51 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1.Pengertian Metodelogi Penelitian Secara umum, metodologi penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu atau studi mengenai sistem atau tata cara untuk melaksanakan penelitian. Jadi yang dibahas adalah metode-metode ilmiah untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Dengan demikian, untuk bidang tertentu, misalnya penelitian ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk menemukan sesuatu yang baru, menerapkan, mengembangkan, dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan yang telah ada yang berkaitan dengan ekonomi dengan menggunakan metode-metode ilmiah tertentu sebagai dasar untuk mewujudkan tujuan dan menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapi.45 Sementara M. Hassan Su’ud mendefinisikan metodelogi penelitiaan sebagai berikut: Metodelogi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan yang berkaitan dengan prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis, berencana dan memenuhi cara-cara ilmiah terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.46 3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini mengunakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber antara lain: Badan Pusat Statistik Pusat, publikasi beberapa penelitian terdahulu, jurnal, artikel, dan internet. Data yang digunakan adalah data PDB 45 46 Bambang Juanda. Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis (Bogor:IPB-Press,2009), h. 1. M. Hassan Su’ud. Metodelogi Penelitian Aplikasi Dalam Menyusun Usul Penelitian (2002), h. 5 52 Negara Indonesia, PDRB provinsi-provinsi di Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk per-provinsi di Indonesia, serta beberapa data sekunder lainnya. 3.3. Metode Analisis Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Klassen Typology, Indeks Ketimpangan Williamson, dan Analisis Trend Ketimpangan. 3.3.1. Klassen Typology Klassen Typology membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita. Sumbu vertikal adalah rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata PDRB per kapita sebagai sumbu horisontal. Pendekatan ini daerah-daerah pengamatan dibagi dalam empat kuadran,yaitu: 1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran daerah dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan gki>gk. 2. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang 53 lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi<g dan gki>gk. 3. Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi pertumbuhan PDRB per kapita daerah tersebut (gki) lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan gki<gk. 4. Daerah relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan sekaligus pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk).47 47 H. Setopo. Modul 4 Klassen typology Sektoral dan Parsial. Htt://www.scribd.com/doc/2908449Modul-4-Tipologi-Klassen.htm, h. 4. 54 Tabel 3.1. Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Daerah Kuadran I Kuadran II Daerah maju da tumbuh dengan pesat Daerah maju tapi tertekan gi>g, gki>gk gi<g, gki>gk Kuadran III Kuadran IV Daerah yang masih dapat Daerah relatif tertinggi berkembang dengan pesat gi<g, gki<gk gi>g, gki<gk Sumber: H. Setopo. Modul 4 Tipologi Klassen Sektoral dan Parsial.Htt;//www .scribd.com/doc/2908449-Modul-4-Tipologi-Klassen.htm. Hal 4 3.3.2 Indeks Williamson. Williamson (1965) meneliti hubungan ketimpangan antar wilayah dengan tingkat pembangunan ekonomi, dengan menggunakan data ekonomi yang sudah maju dan ekonomi yang sedang berkembang. Ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan regional menjadi lebih besar dan pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap yang lebih matang dari pertumbuhan ekonomi tampak adanya keseimbangan antar daerah dan ketimpangan berkurang secara signifikan.48 Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan antar provinsi yang ada di Indonesia, sebelum dan setelah otonomi daerah dapat dianalisis dengan menggunakan indeks ketimpangan regional (regional in equality) yang dinamakan Indeks Ketimpangan Williamson. 48 Tulus Tambunan, op. cit., h. 146. 55 √∑( IW= ) ........................................................................................(1) Di mana: Yi= PDRB per kapita di provinsi i Y = PDB per kapita Indonesia fi = jumlah penduduk di provinsi i n = jumlah penduduk Indonesia Indeks Ketimpangan Williamson (IW) yang diperoleh terletak antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Jika IW mendekati 0 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar provinsi di Indonesia adalah rendah atau pertumbuhan ekonomi ekonomi antar daerah merata. Jika IW mendekati 1 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar provinsi di Indonesia adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antar daerah tidak merata.49 Oshima dalam Matolla menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah ketimpangan ada pada taraf rendah, sedang, atau tinggi. Untuk itu ditentukan kriteria sebagai berikut: a. Ketimpangan taraf rendah, bila indeks ketimpangan kurang dari 0,35. b. Ketimpangan taraf sedang, bila indeks ketimpangan antara 0,35-0,5. c. Ketimpangan taraf tinggi, bila indeks ketimpangan lebih dari 0,5. 3.3.3. Analisis Trend Ketimpangan Trend ketimpangan Indonesia dapat diamati dengan mengukur variance indeks terhadap 1. Untuk melihat seberapa jauh nilai indeks masing-masing 49 Ibid. Hal 146 56 region tersebut di sekitar 1 (karena 1 adalah indeks untuk tingkat Indonesia dan berarti merata sempurna). Jika variance-nya semakin besar maka semakin timpang, dengan rumus: Vx= ∑( ) ..............................................................................(2) Di mana: Xi = angka indeks provinsi X = angka indeks Indonesia n = jumlah provinsi Vx = variance ( terhadap 1) Trend ketimpangan juga dapat diamati dari perkembangan nilai indeks ketimpangan pendapatan yang diperoleh dari perhitungan Indeks Ketimpangan Williamson yang kemudian digambarkan dalam sebuah grafik. Dalam penelitian ini trend ketimpangan hanya dilihat dari grafik, sehingga dapat dilihat naik atau turunya ketimpangan antar provinsi di Indonesia sebelum dan setelah otonomi daerah. Dengan trend ketimpangan dalam bentuk grafis tersebut, dapat diketahui periode yang mengalami peningkatan atau penurunan tajam.