PENGGUNAAN MATERIAL FLY ASH PADA BANGUNAN GALERI SENI DI PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN Hadid Syafaad, Wiyantara Wizaka, Riva Tomasowa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara Binus University, [email protected] Abstract This study discusses the application of recycled materials Fly Ash on the gallery building in Pasar Minggu, South Jakarta. Sustainability is a common term to describe material technology regarding ecological and environmental stability in architecture design. The word covers three major aspects which one of them is sustainable elements. This study discusses the application of recycled material called fly ash on a gallery design at Pasar Minggu, South Jakarta. The method in this research is using of cuantitative method and in terms of Sustainable Elements Points. The fly ash material is best at load resistance and price. For further research can use the same method to study to get aspects of research on Sustainable Elements (H.S) Keywords : Recycled, Material, Fly Ash Abstrak Penelitian ini membahas peenggunaan bahan daur ulang Fly Ash pada gedung galeri seni di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sustainable adalah istilah umum untuk menggambarkan teknologi material mengenai stabilitas ekologi dan lingkungan dalam desain arsitektur. Sustainable mencakup tiga aspek utama yang salah satunya adalah Sustainable Elements. Penelitian ini membahas penggunaan daur ulang bahan yang disebut fly ash pada desain galeri seni di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan ditinjau dari poin-poin Sustainable Elements. Bahan fly ash unggul dalam tahan beban dan harga. Untuk penelitian lebih lanjut dapat menggunakan metode yang sama untuk belajar untuk mendapatkan aspek penelitian tentang Sustainable Elements. (H.S) Kata Kunci : Daur Ulang, Material, Fly Ash PENDAHULUAN Gedung galeri seni merupakan suatu ruang dimana sekelompok orang ataupun secara individu dapat mengumpulkan karya seni dan memperlihatkannya kepada masyarakat atau kelompok penikmat seni lainnya sebagai bentuk apresiasi diri. Dengan berkembangnya seni di Indonesia terutama di Jakarta membuat para penikmat seni dan juga para seniman membutuhkan wadah untuk melakukan kegiatan seni tersebut. Wadah tersebut adalah sebuah Galeri yang dapat menunjang aktifitas pergelaran pentas seni pameran atau pentas seni lainya yang dimana dapat menunjang kegiatan pengunjung selaku penikmat seni. Berdasarkan Ernst Neufert (Neufert, 1999), ruang untuk memperagakan hasil karya seni, benda-benda budaya dan ilmu pengetahuan harus memenuhi persyaratan berikut: Benar-benar terlindung dari pengrusakan, pencurian, kebakaran, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu. Setiap peragaan harus mendapat pencahayaan yang baik. Biasanya ruang pamer hasil karya dibagi berdasarkan dengan koleksi yang ada. Peragaan benda-benda hendaknya dapat dilihat tanpa kesulitan sudut pandang manusia biasanya 54o atau 27o dari ketinggian mata sehingga dapat disesuaikan dengan hasil karya yang diberi cahaya pada jarak 10 m. Konstruksi dinding masif merupakan dinding yang berfungsi sebagai pemikul beban (load bearing wall). Biasanya dinding ini terbuat dari batu bata, bata ringan, beton, beton bertulang, dan lain – lain. (Juned Maros, 2012) Batu bata sering dipilih sebagai bahan pokok utama penyusun bangunan karena harganya yang relatif murah, mudah diperoleh, memiliki kekuatan yang cukup tinggi, tahan terhadap pengaruh cuaca, dan tahan terhadap api. Pada umumnya pembuatan bata merah dengan cara dibakar dengan suhu 800°C sehingga tidak hancur bila direndam dalam air, sedangkan pembakarannya menggunakan sekam padi atau kayu bakar yang dapat menimbulkan polusi udara melalui emisi CO2. Sedangkan bahan dasar bata merah biasanya diambil dari galian tanah sawah yang subur atau tanah liat, hal ini dapat merusak lingkungan lokal disebabkan karena pertambangan tanah liat secara berlebihan. (Birdyant Goritman, 2012) Perkembangan teknologi banyak ditemukan material sebagai pengganti penggunaan material batu bata yaitu material yang sekarang lebih di kenal sebagai bata ringan atau hebel. Material hebel ditemukan sebagai pengganti material batu bata agar mudah dalam pengerjaan, mempercepat pembangunan dan menghemat penggunaan material dengan ukuran yang relatif lebih besar di bandingkan dengan material batu bata. Namun seiring berkembangnya teknologi penggunaan material hebel secara berlebihan menyebabkan pengrusakan lingkungan, dikarenakan bahan yang digunakan dalam pembuatan hebel adalah semen, pasir silika dan kapur. Dimana pengambilan bahan kapur dengan cara penghancuran gunung yang menyebabkan pengrusakan lingkungan. Menurut Sri Prabandiyani Retno Wardani, Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah Fly ash untuk keperluan bahan bangunan, namun hasil pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan secara optimal, karena berdasarkan PP. No.85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), Fly ash dan bottom ash dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang akan mengalami pelindian secara alami dan mencemari lingkungan. Produksi batubara pada tahun 2010 diperkirakan sekitar 153 juta ton, sedangkan pemakaian dalam negeri pada tahun tersebut adalah 108 juta ton, sedangkan sisanya 45 juta ton merupakan jumlah yang dapat diekspor. Dari pembakaran batubara dihasilkan sekitar 5% polutan padat yang berupa abu (Fly ash dan bottom ash), di mana sekitar 10-20% adalah bottom ash dan sekitar 80-90% Fly ash dari total abu yang dihasilkan. Penggunaan material yang melingkupi Sustainable Elements pada bangunan sebagai dasar pembentuk bangunan di harapkan agar menambah kesadaran masyarakat akan peduli lingkungan, dengan cara mengaplikasikanya pada sebuah bangunan publik yaitu galeri. Sustainable Element dalam pembahasan ini sendiri dapat diartikan sebagai material sebagai pengganti batu bata merah dan bata ringan yaitu Fly ash merupakan material berkelanjutan yang dapat dicari, diolah, dan digunakan secara terus menerus. Uraian masalah yang sudah dijelaskan dalam latar belakang, dan lemahnya pemahaman saat ini mengenai Fly ash, setidaknya dapat memberikan alasan yang signifikan untuk dapat memberikan jawaban, bahwa Fly ash dapat menjadi material pengganti dari adanya material bata merah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya di awal paragraf. METODE PENELITIAN Metode yang di gunakan dalam penilitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bersifat mutlak, cenderung menggunakan perhitungan dan analisis. Landasan teori digunakan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahasan hasil penelitian. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Menganalisa material Bata Ringan Fly Ash yang akan di gunakan pada pembangunan desain galeri seni berdasarkan poin-poin Sustainable Elements 2. Analisa kegiatan pada Galeri Seni untuk mengetahui kebutuhan ruang dan luasan ruang yang di butuhkan pada Galeri Seni di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Analisa mengenai Lokasi Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Menganalisa dan mengidentikasi akses di sekitar kawasan tersebut yang dapat mempengaruhi bentuk bangunan Galeri. Serta melihat ketersediaan sarana dan prasarana penunjang dalam kawasan Ampera, Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung di lapangan. ANALISA DAN BAHASAN Menurut the U.S. Environmental Protection Agency (EPA) – Fly Ash diklasifikasikan sebagai limbah “non-hazardous.” dan Fly Ash tidak menyebabkan pencemaran pada air. Fly Ash telah banyak digunakan di banyak Negara dan tidak menyebabkan problem kesehatan pada masyarakat. Adapun salah satu pencemaran yang sering terjadi dan dapat mengganggu kesehatan adalah pencemaran udara. Limbah batu bara atau Fly Ash dapat digunakan sebagai pengganti bahan bangunan yang sebagai bahan campur bata ringan. Bata ringan dapat dipergunakan untuk keperluan Dinding, ataupun untuk Lantai. Bata ringan memiliki sifat yang tahan api. Tidak hanya api, bata ringan juga bersifat tahan terhadap cuaca ekstrim. Entah itu badai, panas menyengat, angin kencang, hingga cuaca di bawah nol derajat. Untuk penggunaan rumah, dinding bata ringan juga bebas lumut, jamur, ngengat, dan tentunya bebas pengeroposan. Dinding yang terbuat dari bata ringan juga kedap suara, sehingga cocok untuk Anda yang memiliki rumah di daerah perkotaan yang cenderung lebih bising. Dinding beton terbilang berukuran besar, namun membuat bangunan lebih cepat selesai didirikan. Permukaan bata ringan jauh lebih halus dibandingkan bata merah, sehingga untuk pekerjaan pasangan dan plesteran pada permukaan bata ringan diperlukan produk yang berkualitas. Dengan Semen Instan, pekerjaan pasangan dan plester jadi lebih mudah. Aplikasinya sangat mudah hanya dengan menambahkan air saja, selain itu juga daya rekat tinggi sehingga pasangan bata ringan lebih kokoh. Walaupun Fly Ash dapat digunakan dalam bentuk kering atau basah, Fly Ash biasanya di simpan dalam kondisi kering. Kira-kira 15 sampai 30% air dapat ditambahkan pada Fly Ash. Berikut dibahas kontribusi Fly Ash pada pemakaian portland cement, batu bata, beton ringan, material konstruksi jalan, material pekerjaan tanah, campuran grouting, stabilisasi tanah untuk konstruksi jalan maupun stabilisasi tanah untuk tanah-tanah yang bermasalah di Indonesia. Gambar 1. Lokasi Tapak Sumber : RDTR Lokasi tapak terletak di Jl. Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia. Dengan Luas kawasan ±5.500 m² dan Peruntukan kawasan adalah S.4. Batas wilayah pada tapak pada bagian Utara adalah Gedung Pemadam Kebakaran, bagian Selatan adalah Koperasi Sejati Mulia, bagian Barat adalah SMU Balai Rakyat dan Timur adalah Pertokoan Kecil Gambar 2. Analisa Lingkungan Analisa Bentuk Bangunan Gambar 7. Zona Ruang pada Site Pembentukan ruang dan massa di bentuk statis karena agar dalam pembangunan tidak banyak material yang terbuang dan menghemat penggunaan material Bata Ringan Fly Ash. Penyusunan fungsi ruang berdasarkan dari massa utama, massa penunjang dan massa service. Massa Utama di letakan di tengahantara massa penunjang dan massa service, untuk menunjukan fungsi utama bangunan tersebut yaitu Galeri. Massa Penunjang di letakan sebelah kanan massa utama karena melihat bentuk site yang berada di hook dan massa penunjang yang berfungsi menunjang aktifitas pada massa utama dan massa service di letakan di bagian kiri. Massa penunjang dan massa service di buat agar sedikit mundur dari massa utama, agar massa utama tetap pada hakekatnya sebagai Massa Utama pada bangunan ini. Dengan kebutuhan ruang pada massa utama maka di buat massa utama di lantai berikutnya untuk memenuhi kebutuhan ruang yang ada pada bangunan ini. Massa penunjang di buat massa di lantai berikutnya untuk memenuhi kebutuhan ruang padan bangunan ini dan tidak melebihi besar nya massa utama. Gambar 8. Gubahan Massa Gambar 9 & 10. Poin Facade & Pemotongan Bentuk Facade SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisa material daur ulang Fly Ash untuk memenuhi poin-poin Sustainable Elements adalah daya tahan, dimana daya tahan kepadatan kering Bata Ringan Fly Ash mencapai 1200-1800 Kg / m 3 dan kekuatan tekan pada 28 hari setelah pemasangan 60-250 Kg / m 3. Di lihat dari segi ekonomis material daur ulang Fly Ash yang dibentuk sebagai bata ringan lebih memiliki harga yang lebih murah. Jenis Tabel 14. Perbandingan Harga Harga Jumlah Ukuran Panjang : 17-23 cm Bata Merah Rp.1000 ,1 buah Lebar : 7-11 cm Oven Tebal : 3-5 cm. 500x250x90/190mm Bata Ringan Rp. 600.000,1 Palet Setiap bentuk & ukuran CLC Fly Ash (±100buah) dalam rentang kepadatan 400-1800 Kg / m 3 Sumber : http://hargabahanbangunan.co; Studi Kasus Perbandingan Berbagai Bata Ringan Dari Segi Material, Biaya, dan Produktivitas Penggunaan Bata Merah pada bangunan Galeri di Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini berjumlah 57.681 buah, dengan penggunaan Bata Ringan Fly Ash, yang di butuhkan pada bangunan ini 5.768,1 buah. ±57.681 x Rp. 1000 ,- = Rp. 57.681.000 ,±5.768,1 : 100 = 57.681 x Rp. 600.000 ,- = Rp. 34.608.600 ,Rp. 57.681.000 ,- - Rp. 34.608.600 ,- = Rp. 23.072.400 ,Maka dengan penggunaan Bata Ringan Fly Ash dapat menghemat biaya dalam pembangunan kurang lebih Rp. 23.072.400 ,- . Maka dapat dilihat keuntungan yang signifikan pada penggunan material Bata Ringan Fly Ash di bandingkan dengan penggunaan material Bata Merah Oven. Material Fly Ash yang di bentuk sebagai CLC tidak memerlukan perawatan khusus atau berkala, karena material ini digunakan sebagai material dasar pada bangunan, seperti layaknya penggunaan batu bata atau bata ringan lainya. Material Fly Ash yang di bentuk sebagai CLC, Bata dan Beton Ringan dapat dilakukan daur kembali layaknya material bekas pembongkaran bangunan lainya yang dapat di gunakan kembali pada pembangunan dengan melalui proses daur ulang. Dari kesimpulan di atas penggunaan material Fly Ash yang di bentuk menjadi bata ringan sebagai alternatif pemakaian material batu bata dan bata ringan hebel memiliki kauntungan yang signifikan yang di tinjau dengan poin-poin Sustainable Element. Gambar 11 & 12. Ukuran Bata Ringan Fly Ash Cetak & Ukuran Bata Merah Oven Gambar 13. Perbandingan Ukuran Bata Saran Dalam pencapaian Sustainable Elements perlu beberapa aspek yaitu : Daya Tahan Ekonomis Rendah Perawatan Dapat di Daur Ulang Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode yang sama dengan penelitian ini untuk mendapatkan aspek-aspek penelitian terhadap Sustainable Elements, Jika hal tersebut telah didapatkan, penelitian dapat dilanjutkan dengan menganalisa nilai standar material sesuai dengan Sustainable Elements, agar mendapatkan standar Sustainable Elements pada material yang diinginkan. REFERENSI Buku Attman, Osman. (2009). Green Architecture. McGraw-Hill Education. Chiara, De, J. Callender, Hancock, J. (1990) Time-Saver Standards for Building Types. McGraw-Hill Education Companies. Neufert, Ernst. (2002). Data Arsitek – Jilid 2 – Edisi 33. Jakarta : Erlangga Jurnal Goritman, Birdyant. Irwangsa, Robby. (2012). Studi Kasus Perbandingan Berbagai Bata Ringan Dari Segi Material, Biaya, Dan Produktivitas. Surabaya. Martokusumo, Wijaya. (2013). Arsitektur Kontemporer Indonesia, Perjalanan Menuju Pencerahan. Bandung. Mizraty, Nur. (2013). Penerapan Pencahayaan Alami Pada Galeri Kain Tenun Nusa Tenggara Timur. Malang. Setiowati, Erindiah dan Saryanto. (2013) Tata Cahaya pada Selasar Sunaryo Art Space. Bandung. Sudarsana, Ketut, I. Budiwati, Made, A, I. Wijaya, Angga, Y. (2012) Karakteristik Batu Bata Tanpa Pembakaran Terbuat Dari Abu Sekam Padi Dan Serbuk Batu Tabas. Denpasar. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1. Suparwoko. (2010). Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri Pariwisata. Yogyakarta. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif Prabandiyani, Sri. (2008). Pemanfaatan Limbah Batubara (Fly Ash) Untuk Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Semarang. Internet Badan Pengelolaan Lingkungan http://bplhd.jakarta.go.id Hidup Daerah. (2015). 15 April 2015, 00.30. Dau Desain. (2015). 5 Maret 2015, 21.44. http://www.daudesain.com/ Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). 5 Maret 2015, 20.21. http://www.KBBI.web.id. Salihara. (2015). 15 April 2015, 00.34. http://salihara.org Ungkapatap. (2015). 15 April 2015, 20.44. http://ungkapatap.com Daftar Harga Batu Bata Terbaru 2015. (2015). 17 April 2015, 03.01. http://hargabahanbangunan.co.id Smart Garden. (2015). 7 Mei 2015, 02.16. http://smartgardenindonesia.com/ RIWAYAT PENULIS Hadid Syafaad lahir di Jakarta pada tanggal 24 Desember 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University, Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur pada tahun 2015.