PENGETAHUAN PENDUDUK DESA KARANGWANGI CIANJUR JAWA BARAT TENTANG JENIS, TEKNIK PENANGKAPAN, DAN GANGGUAN TERHADAP IKAN SUNGAI CIKAWUNG Tatang Suharmana Erawan*, Johan Iskandar**, Toni Nuari* *Prodi Biologi Fmipa Universitas Padjadjaran **Prodi Biologi Fmipa, Sekolah Pascasarjana Ilmu Lingkungan dan Peneliti PPSDAL, Universitas Padjadajaran [email protected] Abstract Villagers Karangwangi, South Cianjur, West Java hereditary has leveraged diversity of fish in the river Cikawung. As a result, residents have traditional ecological knowledge about the types of fish in the river Cikawung. The purpose of this study is assessing the knowledge of the villagers Karangwangi, about the types of fish and a variety of fishing techniques, as well as a variety of disorders of the types of fish in the river Cikawung. The method used a qualitative approach and ethnobiology etnozoologi, with data analysis by descriptive analysis. The results showed that it had recorded 33 species of fish but only six types of fish population is quite a lot. Nine technique known population in catching the types of fish in the river but now there has been a change in fishing are not environmentally friendly and cause disturbance to fish populations. The study concludes that in order to be able to harvest a variety of river fish sustainably Cikawung and sustain the lives of a variety of river fish Cikawung, need to change people's behavior in using the types of fish and the promotion of various safeguards. Keywords: Karangwangi, traditional ecological knowledge, fish species, fishing techniques, River Cikawung bendungan Jatigede pada tahun 1992 mencatat PENDAHULUAN Pada masa silam untuk memenuhi 22 jenis ikan (Iskandar, 1992). Sementara itu, kebutuhan sumber pangan protein hewani di pencatatan jenis-jenis ikan di Sungai Cisokan, berbagai perdesaan di Jawa Barat dapat Kabupaten Cianjur-Bandung Barat mencatat dipenuhi antara lain dari berbagai jenis ikan air 15 jenis ikan (Partasasmita et al., 2016). tawar. Pasalnya, pada masa lalu penduduk Sejatinya di masa silam praktik perdesaan di Jawa Barat guyub memelihara pemanfaatan (praxis) anekaragam ikan sungai beragam ikan di kolam-kolam pekarangan, secara tradisional oleh penduduk perdesaan di empang lembur dan kolam sawah. Bahkan, Jawa Barat dilandasi kuat oleh pengetahuan anekaragam ikan di perdesaan juga dapat lokal (corpus) dan kepercayaan (beliefs atau dipungut dari alam secara bebas, seperti dari cosmos) (Toledo, 200; Carlson dan Maffi, rawa-rawa dan sungai-sungai. Di berbagai 2004; Berkes, 2008; Kutanagara et al., 2014). sungai di Jawa Barat, seperti S.Citarum, Penduduk perdesaan dengan pengetahuan lokal Cisokan, dan Cimanuk tercatat memiliki atau pengetahuan ekologi tradisional yang anekaragam hasil diperoleh dari hasil pewarisan secara turun- pencatatan ikan di Sungai Citarum hulu, temurun mengenal beragam nama ikan, sifat Kabupaten Bandung pada tahun 1999, tercatat kehidupan ikan, dan berbagai teknik dalam 24 jenis ikan termasuk ke dalam 15 famili menangkap ikan sungai. Demikian pula, (Dhahiyat et al., 2001). Hasil studi lainnya, dengan adanya sistem kepercayaan masyarakat pencatatan atau ikan. ikan Misalnya di Sungai saja, Cimanuk, Kabupaten Sumedang di sekitar kawasan sistem kosmos terhadap alam lingkungannya, secara tidak langsung dapat 261 Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 1, Maret 2017 bermanfaat bagi segenap komunitas untuk memanfaatkan anekaragam ikan Kini pengetahuan ekologi tradisional secara dan sistem perlindungan penduduk perdesaan berkelanjutan. Misalnya, di beberapa kawasan telah banyak yang luntur karena kurang perdesaan di DAS Citarum, ada kepercayaan mendapat perhatian (Iskandar, 2014). Bahkan, panduduk bahwa lubuk-lubuk (leuwi) Sungai kini dengan jumlah penduduk yang kian padat, Citarum dianggap keramat dan penduduk tidak pengaruh sistem ekonomi pasar yang deras boleh menangkap ikan secara sembarangan. masuk ke pedesaan, dan sistem teknologi Imbas positifnya, anekaragam ikan di berkembang pesat, maka sistem eksploitasi berbagai tempat yang dikeramatkan atau anekaragam dilindungi secara tradisional oleh penduduk dilakukan secara tidak bijaksana. Contohnya, dapat terhindar dari ekploitasi yang berlebihan. kini marak penangkapan ikan sungai dengan Selain itu, penduduk perdesaan DAS Cisokan, menggunakan strum listrik dan racun pestisida. Cianjur, memiliki kepercayaan bahwa ikan Ditambah pula, maraknya limbah racun yang sejenis kancra (Tor soro) secara musiman seba berasal dari limbah pabrik-pabrik dan limbah atau migrasi kearah hulu. Pada saat migrasi petisida pertanian mencemari sungai (Iskandar tersebut berdasakan kepercayaan masyarakat, dan Dhahiyat, 2012). Tidak hanya itu, alih ikan-ikan yang sedang menuju hulu sungai fungsi lahan di kawasan DAS juga banyak tersebut pantang ditangkap penduduk. Sistem terjadi, sehingga menimbulkan erosi tanah, kepercayaan tersebut dapat mendukung upaya sedimentasi sungai, dan banjir di waktu musim perlindungan hujan. ikan kancra. Pasalnya, ikan Berbagai sungai oleh kejadian penduduk tersebut dapat kemungkinan ikan yang dikatakan sedang seba menyebabkan gangguan dan ancaman terhadap atau migrasi tersebut akan memijah, untuk kelestarian anekaragam ikan sungai. Tujuan mengembangkan populasinya secara normal. studi Berbagai ikan penduduk Desa Karangwangi, Cianjur Selatan dewasa kancra yang sedang berenang menuju tentang jenis-jenis ikan dan berbagai teknik kawasan hulu sungai tersebut pada umumnya penangkapan ikan, serta berbagai gangguan merupakan terhadap jenis-jenis ikan di Sungai Cikawung. kelompokan-kelompokan individu-individu ikan sedang dalam kondisi siap memijah. Maka, pantangan atau tabu menangkap ikan yang sedang ini adalah mengkaji pengetahuan METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bermigrasi ke hulu sungai dapat menjaga masyarakat Desa Karangwangi, Kecamatan keberlangsungan ikan di Sungai Cisokan. Cidaun, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Bahkan, di kawasan Kuningan ikan kancra Barat. Bahan-bahan yang digunakan dalam putih dikeramatkan penduduk dan sama sekali penelitian ini antara lain buku catatan, buku pantang ditangkap, sehingga menyelamatkan pengenalan jenis-jenis ikan air tawar dari ikan langka ini dari kepunahan. Saanin (1995) dan Kottelat et al (1993), alkohol 70 % untuk bahan pengawet ikan, dan 262 Tatang S. E., Johan I., & Toni N.: Pengetahuan Penduduk Desa Karangwangi Cianjur Jawa Barat Tentang Jenis, Teknik Penangkapan, dan Gangguan Terhadap Ikan Sungai Cikawung botol-botol untuk koleksi ikan-ikan air tawar di menangkap Sungai Cikawung, Desa Karangwangi. Sementara itu, observasi partisipasi dilakukan Metode yang digunakan penelitian bersifat pendekatan etnozoologi dalam kualitatif dan dengan etnobiologi (Creswell, 1994; Iskandar, 2012; Ellen, 1993; ikan di Sungai Cikawung. peneliti dengan cara ikut terlibat dalam beberapa kegiatan penduduk dalam menangkap ikan di sungai, seperi ikut menjala dan memancing ikan di Sungai Cikawung. Albuquerque et al., 2014; Lima et al., 2016). Data lapangan hasil wawancara dengan Untuk mengumpulkan data lapangan dilakukan informan, observasi lapangan, dan observasi wawancara partisipasi semi-terstruktur atau deep dianalisis dengan melakukan interview, observasi lapangan, dan observasi crosscheking, summarizing, sinthesing, dan partisipasi. Deep interview dilakukan terhadap dinarasikan secara deskriptif analisis dan informan yang kompeten dengan dipilih secara evaluative (Newing et al., 2011). Berbagai purposive, koleksi jenis ikan S. Cikawung dianalisis di serta memperhatikan keragamannya. Informan dipilih dengan teknik Laboraturium Taksonomi dan Laboraturium ‘snow ball’, yaitu informan dipilih oleh warga Lingkungan, Prodi Biologi Unpad. penduduk desa sendiri dengan informasi secara berantai. Informan tersebut yaitu para penangkap ikan dengan keragamannya, seperti penangkap ikan Penduduk Desa Karangwangi seperti memasang perangkap, menjala, dan meracuni halnya masyarakat perdesaan Sunda umumnya ikan; para pimpinan formal staf desa dan mengenal ikan dengan sebutan lauk atau dalam kampung, pimpinan informal. bahasa Indonesia ikan. Berdasarkan landasan terhadap informan klasifikasi masyarakat (folk classification) dari diusahakan secara informal dan sesantai Berlin (1992), penduduk Desa Karangwangi mungkin. mengenal empat tingkatan takson yaitu bentuk Wawancara para biasa Pengetahuan Penduduk Tentang Jenis Ikan memancing, dan yang HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan Observasi lapangan dilakukan untuk hidup (life form), lauk, jenis atau species, dan mengamati secara umum kondisi sungai, variasi, dalam klasifikasi ikan secara ilmu habitat hutan, dan berbagai kegiatan orang pengetahuan biologi barat (Tabel 1). Tabel 1. Empat tingkatan takson ikan menurut penduduk Desa Karangwangi Tingkatan Kelas Sinonim Bahasa Inggris 0 1 2 3 4 sato lauk lauk mas Lauk mas Sikumpay lauk mas Majalaya Takson wild animal unique beginner fish life-form common carp species/specific ikan mas variasi Sikumpaysub-species ikan mas galur Majalaya strain 263 Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 1, Maret 2017 Berdasarkan Tabel 1 dapat dianalisis secara ilmiah Barat analog dengan species bahwa penduduk Desa Karangwangi mengenal (Bulmer, 1967; Diamond dan Bishop, 200; klasifikasi ikan, seperti mengenal klasifikasi Iskandar et al., 20116a). burung, seperti pada tingkatan ke dua atau Tabel 2. Jenis-jenis ikan dan udang menurut penduduk Desa Karangwangi yang ada di Sungai Cikawung, Desa Karangwangi, Cianjur, Jawa Barat No 1 Nama daerah (Sunda) Bawal 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Beunteur Blengit Boboso Bogo Buhung Cecere Ceuray (Jeuray) Corencang Hurang bangban Hurang beas Hurang langir Hurang manjangan Kanayapan Kehkel Keting Lele Lele dumbo Lele hitam Lepo hitam*) Lepo kuning*) Lubang sidat 23 24 25 Mangse (Bawal) Mas Menga 26 Mujaer Nama Ilmiah Colossoma macropomum (G. Cuvier, 1818) Puntius binotatus(C.V) Mystus nigriceps (Valenciennes, 1840) Eleotris melanosoma(Bleeker, 1852) Ophiocephalus gacchua H.B Ophiocephalus pleurophtalmus Blkr Aplocheilus panchax (F. Hamilton 1822) Gambusia sp Puntius sp Crustaceae Crustaceae Crustaceae Crustaceae Magronathus maculatus (G.Cuvier 1832) Acrochordonichthys ischnosoma Drepane sp Clarias batrachus (L.) Clarias gariepinus (Burchell, 1822) Clarias meladerma Bleeker, 1846 Vespicula depressifomes Tetraroge barbata Anguilla marmorata Quoy & Gaimard, 1824 Valamugil seheli (Forsskål, 1775) Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758) Sicyopterus cyanocephalus (Valenciennes, 1837) Oreochromis mossambicus (W. Peters), 1852 Oreochromis niloticus Linnaeus, 1758 Rasbora lateristriata (Bleeker, 1854) Pangasius macronema Bleeker, 1863 Schismatogobius bruynisi Trichogaster trichopterus (Pallas, 1770) Anguilla bicolor Tor soro(Valenciennes, 1842) Tor sp Betta sp Puntius javanicus(W&B, 1916) Eleotri sp 27 Nila 28 Paray 29 Patin 30 Salusur 31 Sepat 32 Sidat kuning 33 Soro 34 Sosoro klotok 35 Tampele 36 Tawes 37 Uncun*) *) Ikan muara sungai Sumber: Tabulasi data primer (2015) Populasi Kurang Sedang Jarang Sedang Kurang Kurang Sedang Kurang Kurang Banyak Banyak Banyak Banyak Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Sedang Kurang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 264 Tatang S. E., Johan I., & Toni N.: Pengetahuan Penduduk Desa Karangwangi Cianjur Jawa Barat Tentang Jenis, Teknik Penangkapan, dan Gangguan Terhadap Ikan Sungai Cikawung Berdasarkan hasil wawancara dengan cyanocephalus), sedangkan ikan yang para informan dan observasi lapangan, telah memiliki sisik besar, antara lain beunteur tercatat 33 jenis ikan di Sungai Cikawung (Puntius binotatus) dan ikan mas (Cyprinus (Tabel 2). Pada umumnya walaupun secara carpio). Berdasarkan habitat ikan, penduduk umum Sungai dapat membedakan ikan yang biasa hidup di Cikawung cukup tinggi apabila dibandingkan muara sangai, seperti lepo hitam, lepo kuning dengan hasil studi tentang jenis ikan di dan uncum, dikenal biasa hidup di hulu sungai. S.Citarum, Sementara keanekaan jenis ikan S.Cimanuk di dan S.Cisokan itu, penduduk juga dapat (Iskandar, 1992; Dhahiyat et al., 2001 dan membedakan ikan berdasarkan kebiasaan ikan, Partasasmita et al., 2016) tapi sebagian besar misalnya dikenal penduduk jenis ikan penetap jenis-jenis ikan di S.Cikawung populasinya dan ikan yang biasa melakukan migrasi seperti rendah. Menurut informasi penduduk, dari 33 ikan sidat. Ikan sidat dikenal penduduk sebagai jenis ikan, hanya enam jenis yang populasinya ikan yang hidup di pesisir dan pada waktu mau cukup bertelur ikan tersebut melakukan migrasi ke banyak yaitu beunteur (Puntius binotatus), boboso (Eleotris melanosoma), laut, cecere menga bermigrasi ke arah hulu di sekitar muara salusur sungai. (Aplocheiluspanchax), (Sicyopterus cyanocephalus), (Schismatogobius bruynisi), dan sidat kuning (Anguilla bicolor). dan mengklasifikasikan ikan antara menetas Pengetahuan penduduk Penduduk Karangwangi, Cianjur Selatan setelah anak-anaknya ekologi Karangwangi tradisional tentang berbagai aspek kehidupan ikan cukup sejalan dengan lain ilmu pengetahuan Barat antara lain sama-sama berdasarkan ukuran tubuh, warna, sisik, habitat menggunakan ciri-ciri morfologi ikan dalam dan kebiasaan ikan. Berdasarkan ukuran tubuh klasifikasi dan mengenal adanya ikan yang ikan, misalnya dikenal jenis-jenis ikan yang biasa melakukan migrasi, termasuk ikan sidat memiliki ukuran kecil, seperti ikan beunteur (Kottelat et al., 1993). (Puntius binotatus) dan ikan besar, antara lain Pengetahuan Penduduk Tetang Teknik tawes (Puntius javanicus). Jenis-jenis ikan Penangkapan Ikan yang dikenal penduduk memiliki warna khas, antara lain meladerma), ikan hitam (Clarias wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa penduduk hitam (Vespicula Desa kuning (Tetraroge pengetahuan dan teknik menangkap berbagai barbata), dan sidat kuning (Anguilla bicolor). jenis ikan di Sungai Cikawung. Telah tercatat Penduduk juga dapat mengklasifikasikan ikan sekurangnya sembilan teknik berdasarkan ukuran sisik. Jenis ikan yang menangkap jenis-jenis ikan termasuk memiliki sisik kecil, boboso (Eleotris Cikawung, yaitu ngecrik lauk, nguseup lauk, melanosoma) nyirib lauk, nyair lauk, masang bubu, kokodok depressifomes), lepo lele Berdasarkan lepo dan menga (Sicyopterus Karangwangi memiliki berbagai atau di cara Sungai 265 Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 1, Maret 2017 lauk, marak lauk, nuak lauk, dan nyetrum lauk. diperlukan Di antara berbagai teknik memangkap ikan digunakan agar ikan berkumpul di tempat yang tersebut, meracuni ikan dengan pestisida dan akan dijala. Pengerjaannya, penjala menyusuri menyetrum ikan dengan listrik menggunakan pinggiran sungai dan menebar huut di bagian- aki cara bagian sungai yang dianggap sesuai untuk ramah menjala ikan. Usai menebar huut di beberapa lingkungan dan merupakan teknik menangkap bagian sungai, penjala ikan kembali lagi pada ikan yang baru, yang tidak dikenal dan titik-titik tempat menebar huut untuk memulai dipraktikan di masa silam. menjala ikan. Hasil tangkapan ikan dengan Menjala ikan (ngecrik lauk) jala, dimasukkan ke dalam sair/pengayak (accumulator), penangkapan ikan merupakan yang tidak untuk penerangan dan huut Menangkap ikan dengan jala lempar (ayakan) untuk memilah-milah anekaragam (kecrik) biasa disebut masyarakat Sunda, ikan yang tertangkap jala. Selanjutnya ikan- termasuk penduduk di Desa Karangwangi, ikan tangkapan tersebut dimasukan ke dalam dengan istilah ngecrik lauk, ngaheurap lauk korang ataupun ember. atau ngalintar (Gambar 1). Menjala ikan di Berdasarkan informasi informan, waktu Sungai Cikawung biasa dilakukan penduduk yang baik untuk ngecrik atau ngaheurap Desa Karangwangi pada siang ataupun malam adalah malam hari waktu musim hujan. hari, pada musim hujan (usum ngijih) ataupun Pasalnya, pada saat itu ikan-ikan sungai musim kemarau (usum halodo). Pengerjaannya jumlahnya cukup banyak. Kegiatan ngaheurap dapat dilakukan secara perorangan ataupun lauk di malam hari biasanya dilakukan oleh bersama-sama beberapa orang. Alat yang beberapa orang agar dapat berbagi pekerjaan digunakan untuk ngecrik lauk pada siang hari dan agar tidak takut bekerja di malam hari. utamanya jala lempar (kecrik) dan korang Memancing ikan (nguseup lauk) untuk membawa ikan hasil tangkapan. Selain Memancing ikan atau nguseup lauk itu, adakalanya dibawa pula umpan ikan, yakni menangkap ikan di sungai dengan seperti menggunakan dedak (huut) hasil sampingan pancing yang biasa (useup). Berbagai menumbuk padi atau bakatul, untuk ditaburkan peralatan digunakan untuk di bagian sungai yang akan dijala. memancing ikan adalah joran (jeujeur) mata Peralatan yang digunakan untuk ngecrik pancing ikan/kail (useup) dalam berbagai atau ngaheurap lauk di malam hari, antara lain ukuran, snar nilon (kenur), timah pemberat lampu obor, lampu senter, pakan ikan berupa mata pancing, umpan pancing (eupan useup), dedak (huut), sair, korang, dan ember. tempat nyimpan ikan yang terbuat dari Penduduk anyaman bambu (korang). Karangwangi umumnya ngaherurap ikan di Sungai Cikawung waktu Ukuran mata pancing yang digunakan malam hari, dilakukan mulai magrib hingga dapat bervariasi bergantung pada jenis dan menjelang tengah malam. Senter dan obor ukuran ikan yang akan ditangkap. Umpan yang 266 Tatang S. E., Johan I., & Toni N.: Pengetahuan Penduduk Desa Karangwangi Cianjur Jawa Barat Tentang Jenis, Teknik Penangkapan, dan Gangguan Terhadap Ikan Sungai Cikawung A B Gambar 1. Penduduk sedang menangkap ikan dengan jala lempar (ngecrik) di Sungai Cikawung Desa Karangwangi (Foto: J. Iskandar) digunakan untuk memancing juga dapat memeriksa kalau-kalau telah ada ikannya atau bervariasi, seperti cacing tanah, laron (siraru), umpannya habis. Berbeda dengan ‘memancing teger’, dan ulat bambu (cangkilung). Nguseup lauk biasa dilakukan penduduk ‘memancing biasa’ umumnya dilakukan Karangwangi, Cianjur Selatan pada musim dengan cara jeujeur useup senantiasa dipegang hujan (usum ngijih) ataupun musim kemarau pemancing. Caranya, pemancing menyusuri (usum dapat pinggiran-pinggiran sungai mencari daerah- ataupun daerah kawasan sungai yang sesuai untuk halodo). dilakukan Memancing secara ikan perorangan berbarengan beberapa orang. dipancing, seperti lubuk sungai (leuwi) atau Berdasarkan informasi dari beberapa informan penduduk Karangwangi, cara pinggiran sungai yang airnya tidak terlalu deras. Ketika daerah yang sesuai telah memancing yang biasa dilakukan penduduk ditemukan, mata pancing dilempar ke bagian- ada dua cara, yaitu ‘memancing biasa’ bagian sungai yang sesuai. Lalu, jeujeur dan‘memancing teger dipegang oleh pemancing dan apabila ada biasanya usai mata pancing dilemparkan pada getaran (ngurunyud) terasa di jeujeur, sebagai bagian sungai yang dianggap banyak ikan, pertanda ada ikan yang memakan umpan seperti lubuk sungai (leuwi) lalu jeujeur pancing. Maka, jeujeur diangkat secara tiba- pancing ditancapkan di tanah dan ditinggalkan tiba/dihentak (dicentok) dan apabila ikan oleh berhasil ditangkap. Ikan hasil tangkapan teger’ pemancingnya. Memancing Setelah ditinggalkan beberapa lama, jeujeur pancing diangkat untuk tersebut dimasukan ke dalam korang. 267 Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 1, Maret 2017 Berdasarkan informasi dari berbagai Ayakan atau pengayak adalah perkakas informan, jenis-jenis ikan Sungai Cikawung tradisional berupa saringan berbentuk bundar yang biasa berhasil ditangkap dengan diuseup, dibuat dari anyaman bambu tali (Gigantochloa antara lain ikan lele (Clarias batrachus), apus). Ayakan disamping digunakan untuk lubang/sidat (Anguilla marmorata), dan patin menyaring (mengayak) di dalam rumah tangga, (Pangasius macronema). juga biasa digunakan untuk menangkap ikan Memasang jaring angkat (nyirib lauk) sungai, yang disebut nyair lauk. Tata kerja Sirib adalah alat tradisional yang biasa nyair lauk di sungai adalah mencari daerah- digunakan penduduk Karangwangi, Cianjur daerah yang sesuai untuk nangkap dengan sair Selatan untuk menangkap ikan di Sungai bambu Cikawung. Sirib terbuat dari jaring nilon dan sungai yang airnya mengalir tidak terlalu kerangka berupa bilah bambu kecil-kecil yang deras. Ketika ditemukan bagian sungai yang diikatkan pada jaring, dan bagian atasnya sesuai, penangkap ikan turun dan menciduk- memiliki tali yang diikatkan pada batang cidukan ayakan ke dalam sungai atau pinggir- bambu yang lentur melengkung, sebagai pinggir sungai. Berbagai jenis ikan yang pegangan untuk meletakan dan mengangkat terciduk dengan ayakan diambil dimasukan ke sirib Unntuk dalam korang ataupun ember. Nyair lauk memasang sirib (nyirib) penangkap ikan juga dilakukan penduduk Desa Karangwangi di harus menyusuri pinggiran sungai untuk Sungai Cikawung biasanya dilakukan oleh mencari daerah yang sesuai untuk memasang para wanita, dan dilakukan pada siang hari. sirib, seperti kawasan lubuk sungai (leuwi). Dilakukan di musim hujan atau di musim Ketika ditemukan daerah yang dianggap kemarau. sesuai, sirib dipasang dengan ditenggelamkan dilakukan secara sendirian atau ke dalam air sungai, kadang kala umpan orang. berupa sekam halus (huut) atau bakatul Memasang perangkap ikan (masang bubu) ke/dari dalam air sungai. (ayakan), biasanya Menangkap ikan daerah-daerah dengan sair beberapa ditaburkan di atas sirib. Setelah sirib dibiarkan Menangkap ikan dengan alat penangkap beberapa saat, lalu diangkat dengan cara tiang yang terbuat dari bamboo (bubu) dikenal oleh bambunya diangkat ke atas. Anekaragam ikan penduduk Desa Karangwangi Cianjur Selatan yang masuk sirib, diambil dengan sair/ayakan dengan istilah masang bubu. Alat-alat yang untuk kemudian dimasukan ke dalam korang biasa digunakan untuk menangkap ikan dengan atau ember. Nyirib dapat dilakukan pada bubu, adalah bubu, umpan ikan, sair dan musim kemarau. korang. Bubu, sair, dan korang biasanya Pengerjaannya dapat dikerjakan sendiri dapat terbuat dari bambu tali (Gigantochloa apus). pula beberapa orang. Memasang bubu biasanya dilakukan pagi hari Menangkap ikan dengan ayakan (nyair dan diangkat sore hari atau dipasang sore hari lauk) dan diangkat pagi hari berikutnya. Tata hujan ataupun musim 268 Tatang S. E., Johan I., & Toni N.: Pengetahuan Penduduk Desa Karangwangi Cianjur Jawa Barat Tentang Jenis, Teknik Penangkapan, dan Gangguan Terhadap Ikan Sungai Cikawung kerjanya, penduduk penangkap ikan mencari yang mampu bertahan lama berada di dalam daerah-daerah yang sesuai untuk memasang air (menyelam). Konon pada masa silam, para bubu, dengan cara menyusuri pinggiran sungai. ahli kokodok lauk dan ahli menyelam di leuwi Ketika ditemukan bagian sungai yang cocok ini biasa mencari ikan (tidak ditemukan di S. untuk memasang bubu, antara lain berupa Cikawung). kawasan pinggiran sungai yang tidak terlalu tradisional ini dikenal dengan sebutan palika. Oleh karena itu, penyelam dalam dan aliran sungainya mengalir tidak Tatakerja kokodok lauk yakni penangkap terlalu deras, bubu dipasang di dalam air ikan mencari daerah-daerah yang sesuai untuk sungai, untuk menangkap anekaragam ikan menangkap ikan dengan jalan kaki menyusuri yang berenang-berenang dalam arus sungai. pingggiran sungai ataupun jalan kaki di badan Agar bubu tidak hanyut terbawa arus sungai, air sungai. Ketika menemukan daerah yang biasanya dipasang pula patok-patok bambu sesuai, seperti daerah-daerah berbatu-batu dan atau kayu di pinggiran bubu atau disimpan berlubang-lubang di batu-batu di atasnya. Selain itu, agar ikan mau penangkap akan masuk bubu, penduduk Karangwangi biasa tangannya di balik-balik batu ataupun lubang- memasukan umpan ikan, seperti huut kedalam lubang pinggiran sungai. Ketika tangannya bubu. Pada saatnya bubu diangkat pada pagi menyentuh ikan yang sedang bersembunyi di atau sore hari, bubu akan diangkat untuk balik bebatuan/di dalam lubang ikan tersebut diperiksa apakah ada ikan yang terperangkap akan ditangkapnya dan dimasukan ke dalam bubu atau tidak. Apabila didalam bubu korang, terdapat akan pinggangnya. Ngodok lauk biasanya dilakukan dikeluarkan dari bubu dan ditampung di dalam secara perorangan atau beberapa orang, pada sair, dan selanjutnya dimasukan ke dalam siang hari. korang. Setelah itu, bubu disimpan lagi di Mengeringkan air sungai (marak lauk) ikan, maka ikan-ikan tempat yang sama ataupun dipindahkan ke ikan yang biasanya Kebiasaan lain sungai, merogoh-rogohkan digantungkan di penduduk Desa Selatan, dalam tempat lain. Menurut informasi dari informan Karangwangi, penduduk Karangwangi, berbagai jenis ikan menangkap ikan di Sungai Cikawung adalah yang biasa tertangkap oleh bubu, antara lain dengan cara mengeringkan lubuk sungai beunteur, nila, dan sepat. (marak lauk). Marak lauk biasanya dilakukan Menangkap ikan dengan tangan (kokodok di bagian hulu sungai dan waktu air sungai lauk) surut di Cianjur pinggiran musim kemarau. Marak lauk Kokodok lauk adalah menangkap ikan dilakukan oleh beberapa orang dan dilakukan dengan tangan tanpa bantuan alat apapun. Di pada siang hari. Tatakerjanya, para penangkap antara para penangkap ikan di perdesaan, ikan mencari kawasan sungai yang sesuai dikenal memiliki untuk marak lauk. Ketika kawasan sungai yang keahlian kokodok lauk. Di antara mereka ada sesuai ditemukan, bagian sungai tersebut beberapa orang yang 269 Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 1, Maret 2017 dibendung dengan memasang batu-batu dan Dengan demikian, para penangkap ikan tinggal bahan lainnya. Konsekuensinya, bagian hilir memunguti semua ikan tersebut dengan tangan bendungan tidak teraliri air dan sisa air yang ataupun dengan sair (ayakan) dan dimasukan masih ke dalam ember atau korang. ada akan diciduk (ditawu) dan membuangnya dengan menggunakan ember. Sejatinya, meracuni ikan dengan Akibatnya, air menyusut dan ikan-ikan yang menggunakan anekaragam tumbuhan beracun berada di sungai yang airnya surut tersebut tidak merusak ekosistem sungai karena racun dipunguti dengan tangan atau menggunakan tumbuhan cepat mengalami pengenceran dan sair (ayakan). Selanjutnya, ikan-ikan hasil tidak permanen tersisa di air. tangkapan di masukan ke dalam ember atau dengan maraknya racun sintesis buatan pabrik, korang. Semua hasil tangkapan ikan yang seperti aripo, starban, akodan, dan lainnya terkumpul biasanya dibagikan kepada orang- yang biasanya digunakan untuk membasmi orang hama yang terlibat kerja. Marak lauk pertanian, Namun, kini beberapa penduduk memerlukan banyak orang. Pengerjaannya memanfaatkannya untuk meracuni ikan Sungai juga hanya dapat dilakukan pada siang hari dan Cikawung. Konsekuensinya, meracuni ikan musim kemarau, ketika sungai airnya sangat dengan pestisida menyebabkan kematian ikan surut. secara masal dan menyebabkan gangguan Meracun ikan (nuak lauk) serius terhadap ekosistem sungai. Jenis-jenis Secara tradisi, Desa dan organisme lainnya yang hidup di sungai Karangwangi, Cianjur Selatan biasa pula pada mati, dan bisa menyebabkan kepunahan menangkap anekaragam ikan, khususnya jenis-jenis ikan anekaragam peduduk ikan di Sungai Cikawung, dengan menggunakan racun nabati yang populasinya telah langka di sungai. yang berasal dari berbagai bagian dan jenis Nyetrum ikan (nyetrum lauk) tumbuhan seperti kulit kayu kihiang (Albizia Saat ini penangkapan anekaragam ikan procera), biji tumbuhan tuba (Derris eliptica), Sungai Cikawung juga dilakukan dengan cara daun dan buah picung (Pangium edule), buah menyetrum gebang (Corypa utan), iwung bambu gereng menggunakan alat penyetrum ikan (electrical (Bambusa songgom fishing) rakitan (bukan buatan pabrik) yang (Barringtonia insignis), dan biji pohon pakis komponennya terdiri dari aki (accumulator 12 (Acrosticum) 2015). volt) sebagai sumber listrik, dan alat untuk Tatakerjanya, berbagai bahan racun dari meningkatkan voltase (sampai sekitar 220 volt) tumbuhan ditumbuk hingga lumat kemudian yang dikemas secara sederhana untuk dapat ditaburkan di bagian hulu sungai. Akibat dibawa dengan jalan digendong di punggung. adanya racun di air sungai, berbagai ikan yang Dari alat ini listrik dialirkan dengan melalui ada di dalam sungai akan mabuk, pingsan atau stop-kontak melalui mati dan mengapung di permukaan air sungai. nilon yang terbuat dari batang besi dan blumeana), (Ruhyat akar et al., ikan (nyetrum lauk) dengan kabel ke bingkai sair 270 Tatang S. E., Johan I., & Toni N.: Pengetahuan Penduduk Desa Karangwangi Cianjur Jawa Barat Tentang Jenis, Teknik Penangkapan, dan Gangguan Terhadap Ikan Sungai Cikawung bertangkai kayu sebagai isolator dan satu lagi Berbagai tradisi masyarakat tersebut, secara (kutub positif) ke batang besi yang pangkalnya tidak juga terbuat dari kayu sebagai isolator. Batang memanfaatkan yang beraliran listrik positif dicelupkan ke air berkelanjutan. atau ditusukkan ke tanah dasar sungai di mana pemanfaatan dan pengelolaan jenis-jenis ikan diperkirakan terdapat ikan sementara sair yang yang berbasis sistem pengetahuan ekologi sebenarnya tradisional merupakan kutub negatif langsung dapat berguna dalam jenis-jenis ikan secara Namun, dewasa dan sistem kepercayaan diletakkan di dekatnya. Ikan yang terkejut dan masayarakat pingsan perubahan. Misalnya saja, berbagai pantangan karena terkena aliran listrik akandiciduk dengan sair untuk kemudian tradisional dimasukkan kedalam ember atau korang. penduduk. Menurut para penangkap tersebut ini kurang telah diindahkan mengalami lagi oleh ikan, Sementara itu, teknik penangkapan ikan penangkapan ikan dengan menggunakan strum juga banyak mengalami perubahan, seperti listrik membahayakan ekosistem sungai karena meracuni ikan tidak lagi menggunakan racun semua jenis ikan, baik ikan dewasa, anak-anak nabati ikan maupun telur-telurnya dapat hancur kena tumbuhan, sengatan lsitrik, sehingga dapat menyebabkan pestisida kepunahan anekaragam ikan sungai. membasmi hama pertanian. Selain itu, untuk Berbagai Gangguan Terhadap Jenis-Jenis memperoleh lebih banyak ikan, penduduk Ikan menangkap ikan dengan menggunakan setrum. yang berasal tapi yang beralih biasa dari anekaragam ke penggunaan digunakan untuk Berdasarkan sejarah ekologi, sejatinya Disamping itu, akibat meningkatnya di masa silam penduduk Desa Karangwangi di penggunaan pestisida pada sistem pertanian dalam memanfaatan dan mengelola jenis-jenis sawah di Desa Karangwangi sejak era 1970-an, ikan di Sungai Cikawung dilandasi kuat oleh telah menyebabkan pencemaran perairan dan pengetahuan kematian ekologi tradisional dan jenis-jenis ikan di Sungai kepercayaan (Toledo, 2000; Carlson dan Maffi Karangwangi (Iskandar et al., 2016b). Tidak 2004; Berkes, 2008). Misalnya, mengenai hanya itu, dengan maraknya alih fungsi lahan pengetahuan ekologi tradisional, penduduk hutan memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis ikan, tradisional, seperti kebun pohon kayu-kayuan habitat ikan, dan kebiasaan ikan. Sementara dan kebun bambu, maka ketika musim hujan itu, di masa silam juga memiliki sistem sering terjadi banjir dan air sungai penuh kepercayaan yang lekat dengan budaya, seperti dengan sedimen. Namun, sebaliknya pada pantangan menangkap ikan pada sore hari, musim kemarau terjadi kekeringan (Gambar menjelang magrib, pantang menangkap ikan di 2A). Maka, akibat sistem penangkapan jenis- tempat keramat, dan menangkap ikan yang jenis ikan di Sungai Cikawung yang tidak sedang melakukan migrasi untuk memijah. ramah dan sistem lingkungan pertanian dan agroforestri sering terjadi 271 Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 1, Maret 2017 B A Gambar 2. Kondisi Sungai Cikawung kering di waktu musim kemarau (A) dan bagian dekat muara Sungai Cikawung tempat menambat perahu-perahu nelayan di Pelabuhan Jayanti (Foto: J.Iskandar) kekeringan dan meningkatnya pencemaran lingkungan dan tidak dikhawatirkan akan oleh pestisida, sungguh mengancam terhadap menimbulkan keberlangsungan kehidupan anekaragam ikan pelestarian di Sungai Cikawung. Cikawung. Namun, kini dikenal beberapa gangguan jenis-jenis serius ikan terhadap di Sungai teknik baru penangkapan jenis-jenis ikan di KESIMPULAN Berdasarkan studi ini dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Karangwangi memiliki pengetahuan yang cukup tentang jenis-jenis ikan, habitat ikan, kebiasaan ikan, dan berbagai teknik penangkapan ikan di Sungai Cikawung. Dari hasil wawancara dan observasi lapangan telah tercatat 33 jenis ikan yang ada di Sungai Cikawung. Meskipun secara total jumlah jenis ikan di Sungai Cikawung cenderung tinggi dibandingkan jumlah jenis ikan di beberapa sungai di Jawa Barat, seperti S.Citarum, S.Cisokan dan S.Cimanuk, tapi hanya enam jenis ikan saja yang populasinya masih banyak. Pada masa silam, berbagai teknik penangkapan jenis-jenis ikan yang dilakukan oleh penduduk Desa Karangwangi cenderung tidak merusak Sungai Cikawung, seperti dengan menggunakan pestisida dan menyetrum ikan dengan listrik, ditambah pula dengan penggunan pestisida yang intensif dalam bidang pertanian. Selian itu, sering pula terjadi banjir dan lingkungan. kekeringan Berbagai akibat kerusakan gangguan tersebut mengancam kelestarian jenis-jenis ikan di Sungai Cikawung. Untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan berbagai jenis ikan Sungai agar dapat secara berkelanjutan, guna memenuhi kebutuhan protein masyarakat perdesaan, perlu dimanfaatkan Cikawung dan hewani dilakukan pemberdayaan masyarakat perdesaan untuk mengubah perilaku masyarakat yang buruk menjadi positif dengan memanfaatkan jenis- 272 Tatang S. E., Johan I., & Toni N.: Pengetahuan Penduduk Desa Karangwangi Cianjur Jawa Barat Tentang Jenis, Teknik Penangkapan, dan Gangguan Terhadap Ikan Sungai Cikawung jenis ikan secara bijaksana dan menggiatkan pada perlindungan lingkungan. terima kasih kepada Rektor Unpad atas UCAPAN TERIMA KASIH berbagai dukungannya. Terima kasih juga Penelitian ini merupakan salah satu topik dari program ALG (Academic kami kesempatan ini kami mengucapkan sampaikan Karangwangi dan kepada stafnya, Kepala beserta Desa para Leadership Grant) Prof. Johan Iskandar, informan penduduk Karangwangi yang telah dengan didanai oleh Unpad. Oleh karena itu, membantu kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Bulmer, R. 1967. Why is the Cassowary Not a Bird?. A Problem of Zoological Taxonomy Among the Karam of the New Guinea Highlands. Man, 2 (1):5-25. Carlson, TJS. dan Maffi, K. 2004. Introduction: Ethnobotany and Conservation of Biocultural Diversity. Dalam Carlson, T.J.S and Maffi, L. (eds), Ethnobiology and Conservation of Biocultural Diversity. New York Botanical Garden, New York. Creswell, JW. 1994. Research Design: Qualitative&Quantitative Approaches. Sage Publications, London. Dhahiyat, Y., Iskandar, SH. 2001. Perikanan di Citarum Hulu dan Perkembanganan Budidaya Ikan di Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. Jurnal Ekologi dan Pembangunan, 5 April 2001, Pp. 50-64. Diamond, J. dan Bishop, KD. 1999. Etnoornithology of the Ketengban People Indonesian New Guinea. DalamMedin, D.L and Atran, S. (eds), Folk Biology. Massachussetts Institute of Technology, London. Pp. 17-45 Ellen, RF.1993. The Cultural Relations of Classification: An Analysis of Nualu Animal Categories from Central Ceram. Cambridge University Press, Cambrdge. Creswell, JW. 1994. Research Design: Qualitative&Quantitative Approaches. Sage Publications, London. Iskandar, J. 1992. Laporan penelitian fauna untuk AMDAL Jatigede. Laporan intenal pada studi AMDAL, PPSDAL, Unpad. Iskandar, J. 2012. Etnobiologi dan Pembangunan Berkelanjutan). Bandung: Pusat Penelitian Kebijakan Publik dan Kewilayahan, Unpad. Iskandar, J. 2014. Manusia & Lingkungan Dengan Berbagi Perubahannya. Graha Ilmu, Yogyakarta. Iskandar, J dan Dhahiyat, Y. 2012. Keanekaragaman Ikan di Sungai Siak Riau. Bionatura, 14 No.1, Maret 2012, hal.51-58. Iskandar, J., Iskandar, BS., Partasasmita, R. 2016a. The Local Knowledge of the Rural People on Species, Role, and Hunting of Birds: case study in Karangwangi village, Cidaun sub-district, West Java. Biodiversitas, 17 (2):435-446 Iskandar, J., Iskandar, BS., Partasasmita, R. 2016b. Responses to environmental and socio-economic changes in the Karangwangi traditional agroforestry, South Cianjur, West Java. Biodiversitas, 17 (1):332-341. Kottelat, M., Whitten, AJ., Kartikasari, SN.,Wirjoatmodjo, S.1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi).Periplus Editions (HK) Ltd, Singapore. Kutanagara, PM., Pitoyo, AJ., Kiswanto, E., Sumini, Nugroho, YP. 2014. Membangun masyarakat peduli lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Lima, DC.de., Ramos, MA., da Silva, HCH., Alves, AGC. 2016. Rapid assesment of insect fauna based on local knowledge: comparing ecological and ethnobiological methods. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine (2006)12:15, DOI 10.1186/s13002-016-0085-z. Newing H, Eagle CM, Puri RK, Watson CW. 2011. Conducting Research in Conservation: Social science methods and practice. Routledge, London. 273 Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 1, Maret 2017 Partasasmita, R., Nuari, T., Erawan, TS., Iskandar, J. 2015. The Diversity of fish species and the disturbances in the Cikawung river, Cianjur, West Java. Nusantara Bioscience, 7 (2):171-176. Saanin, H. 1995. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan 1 dan 2. Binacipta, Bogor Toledo, VM. 2000. Ethnoecology: A conceptual framework for the study of indigenous knowledge on nature. Plenary lecture, Seventh International Congress of Ethnobiology, Athens, Ga, 22-27 Oktober 2000. 274