3 TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik Sinbiotik

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Sinbiotik
Sinbiotik merupakan salah satu pengembangan pakan konvensional dengan
konsep penggabungan probiotik dan prebiotik, yang menjadi jenis makanan
berfungsi sebagai makanan pembawa probiotik (Winarno, 2003). Mekanisme kerja
prebiotik dan probiotik dalam meningkatkan daya tahan usus (Pusponegoro, 2007) :
1. Meningkatkan sistem kekebalan saluran cerna dengan mengubah lingkungan
saluran usus baik pH maupun kadar oksigen.
2. Berkompetisi dengan bakteri patogen dalam pemanfaatan nutrisi (karbohidrat,
asam lemak rantai pendek)
3. Merangsang pengeluaran cairan usus yang berguna dalam pencernaan
4. Memproduksi zat antibakteri atau bakteriosin, dan
5. Berkompetisi dengan bakteri patogen untuk menempel di lapisan usus sehingga
mengurangi kesempatan bakteri patogen berkembang biak.
Probiotik
Probiotik adalah sekelompok mikroba hidup yang menguntungkan dan
digunakan untuk mempengaruhi induk semang melalui perbaikan mikroorganisme di
saluran pencernaan (Fuller, 1992). Probiotik adalah makanan tambahan berupa
mikroba yang berpengaruh menguntungkan bagi host dengan memperbaiki
keseimbangan mikroba usus melalui meningkatkan jenis mikroba usus (Gibson dan
Roberfroid, 1995). Mikroba pada produk probiotik berfungsi meningkatkan
kesehatan, maka digolongkan sebagai makanan kesehatan dan makanan fungsional
(Hoover, 2000). Menurut Holer (1992), strain mikroba probiotik harus mempunyai
kriteria sebagai berikut :
1. Mampu memfermentasi gugus gula oligosakarida dalam waktu relatif cepat,
2. Mampu menggandakan diri,
3. Tahan suasana asam sehingga dapat bertahan di dalam saluran pencernaan,
4. Menghasilkan produk akhir yang dapat diterima oleh induk semang,
5. Mempunyai stabilitas tinggi selama proses fermentasi.
Keberhasilan penambahan probiotik pada ransum dipengaruhi interaksi
mikroorganisme
dalam
usus
(Fuller,
1992).
Selfert
dan
Gessler
(1997)
3
mengemukakan bahwa penggunaan probiotik pada unggas bertujuan memperbaiki
saluran pencernaan dengan menekan pembentukan racun dan metabolisme yang
merangsang reaksi enzim yang dapat menetralisir senyawa beracun, merangsang
produksi enzim yang digunakan mencerna pakan dan produksi vitamin. Mekanisme
kerja probiotik dalam saluran pencernaan usus (Gambar 1).
bakteri patogen
Produksi zat antimikroba,
asam laktat, bacteriosin,
H2O2
berkompetisi pemanfaatan nutrisi dan
sel penerima (receptor)
mikroflora normal
probiotik
LPS
peptidoglycan
fungsi usus :
mencerna
meningkatkan
koloni host
Gambar 1. Mikroflora dan probiotik berinteraksi dengan menjadi tuan rumah dalam
metabolisme dan ketahanan serta pencegahan kolonisasi dari
mikroorganisme patogen
Sumber : Guarner et al. (2008)
Prebiotik
Prebiotik adalah nondigestible food ingredient yang berpengaruh baik
terhadap host dengan memicu aktifitas, pertumbuhan, atau keduanya terhadap satu
jenis atau lebih mikroba di kolon (Winarno, 2003). Gibson dan Roberfroid (1995)
menyatakan bahwa prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan
menguntungkan inangnya dan menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan atau
aktivitas dari satu atau sejumlah bakteri di kolon sehingga dapat meningkatkan
kesehatan. Nutrisi yang dibutuhkan mikroba kolon adalah polisakarida, pektin,
selulosa, hemiselulosa dan oligosakarida bersifat tidak tercerna oleh host, tetapi
mampu dimanfaatkan mikroba (Schmidl dan Labuza, 2000).
4
Prebiotik umumnya adalah karbohidrat yang tidak tecerna dan terserap,
berbentuk oligosakarida (oligofructose) dan dietary fiber. Salah satu jenis kelompok
oligosakarida sumber prebiotik adalah kelompok gula sederhana seperti rafinosa,
stakiosa, dan verbakosa (Saputera, 2004). Oligosakarida berupa rafinosa pada ubi
jalar dapat digunakan sebagai prebiotik, karena di kolon ataupun usus rafinosa tidak
diserap sehingga mikroba berperan dalam mencerna gugus gula rafinosa.
Oligosakarida adalah media terbaik untuk perkembangan dan pertumbuhan bakteri
Bifidobacteria yang
menguntungkan
dalam
usus
besar (kolon), sehingga
oligosakarida disebut sebagai prebiotik (Tomomatsu, 1994). Adapun tujuan
pemberian probiotik adalah untuk memperbaiki keseimbangan populasi mikroba
didalam saluran pencernaan, dimana mikroba-mikroba yang menguntungkan
populasinya akan meningkat dan menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan
yang sebagian besar adalah mikroba penyebab penyakit (mikroba patogen).
Pemakaian probiotik ini tidak mempunyai pengaruh yang negatif baik kepada ternak
maupun manusia yang mengkonsumsi hasil ternak (Budiansyah, 2004).
Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomoea batatas) berasal dari Amerika Tengah merupakan
tanaman tropis yang tumbuh subur diketinggian 1.000-2.200 m dpl dan di suhu
optimum 210C -270C, kelembaban udara 50%-60% dan curah hujan 750-1500
mm/tahun serta pH tanah 5,5-6,5 (Widodo, 2006). Ubi jalar adalah salah satu
tanaman berpotensi besar di Indonesia karena areal panen lahan sawah maupun
tegalan meningkat setiap tahun dengan produksi nasional rata-rata 10 ton/ha.
Kendala umur simpan diperpanjang dengan mengolah menjadi tepung, tetapi
penggunaan dan produk olahan masih terbatas pada bidang riset (Widodo, 2006).
Jenis ubi jalar diantaranya ubi jalar putih, ubi jalar merah dan ubi jalar ungu.
Ubi jalar putih memiliki 2.900 mg (9.657 SI) beta karoten, sedangkan ubi jalar warna
merah jingga 9.900 mg (32.967 SI) beta- karoten. Makin pekat warna merah, makin
tinggi kadar betakaroten dan kaya akan senyawa lutein dan zeaxanthin, pasangan
antioksidan karotenoid dan vitamin C sebesar 23 mg/100 g, dan Ca sebesar 30
mg/100g (Aini, 2004). Betakaroten ialah bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh.
Lutein dan zeaxanthin merupakan senyawa aktif berperan penting menghalangi
proses perusakan sel. (Aini, 2004).
5
Siistematika
(Ip
Ipomoea
tanaman
b
batatas)
tuumbuh-tumbbuhan
beerikut
ubi
jaalar
d
dalam
dunnia
adaalah
(W
Widodo,
sebaggai
2006)
d
dan
M
Morfologi
ubbi jalar (Gam
mbar 2) :
Divisi
: Spermatoophyta
K
Kelas
: Dikotileddon
Faamili
: Convolvuulaceae
G
Genus
: Ipomoea
Sppesies
: Ipomoea batatas
bunga ditangkai
d
Selainn
m
mengandung
itu,
cabang bataang
akar
a
caban
ng akar
umbi ub
bi jalar
Karbohiddrat
m
merupakan
k
kandungan
utama dari ubi
jaalar.
daun
batan
ng
jaalar 16%-400% dan sekiitar 75%-900%
karrbohidrat.
bung
ga
buah
h
no
ode
intern
node
Paada saat diipanen beraat kering ubi
u
addalah
batan
ng
bagian
n atas
ubbi
vitamin,
jalar
mineral,
Gambar 2.
2 Morfologii Ubi Jalar
Sumber : Huuaman (2010))
j
juga
fitokimia
(antioksiddan)
dan
serat
(peektin,
seelulosa,hem
miselulosa) serta
s
beberaapa jenis gulla larut (maaltosa, sukroosa, fruktosa dan
gllukosa). Paati terdiri dari
d
60%-770% amilop
pektin dan 30%-40%
% amilosa. Jenis
olligosakaridaa pada ubi jalar adalaah rafinosa (Palmer, 19982). Inform
masi kandu
ungan
teepung ubi jaalar (Tabel 1).
1
Tabel 1. Kandungan
K
N
Nutrien
Ubii Jalar (%BK)
Kompposisi
N
Nilai
Abbu (%)
4
4,1
Lem
mak (%)
2
2,0
Serrat Kasar (%
%)
6
6,1
BE
ETN (%)
8
82,9
Prootein Kasar (%)
4
4,9
Guula
55,23*
Sumber : Hartadi (1980)
* Anwar et al. (11993)
Rafinnosa masih terkandung
t
di ubi jalarr yang telahh dimasak ddan bersifat tidak
teercerna. Olligosakaridaa dianggapp penting bagi makhhluk hidupp karena dapat
6
mencegah timbulnya bakteri merugikan dalam usus. Penggunaan umbi ubi jalar
mentah terdapat faktor pembatas berupa anti tripsin yang menghambat pertumbuhan
dan pembentukan tripsin dalam tubuh ternak, namun dapat dihilangkan atau
dikurangi dengan pengeringan umbi mentah (Widodo, 2006).
Ragi Tape
Ragi tape merupakan bibit (starter) untuk membuat berbagai macam
makanan fermentasi dan umumnya bulat pipih berdiameter 4–6 cm dengan ketebalan
0,5 cm (Hidayat et al., 2006). Ragi tape terdiri dari kapang, khamir, dan bakteri
sehingga rasa hasil fermentasi dipengaruhi mikroorganisme yang aktif pada ragi
tersebut. Ragi yang mengandung mikroflora seperti kapang, khamir, dan bakteri
berfungsi sebagai starter fermentasi, kaya akan protein yakni 40%-50% (Susanto dan
Saneto, 1994). Menurut Gandjar (1999), proses pembuatan ragi selalu membutuhkan
sedikit ragi yang telah jadi sebagai starter awal populasi mikroba. Hal tersebut
menjamin ketersediaan ragi tape sebagai probiotik bagi ternak. Peranan kapang
dalam proses fermentasi sebagai produsen enzim amylase yaitu enzim yang
menghidrolisis pati menjadi glukosa (Fardiaz, 1992).
Ragi tape merupakan populasi campuran beberapa jenis mikroba yaitu genus
Aspergillus, genus Saccharomises, genus Candida, genus Hansnula, sedang bakteri
berupa Acetobacter. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan
Saccharomyces, Candida dan Hansnula dapat menghidrolisis gula menjadi alkohol
dan bermacam-macam zat organik lainnya. Acetobacter mengubah alkohol menjadi
cuka. Ragi bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi zat
yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna. Secara fisiologis, ragi
menghasilkan enzim-enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain
dengan mendapat keuntungan berupa energi. Ragi tape sebenarnya berupa mikroba
Saccharomyces cerevisiae dan jamur jenis Aspergillus. Ragi tape merupakan
inokulan yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang mampu
menghidrolisis pati. Kapang tersebut adalah Amilomyces rouxii, sedangkan khamir
tersebut adalah Saccharomyces. Pertumbuhan ragi dalam bahan pakan menyebabkan
perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan mutu bahan pakan yaitu gizi, daya
cerna dan meningkatkan daya simpan. Penggunaan ragi juga sebagai sumber protein
dan vitamin bagi konsumsi manusia dan ternak.
7
Ragi tidak mati oleh antibiotik dan beberapa bersifat antimikroba sehingga
pertumbuhan bakteri dihambat. Sifat ragi tahan pada lingkungan yang stress dapat
menjadikan hidup normal dalam persaingan dengan mikroba lain (Brown (1990)
dalam Widodo, 2006). Analisis mikrobiologi menunjukan bahwa semua ragi
mempunyai populasi kapang Amylolitik sekitar 104-105. Kapang pada ragi terutama
jenis Amylomyces sp, Mucor sp, dan Rhizopus sp, sebagian besar mengandung
khamir Fillamentous tinggi yaitu 107-108. Khamir Candida sp dan Endomycopsis sp
dan beberapa bakteri Bacillus sp yang mungkin berasal dari tepung beras (Saono,
1982). Komposisi ragi menurut North dan Bell (1990) (Tabel 2).
Tabel 2. Komposisi Ragi (% BK)
Komposisi
Nilai
Energi Metabolis ( kkal/kg)
1.940,08
Protein (%)
45
Lemak (%)
3
Serat Kasar (%)
1,40
Ca (%)
1,30
P
1,25
(%)
Sumber : North dan Bell (1990)
Ragi dikelompokan berdasarkan sifat metabolisme yaitu fermentatif dan
oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol yaitu memecah
glukosa menjadi alkohol dan gas. Sedangkan oksidatif (respirasi) akan menghasilkan
karbon dioksida dan air. Keduanya bagi ragi digunakan untuk energi walaupun
energi hasil respirasi lebih tinggi dari yang melalui fermentasi (Fardiaz, 1992).
Ayam Broiler
Karakteristik ayam broiler adalah memiliki pertumbuhan yang cepat, banyak
penimbunan lemak pada bagian dada dan aktivitas relatif lebih rendah dibandingkan
dengan jenis ayam petelur (Pond dan Church, 1995). Amrullah (2004) mengatakan
ayam broiler mampu mengolah makanan setelah dikonsumsi dengan cepat. Sifat
pertumbuhan yang cepat dicerminkan dari tingkah laku makan yang lahap. Frekuensi
makan broiler lebih tinggi dari ayam petelur, apalagi pada masa akhir pemeliharaan.
North dan Bell (1990) mengatakan ayam broiler adalah jenis unggas dengan laju
8
pertumbuhan dan pertumbuhan bobot badan mingguan berbeda serta memiliki
besaran konsumsi pakan yang meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan,
konsumsi, dan konversi pakan.
Persyaratan mutu Day Old Chick (DOC) menurut SNI (2005), yaitu berat
DOC minimal 37 g/ekor dengan kondisi fisik sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak,
tidak ada kelainan bentuk atau cacat fisik, sekitar pusar dan duburnya kering, warna
bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondis bulu kering dan
berkembang, serta jaminan kematian DOC maksimal 2%. Strain adalah sekumpulan
unggas dalam suatu varietas yang didalamnya telah dikembangkan sifat-sifat khusus,
seperti daya produksi yang tinggi, tahan terhadap penyakit tertentu. Perbedaan strain
ayam berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisinya (Ensminger et al., 1992). Standar
Performa Broiler strain CP707 (Tabel 3).
Tabel 3. Standar Performa Broiler strain CP707
Minggu
Bobot Badan
(g /ekor)
Pertambahan
Konsumsi Ransum
Bobot Badan
Per hari
Kumulatif
(g / ekor)
(g /ekor)
(g/ekor)
FCR
1
175,0
191
21
150,0
0,92
2
486,0
444
69,9
514,0
1,23
3
932,0
637
110,8
1167,0
1,40
4
1467,0
764
150,8
2105,0
1,52
5
2049,0
831
179,0
3283,0
1,65
6
2634,0
836
194,7
4604,0
1,79
Sumber: PT. Charoen Phokphand Jaya Farm (2006)
Konsumsi Air Minum
Konsumsi air minum adalah jumlah air minum yang dikonsumsi ternak
selama pemeliharaan. Anggorodi (1995) menyatakan bahwa hewan memperoleh air
dari tiga sumber yaitu, air minum, air yang ditelan sebagai komponen bahan pakan
dan air yang diperlukan dari metabolisme glukosa, lemak dan protein. Anggorodi
(1995) menyatakan bahwa air mempunyai fungsi bagi ternak sebagai pembawa zatzat makanan dari tempat satu ke tempat lainnya untuk digunakan dalam reaksi bio
kimia dalam tubuh. Air mengatur suhu dan tubuh melalui penguapan atau proses
lainnya dan sebagai pelemas persendian. Dinyatakan pula bahwa air berfungsi
9
sebagai medium untuk aktivitas metabolisme, media penyebaran yang ideal untuk
tranportasi suatu produk sisa metabolisme serta berperan dalam proses pencernaan.
Air minum diketahui sebagai subtansi yang memiliki keistimewaan sebagai pengatur
panas yang baik untuk keperluan dalam penyebaran panas yang dihasilkan oleh
reaksi kimia dan proses metabolisme (Tillman et al., 1989). Shaw et al. (2006)
menjelaskan bahwa konsumsi air meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi
pakan dan komposisi pakan. Konsumsi air minum pada unggas dipengaruhi oleh
faktor keasaman dengan pH toleransi 5-8, suhu air, umur, konsumsi ransum,
temperatur lingkungan, dan jenis kelamin.
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dimakan ternak untuk mencukupi
kebutuhan hidup pokok dan produksi ternak (Tillman et al., 1989). Menurut North
dan Bell (1990), konsumsi pakan ternak berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi
bobot badan, strain, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktivitas ternak, mortalitas,
kandungan energi dalam pakan dan suhu lingkungan sekitar. Konsumsi pakan pada
unggas, pada dasarnya digunakan untuk memenuhi energi metabolis. Kebutuhan
protein untuk ayam broiler (0-6 minggu) berkisar antara 21,0%-24,8% dengan energi
metabolis antara 2800-3300 kkal/kg, tingkat energi menentukan jumlah pakan
dikonsumsi (Wahju, 2004). Menurut Ensminger et al. (1992), pengolahan pakan
secara fisik, kimia, enzimatis maupun penambahan zat nutrisi lain dapat
meningkatkan palatabilitas atau kecernaan dan memperbaiki komposisi pakan.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan merupakan kriteria untuk mengukur pertumbuhan
ternak. Pertumbuhan murni merupakan pertambahan bentuk dan bobot jaringanjaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung, dan semua jaringan
tubuh lainnya serta alat-alat tubuh (Anggorodi, 1995). Pertambahan bobot badan
diperoleh
dengan
pengukuran
kenaikan
bobot
badan
dengan
melakukan
penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu atau tiap
bulan (Tillman et al., 1989). Penelitian Rahman (1994) dalam Widodo (2006)
menunjukkan penambahan ragi tape taraf 0,03%-0,06% dalam ransum ayam umur 06 minggu tidak menunjukkan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan.
10
Koversi Pakan
Wahju (2004) menyatakan bahwa nilai konversi ransum dapat digunakan
untuk mengukur keefisienan penggunaan ransum. Semakin rendah angka konversi
ransum maka semakin baik, hal ini menandakan penggunaan ransum yang semakin
efisien. Jika dilihat dari konversi maka efisiensi pakan meningkat karena pakan yang
digunakan untuk mencapai bobot badan tertentu semakin sedikit (Anggorodi, 1995).
Menurut Lacy dan Vest (2000), beberapa faktor utama yang mempengaruhi konversi
pakan ternak diantaranya genetik, kualitas ransum, penyakit, sanitasi kandang,
ventilasi, temperatur, pengobatan dan manajemen kandang. Semakin tinggi konversi
pakan menunjukkan semakin banyak dibutuhkan ransum untuk meningkatkan bobot
badan persatuan berat. Pada masa akhir setelah umur empat minggu, pertumbuhan
ayam menjadi lambat dan mulai menurun sedangkan penggunaan ransum bertambah
terus. Keuntungan dari penggunaan probiotik pada ternak adalah dapat memacu
pertumbuhan, memperbaiki konversi ransum, mengontrol kesehatan dengan
mencegah terjadinya gangguan pencernaan terutama hewan muda, prapencernaan
faktor anti nutrisi (Budiansyah, 2004).
Mortalitas
Angka persentase mortalitas adalah perbandingan jumlah ayam yang mati
dengan total ayam yang dipelihara (Lacy dan Vest, 2000). Tingkat mortalitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim,
kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang dan serangan penyakit (North
dan Bell, 1990). Menurut Widodo (2006), mortalitas dipengaruhi oleh faktor
lingkungan sekitar kandang.
Organ Pencernaan
Sistem pencernaaan unggas terdiri atas mulut, kerongkongan, tembolok,
proventikulus, rempela, usus halus, sekum, kolon, kloaka serta jantung, hati, empedu,
limpa, pankreas dan ginjal (Amrullah, 2004). Sistem pencernaan terdiri dari saluran
pencernaan dan organ pelengkap yang berperan dalam proses perombakan bahan
makanan secara fisik dan kimia menjadi zat-zat makanan siap diserap oleh dinding
saluran pencernaan (Parakkasi, 1999). Organ pencernaan ayam broiler disajikan pada
Gambar 3.
11
kloaka
usus halus
gizzard
ususs
besaar
(rempela)
Proveentikulus
(peruut kecil)
kerongkongan
tembolok
sekum
m
jejunum
limpa
duoddenum
hati
ileuum
pan
nkreas
Gambar 3. Organ Pencernaan Ayyam
Sumber : Ensminger (19922)
U
Usus
Halus
Usus halus meruupakan temppat terjadin
nya pencernnaan dan peenyerapan pakan.
p
Seelaput lendiir usus halus mempunyyai jaringan yang lembuut dan menoonjol sepertti jari.
U
Usus
halus sebagai
s
pennggerak aliiran pakan dalam usus dan untuuk meningk
katkan
peenyerapan zat makanaan. Usus halus
h
terdirri dari tigaa bagian yaang tidak dapat
teerpisahkan jelas
j
yaitu duodenum,
d
jejenum daan ileum (A
Amrullah, 22004). Suprijatna
(22005) menjelaskan pannjang usus halus 1,5 m pada ayyam dewassa. Panjang usus
beervariasi sessuai dengann ukuran tubbuh, tipe maakanan dan faktor-faktoor lainnya.
Usus halus bagiaan duodenuum terletak dari bagiann ujung saluuran dari giizzard
yaang berkelook (duodennal loop) laalu bermuaara dekat kantung
k
em
mpedu, selaiin itu
paankreas mennempel padda kelokan duodenum.
d
Cairan emppedu masukk ke usus melalui
saaluran empeedu dan kaandungan cairan empeedu antara lain adalahh garam em
mpedu
(kkalium dan natrium)
n
beerfungsi unttuk pengem
mulsi lemak, mengaktifkkan enzim lipase
l
daan pankreass yang mem
mbantu mennghidrolisiss lemak (Tiillman et al., 1989). Hasil
peencernaan makanan
m
teerjadi pada usus halus, usus hallus memilikki kondisi asam
deengan pH 3-6
3 (Frandsson, 1992). Jejunum adalah bagiaan saluran ppencernaan
n usus
haalus lanjutaan dari duuodenum. Jejunum
J
melanjutkan
m
proses peencernaan bahan
b
m
makanan
daari duodenuum dan fuungsi utam
ma adalah penyerapann akhir prroduk
12
pencernaan. Ileum adalah saluran pencernaan bagian dari usus halus terakhir yang
menghubungkan dengan usus besar. Penyerapan masih terjadi di ileum, tetapi tidak
sebanyak di duodenum dan jejunum (Damron, 2003).
Moran (1985) menyatakan bahwa usus halus menghasilkan enzim-enzim
amilase, lipase dan protease yang berfungsi untuk memecah zat-zat makanan yang
kompleks menjadi lebih sederhana yang dapat diserap oleh tubuh. Menurut Tillman
et al. (1989), sebagian besar pencernaan di usus halus terjadi pemecahan zat-zat
pakan menjadi bentuk sederhana dan hasilnya disalurkan ke aliran darah melalui
gerakan peristaltik di dalam usus halus. Absorpsi hasil pencernaan makanan sebagian
besar di dalam usus halus, sebagian bahan-bahan yang tidak diserap dan tidak
tercerna masuk ke dalam usus besar atau colon.
Colon
Colon atau usus besar merupakan organ yang menghubungkan usus halus dan
kloaka. Fungsi usus besar untuk menyalurkan sisa makanan yang tidak tercerna dari
usus halus ke kloaka. Panjang usus besar yang dimiliki ayam dewasa berkisar 10 cm
dengan diameter dua kali usus halus (Suprijatna, 2005). Fungsi kolon membantu
penyerapan air, mencerna karbohidrat dan protein dibantu bakteri di sekum dan
membuang beberapa zat makanan tidak dicerna. Panjang dan bobot sekum
dipengaruhi oleh ukuran tubuh ayam, umur, dan pakan yang dikonsumsi ayam
(Yuwanta, 2008). Pencernaan yang terjadi di dalam kolon adalah sisa-sisa kegiatan
pencernaan oleh enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad
renik yang banyak terdapat di usus besar. Pada usus besar ada bakteri proteolitik, dan
bakteri selulolitik berfungsi mencerna serat kasar (Tillman et al., 1989).
Sekum
Sekum ayam dua buah terletak pada persimpangan antara usus halus dan usus
besar dengan panjang 15 cm pada ayam dewasa dengan kesehatan normal (Tillman
et al., 1989). Pada bagian sekum sekum terjadi pencernaan fermentatif (Frandson,
1992), di dalam sekum pencernaan serat kasar dilakukan oleh bakteri pencerna serat
kasar (Yuwanta, 2008). Bakteri yang hidup di usus besar dan sekum yaitu proteolitik
berfungsi mencerna protein yang belum dicerna menjadi asam-asam amino.
13
Download