5513 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata
L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague
dawley
ARTIKEL
Oleh :
BENNY DYAH A
050112a011
FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel berjudul :
UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata
L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague
dawley
Disusun oleh:
BENNY DYAH A
050112a011
FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN,
2017
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
Ungaran, 12 Februari 2017
Pembimbing Utama
Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.kes
NIDN. 0610066102
UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L.) PADA
TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley
Jatmiko Susilo, Richa Yuswantina, Benny Dyah A
ABSTRAK
Latar Belakang: Ledakan jumlah penduduk akan menimbulkan permasalahan. Salah satu
tanaman yang diharapkan sebagai kontrasepsi tradisional adalah ceplukan (Physalis angulata
L.). Daun ceplukan mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin
yang diduga mempengaruhi kualitas spermatozoa. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek pemberian ekstrak daun ceplukan sebagai antifertilitas. Metode: Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kali ulangan. Perlakuan yang
digunakan adalah ekstrak daun ceplukan dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan
400 mg/kg BB. Sampel terdiri dari 24 ekor tikus galur Sprague dawley diberikan selama 14
hari. Hasil dianalisis menggunakan one way Anova dan dilanjutkan dengan uji LSD. Secara
statistik penurunan kualitas sperma dari kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok
kontrol. Secara statistik penurunan kualitas sperma berpengaruh nyata (p<0,05) antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada penelitian ini menunjukkan penurunan
motilitas tertinggi pada dosis 400 mg/kg BB. Berdasarkan hasil pengamatan pemberian
ekstrak daun ceplukan mampu menurunkan viabilitas dan morfologi spermatozoa dengan
hasil yang signifikan (p<0,05). Tingkatan dosis mempengaruhi tingkat penurunan kualitas
spermatozoa. Kesimpulan: Pemberian dosis 400 mg/kg BB secara nyata mempengaruhi
kualitas spermatozoa.
Kata Kunci : Daun Ceplukan (Physalis angulata L.), Tikus Putih Jantan galur Sprague
dawley, Kualitas Spermatozoa Tikus Jantan.
3
ANTIFERTILITY TEST OF CEPLUKAN LEAF (Physalis angulata L.) ON
MALE RATS (Rattus norvegicus) WITH Sprague dawley STRAIN
Jatmiko Susilo, Richa Yuswantina, Benny Dyah A
ABSTRACT
Background: The population explosion will cause problems. One of the plants
that is expected as a traditional contraceptive is ceplukan (Physalis angulata L.).
Ceplukan leaves contain active compounds such as alkaloids, flavonoids,
saponins, and tanin suspected to affect the quality of spermatozoa. Objective:
This study aimed to determine the effect of extracted ceplukan leaves as
antifertility. Methods: This study used Completely Randomized Design (CRD)
with six replications. The treatment used extracted ceplukan leaves 100 mg/kg,
200 mg/kg and 400 mg/kg. The samples consisted of 24 male rats with Sprague
dawley strain given the treatment for 14 days. The results were analyzed by using
one way ANOVA and continued with LSD. Statistically sperm quality decreased
(p<0,05) between the control group and treatment group. This study showed a
decrease in motility of the highest dose of 400 mg/kg. Based on observations
extracted ceplukan leaves could lower sperm viability and morphology with
significant results (p<0,05). Dose increase affected the rate of decline in the
quality of spermatozoa. Conclusion: dosing of 400 mg/kg significantly affects the
quality of spermatozoa.
Keywords
: Ceplukan Leaves (Physalis angulata L.), Male Rats with
Strain Sprague dawley, The Quality Of Spermatozoa of Male Rat.
4
PENDAHULUAN
Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan suatu permasalahan
yang mengalami perkembangan komplekitas disetiap tahunnya, terlebih
mengenai permasalahan yang mengacu pada aspek pengendalian kuantitas
penduduk. Berbagai usaha telah dilakukan oleh para peneliti anti fertilitas
untuk menemukan obat yang tepat dalam mengatasi masalah Keluarga
Berencana. Kurangnya partisipasi pria dalam melaksanakan program tersebut
dirangka masih kurang, disamping itu bahwa kenyataan kontrasepsi modern
banyak mengakibatkan efek samping.
Salah satu tanaman yang diharapkan dapat digunakan sebagai alat
kontrasepsi tradisional pria adalah daun tanaman ceplukan (Physalis angulata
L.). Ceplukan merupakan salah satu jenis tanaman obat tradisional yang
digunakan sebagai obat kencing manis, hipertensi, obat untuk nyeri-nyeri dan
batuk.Hasil penelitian lain melaporkan bahwa uji fitokimia daun ceplukan
positif mengandung flavonoid, alkaloid, steroid/triterpenoid, antarkuinon, dan
terpenoid (Rohyani et al., 2015). Selain itu penelitian lain menyatakan bahwa
daun dan batang ceplukan mengandung saponin, flavonoid, dan juga polifenol
(DepKes RI, 1994).
Kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman ceplukan (Physalis
angulata ) lainnya seperti alkaloid, flavonoid tanin juga mempunyai aktivitas
biologis yang dapat mempengaruhi sistem tubuh. Diantaranya yaitu alkaloid
dapat menghambat proses spermatogenesis dan menurunkan kualitas
spermatozoa yang dihasilkan (Kaspul, 2007). Senyawa flavonoid memiliki
aktivitas antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker (Miller
AL, 2006). Senyawa tanin mampu menyebabkan terjadinya abnormalitas
morfologi spermatozoa maupun viabilitas spermatozoa (Sari, 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari
pemberian ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L.) sebagai antiferttilitas.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat : Alat yang digunakan untuk ekstrak reaksi yang berupa timbangan,
kertas saring, waterbath, pengaduk, alat-alat gelas; alat untuk penelitian
berupa untuk pembedahan hewan uji berupa dissecting kit; untuk pemberian
perlakuan berupa disponsible syringe ukuran 1,0 ml yang ujungnya dipasang
kanul; dan timbangan hewan; untuk pembuatan suspensi berupa cawan petri,
pipet: untuk pengamatan jumlah sperma berupa cawan petri, pipet
tetes,Hemostomete Improved Neubauer Hand Counter, gelas penutup,dan
gelas objek; untuk pengamatan dan dokumentasi menggunakan mikroskop
cahaya dan kamera foto mikroskopi; untuk skrining fitokimia berupa
penangas air, labu ukur, pengaduk, pipet tetes, gelas ukur, dan tabung reaksi.
5
Bahan : Hewan uji berupa tikus putih jantan galur sprague dawley sehat
berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-200 g dan fertil yang berjumlah 24
ekor; Bahan untuk ekstraksi berupa daun ceplukan (Physalis angulata L.),
etanol 70 %; Bahan untuk penelitian berupa daun ceplukan, aquadest,
kloroform, CMC Na 0,5%, garam fisiologi/ NaCl 0,9 % dan pewarna giemsa;
Bahan untuk skrining fitokimia berupa ekstrak daun ceplukan, aquadest, HCl,
H2SO4pekat, FeCl3 1% dan pereaksi Liebermen-Buchard.
Determinasi Tanaman
Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biositematika Fakultas
MIPA jurusan Biologi Universitas Diponegoro untuk mengetahui kebenaran
dari daun ceplukan.
Pembuatan Ekstrak
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 300 gram kemudian diekstraksi
dilakukan dengan cara maserasi. Pelarut yang digunakan pada ekstraksi adalah
etanol 70% sebanyak 2250 ml, maserasi dilakukan selama 5 hari. Setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama dilakukan remaserasi. Remaserasi
menggunakan etanol sebanyak 750ml dilakukan selama 2 hari. Maserat I dan
II dikumpulkan selanjutnya diuapkan di waterbath pada suhu 50 C hingga
diperoleh ekstrak pekat daun ceplukan.
Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Ceplukan
1. Identifikasi Golongan Alkaloid
5 ml sampel ditambah 2 ml HCl,kemudian reagen Dragendorff ditambahkan.
Warna orange/merah pada prespitat menunjukkan positif alkaloid.
2. Identifikasi Golongan Flavonoid
1ml sampel dimasukkan ke tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes
H2SO4 pekat. Terbentuknya warna kuning menunjukkan adanya flavonoid.
3. Identifikasi Golongan Tanin
0,1 g sampel ditambahkan 5 ml aquadest dididihkan selama beberapa menit,
kemudian disaring dan filtratnya ditambah FeCl3 1%. Warna biru tua/hitam
kehijauan yang terbentuk menandakan adanya senyawa tanin.
4. Identifikasi Golongan Saponin
Dibuat 10ml ekstrak daun ceplukan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 10 ml air, tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik
dan biarkan selama 30 menit. Apabila busa/buih yang terjadi lebih besar 3cm
dari permukaan larutan berarti daun ceplukan mengandung positif saponin.
5. Identifikasi Golongan Triterpenoid
Digunakan pereaksi Libermen-Buchard, adanya steroid menunjukkan warna
biru-kehijauan.
6
Persiapan Hewan Uji
Hewan uji berupa 24 ekor tikus jantan galur Sprague dawley berusia 2-3 bulan
dengan berat badan 180-200 gram. Tikus diaklimatisasi selama 1 minggu agar
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Pemberian Ekstrak Daun Ceplukan Pada Tikus Putih Jantan
Dosis ini mengacu pada pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astri
(2015) menunjukkan bahwa ekstrak daun sambiloto dengan dosis 100 mg/kg
BB, 200 mg/kg BB, 400mg/kg BB berpotensi sebagai agen antifertilitas dan
pemberian 1 kali sehari. Pemberian perlakuan hewan uji seperti yang tertera
pada Tabel 1 diberikan selama 14 hari berturut-turut secara oral dosis tunggal.
Kelompok Perlakuan
Sediaan yang diberikan
Kontrol Negatif
Dosis 100 mg
Dosis 200 mg
Dosis 400 mg
Aquadest
Ekstrak daun ceplukan dosis 100mg/kg BB
Ekstrak daun ceplukan dosis 200mg/kg BB
Ekstrak daun ceplukan dosis 400mg/kg BB
Pembuatan Sediaan, Pengamatan dan Pemotretan
1. Pembuatan Suspensi
Pembuatan suspensi sperma dari epididimis dipotong dan diambil
bagian kaudanya, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah
berisi larutan NaCl 0.9% sebanyak 1ml. Untuk mengeluarkan sperma yang
ada di dalam cauda epidimis dengan menggunakan pipet, suspensi diaduk
dengan disedot dan disemprotkan secara berulang (Wintaryati, 2003).
2. Pengamaatan Morfologi (Jumlah Sperma Normal)
Pengamatan morfologi dilakukan dengan membuat preparat basah.
Satu tetes suspensi semen diletakkan pada gelas objek, kemudian diberikan
satu tetes giemsa sebagai pewarna dan ditutup dengan gelas penutup lalu
dikering anginkan. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan
pembesaran 1000x. Jumlah sperma normal dinyatakan dalam persen dan
dihitung dari 100 ekor sperma (Herlina et al, 2008).
3. Pengamatan Viabilitas
Satu tetes suspensi semen diletakkan pada gelas objek, kemudian
ditambahkan satu tetes giemsa setelah 1-2 menit preparat diamati dibawah
mikroskop pembesaran 400x. Sperma hidup dihitung 100 ekor sperma
dinyatakan persen (Herlina et al, 2008). Sperma tidak terwarnai adalah
sperma yang viabel (hidup), sedangkan terwarnai adalah sperma yang non
viabel (mati) (Arsyad dan Hayati, 1994) dalam Wintaryati, 2003: 14).
4. Pengamatan Motilitas
Menurut Moeloek (2006), motilitas sperma ditentukan secara subjektif
berdasarkan pergerakan sperma. Pengamatan motilitas sperma dilakukan
7
dengan menggunakan larutan garam fisiologis 0,9 % sebagai pengencer.
Jumlah sperma yang motil dihitung atas dasar beberapa kategori :
Kelas A
= Sperma yang bergerak ke depan dengan kecepatan sedang,
atau bergerak zig-zag dan berputar-putar (progressive)
Kelas B
= Sperma yang bergerak sangat lambat (non progressive)
Kelas C
= Sperma yang tidak bergerak sama sekali(immotil)
Sperma dengan pergerakan normal apabila kelas A (progressive) > 32
% atau kelas B (nonprogressive) + C (immotil) > 40% (WHO, 2010).
Pengamatan motilitas dilakukan terhadap 100 sperma untuk tiap ekor tikus
putih jantan dan hasilnya dinyatakan persentase (Soeharno, 1987: 119).
Analisa Data
Dianalisis dengan statistik parametrik dengan menggunakan Analisis Varian
satu jalan (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95%.
HASIL PENELITIAN
Determinasi Daun Ceplukan (Physalis angulata L.)
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang. Kunci
determinasi :
1b 2B 3b 4b 6b 7b 9b 10b 11b 12b 13b 14a 15a (Golongan 8. Tanaman
dengan daun tunggal dan tersebar) 109b 119b 120b 128b 129b 135b 136b
139b 140b 142b 143b 146b 146a 147a 148a 149b Fam 111. Solanaceae-1b 3b
5a Genus Physalis-Specis: Physalis angulata L. (Steenis, 1992).
Identifikasi Senyawa Ekstrak Daun Ceplukan
Tabel 2 Hasil Uji Identifikasi Senyawa Aktif Daun Ceplukan
No. Senyawa uji daun ceplukan
Hasil
Keterangan
1. 1mL sampel ditambah 3 tetes
Terbentuknya
H2SO4 pekat
warna kuning
2. 0,1g sampel ditambah 5 ml
Terbentuknya
aquadest dididihkan disaring,
warna biru
filtratnya ditambah FeCl3 1%
tua/ hitam kehijauan
3. 0,1 g ekstrak di masukkan tabung Terbentuknya
reaksi +aquadest, dipanaskan 2-3 busa stabil
menit setelah dingin kocok kuat
4. 5ml ekstrak ditambah 2ml HCl Terbentuknya
tambah reagen dragendorff
warna oranye/merah
5. 0,1 g ekstrak ditambah pereaksi tidak ada warna
Liebermen – Buchard
merah muda/ungu
+ flavonoid
+ tanin
+ saponin
+ alkaloid
- triterpenoid
8
1. Morfologi Spermatozoa
Tabel 3 Hasil Morfologi Spermatozoa
No.
Kelompok perlakuan
morfologi sperma(%)
Normal (mean SD) Abnormal(mean SD)
1.
2.
3.
4.
Kontrol Negatif
Dosis 100mg/Kg BB
Dosis 200mg/Kg BB
Dosis 400mg/Kg BB
85,8
64,0
40,3
28,2
4,4
5,9
5,9
8,6
14,2
36,0
59,7
71,8
4,4
5,9
5,9
8,6
a. Uji Normalitas
Tabel 4 Uji Normalitas Saphiro Wilk
Kelompok Perlakuan
Morfologi
p-value
Kesimpulan
Kontrol Negatif
0,854
Normal
Dosis 100 mg
0,127
Normal
Dosis 200 mg
0,922
Normal
Dosis 400 mg
0,477
Normal
b. Uji Homogenitas
Tabel 5 Uji Homogenitas Varian
Variabel
Levene Statistic Df1
Df2 p-value
Morfologi
1,485
3
20
0,249
c. Uji ANOVA
Tabel 6 Perbedaan Efek Keempat Perlakuan terhadap Morfologi sperma
Variabel dependen
F hitung
p-value
Morfologi
96,498
0,000
d. Uji Post Hoc test
Tabel 7 Uji Post Hoc
Pasangan Perlakuan
p-value
Kesimpulan
Kontrol Negatif vs Dosis 100 mg
0,000
Berbeda signifikan
Kontrol Negatif vs Dosis 200 mg
0,000
Berbeda signifikan
Kontrol Negatif vs Dosis 400 mg
0,000
Berbeda signifikan
Dosis 100 mg vs Dosis 200 mg
0,000
Berbeda signifikan
Dosis 100 mg vs Dosis 400 mg
0,000
Berbeda signifikan
Dosis 200 mg vs Dosis 400 mg
0,004
Berbeda signifikan
9
2. Viabilitas Spermatozoa
Tabel 8 Hasil Viabilitas spermatozoa
No.
Kelompok perlakuan
Viabilitas sperma(%)
Hidup (mean SD) Mat(mean SD)
1. Kontrol Negatif
92,7 5,5
7,3 5,5
2. Dosis 100mg/Kg BB
39,7 9,9
60,3 9,9
3. Dosis 200mg/Kg BB
19,2 6,4
80,8 6,4
4. Dosis 400mg/Kg BB
9,0 7,8
91,0 7,8
a. Uji Normalitas
Tabel 9 Uji Normalitas Saphiro Wilk
Kelompok Perlakuan
Viabilitas
p-value
Kesimpulan
Kontrol Negatif
0,988
Normal
Dosis 100 mg
0,459
Normal
Dosis 200 mg
0,975
Normal
Dosis 400 mg
0,278
Normal
b. Uji Homogenitas
Tabel 10 Uji Homogenitas Varian
Variabel
Levene Statistic Df1
Df2 p-value
Viabilitas
1,187
3
20
0,340
c. Uji ANOVA
Tabel 11 Perbedaan Efek dari Keempat Perlakuan terhadap Viabilitas
Variabel dependen
Viabilitas
d. Uji Pos Hoc Test
Tabel 12 Uji Post Hoc
Pasangan Perlakuan
Kontrol Negatif vs Dosis 100 mg
Kontrol Negatif vs Dosis 200 mg
Kontrol Negatif vs Dosis 400 mg
Dosis 100 mg vs Dosis 200 mg
Dosis 100 mg vs Dosis 400 mg
Dosis 200 mg vs Dosis 400 mg
F hitung
144,564
p-value
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,031
p-value
0,000
Kesimpulan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
3. Motilitas Spermatozoa
Tabel 13 Rata-rata kemampuan motilitas spermatozoa
10
No.
Kelompok
motilitas spermatozoa (%)
Kelas A
Kelas B
Kelas C
1. Kontrol Negatif
46,67 7,41 38,89 9,87 14,44 9,88
2. Dosis 100mg/Kg BB
34,45 17,28 36,67 25,92 29,45 27,41
3. Dosis 200mg/Kg BB
29,45 26,28 45 28,72
29,45 14,67
4. Dosis 400mg/Kg BB
15,83 9,04 38,89 20,97 45,28 37,41
Keterangan :
Kelas A
: Progressive
Kelas B
: Non Progressive
Kelas C
: Immotile
Batas minimal total motilitas sperma 40% jika kelas A+B, atau kelas A 32%.
60
40
kelas A
20
kelas B
0
kelas C
kontrol
dosis
100mg/kgBB
dosis
200mg/kgBB
dosis
400mg/kgBB
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan kelompok kontrol yaitu pemberian
aquadest sebagai pembanding pada perlakuan dengan ekstrak daun ceplukan
terhadap kualitas spermatozoa tikus, sedangkan kelompok dosis ekstrak daun
ceplukan untuk mengetahui pada dosis berapa ekstrak daun ceplukan dapat
menurunkan kualitas spermatozoa. Pengamatan kualitas spermatozoa dalam
penelitian ini dilakukan secara mikroskopis dengan menggunakan 3 parameter
diantaranya adalah morfologi, viabilitas dan motilitas. Spermatozoa yang
diamati diambil dari bagian cauda epididimis bagian kiri. Cauda epididimis
yang telah diambil spermanya dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah
berisi larutan NaCl 0,9%. Tujuan diberikan larutan NaCl pada sperma tikus
yaitu larutan ini dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa diluar tubuh
tikus (Nilna, 2010). Pemeriksaan kualitas spermatozoa yang pertama adalah
a. Morfologi
Ekstrak daun ceplukan dosis 400mg/kg BB memiliki efek yang paling
tinggi terhadap morfologi sperma dibanding dengan perlakuan-perlakuan
lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 dari hasil rata-rata morfologi sperma
yang abnormal paling tinggi yaitu pada kelompok dosis 400mg/kg BB sebesar
71,8 ± 8,6. Menurut WHO (2010), batas minimal morfologi spermatozoa
dikatakan fertil jika sperma yang normal >40%. Hasil morfologi spermatozoa
11
hidup pada ketiga dosis menunjukkan nilai < 40%, sedangkan pada kelompok
kontrol negatif menunjukkan nilai>40. Peningkatan abnormalitas spermatozoa
akibat pemberian ekstrak daun ceplukan yang disebabkan oleh saponin dan
alkaloid yang dapat menekan sekresi hormon reproduksi yang diperlukan
untuk proses spermatogenesis. Abnormalitas primer spermatozoa dari hasil
penelitian ini diantaranya adalah spermatozoa tanpa ekor atau spermatozoa
tanpa kepala, satu kepala spermatozoa dengan dua ekor kepala spermatozoa
dengan satu ekor, ekor yang bengkok atau patah, bagian tengah menebal.
Abnormalitas sekunder yang ditemukan ialah ekor melingkar.
Abnormalitas spermatozoa primer disebabkan oleh penurunan kadar
testosteron akibat alkaloid dan saponin. Penurunan tersebut menghambat
pembentukan protein α-tubulin sebagai komponen dasar mikrotubuli dan
mikrofilamen yang penting dalam proses spermatogenesis. Abnormalitas
sekunder disebabkan gangguan proses pematangan spermatozoa di epididimis.
b. Viabilitas
Menurut WHO (2010), batas minimal viabilitas spermatozoa dikatakan
fertil jika spermatozoa yang hidup 58%. Hasil viabilitas spermatozoa terendah
pada kelompok dosis 400mg/kg BB yaitu 9%, sedangkan viabilitas tertinggi
pada kelompok kontrol negatif yaitu 92,7% dapat dilihat pada tabel 8. Hidup
dan mati spermatozoa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pertama, tingkat
permeabilitas membran dan kedua proses menuju kapasitas – reaksi akrosom.
Keduanya berlangsung secara berurutan dari terjadinya kapasitas yang
ditandai dengan perubahan–perubahan dalam adenylate cyclase, perubahan
pada metabolisme serta perubahan ion–ion intraseluler yang menyebabkan
hilangnya kendali penjagaan gradient ion Na+ / K+ disepanjang selaput plasma
spermatozoa sehingga arus masuk besar-besaran dari Ca ++ ekstraseluler.
c. Motilitas
Tabel menunjukkan persentase spermatozoa yang motilitasnya baik
cenderung mengalami penurunan dengan meningkatnya dosis ekstrak daun
ceplukan, artinya ekstrak daun ceplukan dapat menyebabkan spermatozoa
menjadi immotil. Rata-rata spermatozoa immotilpaling banyak ditemukan
pada kelompok dosis 400mg/kg BB. Menurut WHO (2010), batas minimal
motilitas spermatozoa dikatakn progressive 32%. Hasil motilitas spermatozoa
dari ketiga dosis menunjukkan nilai < 32%, tetapi pada kelompok kontrol
negatif menunjukkan nilai > 32% yaitu 46,67%. Jadi dapat dikatakan bahwa
motilitas spermatozoa pada kelompok yang diberi perlakuan menunjukkan
terjadinya penurunan.
Efek flavonoid dapat menurunkan kadar LH sehingga mengganggu
kerja sel Leydig untuk menghasilkan testosteron. Penurunan kadar
terstosteron mengakibatkan terjadinya ganguan proses maturasi spermatozoa
dalam epididimis terutama gangguan dalam proses glikolisis ini yang akan
menghasilkan energi dalam proses pergerakan. Jika proses tersebut terganggu
12
maka motilitas sperma dan daya hidup hidup sperma juga akan terganggu
akibatnya sperma akan mati.
Spermatozoa yang tidak bergerak ini belum tentu mati. Immotilitas
spermatozoa ini dapat saja terjadi karena spermatozoa tidak memiliki energi
yang cukup. Untuk mengetahui spermatozoa yang tidak bergerak ini masih
hidup atau sudah mati, dilakukan pengecatan. Penurunan viabilitas dan
motilitas spermatozoa ini kemungkinan disebabkan adanya senyawa yang ada
dalam daun ceplukan yang dapat menurunkan motilitas spermatozoa yaitu
tanin. Tanin yang bersifat astringent sehingga dapat berpengaruh terhadap
permeabilitas membran, karena dapat menyebabkan pengerutan membran sel
(Merck indeks, 1983). Zat tanin yang terkandung didalam ekstrak daun
ceplukan dapat menyebabkan transportasi zat makanan atau nutrisi melalui
membran terganggu. Jeyendran et al (1984) menyatakan, bahwa permeabilitas
spermatozoa berkaitan erat dengan motilitas spermatozoa. Selain itu, apabila
transport nutrisi terganggu, spermatozoa juga akan kekurangan energi.
Kemungkinan lain disebabkan zat alkaloid yang terkandung dalam ekstrak
daun ceplukan yang dapat mengganggu aktivitas enzim ATP-ase yang berada
dalam membran sel spermatozoa. Enzim ATP-ase berada dibagian tengah
ekor (middle piece) spermatozoa dan berfungsi mempertahankan homeostatis
internal untuk ion Na dan K. Disamping itu motilitas spermatozoa sangat
tergantung pada komposisi kalium dan natrium (Grady dan Nelson, 1976).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L.) mempunyai efek sebagai
antifertilitas berdasarkan kualitas (morfologi, viabilitas, motilitas)
spermatozoa pada tikus putih jantan galur Sprague dawley.
2. Pemberian dosis 400mg/kg BB yang paling tinggi mempengaruhi
kualitas spermatozoa.
A. SARAN
Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut terkait tanaman yang
digunakan apakah menimbulkan efek toksik pada organ lainnya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada para dosen pembimbing dan staf dosen
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO yang telah memberi bimbingan dan
meluangkan waktunya serta teman-teman yang telah memberi dukungan.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. DepKes RI. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 179.
2. Herlina, T., Julaeha, E., Supratman, U., Subarnas, A., Sutardjo, S. (2008).
Potensi Tumbuhan Erythrina (Leguminosae) Sebagai Antifertilitas. Jurnal
Kedokteran Maranatha Vol. 7 (2). Feb 2008: 110-114.
3. Jeyendran RS., dan Zaneveld LJD.1986. Instruction for Hypoosmatic
Swelling (HOS) Test. Short Course: Reproduction/Andrology and non
hormonal contraception. Chicago
4. Kaspul. 2007. Kadar Testosteron Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)
Setelah Mengkonsumsi Buah Terung Tukak (Solanum torvum Sw). Jurnal
Bioscientiae. 4 (1) : 1-8.
5. Merck Index. 1985. An Ancyciopedia of Chemical and Drugs.9th Ed. New
Yersey.
6. Mesang-nalley, M., Arifiantini, I. 2007. Viabilitas spermatozoa rusa timor
(cervus timorensis) di dalam pengencer tris kuning telur dengan sumber
karbohidrat berbeda yang disimpan pada suhu ruang. Retrieved from
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (JITV), Vol. 12(4) (2007).
http://peternakan.litbang.Deptan,go.id/?q=node/36.
7. Miller AL. Antioxidant flavonoids: structure. function and clinical usage.
http://www.thorne.com/altmedrev/fulltext/flavonoid1-2.html: 1996
8. Moeloek, N. (2006) Analisis Semen Manusia. Retrieved from Cermin
Dunia
Kedokteran
No.
30.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_AnalisisSemenManusia.pdf_Ana
lisisSemenManusia.pdf
9. Rohyani, S., Aryanti E., Suripto., 2015. Kandungan Fitokimia Beberapa
Jenis Tumbuhan Lokal yang Sering Dimanfaatkan sebagai Bahan Baku
Obat di Pulau Lombok. Pros sem nas masy bodiv indonesia. 1(2): 389.
10. Sari, I. P., Rahayu S., Rizal, D. M. 2013. Infusa daun pacing (Costus
speciosus (koen.) J.e. SMITH) sebagai Penghambat jumlah dan kualitas
spermatozoa pada mencit jantan Balb/c. Traditional Medicine Journal,
Vol 18(1).
11. Wintaryati, VA. 2003. Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.)
terhadap Organ Reproduksi dan Kualitas Sepermatozoa Mencit (Mus
muculus) Balb/c Jantan. Skripsi. Fakultas MIPA Universitas Jember.
14
Download