uts-ika-nofita-paper..

advertisement
Nama
: Ika Nofita Nurhayati
NIM
: 3401413089
Rombel
: 2 (Dua)
Mata Kuliah : Antropologi Ekologi
PENAMBANGAN EMAS DI DESA CIHONJE KECAMATAN GUMELAR
KABUPATEN BANYUMAS
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil buminya. Seluruh hasil bumi
yang ada membuat Indonesia menjadi negara kepulauan yang kaya akan potensi alamnya,
baik dari sektor maritim maupun agraria. Indonesia disebut sabagai salah satu dari 7 negara
yang memiliki tingkat mega biodiversity, yakni negara yang memiliki tingkat keragaman,
khususnya keragaman hayati yang sangat besar (Wibowo: 2009). Hal tersebut didukung oleh
kekayaan agrarianya. Namun yang tidak kalah kayanya adalah dengan pemilikan logam
mulia yang ada di Indonesia. Sebagai contoh adalah penambangan di Papua yang dikuasai
oleh perusahaan asing.
Dalam melakukan aktivitas penambangan alangkah baiknya jika diikuti dengan
kesadaran akan keseimbangan lingkungan. Jadi ketika seseorang mengambil sesuatu dari
lingkungan, maka ia juga harus bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan. Di
Indonesia, banyak aktivitas penambangan yang dilakuan dengan cara illegal. Bagaimana
tidak, mereka banyak yang tidak memiliki surat izin. Bahkan kebanyakan ia hanya
mengekspoitasi kekayaan alam yang tidak sedikit pula membahayakan terhadap lingkungan
tersebut. Salah satu desa yang dimana sebagian besar warganya memilih sebagai penambang
emas adalah di Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas.
Dari uraian di atas, penulis akan menjelaskan bagaimana Masyarakat Desa Cihonje
Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas melakukan penambangan emas, terkait dengan
teknologi yang digunakan. Dimana yang di dalamnya juga terdapat larangan-larangan dalam
melakukan aktivitas penambangan. Selain itu bagaimanakah dampak penambangan serta
kesadaran masyarakat akan dampak yang ditimbulkan.
PEMBAHASAN
a. Profil Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas
Desa Cihonje terletak di Kabupaten Banyumas tepatnya di Kecamatan Gumelar.
Desa Cihonje terdiri dari 18 RW yang terbagi kedalam 67 RT. Luas Desa Cihonje ialah
1547,8116 Ha. Desa terluas di Kecamatan Gumelar ini merupakan salah satu desa yang
penduduknya banyak menjadi tenaga kerja Indonesia. Desa Cihonje dipimpin oleh seorang
Kepala Desa bernama Bapak Sarnoto.
Secara geografis Desa Cihonje berada di perbukitan dan cukup jauh dari pusat
kota.karena berada di wilayah yang cukup tinggi, cuaca yang ada di Desa Cihonje juga sangat
sejuk, karena masih banyak pepohonan yang cukup besar di kanan kiri jalan. Selain itu,
masih ada pula beberapa lahan yang berupa kebun (alas) yang dapat dijumpai di tepi jalan.
Akan tetapi, di kebun-kebun tepi jalan tersebut akan banyak terlihat gubug (rumah yang
terbuat dari kayu dan bambu) dengan ukuran yang tidak begitu besar. Gubug-gubug tersebut
adalah tempat dilakukannya penambangan emas yang dimana di bawah gubug tersebut
merupakan lubang-lubang tambang emas. Tambang-tambang emas tersebut merupakan salah
satu mata pencaharian masyarakat Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas.
Meskipun dalam pengelolaan bukan hanya warga asli Desa Cihonje saja.
Dalam pembuatan tempat penambangan emas, masyarakat Desa Cihonje dapat
dibagi menjadi beberapa kategori. Yang pertama adalah orang Desa Cihonje sebagai pemilik
tanah. Jadi disini orang yang mengelola, baik pemodal maupun pekerja dari orang luar dan
dia tidak ikut campur terhadap penambangan. Ia hanya menerima sewa sesuai kesepakatan di
awal. Yang kedua yaitu orang Desa Cihonje sebagai pekerja. Jadi dalam hal ini orang tersebut
hanya bekerja pada orang lain dan menerima gaji dari pekerjaannya. Yang ketiga yaitu orang
Desa Cihonje sebagai pemodal. Kategori ini merupakan kategori yang sangat sedikit
ditemukan. Dimana orang Desa Cihonje hanya menginvestasikan modalnya untuk pembuatan
lubang. Yang terakhir yaitu orang Cihonje sebagai pemilik lahan, pemodal, dan juga pekerja
sekaligus. Namun, ada beberapa juga ditemukan orang Cihonje hanya sebagai pemilik tanah
dan pemodal.
b. Cara atau Teknologi Penambangan Emas di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar
Kabupaten Banyumas
Teknologi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam melakukan sebuah
aktivitas, khususnya penambangan seperti yang ada di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar
Kabupaten Banyumas. Selain memudahkan dalam proses mendapatkan emas, teknologi juga
mempengaruhi hasil yang didapatkan. Melalui penggunaan teknologi juga dapat diketahui
pemahaman seseorang terhadap teknologi yang semakin maju. Dalam penambangan emas di
Desa Cihonje sendiri masih menggunakan cara yang sederhana.
Tahap pertama dalam pembuatan tambang adalah pembuatan lubang di tanah.
Sebelumnya dilakukan pemilihan tanah terlebih dahulu. Pada umumnya, masyarakat Desa
Cihonje yang secara geografis termasuk wilayah pedesaan masih mempercayai orang pintar
atau dukun. Termasuk dalam pemilihan tanah yang akan dijadikan tempat penambangan.
Sebagian besar masyarakat memilih untuk datang ke orang pintar atau dukun untuk
menanyakan dimana lokasi yang bagus untuk membuka tambang dan menghasilkan
keuntungan yang banyak. Selain itu, akan ditanyakan juga hari apa yang bagus dan pas untuk
memulai pembuatan lubang. Masyarakat Jawa pada umumnya memiliki kepercayaan akan
hari baik dan hari naas, termasuk pada masyarakat Desa Cihonje Kecamatan Gumelar
Kabupaten Banyumas. Ketika masyarakat tidak mengindahkan hari baik, maka akan terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya ada kecelakaan. Selain hari baik tersebut, masyarakat
juga akan mendapatkan beberapa pesan sesaji yang harus disediakan ketika akan membuka
penambangan. Sesaji tersebut memiliki arti sebagai permohonan izin kepada roh-roh atau
makhluk alam lain yang menjadi penunggu tempat tersebut serta sebagai permintaan agar
tambangnya berjalan lancar dan memperoleh keuntungan. Bahkan terkadang ada permintaan
aneh yang harus dilakukan. Berdasarkan cerita dari seorang narasumber, Bapak Tarkum (54)
yang juga merupakan seorang penambang sukses di Desa Cihonje, pernah ada di tahun 2010
hingga 2013an kecelakaan setiap hari. Kabar yang beredar bahwa ada pembukaan tambang
baru dimana syarat dalam pembukaan tambang tersebut adalah meminta tujuh ayam jago.
Tujuh ayam jago tersebut dihubungkan dengan beberapa kecelakaan maut di sepanjang jalan
Gumelar yang korbannya adalah beberapa pemuda laki-laki. Selain itu, beberapa tahun yang
lalu juga ada dua pekerja yang meninggal di dalam lubang galian emas dikarenakan kesetrum
aliran listrik yang berada di dalam lubang. Mereka menganggap bahwa hal tersebut
merupakan bentuk kemarahan hal gaib karena suatu kesalahan dalam proses penambangan.
Selain melalui orang pintar atau dukun, kini pemilihan tempat sebagai tempat penambangan
ialah berdasarkan survey dari salah satu perusahaan tambang yaitu dengan alat pendeteksi
emas. Setelah mendapatkan tempat yang pas maka tempat tersebut di babad, pohon-pohon
yang berada di lokasi tersebut ditebang tanpa kecuali, kemudian dibuatkan gubug-gubug
sebagai peneduh.
Setelah dilakukan pembabadan atau penebangan pohon tersebut, kemudian mulai
dilakukan penggalian tanah secara vertikal. Alat-alat yang digunakan untuk menggali tanah
tersebut masih tergolong sederhana, antara lain cangkul, linggis, martil, pahat batu, dan
sebagainya. Kedalaman lubang galian tersebut bervariasi, bahkan hingga ada yang mencapai
50 meter sampai 70 meter. Diameter lubang tersebut sekitar satu meter. Setelah dilakukan
pembuatan lubang kemudian di setiap pinggiran lubang dibuat pengaman dari kayu dan
bambu yang ditata rapi. Fungsi dari kayu dan bambu tersebut adalah untuk menahan tanah
pinggiran lubang agar tidak longsor. Sistem yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan orang
yang akan membuat sumur. Di sepanjang lubang diberikan lampu-lampu untuk menerangi
para pekerja. Sedangkan alat yang digunakan untuk berjalan di lubang tersebut adalah
semacam tangga yang dibuat dari bambu, yang dalam masyarakat Desa Cihonje disebut
dengan anda. Di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas tidak hanya
terdapat satu tempat penambangan emas saja, melainkan berpuluh-puluh tempat galian. Jarak
antara satu lubang dengan lubang lainnya tidak begitu jauh, bahkan bisa dikatakan dekat.
Emas bisa diperoleh dari batu maupun tanah. Biasanya dalam mendapatkan emas
biasanya para pekerja sudah mengetahui ciri-ciri tanah atau batuan yang mengandung logam
mulia tersebut. Jika emas berada di batu maka batuan tersebut harus di pecah terlebih dahulu
menjadi kecil-kecil. Setelah itu, proses selanjutnya adalah di glundung. Glundung merupakan
alat penghancur tanah dan batuan. Glundung semacam tabung besar yang didalamnya
terdapat besi sebagai penghancur. Tabung tersebut digerakan oleh mesin sanyo. Tanah atau
batu di glundung sampai halus. Dalam proses pengglundungan tersebut juga dicampur air
raksa. Proses terakhir yaitu adalah pemencetan. Pemencetan merupakan pemisahan air raksa
dengan logam mulia emas.
Dalam pemasaran biasanya ada para pengrajin maupun pengepul emas yang
mendatangi para pengusaha penambang emas tersebut. Teknologi yang digunakan dalam
penambangan emas di Desa Cihonje dapat dikatakan masih sederhana.
c. Dampak Penambangan Emas terkait dengan Lingkungan serta Kesadaran
Masyarakat Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas Akan
Adanya Dampak yang Ditimbulkan
Dalam melakukan sebuah usaha tidak ada yang tidak beresiko. Begitu pun dengan
adanya tambang tersebut. Adanya tambang emas di Desa Cihonje menimbulkan beberapa
pengaruh-pengaruh. Selain dalam hal ekonomi, pengaruh tersebut juga pada hal lingkungan
serta tingkah laku manusianya terhahadap lingkungan. Pengaruh terhadap perekonomian
warga memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan penghasilan
masyarakat Desa Cihonje. Bahkan ada salah seorang penambang sukses yang kini juga telah
memiliki beberapa toko furniture, toko elektronik. Bahkan sebagai hadiah idul fitri, para
karyawannya dibelikan sepeda motor. Akan tetapi dalam pembuatan tambang tersebut tidak
selalu menghasilkan. Meskipun sudah menggunakan alat pendeteksi, hal tersebut belum tentu
menjamin keberhasilan. Bagi orang yang membuka penambangan dan tidak berhasil, mereka
justru biasanya akan mengalami banyak kerugian karena modal yang cukup besar.
Pembuatan lubang galian tambang dilakukan secara berdekatan dan dengan
kedalaman lubang yang dapat dikatakan sangat dalam, yaitu hingga 50 meter sampai 70
meter. Biasanya satu orang tidak hanya memiliki satu lubang galian akan tetapi lebih dari itu.
Bahkan ketika lubang galian satu sudah tidak berfungsi maka orang tersebut akan segera
membuat lubang yang lain. Penon-aktifan lubang galian dilakukan ketika lubang tersebut
dirasa sudah tidak menghasilkan. Dalam hal ini, masyarakat mengabaikan akan adanya
sumber daya alam, termasuk logam mulia emas, yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui.
Mereka lebih banyak mengeksploitasi dengan cara mendapatkan sebanyak-banyaknya.
Penon-aktifan lubang dilakukan hanya dengan meninggalkan lubang. Penon-aktifan lubang
tersebut tidak diikuti dengan penutupan kembali lubang. Padahal lubang memiliki kedalaman
yang dalam. Selain itu, lokasi tambang satu dengan tambang yang lain cukup berdekatan.
Dengan hal ini, berarti keadaan di dalam tanah banyak yang berlubang. Semakin banyak
galian tambang maka semakin banyak pula lubang di dalam tanah. Kondisi seperti ini berarti
dapat menyebabkan kelongsoran besar. Bahkan dikatakan oleh Bapak Tarkum bahwa di
sebuah tempat di antara Paningkaban dan Cihonje (dua desa yang banyak diadakan
penambangan) yang disebut dengan Ratadawa. Ratadawa jika diartikan dalam bahasa jawa
berarti rata dan panjang. Menurut warga setempat di masa yang akan datang tempat tersebut
akan rata dan panjang atau luas dikarenakan longsor akibat penambangan emas. Akan tetapi
masyarakat seolah tidak mengindahkan kata tersebut. Mereka lebih memilih mengeksploitasi
tanpa tanggung jawab terhadap alam.
Perubahan pada alam pun semakin terlihat. Dahulu belum banyak lubang di daerah
Cihonje, akan tetapi sekarang telah banyak lubang galian dan menyebabkan adanya
penurunan kontur tanah. di sekitar bekas galian juga tidak diimbangi dengan penanaman
pohon. Oleh karena itu, kini mulai banyak terlihat lahan-lahan kosong. Mereka hanya tergiur
dengan keuntungan yang akan diperoleh tanpa memperhatikan kondisi alam.
Dalam melakukan aktivitas penambangan, terdapat hal yang menarik. Dimana
masyarakat mempercayai selain adanya pemilihan lokasi yang tepat, mereka juga percaya
agar mendapatkan emas dan berjalan lancar maka dalam satu penambangan tersebut antara
pekerja, pemilik tanah, dan pemodal harus akur,jujur, dan tidak saling memakan dari
belakang.
Keterbukaan masyarakat terhadap orang asing menimbulkan adanya keinginan dari
pihak luar untuk mendirikan perusahaan tambang yang besar di wilayah PaningkabanCihonje. Isu yang beredar bahwa tanah di Cihonje dan Paningkaban akan dibeli oleh
perusahaan asing yang meeka katakan sebagai “pembalap usahan”. Rumah dan kebun yang
masuk dalam wilayah pembelian tersebut pun akan diberikan ganti rugi. Sejak awal adanya
isu tersebut telah banyak desas-desus warga yang menolak. Hingga saat ini belum ada
perusahaan yang masuk wilayah tersebut.
Simpulan
Desa Cihonje merupakan salah satu desa di Kecamatan Gumelar Kabupaten
Banyumas yang didalamanya terdapat beberapa puluh penambangan emas lokal. Dalam
penambangan tersebut masih menggunakan teknologi yang sederhana. Cara yang dilakukan
yaitu pertama melakukan pemilihan lokasi penambangan yang dapat melalui orang pintar
maupun alat pendeteksi emas. Setelah itu dilakukan pengglundungan dan pemencetan untuk
mendapatkan emas murni. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya tambang tersebut yaitu
dibidang ekonomi, lingkungan, serta kesadaran masyarakatnya. Dalam bidang ekonomi dapat
meningkatkan penghasilan masyarakat, namun ada pula yang mendapat kerugian. Akan tetapi
dalam bidang lingkungan penambangan tersebut memiliki dampak negatif. Bekas lubanglubang tambang dapat menyebabkan tanah longsor karena didalamnya keropos. Selain itu
juga menyebabkan penurunan kontur tanah. Kebanyakan masyarakat hanya mengeksploitasi
tanpa bertanggung jawab untuk mengembalikan keseimbangan lingkungan. Keterbukaan
masyarakat terhadap orang asing berujung pada isu adanya pendirian perusahaan asing di
Paningkaban-Cihonje. Akan tetapi banyak penolakan hingga sampai saat ini belum ada
realisasinya.
Daftar Pustaka
Wibowo, LR, dkk. 2009. Konflik Sumber Daya Hutan dan Reforma Agraria Kapitalisme
Mengepung Desa. Yogyakarta: Alfamedia.
Lampiran Foto
Download