III. KOMUNIKASI HORMONAL 3.1 TINJAUAN UMUM Komunikasi hormonal menggunakan dua macam zat yang berlainan pembuatnya. Pada umumya keduanya disebut hormon. tetapi ada yang membedakan menjadi hormon dan neurohormon atau neurosekresi. Hormon disintesis dalam sel-sel nonneural, sedang neurohormon disintesis dalam neuron. Status neurohormon seperti itu tentu saja memenuhi syarat sebagai penghubung antara sistem komunikasi neural dengan komunikasi hormonal. OIeh karena itu keduanya sebaiknya dibahas bersama. Kenyataan menunjukkan bahwa keduanya ada hubungan kerja, seperti neurohormonneurohormon dan hipotalamus, sebagian besar fungsinya mengendalikan hormonhormon dan adenohipofisis sehingga kedua alat penghasil hormon itu dipandang sebagai suatu sistem yang disebut aksi hipotalamo-hipofiseos [Gambar 9]. Salain kedua jenis zat itu. dikenal zat-zat yang tidak sepenuhnya mengikuti kaidah-kaidah hormon pada umumnya yang dipandang sebagai hormon juga atau zat serupa hormon. Misalnya sekretin dan gastrin. juga prostaglandin. Zatzat terakhir ini ada yang menyebutnya hormon jaringan. Hormon-hormon dan zat-zat serupa hormon dikiasifikasi berdasarkan strukturnya menjadi: 1. Hormon peptida/protein; 2. Hormon steroid; 3. Hormon amin; 4. Hormon asam lemak. Struktur yang paling sederhana ialah hormon amin. contohnya epinefrin atau adrenalin . Kemudian hormon asam lemak. macam-macam prostaglandin. dan bahan dasar asam-asam lemak tidak jenuh siklis. Kemudian hormon steroid adalah turunan hidrokarbon siklis. dalam semua tahap disintesis dan prekusor steroid, kolesterol. Akhirnya hormon-hormon peptida atau protein yang memiliki molelmi paling rumit dan paling besar. Hormon-hormon reproduksi pada umumnya dan golongan steroid. sedang hormon-hormon metabolisme dan hormon protein. 3.2. KLASIFIKASI FUNGSI-FUNGSI HORMON Sistem endokrin ditandal dengan tanggapan-tanggapan serempak yang beragam terhadap stimulus-stimulus khas. Kenampakan-kenampakan tanggapantanggapan itu berbeda dan khas untuk setiap stimulus. Sistem endokrin bercirikan saling bergantung dan saling kerja sama, karena itulah kelenjar endokrin dalam isolasi tidak pernah bertungsi. Oleh karena itu kerja hormon pada jaringan-jaringan sasarannya tidak mungkin disamaratakan. Namun dapat dibuat kiasifikasi menjadi empat kelas efek yang diperantarai oleh endokrin. Efek kinetik meliputi migrasi pigmen, kontraksi otot, dan sekresi kelenjar. Efek-efek metabolisme terutama terdiri dan perubahan-perubahan laju reaksi -reaksi kesetimbangan dan konsentrasi komponenkomponen jaringan bertalian dengan pertumbuhan dan diferensiasi. Efek-efek perilaku hash dan pengaruh-pengaruh hormon pada aktivitas sistem saraf. Suatu hormon tidak selalu masuk hanya dalam satu kelas karena efeknya ada yang Iebih dan satu. 3.3. REGULASI SEKRESI HORMON Aktivitas sekretori jaringan endokrin dikendalikan dengan sistem umpan balik negatif (negtive feedback system). Konsentrasi hormon atau tanggapan terhadap hormon oleh jaringan sasaran akan berpengaruh menghambat proses proses sintesis dan sekresi yang bertanggungjawab memperbanyak hormon bersangkutan. Sistem umpan balik mi beroperasi dengan tiga cara lintasan yaitu lintasan terbuka lintasan tertutup singkat, dan lintasan tertutup panjang [Gambar 11]. 3.4. AKSI HIPOTALAMO-HIPOFISEOS Aksi hipotalamo-hipofiseos [gambar 9] terdiri dari dua organ, organ pertama ialah hipotalamus yang merupakan bagian otak, sedang organ kedua ialah hipofisis yang merupakan campuran unsur-unsur neural dan nonneural. Hipotalamus menghasilkan sejumlah hormon atau neurosekresi yang sebagian besar sebagai horman pembebas, beberapa horman penghambat, dan dua hormon yang berpengaruh di luar sistem hipotalamo-hipofiseos. Neurosekresineurosekresi itu disintesis neuron yang berkelompok membentuk nukleusnukleus yaitu: nukleus ventromedialis, n. dorsomedialis, n. infundibularis, n. supraoptilrus, dan n. paraventrikularis. Tiga nukleus yang pertama berkaitan dengan hormon-hormon pembebas dan penghambat, sedang dua lainnya berkaitan dengan hormon oksitosin dan hormon antidiuretik yang sasarannya berada di luar sistem. Hipofisis terdiri dan tiga bagian, bagian depan disebut adenohipofisis, bagian belakang disebut neurohipofisis, dan diantara keduanya disebut bagian intermedia. Adenohipofisis dan bagian intermedia terdiri dan unsur-unsur nonneural berasal dan dinding atap mulut, sedang neurohipofisis terdiri dan unsur neural. Adenohipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang sasarannya berada di luar sistem ini dan sintesis serta pembebasannya langsung dikendalikan oleh hormonhonmon pembebas dan penghambat dan hipotalamus. Bagian intermedia menghasilkan satu hormon dan neurohipofisis menjadi tempat memindahkan hormonhormon oksitosin dan antidiuretikum dan hipotalamus ke dalam peredaran darah. Penyampaian hormon dan hipotalamus ke adenohipofisis melalui sistem pembuluh balik pintu yang ada dalam adenohipofisis. 3.5. HORMON-HORMON DARI KELENJAR ENDOKRIN PERIFER PADA VERTEBRATA Selain hormon-hormon dalam Iingkungan aksi hipotalamo-hipofiseos, di luar sistem mi terdapat sejumlah kelenjar endokrin yang menghasilkan berbagai hormon. Di antaranya dikendalikan oleh hormon-hormon dan adenohipofisis. Selebihnya adaiah kelenjar-kelenjar endokrin yang tidak di bawah kendali adenohipofisis. Selain itu terdapat hormon-hormon lokal, sasarannya berada di seputar tempat sintesisnya, seperti hormon-hormon dan dinding lambung.. Struktur kimia hormon-hormon kelenjar endokrin perifer beragam yaitu hormon peptida atau protein, hormon steroid, hormon amin, hormon katekolamin, dan juga asam lemak. Sedang hormon-hormon sistem hipotalamo-hipofiseos semuanya hormon peptida atau protein. Struktur yang beragam itu berkaitan dengan mekanisme kerjanya pada sel sel sasaran. Tetapi pada pokoknya ada dua mekanisme kerja berdasarkan hormon peptida dan hormon steroid. Mekanisme kerja hormon steroid. Reseptor hormon steroid terdapat dalam sitoplasma. Kompleks reseptor-hormon bermigrasi ke tempat kromatin dalam nukleus. Hormon dan reseptomya secara terpisah tidak ada pengaruhnya pada nukleus. Keberadaan kompleks reseptor-hormon menjadikan perubahan pada reseptor sehingga mampu melakukan translokasi ke tempat akseptor DNA pada knomatin nukleus sel sasaran. Proses tnansknipsi segera dimulai dalam bebenapa menit, dengan akumulasi mRNA sebagai kunci pnoses sintesis protein. Selanjutnya aktivasi untuk sintesis tRNA dan rRNA yang menghasilkan kapasitas translasi yang meningkaty apabila RNA dan nukleus ditranspor ke sitoplasma. Benikutnya benlangsung sinteasis protein baru [Gambar 12]. Mekanisme kerja hormon protein. Dalam hal hormon protein, hormone sebagai molekul kurir pertama, disekresikan ke dalam aliran darah dan terbawa ke sel-sel sasarannya. Pertama kali hormon membentuk kompleks reseptorhormon yang kemudian mempengaruhi enzim adenilil sikiase menjadi aktif dan bekerja mengubah ATP menjadi sikloAMP (sAMP) .Selanjutnya sAMP bertindak sebagai kurir kedua yang melanjutkan mengaktifkan protein kinase. Protein kinase melaksanakan fosforilasi terhadap protein dan hasilnya adalah tanggapan sel terhadap hormon [Gambar 13]. Hormon katekolamin seperti epinefrin makanisme kerjanya serupa dengan hormon protein. Hormon tiroksin dapat bekerja secara hormon protein maupun hormon steroid. 3.6. HORMON-HORMON PADA INSEKTA DAN UDANG 3.6.1. SISTEM ENDOKRIN PADA SERANGGA. Serangga memiliki sistem endokrin yang terorganisasikan dalam pola kerjanya, sangat serupa dengan sistem endokrin vertebrata. Sistem endokrin pada serangga terpusat pada pusat susunan saraf yang membentuk kesatuan neuroendokrin. Di situ disintesis neurosekresi yang dibebaskan ke dalam hemohmfe dan dibawa ke alat yang terletak di posterior pusat saraf itu, alat mi ialah corpora cardiaca. Pola ini mirip dengan yang ada pada vertebrata yaitu systema portae hypothalamohypophyseos. Dan alat itu berlangsung pengendalian terhadap kelenjar endokrin di daerah prothorax yaitu kelenjar prothorax (kadangkadang sepasang) yang menghasilkan hormon ekdison Kecuali itu pada kebanyakan serangga corpora cardiaca berhubungan pula dengan kelenjar endokrin lain yaitu corpora allata. Bagian-bagian Fain sistem saraf pusat ada yang ditempati sel-sel neuroendokrin, terutama yang disebut ganglion bawah kerongkongan (suboesophageal ganglion). Beberapa jenis hormon dalam sistem endokrin serangga ialah:protorasiko tropin, ekdison, juvenile hormon, bursikon, hormon diapause, dan hormone ekiosion. Pada pokoknya hormon-hormon itu mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan serangga dalam daur hidupnya. 3.6.2. SISTEM ENDOKRIN PADA UDANG Sel-sel pada Arthropoda yang menghasilkan hormon yaitu neuron-neuron dengan sejumlah organ neurohemal serta sel-sel kelenjar endokrin. Di dalam medula terminalis dan tangkai mata terdapat sejumlah perikaryon yang membentuk organ-X medula terminalis, yang menghasilkan suatu hormon peng hambat ekdisis. Hormon ml berupa hormon peptida yang diangkut dalam neurit neurit ke kelenjar sinus dan ditimbun di dalam ujung neuritneurit itu. Kelenjar sinus merupakan suatu organ neurohemal yang terdiri atas ujung ujung neurit yang datang dan organ-X lamina terminalis dan suatu sinus darah. OrganX lamina terminalis menghasilkan suatu hormon yang mempercepat ekdisis. Hormon tersebut diangkut di dalam neurit-neurit ke organ-X dan Hanstrom, suatu organ neurohemal. Hormon ditimbun dalam ujung neurit-neurit yang menyusun organ tsb. Neurit-neurit itu datang dan organ-X lamina terminalis dan suatu sinus darah. Di dalam segmen maxilare I atau di dalam segmen antenula dan sefalotoraks terdapat sepasang organ-Y. Bangunan ini merupakan suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan krustekdison, serupa ekdison. Sekresi krustekdison dihambat oleh hormon penghambat ekdisis. Krustek dison menyebabkan ekdisis. Hormon pemacu ekdisis sebaliknya merangsang organ-Y untuk mempercepat sekresi yang terjadi pada masa praekdisis. Pada subklasis Malacostraca, kebanyakan kelenjar-kelenjar androgen ter letak menempel pada vas deferens. Tetapi pada ordo Isopoda kelenjar-kelenjar itu terda[pat menempel pada testis. Kelenjar-kelenjar itu ada pada kedua jenis kelamin, tetapi pada jenis kelamin betina kemudian mengalami degenerasi. Di bawah pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar itu gonad berkembang menjadi testis dan timbul tandatanda jenis kelamin jantan. Tetapi testis sendiri tidak menghasilkan hormon. Pada jenis kelamin betina setelah kelenjar-kelenjar androgen mengalami degenerasi. ovarium berkembang dan menghasilkan hormon. Hormon mi menghasil kan tanda-tanda jenis kelamin sekunder betina. Organ-X medula terminalis menghasilkan hormon yang menghambat pembentukan lesit (lecith) dan penghasilan hormon di dalam ovarium. Di dalam kelenjar sinus rupanya juga ditimbun hormon-hormon yang mempengaruhi penyebaran butir-butir pigmen di dalam kromatofor yang ada di dalam kulit. Tetapi rupanya warna butir pigmen yang disebar berlainan. Pada umumya pada Kacroura. pigmen yang disebar putih sedang pada Brachyura pigmen hitam. Rupanya di dalam kelenjar sinus ditimbun hormon yang mempengaruhi penyebaran butir-butir pigmen dalam mata. pigmen berwarna hitam. 3.6.3. FEROMON Komnikasi dengan perantaraan zat kimia tidak terbatas dalam tubuh organisme. tetapi juga digunakan untuk komnikasi antar individu dan spesies yang sama. bahkan juga antar spesies yang berlainan. Zat kimia yang menguap digunakan untuk komunikasi dalam spesies disebut Feromon. Zat .seperti itu Yang digunakan untuk komnikasi antar spesies berbeda disebut alomon. Kemung kinan dijumpai satu zat berfungsi sebagai feromon maupun alomon. Feromon yang digunakan binatang air Iebih mudah larut. Informasi mengenai ferornon banyak diperoleh dan insekta. Feromon pada insekta digunakan untuk menarik lawan jenisnya dalam rangkaian reproduksi. Kecuali itu pada mnsekta sosial digunakan untuk melacak sesuatu. misalnya tern pat makanan atau sarang. Pada insekta Iainnya digunakan untuk peringatan adanya bahaya. Seperti halnya pada insekta. feromon pada binatang menyusu berkaitan dengan kehidpan seksual dan sosial. juga untuk peringatan adanya bahaya. Namun pengetahuan feromon pada binatang rnenyusu masih sangat sedikit dibandingkan dengan pada insekta.