BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Teoretis
2.1.1 Definisi Auditing
The American Accounting Association Committee on Basic Auditing Concepts
(dalam Simamora, 2002) mendefinisikan auditing sebagai proses sistematik pencarian
dan pengevaluasian secara obyektif bukti mengenai asersi tentang peristiwa dan
tindakan ekonomik untuk meyakinkan kadar kesesuaian antara asersi tersebut dengan
kreteria yang ditetapkan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
1. Proses sistematik
Frasa sistematik menyiratkan bahwa wajib ada pendekatan yang perencanaan
dengan baik untuk melaksanakan audit. Sebagai proses yang sistematis, auditng
merupakan pendekatan yang logis, bertujuan dan terstruktur untuk pengambilan
keputusan; auditing bukan merupakan proses yang tidak terencana dan serampangan.
Dalam melakuakn audit, auditor disyaratkan mengikuti standar yang disebut standar
auditing yang berlaku umum (generally accepted auditing standards,GAAS).
2. Mencari dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Auditing melibatkan pengumpulan bukti. Frase mencari dan mengevaluasi bukti
menegaskan bahwa auditing merupakan proses insvestigatif. Bukti audit merupakan
informasi yang akan dipakai oleh auditor untuk menentukan apakah asersi-asersi
yang sedang diaudit disajikan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Bukti
6
1
akanmempengaruhi runtunan keputusan auditor. Bukti dapat mengambil berbagi
rupa, seperti pemeriksaan dokumen, pengamatan/observasi oleh auditor, dan
komfirmasi saldo dari pihak ketiga.
3. Asersi tentang tindakan dan peristiwa ekonomi
Bukti yang dikumpulkan oleh auditor sudah barang tentu harus berhubungan
dengan asersi mengenai tindakan dan peristiwa ekonomik.Kata asersi memiliki
makna khusus dalam auditing.Asersi (assertions) merupakan representasi atau
pernyataan oleh manajemen tentang peristiwa atau tindakan ekonomik entitas.
Menurut Standar Auditing (SA) Seksi 110 ( PSA No. 02) – Tanggung Jawab dan
Fungsi Auditor Independen –asersi adalah suatu deklarasi tersebut. Asersi tersebut
mewujudkan dalam komponen, catatan, atau sistem laporan keuangan.Sebagai
contoh, tatkala menuaikan audit laporan keuangan, auditor disodori informasi
keuangan dan laporan keuangan oleh klien / teraudit.
2.1.2 Jenis-Jenis Auditing
Taman et al. (2011) manyatakan bahwa audit meliputi aspek-aspek berikut:
1. Audit finansial
Audit finansial merupakan jenis audit yang lebih berorientasi (fokus) pada
msalah keuangan. Sasaran audit keuangan adalah kewajaran atas laporan keuangan
yang telah disajikan manajemen. Pada saat ini orientasi internal auditor tidak hanya
pada masalah audit keuangan di organisasi. Hal ini disebabkan audit atas laporan
keuangan telah dilakukan oleh eksternal auditor pada waktu audit umum (general
audit). General audit ini bias dilakukan oleh kantor akuntan publik (KAP), Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Audit operasional
Istilah lain dari audit operasional adalah audit manajemen atau audit kinerja
(performance audit). Sasaram dari audit operasional adalah penilaian masalah
efisiensi, efektivitas dan ekonomis (3E). Auditoperasional ini memiliki peran penting
bagi organisasi, karena mampu memberikan infornasi untuk meningkatkan kinerja
organisasi.
3. Compliance Audit
Audit ketaatan/kepatuhan (compliance audit) adalah suatu audit yang bertujuan
untuk menguji apakah pelaksaaan/kegiatan telah sesuai dengan ketentuan/peraturan
yang berlaku. Peraturan atau ketentuan yang dijadikan kriteria dalam compliance
audit antara lain:
a. Peraturan/Undang-undang yang ditetapkan oleh instansi pemerintah atau
badan/lembaga lain yang terkait.
b. Kebijakan/sistem dan perosedur yang ditetapkan oleh manajemen organisasi
c. Selain Internal auditor, compliance audit juga bisa dilakukan oleh Badan
Pemeriksa
Keuangan
(BPK),
dan
Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan (BPKP). Bagi lembaga yang telah mendapatkan ISO compliance
audit perlu dilakukan oleh auditor ISO dalam rangka mempertahankan sertifikat
ISO yang telah diperoleh organisasi.
4. Fraud Audit
Audit kecurangan (fraud audit) adalah audit yang ditujukan untuk mengungkap
adanya kasus yang berindikasi korupsi, kolusi dan nepotisme yang merugikan
organisasi, negara, menguntungkan pribadi maupun kelompok. Istilah lain dari fraud
audit adalah audit khusus atau audit investigasi. Dalam fraud audit, internal auditor
perlu membuat bagain arus (flow chart) serta modus operandi berupa uraian tentang
cara-cara melakukan tindak kejahatan (tindak pidana korupsi). Perkembangan fraud
audit saat ini cukup pesat, misalnya untuk mengungkap adanya fraud di bidang
keuangan diperlukan ilmu mengenai akuntansi forensik.
Menurut Agoes (2013),ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka audit dapat
dibedakan atas:
1. Pemeriksaan umum (general audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan
keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen
dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan.
2. Pemeriksaan khusus (special audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya
terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang
diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.
2.1.3
Definisi Dan Manfaat Audit Operasional
2.1.3.1 Definisi Audit Operasional
Menurut Arens et al. (2008) audit operasional adalah mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Audit
operasional lebih berorientasi kemasa depan, artinya hasil dari penilaian berbagai
kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat membantu manajemen dalam
meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh badan usaha.
Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa audit operasional merupakan suatu
tinjauan yang sistematis dari aktivitas organisasi, hal ini dilakukan untuk mencapai
tujuan. Diantara tujuannya itu adalah untuk :
a. Menilai kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan
c. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau kegiatan lebihlanjut.
Meskipun kata-kata yang digunakan berbeda, namun definisi-definisi yang telah
disebutkan diatas memiliki beberapa kesamaan jika dibandingkan. Semua definisi
tersebut menggambarkan audit oeprasional sebagai berikut:
1. Audit operasional merupakan proses pemeriksaan yang sistematis atas kegiatan
operasional, metode-metode, dan prosedur pengelolaan suatu organisasi.
2. Dilakukan untuk menilai tingkat efektivitas dan efesiensi atas obyek yang
diperiksa dalam suatu organisasi.
3. Memiliki tujuan untuk membantu manajemen menemukan penyebab masalah
dan mencari pemecahannya, serta memberikan rekomendasi yang diperlukan
untuk menjadi lebih baik.
2.1.3.2 Manfaat Audit Operasional
Semakin berkembang suatu organisasi, maka semakin besar pula kebutuhan
akan pelaksaan fungsi-fungsi manajerial yang baik dan efektif agar tujuan perusahaan
yang telah dapat dicapai. Oleh karena itu diperlukan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan. Salah satu alat tersebut adalah audit operasional. Taman et. al (2011)
mengungkapkan bahwa Tujuan dilakukan audit Operasional adalah untuk
memperoleh manfaat sebagi berikut ini:
1. Penilaian
yang
obyektif
sejauh
mana
unit
kerja
melaksanakan
program/kegiatannya secara ekonomis, efisien, dan efektif serta sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Penyimpangan
yang
material
didalam
praktik-praktik
manajemen
dan
pengendalian telah diidentifikasikan secara memuaskan.
3. Rekomendasi
yang
diperlukan
bagi
perbaikan
atau
penyempurnaan
program/kegiatan organisasi di masa mendatang.
4. Informasi
dan
rekomendasi
pertanggungjawaban
yang
dapat
mengarah
kepada
perbaikan
2.1.3.3 Tujuan & Ruang Lingkup Audit Operasional
Tujuan audit operasional adalah untuk mengidentifikasi program/kegiatan yang
memerlukan perbaikan atau penyempurnaan dalam rangka memberikan rekomendasi,
agar pengelolaan program/kegiatan organisasi dilaksanakan secara ekonomis, efisien
dan efektif. Tujuan Audit Operasional diarahkan pada tiga aspek, yaitu :
1. Mengevaluasi kinerja
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Ruang lingkup audit operasional meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang
lingkup tersebut dapat mencakup seluruh kegiatan/program atau hanya mencakup
bagian/element/dimensi tertentu dari suatu kegiatan atau program.Secara dgaris besar
lingkup audit opersaional meliputi tiga aspek besar yang meliputi audit atas
pertanggungjawaban dan ketaatan, audit atas kehematan dan daya guna, dan audit
atas hasil guna. Sacara lebih mendetail lingkup audit operasional dijabarkan sebahgai
berikut:
1. Audit atas pertanggungjawaban keuangan dan ketaatan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku mencakup penilaian apakah unit kerja:
a. Melaksanakan program/kegiatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Mengelola penerimaan dan pengeluaran dana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Melaksanakan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Menyelenggarakan catatan akuntansi/pembukuan yang memadai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, termasuk sistem akuntansi dan pelaporan keuangannya.
e. Mengendalikan dan mempertanggungjawabkan seluruh sumber daya (dana, SDM
dan sarana/prasarana) dan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Audit atas kehematan (keekonomisan) dan dayaguna (efisiensi) mencakup
penilaian apakah Unit Kerja:
a. Mengikuti praktik-praktik pengadaan barang/jasa yang sehat, mendapatkan jenis,
kualitas, dan jumlah sumber daya yang diperlukan dengan biaya terendah yang
wajar.
b. Melindungi dan memelihara sumber daya secara layak.
c. Menghindari adanya duplikasi kerja oleh beberapa petugas dan menghindari
adanya pekerjaan yang tidak jelas atau bahkan tidak mempunyai tujuan.
d. Menghindari terjadinya hal-hal yang mubazir dan kelebihan tenaga kerja/staf;
e. Menggunakan metode/prosedur kerja yang berdayaguna (efisien).
f. Menggunakan sejumlah sumber daya yang minimum dalam memproduksi atau
menghasilkan barang/jasa sesuai dengan jumlah dan mutu yang diinginkan serta
jadwal waktu yang telah ditetapkan.
g. Menaati persyaratan-persyaratan hukum dan peraturan perundang-undangan
yang mungkin besar pengaruhnya dalam rangka memperoleh, melindungi dan
menggunakan sumber daya yang bersangkutan.
h. Mempunyai sistem yang cukup baik dalam mengukur dan melaporkan
kehematan dan dayaguna pelaksanaan program dan kegiatan.
3. Audit operasional juga meliputi audit hasil guna (efektivitas) yang mencakup
penilaian apakah:
a. Tujuan dan sasaran program/kegiatan (yang diusulkan, baru atau yang sedang
berjalan) sudah sesuai, cocok, atau relevan dengan ketentuan yang berlaku;
b. Sejauh mana hasil suatu program dan kegiatan mencapai suatu tingkat yang
diinginkan;
c. Pelaksanaan program/kegiatan telah diarahkan kepada penerima sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan pada saat perumusan program/ kegiatan;
d. Faktor-faktor yang menghambat pencapaian kinerja telah diidentifikasikan secara
memuaskan;
e. Manajemen telah mempertimbangkan alternatif pelaksanaan program yang
mungkin dapat mencapai hasil yang diinginkan dengan lebih efektif atau pada
biaya yang lebih rendah;
f. rogram/kegiatan yang diperiksa merupakan komplemen, duplikasi, tumpang
tindih, atau bertentangan dengan program lain yang berkaitan;
g. Cara-cara untuk membuat program/kegiatan agar lebih berhasil telah
diidentifikasi secara memuaskan;
h. Program/kegiatan yang diaudit telah mematuhi peraturan perundangan yang
berlaku;
i. Sistem manajemen dapat diandalkan dalam mengukur dan melaporkan
efektivitas.
2.1.3.4 Kriteria Audit Operasional
Salah satu kesulitan yang umumnya dihadapi dalam audit operasional adalah
penentuan kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektivitas telah tercapai.
Di dalam audit laporan keuangan, Standar Akuntansi Keuangan merupakan kriteria
untuk mengevaluasi kewajaran penyajian laporan keuangan.Namun dalam audit
operasional tidak ada kriteria atau standar umum yang paten yang wajib digunakan
sebagai pedoman.
Menurut Arens, et al.(2008), ada beberapa sumber kriteria yang dapat digunakan
yaitu:
1. Kinerja historis
Kinerja historis merupakan kriteria yang didasarkan pada hasil aktual dari priode
(atau audit) sebelumnya. Hal ini dilaksanakan untuk membandingkan apakah prestasi
kerja periode sekarang lebih baik.
2. Kinerja yang dapat dibandingkan
Kinerja yang dapat dibandingkan merupakan kriteria yang dapat ditetapkan
berdasarkan hasil yang dicapai oleh entitas yang sama dalam organisasi secara
keseluruan atau diluar organisasi. Data prestasi dari entitas yang dibandingkan
merupakan sumber yang baik untuk kriteria dalam kinerja yang dapat dibandingkan.
3. Standar rekayasa
Standar rekayasa merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan standar teknik,
seperti time and mation study untuk menentukan banyaknya output yang diproduksi.
Penggunaan kriteria ini efektif untuk menyelesaikan berbagai masalah operasional
yang paling penting, tetapi pembuatan kriteria ini memerlukan kahlian yang khusus
sehingga memakan banyak waktu dan biaya yang cukup tinggi.
4. Diskusi dan persetujuan
Diskusi dan persetujuan merupakan kriteria yang dikembangkan melalui suatu
diskusi yang sederhana dan menyatakan persetujuan bersama. Pihak-pihak yang
terlibat dalam poses ini seharusnya meliputi manajemen dari perusahaan yang
diperiksa, auditor operasional, dan pihak-pihak lain yang akan menerima laporan
hasil pemeriksaan.
2.1.3.5 Ruang Lingkup Audit Operasional
Dalam menentukan ruang lingkup audit, auditor terlebuh dahulu harus
memperhatikan tujuan pimpinan perusahaan yang menyelenggarakan audit, sebab
setiap pimpinan selalu mengharapkan agar tujuan penugsannya tercapai. Jadi dalam
penentuan ruang lingkup audit diperlukan komunikasi yang baik antara auditor
dengan pimpinan perusahaan. Hal ini ditegaskan dalam surat penugasan yang salah
satu isinya adalah ruang lingkup kerja audit.
Audit operasional harus meliputi aspek penting dari kegiatan, organisasi, badan
usaha atau instansi, dan tidak boleh hanya terbatas pada maslah akuntansi, catatan
dan dokumen-dokumen.
Menurut Reider (2002), ruang lingkup pemeriksaan yang menyeluruh
meliputi pemeriksaan terhadap:
1. Economy ( the cost of operations)
Apakah organisasi melakukan tanggung jawabnya dengan cara yang ekonomis yaitu
sumber daya dan dana digunakan secara ekonomis?.
2. Efficiency ( method operations)
Apakah organisasi melaksanakan tanggung jawabnya dengan upaya meminimumkan
pengeluaran?.
3. Effectiveness
Apakah organisasi mencapai hasil atau beberapa kriteria pengukuran lainnya?.
Pernyataan Reider tersebut didukung oleh Tunggal (2012) yang menyatakan bahwa
audit operasional berhubungan dengan 3 (tiga) E (ekonomisasi, efisiensi, dan
efektivitas) di seluruh operasi. Ekonomisasi merupakan ukuran masukan, efisiensi
adalah ukuran dari hubungan antara masukan dan keluaran, sedangkan efektivitas
adalah ukuran keluaran. Ekonomisasi diukur dengan membandingkan antara sumber
daya yang digunakan sama dengan yang direncanakan, makan aktivitas tersebut
merupakan kegiatan ekonomis,begitu juga sebaliknya. Efektivitas diukur dengan
membandingkan antara hasil yang dicapai dengan tujuan perusahaan. Jika hasil yang
dicapai sama dengan tujuan perusahaan, maka aktivitas tersebut dapat dikatakan
efektif. Hubungan antara 3 E tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Masukan
Keluaran
Sumber daya yang
direncanakan
Tujuan
Efisiensi
Ekonomisasi
Efektivitas
Prestasi
Sumber daya yang
Gunakan
Hasil yang dicapai
Rencana
operasi
akurat
Gambar 1
Hubungan 3 (Tiga) E Dalam Audit Operasional
Sumber : Tunggal (2012)
Walaupun obyek audit operasional merupakan opererasi badan usaha secara
kseluruhan, namun terkadang dalam melakukan pemeriksaan dapat dibatasi pada
aktivitas operasi tertentu, misalnya hanya pada fungsi produksi, fungsi pemasaran,
fungsi personalia, fungsi penjualan dan sebagainya.
2.1.3.6 Tahapan Audit Oprasional
Suatu audit merupakan pekerjaan besar bagi siapapun yang melaksanakannya.
Audit dalam pelaksanakan kegiatannya memerlukan kerangka tugas sebagai
pedoman.Tanpa adaya kerangka yang tersusun baik, auditorakan banyak menghadapi
kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya, mengingat bahwa struktur perusahaan
maupun kegitan sudah semakun maju dan rumit. Melalui kerangka ini, auditor akan
mampu mempunyai rencana pemeriksaan yang dapat dilakukan secara sistematis dan
diharapkan akan mendapatkan hasil yang memadai.
Menurut Arens, et al. (2008)ada tiga tahap yang dilakukan dalam melakukan
audit operasional yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan dalam audit operasiaonal serupa dengan perencanaan untuk audit
atas laporan keuangan historis. Seperti dalam audit laporan keuangan, auditor
operasional harus menentukan ruang lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu
kepada unit organisasi, juga perlu menentukan staf yang tepat dalam penugasan,
memakai struktur pengendalian internal, serta menentukan bahwa bukti yang tepat
yang harus dikumpulkan. Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional
dengan audit laporan keuangan adalah sangat banyaknya keragaman dalam audit
operasional. Oleh karena keragaman, seringkali sulit menentukan tujuan khusus pada
suatu audit operasional, sehingga tujuannya akan didasarkan pada kriteria yang
dikembangkan untuk penugasan.
2. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti
Dengan cara yang sama seperti pada audit keuangan, auditor operasional harus
mengumpulkan cukup bahan bukti yang kompeten agar dapat menjadi dasar yang
layak guna menarik suatu kesimpulan mengenai tujuan yang diujikan.
3. Pelaporan dan tindak lanjut
Dua perbedaan utama dalam laporan audit operasional dan keuangan yang
mempengaruhi laporan audit operasional. Pertama, dalam audit operasional, laporan
biasanya dikirim hanya untuk pihak manajemen, dan satu salinan unit yang
diperiksa.Tidak adanya pemakaian pihak ketiga, mengurangi pembakuan kata-kata
dalam laporan audit operasional.Kedua, keragaman audit operasional memerlukan
penyusunan laporan secara khusus untuk menyajikan ruanglingkup audit, temuantemuan dan rekomendasi-rekomendasi. Hubungan kedua faktor ini menyebabkan
banyak perbedaan dalam laporan audit operasional.
Menurut Taman et al. (2011) Dalam melaksakan audit operasional seorang
auditor harus mengetahui tahapan dan proses audit operasional itu sendiri. Secara
garis besar alur audit operasional dapat digambarkan sebgai berikut:
Pelaksanaan Audit
Persiapan
Audit
Survai
Pendahuluan
Telaah dan Uji
SPI
Audit Lanjutan
Pelaporan
Pemantauan
Tindak Lanjut
Gambar 2
Alur Audit Operasional
Sumber : Taman, Buku Pedoman Audit Operasional (2011)
Tahapan audit operasional secara garis besar di bagi menjadi tiga tahap utama:
1. Persiapan Audit
Dalam tahap persiapan audit seorang auditor harus mentukan dan merencankan
program audit secara keseluruhan yang akan dilakukan. Dalam tahap ini auditor
seharusnya melakukan aktivitas:
a. Meyakinkan mandat audit.
b. Memantapkan tujuan dan sasaran audit.
c. Menentukan ruang lingkup audit.
d. Memahami auditi secara umum.
e. Menentukan anggaran.
f. Menentukan rencana dimulainya audit dan rencana penerbitan laporan.
g. Menyusun tim audit (personil).
h. Menerbitkan surat tugas untuk melaksanakan audit.
2. Pelaksanaan Audit
Setelah persiapan awal audit selesai dilakukan langkah selajutnya adalah
melaksanakan audit yang telah dirancang. Dalam melaksananakan audit diagunakan
prosedur audit yang komprehensif untuk memperoleh haril audit yang baik.
3. Pemantauan Tindak Lanjut
Pemantauan tidak lanjut merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan
memantau apakah temuan audit yang mengenai kelemahan dan rekomendasi telah
dijalankan oleh unit kerja yang telah diaudit. Pemantau dapat dilakukan sekala
berkala untuk memastikan bahwa seluruh rekomendasi perbaikan telah dilaksakan
dengan tepat. Kepastian atas hasil pematauan dapat pula dilakukan bersaman dengan
periode audit berikutnya.
2.1.4
Konsep Efektivitas dan Efisiensi
2.1.4.1 Efektivitas
Efektivitas menurut Kosasih (dalam Agoes,2013) diartikan sebagai perbandingan
masukan-keluran dalam berbagai kegiatan, sampai dengan pencapaian tujuan yang
ditetapakan, ditinjau dari kuantitas (volume) hasil kerja, kualitas hasil kerja maupun
batas waktu yang ditargetkan.
Sedangkan definisi lain menurut Badan Pemeriksa Keuangan RI (2008)
efektivitas pada dasarnya adalah pencapaian tujuan. Efektivitas berkaitan dengan
hubungan antara output yang dihasilkan dengan tujuan yang dicapai (outcome).
Efektif berarti output yang dihasilkan telah memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas lebih menitik beratkan pada tingkat keberhasilan organisasi mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Atau dengan kata lain, penilaian efektivitas didasarkan
atas tujuan suatu organisasi yang dapat dicapai.
Sedangkan menurut Taman et al. (2011) efektivitas pada dasarnya berhubungan
dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan
hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan
operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran
akhir kebijakan (spending wesely).
Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome)
dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.Semakin besar
kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang
ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Efektivitas adalah
ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu
organisasi berhasil mencapai tujuan maka organisasitersebut dikatakan telah berjalan
dengan efektif. Hal terpenting yang perludicatat adalah bahwa efektivitas tidak
menyatakan tentang berapa besarbiaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai
tujuan tersebut. Efektivitashanya melihat apakah suatu program atau kegiatan
telah mencapai tujuanyang telah ditetapkan.
Hubungan dari ketiga indikator kinerja keuangan tersebut dapat secara singkat
digambarkan pada gambar berikut ini:
Pengukuran
Value of money
NILAI
INPUT
(RP)
INPUT
EKONOMI
(hemat)
PROSES
OUTPUT
EFISIENSI
(berdaya
guna)
OUTCOME
TUJUAN
EVEKTIVITAS
(berhasil guna)
Cost-Effectiveness
Gambar 3
Indikator Kinerja Keuangan
Sumber: Mardiasmo, (2002) dalam Ihyaul Ulum M.D
2.1.4.2 Efisiensi
Menurut Arens at.al (2008) efisiensi dinyatakan “Efficiency refers to the
resources used to achieve those objectivis”. Narasumber lain, yakni Agoes (2013)
mengungkapkan bahwa “Suatu tindakan dikatakan efisien jika dengan menggunakan
biaya yang sama bisa mencapai hasil yang besar”. Sedangkan menurut Kartikahadi
(dalam Agoes, 2013) pengertian dari efisien berarti “Bertindak dengan cara yang
dapat meminimalisir kerugian atau pemborosan sumber daya dalam melaksanakan
atau menghasilkan suat yang diharapkan”.
Sedangkan menurut Badan Pemeriksa Keuangan RI (2008) efisiensi merupakan
hubungan yang optimal antara input dan output. Suatu entitas dikatakan efisien
apabila mampu menghasilkan output maksimal dengan jumlah input tertentu atau
mampu menghasilkan output tertentu dengan memanfaatkan input minimal.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa efisiensi lebih
menekankan pada kemampuan dan penghematan suatau perusahaan dalam
menggunakan
sumber
daya
yang
ada
untuk
mencapai
tujuan
yang
diharapkan.Sedangkan efisiensi lebih menitik beratkan pada kemampuan dan
kehematan organisasi dalam menggunakan sumber-sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan yang diharapakan. Efisiensi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
kemampuan organisasi untuk mencapai hasil.
Taman et al. (2011) menyatakan bahwa Efisiensi berhubungan erat dengan
konsep
produktivitas.Pengukuran
efisiensi
dilakukan
dengan
menggunakan
perbandingan antaraoutput yang dihasilkan terhadapinput yang digunakan(cost of
output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk
atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dandana
yang serendah-rendahnya(spending well).
Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya
oleh suatu unit organisasi dan keluaran yang dihasilkan.Indikator tersebut
memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (yaitu efisiensi
dari proses internal). Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin
besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Rasio efisiensi tidak hanya dinyatakan dalam bentuk absolut, tetapi dalam bentuk
relatif. Unit A adalah lebih efisien dibanding unit B, unit A lebih efisien tahun ini
dibanding tahun lalu, dan seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan
keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara
berikut.
1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada
proporsi peningkatan input.
3. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
4. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.
Efisiensi dapat dibagi menjadidua, yaitu a) efisiensi alokasi, dan b) efisiensi teknis
ataumanajerial.
Efisiensi
alokasi
terkait
dengan
kemampuan
untuk
mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis
(manajerial) terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada
tingkat output tertentu.
2.1.5
Fungsi Keuangan
2.1.5.1 Definisi fungsi keuangan
Menurut Horne (2009) Fungsi keuangan atau manajemen keuangan adalah
bagian/divisi/departemen dalam sebuah perusahaan yang tugasnya berkaitan dengan
perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset dengan beberapa tujuan umum
sebagai latar belakangnya. Dengan demikian fungsi keuangan dapat dibagi menjadi
tiga area utama: investasi, pendanaan dan manajemen aktiva.
1. Keputusan investasi
Keputusan investasi adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan di atas
ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai dengan penetapan
jumlah total aktiva yang perlu dimiliki oleh perusahaan. Fungsi keuangan perlu
menetapkan jumlah uang yang harus muncul di atas dua garis bawah pada sisi kiri
neraca yaitu, ukuran perusahaan. Bahkan ketika jumlah tersebut telah diketahui,
komposisi dari aktiva masih harus diputuskan pula. Contohnya, seberapa banyak
aktiva total perusahaan harus dialokasikan untuk kas atau untuk persediaan. Begitu
pula dengan sisi sebaliknya dari investasi yaitu disinvestasi juga tidak boleh
diabaikan. Aset yang tidak dapat lagi dijustifikasi secara ekonomis mungkin harus
dikurangi, ditiadakan atau diganti.
2. Keputusan pendanaan
Keputusan penting kedua dalam perusahaan berkaitan dengan keputusan
pendanaan. Dalam keputusan pendanaan, fungsi keuangan berhubungan dengan
perbaikan di sisi kanan neraca.Kebijakan deviden perusahaan juga harus dipandang
sebagai bagian integral dari keputusan pendanaa perusahaan. Rasio pembayaran
deviden (divident-payout ratio) menetapkan jumlah laba yang dapat ditahan dalam
perusahaan berarti semakin sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayran deviden
saat ini.
3. Keputusan manajemen aktiva
Keputusan penting bagi perusahaan adalah keputusan mengenai manajemen
aset.Ketika aset telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, aktiva ini
masih harus dikelola secara efisien. Fungsi manajemen keuangan dibebani berbagai
tanggung jawab operasional atas berbagai aktiva yang ada. Tanggung jawab ini
membuat fungsi keuangan menjadi lebih memerhatikan manajemen aktiva lancar
(current asset) daripada aktiva tetap (fixed asset). Sejumlah besar tanggung jawab
atas manajemen aset tetap berada di tangan manajer operasional yang menggunakan
aset tersebut.
2.1.5.2 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan
Menurut Sawir (2005) perencanaan dan pengendalian keuangan melibatkan
proyeksi–proyeksi berdasarkan standar, perkembangan dari umpan balik dan proses
penyelesaian untuk memperbaikiprestasi kinerja. Perencanaan keuangan mencakup
penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi produksi dan
pemasaran,
untuk
kemudian
menentukan
bagaimana
memenuhi
kebutuhan
permodalan.Bila ternyata hasil aktual tidak sesuai dengan proyeksinya, perencanaan
keuangan harus dapat mengindentifikasikan perubahan-perubahan potensial yang
mungkin akan memberikan hasil yang memuaskan. Perencanaan keuangan adalah
proses dari:
1. Memproyeksikan konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini,
guna menghidari hal yang tak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini
dan masa yang akan datang.
2. Mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam prencana keuangan.
Rencana dan anggaraan keuangan merupakan alat untuk memandu perusahaan
dalam merumuskan kebijakan yang tepat dan dalam melakukan penyesuaian yang
segera terhadap perubahan dibidang ekonomi dan perubahan persaingan yang selalu
terjadi didunia usaha. Syarat untuk perencanaan yang efektif adalah:
1. Peramalan
Perusahaan tidak akan pernah dapat melakukan peramalan yang tepat secara
sempurna.
2. Menemukan rencana keuangan yang optimal
Seorang manajer keuangan yang baik harus dapat menilai rencana mana yang
terbaik untuk perusahaannya.
3. Melihat rencana keuangan berjalan
Rencana jangka panjang yang digunakan juga sebagai tolak ukur untuk menilai
hasil yang dicapai pada masa yang akan datang.
2.1.5.3 Kegiatan Fungsi Keuangan
Fungsi keuangan memaikan peranan yang paling penting dalam bidang usaha yang
utama seperti strategi harga dan analisa biaya yang dibutuhkan. Fungsi keuangan
harus menjamin adanya sistem yang sama untuk menyusun kegiatan dan biaya diluar
kegiatan pokok. Hal ini disusun dengan baik untuk melengkapi manajemen dengan
peralatan yang memadai untuk memonitor kegiatan organisasi yang sempurna serta
unsur -unsur pelaksana.
Fungsi
keuangan juga harus menyusun rencana induk yang pada dasarnya
menggambarkan segi biaya yang timbul sebagai akibat penyelenggaraan berbagai
kegiatan operasional dan segi penerimaan yang bersangkutan, selain itu fungsi
keuangan juga membuat rencana aksi bidang akunting yang berisi rincian manajemen
keuangan yang mencakup tata cara pengumpulan data finansial dari seluruh satuan
operasional. Kegiatan bidang keuangan yang penting yang harus dilakukan ialah
menyusun rencana aksi analisa keuangan yang harus terselenggara dengan baik antara
lain penyusunan anggaran dan penentuan harga jual produk perusahaan yang
bersangkutan.
2.1.6
Audit Operasional atas Fungsi Keuangan
Menurut Agoes (2013) proses audit operasional pada fungsi keuangan dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Tujuan
Memeriksa sasaran utama maupun kedua dari suatu fungsi keuangan dalam suatu
organisasi atau perusahaan.Sasaran tersebut harus dinilai dalam menentukan apakah
suatau fungsi keuangan secara langsung dapat mendukung sasaran utama perusahaan.
Sasaran departemen keuangan harus disusun dengan memperhatikan dua tujuan.
Yang pertama untuk meyakinkan bahwa operasi keuangan memberikan pada
perusahaan pengarahan keuangan dan pengendalian yang diperlukan.
2. Perencanaan
Proses audit operasional dengan cermat haruslah menganlisa perencanaan fungsi
keuangan. Audit atas mekanisme perencanaan keuangan mengharuskan pemberian
pendapat apakah unit keuangan mampu atau tidak menunjang sasaran utama. Dalam
tahap ini, proses audit harus dengan teliti menilai mutu dan efektifitas rencana induk
departemen. Yang dimaksud rencana induk departemen adalah teknik untuk
meneruskan sasaran utama ke bawah pada tingkat menengah dan lebih rendah dalam
organisasi dan unit departemen.
3. Efektifitas
Efektif tidaknya fungsi keuangan dalam suatu perusahaan terliat pada kedudukan
fungsi tersebut pada struktur organisasi seluruh perusahaan. Supaya fungsi keuangan
memberikan bantuan yang berharga, fungsi tersebut harus lepas dari unit operasi lain.
Unit dalam perusahaan haruslah diselaraskan dengan berbagai fungsi keuangan yang
utama dalam membuat dan menyajikan data keuangan yang efektif.Audit operasional
harus menganalisa efektifitas organisasi bidang keuangan dengan membandingkan
bentuk organisasi dengan kemampuan organisasi untuk mencapai sasarannya.
4. Pengendalian
Fungsi pengenalian dibagi menjadi dua, yaitu akunting dan anggaran. Akunting
adalah bertanggungjawab
dalam mengumpulkan, memilah, menganalisa dan
melaporkan hasil keuangan operasi. Format laporan berisi laporan keuangan dan
laopran yang berkaitan dengan keuangan. Tanggungjawab uatama departemen
anggaran adalah menjalankan sistem informasi keuangan dalam organisasi yang
akanmenghasilkan data bagi berbagai unit operasi. Data tersebut juga harus dapat
dipergunakan oleh setiap unit untuk memonitor dan mengukur hasil kerjanya.
2.1.7
Efektifitas Operasional dan Pengukuran Kinerja
Menurut Tunggal (2012) mendefinisikan efektifitas berhubungan dengan
penentuan apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah tercapai.jadi dalam hal
inimenitik beratkan pada tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan.Efektif tidaknya suatu fungsi keuangan dapat ditentukan dari seberapa
efektifnya kinerja operasional perusahaan itu sendiri.
Menurut Mulyadi (2010) tujuan pokok penelitian kinerja adalah untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan dan dalam mematuhi
standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan
dengan hasil yang diinginkan.Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen
atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.Penilaian kinerja dilakukan
untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan
menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja
pada waktunya serta pemberian penghargaan.
2.1.8 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian “Penerapan Audit Operasional dalam Penilaian Efektivitas
dan Efisiensi Kinerja Fungsi Keuangan (Studi Kasus pada PT “X”)”. Mengacu
kepada hasil penelitian yang relevan sehingga tinjauan dan rerangka teori yang
dikemukakan sejalan dengan berbagai penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai
pihak. Adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Operasional atas Penjualan Kredit dalam Meningkatkan Efisiensi
dan Efektivitas pada Departemen Spare Part PT Mitra Pinasthika Mustika
Surabaya oleh Samson Damaryanan.
2. Penerapan Audit Manajemen Keuangan pada PT Coca-cola Bottling Indonesia
SC Singaraja Oleh Ni Md. Wulan Sari Sanjaya.
2.2
Rerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas fungsi keuangan pada
Bagan penelitian ini disajikan dalam gambar satu berikut ini:
PT “X”.
Audit Operasional
Fungsi Keuangan
PT “X”
Ruang Lingkup Proses Audit Operasional :
1. Kebijakan, prosedur dan cara kerja
fungsi Keuangan.
2. Dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan fungsi keuangan.
3. Fungsi-fungsi terkait.
4. Sistem pengendalian intern
Temuan-temuan
Evaluasi
Efisiensi/
tidak efisien
Efektivitas/
tidak efektif
Gambar 4
Rerangka Pemikiran
2.3 Proporsisi penelitian
Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realitas yang dapat diuji
kebenarannya.Jika proposisi sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara
diterima untuk uji kebenarnya, proposisi tersebut dinamakan hipotesa.Melalui
proposisi inilah dapat dilakukan formulasi hipotesa(Sumarsono, 2004). Berdasarkan
teori yang telah dikemukakan diatas, maka proporsi dalam penelitian ini adalah:
“Fungsi keuangan PT “X” belum berjalan secara efesien dan efektif”.
Download