HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PKD MELATI SARI DESA DURENSARI KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO Esty Indarwati ABSTRAK Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5 persen (2007) menjadi 75,5 persen (2013), tetapi masih terdapat kesenjangan persentase balita yang menerima kapsul vitamin A selama enam bulan terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Ibu dengan cakupan pemberian vitamin A pada balita di PKD Melati Sari Desa Durensari Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo. Desain penelitian menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Dilakukan di PKD Melati Sari pada bulan Maret-April 2014 pada ibu – ibu yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 52 responden. Instrumen menggunakan kuesioner dan checklist. Uji statistik menggunakan Chi Square. Hasil penelitian didapatkan nilai p value = 0,024 atau p <0,05. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita di PKD Melati Sari Desa Durensari. Kata kunci : Tingkat pengetahuan Ibu, cakupan pemberian vitamin A PENDAHULUAN Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama semua generik yang retinoid provitamin A mempunyai menyatakan dan prekusor karotenoid aktivitas / yang biologik di Asia Tenggara (82,4%) dan Pasifik barat (87,3%), dan sangat rendah di Eropa (1%) dan nihil di Amerika (0%). Sedangkan untuk buta senja pada wanita hamil adalah tertinggi di Asia Tenggara (96,8%) dan terendah di Eropa (Sediaoetama, 2009). sebagai retinol. Vitamin A berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi kekebalan, pertumbuhan perkembangan, reproduksi. dan serta Vitamin fungsi A juga bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan karena vitamin meningkatkan angka daya kesakitan, A dapat tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti infeksi saluran (ISPA) dan pernafasan infeksi atas saluran pencernaan (Almatsier, 2009). Berdasarkan survey pada global terlihat bahwa untuk anak usia dan wanita juga menggerogoti ratusan ribu anak setiap tahun. Sekitar 2,8 juta orang anak balita menampakkan tanda – tanda klinis xerofthalmia, sementara 251 juta anak lainnya mengalami kekurangan vitamin A sehingga resiko kematian akibat infeksi berat meningkat. Seperempat anak balita di negara beresiko vitamin sedang berkembang mengalami A. Dua defisiensi puluh persen diantaranya beresiko lebih tinggi beberapa wilayah di dunia, secara prasekolah Kekurangan vitamin A (KVA) hamil diperoleh data sebagai berikut : rabun senja adalah 54% dan 55%, dan dengan data survey serum retinol 76% dan 19%. Oleh WHO wilayah cakupan bervariasi dimana untuk buta senja anak usia sekolah tertinggi terjangkit penyakit infeksi umum. Sementara 2 % mengalami kebutaan atau gangguan penglihatan yang serius (Arisman, 2007). Di Indonesia pemberian suplementasi vitamin A dilakukan pada bulan Februari dan Agustus dengan sasaran anak usia 6 – 59 bulan. Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5 persen (2007) menjadi 75,5 persen (2012). Namun kepada 10 Ibu demikian masih terdapat kesenjangan balita persentase anak umur 6-59 bulan diketahui rata – rata ibu hanya yang menerima kapsul vitamin A mampu selama enam bulan terakhir (Fajria, pertanyaan yang diajukan dan 3 ibu 2012). tidak mampu menjawab pertanyaan di yang mempunyai posyandu menjawab Semanggis, 3 dari 5 Dari hasil studi pendahuluan dengan benar. Rata – rata dari diperoleh data jumlah balita di Desa mereka memberikan vitamin A pada Durensari anaknya karena diberikan pada saat Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo pada Bulan Februari 2014 adalah 108 balita, posyandu. Berdasarkan latar belakang yang terbagi dalam empat posyandu. tersebut maka penulis tertarik untuk Posyandu Semanggis dilaksanakan melakukan penelitian dangan judul setiap tanggal 10, terdiri dari 29 “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu balita. I Dengan Cakupan Pemberian Vitamin 14, A di Desa Durensari Kecamatan Posyandu dilaksanakan setiap Dremosari tanggal terdiri dari 28 balita. Posyandu Bagelen Kabupaten Purworejo”. Genting dilaksanakan setiap tanggal 17, terdiri dari 25 balita. Posyandu Dremosari II dilaksanakan setiap tanggal 19, terdiri dari 26 balita. Menurut Bidan Desa Durensari, pada saat program pemberian vitamin A diketahui rata – rata pada tiap posyandu tidak seluruhnya balita hadir, sehingga balita yang tidak hadir tidak mendapatkan kapsul vitamin A pada hari tersebut. Wawancara dengan memberikan 5 pertanyaan tentang pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita METODE PENELITIAN Desain pada menggunakan penelitian metode ini penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Melati Sari Desa Durensari, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo pada tanggal 19 Maret – 25 April 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di desa Durensari dengan jumlah 108 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari Ibu yang memiliki balita di sebanyak desa 52 Durensari, responden. Kriteria usia Ibu yang yaitu mempunyai balita yang dipilih Teknik menjadi responden, dari 52 sampling menggunakan purposive responden diperoleh sampling. Alat ukur menggunakan karakteristik kuesioner dan checklist. Uji statistik usia menggunakan chi square. dikelompokkan menjadi 3 yaitu yang beragam, tersebut dapat <20 tahun, 20–35 20 tahun, dan HASIL PENELITIAN >35 Analisis Univariat responden menurut a. Distribusi Frekuensi Karakteristik ditampilkan dalam Responden tahun. Karakteristik berikut 1) Distribusi frekuensi usia gambar : usia responden Karakteristik Ibu Berdasarkan Usia 96,2% julmah 60 50 40 30 20 10 0 >20 <20 20-35 50 0 2 >20 20-35 3,8% >35 Gambar 3 Karakteristik Ibu berdasarkan usia Berdasarkan gambar 3 2) Distribusi dapat diketahui bahwa usia mayoritas Ibu tingkat adalah 20-35 35 tahun 50 responden responden (96,2%), dan usia frekuensi pendidikan minoritas Kriteria riteria tingkat pendidikan Ibu responden adalah usia >35 tahun yang dipilih menjadi responden, yaitu 2 responden (3,8%). ditampilkan dalam gambar berikut ini : Karakteristik Pendidikan Ibu Balita 67,3% 40 SD SMP SMA PT jumlah 30 35 20 21,2% 10 9,6% 0 1,9% SD SMP SMA Tingkat Pendidikan PT Gambar 4 Karakteristik pendidikan Ibu balita Berdasarkan gambar 4 diketahui bahwa Kriteria tingkat pengetahuan responden mayoritas berpendidikan dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, SMP yaitu 35 responden (67,3%), dan cukup, dan kurang. Setelah dilakukan minoritas responden berpendidikan PT analisis data hasilnya dapat dilihat pada yaitu 1 responden (1,9%). gambar sebagai berikut : responden b. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan jumlah responden Tingkat Pengetahuan Ibu balita Baik Cukup Kurang 69,2% 40 30 20 10 0 36 21,2% 11 9,6% 5 Baik Cukup Kurang kriteria tingkat pengetahuan Gambar 5 Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A Berdasarkan hasil analisa data pada 1) Distribusi frekuensi tingkat gambar 5 diketahui bahwa responden pengetahuan berdasarkan usia berpengetahuan baik 5 orang (9,6%), Tabel 6 Distribusi frekuensi tingkat cukup 36 orang (69,2%), dan responden pengetahuan berdasarkan usia yang berpengetahuan kurang 11 orang (21,2%). Tingkat Pengetahuan Usia Baik Cukup kurang N % N % N % <20 th 0 0 0 0 0 0 20-35 th 6 11,5 33 63,5 11 21,2 >35 th 0 0 2 3,8 0 0 Total 6 11,5 35 67,3 11 21,2 Sumber : Data Primer 2014 Total N % 0 0 50 96,2 2 3,8 52 100 Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa berpengetahuan dari 50 responden yang berusia 20-35 responden yang berusia >35 tahun, tahun, 6 responden berpengetahuan seluruhnya baik, 33 responden berpengetahuan tentang vitamin A. cukup, dan 11 responden kurang. berpengetahuan Dari 2 cukup 2) Distribusi frekuensi tingkat Tabel 7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pengetahuan Pen- Baik didikan SD cukup kurang Total N % N % N % N % 0 0 4 7,7 1 1,9 5 9,6 SMP 6 11,5 22 42,3 7 13,5 35 67,3 SMA 0 0 8 15,4 3 5,8 11 21,2 PT 0 0 1 1,9 0 0 1 1,9 35 67,3 11 21,2 52 100 Total 6 11,5 Sumber : Data Primer 2014 Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa Kriteria cakupan pemberian kapsul berdasarkan tingkat pendidikan untuk vitamin A di PKD Melati Sari dibagi responden dengan pendidikan menengah menjadi 2 yaitu tercapai dan tidak ke bawah (SMA = 5,8%, SMP = 13,5%, tercapai. Setelah dilakukan analisa data SD = 1,9%) masih ada yang memiliki hasilnya dapat dilihat pada gambar pengetahuan kurang. sebagai berikut : c. Cakupan pemberian kapsul vitamin A 30 Cakupan Pemberian Vitamin A 53,8% 25 4 Jumlah 20 tercapai 15 28 24 tidak tercapai 10 5 0 tercapai tidak tercapai ketercapaian Gambar 6 Cakupan pemberian vitamin A pada balita Berdasarkan hasil analisa data pada Analisis Bivariat gambar 6 dapat diketahui bahwa untuk Tabel 8 Distribusi frekuensi antara kriteria tercapai 24 balita (46,2%), dan tingkat pengetahuan dengan cakupan kriteria tidak tercapai 28 balita (53,8%). pemberian kapsul vitamin A Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Tingkat Tercapai Pengetahuan Tidak tercapai Total N % N % N % Baik 5 100 0 0 5 100 Cukup 16 44,4 20 55,6 36 100 Kurang 3 27,3 8 72,7 11 100 X2 hitung = 7,454 (p value = 0,024) X2 tabel = 5,591 (df = 2) Data tabel 8 menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dari 5 responden yang memiliki tingkat menunjukkan pengetahuan baik tentang vitamin A, pengetahuan ibu yang memiliki seluruhnya cakupan balita di wilayah PKD Melati Sari pemberian vitamin A yang lengkap. Desa Durensari, jumlah responden Dari 36 responden yang memiliki dengan tingkat 16 responden (9,6%). Sedangkan 36 responden cakupan pemberian vitamin responden (69,2%) berpengetahuan A pada balitanya lengkap, sedangkan 20 cukup baik, dan 11 responden responden cakupan pemberian vitamin (21,2%) A pada balitanya tidak lengkap. Dari 11 baik. responden tingkat menunjukkan bahwa sebagian besar responden ibu – ibu yang memiliki balita di memiliki cakupan pemberian vitamin A wilayah PKD Melati Sari Desa yang lengkap, sedangkan 8 responden Durensari memiliki cakupan yang tidak lengkap. pengetahuan memiliki pengetahuan yang pengetahuan cukup, memiliki kurang, 3 Tabel 8 menunjukkan hasil Chi Square. Nilai yang dipakai adalah pada bahwa kategori tingkat baik yaitu berpengetahuan Hasil 5 kurang penelitian ini memiliki tingkat cukup tentang pemberian kapsul vitamin A pada balita. Nilai Berdasarkan hasil penelitian, significancy-nya dengan p-value (0,024) dari 5 responden yang masuk di bawah 0,05 dan 95% CI disebutkan kategori baik, rata – rata responden sehingga secara statistik dinyatakan tidak bermakna. Oleh karena p < 0,05, maka kebutuhan vitamin A dan angka dapat bahwa kecukupan tingkat dianjurkan. nilai Pearson terdapat diambil Chi-Square. kesimpulan hubungan antara mengetahui vitamin Sebagian tentang A yang besar pengetahuan dan cakupan pemberian responden mempunyai pengetahuan kapsul vitamin A di PKD Melati Sari cukup tentang vitamin A yaitu 36 Desa Durensari. responden, rata – rata memahami tentang kurang kebutuhan PEMBAHASAN vitamin A, manfaat vitamin A, 1. dosis pemberian vitamin A, dan Tingkat pengetahuan akibat kelebihan vitamin A. Untuk Hasil dari Gambar 6 tentang responden yang mempunyai tingkat 11 distribusi frekuensi pengetahuan responden (21,2%), rata – rata responden di PKD Melati Sari, responden menjelaskan bahwa pengetahuan pengetahuan kurang hanya yaitu mengetahui tentang pengertian vitamin A dan responden jadwal pemberian vitamin A. kategori cukup yaitu 36 orang a. Tingkat (69,2%). Berdasarkan data pada pengetahuan mayoritas dalam gambar 5 tentang karakteristik berdasarkan usia Data pada gambar 4 tentang karakteristik responden responden berdasarkan pendidikan, dapat tingkat diketahui berdasarkan usia, menjelaskan bahwa bahwa usia responden mayoritas berpendidikan terakhir SMP 35 20-35 tahun (50 orang), dan orang mayoritas berpengetahuan cukup berpendidikan tinggi hanya 1 (67,3%), orang (1,9%). sebagian mayoritas (67,3%), responden dan yang Hal ini tidak sesuai dengan berpengetahuan kurang (21,2%), dan yang baik hanya 11,5%. Hal teori ini menunjukkan bahwa usia Notoatmodjo cenderung menyatakan tingkat pendidikan tidak berpengaruh yang dikemukakan (2007), yang terhadap tingkat pengetahuan, menunjukkan dan tidak sesuai dengan teori yang meningkat dan dengan yang oleh demikian meningkat, dikemukakan korelasi positif pengetahuan juga seseorang yang tinggi akan Notoadmodjo (2007), yang menyatakan bahwa usia berpengaruh terhadap tingkat mempunyai pengetahuan yang seseorang lebih luas dibanding dengan yang berumur produktif lebih seseorang yang pendidikannya mudah menerima pengetahuan lebih rendah. pengetahuan, dan dibandingkan seseorang yang berumur tidak produktif. b. Tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan berpendidikan 2. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita Berdasarkan hasil penelitian diketahui 24 balita (46,2%) diberikan kapsul vitamin A secara 0,05 dengan 95% CI disebutkan lengkap, sedangkan (53,8%) tidak tersebut sangat dibandingkan 28 balita sehingga secara statistik dinyatakan lengkap. Hasil bermakna. Oleh karena p < 0,05, jika maka dapat diambil kesimpulan kurang dengan target bahwa pengetahuan responden pemberian kapsul vitamin A yang memiliki hubungan dengan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan pencapaian pemberian vitamin A di yaitu sekurangnya adalah 90%. PKD Melati Sari Desa Durensari, Penyebab ketidaktercapaiannya dengan nilai Koefisien kontingensi- cakupan pemberian vitamin A pada nya 0,354 yang berarti tingkat balita disebabkan karena kurangnya keeratan kesadaran ibu tentang pentingnya tersebut rendah, sehingga untuk vitamin A bagi balitanya dan mencapai kesibukan ibu sebagai ibu rumah vitamin tangga. tenaga dengan kurang ditentukan oleh dinas kesehatan masyarakat (90%), diperlukan kajian terhadap Dari kesehatan pihak juga menyadarkan antara dua cakupan A pada standar faktor pemberian balita sesuai yang telah pentingnya vitamin A bagi balita faktor dan belum melakukan penyuluhan berpengaruh pada ibu balita tentang vitamin A, pemberian vitamin A selain tingkat sehingga cenderung mempengaruhi pengetahuan (faktor ibu yang lain, cakupan pemberian vitamin A. faktor tenaga kesehatan). Antara – variabel lain terhadap Adapun yang cakupan upaya untuk faktor tingkat dengan cakupan meningkatkan cakupan pemberian pemberian kapsul vitamin A pada vitamin A dapat dilakukan dengan balita diperoleh hasil pengujian cara (Kusumaningrum,2011) : menggunakan a. Dari pihak ibu pengetahuan Chi kuadrat didapatkan menunjukkan hasil ChiSquare. Nilai yang dipakai adalah pada nilai Pearson Chi-Square. 1) Meningkatkan pengetahuan tentang vitamin A. 2) Lebih memanfaatkan Nilai significancy-nya adalah pada posyandu dan sarana nilai p value-nya (0,024) di bawah kesehatan lainnya untuk mendapatkan pelayanan 3) Lebih aktif dalam mencari yang berkaitan dengan pemberian vitamin A b. Dari pihak tenaga kesehatan meningkatkan petugas kesehatan yang mendatangi rumah balita untuk memberikan vitamin A. Hasil pada balita 1) Lebih jika memungkinkan pemberian vitamin A. informasi dijadwalkan, penelitian dengan penelitian dalam jurnal ini sesuai Azwan yang dkk berjudul pengetahuan tentang vitamin “Hubungan Tingkat Pengetahuan, A Sikap, dan Pekerjaan Ibu dengan intensitas Pemberian Vitamin A pada Balita menggunakan di Wilayah Kerja Puskesmas Karya 2) Meningkatkan penyuluhan, mudah Wanita Kelurahan Limbungan Baru masyarakat Kecamatan Rumbai Pesisir Kota seperti media audio visual Pekanbaru Tahun 2010”. Dari hasil (film). analisa hubungan antara tingkat metode yang dipahami oleh 3) Memberikan pada pengetahuan tentang vitamin A pada balita, hasil analisa menggunakan diperoleh nilai OR = 3,975, artinya masyarakat vitamin A pengetahuan ibu dengan pemberian metode yang lebih mudah ibu balita yang diterima, baik memberikan vitamin A pada seperti pamflet berpengetahuan balita adalah 3,975 kali lebih besar ataupun poster. 4) Memberikan motivasi dibandingkan ibu yang terhadap Ibu balita tentang berpengetahuan kurang. Ibu yang pentingnya vitamin A. bersikap positif memberikan 5) Membuat jadwal posyandu vitamin A pada balita sebanyak yang sesuai dengan waktu (65,1%) lebih besar dibandingkan saat Ibu tidak sibuk. dengan ibu yang bersikap negatif 6) Memberikan vitamin A susulan pada balita yang tidak memberikan vitamin A pada balita. Pengetahuan terhadap mempunyai mendapatkan vitamin A pada hubungan cakupan hari pemberian yang telah pemberian vitamin A sehingga ibu ditingkatkan yang memiliki balita di wilayah PKD pengetahuannya tentang vitamin A Melati Sari Desa Durensari, maka dapat agar dapat menjadi faktor motivasi ditarik kesimpulan sebagai berikut : untuk 1. balita perlu meningkatkan cakupan Mayoritas usia responden 20-35 tahun pemberian vitamin A pada balita. sebesar 96,2% dan berpendidikan SMP (67,3%). 2. KETERBATASAN 1. tentang vitamin A pada balita Kendala Penelitian Dalam dalam pengumpulan hanya dilakukan 3 kali pada saat kategori cukup, yaitu sebanyak 36 responden (69,2%). responden secara bersama – sama 2. Mayoritas tingkat pengetahuan ibu 3. Cakupan pemberian kapsul vitamin posyandu dan dalam waktu yang A pada balita termasuk kriteria terbatas. tidak tercapai, karena hanya Kelemahan Penelitian balita (46,2%) yang tercapai. a. Penelitian ini menggunakan 4. 24 Terdapat hubungan antara tingkat kuesioner tertutup sehingga pengetahuan ibu yang mempunyai responden hanya menjawab balita dengan cakupan pemberian benar atau salah saja, tidak dapat kapsul vitamin A pada balita di menjabarkan pendapatnya secara PKD Melati Sari Desa Durensari, langsung. dengan nilai p value-nya 0,024 atau b. Penelitian ini teknik sampling p <0,05, koefisien kontingensi-nya menggunakan purposive 0,354 yang berarti tingkat keeratan sangat hubungan antara 2 variabel tersebut mungkin apabila sampel yang (tingkat pengetahuan dan cakupan diteliti tidak sesuai syarat kaidah pemberian vitamin A) rendah. sampling sehingga metodologi riset (mewakili dan menggambarkan populasi secara SARAN keseluruhan). Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan saran : KESIMPULAN Berdasarkan hasil tabulasi data dan pembahasan penelitian pada 52 ibu 1. Bagi Mahasiswa Selanjutnya atau Peneliti Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan, digunakan 2. dan dapat sebagai referensi c. Bagi Masyarakat Khususnya Ibu yang Memiliki Balita Diharapkan penelitian ini penelitian lebih lanjut, khususnya dapat tentang tingkat pengetahuan dan pengetahuan ibu tentang vitamin vitamin A pada balita. A pada balita sehingga ibu lebih Bagi Institusi memperhatikan a. Institusi Pendidikan vitamin A pada balita sesuai Diharapkan dapat meningkatkan pemberian jadwal yang telah ditentukan mengoptimalkan peran dalam pemerintah. memberikan masyarakat juga dapat lebih tentang pengetahuan vitamin A, Diharapkan dan proaktif dalam mencari sumber menambah referensi agar informasi tentang vitamin A mahasiswa dapat lebih pada balita, dan masyarakat mengetahui tentang pentingnya lebih memanfaatkan posyandu vitamin A pada balita. dan sarana kesehatan lainnya b. Institusi Pelayanan Kesehatan Diharapkan meningkatkan dapat lebih pengetahuan masyarakat tentang vitamin A bagi balita, khususnya pada ibu – ibu yang mempunyai balita, dengan cara penyuluhan dan pemasangan poster atau pamflet yang berhubungan dengan vitamin A, dan memberikan vitamin A susulan pada balita yang tidak hadir saat jadwal pemberian vitamin A dengan melakukan kunjungan dan dilakukan pencatatan. rumah untuk mendapatkan pelayanan pemberian vitamin A DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwan. Sahat Hutagaol. Novita Rany. Foni Sumanti. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Vitamin A pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karya Wanita Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Tahun 2010. Pekanbaru : Bustan, M.N. (2012). Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta. Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung : Refika Aditama. Dahlan, M.S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Fajria, J.T. (2012). Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A pada Balita di Polindes Singosari, Mojosongo, Boyolali”. Surakarta : STIKES Kusuma Husada. Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Kusumaningrum, S. (2011). Gambaran Pengetahuan tentang Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi pada Ibu yang Mempunya Balita di Posyandu Purna Yudha Wilayah Kerja Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo.Yogyakarta : STIKES Jendral Achmad Yani. Lailiyana. (2010). Buku Ajar Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC. Ngambut, K. (2011). Pengantar Biostatistik (Aplikasi Penggunaan SPSS). Yogyakarta : Gosyen Publishing. Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta , S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Paath, Erna Francin, dkk. (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC. Proverawati, A. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Sabri, L. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajagrafindo Persada Sediaoetama, A.D. (2009). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta : Dian Rakyat. Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu. Tjay, T.H. (2007). Obat – Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Wahyuningsih, H.P. (2008). Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Wawan dan Dewi M. A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.