BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piperaceae merupakan salah satu Famili dalam kelas Magnoliopsida yang banyak tersebar di wilayah tropis dan sub tropis. Salah satu genus dalam piperaceae adalah Piper. Anggota genus ini terdiri dari hampir 3.000 spesies yang tersebar mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi di daerah tropis Asia (Steenis, 1975; Asmarayani & Purnomo, 2004). Beberapa spesies telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sebagai bahan obat, komoditi pertanian untuk rempah, dan insektisida pada lahan pertanian (Heyne, 1987; Parmar et al., 1997). Tumbuhan Genus Piper memiliki khasiat obat. Masyarakat Indonesia menggunakan tumbuhan Genus Piper sebagai obat tradisional (Asmarayani & Purnomo, 2004). Kajian penelitian lebih lanjut menemukan bahwa metabolit sekunder P. methysticum dapat memberikan efek narkotik dan bersifat sedatif (Agusta, 1998). Buah P. longum dapat digunakan untuk mengobati kejang usus (Perry & Metzger, 1980). P. aduncum secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat sakit perut, kencing nanah, penolak serangga dan memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Bacillus subtilis, Micricoccus luteus dan Escherichia coli (Orjala et al., 1993). Ekstrak etanol dan senyawa murni Piperina dari P. longum diketahui mampu mengobati tikus yang terjangkit caesal amoebiasis (Ghosal et al., 1996). Dua puluh dua (22) spesies Piper telah terdaftar dalam bahan ramuan obat dan rempah dunia, antara lain P. aduncum, L., P. attenuatum Miq., P. 1 2 baccatum Bl., P. bantamense Bl., P. betle, L., P. crassipes Korth., P. caducibrachteatum C.DC., P. caninum Bl., P. cubeba, L.f., P. decumanum, L., P. elongatum Vahl., P. fragile Benth., P. guinense Schum. & Thon., P. lanatum Roxb., P. lolot C.DC., P. longifolium Ruiz & Pavon, P. longum, L., P. methysticum Forst, P. nigrum, L., P. retrofractum Vahl., P. saigonense C.DC., dan P. sarmentosum Roxb. (Asmarayani & Purnomo, 2004). Beberapa jenis Piper memiliki aktivitas antikanker. Ekstrak kloroform P. aborescen mengandung terpenoid dan coumarin yang mampu menghambat aktivitas sel kanker payudara (Geran dalam Parmar et al., 1997). Tsai et al. (2005) menyatakan piplartine (kelompok alkaloid) dari ekstrak P. aborescens memiliki IC50 21,5 µg/ml terhadap sel kanker prostat (P-388). Jaspars & Tabudravu (2005) menyatakan ekstrak metanol P. methysticum mengandung senyawa Cis-yagonin (kelompok senyawa Styrylpyrone) dan flavokavain B memiliki IC50 berturut-turut 0,42 µg/ml dan 0,95 µg/ml terhadap sel kanker leukimia (K562). Pengobatan yang sangat diperlukan hingga akhir tahun 2011 adalah pengobatan terhadap pasien kanker payudara. Meiyanto (2011) menyatakan kanker payudara memiliki resiko kematian yang tinggi. Varmus (2011) menyatakan dua belas persen kematian penduduk dunia disebabkan oleh kanker. Secara genetis, kanker payudara ini muncul akibat terjadinya germ line mutation. Mutasi terjadi pada gen BRCA1, BRCA2, gen ATM, CHEK2, PTEN, dan TP53 (Miki et al., 1994). Pada tingkat protein terjadi mutasi pada protein p53 (missence mutation pada residu 194) sehingga p53 tidak dapat berikatan dengan elemen respon pada DNA. Hal ini mengakibatkan berkurang bahkan hilangnya 3 kemampuan p53 untuk regulasi siklus sel (Schafer et al., 2000; Aka & Lin, 2012). Pengobatan kanker payudara dari ekstrak tumbuhan khususnya Piper dilakukan Raj et al. (2011) menemukan piperlongumine (kelompok alkaloid) dari ekstrak P. longum memiliki kemampuan antikanker terhadap sel kanker payudara (MCF-7). Diaz et al. (2012) menyatakan ekstrak ethanol P. imperiale dapat membunuh sel kanker payudara (MCF-7) dengan IC50 18,6 µg/ml. Aktivitas antikanker Genus Piper merupakan pemanfaatan metabolit sekundernya (Parmar et al., 1997). Metabolit sekunder pada tanaman Piper sampai saat ini diketahui berjumlah 592 senyawa, yang terdiri sebagian besar merupakan alkaloids (145 macam) dan terpenoid (89 macam); serta mengandung senyawa amides, propenylphenol, lignan, neolignan, steroid, kawapyron, piperolide, chalcone, dihydrochalcone, flavon, dan flavanon (Parmar et al., 1997). Kuantitas metabolit sekunder dipengaruhi oleh perkembangan dan kematangan organ (Sangwan et al., 2001; Gershenzon et al., 1989) di samping juga faktor eksternal antara lain kelembaban, salinitas dan temperatur (Sangwan et al., 2001). Oleh karena itu, untuk melakukan penelitian kandungan metabolit sekunder diperlukan lingkungan yang homogen, misalnya di Kebun Raya Bogor. Penelitian aktivitas antikanker pada spesies lain (selain P. aborescen, P. betle, P. crocatum, P. Imperiale, P. interruptum, P. longum, P. methysticum, P. nigrum, P. sarmentosum dan P. tuberculatum) dalam Genus Piper terhadap sel kanker payudara (T47D) sampai saat ini belum dilakukan. Bahkan masih sedikit penelitian tentang aktivitas antikanker ekstrak Piper pada kanker payudara (Wicaksono et al., 2009; Yulianti et al., 2010; Raj et al., 2011). Padahal Genus 4 Piper memiliki ratusan spesies yang mungkin juga mengandung metabolit sekunder sebagai antikanker. Menurut Sarker et al. (2006) jika ada satu spesies dalam genus diketahui memiliki metabolit sekunder spesifik untuk penyakit tertentu maka spesies lain dalam satu genus diduga memiliki metabolit sekunder yang mirip atau memiliki aktivitas spesifik yang sama. Oleh karena itu, akan diadakan penelitian untuk mengidentifikasi golongan senyawa sitotoksik terhadap sel kanker T47D ekstrak kloroform daun Piper spp. koleksi Kebun Raya Bogor. B. Permasalahan Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Spesies manakah dari Piper spp. koleksi Kebun Raya Bogor yang ekstrak kloroform daunnya mempunyai efek sitotoksik paling tinggi terhadap sel kanker T47D? 2. Pada hasil KLTP golongan senyawa bioaktif apakah yang memiliki efek sitotoksik yang paling tinggi terhadap sel kanker T47D dan selektif terhadap sel normal? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah 1. Menentukan spesies potensial dari Piper spp. koleksi Kebun Raya Bogor yang ekstrak kloroform daunnya mempunyai efek sitotoksik paling tinggi terhadap sel kanker T47D. 5 2. Identifikasi golongan senyawa bioaktif hasil KLTP yang memiliki efek sitotoksik yang paling tinggi terhadap sel kanker T47D dan selektif terhadap sel normal. D. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui golongan senyawa sitotoksik terhadap sel kanker T47D ekstrak kloroform daun Piper spp. sehingga dapat diketahui potensi Genus Piper terhadap pengobatan sel kanker payudara. Bagi pengembangan IPTEKS sebagai dasar penelitian lanjutan untuk menentukan leading compound dalam Genus Piper yang sitotoksisitasnya tinggi terhadap sel kanker T47D dan mengoptimalkan akumulasi senyawa tersebut dalam Piper. Manfaat bagi masyarakat sebagai informasi empiris kandungan senyawa dari tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional.