 tahun dengan presentase 4 %, dan tidak terdapat sampel yang berusia 24 tahun, dan di peroleh rentang usia 23-25 tahun sebanyak 21 %. 4.2 Uji Persyaratan 4.2.1. Kategorisasi Skor 1. Kategorisasi Skor skala Optimisme Peneliti menentukan kategorisasi skor optimisme meraih kesuksesan karir. Untuk memudahkan menghitung nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi, dan jumlah total (sum), menggunakan hitungan komputer dengan program 70 SPSS versi 13.00. Didapatkan hasil skor maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi, dan jumlah total (sum). Berikut tabelnya : Tabel 4.3 Nilai maksimum, Minimum, Rata-rata, Jumlah total (sum), dan Standar deviasi Optimisme Descriptive Statistics Optimisme Valid N (listwise) N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance 100 84.00 144.00 11327.00 113.2700 11.10633 123.351 100 Berdasarkan tabel diatas, didapatkan nilai minimum untuk skala optimisme sebesar 84.00, nilai maksimum sebesar 144.00, jumlah optimisme sebesar 11327.00, rata-rata (mean) optimisme sebesar 113.2700, dan standar deviasinya sebesar 11.10633. Peneliti menggolongkan sampel ke dalam tiga kategori tingkatan optimisme meraih kesuksesan karir yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Cara untuk mendapat skor optimisme yang dominan adalah pertama, mencari nilai rerata (mean/(M)) dan simpangan baku (standard deviation/(SD)). Nilai rerata dan simpangan baku tersebut kemudian dimasukkan ke dalam formula berikut (Azwar, 2003) dan menghasilkan sebaran kategori skor seperti terlihat pada tabel di bawah ini : 71 Tabel 4.4 Kategorisasi Optimis Kategori Tinggi Sedang Rentang Frekuensi % > 124 16 16 % 76 76 % 8 8% 100 100% > M + 1SD M - 1SD < X < M + 1SD 102 – 124 Rendah < M – 1SD < 102 Jumlah Cat: dilakukan pembulatan pada skor yang diperoleh Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor optimisme, seperti ditunjukkan dalam tabel di atas, diketahui bahwa 76% memiliki tingkat optimisme meraih kesuksesan karir yang tinggi, 16% memiliki tingkat optimisme yang sedang, dan 8% yang memiliki tingkat optimisme yang rendah. Untuk mengetahui perbedaan persentase kategorisasi tinggi, sedang, dan rendah optimisme antara laki-laki dan perempuan, peneliti melakukan perhitungan kembali dengan menemukan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasinya terlebih dahulu. Ditunjukkan seperti pada tabel berikut : Tabel 4.5 Tabel Optimis Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N OMD Presentase % Mean SD Perempuan 66 66 % 117.6364 11.25049 Laki-laki 34 34 % 113. 9118 11.59772 Jumlah 100 100 % 72 Berdasarkan tabel diatas dengan jumlah N 100 yang terdiri dari 66% perempuan dan 34% laki-laki diperoleh rata-rata (mean) perempuan sebesar 117.6364, dan standar deviasinya sebesar 11.25049. Rata-rata (mean) laki-laki sebesar 113.9118 dan standar deviasi laki-laki sebesar 11.59772. Tabel 4.6 Kategori Optimis pada Perempuan Kategori Rentang Frekuensi % > M + 1SD > 129 10 10 % Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 106 – 129 48 48 % Rendah < M – 1SD < 106 8 8% 66 66% Tinggi Jumlah Pada perempuan kategori optimis yang tinggi berada pada rentang >129 diperoleh angka 10% mahasiswa yang memiliki optimisme yang tinggi, 48% yang memiliki optimisme yang sedang dan 8% yang memiliki optimisme yang rendah dengan jumlah N perempuan sebanyak 66 orang. Tabel 4.7 Kategori Optimis pada Laki-laki Kategori Rentang Frekuensi % > M + 1SD > 126 3 3% Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 102 – 126 28 28 % Rendah < M – 1SD < 102 3 3% 34 34% Tinggi Jumlah Pada laki-laki kategori optimis yang tinggi berada pada rentang >126 diperoleh angka 3% mahasiswa yang memiliki optimisme yang tinggi, 28% yang 73 memiliki optimisme yang sedang dan 3% yang memiliki optimisme yang rendah dengan jumlah N laki-laki sebanyak 34 orang. 2. Kategorisasi Skor Skala Self Esteem Peneliti menentukan kategorisasi self esteem untuk memudahkan menghitung nilai maksimum, minimum, rata-rata. Standar deviasi, dan jumlah total (sum), menggunakan hitungan computer dengan program SPSS versi 13.00 didapatkan hasil skor maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi dan jumlah total (sum). Berikut tabelnya : Tabel 4.8 Nilai maksimum, Minimum, Rata-rata, Jumlah total (sum), dan Standar deviasi Self esteem Descriptive Statistics N Selfesteem Valid N (listwise) 100 100 Minimum Maximum 99.00 174.00 Sum Mean 13245.00 132.4500 Std. Deviation 12.22382 Variance 149.422 Berdasarkan tabel diatas, didapatkan nilai minimum untuk skala self esteem sebesar 99.00, nilai maksimum sebesar 174.00, jumlah self esteem (sum) sebesar 13245.00, rata-rata (mean) optimisme sebesar 132.4500, dan standar deviasinya sebesar 12.22382. Peneliti menggolongkan sampel ke dalam tiga kategori tingkatan self esteem yaitu tinggi, sedang dan rendah. Cara untuk mendapat skor self esteem yang dominan 74 adalah pertama, mencari nilai rerata (mean/(M)) dan simpangan baku (standard deviation/(SD). Nilai rerata dan simpangan baku tersebut kemudian dimasukkan ke dalam formula berikut (Azwar, 2003) dan menghasilkan sebaran kategori skor seperti terlihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.9 Kategorisasi Self Esteem Kategori Tinggi Sedang Rendah > M + 1SD Rentang Frekuensi % > 145 10 10 % 79 79 % 11 11 % 100 100 % M - 1SD < X < M + 1SD 120 - 145 < M – 1SD Jumlah < 120 Cat: dilakukan pembulatan pada skor yang diperoleh Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor tingkat self esteem, seperti ditunjukkan dalam tabel di atas, diketahui bahwa 10 % memiliki tingkat self esteem yang tinggi, 79 % memiliki tingkat self esteem yang sedang, dan hanya 11 % yang memiliki tingkat self esteem yang rendah. Untuk mengetahui perbedaan persentase kategori tinggi, sedang, dan rendah self esteem antara laki-laki dan perempuan, peneliti melakukan perhitungan kembali dengan menemukan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasinya terlebih dahulu. Ditunjukkan seperti pada tabel berikut : 75 Tabel 4.10 Tabel Self esteem Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin OMD Presentase N % Mean SD Perempuan 66 66 % 133.9242 11.81304 Laki-laki 34 34 % 129.5882 12.67333 Jumlah 100 100 % Berdasarkan tabel diatas dengan jumlah N 100 yang terdiri dari 66% perempuan dan 34% laki-laki diperoleh rata-rata (mean) perempuan sebesar 133.9242, dan standar deviasinya sebesar 11.81304. Rata-rata (mean) laki-laki sebesar 129.5882 dan standar deviasi laki-laki sebesar 12.67333. Tabel 4.11 Kategori Self esteem pada Perempuan Kategori Rentang Frekuensi % > M + 1SD > 146 8 8% Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 122 – 146 50 50 % Rendah < M – 1SD < 122 8 8% 66 66% Tinggi Jumlah Pada perempuan kategori self esteem yang tinggi berada pada rentang >146 diperoleh angka 8% mahasiswa yang memiliki self esteem yang tinggi, 50% yang memiliki self esteem yang sedang dan 8% yang memiliki self esteem yang rendah dengan jumlah N perempuan sebanyak 66 orang. 76 Tabel 4.12 Kategori Self esteem pada Laki-laki Kategori Rentang Frekuensi % > M + 1SD > 142 2 2% Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 117 – 142 28 28 % Rendah < M – 1SD < 117 4 4% 34 34 % Tinggi Jumlah Pada laki-laki kategori self esteem yang tinggi berada pada rentang >142 diperoleh angka 2% mahasiswa yang memiliki self esteem yang tinggi, 28% yang memiliki self esteem yang sedang dan 4% yang memiliki self esteem yang rendah dengan jumlah N laki-laki sebanyak 34 orang. Berdasarkan hasil tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kategori tinggi, sedang, dan rendah pada laki-laki dan perempuan, baik pada variabel optimisme maupun self esteem. Diketahui pada perempuan memiliki rentang kategori maupun persentase yang lebih tinggi pada aspek optimisme maupun self esteem dibandingkan pada laki-laki. 4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Uji Korelasi Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Dalam perhitungannya peneliti menggunakan program SPSS versi 13.00. Berikut ini adalah hasil perhitungannya : 77 Tabel 4.13 Tabel Hasil Uji Korelasi Self Esteem dengan Optimisme Pearson Correlation Optimis Selfesteem Sig, (1-tailed) Optimis Selfesteem N Optimis Selfesteem Signifikan = dibawah 0.05 Optimis 1.000 .753 . .000 100 100 Selfesteem .753 1.000 .000 . 100 100 Dari tabel diatas bahwa koefisien korelasi atau r hitung (0,753) > r tabel (0.195), pada taraf signifikansi 5 %. Maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir pada mahasiswa ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Ha yang menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir pada mahasiswa diterima. Dengan kata lain penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. 4.3.2 Uji Regresi Linear Uji linearitas digunakan untuk melihat hubungan variabel bebas dan variabel terikat secara linear. Regresi linear dapat digunakan apabila asumsi linearitas terpenuhi. Asumsi linearitas adalah asumsi yang akan memastikan apakah data yang didapat sesuai atau tidak sesuai dengan garis linear. Berikut ini adalah hasil uji linearitas : 78 Tabel 4.14 Uji Linearitas Change Statistic R Square Change F Change df1 df2 0.566 128.292 1 Sig. F Change 98 0.000 Berdasarkan tabel hasil uji SPSS diatas, nilai signifikansi sebesar 0.000, (dengan taraf signifikansi sebesar 0.05), lebih kecil dari ά (0.05) dan didapat F hitung sebesar 128.292, degree of freedom yang didapat sebesar 1 dan 98 dengan taraf signifikansi 0.05, didapat nilai 3.94. Karena F hitung yakni 128.292 lebih besar dari F tabel yakni 3.94 hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem kepada optimisme karir masa depan pada mahasiswa. Untuk mengetahui besarnya pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem kepada optimisme karir masa depan pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.15 Model Summary Model R R Square Adjusted R Square 1 .753 .566 .562 a. Predictors: (Constant), Selfesteem Std. Error of the Estimate 7.34993 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa R square sebesar 0.566, nilai R Square adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang diberikan variable self esteem terhadap optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. Maka pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem terhadap 79 optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa sebesar 56.6% yang merupakan hasil kali 0.566 dengan 100%. Sedangkan 43,4% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 80 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data pada bab 4, maka diperoleh kesimpulan dari peneltian ini bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan r hitung 0.753 > r tabel (0.195), pada taraf signifikansi 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kemudian, self esteem dalam penelitian ini memberikan pengaruh sebesar 56.6% dalam optimisme karir masa depan pada mahasiswa. 5.2 Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. Adapun hasil yang diperoleh adalah bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi self esteem maka semakin tinggi optimisme dalam meraih kesuksesan karir mahasiswa, sebaliknya semakin rendah self esteem maka semakin rendah pula optimisme dalam meraih kesuksesan karir mahasiswa. Menurut Seligman (1991) optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bila gagal. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan erat antara self esteem dengan optimisme sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Seligman 81 dimana menurutnya optimisme mendorong individu untuk selalu berpikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Hal ini yang membedakan dirinya dengan orang lain. Orang-orang yang menyalahkan dirinya sendiri saat mereka gagal (pesimis) membuat rasa penghargaan terhadap diri mereka sendiri menjadi rendah, sedangkan orang-orang yang menyalahkan bahwa suatu kejadian bukan berasal dari dirinya (optimis), tidak kehilangan rasa penghargaan terhadap dirinya sendiri saat kejadian-kejadian buruk menimpa mereka. Dari pernyataan yang dikemukakan tersebut cukup menjelaskan bagaimana self esteem dan optimisme saling berkaitan erat. Begitu juga pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Patton et, al (2004) mengenai perbedaan gender mengenai optimisme, self esteem, harapan, dan tujuan dalam memprediksi career planning dan exploration pada anak remaja, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self esteem dengan optimisme dalam memprediksi career goals pada remaja. Antara penelitian tersebut dengan penelitian ini sama-sama mengukur orientasi karir ke depan. Hal itu relevan dengan hasil penelitian ini dimana terdapat korelasi antara self esteem dengan optimisme dalam meraih kesuksesan karir mahasiswa. Seperti yang dikatakan Minchinton dalam bukunya maximum self esteem, seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan, rasa ingin tahu besar, dan mandiri. Hal ini didukung oleh harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, karena mereka merasa sukses dengan hasil usaha yang mereka lakukan. Dalam hal ini misalnya seorang mahasiswa yang memiliki harga diri yang tinggi, maka ia akan yakin mengenai kemampuannya dalam mencapai 82 prestasi yang ia inginkan, dengan kata lain individu tersebut optimis terhadap dirinya dan prediksi kesuksesan karirnya kelak. Selain itu orang yang memiliki self esteem yang tinggi juga mempunyai pandangan yang sangat jelas mengenai tujuan hidup dan jati diri mereka. Tingkat self esteem seseorang akan sangat mempengaruhi seluruh aspek dalam hidupnya (Andrewho, 2008). Dengan kata lain, perkembangan harga diri pada seseorang akan menentukan keberhasilan maupun kegagalannya di masa mendatang. (www.psikologi.com). Hubungan antara self esteem dengan optimisme tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian ini yaitu dengan r hitung (0,753) > r tabel (0,195), pada taraf signifikansi 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kemudian, hasil uji regresi menyatakan bahwa terdapat pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem terhadap optimisme meraih kesuksesan karir sebanyak 56,6%. Dalam penelitian ini, variabel self esteem memberikan sumbangan cukup besar terhadap optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa sebesar 56,6%. Hal tersebut cukup membuktikan bagaimana peranan penting self esteem seseorang terhadap optimismenya. Jika seseorang memiliki kemampuan menilai diri secara positif, dalam arti ia memiliki self esteem yang tinggi, maka secara otomatis ia pun akan memiliki sikap optimis juga terutama dalam hal ini meraih kesuksesan karirnya kelak. Namun aspek lain yang dapat mempengaruhi optimisme selain self esteem juga tidak dapat dielakkan seperti dukungan sosial, dukungan keluarga seperti orang tua, keadaan kualitas lingkungan maupun faktor lain dalam diri seperti kepercayaan diri. Aspek-aspek tersebut juga dapat mempengaruhi keoptimisan seseorang, terbukti 83 dari penelitian sebelumnya, pada penelitian yang dilakukan oleh Vollman, et.al (2007), dengan hasil terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan optimisme, orang yang optimis diketahui lebih memiliki respon sosial yang positif dibandingkan orang pesimis. Begitu juga penelitian lain yang dilakukan oleh Sumer, et.al (2009) dimana dukungan orang tua juga berpengaruh atau memiliki sumbangan yang signifikan terhadap optimisme anak. Hal tersebut dapat dijadikan acuan untuk meneliti aspek lain yang mempengaruhi optimisme selain self esteem pada peneliti selanjutnya. 5.3 Saran Berdasarkan pengalaman yang dialami dalam melakukan penelitian dan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain dari segi teknik pengambilan sampel yang digunakan, pembahasan yang kurang meluas karena hanya menggunakan dua variabel saja, analisis yang kurang mendalam terhadap perbedaan tingkat self esteem dan optimisme pada laki-laki dan perempuan. Karena itu peneliti memberikan saran-saran untuk menyempurnakan penelitian-penelitian selanjutnya dan agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. 5.3.1 Saran Teoritis a. Dari tinjauan disiplin ilmu psikologi yang mempelajari perilaku manusia, penelitian ini juga masih sangat terbatas karena pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara seketemunya, variabel yang digunakan hanya terbatas pada dua variabel saja sehingga analisis yang diperoleh kurang meluas, jumlah sampel yang masih dapat diambil lebih banyak lagi, dsb. Meskipun variabel self esteem memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap optimisme, 84 b. Penelitian ini baru menggunakan pendekatan kuantitatif saja karena keterbatasan-keterbatasan peneliti baik dalam segi waktu, biaya maupun tenaga, oleh karena itu maka peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya agar menggali masalah ini lebih mendalam, atau bila memungkinkan dapat digunakan kombinasi dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sehingga, bisa diperoleh sebuah gambaran menyeluruh mengenai kondisi mahasiswa semester atas yang memiliki optimisme yang tinggi maupun rendah terhadap kesuksesan karir masa depannya. Peneliti menyarankan untuk juga melakukan pendekatan kualitatif karena banyak hal yang menurut peneliti masih dapat digali lebih mendalam lagi seperti aspek pervasiveness dari optimis dimana aspek tersebut menunjukkan ketidakstabilan optimisme seseorang. Begitu juga hal mengenai masih adanya tingkat optimis yang rendah pada mahasiswa psikologi. Padahal mahasiswa psikologi seharusnya lebih paham mengenai aspek-aspek mental dan dapat lebih bersikap optimis, namun dari hasil penelitian masih ada sekitar 8% mahasiswa yang tidak optimis dan 11% yang self esteem rendah. Hal ini dapat dianalisa lebih jauh menggunakan teknik kualitatif. Adanya perbedaan yang cukup signifikan antara tingkat self esteem dan optimisme pada laki-laki dan perempuan juga dapat dianalisa lebih jauh menggunakan metode kualitatif. c. Pada penelitian ini hanya menggunakan dua variabel saja yaitu meneliti hubungan self esteem dengan optimisme. Untuk penelti selanjutnya disarankan 85 dapat menggunakan variabel-variabel lain yang lebih bervariasi dalam peneltiannya demi menambah khasanah pengetahuan keilmuan psikologi dan memperluas bidang-bidang penelitian psikologi. d. Pada penelitian ini item try out yang digunakan mencapai 172 item yang menyebabkan banyaknya keluhan dari responden dalam mengisi skala. Hal tersebut tentu dapat membuat responden merasa jenuh dan memungkinkan responden mengisi angket secara asal-asalan, yang nantinya dapat mempengaruhi skor penelitian. Oleh karena itu untuk peneliti selanjutnya diharapkaan dapat memperhitungkan jumlah item yang digunakan dalam penelitian untuk lebih memperhatikan face validity skala penelitian. 5.3.2 Saran Praktis a. Self esteem memberikan pengaruh atau sumbangan yang cukup signifikan dalam keoptimisan kesuksesan karir masa depan pada mahasiswa. Diharapkan orang tua dapat terus mendukung anaknya menumbuhkan self esteem yang tinggi dengan berbagai cara antara lain memberikan perhatian dan dukungan penuh terhadap pilihan karir anaknya, memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan anak, dan memberikan semangat pada anak untuk terus berusaha. Begitu juga pada mahasiswa yang dianggap telah memiliki jati diri dan gambaran dirinya sendiri untuk meningkatkan penghargaan dirinya dan selalu optimis dengan kesuksesan karir masa depannya. b. Diharapkan orang tua atau lembaga terkait dapat membantu mahasiswa dalam memberikan pengarahan atau masukan pada mahasiswa dalam menempuh karir selanjutnya setelah lulus dari kesarjanaannya, sehingga dapat mengurangi kecemasan mempersiapkan karir mereka. maupun kebingungan mahasiswa dalam 86 DAFTAR PUSTAKA Baron, R.A., & Byrne, D. (2003). Psikologi sosial (10 ed.). Jakarta: Erlangga. Branden, N. (1992). The Power of self esteem. Florida: Health Communication inc. Carr, A. (2004). Positive psychology: The Science of happiness and human strength. New York: Bruner Routledge. Cast, D., & Burke, J. (2002). A Theory of Self esteem. Social forces , 80 (3), 1041-1068. Facts and Findings. 2003. Adolscent self esteem. http://www.human.cornell.edu/actforyouth. New York. Frey, D., & Carlock, J. C. (1993). Enhancing self ssteem. Indiana: Accelerated Developed Inc. Ghufron, M. N., & Risnawita, S. R. (2010). Teori - teori psikologi. Yogyakarta: Ar-ruz Media Group. Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why it can matter more than IQ for character, health, and lifelong achievement. New York: Bantam Books. Heine, J.S., & Lehman, D.R. (1995). Cultural Variation in Unrealistic Optimism: Does the West Feel More Invunerable Than the East?. Journal of Personality and Social Psychology, 68 (4), 595-067 Jalaluddin. (1997). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kerley, D.C. (2006). The Optimist. Retreived August 23, 2010, From D.Craig Kerley. Psy.D: Licensed Psychologist 1 (1). http://www.drkerley.com/files/newsletter0523.pdf Kerlinger, F. K. (1995). Asas - asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kuncono. (2004). Aplikasi Komputer Psikologi : Diktat kuliah dan panduan praktikum. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia. Minchinton, J. (1993). Maximum Self Esteem : The Hand Book for reclaiming your sense of self worth. Kuala Lumpur: Golden Books Center Sdn, Bhd. Naderi, H., Abdullah, R., Aizan, H. T., Shahrir, J., & Kumar, V. (2009). Self Esteem, Gender and Academic Achievement of Undergraduate Student. American Journal of Scientific Research (3), 26-37. Nave, B. (1990). Self Esteem: The Key to student success. South Carolina: National Drop of Preventation Center. 87 Patton, W., Bartrum, D., & Creed, P. (2004). Gender Differences for Optimism, Self Esteem, Expectation, and Goals in Predicting Career Planning and Exploration in Adolescents. International Journal for Educational and Vocational Guidance , 4 (3), 193-206. Ramadani, S. (2009). Perbedaan Self Esteem PSK yang Menjadi Binaan Rehabilitasi dengan PSK yang Belum Mendapat Rehabilitasi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Ramadityo, D. Hubungan Adversity Quotient dengan Optimisme. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Robinson, S., Kim, C., MacCallum, R.C., Kiecolt, K.J. (1997). Distingushing Optimism From Pesimism in Older Adults: Is It More Important to Be Optimistic or Not to Be Pessimistic?. Journal of Personality and Social Psychology, 73 (6) 1345-1353 Sa'du, A. A. (2010). 101 Ayat-ayat motivasi hidup penuh optimisme. Yogyakarta: Laksana. Saifuddin, A. (2005). Sikap Manusia: teori dan pengukurannya (2 ed.). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Scioli, A., Samor, C. M., Campbell, T. L., Chamberlin, C. M., Lapointe, A. B., & Macleod, A. R. (1997). A Prospective Study of Hope, Optimism, and Health. (81), 723-733. Seligman, M. (2002). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan Dengan Psikologi Positif. Bandung: Mizan Pustaka. Seligman, M. (2005). The Optimistic child. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Seligman, M. (2008). Menginstal optimisme. Bandung: CV. Multi Trust Creative Service. Sevilla. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Snyder, C.R., & Lopez, S.J. (2002). Handbook of positive psychology. Oxford University Press. The National Lottery. (2009). Optimism. Oxford: The Social Issue Research Center. Weinstein, D. N. (1980). Unrealistic Optimism About Future Life Events. Journal of Personality and Social Psychology, 39 (5), 806-820 Yates, S. M. (2002). The Influence of Optimism and Pesimism on Student Achievement in Mathematics. Mathematics Education Journal Research , 14 (1), 4-15. http://kops.ub.uni-konstanz.de/volltexte/2009/7270/pdf/Optimism_and_social_support.pdf http://www.sirc.org/publik/optimism.pdf http://eprints.qut.edu.au/1822/1/1822.pdf 88 http://www.uniat.ac.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=4 http://www.uniat.ac.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=4 http://selfesteemgames.mcgill.ca/research/psychsci.pdf http://www.actforyouth.net/documents/june_self_esteem.pdf psp-98-4-645 http://www.apa.org/pubs/journals/releases/psp-98-4-645.pdf http://wat2146.ucr.edu/papers/02b.pdf self esteem teori self esteem and academic achievement http://www.eurojournals.com/ajsr_3_03.pdf self esteem and academic interest http://www.aare.edu.au/05pap/mci05383.pdf self esteem the key of success http://www.dropoutprevention.org/pubs/pdfs/SS03.pdf http://www.radford.edu/~jaspelme/201/Locus%20of%20control.pdf http://www.theselfesteeminstitute.com/Files/Self-EsteemQuestionnaire.pdf marilyn J Sorensen Phd clinical 2005. http://www.stanford.edu/class/msande271/onlinetools/LearnedOpt.html (adapted from Dr. Martin Seligman's book, "Learned Optimism" Lampiran III Data Mentah Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 4 2 1 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 6 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 4 9 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 11 4 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 14 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 15 4 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 2 4 16 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 18 4 4 3 3 4 2 4 3 2 3 2 2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 4 19 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 25 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 4 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 4 3 3 4 3 2 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 1 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 2 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 1 3 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 1 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 1 3 3 3 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3 2 3 3 1 3 3 4 3 3 3 2 2 3 1 4 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 1 3 3 4 3 3 4 2 4 2 4 3 2 4 3 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 26 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 30 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 31 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 33 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 4 2 3 4 34 4 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 2 3 4 1 3 3 2 3 3 3 3 4 35 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 36 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 37 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 39 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 46 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 4 1 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 48 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 53 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 2 4 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 2 3 2 4 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 1 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 1 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 1 3 2 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 4 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 4 1 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 1 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 4 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 55 3 4 3 3 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 59 3 4 3 3 1 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 1 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 60 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 61 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 67 4 3 2 3 1 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 4 3 3 2 4 68 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 69 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 71 4 3 3 3 1 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 4 3 3 2 4 73 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 74 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 4 78 Jumlah 4 129 p 3 112 l 3 106 l 3 108 p 4 105 p 3 109 p 4 122 p 3 113 p 2 95 p 3 107 p 4 108 l 3 114 l 4 113 l 3 115 l 4 120 p 2 84 p 3 108 p 2 107 l 3 104 p 3 112 p 3 105 l 2 107 l 3 111 l 4 119 p 4 132 p 3 106 l 3 118 p 3 108 p 3 114 p 4 127 l 3 113 p 2 99 p 4 144 l 4 3 3 4 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 1 2 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 2 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 1 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 1 4 2 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 1 4 2 3 4 3 2 139 110 108 112 111 106 134 112 105 126 92 125 106 104 130 108 135 107 108 102 123 114 108 100 114 109 106 122 110 112 122 126 104 114 131 128 109 p p p l l l p l p p l p l l p p p p p p p l p p l p p p l p p l p p p p p 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 1 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 1 4 4 2 2 4 3 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 3 4 3 3 3 4 1 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 2 3 4 4 2 4 3 3 3 1 4 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 4 3 2 4 3 3 3 4 4 3 1 3 2 4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 1 4 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 1 3 2 3 2 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 2 3 2 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 107 109 106 108 119 121 108 123 110 120 111 102 134 112 84 107 109 142 107 110 118 93 114 121 133 115 103 122 114 119 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 p p p p p p p p p l p l l p l l l p p p p l p p p p l p l l RENDAH TINGGI SEDANG 21 22 23 21 23 21 22 23 22 23 23 23 25 23 22 22 23 21 22 20 22 22 22 21 21 23 21 22 22 21 21 21 25 22 21 22 22 22 22 21 23 21 21 23 21 21 22 25 23 22 22 25 22 21 21 23 21 21 22 20 21 22 22 20 21 20 21 22 21 21 21 22 22 22 22 21 21 22 22 22 22 23 21 21 22 21 20 23 21 22 23 22 22 22 21 22 22 21 22 23 Lampiran I Skala Penelitian Assalamualaikum Wr.Wb Saya mahasiswa psikologi semester 9 sedang menjalankan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Karena itu di sini saya mohon bantuan dan kesediaan saudara dalam mengisi kuesioner, demi kelancarannya penelitian ini. Saya pribadi mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan bantuan saudara. Nama : Semester : Usia : Jenis Kelamin : Keterangan : Mohon beri tanda centrang (√ ) pada kolom yang telah di sediakan ( SS, S, TS atau STS) SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Isilah pernyataan yang sesuai dengan diri anda. Disini tidak ada nilai norma tinggi ataupun rendah. Saya sangat mengutamakan kerahasiaan data. Skala Self Esteem NO Pernyataan 1 Secara keseluruhan saya menyukai diri saya. 2 Saya memiliki kekurangan namun kelebihan yang saya miliki jauh lebih berarti 6 Saya memiliki banyak kelebihan 9 Saya mudah merasa sedih dan takut dalam menghadapi masalah 11 Banyak hal di dalam diri saya yang tidak saya sukai 12 Saya merasa tertekan dengan segala kekurangan yang saya miliki I SS S TS STS 14 Kesalahan yang saya perbuat merupakan aib dalam hidup saya 16 Saya berharap diri saya menjadi orang lain 18 Saya dapat mengontrol emosi saya 20 Saya merasa tidak berharga 21 Saya tidak berlarut-larut dalam rasa bersalah atas kesalahan yang telah saya perbuat 25 Saya memiliki prinsip mengenai diri saya sendiri 26 Saya cenderung melakukan apapun agar orang lain mengikuti kemauan saya 27 Saya menerima seseorang tanpa menghakimi prilaku mereka 28 Saya marah jika teman dekat saya melakukan aktivitas yang menyenangkan tanpa mengajak saya 29 Orang lain harus mengikuti setiap perintah saya, utk mencapai hasil yang saya inginkan 31 Saya menyesali keadaan yang tidak berpihak pada saya 33 Saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi dihidup saya 34 Saya ingin orang lain tergantung pada saya 35 saya tidak suka melihat orang yang saya benci berbicara dengan sahabat saya 36 Saya menghargai pendapat teman-teman saya 41 Saya tidak terpaku pada kenangan buruk yang pernah saya alami 45 Saya tidak sedih yang berkepanjangan ketika menghadapi masalah 46 Saya suka memaksakan kehendak saya kepada orang lain 47 Saya tidak akan dapat menerima keputusan bersama karena hal tersebut tidak sesuai dengan diri saya II 48 Setiap orang mempunyai Nilai dan Hak yang sama di dunia 50 Saya mudah tersinggung dengan kritikan orang lain 56 Amarah saya mudah disulut oleh orang lain 57 Saya suka membandingkan diri saya dengan orang lain 59 Walaupun saya mengalami kegagalan, tetapi saya tetap menghargai usaha yang telah saya lakukan 60 Saya cenderung takut akan kegagalan 62 Saya sama sekali tidak menarik 65 Saya mencintai diri saya apa adanya 66 Saya tidak mudah terpengaruh omongan orang lain 67 Saya bahagia dengan hidup yang saya jalani 70 Saya tidak suka jika melihat teman dekat saya berteman dekat juga dengan orang lain 73 Saya yakin setiap orang melakukan sesuatu karena mereka mempunyai alasannya sendiri 74 Saya cenderung menyalahkan orang lain atas kegagalan saya 81 Saya tau mana yang baik dan buruk untuk diri saya 85 Kesuksesan maupun kegagalan saya ada ditangan saya sendiri 86 Saya marah jika di kritik 87 Saya tidak takut akan kegagalan atau kekalahan 89 Saya adalah orang yang menarik 90 Saya sering membeli barang yang sama dengan teman walaupun barang tersebut tidak saya butuhkan. 92 Saya sering merasa kecewa dan takut. Skala Optimis NO Pernyataan 2 Saya belum mendapat panggilan kerja, tapi nanti pasti III SS S TS STS akan ada waktunya saya mendapat panggilan 3 Bila kelak saya mendapat pekerjaan yang layak, itu dikarenakan saya bisa diandalkan 4 Saya lulus ujian karena saya banyak menghabiskan waktu dan energi untuk berusaha 6 Saya pesimis untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan saya 9 Saya percaya dengan diri dan kemampuan saya 11 Jika saya sulit mendapatkan pekerjaan, itu karena saya bodoh 14 Setiap prestasi yang saya raih adalah titik awal dari setiap keberhasilan yg akan saya dapatkan di masa depan 15 Kegagalan saya akan berdampak panjang dalam hidup saya 16 Keberhasilan saya merupakan suatu kebetulan dalam hidup 18 Kegagalan saya saat kuliah menutup kemungkinan saya untuk sukses 19 Jika saya gagal pada ujian interview, saya tetap akan bisa menjalani aktivitas keseharian saya dengan baik 25 Kegagalan dalam mencapai target IPK akan menghancurkan masa depan saya 26 Saya gagal mendapatkan jabatan yang saya harapkan dalam suatu kegiatan kampus tetapi saya tetap percaya diri 30 Saya berhasil mendapatkan pekerjaan impian saya, karena saya telah berusaha keras 31 Saya mampu mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jurusan yang saya ambil 33 Saya tidak mahir bahasa inggris, namun saya memiliki IV kemampuan lain sebagai modal mendapat pekerjaan yang bagus 34 Saya tidak percaya diri dengan kemampuan saya 35 Meskipun saya gagal mendapat nilai A disalah satu mata kuliah, itu tidak akan membuat saya gagal menjadi juara kelas 36 Saya selalu optimis dengan masa depan saya Saya mendapat nilai jelek karena saya tidak bagus dalam 37 segala hal 39 Saya gagal mendapat kerja karena saya selalu sial 46 Ilmu-ilmu di sekolah tidaklah berguna dalam mencari pekerjaan yang layak 48 Jika saya berusaha keras, saya pasti akan mendapatkan pekerjaan yang layak 53 Saya lulus mata kuliah yang sulit, karena dosen saya kasihan dengan saya 54 Jika saya tidak pernah putus asa, saya yakin kesuksesan saya akan terus berlanjut 55 Saya akan berusaha lebih keras setelah mencapai kesuksesan untuk mempertahankan kesuksesan yang telah saya raih 59 Saya gagal mencapai target kuliah saya, namun saya masih bisa mencapai target baru dan yakin kali ini pasti berhasil 60 Meskipun saya sudah belajar tapi mendapat nilai jelek, maka kedepannya saya tidak akan belajar lagi karena pasti akan dapat nilai jelek lagi 61 Saya mengalami kegagalan saat ini, tetapi belum tentu besok saya gagal lagi 62 Kualitas diri saya membuat saya yakin, saya layak V mendapatkan setiap pekerjaan yang sesuai dengan diri saya 67 Karena kemampuan saya minim, betapa pun saya berusaha saya tidak akan berhasil 68 Kemampuan saya sekarang membuat saya tidak yakin akan mendapatkan kesuksesan dalam karir saya kelak 69 Saya yakin nasib buruk saya masih bisa dapat dirubah dengan usaha dan doa. 71 Saya memiliki postur tubuh yang pendek, hal ini akan membuat saya kesulitan mendapat pekerjaan 73 Saya tidak yakin dengan kesuksesan karir masa depan saya karena saya tidak memiliki banyak kemampuan . 74 Saya akan kesulitan memperoleh pekerjaan-pekerjaan yang saya inginkan karena IPK saya kecil. 78 Saya tidak percaya diri dengan kesuksesan karir saya, karena saya tidak memiliki koneksi di perusahaan yang saya inginkan TERIMA KASIH ATAS BANTUAN SAUDARA, TOLONG DI CEK KEMBALI AGAR TIDAK ADA ITEM YANG TERTINGGAL VI Lampiran II Hasil SPSS Tryout dan Penelitian Descriptive Statistics Mean 113.2700 132.4500 optimis selfesteem Std. Deviation 11.10633 12.22382 N 100 100 Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N optimis 1.000 .753 . .000 100 100 optimis selfesteem optimis selfesteem optimis selfesteem selfesteem .753 1.000 .000 . 100 100 Variables Entered/Removedb Model 1 Variables Entered selfestee a m Variables Removed Method . Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: optimis Model Summary Change Statistics Model 1 R R Square Adjusted R Square .753(a) .566 .562 a Predictors: (Constant), selfesteem Std. Error of the Estimate 7.34993 VII R Square Change .566 F Change 128.053 df1 df2 1 98 Sig. F Change .000 ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 6917.606 5294.104 12211.710 df 1 98 99 Mean Square 6917.606 54.021 F 128.053 Sig. .000a t 2.824 11.316 Sig. .006 .000 a. Predictors: (Constant), selfesteem b. Dependent Variable: optimis Coefficientsa Model 1 Unstandardized Coefficients B Std. Error 22.696 8.038 .684 .060 (Constant) selfesteem Standardized Coefficients Beta .753 a. Dependent Variable: optimis Descriptive Statistics N optimis selfesteem Valid N (listwise) 100 100 100 Minimum 84.00 99.00 Maximum 144.00 174.00 Sum 11327.00 13245.00 Mean 113.2700 132.4500 Std. Deviation 11.10633 12.22382 Variance 123.351 149.422 Mean 114.5455 110.7941 Std. Deviation 10.94628 11.15668 Variance 119.821 124.471 Descriptive Statistics N perempuan lakilaki Valid N (listwise) 66 34 34 Minimum 84.00 84.00 Maximum 142.00 144.00 VIII Sum 7560.00 3767.00 Out put try out Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total % 98.5 1.5 100.0 65 1 66 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .916 Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .917 N of Items 92 Item Statistics VAR00001 Mean 3.3538 Std. Deviation .57093 N VAR00002 3.2923 .57887 65 VAR00003 2.8769 .62519 65 VAR00004 3.1385 .55557 65 VAR00005 3.4000 .49371 65 VAR00006 3.1231 .59968 65 VAR00007 2.7538 .58712 65 VAR00008 3.2769 .54508 65 VAR00009 2.6923 .65962 65 VAR00010 3.1231 .51562 65 VAR00011 2.9231 .64488 65 VAR00012 3.0923 .70096 65 VAR00013 2.7846 .57261 65 VAR00014 2.8154 .58342 65 VAR00015 3.5077 .50383 65 VAR00016 3.3846 .65413 65 VAR00017 2.2923 .74421 65 VAR00018 3.0923 .52211 65 VAR00019 2.9077 .57887 65 VAR00020 3.4154 .60962 65 VAR00021 2.9077 .72291 65 VAR00022 2.1538 .66687 65 VAR00023 2.4769 .64001 65 65 IX VAR00024 3.3538 .51329 65 VAR00025 3.4154 .52715 65 VAR00026 2.7846 .62481 65 VAR00027 3.0769 .47788 65 VAR00028 2.7231 .76050 65 VAR00029 2.9692 .61159 65 VAR00030 2.7385 .66795 65 VAR00031 2.8000 .61745 65 VAR00032 2.3692 .60128 65 VAR00033 3.3077 .61041 65 VAR00034 2.8923 .68746 65 VAR00035 3.0000 .66144 65 VAR00036 3.3692 .48635 65 VAR00037 3.0000 .50000 65 VAR00038 2.6000 .76649 65 VAR00039 3.0154 .45043 65 VAR00040 3.0462 .41196 65 VAR00041 2.9385 .65852 65 VAR00042 2.6923 .63549 65 VAR00043 2.4308 .70643 65 VAR00044 3.2154 .67297 65 VAR00045 2.8154 .58342 65 VAR00046 2.8923 .53394 65 VAR00047 2.9692 .68395 65 VAR00048 3.5846 .55600 65 VAR00049 2.5077 .75256 65 VAR00050 2.7846 .57261 65 VAR00051 2.9692 .49904 65 VAR00052 2.8615 .70438 65 VAR00053 3.1385 .49614 65 VAR00054 2.9385 .58301 65 VAR00055 2.8923 .56245 65 VAR00056 2.8462 .68990 65 VAR00057 2.6000 .68007 65 VAR00058 2.9231 .53932 65 VAR00059 3.1538 .47535 65 VAR00060 2.6769 .83118 65 VAR00061 2.7692 .55253 65 VAR00062 3.3538 .59767 65 VAR00063 3.0923 .38418 65 VAR00064 2.8923 .56245 65 VAR00065 3.3231 .47129 65 VAR00066 2.7692 .52349 65 VAR00067 3.2154 .51515 65 VAR00068 2.0923 .65486 65 VAR00069 2.4000 .60725 65 VAR00070 3.0769 .62017 65 X VAR00071 3.2615 .53843 65 VAR00072 2.6923 .61041 65 VAR00073 3.2308 .42460 65 VAR00074 3.1538 .66687 65 VAR00075 3.0923 .55122 65 VAR00076 3.1077 .40012 65 VAR00077 2.9385 .60922 65 VAR00078 3.0923 .52211 65 VAR00079 2.6769 .61511 65 VAR00080 2.3077 .49759 65 VAR00081 3.2000 .47434 65 VAR00082 3.0923 .55122 65 VAR00083 3.0308 .49904 65 VAR00084 2.8615 .58301 65 VAR00085 3.2769 .51562 65 VAR00086 3.1231 .54508 65 VAR00087 2.8000 .64226 65 VAR00088 2.9385 .63435 65 VAR00089 3.2154 .45043 65 VAR00090 3.0769 .66867 65 VAR00091 2.8000 .61745 65 VAR00092 2.8462 .68990 65 Summary Item Statistics Item Means Item Variances Inter-Item Covariances Inter-Item Correlations Mean 2.955 .353 .037 .107 Minimum 2.092 .148 -.198 -.517 Maximum 3.585 .691 .356 .693 Range 1.492 .543 .554 1.210 Maximum / Minimum 1.713 4.681 -1.801 -1.339 The covariance matrix is calculated and used in the analysis. Item-Total Statistics VAR00001 Scale Mean if Item Deleted 268.5231 Scale Variance if Item Deleted 335.597 Corrected Item-Total Correlation .466 . Cronbach's Alpha if Item Deleted .914 VAR00002 268.5846 335.528 .463 . .914 VAR00003 269.0000 340.438 .210 . .916 VAR00004 268.7385 343.290 .101 . .916 XI Squared Multiple Correlation Variance .091 .011 .004 .027 N of Items 92 92 92 92 VAR00005 268.4769 340.160 .289 . .915 VAR00006 268.7538 336.407 .405 . .915 VAR00007 269.1231 346.703 -.063 . .917 VAR00008 268.6000 336.056 .466 . .914 VAR00009 269.1846 332.090 .547 . .914 VAR00010 268.7538 340.251 .271 . .915 VAR00011 268.9538 331.857 .570 . .913 VAR00012 268.7846 330.640 .570 . .913 VAR00013 269.0923 340.554 .227 . .916 VAR00014 269.0615 338.465 .320 . .915 VAR00015 268.3692 338.799 .357 . .915 VAR00016 268.4923 330.441 .622 . .913 VAR00017 269.5846 351.559 -.231 . .919 VAR00018 268.7846 337.984 .386 . .915 VAR00019 268.9692 342.093 .152 . .916 VAR00020 268.4615 329.971 .692 . .913 VAR00021 268.9692 331.718 .510 . .914 VAR00022 269.7231 338.485 .275 . .915 VAR00023 269.4000 343.713 .065 . .917 VAR00024 268.5231 341.066 .229 . .916 VAR00025 268.4615 336.252 .473 . .914 VAR00026 269.0923 336.616 .378 . .915 VAR00027 268.8000 337.819 .434 . .915 VAR00028 269.1538 332.445 .456 . .914 VAR00029 268.9077 336.804 .378 . .915 VAR00030 269.1385 348.684 -.139 . .918 VAR00031 269.0769 332.916 .549 . .914 VAR00032 269.5077 347.473 -.096 . .918 VAR00033 268.5692 336.187 .407 . .915 VAR00034 268.9846 335.328 .392 . .915 VAR00035 268.8769 331.860 .555 . .913 VAR00036 268.5077 335.816 .540 . .914 VAR00037 268.8769 341.516 .211 . .916 VAR00038 269.2769 336.735 .297 . .915 VAR00039 268.8615 345.027 .026 . .917 VAR00040 268.8308 341.487 .264 . .915 VAR00041 268.9385 332.965 .511 . .914 VAR00042 269.1846 349.028 -.158 . .918 VAR00043 269.4462 339.001 .237 . .916 VAR00044 268.6615 328.384 .690 . .913 VAR00045 269.0615 335.996 .436 . .914 VAR00046 268.9846 338.547 .348 . .915 VAR00047 268.9077 337.648 .301 . .915 VAR00048 268.2923 336.335 .443 . .914 VAR00049 269.3692 339.330 .208 . .916 VAR00050 269.0923 338.523 .324 . .915 VAR00051 268.9077 342.148 .177 . .916 XII VAR00052 269.0154 340.078 .196 . .916 VAR00053 268.7385 337.227 .450 . .914 VAR00054 268.9385 342.684 .123 . .916 VAR00055 268.9846 341.828 .170 . .916 VAR00056 269.0308 334.530 .423 . .914 VAR00057 269.2769 335.922 .373 . .915 VAR00058 268.9538 337.920 .376 . .915 VAR00059 268.7231 338.016 .425 . .915 VAR00060 269.2000 329.131 .526 . .913 VAR00061 269.1077 341.004 .214 . .916 VAR00062 268.5231 333.722 .531 . .914 VAR00063 268.7846 341.922 .254 . .916 VAR00064 268.9846 339.359 .289 . .915 VAR00065 268.5538 337.845 .439 . .915 VAR00066 269.1077 337.879 .391 . .915 VAR00067 268.6615 337.727 .406 . .915 VAR00068 269.7846 341.515 .154 . .916 VAR00069 269.4769 341.128 .186 . .916 VAR00070 268.8000 333.600 .516 . .914 VAR00071 268.6154 344.240 .057 . .917 VAR00072 269.1846 344.059 .055 . .917 VAR00073 268.6462 339.420 .388 . .915 VAR00074 268.7231 332.235 .534 . .914 VAR00075 268.7846 341.859 .172 . .916 VAR00076 268.7692 342.555 .200 . .916 VAR00077 268.9385 337.809 .335 . .915 VAR00078 268.7846 340.578 .250 . .915 VAR00079 269.2000 342.350 .129 . .916 VAR00080 269.5692 344.999 .023 . .917 VAR00081 268.6769 338.785 .382 . .915 VAR00082 268.7846 337.359 .396 . .915 VAR00083 268.8462 344.913 .027 . .917 VAR00084 269.0154 337.390 .371 . .915 VAR00085 268.6000 338.525 .363 . .915 VAR00086 268.7538 337.032 .417 . .915 VAR00087 269.0769 337.510 .328 . .915 VAR00088 268.9385 341.590 .157 . .916 VAR00089 268.6615 338.946 .393 . .915 VAR00090 268.8000 335.600 .393 . .915 VAR00091 269.0769 343.322 .086 . .917 VAR00092 269.0308 334.124 .439 . .914 XIII Scale Statistics Mean 271.8769 Variance 345.672 Std. Deviation 18.59226 N of Items 92 Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total % 100.0 .0 100.0 65 0 65 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .823 Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .837 N of Items 80 Item Statistics VAR00001 Mean 3.1231 Std. Deviation .33108 N VAR00002 3.2308 .58012 65 VAR00003 3.2154 .45043 65 VAR00004 3.2000 .47434 65 VAR00005 1.9846 .69580 65 VAR00006 3.0923 .55122 65 VAR00007 2.2769 .59968 65 VAR00008 2.5231 .64001 65 VAR00009 3.2462 .46873 65 VAR00010 3.1692 .48635 65 VAR00011 3.2308 .74518 65 VAR00012 3.2769 .64970 65 VAR00013 2.8308 .78201 65 VAR00014 3.2923 .52211 65 VAR00015 3.0923 .67830 65 65 XIV VAR00016 2.7846 .71790 65 VAR00017 2.7385 .75575 65 VAR00018 2.9692 .70643 65 VAR00019 3.0769 .53932 65 VAR00020 2.8462 .64301 65 VAR00021 2.0615 .52669 65 VAR00022 1.8154 .65889 65 VAR00023 3.0308 .76993 65 VAR00024 2.6923 .58425 65 VAR00025 3.1692 .67475 65 VAR00026 3.0308 .58548 65 VAR00027 2.8308 .65118 65 VAR00028 3.0308 .55816 65 VAR00029 2.9231 .56755 65 VAR00030 3.1846 .60962 65 VAR00031 3.1385 .52669 65 VAR00032 3.2308 .45993 65 VAR00033 3.1385 .60922 65 VAR00034 3.0769 .64488 65 VAR00035 2.9846 .67297 65 VAR00036 3.4154 .58342 65 VAR00037 3.2000 .66615 65 VAR00038 2.9385 .63435 65 VAR00039 3.3538 .51329 65 VAR00040 2.8923 .68746 65 VAR00041 1.9692 .80950 65 VAR00042 2.1231 .64970 65 VAR00043 2.0615 .55557 65 VAR00044 2.0769 .62017 65 VAR00045 2.8308 .82100 65 VAR00046 3.2154 .64933 65 VAR00047 2.8462 .61823 65 VAR00048 3.4154 .60962 65 VAR00049 3.1692 .60128 65 VAR00050 2.3231 .64001 65 VAR00051 3.4615 .56116 65 VAR00052 2.5692 .70643 65 VAR00053 3.1231 .64970 65 VAR00054 3.1846 .58342 65 VAR00055 3.3385 .50858 65 VAR00056 3.1692 .51748 65 VAR00057 3.2154 .45043 65 VAR00058 2.3077 .55686 65 VAR00059 3.2154 .51515 65 VAR00060 3.1077 .79300 65 VAR00061 3.2923 .57887 65 VAR00062 3.2154 .51515 65 XV VAR00063 2.3077 .61041 65 VAR00064 2.7231 .71824 65 VAR00065 2.7846 .73935 65 VAR00066 2.9846 .54464 65 VAR00067 3.0000 .70711 65 VAR00068 2.9231 .62017 65 VAR00069 3.4000 .60725 65 VAR00070 2.7231 .64970 65 VAR00071 3.1846 .68219 65 VAR00072 3.0308 .63662 65 VAR00073 3.1231 .71824 65 VAR00074 3.1692 .57471 65 VAR00075 2.2923 .67830 65 VAR00076 3.3385 .59364 65 VAR00077 2.8462 .71219 65 VAR00078 2.9231 .66867 65 VAR00079 3.0154 .64933 65 VAR00080 1.7692 .63169 65 Summary Item Statistics Item Means Item Variances Inter-Item Covariances Inter-Item Correlations Mean 2.914 .390 .021 .060 Minimum 1.769 .110 -.271 -.635 Maximum 3.462 .674 .332 .649 Range 1.692 .564 .603 1.285 Maximum / Minimum 1.957 6.149 -1.225 -1.021 The covariance matrix is calculated and used in the analysis. Item-Total Statistics VAR00001 Scale Mean if Item Deleted 229.9846 Scale Variance if Item Deleted 164.922 Corrected Item-Total Correlation .210 . Cronbach's Alpha if Item Deleted .822 VAR00002 229.8769 161.547 .334 . .819 VAR00003 229.8923 161.098 .482 . .818 VAR00004 229.9077 162.523 .336 . .820 VAR00005 231.1231 176.797 -.566 . .837 VAR00006 230.0154 160.140 .457 . .817 VAR00007 230.8308 172.643 -.393 . .832 VAR00008 230.5846 165.622 .048 . .824 VAR00009 229.8615 161.121 .460 . .818 VAR00010 229.9385 163.777 .225 . .821 XVI Squared Multiple Correlation Variance .171 .013 .007 .043 N of Items 80 80 80 80 VAR00011 229.8769 157.391 .474 . .815 VAR00012 229.8308 163.393 .181 . .822 VAR00013 230.2769 160.578 .284 . .820 VAR00014 229.8154 161.653 .368 . .819 VAR00015 230.0154 156.672 .570 . .814 VAR00016 230.3231 157.472 .490 . .815 VAR00017 230.3692 164.643 .083 . .824 VAR00018 230.1385 159.152 .402 . .817 VAR00019 230.0308 162.124 .320 . .819 VAR00020 230.2615 167.009 -.036 . .826 VAR00021 231.0462 165.795 .055 . .824 VAR00022 231.2923 174.960 -.492 . .835 VAR00023 230.0769 162.416 .194 . .822 VAR00024 230.4154 163.403 .206 . .821 VAR00025 229.9385 156.840 .563 . .814 VAR00026 230.0769 161.603 .327 . .819 VAR00027 230.2769 163.953 .146 . .822 VAR00028 230.0769 165.478 .071 . .824 VAR00029 230.1846 163.622 .198 . .821 VAR00030 229.9231 159.447 .455 . .817 VAR00031 229.9692 162.187 .324 . .819 VAR00032 229.8769 164.578 .172 . .822 VAR00033 229.9692 160.749 .369 . .818 VAR00034 230.0308 158.499 .487 . .816 VAR00035 230.1231 159.860 .382 . .818 VAR00036 229.6923 160.591 .398 . .818 VAR00037 229.9077 160.335 .358 . .818 VAR00038 230.1692 161.705 .292 . .820 VAR00039 229.7538 160.376 .475 . .817 VAR00040 230.2154 161.984 .249 . .820 VAR00041 231.1385 174.527 -.391 . .835 VAR00042 230.9846 171.890 -.323 . .831 VAR00043 231.0462 169.107 -.180 . .828 VAR00044 231.0308 169.343 -.180 . .828 VAR00045 230.2769 167.203 -.050 . .828 VAR00046 229.8923 161.254 .312 . .819 VAR00047 230.2615 164.196 .141 . .822 VAR00048 229.6923 159.154 .474 . .816 VAR00049 229.9385 165.184 .082 . .824 VAR00050 230.7846 167.234 -.050 . .826 VAR00051 229.6462 160.388 .430 . .818 VAR00052 230.5385 169.284 -.161 . .829 VAR00053 229.9846 158.078 .509 . .815 VAR00054 229.9231 160.822 .382 . .818 VAR00055 229.7692 160.680 .456 . .818 VAR00056 229.9385 160.809 .437 . .818 VAR00057 229.8923 164.160 .213 . .821 XVII VAR00058 230.8000 168.788 -.158 . .827 VAR00059 229.8923 161.223 .407 . .818 VAR00060 230.0000 158.000 .411 . .817 VAR00061 229.8154 160.934 .378 . .818 VAR00062 229.8923 162.160 .335 . .819 VAR00063 230.8000 167.006 -.036 . .826 VAR00064 230.3846 160.897 .297 . .819 VAR00065 230.3231 161.472 .255 . .820 VAR00066 230.1231 160.203 .458 . .817 VAR00067 230.1077 156.691 .544 . .814 VAR00068 230.1846 159.372 .451 . .817 VAR00069 229.7077 160.304 .400 . .818 VAR00070 230.3846 168.178 -.106 . .827 VAR00071 229.9231 156.885 .554 . .814 VAR00072 230.0769 159.635 .421 . .817 VAR00073 229.9846 159.953 .349 . .818 VAR00074 229.9385 158.965 .519 . .816 VAR00075 230.8154 167.872 -.086 . .827 VAR00076 229.7692 163.243 .212 . .821 VAR00077 230.2615 162.602 .204 . .821 VAR00078 230.1846 161.122 .309 . .819 VAR00079 230.0923 162.210 .253 . .820 VAR00080 231.3385 173.227 -.410 . .833 Scale Statistics Mean 233.1077 Variance 166.816 Std. Deviation 12.91574 N of Items 80 XVIII