25 ANALISIS PELAYANAN OBAT PADA PASIEN BADAN

advertisement
ANALISIS PELAYANAN OBAT PADA PASIEN BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
Irene Liwu*, Erwin Kristanto**, Fatimawali**
* Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK
Pasien yang masuk dalam program badan penyelenggara jaminan sosial mempunyai hak untuk
mendapat pengobatan yang layak sehingga program ini dapat meningkatkan frekuensi layanan
yang ada. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi dan meningkatkan mutu sistem
pelayanan kesehatan BPJS dalam memberikan obat sesuai dengan standar rumah sakit untuk
verifikasi pemberian obat dan pengetahuan terhadap obat yang diberikan. Peneliti meyakini
terdapat hubungan dalam metode seleksi, pengadaan, distribusi dan pengunaan obat yang ada di
rumah sakit RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dengan mutu sistem pelayanan kesehatan BPJS,
sehingga pelayanan yang ada pada saat penerimaan obat harus sesuai dengan standar nasional
yang ada.
Penelitian ini diambil dari rumah sakit prof. Kandou di manado. Rumah sakit ini adalah
rumah sakit pendidikan dimana sebagai pusat rujukan dalam wilayah indonesia timur. Dengan
menggunakan metode kualitatif diambil 12 kunci informasi dari pasien BPJS (pasien rawat jalan,
pasien rawat inap dan pasien dengan perawatan spesial), dokter, perawat, assisten bagian
farmasi, tenaga kerja farmasi dan kepala dari departemen farmasi. Data kulatitatif diperoleh
dengan menggunakan pertanyaan disertai wawancara secara mendalam. Analisis dilakukan
dengan teknik snowballing dan triangulation.
Penelitian ini menemukan bahwa seluruh pasien asuransi telah menerima obat mereka
selama dirumah sakit tidak disertai dengan penjelasan terhadap penggunaan, penyimpanan dan
resiko dari obat yang mereka dapat. Sebagian perawat mengatakan bahwa dia lebih memilih
untuk memberikan penjelasan mengenai obat kepada pasien dan keluarganya. Hal mengenai
standar prosedur operasional dari mekanisme pemberian obat telah diatur oleh peraturan yang
dikeluarkan oleh regulasi kementerian kesehatan dalam distribusi obat ke pasien.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah route pemberian resep sampai dengan
pengambilan resep sudah jelas. Ketersediaan obat dirumah sakit yang ada belum sepenuhnya
terpenuhi dan kadang kurang diberikan penjelasan yang tepat. Belum sesuai dengan SOP yang
ada dalam verifikasi obat ke pasien.
ABSTRACT
The patient which registered to the program national health insurance BPJS had a rights to
recieve proper medication, so that the program can increase the frequency of existing services.
The goal of this study to evaluate and improvise the quality of national health insurance BPJS
systems in delivering drug according to hospital standards for verification of drug
administration and the given knowledge of the drugs. By this study, researcher believe theres a
relation between method of selection, procurement, distribution and use of medicineto the
quality of this system on hospital province Prof Dr. R. D. Kandou, so the existing systems must
suitable to the national standard.
This study had been taken from Professor kandou general hospital in manado. This
hospital is a teaching hospital as a center of referral in east indonesia region. Using qualitative
method, tooked twelev the key informants from BPJS patience (in patient, Out-patient and special
care patient), doctors, nurses, drugs pharmaceutical assistance, pharmacist, and head of
pharmacy departement. The qualitative data had been collec tby using in-dep thin terview with
guidan cequestion. The analysis had been done by snowballing and triangulation technique.
This study found that all insured patients have received their medication during
hospitalization was not accompanied by an explanation of the use, storage and risks of
medications they can. Some of the nurses said that he would prefer to give an explanation of the
drug to patients and families. Things about the standard operating procedure of the mechanism of
drug delivery has been governed by regulations issued by the ministry of health regulations in the
distribution of drugs to patients.
25
Conclusion of this study is the route of prescribing up to taking prescription is clear.
Availability of drugs in the hospital that is not being fully met and sometimes less given a proper
explanation. Not in accordance with the SOP in the verification of the drug to the patient.
PENDAHULUAN
penyelenggaraan
Rumah sakit salah satu sistem pelayanan
kesehatan. Harga obat program yang
kesehatan
besar
ditagihkan
untuk
mengacu pada harga dasar obat sesuai
masyarakat berupa pelayanan kesehatan
E- Catalogue ditambah biaya pelayanan
mencakup pelayanan medik, pelayanan
kefarmasian. Besarnya biaya pelayanan
penunjang medik, rehabilitasi medik dan
kefarmasian
pelayanan perawatan. Undang undang
pada
No 44 tahun 2009 menyatakan bahwa
kefarmasian dikali Harga Dasar Obat
rumah sakit harus memiliki tenaga tetap
sesuai E-Catalogue.
secara
memberikan
garis
pelayanan
yang meliputi tenaga medis, tenaga
program
kepada
jamianan
BPJS
kesehatan
sebagaimana
adalah
dimaksud
faktor
pelayanan
Permenkes no. 72 tahun 2016
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
menyatakan
manajemen rumah sakit, dan tenaga non
adalah suatu pelayanan langsung dan
kesehatan.
bertanggung jawab kepada pasien yang
Implementasi jaminan kesehatan
berkaitan
Pelayanan
dengan
Kefarmasian
sediaan
farmasi
nasional telah diatur pola pembayaran
dengan maksud mencapai hasil yang
kepada
fasilitas
kesehatan
tingkat
pasti
lanjutan
adalah
INA-CBGs
sesuai
kehidupan pasien. Instalasi Farmasi
dengan peraturan presiden nomor 12
adalah unit pelaksana fungsional yang
tahun 2013 tentang jaminan kesehatan
menyelenggarakan
sebagaimana
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
telah
diubah
dengan
untuk
meningkatkan
seluruh
kegiatan
peraturan nomor 111 tahun 2013. Tarif
Distribusi
obat
yang berlaku pada 1 januari 2014, telah
rangkaian
kegiatan
dilakukan penyesuaian tarif ina-CBGs
menyalurkan atau menyerahkan sediaan
jamkesmas
mentri
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
kesehatan nomor 69 tahun 2013 tentang
habis pakai dari tempat penyimpanan
standar tarif pelayanan kesehatan pada
sampai kepada unit pelayanan atau
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
pasien dengan tetap menjamin mutu,
berkelanjutan dalam penyelenggaraan
stabilitas, jenis, dan ketepatan waktu.
jaminan
dan
peraturan
kesehatan.
dalam
suatu
rangka
2014
Penelitian yang dilakukan oleh
dikeluarkan peraturan mentri kesehatan
Yuliastuti. F. dan A. Purnomo (2016).
nomor 59 tahun 2014 tentang standar
tentang Analisis Penggunaan Obat pada
tarif
Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
pelayanan
Tahun
merupakan
mutu
kesehatan
dalam
26
Umum
Daerah
Sleman
Yogyakarta
Program Jaminan Sosial di Indonesia.
Periode April 2009 memperoleh hasil
Pada pasien BPJS yang di rawat di rawat
bahwa presentase ketersediaan obat
inap, RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
yang sesuai dengan formularium rumah
memberlakukan
sakit pada pasien rawat jalan di RSUD
diberlakukan sistem resep perorangan.
Sleman selama periode April 2009
Dari data tahun 2015 jumlah kunjungan
adalah
lainnya
pasien rawat inap BPJS di RSUP. Prof.
menyebutkan bahwa sebesar 99,04 %
DR. R. D. Kandou pada bulan Januari –
presentase obat yang benar – benar
Desember 2015 sebanyak 29.965 pasien.
diberikan kepada pasien rawat jalan,
Sedangkan untuk pasien rawat jalan
kemudian presentase obat yang telah
pada tahun 2015 bulan Januari –
dilabel dengan benar pada pasien rawat
Desember
jalan adalah sebesar 98,06 %, dan
pasien, untuk pasien Rawat Darurat pada
presentase pasien yang paham akan cara
bulan Januari – Desember 2015 adalah
penggunaan obat yang benar pada pasein
sebenyak 36.920 pasien.
99,81
%.
Hasil
pasien
2015
rawat
sebanyak
jalan
108.841
rawat jalan adalah 85,42%. Salah satu
Berdasarkan latar belakang di
bagian penting dalam pelayanan pada
atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut
pasien adalah obat. Obat harus diatur
bagaimana distribusi obat pada pasien
secara efektif dan efisien. Karena itu
BPJS di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou.
pendistribusian obat merupakan hal
yang penting untuk mengurangi efek
METODE PENELITIAN
salah obat atau pasien yang tidak
Penelitian
mengetahui penggunaan obat yang tepat
menggunakan metode kualitatif yang
dan pengurangan mutu pelayanan rumah
bertujuan untuk mendapatkan informasi
sakit.
yang lebih mendalam dengan melakukan
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
ini
dilakukan
dengan
analisis distribusi obat pada pasien BPJS
dengan akreditasi A adalah rumah sakit
di
rujukan yang ada di provinsi Sulawesi
Kandou.Penelitian
Utara,
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Waktu
yang
mendukung
program
RSUP
Prof.
Dr.
ini
D.
dilakukan
di
pemerintah yaitu Jaminan Kesehatan
pelaksanaan
Nasional. Undang – undang No. 24
bulan
Tahun
Badan
Pengumpulan data dilakukan dengan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
cara wawancara mendalam kepada 12
BPJS
yang
informan yaitu pada pasien rawat jalan,
menyelenggarakan
pasien rawat khusus, pasien rawat inap,
dibentuk
2011
merupakan
untuk
tentang
lembaga
27
penelitian
R.
dilaksanakan
Oktober-Desember
2016.
dokter,
perawat,
assisten
apoteker,
mencantumkan : tanggal pembuatan,
apoteker dan kepala instalasi. Pemilihan
nama pasien, nama obat, dosis obat,
sampel pada penelitian ini berdasarkan
aturan pakai dan waktu pemberian, rute
prinsip kesesuaian (appropriatness) dan
pemberian dan expired.
kecukupan (adequency).Validasi hasil
penelitian
dengan
cara
Setiap
triangulasi
rumah
sakit
harus
menetapkan obat mana yang harus
sumber dan triangulasi teknik.
tersedia untuk diresepkan dan dipesan
oleh
praktisi
pelayanan
kesehatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keputusan ini didasarkan pada misi
Cara pemberian obat dan kesesuaian
rumah sakit sakit, kebutuhan pasien, dan
obat sesuai formalirium. Dokter harus
jenis pelayanan yang disiapkan. Rumah
memperhatikan riwayat keluhan dan
sakit
sakit beserta obat yang digunakan.
(formularium) dari semua obat yang ada
Formulalirium obat adalah daftar
mengembangkan
suatu
daftar
di stok atau sudah tersedia, dari sumber
obat beserta jenis, efek dan kegunaannya
luar (Anonim, 2012)
yang dipakai untuk menentukan obat.
Menurut
Puspitaningtyas
dan
Penulisan dan pemberian resep dari
Pratiwi (2013). Pemilihan obat yang
dokter
aman,
sesuai
dengan
standard
tepat
dan
rasional
operasional prosedur. Permenkes No. 72
mempengaruhi
Tahun 2016 menjelaskan mengenai SOP
Semakin banyaknya macam dan jenis
dan
yang
obat, akan menyulitkan pemilihan obat
merupakan suatu standard acuan tertulis
yang tepat bagi dokter. Adanya promosi
dan resmi yang harus diikuti oleh
obat
pemberi
dokter,
penjualan tertentu akan menimbulkan
penanganan resep di bagian famasi
konsumsi berlebihan berupa penggunaan
rumah sakit. Assisten apoteker termasuk
obat yang tidak rasional dan merugikan
person yang meracik, mengumpulkan
pasien. Untuk mengatasi hal ini, maka
dan menulis obat tersebut adalah mereka
diperlukan seleksi obat di rumah sakit
yang
untuk
yang dikenal dengan nama formularium
bidang
rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah
kefarmasian dan telah memahami benar
untuk mengetahui tingkat kepatuhan
mengenai
cara
dokter dalam menuliskan resep sesuai
prosedur
dengan formularium RSUD Sukoharjo
formalirium
obat
nasional
dalam
mempunyai
melakukan
pemberian
kapasitas
pekerjaan
prosedur
obat
ini
di
dan
termasuk
tata
yang
check and recheck. Kajian peresepan
pada
obat dan mencetak etiket obat dengan
termasuk
28
proses
akan
terdorong
periode
2013.
jenis
penyembuhan.
oleh
target
Penelitian
penelitian
ini
non
eksperimental dan bersifat deskriptif
panjang
evaluatif
sehingga
non
analitik.
Pendekatan
pada
pasien
kadang
rawat
kala
jalan
terlewatkan
pengambilan data secara retrospektif,
penjelasan. Terjadi penumpukan pasien
yaitu resep pasien umum rawat jalan
pada siang hari dengan loket yang
periode
dibuka hanya ada 2 sehingga pemberian
2013.
menggunakan
kesesuian
Analisis
rumus
peresepan
formularium
dikatakan
rumah
patuh
data
persentase
obat
menjadi
lambat,
Suatu
obat
dengan
kecenderungan umum atau sesuatu hal
sakit.
Dokter
yang dianggap lumrah adalah bahwa
apabila
persentase
peresepan
dengan
mengenai route obat, karena pasien
formularium rumah sakit adalah 100 %.
dianggap tidak perlu tahu mengenai
Hasil
menunjukkan
route obat karena sudah tercantum
kesesuaian peresepan dokter pada pasien
dalam etiket yang ada. Seperti kita
umum rawat jalan dengan formularium
ketahui bahwa soal route obat adalah
RSUD Sukoharjo periode 2013 adalah
soal bagaimana prosedur itu berjalan
92,47 %.
setelah pihak apotik menerima resep
kesesuaian
penelitian
pasien
Prosedur check and recheck adalah
tidak
diberikan
penjelasan
dengan permintaan resep dokter.
prosedur dimana obat permintaan dokter
Menurut
Nurul
Waktu
atau
untuk
merupakan salah satu faktor yang
mengenali dengan tepat obat tersebut
mempengaruhi kepuasan pasien. Tahun
dengan gejala yang dialami oleh pasien.
2013 kepuasan pasien terhadap waktu
SOP yang ada di rumah sakit Petugas
tunggu pelayanan obat di Instalasi
farmasi
kepada
Farmasi Rawat Jalan (IFRJ) Rumah
pasien dengan memverifikasi 7 benar :
Sakit X sebesar 57,7%, menurun dari
kejelasan penulisan, benar obat, benar
tahun
waktu dan frekuensi pemberian, benar
Berdasarkan hasil studi pendahuluan,
dosis, benar rute pemberian, benar
diketahui bahwa rata-rata waktu tunggu
pasien
dan
pelayanan obat di IFRJ adalah 66 menit,
pasien
lebih rendah dari Standar Pelayanan
sebagian mengatakan tidak mendapat
Minimum (SPM) yang ditetapkan. Hal
penjelasan mengenai route obat,
cara
ini mengindikasikan bahwa pelayanan
minum, cara menyimpan maupun efek
obat di IFRJ belum maksimal. Tujuan
dan manfaat dari obat yang diberikan
dari
kepada pasien. Dengan antrian yang
mengidentifikasi faktor penyebab dan
membantunya
menyerahkan
dan
dokumen.
obat
benar
informasi
Penyerahan
obat
29
pelayanan
(2016).
harus direcheck kembali oleh apoteker
yang
tunggu
Fitriah
sebelumnya
penelitian
ini
yaitu
adalah
obat
85%.
untuk
menemukan solusi atas permasalahan
dengan pengambilan resep sudah
waktu tunggu pelayanan obat. Penelitian
jelas. Ketersediaan dirumah sakit
ini menggunakan pendekatan deskriptif
yang ada kadang kurang diberikan
dengan
alur
penjelasan yang tepat. Pasien BPJS
pelayanan, observasi, wawancara, dan
mendapatkan obat dan informasi
diskusi grup. Pencarian akar masalah
pengobatan
dilakukan melalui Fokus Grup Diskusi
belum sesuai dengan SOP.
melakukan
analisa
(FGD) dengan peserta petugas IFRJ dan
Manajer
penelitian
Penunjang
Medis.
menunjukkan
yang
telah
diterima
2. Tersedianya perbekalan farmasi di
Hasil
unit- unit pelayanan secara tepat
adanya
waktu, tepat jenis dan jumlah. Pada
penumpukan resep pada petugas entri
pasien
IFRJ. Hal tersebut disebabkan resep
dengan antrian yang panjang dan
dokter belum sesuai dengan kebijakan
keterangan yang berikan untuk obat
obat RS, banyaknya obat racikan,
yang bolak balik obat BPJS yang
petugas farmasi juga berperan sebagai
tidak ada dan kejelasannya belum ada
customer
yang tepat.
service,
dan
kesulitan
rawat
jalan
belum
jelas
pemenuhan SDM. Berdasarkan daftar
permasalahan tersebut dilakukan analisa
SARAN
“5 Why” dan brainstrorming untuk
1. Analisis penulis sistem counter yang
menemukan akar masalah. Akar masalah
ada
yang ditemukan adalah komunikasi yang
decentralisasi
kurang efektif antara staf IFRJ dengan
mendekatkan titik-titik distribusi obat
staf medis. Solusi yang disepakati yaitu
dicentral.
membentuk tim untuk menjembatani
Instalasi obat di rumah sakit dengan
komunikasi antara staf IFRJ dan staf
tegas
medis. Terbentuknya tim ini diharapkan
pengambilan obat yang pada saat
dapat memperbaiki komunikasi antara
pengambilan
staf IFRJ dan staf medis sebagai upaya
tersedia.
perbaikan waktu tunggu pelayanan obat
terlalu
sentralistis
perlu
counter
menentukan
obat
pertama
di
dan
waktu
tidak
2. Meningkatkan atau mengembangkan
di IFRJ.
sistem distribusi obat yang ada
sehingga pasien terlayani dengan
cepat dengan obat yang lebih tepat.
KESIMPULAN
1. Pasien
BPJS
mendapatkan
obat
Obat yang dibawa pulang oleh pasien
sesuai dengan formularium rumah
lebih di jelaskan.
sakit. Route pemberian resep sampai
30
DAFTAR PUSTAKA
Sakit-Umum-Daerah-Sukoharjo;
Anonimous. 2016. Tentang Standar
2014.
Pelayanan
Kefarmasian
Di
Rhomani S, Fudholi A, Hakim L,
Rumah Sakit. Jakarta: Menteri
Analisis Faktor Internal-Eksternal
Kesehatan Republik Indonesia.
Terhadap Pengelolaan Obat Di
Anonimus. 2014. Tantangan Standar
Tarif
Pelayanaan
Instalasi Farmasi RSUD DR.
Kesehatan
Moewardi Surakarta. Jurnal Of
Dalam Penyelenggaraan Program
Pharmaceutical
Jaminan Kesehatan JKN. Jakarta:
Clinical Research 2016,01, 10-20.
Menteri
Kesehatan
Republik
Science
and
Sasongko H, Evaluasi Distribusi Dan
Indonesia.
Penggunaan Obat Pada Pasien
Anonimous. 2012. Standar Akreditasi
Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian
Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR.
Kesehatan Republik Indonesia.
R.
Anonimous.
2009.
Sakit.
Tentang
Jakarta:
Rumah
Kementrian
Sheina
B,
Umam
M.R,
Solikah.
Penyimpanan Obat Di Gudang
Ibrahim A, Lolo W.A, Citraningtyas.
Penyimpanan
Surakarta.
Universitas 2014.
Kesehatan Republik Indonesia.
Evaluasi
Soeharso
Instalasi
Farmasi
RS
PKU
Dan
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
Pendistribusian Obat Di Gudang
I. Kes Mas, vol.4, No. 1, Januari
Farmasi PSUP.PROF. DR.R. D.
2010 :1-75.
Kandou Manado. Pharmacon :
Sulindawati
NLGE,
Herawati
Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 no.2
Analiasis
mei 2016 ISSN 2302-2493.
Terhadap Pertsediaan Obat Untuk
Puspitaningtyas , Hening P. Evaluasi
Pasien Pengguna BPJS (Badan
Kesesuaian
Peresepan
Pengendalian
NY,
Intern
Dokter
Penyelenggara Jaminan Sosial)
Pada Pasien Umum Rawat Jalan
Kesehatan Di RSUD (Runah Sakit
Dengan
Umum
Formularium
Rumah
Daerah)
Kabupaten
Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
Buleleng. E- journal : jurusan
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/
akutansi program S1, Vol.3, No.
detail/38992/Evaluasi-
1, 2015.
Kesesuaian-Peresepan-Dokter-
Yuliastuti F, Achmad P, Riswaka S.
Pada-Pasien-Umum-Rawat-Jalan-
Analisis Penggunaan Obat Pada
Dengan-Formularium-Rumah-
Pasien Rawat Jalan Di Rumah
Sakit
31
Umum
Daerah
Sleman
Yogyakarta Periode April 2009 .
http://journal.uad.ac.id/index.php/
Media-Farmasi/article/view/1177.
Media farmasi september, 2013;
10 :104-113
32
Download