TOLERANSI TANAMAN MAHKOTA DEWA - Jurnal UIR

advertisement
ISSN : 2252-9608
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
TOLERANSI TANAMAN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa L.) PADA TANAH
TERCEMAR FLY ASH DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG
Tolerance of Mahkota Dewa Plant (Phaleria Macrocarpa L.) In The Contaminated Fly Ash Soil
With Manure Application
A.Haitami (1), Hasan Basri Jumin (2), dan Tengku Rosmawaty (2)
1)
Mahasiswa Jurusan Agronomi Program Pasca Sarjana Universitas Islam Riau
Dosen Program Studi Agronomi Program Pasca Sarjana Universitas Islam Riau
2)
Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Islam Riau
Jl. Kaharuddin Nasution No.113 Perhentian Marpoyan, Pekanbaru 28284, Riau
Telp.0761-7047726, Fax: 0761-674717
Email : [email protected]
[Diterima Febuari 2014; Disetujui Maret 2014]
ABSTRACT
This study aims to determine the tolerance of Mahkota Dewa plants (Phaleria macrocarpa
L.) In the Contaminated Fly Ash Soil By Giving Manure. The study was using a completely
randomized design (CRD) factorial consisting of two factors: F (Waste Fly Ash) and P
(Manure). The results show that there is a significant effect on the Broad Leaf, LPR, LAB, Plant
Dry Weight. Analysis of Heavy Metal Content of the Mahkota Dewa plant after a given fly ash
and manure that there is no control of the content of heavy metals such as Pb and Cd, whereas
the treatment F3P3 content contained 0.7 ppm Pb and Cd <0.1 ppm, it decreased levels of heavy
metals on fly ash after manure application, ie the fly ash content of Pb: 1:53 ppm and Cd: 0:15
ppm down to 0.7 ppm Pb and Cd <0.1 ppm. Based on the results of soil analysis after treatment
increased after the administration of fly ash and manure, such as: pH, organic C, N, P, K, Ca,
Mg, Na, TEC, CEC, KB.
Key word : Mahkota dewa, Tolerance, and Heavy metal.
http://rat.uir.ac.id
441
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
PENDAHULUAN
Mahkota dewa merupakan salah satu
tanaman yang berkhasiat obat yang memiliki
banyak manfaat. Habitus Tanaman mahkota
dewa berupa perdu dengan tajuk bercabangcabang. Umurnya dapat mencapai puluhan
tahun dengan masa produktifitas mencapai 1020 tahun. Bagian tanaman yang paling banyak
dimanfaatkan adalah buah yang terdiri dari
kulit, daging, cangkang, dan biji.
Bermacam unsur hara pada
limbah
padat Fly Ash seperti N, P, K, Ca, Mg, Pb, Cd,
Hg dan As, tetapi tidak berarti seluruh unsur
tersebut dibutuhkan tanaman, logam berat Pb,
Cd, As dan Hg. Pupuk organik dapat dijadikan
sebagai amelioran karena membentuk khelat,
yaitu reaksi kation logam dengan asam-asam
organik
sebagai
hasil
sampingan
mikroorganisme tanah, terbentuknya khelat
dapat mengurangi kelarutan logam berat.
Industri pulp and paper PT. Tanjung
Enim Lestari menghasilkan limbah salah satu
nya adalah Fly Ash yang mengandung logamlogam berat yang dapat mencemari
lingkungan, seperti misalnya Pb, Cd, As dan
Hg. Pengelolaan limbah yang masih
bermasalah adalah limbah padat, diantara nya
adalah Fly Ash. Jika untuk menghasilkan pulp
diperlukan 4,5 m kayu dan 10 % menjadi
limbah kulit sebagai bahan bakar, maka dapat
dipastikan jumlah limbah abu yang dihasilkan
akan sangat besar. Konsekuensinya tanpa
pengelolaan yang tepat maka limbah Fly Ash
yang sifatnya mudah terbang akan mencemari
lingkungan yang serius.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
pengaruh pemanfaatan limbah fly ash sebagai
pupuk dan berbagai jenis pupuk kandang,
Sehingga dapat memberikan pengaruh yang
cukup baik pada pertumbuhan tanaman
mahkota dewa.
Oleh karena keberadaan logam berat
berbahaya bagi lingkungan upaya yang tepat,
efektif dan efisien untuk mengurangi atau
menurunkan konsentrasinya atau membuatnya
http://rat.uir.ac.id
ISSN : 2252-9608
tidak larut (immobil) adalah dengan
penambahan bahan amelioran seperti pupuk
kandang.
Pupuk kandang mempunyai sifat yang
baik karena mampu memberikan pengaruh
positif terhadap sifat-sifat fisik dan kimia
tanah, mendorong kehidupan jasad renik dan
diharapkan mampu mengikat logam-logam
berat yang ada didalam tanah (Lingga, 1995)
Selain itu, penambahan masukan organik
tanah sama halnya dengan penambahan fraksi
fosfor organik yang juga merupakan salah satu
fraksi fosfor yang akan diserap tanaman.
Peningkatan kandungan asam humat dan asam
fulvat akan meningkatkan jumlah muatan pada
tapak pertukaran sehingga memungkinkan
pertukaran hara lebih baik, berpengaruh
langsung meningkatkan perkembangan akar
dan bahan kering tanaman (Bertham, 2002).
Pupuk
kandang
disamping
menyumbangkan unsur hara juga dapat
membentuk khelat, yaitu reaksi antara kation
logam (Fe, Cu, Mn, Co, dan Al) dengan asamasam organik sebagai hasil sampingan dari
mikroorganisme tanah. Terbentuknya khelat
dapat mengurangi kelarutan logam-logam
tersebut, dan melepaskan unsur P dan Ca
(Hakim,1986).
Dengan adanya kandungan logam berat
dalam limbah Fly Ash seperti Cd, Pb, Hg dan
As potensial toksik jika konsentrasinya
melebihi ambang batas kritis akan meracuni
tanaman. Oleh karena itu dalam penelitian ini
penggunaan Fly Ash harus memperhitungkan
kadar logam berat yang terkandung
didalamnya dan toleransi tanaman mahkota
dewa terhadap pemberian limbah Fly Ash.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan alternatif pemecahan masalah
dalam menangani proses pengolahan limbah
Fly Ash yang mengandung logam berat dari
pabrik pulp and paper dengan pemberian
bahan organik, agar logam-logam berat yang
terkandung dalam limbah Fly Ash dapat
dikurangi dengan pemberian bahan organik
442
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
berupa pupuk kandang. Disamping itu juga
ikut mengembangkan konsep pertanian yang
berkelanjutan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan di
kebun
Percobaan
Fakultas
Pertanian
Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin
Nasution KM. 113 Kelurahan Simpang Tiga
Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru.Waktu
pelaksanaan dalam penelitian ini adalah empat
(4) bulan dimulai dari bulan Januari sampai
bulan April 2014.
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah bibit Mahkota Dewa yang telah
berumur 3 minggu, limbah Fly Ash, Pupuk
kandang (ayam, kambing dan sapi), polybag
hitam berukuran 30 x 25 cm, fungisida
Dithane M-45.Decis 25 EC.
Alat-alat
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cangkul, gergaji, martil,
gembor, meteran, Jangka sorong, hand
sprayer, ayakan, kuas, kamera digital, ember,
cat, patok sampel, neraca analitis,oven, pisau,
sekop kecil, kertas amplop untuk memasukkan
tanaman sampel ke dalam oven dan alat-alat
tulis.
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2
faktor yaitu F (Fly Ash) yang terdiri dari 4
taraf perlakuan dan P (Pupuk Kandang) yang
juga terdiri dari 4 taraf perlakuan sehingga
diperoleh 16 kombinasi perlakuan. Dimana
masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3
kali sehingga didapat 48 unit percobaan.
Setiap unit tanaman terdiri dari 8 tanaman,
dengan demikian jumlah populasi adalah 384
ISSN : 2252-9608
tanaman. Faktor F terdiri dari 4 taraf yaitu : F0
= Tanpa Pemberian Fly Ash (Kontrol) Fl =
10Ton/ha
atau setara dengan (15
gram/polybag) F2 = 15 Ton/ha atau setara
dengan (22,5 gram/polybag) F3 = 20 Ton/ha
atau setara dengan (30 gram/polybag ) Faktor
P terdiri dari 4 taraf yaitu : P0 = Tanpa
Pemberian Pupuk Kandang (Kontrol) Pl =
Kotoran Ayam 20 Ton/ha atau setara dengan
(30 gram/polybag) P2= Kotoran Kambing 20
Ton/ha atau setara dengan (30 gram/polybag)
P3 = Kotoran Sapi 20 Ton/ha atau setara
dengan (30 gram/polybag).
Tabel.1 : Kombinasi Perlakuan limbah Fly
Ash dan Pupuk kandang
Faktor
Faktor P
F
P0
P1
P2
P3
F0 F0P0
F0P1
F0P2
F0P3
Fl F1P0
F1P1
F1P2
F1P3
F2 F2P0
F2P1
F2P2
F2P3
F3 F3P0
F3P1
F3P2
F3P3
Dari hasil pengamatan masing-masing
perlakuan dianalisis secara statistik, bila F
hitung lebih besar dari F tabel 5%, maka
dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata
Jujur (BNJ) dengan taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total Luas Daun (cm2)
Hasil analisis sidik ragam (anova)
terhadap parameter Luas Daun 4 MST dan 6
MST menunjukkan bahwa perlakuan Fly Ash
(F) dan perlakuan Pupuk Kandang (P) secara
tunggal berpengaruh nyata, sedangkan
Interaksi perlakuan Fly ash dan Pupuk
Kandang (FP) berpengaruh nyata terhadap
Luas
Daun.
Tabel.2. Total Luas Daun perlakuan Limbah Fly Ash dan berbagai jenis pupuk kandang terhadap
tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa. L)
Perlakuan
Faktor P (Pupuk Kandang)
MST Faktor F
Rerata
P0
P1
P2
P3
(F)
(Limbah Fly Ash)
http://rat.uir.ac.id
443
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
ISSN : 2252-9608
F0
21.07c
47.40bc
42.13bc
36.87c
36.86b
c
bc
bc
bc
F1
36.87
52.67
52.67
47.40
42.13c
4
F2
52.67bc
57.93bc
73.73ab
105.33a
72.42a
c
bc
bc
c
F3
36.87
52.67
47.40
31.60
47.40b
Rerata (P)
36.86b
52.66ab
53.98b
55.30a
BNJ F = 16.34BNJ P = 16.34 BNJ FxP = 44.74 KK = 29.73 %
F0
79c
100.07bc
84.27bc
105.33bc
92.17b
F1
84.27bc
89.53bc
115.87bc 100.07bc
97.43b
bc
bc
ab
a
6
F2
105.33
121.13
168.53
221.2
154.05a
F3
105.33bc 131.67bc
110.6bc
100.07bc 111.92b
b
b
ab
Rerata
94.8
110.6
118.5
131.67a
BNJ F = 32.20 BNJ P = 32.20 BNJ FXP = 88.15 KK = 25.56 %
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ
taraf 5 %.
Interaksi antara Limbah Fly ash dengan
pemberian berbagai jenis pupuk kandang Luas
daun 4 dan 6 MST, hasil luas daun tertinggi
diperoleh pada perlakuan F2P3. Tingginya
perlakuan (F2) Fly Ash 15 ton/ha, karena pada
pemberian Fly sh 15 ton/ha terdapat
peningkatan dibandingkan dengan 10 ton/ha,
namun jika takaran fly ash ditingkatkan
sampai 20 ton/ha justru malah menurunkan
luas daun tanaman. Hal ini diduga karena pada
pemberian 15 ton/ha Fly Ash telah mampu
menyediakan hara paling maksimal dibanding
dengan dosis yang lain. Kenyataan tersebut
menggambarkan bahwa pemberian Fly ash
mampu memperbaiki medium tanam, dengan
demikian akan mendukung terhadap perbaikan
pertumbuhan tanaman mahkota dewa.
Tingginya perlakuan (P3) pupuk kandang
kotoran sapi karena peranan bahan organik
terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak
terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi
bahan organik, karena pada proses ini terjadi
perubahan terhadap komposisi kimia bahan
organik dari senyawa yang kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Proses yang
terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan
sisa tanaman atau hewan oleh mikroorganisme
tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan
biomassa organisme, dan akumulasi serta
pelepasan akhir.
http://rat.uir.ac.id
Perlakuan F2P3 lebih tinggi dari
perlakuan lainnya hal ini diduga karena
dengan pemberian Fly Ash 15 ton/ha dan
pupuk kandang kotoran sapi 20 ton/ha
mempunyai peranan yang penting yang bisa
berfungsi sebagai substitusi terbatas, karena
Fly Ash mengandung unsur hara makro dan
mikro, selain itu juga dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah, dimana Fly Ash
dapat meningkatkan pH tanah yang
mengakibatkan KTK (kapasitas tukar kation)
menjadi tinggi sehingga dapat mempercepat
proses dekomposisi bahan organik, dan hara
yang terkandung pada tanah akan semakin
tersedia, ini menyebabkan proses fotosintesis
berjalan dengan baik. Dan disebabkan juga Corganik dan kandungan hara meningkat karena
pemberian fly ash dan pemberian pupuk
kandang kotoran sapi.
Laju
Pertumbuhan
Relatif
(LPR)
-1
(mg.tanaman/hari )
Hasil analisis sidik ragam (anova)
terhadap LPR 5-7 dan LPR 9-11 Minggu
Setelah Tanam (MST) menunjukkan bahwa
perlakuan Fly Ash (F) dan perlakuan berbagai
jenis Pupuk kandang (P) secara tunggal
berpengaruh nyata, sedangkan Interaksi
perlakuan Fly ash dan pupuk kandang (FP)
berpengaruh nyata terhadap Laju Pertumbuhan
Relatif.
444
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
ISSN : 2252-9608
Tabel.3. Laju Pertumbuhan Relatif perlakuan Limbah Fly Ash dan berbagai jenis pupuk kandang
terhadap tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa. L)
Perlakuan
Faktor P (Pupuk Kandang)
MST Faktor F
Rerata
P0
P1
P2
P3
(F)
(Limbah Fly Ash)
fg
fg
fg
def
F0
0.011
0.012
0.014
0.027
0.016d
fg
ef
def
cd
F1
0.013
0.023
0.027
0.032
0.024c
5-7
F2
0.030cde
0.035bc
0.034bc
0.051a
0.038a
ef
ef
cd
b
F3
0.023
0.025
0.031
0.037
0.029b
Rerata (P)
0.019d
0.024c
0.026b
0.037a
BNJ F = 0.0019 BNJ P = 0.0019 BNJ FxP = 0.0051 KK = 6.25 %
F0
0.014hi
0.015hi
0.024gh
0.033cde
0.022d
hi
fgh
def
bcd
F1
0.020
0.025
0.032
0.03
0.028c
bcd
b
b
a
9-11
F2
0.034
0.040
0.039
0.054
0.042a
F3
0.026efg 0.029defg 0.035bcd
0.040bc
0.032b
b
c
b
a
Rerata (P)
0.023
0.027
0.032
0.040
BNJ F = 0.0026 BNJ P = 0.0026 BNJ FxP = 0.007 KK = 7.47 %
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ
taraf 5 %.
Pada Tabel.3 diatas terlihat bahwa LPR57 berkisar antara 0.011 - 0.051 atau 1.1 % - 5.1
%. Pengamatan LPR9-11 berkisar antara 0.014 0.054 atau 1.4 % - 5.4 %.Jadi terlihat bahwa
Laju Pertumbuhan Relatif 5-7 MST lebih kecil
daripada LPR 9-11 MST. Hal ini disebabkan
bahwa
Laju
Pertumbuhan
Relatif
menunjukkan kemampuan tanaman untuk
menumpuk bahan kering (biomassa) yang
mengakibatkan
pertambahan
berat.
Pembentukan biomassa tanaman meliputi
semua bahan tanaman meliputi semua bahan
tanaman yang berasal dari hasil fotosintesis
dan serapan unsur hara dan air yang diolah
dalam proses biosintesis (Salisbubury dan
Ross,1995). Penyerapan unsur hara dan air
sangat berkaitan dengan media tanam, dimana
media tanam tanah campur Pupuk Kandang
dan Limbah Fly ash dapat memperbaiki sifat
fisik tanah berupa peningkatan ruang pori,
perbaikan aerasi tanah , pori air tersedia
permeabilitas
tanah
dan
menurunkan
ketahanan penetrasi.
http://rat.uir.ac.id
Pengaruh pemberian Fly Ash pada LPR57 dan LPR9-11 memberikan pengaruh nyata
yaitu pada perlakuan F2, hal ini diduga karena
fly ash sebagai penyumbang beberapa unsur
hara dan juga dapat memperbaiki struktur
tanah sehingga perkembangan akar menjadi
lebih baik dan penyerapan unsur hara menjadi
maksimal. Perlakuan F2 lebih tinggi dibanding
perlakuan F3, F1, dan F0 (kontrol).Hal ini
disebabkan karena pertambahan biomassa
tanaman persatuan waktu tidak konstan tetapi
tergantung dari berat awal tanaman. Menurut
Sitompul dan Guritno (1995), bahwa Laju
Pertumbuhan Relatif selama pertumbuhan
tidak pernah konstan sekalipun dalam waktu
yang relatif pendek, tetapi berubah terus
menerus dengan waktu. Lebih lanjut Laju
Pertumbuhan Relatif meupakan karakteristik
pertumbuhan yang berhubungan dengan
perubahan-perubahan lingkungan. Suhu yang
tinggi mengakibatkan hilangnya dominasi
pucuk, klorosis, nekrosis, gugur daun dan
tanaman menjadi kerdil (Pusat Penelitian
Tanaman Kopi dan Kakao,2008).
445
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
Laju Asimilasi Bersih (LAB) (mg.cm-2. Hari1)
Hasil analisis sidik ragam (anova)
terhadap LAB5-7 dan LAB9-11 Minggu Setelah
Tanam (MST) menunjukkan bahwa perlakuan
Fly Ash (F) dan perlakuan berbagai jenis
ISSN : 2252-9608
Pupuk
kandang
(P)
secara
tunggal
berpengaruh nyata, sedangkan Interaksi
perlakuan Fly ash dan pupuk kandang (FP)
berpengaruh nyata terhadap Laju Asimilasi
Bersih.
Tabel.4. Laju Asimilasi Bersih perlakuan Limbah Fly Ash dan berbagai jenis pupuk kandang
terhadap tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa. L)
Perlakuan
Faktor P (Pupuk Kandang)
MST Faktor F
Rerata
P0
P1
P2
P3
(F)
(Limbah Fly Ash)
j
ij
hi
f
F0
0.085
0.118
0.141
0.216
0.140d
h
gh
fg
e
F1
0.166
0.176
0.208
0.253
0.201c
de
cd
b
a
5-7
F2
0.262
0.297
0.344
0.386
0.323a
F3
0.232ef
0.258e
0.305b
0.320bc
0.279b
d
c
b
a
Rerata (P)
0.186
0.212
0.250
0.294
BNJ F = 0.0129 BNJ P = 0.0129 BNJ FxP = 0.0353 KK = 4.94 %
F0
0.112kl
0.141kl
0.165jk
0.239gh
0.164d
F1
0.186ij
0.196ij
0.228hi
0.273fg
0.221c
ef
cd
b
a
9-11
F2
0.282
0.324
0.378
0.423
0.352a
F3
0.309def
0.315de
0.358bc
0.370b
0.388b
d
c
b
a
Rerata (P)
0.222
0.244
0.282
0.326
BNJ F = 0.0001 BNJ P = 0.0001 BNJ FxP = 0.0003 KK = 4.16 %
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ
taraf 5 %.
Pengaruh interaksi Fly Ash dan Pupuk
Kandang berpengaruh nyata terhadap LAB5-7
dan LAB9-11 dengan interaksi terbaik pada
perlakuan F2P3. Hal ini diduga karena
kemampuan fly ash dan pupuk kandang sapi
dalam memperbaiki sifat biologi tanah
sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik
bagi perakaran tanaman. Selain itu kandungan
unsur hara yang terdapat pada fly ash dan
pupuk kandang sapi dapat mensuplai unsur
hara terutama N, P dan K yang memegang
peran yang sangat penting dalam metabolisme
tanaman.Pertumbuhan
tanaman
adalah
penimbunan bahan kering tanaman per satuan
luas per satuan waktu.Bahan kering tanaman
merupakan gambaran dari tranlokasi hasil
fotosintesis (fotosintat) ke seluruh bagian
tanaman sehingga dapat dikatakan laju tumbuh
http://rat.uir.ac.id
tanaman sangat ditentukan oleh luas daun
tanaman yang mampu mengintersepsi sinar
matahari langsung secara maksimum dan laju
fotosintesis tanaman selanjutnya. Laju
asimilasi bersih adalah bertambahnya berat
dalam komunitas tanaman per satuan luas
lahan dalam satu satuan waktu. Laju asimilasi
bersih juga akan semakin tinggi sehingga laju
tumbuh tanaman akan semakin meningkat.
Berat Kering Tanaman (g)
Hasil analisis sidik ragam (Anova)
terhadap Berat Kering Tanaman menunjukkan
bahwa perlakuan Fly Ash (F) dan perlakuan
berbagai jenis Pupuk kandang (P) secara
tunggal berpengaruh nyata, serta Interaksi
perlakuan Fly ash dan pupuk kandang (FP)
berpengaruh nyata terhadap Berat Kering
Tanaman.
446
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
ISSN : 2252-9608
Tabel.4. Berat Kering Tanamanperlakuan Limbah Fly Ash dan berbagai jenis pupuk kandang
terhadap tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa. L)
Perlakuan
Faktor P (Pupuk Kandang)
Faktor F
Rerata
P0
P1
P2
P3
(F)
(Limbah Fly Ash)
g
fg
efg
ef
F0
1.5
1.76
2.06
2.23
1.89d
ef
def
de
de
F1
2.23
2.36
2.43
2.46
2.37c
F2
2.96cd
3.13bc
3.60b
4.73a
3.61a
cd
cd
bc
bc
F3
2.86
2.97
3.13
3.36
3.08b
Rerata (P)
2.39c
2.56c
2.80b
3.20a
BNJ F = 0.2224 BNJ P = 0.2224 BNJ FxP = 0.6087 KK = 7.33 %
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ
taraf 5 %.
Untuk perlakuan interaksi antara Limbah
Fly ash dengan pemberian berbagai jenis
pupuk kandang, hasil Berat Kering Tanaman
tertinggi diperoleh pada perlakuan Fly ash 15
ton/ha atau 22,5 gr/tanaman dan pupuk
kandang kotoran sapi 20 ton/ha atau 30
gr/tanaman (F2P3) dengan nilai Berat Kering
Tanaman 4.73 g. Hasil Berat Kering Tanaman
terkecil diperoleh pada perlakuan kontrol atau
tanpa pemberian Fly ash dan pupuk kandang
(F0P0) dengan nilai Berat Kering Tanaman 1.5
g.
Analisa Kandungan Logam Berat
Analisis kandungan logam berat Plumbum
(Pb), dan Cadmium (Cd) pada jaringan
tanaman mahkota dewa, setelah dilakukan
pengujian di Laboratorium PT. Central Alam
Resources Lestari (Central Plantation
Services).
Dapat dibandingkan dengan kandungan
logam berat pada analisis perlakuan limbah
Fly Ash, bahwa kandungan logam berat
Plumbum pada limbah Fly Ash1.53 ppm, dan
Cadmium 0.15 ppm, sedangkan hasil analisis
di jaringan tanaman mahkota dewa setelah
dilakukan aplikasi limbah Fly Ash 30
g/polybag dan Pupuk Kandang Kotoran Sapi
30 g/polybag terkandung logam berat
Plumbum 0.7 ppm, dan Cadmium < 0.1 ppm.
Dari perbandingan tersebut, adanya penurunan
kadar logam berat Plumbum, dan Cadmium
yang terdapat pada jaringan tanaman mahkota
dewa, hal ini diduga disebabkan oleh
kemampuan
pupuk
kandang
dalam
membentuk khelat, yaitu reaksi kation logam
termasuk Plumbum, dan Cadmium dengan
asam-asam organik sebagai hasil sampingan
dari mikroorganisme tanah, sehingga akan
mengurangi kelarutan logam berat yang dapat
di serap tanaman.
Analisa Tanah Setelah Perlakuan
Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum
dan setelah perlakuan menunjukkan adanya
peningkatan parameter uji dari analisis tanah
sebelum perlakuan dan meningkat setelah
dilakukan analisis tanah setelah perlakuan.
Tabel.6. Hasil Analisis kimia Tanah pra perlakuan dan setelah perlakuan.
No.
Parameter
Pra
Setelah
Metode pengujian
Uji
Perlakuan
Perlakuan
http://rat.uir.ac.id
447
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
ISSN : 2252-9608
4.98
5.65
pH meter
0.55 %
3.7 %
Spectro photometry
0.20 (%)
0.22 (%)
Kjedahl Titrimetry
25.5 (ppm)
358 (ppm)
Flame photometry
0.09 (%)
0.11 (%)
Flame photometry
1.10 (%)
1.89 (%)
AAS
0.16 (%)
0.48 (%)
AAS
0.02 (%)
0.09 (%)
Flame photometry
1.44 (%)
2.50 (%)
4.79 (meq/100
8.46 (meq/100 g)
1N NH4OAc pH7
g)
52.2 (%)
17.0 (%)
< 0.10
AAS
0 ppm
0.45
AAS
0 ppm
Sumber : Hasil Analisis Kimia Tanah di laboratorium PT.Central Alam Resources Lestari
(Central Plantation Services)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
pH (H2O)
C-organik
N Total
Total P
Total K
Total Ca
Total Mg
Total Na
Total TEC
KTK
KB
Cd
Pb
Peningkatan jumlah unsur hara pada
tanah tersebut diduga karena ada aktivitas
mikroba tanah setelah diberi pupuk kandang
dalam proses dekomposisi limbah Fly Ash
serta adanya respirasi mikroba yang
menghasilkan
CO2
sehingga
dapat
meningkatkan kandungan hara tanah.
Peningkatan pH karena adanya pemberian
limbah Fly Ash yang memiliki pH yang tinggi
yaitu 11.24. Terjadinya peningkatan KTK
akibat penambahan pupuk kandang sapi
sebagai sumber bahan organik dikarenakan
pelapukan bahan organik akan menghasilkan
humus (koloid organik) yang mempunyai
permukaan dapat menahan unsur hara dan air
sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian
bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air
yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan
KTK menambah kemampuan tanah untuk
menahan unsur- unsur hara. Penambahan
bahan organik akan meningkatkan muatan
negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK).
Meningkatnya kandungan C-organik,
karena sumbangan dari pupuk kandang sapi
dan Fly Ash sebagai sumber bahan organik itu
sendiri, dimana perlakuan pemberian pupuk
kandang sapi sampai 20 ton/ha telah
http://rat.uir.ac.id
menunjukkan peningkatan tertinggi. Soepardi
(1984), mengemukakan bahwa pemberian
bahan organik pada tanah mineral selain
meningkatkan kadar C-organik, N- total dan
basa-basa, juga dapat menekan anasir-anasir
pengikat P, sehingga P tersedia meningkat dan
menurunkan kandungan dan kejenuhan Al
tanah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Soepardi
(1984) bahwa, dengan penambahan bahan
organik ke dalam tanah akan memberi
keuntungan dalam peningkatan aktivitas
mikroorganisme tanah. Dengan demikian
meningkatnya C-organik adalah membaiknya
kondisisi tanah bagi aktivitas organisme tanah
sehingga proses dekomposisi akan berjalan
lebih sempurna.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perlakuan limbah Fly Ash dan Pupuk
Kandang secara tunggal dan interaksi
berpengaruh nyata terhadap semua
parameter pengamatan tanaman Mahkota
Dewa : Luas Daun,Laju pertumbuhan
Relatif, Laju Asimilasi Bersih, Berat
Kering Tanaman. Perlakuan limbah Fly
Ash yang terbaik adalah pemberian Fly
448
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
Ash 15 ton/ha dan perlakuan pupuk
kandang kotoran sapi 20 ton/ha merupakan
perlakuan terbaik pada tanaman mahkota
dewa.
2. Dari dosis pemberian limbah Fly Ash dan
Pupuk kandang yang diuji, pemberian
limbah Fly Ash 15 ton/ha dan perlakuan
pupuk kandang kotoran sapi 20 ton/ha
menunjukkan Toleransi yang lebih baik
pada tanaman mahkota dewa.
3. Pemberian
pupuk
kandang
dapat
mengurangi kadar logam berat pada tanah
tercemar Fly Ash, seperti Cd dan Pb.
DAFTAR PUSTAKA
Bertham, Y.H, 2002. Respon anaman kedelai (
Glycine max (L.) Merill ) terhadap
pemupukan fosfor dan kompos jerami
pada tanah ultisol. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia IV (2); 78-83
Gardner, et all. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Diterjemahkan oleh Herawati
Susilo. Universitas Indonesia. Jakarta.
http://rat.uir.ac.id
ISSN : 2252-9608
Hakim, dkk., 1986. Dasar - dasar Ilmu Tanah.
Penerbit
Universitas
Lampung,
Lampung.
Lingga,P. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
2008. Budidaya Kakao. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Lembaga Penelitian Universitas Riau.
Pekanbaru.
Salisbury, F. B dan C. W. Ross . 1995.
Fisiologi Tumbuhan. Edisi 4. Penerbit
ITB. Bandung
Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Suwargana Iyan. 2009. Panduan Tata Cara
Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun (Limbah B3). Kementrian
Negara dan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Institut
Pertanian
Bogor. Bogor.
449
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
http://rat.uir.ac.id
ISSN : 2252-9608
450
Download