ANALISIS PELAYANAN OBAT PADA PASIEN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU Irene Liwu*, Erwin Kristanto**, Fatimawali** * Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Pasien yang masuk dalam program badan penyelenggara jaminan sosial mempunyai hak untuk mendapat pengobatan yang layak sehingga program ini dapat meningkatkan frekuensi layanan yang ada. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi dan meningkatkan mutu sistem pelayanan kesehatan BPJS dalam memberikan obat sesuai dengan standar rumah sakit untuk verifikasi pemberian obat dan pengetahuan terhadap obat yang diberikan. Peneliti meyakini terdapat hubungan dalam metode seleksi, pengadaan, distribusi dan pengunaan obat yang ada di rumah sakit RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dengan mutu sistem pelayanan kesehatan BPJS, sehingga pelayanan yang ada pada saat penerimaan obat harus sesuai dengan standar nasional yang ada. Penelitian ini diambil dari rumah sakit prof. Kandou di manado. Rumah sakit ini adalah rumah sakit pendidikan dimana sebagai pusat rujukan dalam wilayah indonesia timur. Dengan menggunakan metode kualitatif diambil 12 kunci informasi dari pasien BPJS (pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan pasien dengan perawatan spesial), dokter, perawat, assisten bagian farmasi, tenaga kerja farmasi dan kepala dari departemen farmasi. Data kulatitatif diperoleh dengan menggunakan pertanyaan disertai wawancara secara mendalam. Analisis dilakukan dengan teknik snowballing dan triangulation. Penelitian ini menemukan bahwa seluruh pasien asuransi telah menerima obat mereka selama dirumah sakit tidak disertai dengan penjelasan terhadap penggunaan, penyimpanan dan resiko dari obat yang mereka dapat. Sebagian perawat mengatakan bahwa dia lebih memilih untuk memberikan penjelasan mengenai obat kepada pasien dan keluarganya. Hal mengenai standar prosedur operasional dari mekanisme pemberian obat telah diatur oleh peraturan yang dikeluarkan oleh regulasi kementerian kesehatan dalam distribusi obat ke pasien. Kesimpulan dari penelitian ini adalah route pemberian resep sampai dengan pengambilan resep sudah jelas. Ketersediaan obat dirumah sakit yang ada belum sepenuhnya terpenuhi dan kadang kurang diberikan penjelasan yang tepat. Belum sesuai dengan SOP yang ada dalam verifikasi obat ke pasien. ABSTRACT The patient which registered to the program national health insurance BPJS had a rights to recieve proper medication, so that the program can increase the frequency of existing services. The goal of this study to evaluate and improvise the quality of national health insurance BPJS systems in delivering drug according to hospital standards for verification of drug administration and the given knowledge of the drugs. By this study, researcher believe theres a relation between method of selection, procurement, distribution and use of medicineto the quality of this system on hospital province Prof Dr. R. D. Kandou, so the existing systems must suitable to the national standard. This study had been taken from Professor kandou general hospital in manado. This hospital is a teaching hospital as a center of referral in east indonesia region. Using qualitative method, tooked twelev the key informants from BPJS patience (in patient, Out-patient and special care patient), doctors, nurses, drugs pharmaceutical assistance, pharmacist, and head of pharmacy departement. The qualitative data had been collec tby using in-dep thin terview with guidan cequestion. The analysis had been done by snowballing and triangulation technique. This study found that all insured patients have received their medication during hospitalization was not accompanied by an explanation of the use, storage and risks of medications they can. Some of the nurses said that he would prefer to give an explanation of the drug to patients and families. Things about the standard operating procedure of the mechanism of drug delivery has been governed by regulations issued by the ministry of health regulations in the distribution of drugs to patients. 25 Conclusion of this study is the route of prescribing up to taking prescription is clear. Availability of drugs in the hospital that is not being fully met and sometimes less given a proper explanation. Not in accordance with the SOP in the verification of the drug to the patient. PENDAHULUAN penyelenggaraan Rumah sakit salah satu sistem pelayanan kesehatan. Harga obat program yang kesehatan besar ditagihkan untuk mengacu pada harga dasar obat sesuai masyarakat berupa pelayanan kesehatan E- Catalogue ditambah biaya pelayanan mencakup pelayanan medik, pelayanan kefarmasian. Besarnya biaya pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan kefarmasian pelayanan perawatan. Undang undang pada No 44 tahun 2009 menyatakan bahwa kefarmasian dikali Harga Dasar Obat rumah sakit harus memiliki tenaga tetap sesuai E-Catalogue. secara memberikan garis pelayanan yang meliputi tenaga medis, tenaga program kepada jamianan BPJS kesehatan sebagaimana adalah dimaksud faktor pelayanan Permenkes no. 72 tahun 2016 keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga menyatakan manajemen rumah sakit, dan tenaga non adalah suatu pelayanan langsung dan kesehatan. bertanggung jawab kepada pasien yang Implementasi jaminan kesehatan berkaitan Pelayanan dengan Kefarmasian sediaan farmasi nasional telah diatur pola pembayaran dengan maksud mencapai hasil yang kepada fasilitas kesehatan tingkat pasti lanjutan adalah INA-CBGs sesuai kehidupan pasien. Instalasi Farmasi dengan peraturan presiden nomor 12 adalah unit pelaksana fungsional yang tahun 2013 tentang jaminan kesehatan menyelenggarakan sebagaimana pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. telah diubah dengan untuk meningkatkan seluruh kegiatan peraturan nomor 111 tahun 2013. Tarif Distribusi obat yang berlaku pada 1 januari 2014, telah rangkaian kegiatan dilakukan penyesuaian tarif ina-CBGs menyalurkan atau menyerahkan sediaan jamkesmas mentri farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis kesehatan nomor 69 tahun 2013 tentang habis pakai dari tempat penyimpanan standar tarif pelayanan kesehatan pada sampai kepada unit pelayanan atau fasilitas kesehatan tingkat pertama dan pasien dengan tetap menjamin mutu, berkelanjutan dalam penyelenggaraan stabilitas, jenis, dan ketepatan waktu. jaminan dan peraturan kesehatan. dalam suatu rangka 2014 Penelitian yang dilakukan oleh dikeluarkan peraturan mentri kesehatan Yuliastuti. F. dan A. Purnomo (2016). nomor 59 tahun 2014 tentang standar tentang Analisis Penggunaan Obat pada tarif Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit pelayanan Tahun merupakan mutu kesehatan dalam 26 Umum Daerah Sleman Yogyakarta Program Jaminan Sosial di Indonesia. Periode April 2009 memperoleh hasil Pada pasien BPJS yang di rawat di rawat bahwa presentase ketersediaan obat inap, RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou yang sesuai dengan formularium rumah memberlakukan sakit pada pasien rawat jalan di RSUD diberlakukan sistem resep perorangan. Sleman selama periode April 2009 Dari data tahun 2015 jumlah kunjungan adalah lainnya pasien rawat inap BPJS di RSUP. Prof. menyebutkan bahwa sebesar 99,04 % DR. R. D. Kandou pada bulan Januari – presentase obat yang benar – benar Desember 2015 sebanyak 29.965 pasien. diberikan kepada pasien rawat jalan, Sedangkan untuk pasien rawat jalan kemudian presentase obat yang telah pada tahun 2015 bulan Januari – dilabel dengan benar pada pasien rawat Desember jalan adalah sebesar 98,06 %, dan pasien, untuk pasien Rawat Darurat pada presentase pasien yang paham akan cara bulan Januari – Desember 2015 adalah penggunaan obat yang benar pada pasein sebenyak 36.920 pasien. 99,81 %. Hasil pasien 2015 rawat sebanyak jalan 108.841 rawat jalan adalah 85,42%. Salah satu Berdasarkan latar belakang di bagian penting dalam pelayanan pada atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut pasien adalah obat. Obat harus diatur bagaimana distribusi obat pada pasien secara efektif dan efisien. Karena itu BPJS di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. pendistribusian obat merupakan hal yang penting untuk mengurangi efek METODE PENELITIAN salah obat atau pasien yang tidak Penelitian mengetahui penggunaan obat yang tepat menggunakan metode kualitatif yang dan pengurangan mutu pelayanan rumah bertujuan untuk mendapatkan informasi sakit. yang lebih mendalam dengan melakukan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou ini dilakukan dengan analisis distribusi obat pada pasien BPJS dengan akreditasi A adalah rumah sakit di rujukan yang ada di provinsi Sulawesi Kandou.Penelitian Utara, RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Waktu yang mendukung program RSUP Prof. Dr. ini D. dilakukan di pemerintah yaitu Jaminan Kesehatan pelaksanaan Nasional. Undang – undang No. 24 bulan Tahun Badan Pengumpulan data dilakukan dengan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). cara wawancara mendalam kepada 12 BPJS yang informan yaitu pada pasien rawat jalan, menyelenggarakan pasien rawat khusus, pasien rawat inap, dibentuk 2011 merupakan untuk tentang lembaga 27 penelitian R. dilaksanakan Oktober-Desember 2016. dokter, perawat, assisten apoteker, mencantumkan : tanggal pembuatan, apoteker dan kepala instalasi. Pemilihan nama pasien, nama obat, dosis obat, sampel pada penelitian ini berdasarkan aturan pakai dan waktu pemberian, rute prinsip kesesuaian (appropriatness) dan pemberian dan expired. kecukupan (adequency).Validasi hasil penelitian dengan cara Setiap triangulasi rumah sakit harus menetapkan obat mana yang harus sumber dan triangulasi teknik. tersedia untuk diresepkan dan dipesan oleh praktisi pelayanan kesehatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keputusan ini didasarkan pada misi Cara pemberian obat dan kesesuaian rumah sakit sakit, kebutuhan pasien, dan obat sesuai formalirium. Dokter harus jenis pelayanan yang disiapkan. Rumah memperhatikan riwayat keluhan dan sakit sakit beserta obat yang digunakan. (formularium) dari semua obat yang ada Formulalirium obat adalah daftar mengembangkan suatu daftar di stok atau sudah tersedia, dari sumber obat beserta jenis, efek dan kegunaannya luar (Anonim, 2012) yang dipakai untuk menentukan obat. Menurut Puspitaningtyas dan Penulisan dan pemberian resep dari Pratiwi (2013). Pemilihan obat yang dokter aman, sesuai dengan standard tepat dan rasional operasional prosedur. Permenkes No. 72 mempengaruhi Tahun 2016 menjelaskan mengenai SOP Semakin banyaknya macam dan jenis dan yang obat, akan menyulitkan pemilihan obat merupakan suatu standard acuan tertulis yang tepat bagi dokter. Adanya promosi dan resmi yang harus diikuti oleh obat pemberi dokter, penjualan tertentu akan menimbulkan penanganan resep di bagian famasi konsumsi berlebihan berupa penggunaan rumah sakit. Assisten apoteker termasuk obat yang tidak rasional dan merugikan person yang meracik, mengumpulkan pasien. Untuk mengatasi hal ini, maka dan menulis obat tersebut adalah mereka diperlukan seleksi obat di rumah sakit yang untuk yang dikenal dengan nama formularium bidang rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah kefarmasian dan telah memahami benar untuk mengetahui tingkat kepatuhan mengenai cara dokter dalam menuliskan resep sesuai prosedur dengan formularium RSUD Sukoharjo formalirium obat nasional dalam mempunyai melakukan pemberian kapasitas pekerjaan prosedur obat ini di dan termasuk tata yang check and recheck. Kajian peresepan pada obat dan mencetak etiket obat dengan termasuk 28 proses akan terdorong periode 2013. jenis penyembuhan. oleh target Penelitian penelitian ini non eksperimental dan bersifat deskriptif panjang evaluatif sehingga non analitik. Pendekatan pada pasien kadang rawat kala jalan terlewatkan pengambilan data secara retrospektif, penjelasan. Terjadi penumpukan pasien yaitu resep pasien umum rawat jalan pada siang hari dengan loket yang periode dibuka hanya ada 2 sehingga pemberian 2013. menggunakan kesesuian Analisis rumus peresepan formularium dikatakan rumah patuh data persentase obat menjadi lambat, Suatu obat dengan kecenderungan umum atau sesuatu hal sakit. Dokter yang dianggap lumrah adalah bahwa apabila persentase peresepan dengan mengenai route obat, karena pasien formularium rumah sakit adalah 100 %. dianggap tidak perlu tahu mengenai Hasil menunjukkan route obat karena sudah tercantum kesesuaian peresepan dokter pada pasien dalam etiket yang ada. Seperti kita umum rawat jalan dengan formularium ketahui bahwa soal route obat adalah RSUD Sukoharjo periode 2013 adalah soal bagaimana prosedur itu berjalan 92,47 %. setelah pihak apotik menerima resep kesesuaian penelitian pasien Prosedur check and recheck adalah tidak diberikan penjelasan dengan permintaan resep dokter. prosedur dimana obat permintaan dokter Menurut Nurul Waktu atau untuk merupakan salah satu faktor yang mengenali dengan tepat obat tersebut mempengaruhi kepuasan pasien. Tahun dengan gejala yang dialami oleh pasien. 2013 kepuasan pasien terhadap waktu SOP yang ada di rumah sakit Petugas tunggu pelayanan obat di Instalasi farmasi kepada Farmasi Rawat Jalan (IFRJ) Rumah pasien dengan memverifikasi 7 benar : Sakit X sebesar 57,7%, menurun dari kejelasan penulisan, benar obat, benar tahun waktu dan frekuensi pemberian, benar Berdasarkan hasil studi pendahuluan, dosis, benar rute pemberian, benar diketahui bahwa rata-rata waktu tunggu pasien dan pelayanan obat di IFRJ adalah 66 menit, pasien lebih rendah dari Standar Pelayanan sebagian mengatakan tidak mendapat Minimum (SPM) yang ditetapkan. Hal penjelasan mengenai route obat, cara ini mengindikasikan bahwa pelayanan minum, cara menyimpan maupun efek obat di IFRJ belum maksimal. Tujuan dan manfaat dari obat yang diberikan dari kepada pasien. Dengan antrian yang mengidentifikasi faktor penyebab dan membantunya menyerahkan dan dokumen. obat benar informasi Penyerahan obat 29 pelayanan (2016). harus direcheck kembali oleh apoteker yang tunggu Fitriah sebelumnya penelitian ini yaitu adalah obat 85%. untuk menemukan solusi atas permasalahan dengan pengambilan resep sudah waktu tunggu pelayanan obat. Penelitian jelas. Ketersediaan dirumah sakit ini menggunakan pendekatan deskriptif yang ada kadang kurang diberikan dengan alur penjelasan yang tepat. Pasien BPJS pelayanan, observasi, wawancara, dan mendapatkan obat dan informasi diskusi grup. Pencarian akar masalah pengobatan dilakukan melalui Fokus Grup Diskusi belum sesuai dengan SOP. melakukan analisa (FGD) dengan peserta petugas IFRJ dan Manajer penelitian Penunjang Medis. menunjukkan yang telah diterima 2. Tersedianya perbekalan farmasi di Hasil unit- unit pelayanan secara tepat adanya waktu, tepat jenis dan jumlah. Pada penumpukan resep pada petugas entri pasien IFRJ. Hal tersebut disebabkan resep dengan antrian yang panjang dan dokter belum sesuai dengan kebijakan keterangan yang berikan untuk obat obat RS, banyaknya obat racikan, yang bolak balik obat BPJS yang petugas farmasi juga berperan sebagai tidak ada dan kejelasannya belum ada customer yang tepat. service, dan kesulitan rawat jalan belum jelas pemenuhan SDM. Berdasarkan daftar permasalahan tersebut dilakukan analisa SARAN “5 Why” dan brainstrorming untuk 1. Analisis penulis sistem counter yang menemukan akar masalah. Akar masalah ada yang ditemukan adalah komunikasi yang decentralisasi kurang efektif antara staf IFRJ dengan mendekatkan titik-titik distribusi obat staf medis. Solusi yang disepakati yaitu dicentral. membentuk tim untuk menjembatani Instalasi obat di rumah sakit dengan komunikasi antara staf IFRJ dan staf tegas medis. Terbentuknya tim ini diharapkan pengambilan obat yang pada saat dapat memperbaiki komunikasi antara pengambilan staf IFRJ dan staf medis sebagai upaya tersedia. perbaikan waktu tunggu pelayanan obat terlalu sentralistis perlu counter menentukan obat pertama di dan waktu tidak 2. Meningkatkan atau mengembangkan di IFRJ. sistem distribusi obat yang ada sehingga pasien terlayani dengan cepat dengan obat yang lebih tepat. KESIMPULAN 1. Pasien BPJS mendapatkan obat Obat yang dibawa pulang oleh pasien sesuai dengan formularium rumah lebih di jelaskan. sakit. Route pemberian resep sampai 30 DAFTAR PUSTAKA Sakit-Umum-Daerah-Sukoharjo; Anonimous. 2016. Tentang Standar 2014. Pelayanan Kefarmasian Di Rhomani S, Fudholi A, Hakim L, Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Analisis Faktor Internal-Eksternal Kesehatan Republik Indonesia. Terhadap Pengelolaan Obat Di Anonimus. 2014. Tantangan Standar Tarif Pelayanaan Instalasi Farmasi RSUD DR. Kesehatan Moewardi Surakarta. Jurnal Of Dalam Penyelenggaraan Program Pharmaceutical Jaminan Kesehatan JKN. Jakarta: Clinical Research 2016,01, 10-20. Menteri Kesehatan Republik Science and Sasongko H, Evaluasi Distribusi Dan Indonesia. Penggunaan Obat Pada Pasien Anonimous. 2012. Standar Akreditasi Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. Kesehatan Republik Indonesia. R. Anonimous. 2009. Sakit. Tentang Jakarta: Rumah Kementrian Sheina B, Umam M.R, Solikah. Penyimpanan Obat Di Gudang Ibrahim A, Lolo W.A, Citraningtyas. Penyimpanan Surakarta. Universitas 2014. Kesehatan Republik Indonesia. Evaluasi Soeharso Instalasi Farmasi RS PKU Dan Muhammadiyah Yogyakarta Unit Pendistribusian Obat Di Gudang I. Kes Mas, vol.4, No. 1, Januari Farmasi PSUP.PROF. DR.R. D. 2010 :1-75. Kandou Manado. Pharmacon : Sulindawati NLGE, Herawati Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 no.2 Analiasis mei 2016 ISSN 2302-2493. Terhadap Pertsediaan Obat Untuk Puspitaningtyas , Hening P. Evaluasi Pasien Pengguna BPJS (Badan Kesesuaian Peresepan Pengendalian NY, Intern Dokter Penyelenggara Jaminan Sosial) Pada Pasien Umum Rawat Jalan Kesehatan Di RSUD (Runah Sakit Dengan Umum Formularium Rumah Daerah) Kabupaten Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Buleleng. E- journal : jurusan https://digilib.uns.ac.id/dokumen/ akutansi program S1, Vol.3, No. detail/38992/Evaluasi- 1, 2015. Kesesuaian-Peresepan-Dokter- Yuliastuti F, Achmad P, Riswaka S. Pada-Pasien-Umum-Rawat-Jalan- Analisis Penggunaan Obat Pada Dengan-Formularium-Rumah- Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit 31 Umum Daerah Sleman Yogyakarta Periode April 2009 . http://journal.uad.ac.id/index.php/ Media-Farmasi/article/view/1177. Media farmasi september, 2013; 10 :104-113 32