KERACUNAN DISUSUN OLEH: 1. Rosi Kentun Rahayu (106113020) 2. Tri Ginanjar Mulyaningsih (106113021) 3. Nining Fatmawati (106113022) 4. Fika Septiana Suwito (106113026) 5. Fiqih Tri Kurniawan (106113027) 6. Wiwi Sugiastuti (106113028) 7. Nofiana Ningrum (106113029) D-3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul. Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan keracunan? 2. Apa saja yang menjadi penyebab keracunan? 3. Bagaimana pathway dari keracunan? 4. Bagaimana tanda dan gejala dari keracunan? 5. Bagaimana tata laksana terapi dari keracunan? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang definisi dari keracunan. 2. Untuk mengetahui tentang penyebab dari keracunan. 3. Untuk mengetahui tentang pathways keracunan. 4. Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala dari keracunan. 5. Untuk mengetahui tentang tata laksana terapi dari keracunan. BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik. Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja. B. PENYEBAB DAN JENIS KERACUNAN Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain: 1. Makanan Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun. Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain: a. Keracunan botolinum Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna. Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan. Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih. b. Keracunan jamur Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun (Amanita sp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan. c. Keracunan jengkol Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya. Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah. d. Keracunan ikan laut Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.. 2. Baygon Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya. Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi pernafasan. a. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi b. Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi). c. Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan. d. Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan. 3. Bahan Kimia Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah: Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan Kimia AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar Simpanlah dalam botol berwarna dan kulit melepuh. Gas/uapnya dan ruang yang gelap serta jauhkan juga menebabkan hal yang sama. dari bahan-bahan yang mudah terbakar. HCl Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar korosif terutama dengan kepekatan dan kulit melepuh. Gas/uapnya tinggi. juga menebabkan hal yang sama. H2S Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup beracun bahan ini dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian. H2SO4 Senyawa ini higroskopis, sangat bersifat korosif, Jangan menghirup uap asam sulfat membakar pekat karena dapat menyebabkan bahan organik dan dapat merusak kerusakan jaringan paru-paru, tubuh dengan kulit Gunakan ruang asam untuk proses dermatitis, NaOH menyebabkan sedangkan pengenceran dan hidupkan kipas dengan penghisapnya. kontak mata kontak menyebabkan kebutaan. Senyawa ini bersifat higroskopis Dapat merusak jaringan tubuh. dan menyerap gas CO2. NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang Menghirup khas. senyawa konsentrasi tinggi menyebabkan saluran nafas. ini pada dapat pembengkakan pernafasan Terkena dan sesak amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit dapat menyebabkan kebutaan. HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan menghirup gas ini karena dapat menyebabkan pingsan dan kematian. HF HNO3 Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit, beracun. mata, dan saluran pernafasan. Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar, menghirup uapnya menyebabkan kematian. 4. Asidosis metabolic Disebabkan oleh: dapat a. peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau zatyang dapat dikonversi menjadi asam b. Hilangnya bikarbonat c. Akumulasi Asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup oksigen untuk melakukan metabolism karbohidrat. d. Kelainan metabolic 5. Gigitan ular berbisa Gigitan ular yang berbisa, biasanya hanya meninggalkan bekas gigitan yang lebih sedikit, dan yang paling menonjol adalah bekas gigi taring yang runcing dan lebih besar dari gigi lainnya. Sedangkan bekas gigitan ular yang tidak berbisa, biasanya akan meninggalkan bekas gigitan berupa dua baris bekas gigi yang kecil-kecil, tetapi tidak ada bekas gigi taring. C. Pathway D. Manifestasi Klinis Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satusatunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin). Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin Awitan) Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan < 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim Garam logam di mulut, mulut terasa panas 1-2 jam Mual, kepala, muntah, pusing, sianosis, sesak sakit Nitrit nafas, gemetar, lemah, pingsan. 1-6 jam (rerata 2- Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus Aureus dan 4) enterotoksinnya 8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa Bacillus Cereus. muntah) mual. 6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis Amanita. pelebaran pupil, pingsan, koma. Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas 12-72 jam Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene mual, muntah, pengeluaran secret dari hidung, terkadang ruam kulit. 2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, Corynebacterium eksudat demam, berwarna mengigil, keabuan, diphtheria nyeri tengorokan, lemah, sulit menelan, pembengkakan kelenjar getah bening leher. Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan 2-36 jam (rerata 6- Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B. cereus; 12) disebabkan Clostridium S; faecalis; S. faecium perfringens, kadang-kadang rasa mual dan muntah 12-72 jam (rerata Kram 18-36) perut, diare, muntah, Salmonella spp (termasuk demam, mengigil, lemah hebat, S. Arizonae), E. coli mual, sakit kepala, kadang-kadang enteropatogenik, dan diare berdarah dan berlendir, lesi Enterobakteriacae, kulit yang disebabkan V. Vibrio cholera (01 dan non-01), vulnificuis. Yersinia enterocolitica vulvinicus, V. fluvialis. menyebabkan gejala yang menyerupai flu apendisitis akut. 3-5 hari Diare, demam, muntah dengan Virus-virus enterik nyeri perut, gejala saluran nafas 1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), Giardia lamblia sakit perut, berat badan menurun 1-beberapa Sakit perut, diare, sembelit, sakit Entamoeba hystolitica minggu kepala, mengantuk, kadang tanpa gejala 3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, Taenia sanginata berat badan menurun, sakit perut, taenia solium kadang gastroenteritis Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis) < 1 jam Gastroenteritis, cemas, Fosfat organic penglihatan kabur, nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang. Salvias berlebihan, berkeringat, dan gastroenteritis, nadi tak teraratur, Jamur jenis muscaria pupil mengecil, bernafas seperti orang asma. 1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin pucat, pendarahan pengelupasan kulit, perut, mata terfiksasi, reflek hilang, kedutan, paralisis otot. Rasa baal gastroenteritis, atau pusing, gatal, mulut Ciguatoxin kering, otot nyeri, pupil melebar, pandangan kabur, paralisis otot. 2 jam-6 hari (12- Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated hydrocarbon 36 jam) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu makan, berat badan menurun, bingung. Vertigo, pandangan kabur atau diplobia, reflek cahaya hilang, Clostridium botulinum dan sulit menelan, berbicara dan toksinnya. bernafas; mulut kering, lemah, paralisis pernafasan. >72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, Air raksa organic spastic, penglihatan berkurang, buta, dan koma. Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan tangan jatuh. Triortrocresyl phosphate. Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal) < 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin (histamine) muntah, rasa panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, muka sembab dan merah, sakit perut, gatal dikulit. Rasa baal disekitar muluit, rasa Monosodium glutamate seperti digaruk (geli), kemerahan, (MSG) pusing, sakit kepala, mual. Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, edema lutut dan Asam nikotinat wajah. Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang) 0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin (paralytic terbakar, baal, mengantuk, bicara shelifish poisoning: PSP) inkoheren, paralisis pernafasan. 2-5 menit sampai Sensasi 3-4 jam panas bergantian, disekitar dan rasa bibir, dingin Brevetoxin (neurotoxic geli; baal shelifish poisoning: NSP) lidah dan tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, muntah. 30 menit sampai Rasa mual, muntah, diare, sakit Dinophysis toxin, okadaic 2-3 jam perut, mengigil, demam. acid, pectenotoxin, yessotoxin (Diarrheic shelifish poisoning:DSP) 24 jam (gastrointestinal) sampai 48 Muntah, bingung, diare, sakit hilang perut, Domoic Acid (Amnestic ingatan, shelifish poisoning: ASP) jam deisorientasi, kejang dan koma. (neurologis) Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar Limfe) 4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, hari) demam, edema Trichinella spiralis disekitar mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil, lemah, sulit bernafas. 7-28 hari (rerata Lemah yang hebat, sakit kepala, Salmonella typhi 14 hari) sakit kepala, demam, batuk, mual, muntah, sembelit, sakit perut, mengigil, bintik merah dikulit, tinja berdarah. 10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii kemerahan. 10-50 hari (rerata Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu Mungkin virus 25-30) makan, mual, sakit perut, kuning (ikterus). Bervariasi, Demam, mengigil, sakit kepala Bacillus bergantung pada atau sendi, lemah-lesu, bengkak brucella tipe penyakit dikelenjar getah bening, anthracis, melitensis, dan abortus, B. suis, coxiella gejala yang khas untuk penyakit bernetti, lain. B. tularensis, monocytogenes, francisella listeria M. tuberculosis, mycobacterium pasteurella sp, multocida, streptobacillus moniliformis, campylobacter jejuni, leptospira SSP. E. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan 1. Tujuan penatalaksanaan Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain : a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi. b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat. c. Tangani syok yang tepat. d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun. e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek toksin. f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat. g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan, yaitu : 1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal 2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien. h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi. i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit. j. Menurunkan peningkatan suhu. k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri. l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah. m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma. n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejan o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang. 2. Terapi Farmakologis a. Makanan 1) Oralit befungsi menggantikan glukosa, garam dan mineral penting lain yang hilang akibat muntah dan diare. b. Baygon 1) Spesifik terapi a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam. b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml. Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal muncul. c. Asidosis metabolic Pengobatan asidosis metabolic akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika pH darah turun hingga dibawah 7,1, pemberian bikarbonat secara intravena mungkin diperlukan untuk menetralisir asam. Pada kasus berat dialysis diperlukan untuk mengbati asidosis mtabolik. d. Gigitan bisa ular 1) Penting menentukan diagnose patokan ular berbisa 2) Bila ragu observasi 24 jam 3) Kalau gejala keracunan bisa nyata perlu pemberian anti bisa 4) Pasang infuse, berikan ABU IV: Bila alergi serum kuda: a) adrenalin 0,5 mg SC b) ABU IV pelan-pelan 5) Bila tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria hipotensi: adrenalin 0,5 mg IM, hydrokortison 100 mg IV. 3. Terapi Non Farmakologi a. Makanan 1) Clostridium Botulinum a) Dekontaminasi dengan memuntahkan isi lambung jika korban masih sadar bisa juga dilakukan bilas lambung b) Jika terdapt antitoksin botulinum pada keracunan simptomatik (perlu dilakukan uji alergi sebelumnya) 2) Keracunan Jamur Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit. 3) Keracunan Jengkol Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit. 4) Keracunan Ikan laut Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada. b. Baygon 1) General Management a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi. b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign. 4. Bahan Kimia Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia: Jenis Peracun Pertolongan Pertama Asam-asam korosif seperti asam sulfat Bila tertelan berilah bubur (H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid aluminium hidroksida atau milk of 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric magnesia diikuti dengan susu atau acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain- putih telur yang dikocok dengan air. lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium Jangan diberi dengan karbonat atau hidroksida atau milk of magnesia diikuti soda kue. dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air. Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium Bila tertelan berilah asam asetat hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat (KOH), Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan (1%), atau air jeruk. Lanjutkan lain-lain. dengan memberi susu atau putih telur. Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan Berikan lain-lain antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau putih telur. Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta, norit, suntikan PAM Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan dan berikan milk of magnesia. 5. Gigitan bisa ular a. Tenangkan korban jangan gerakan bagian yang terkena gigitan b. Balut tekan dibawah dan diatas dari gigitan untuk memperlambat aliran darah c. Segera bawa ke dokter. Bila jauh dari fasilitas kesehatan/dokter, lakukn sayatan pada luk gigitan baru dengan pisau yang telah bebas kuman, kemudian hisaplah dan ludahkan secepatnya, lakukan beberapa kali. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Ada tiga famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hydrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan perdarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit. Balutan yang kuat dapat dilakukan beberapa jam tanpa membahayakan peredaran darah keseluruhan anggota tubuh. Balutan yang kuat membatasi perubahan lokal di daerah gigitan dan juga untuk meningkatkan reaksi terhadap antibisa. Dalam mengatasi gigitan ular berbisa, pemberian serum antibisa yang cukup dan pengaturan ventilasi yang memadai merupakan tindakan yang utama. Sedangkan tindakan yang bersifat supportif merupakan tindakan sekunder dan dilakukan sesuai dengan kondisi penderita. DAFTAR PUSTAKA Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari: http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/. Diakses tanggal 4 Mei 2012.Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar (Combustio). Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhankeperawatan-pada-klien-dengan-luka-bakar-combustio/. Diakses tanggal 16 April 2012. Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media. Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika. Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3. Jakarta: EGC. Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga.