BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Menurut pendapat Halim (2007:4) investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Semua hal yang mengandung pengorbanan atau pengeluaran untuk suatu harapan di masa yang akan datang disebut dengan investasi, menurut Nyoman, I Pujawan (2004: 2). Ada dua faktor yang terlibat dalam suatu investasi yakni waktu dan resiko. Pada jenis investasi tertentu faktor waktu lebih berperan sementara pada jenis investasi yang lain faktor resiko lebih dominan. Secara umum, ada dua jenis investasi yaitu investasi finansial dan investasi nyata. Jika seseorang melakukan investasi dengan menyimpan uang atau sumber daya yang dimilikinya dalam bentuk-bentuk instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan yang lainnya maka ia melakukan investasi finansial. Sedangkan investasi nyata diwujudkan dalam benda-benda (aset) nyata seperti pabrik, mesin, peralatan produksi, tanah, dan sebagainya. Dalam hal ini investasi adalah suatu kebutuhan modal yang nantinya akan digunakan menjalankan suatu proyek atau mendirikan bidang usaha tertentu. Istilah modal tersebut mengacu pada kekayaan dalam bentuk uang, ataupun barang yang dapat digunakan untuk menghasilkan keuntungkan. Tujuan ditanamkannya suatu investasi adalah untuk memperoleh manfaat dimanasa mendatang baik berupa manfaat keuangan maupun bukan keuangan ataupun kedua-duanya. Sutojo Siswanto (2010:1) menjelaskan bahwa investasi proyek adalah upaya menanamkan faktor produksi langka pada proyek tertentu (baru atau perluasan), pada lokasi tertentu, dalam jangka menengan atau panjang. Faktor produksi langka tidak boleh ditanamkan atau dihabiskan secara sembarangan pada proyek-proyek yang tidak atau kurang layak. Faktor produksi langka tersebut dapat berbentuk: • Dana, • Kekayaan alam (natural resources), • Tenaga ahli dan tenaga trampil, dan dalam hal tertentu, • Teknologi tingkat madya atau tingkat tinggi. 13 14 2.2. Studi Kelayakan Bisnis Menurut Husein Umar (2003:245), studi kelayakan bisnis atau yang sering disebut dengan studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya rencana suatu proyek bisnis. Definisi layak atau tidak layak yang dimaksud adalah prakiraan bahwa proyek akan dapat menghasilkan keuntungan yang memadai bila dioperasionalkan atau sebaliknya. Berdasarkan pendapat Kamaludin (2004:1-2) pengertian studi kelayakan bisnis adalah: suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan pertimbangan akan mendapatkan manfaat ekonomis suatu bisnis. Pengertian tersebut mempunyai tendensi bagi pelaku bisnis yang profit. Artinya, jika hasil penelitian dari bisnis yang dilakukan memberikan tambahan kekayaan bagi pelaku bisnis maka bisnis dianggap menguntungkan dengan demikian ia akan mengambil (menjalankan) bisnis tersebut. Sebaliknya jika hasil penelitian cenderung menunjukkan pegurangan kekayaan bagi pelaku bisnis maka bisnis tersebut tidak layak dijalankan. Sementara menurut pendapat Susilowati (2006), studi kelayakan usaha merupakan suatu penilaian tentang layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dan memberi keuntungan terus menerus. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan pedoman dan sebagai alat pertimbangan untuk: (1) merintis usaha baru, (2) untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, dan (3) untuk memilih jenis usaha atau proyek yang paling menguntungkan sehingga bisnis yang akan dilakukan meyakinkan bagi wirausaha itu sendiri maupun bagi pihak yang berkepentingan seperti para investor dan juga bagi pemerintah dan masyaarkat umum. 2.3. Aspek-Aspek dalam Studi Kelayakan Ada beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam melakukan analisa kelayakan investasi. Keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan investasi bergantung kepada hasil dari analisa aspek studi kelayakan tersebut. 2.3.1. Aspek Teknis Menurut Kasmir dan Jakfar (2003:151) secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis, yaitu: 1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat dalam pemilihan lokasi pabrik, gudang, cabang maupun kantor pusat. 15 2. Agar perusahaan dapat menentukan tata letak yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga efisiensi tercapai. 3. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi paling tepat dalam menjalankan produksinya. 4. Agar perusahaan dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan datang. 5. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya. Menurut Boone & Kurtz (2007:39) Produksi adalah menggunakan sumber data seperti tenaga kerja dan mesin untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi dan jasa. Seperti yang digambarkan dalam Gambar 2.2 Proses Produksi, sebagai berikut: Gambar 2.1 Proses Produksi Sumber: Boone & Kurtz (2007) Aspek teknis meliputi analisa tentang input dan output berupa barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan dalam proyek (Kadariah, 2001:1). Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pelaksanaan operasi proyek setelah proyek itu dibangun. Pengkajian aspek teknis di dalam studi kelayakan bertujuan untuk memberikan batasan dan parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. selain itu aspek teknis juga berpengaruh terhadap perkiraan biaya dan jadwal dari proyek. 2.3.1.1.Kapasitas Produksi Ukuran dari kapasitas produksi merupakan hal yang penting sebagai salah satu faktor dalam perhitungan aspek finansial pada studi kelayakan proyek karena kapasitas produksi memberikan batasan kemampuan produksi oleh alat ataupun fasilitas produksi. Oleh karena itu dalam menentukan kapasitas bahan mentah dan ongkos produksi 16 sebelum sampai kepada penentuan angka kapasitas, dalam ilmu industri dibedakan antara kapasitas desain dengan kapasitas efektif. Kapasitas desain adalah output maksimum yang dapat dicapai oleh suatu fasilitas produksi menurut perhitungan rancangan dari desain engineering. Sedangkan kapasitas efektif adalah ukutan kapasitas output setelah memasukkan parameter-parameter seperti faktor servis, perawatan, dan kondisi-kondisi lainnya yang dihadapi ketika fasilitas produksi tersebut beroperasi. Perencanaan kapasitas produksi meliputi pertimbangan jangka waktu dari proyek. Jangka waktu yang digunakan bisa jangka panjang ataupun jangka pendek. Untuk jangka panjang berhubungan dengan tingkat perkiraan produksi jangka panjang, sedangkan untuk jangka pendek memperhitungkan perubahan produksi sewaktu-waktu seperti fluktuasi permintaan pasar, ketersediaan bahan mentah, dan lain-lain 2.3.2. Aspek SDM dan Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007:8) manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secaara efektif dan efisien dengan melalui orang lain. Sementara menurut Griffin (2006) yang dikutip oleh (Djatmiko:2) mendefinisikan manajemen sebaga perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dicapai sesuai dengan perencanaan, sedangkan efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Aspek manajerial menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, namun kalau hal ini tidak mendapat perhatian khusus, maka banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang baik dalam proyek atau investasi yang direncanakan (Kadariah, 2001:2). 2.3.3. Aspek Pasar dan Pemasaran Secara umum, aspek pasar dalam studi kelayakan bisnis dan investasi membahas mengenai besarnya permintaan, penawaran, dan harga. Agar investasi yang akan dijalankan dapat berhasil, maka perusahaan perlu untuk membentuk strategi bersaing yang tepat. Unsur strategi persaingan ini adalah untuk melihat adanya potensi pasar 17 produk yang dijual dan berapakah market share yang dikuasain oleh para pesaing. Kriteria dalam aspek pasar dan pemasaran berkaitan erat dengan Marketing Mix atau bauran pemasaran. Mc Carthy dan Kotler (2009:3) mengklasifikasikan bauran pemasaran menjadi empat kelompok besar yang disebut dengan 4P tentang pemasaran yaitu Product (produk), Price (harga), Place (tempat) dan Promotion (promosi). Komponen 4P bauran pemasaran adalah sebagai berikut: 1) Product (produk) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Kotler dan Keller, 2009) Keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk penawaran secara fisik, merk, pembungkus, garansi dan servis setelah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa kebutuhan dan keinginan pasarnya. Jika masalah ini telah diselesaikannya, maka keputusan-keputusan tentang harga, distribusi dan promosi dapat diambil. 2) Price (harga) Harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proporsi nilai suatu produk (Kotler dan Keller, 2009). Pemasaran produk perlu memahami aspek psikologis dari informasi harga yang meliputi harga referensi (reference price), inferensi kualitas berdasarkan harga (price-quality inferences) dan petunjuk harga (price clues). 3) Place (tempat) Ada tiga aspek pokok yang berkaitan dengan keputusan-keputusan tentang distribusi (tempat). Aspek tersebut adalah: a) Sistem transportasi perusahaan, termasuk dalam sistem ini antara lain keputusan tentang pemilihan alat transportasi, penentuan rute yang harus ditempuh dan seterusnya. 18 b) Sistem penyimpanan dalam sistem ini bagian pemasaran harus menetukan letak gudang, jenis peralatan yang dipakai untuk menangani material maupun peralatan lainnya. c) Pemilihan saluran distribusi menyangkut keputusan-keputusan tentang penggunaan penyalur dan bagaimana menjalin kerjasama yang baik dengan para penyalur tersebut. 4) Promotion (promosi) Menurut Kotler dan Keller (2009:510) menyatakan bahwa promosi adalah berbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang suatu produk atau brand yang dijual. Menurut Tom Duncan (2005) ada 7 langkah yang diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam komunikasi pemasaran terpadu, yaitu: (1) Review of marketing plan. Dalam tahap ini, perencana mempersiapkan data internal (situasi organisasi dan atribut produk) dan eksternal (situasi makro, target pasar dan pesaing). (2) Analysis of promotional program situation. Dalam tahap ini, perencana menganalisa kelebihan dan kelemahan datam menemukan titik permasalahan, dan mencari solusinya. (3) Analysis of communication process. Dalam tahap ini perencana menganalisa tanggapan penerima informasi, tahapan dalam pengiriman informasi, dan saluran informasi yang digunakan. (4) Budget determination. Dalam tahap ini, perencana melakukan cara penyusunan anggaran, apakah dana investasi bersifat top-down (modal sudah tersedia di awal) atau bottom-up (melihat berapa biaya yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana dan bagaimana pengalokasiannya). (5) Develop IMC (Integrated Marketing Communication) program. Perencana mengembangkan program komunikasi pemasaran yang akan ditempuh. 19 (6) Integrate and implement IMC strategies. Perencana menggunakan kombinasi strategi marketing mix, memproduksi iklan, memanfaatkan media, dan melaksanakan desain yang telah ditetapkan sesuai dengan program yang ditempuh. (7) Monitor, evaluate, and control IMC program. Tahap ini mengevaluasi hasil kinerja apakah sudah efektif atau belum dan melihat apakah taktik yang ditempuh sesuai dengan strategi yang diambil. 2.3.4. Aspek Keuangan Aspek keuangan menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran dan “revenue earnings” proyek; apakah proyek itu akan terjamin dananya yang diperlukan; apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah, 2001:2). Proses penilaian studi kelayakan pada penanaman investasi bagi sebuah proyek memerlukan pertimbangan dari aspek keuangan. Analisis dari aspek keuangan dilakukan guna mengetahui nilai investasi yang diperlukan dan proyeksi aliran pemasukan dan pengeluaran selama proyek atau investasi tersebeut berlangsung. Aspek keuangan juga mengkaji pengaruh ekonomi makro terhadap kelayakan proyek seperti pajak, tingkat suku bunga, dan inflasi. 2.4. Konsep Analisa Ekonomi Teknik Secara umum analisis ekonomi teknik bisa dikatakan sebagai analisis ekonomi dari investasi teknik dan untuk mengetahui investasi teknik ini membutuhkan pengetahuan tentang aspek teknis serta aspek kinerja ekonomi. Pengambilan keputusan pada ekonomi teknik mempunyai dua sudut pandang yang berbeda yaitu sudut pandang ekonomi teknik dan sudut pandang akuntansi. Sudut pandang ekonomi teknik mencakup proses estimasi aliran kas masa mendatang dan memberikan gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan akan dihadapi seandainya variabel-variabel pengmbilan keputusan berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Sedangkan, sudut pandang akuntansi lebih berkaitan kepada analisa aliran keuangan perusahaan yang telah terjadi pada periode yang telah lewat guna memproyeksikan aliran kas di masa mendatang 20 2.4.1. Aliran Kas Menurut Iman Soeharto (1999:407), aliran kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang tunai (kas) perusahaan. Lebih lanjut lagi, dalam hubunganya dengan suatu proyek, beliau membagi aliran kas menjadi tiga kelompok (Iman Soeharto, 1999, 408), yaitu: • Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi. • Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan operasional proyek. • Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang bertkaitan dengan nilai proyek seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek. Dalam menyusun aliran kas proyek sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut: • Prinsip Aliran Kas Yaitu dengan menyusun aliran kas masuk dan aliran kas keluar secara sistematis • Aliran Kas Inkremental Adalah aliran kas proyek apabila hanya memperhitungkan arus dana masuk dan keluar yang terdapat kaitannya dengan proyek yang bersangkutan. • Aliran Kas Diperhitungkan Setelah Pajak Adalah keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya investasi diperhitungkan setelah kewajiban pajak. • Incidental Effect Dengan memperhitungkan pengaruh diadakannya proyek baru atau proyek yang akan dijalankan terhadap laba perusahaan. • Opportunity Cost Yaitu kemungkinan memperoleh tingkat keuntungan yang diterima dari penggunaan alternatif terbaik suatu asset. • Bunga Utang 21 Untuk mengevaluasi kelayakan proyek, dipisahkan antara keputusan investasi dengan keputusan pendanaan. 2.4.2. Depresiasi Depresiasi dan pajak adalah dua faktor yang sangat penting dipertimbangkan dalam studi ekonomi teknik khususnya untuk kelayakan proyek. Walaupun depresiasi tidak berupa aliran kas, namun besar dan waktunya akan mempengaruhi pajak yang akan ditanggung oleh perusahaan. Pengetahuan yang baik tentang depresiasi dan sistem pajak akan sangat membantu dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi. Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau aset karena waktu pemakaian, dan dampak yang ditimbulkan dari depresiasi ini adalah pengurangan jumlah penghsilan yang dikenakan pajak dan penurunan kemampuan fungsi kerja aset tersebut (I Nyoman Pujawan, 2004:193) Banyak metode yang bisa dipakai untuk menentukan beban depresiasi tahunan suatu aset. Salah satunya dengan metode garis lurus atau straight line method. Metode depresiasi garis lurus didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu aset secara linier (proporsional) terhadap waktu atau umur dari aset tersebut. Besarnya depresiasi tiap tahun dihitung berdasarkan: Dimana: Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke-t P = ongkos awal dari aset yang bersangkutan S = nilai sisa dari aset tersebut N = masa pakai (umur) dari aset tersebut dinyatakan dalam tahun Karena aset didepresiasi dengan jumlah yang sama tiap tahun maka aset tersebut dikurangi dengan besarnya depresiasi tahunan dikalikan t, atau: Tingkat depresiasi (rate of depreciation), d, adalah bagian dari P-S yang didepresiasi tiap tahun. Untuk metode garis lurus, tingkat depresiasinya adalah: 22 2.4.3. Proses Pengambilan Keputusan Pada Ekonomi Teknik I Nyoman Pujawan (2004:3) menyatakan bahwa pengambilan keputusan pada ekonomu teknik hampir selalu berkaitan dengan penentuan terbaik dari alternatifalternatif yang tersedia. Proses pengambilan keputusan ini terjadi karena biasanya setiap investasi atau proyek dikerjakan dengan lebih dari satu cara sehingga harus ada proses pemilihan, dan karena sumber daya yang tersedia untuk melakukan suatu investasi selalu terbatas sehingga tidak semua alternatif bisa dikerjakan, namun harus dipilih yang paling menguntungkan. Pengambilan keputusan pada ekonomi teknik harus melalui suatu langkahlangkah yang sistematis mulai dari mendefinisikan alternatif-alternatif investasi sampai pada penentuan alternatif yang terbaik. Hampir semua proses pengambilan keputusan dimulai dari adanya ketidakpuasan terhadap suatu hal atau adanya pengakuan terhadap suatu kebutuhan sehingga pembuat keputusan merasa perlu untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu. Proses pengambilan keputusan akan berakhir dengan rencana untuk memperbaiki ketidakpuasan atau memenuhi kebutuhan tadi. 2.4.4. Klasifikasi Dan Struktur Biaya Produksi Agar bisa melakukan analisa dan evaluasi alternatif-alternatif yang berkaitan dengan suatu proyek, maka diperlukan kemampuan untuk bisa mengidentifikasikan jenis dan macam-macam biaya yang diperlukan atau yang akan dikeluarkan. Biaya awal (first cost) adalah biaya yang harus dikeluarkan pada awal sebelum kegiatan produksi diselenggarakan. Biaya awal ini cenderung besar dan memiliki nilai strategis yang mencakup dimensi waktu panjang (long-term). Untuk memperoleh kembali biaya tersebut bisa dilakukan melalui biaya penyusutan yang besarnya akan tergantung pada metode perhitungan depresiasi yang diterapkan. Biaya awal dikeluarkan hanya sekali saja untuk setiap aset yang ditanamkan. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan secara rutin untuk mendukung proses industri. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan katena terkait secara langsung dengan suatu proses produksi tertentu atau hasil dari output produksi. Sedangakan biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan tetapi biaya tersebut tidak terkait atau tidak diidentifikasikan dengan proses produksi ataupun output dari produk. 23 Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah biaya tersebut tidak berubah atau tetap tanpa terkait oleh besar kecilmya proses produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dan besar kecilnya biaya tersebut terpengaruh oleh proses produksi. 2.4.5. Minimum Attractive Rate of Return (MARR) MARR adalah nilai minimal dari tingkat pengembalian bunga yang diinginkan oleh investor. Bila suatu investasi menghasilkan bunga atau tingkat pengembalian yang lebih kecil dari MARR maka investasi tersebut dinilai tidak layak untuk dilakukan. Park. Chan S menyatakan bahwa ketika sebuah proyek telah diajukan, proyek tersebut harus ditinjau melalui melalui sebuah analisis untuk menentukan apakah proyek mempunyai nilai NPV positif dengan menggunakan MARR sebagai faktor diskon di perhitungan NPV (2007:216). Ada beberapa cara yang disarankan untuk menetapkan besar nilai MARR, yaitu: • Tambahkan suatu persentase tetap pada ongkos modal (cost of capital) perusahaan. • Nilai rata-rata tingkat pengembalian (ROR) selama lima tahhun yang lalu digunakan sebagai MARR tahun ini. • Gunakan MARR yang berbeda untuk horizon perencanaan yang berbeda dari investasi awal. • Gunakan MARR yang berbeda pada investasi baru dan investasi yang berupa proyek perbaikan (reduksi) ongkos. • Gunakan alat manajemen untuk mendorong atau menghambati investasi, tergantung pada kondisi ekonomi keseluruhan dari perusahaan. • Gunakan rata-rata tingkat pengembalian modal para pemilik saham untuk semua perusahaan pada kelompok industri yang sama. Besarnya MARR akan dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah ketersediaan modal (uang), ketersediaan kesempatan investasi, kondisi bisnis, tingkat inflasi, ongkos modal (cost of capital) perusahaan, peraturan pajak, peraturan pemerintahm tingkat keberanian menanggung resiko bagi pengambik keputusan, tingkat resiko/ketidakpastian yang dihadapi dan berbagai hal lain yang sejenis. 24 2.4.6. Metode Payback Period Payback Period adalah suatu metode analisa kelayakan investasi untuk menilai persoalan kelayakan investasi tersebut menurut jangka waktu pemilihan modal yang diinvestasikan dan biasanya dalam satuan tahun untuk pengembalian investasi tersebut. Ada dua macam acuan yang digunakan untuk menghitung jangka waktu pengembalian investasi tersebut, yaitu metode arus kumulatif dan metode arus rata-rata. Metode arus kumulatif digunakan jika aliran kas proyek tidak seragam atau berubah-ubah. Dalam hal ini digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: = Biaya Pertama Aliran kas pada tahun n Tahun pengembalian ditambah 1 Sedangkan metode arus rata-rata digunakan jika aliran kas proyek sama besarnya dari tahun ke tahun selama usia ekonomis proyek. Dan untuk perhitungan rumusnya adalah sebagai berikut: Keterangan: = Biaya Pertama Aliran kas bersih per tahun • Proyek dikatakan layak jika jangka waktu pengembalian investasi lebih pendek dari umur ekonomis proyek. • Proyek dikatakan tidak layak jika jangka waktu pengembalian investasi lebih lama dari umur ekonomis proyek. 2.4.7. Metode Net Present Value (NPV) Adalah suatu metode kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai yang akan datang menjadi nilai sekarang melalui pemotongan aliran kas menggunakan faktor pengurang (diskonto) pada tingkat biaya modal tertentu yang diperhitungkan. Apabila 25 aliran kas tidak seragam dari periode ke periode berikutnya, maka digunakan rumus berikut untuk menghitungnya. Keterangan: = Nilai sekarang dari aliran kas periode ke –t = Aliran kas nominal pada periode ke –t = Tingkat bunga yang diperhitungkan = Periode 1, 2, …,n Sedangkan perhitungan untuk nilai sekarang total adalah sebagai berikut: Keterangan: = Nilai sekarang total = Nilai sekarang aliran kas A setiap periode ke–t Lalu untuk perhitungan net present value (NPV) adalah sebagai berikut: NPV = -Io + TPV Keterangan: NPV = Net present value Io = Nilai sekarang investasi inisial TPV = Nilai sekarang total Berikut ini adalah kriteria kelayakan dari metode net present value (NPV). • Proyek layak jika net present value bertanda positif (NPV>0). • Proyek tidak layak jika net present value bertanda negatif (NPV<0). Kelebihan dari metode net present value ini adalah: • Memasukkan faktor nilai waktu dari uang. • Mempertimbangkan semua aliran kas proyek. • Mengukur besaran absolut dan buka relatif, sehingga mudah mengikuti kontribusinya terhadap usaha peningkatan kekayaan perusahaan atau pemegang saham. 26 2.4.8. Metode Profitability Index (PI) Profitability Index (PI) merupakan variasi lain dari kriteria NPV yang menunjukaan kemampuan mendatangkan laba per satuan nilai investasi Keterangan: PI = Profitability index TPV = Nilai sekarang arus masuk total Io = Nilai sekarang pengeluaran investasi inisial Karakteristik metode profitability index adalah: • Proyek dapat dikatakan layak jika profitability index lebih besar dari 1 (PI>1). • Proyek dikatakan tidak layak jika profitability index lebih kecil dari 1 (PI<1). Sedangkan kelebihan dari metode ini adalah: • Memperhitungkan nilai waktu dari uang atau aliran kas. • Mempertimbangkan seluruh aliran kas selama usia ekonomis proyek. • Memperhitungkan nilai sisa proyek. • Menyajikan data surplus aliran kas terhadap nilai investasi inisial. Jika hasil bagi NPV dengan Io positif maka dinilai surplus dan sebaliknya. 2.4.9. Metode Internal Rate of Return (IRR) Adalah suatu metode perhitungan aliran pengembalian internal dengan menghitung jumlah NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas keluar dalam waktu tertentu. Keterangan: (C)t = Aliran kas masuk pada tahun t (Co)t = Aliran kas keluar pada tahun t i = Arus pengembalian (diskon) n = Tahun 27 Karena aliran kas keluar proyek umumnya merupakan biaya pertama (Cf) maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi: Sementara itu untuk mendapatkan nilai IRR dengan menggunakan rumus interpolasi sebagai berikut: Keterangan: = Tingkat bunga 1 = Tingkat bunga 2 = Net Present Value 1 = Net Present Value 2 Kriteria kelayakan untuk metode IRR ini adalah dengan membandingkan antara hasil i dari IRR dengan i dari MARR. Apabila i IRR lebih besar atau sama dengan i MARR, maka proyek tersebut dapat diterima, atau layak, namun jika tidak maka proyek tersebut kemungkinan tidak layak untuk dijalankan. 2.5. Hasil Dari Studi Kelayakan Hasil dari studi kelayakan bisnis atau investasi berupa dokumentasi lengkap dalam bentuk tertulis yang memperlihatkan rencana bisnis dilengkapi dengan hasil analisis aspek-aspek yangd diteliti, sehingga bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan dijalankan atau tidaknya sebuah proyek atau investasi bisnis. 28 2.6. Kerangka Pemikiran PT. Uniplastika Nathalindo Analisis Studi Kelayakan Aspek Finansial • Menentukan MARR • NPV • IRR • PP • Aspek Non Finansial • • • As pek Teknis dan Teknologi Aspek SDM dan Manajemen Aspek Pasar dan Kesimpulan Hasil Analisis Studi Kelayakan LAYAK Melakukan investasi penambahan unit mesin TIDAK LAYAK Tidak melakukan investasi penambahan unit mesin Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran