UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley ARTIKEL Oleh : BENNY DYAH A 050112a011 FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 HALAMAN PENGESAHAN Artikel berjudul : UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley Disusun oleh: BENNY DYAH A 050112a011 FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN, 2017 Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Ungaran, 12 Februari 2017 Pembimbing Utama Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.kes NIDN. 0610066102 UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley Jatmiko Susilo, Richa Yuswantina, Benny Dyah A ABSTRAK Latar Belakang: Ledakan jumlah penduduk akan menimbulkan permasalahan. Salah satu tanaman yang diharapkan sebagai kontrasepsi tradisional adalah ceplukan (Physalis angulata L.). Daun ceplukan mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin yang diduga mempengaruhi kualitas spermatozoa. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun ceplukan sebagai antifertilitas. Metode: Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah ekstrak daun ceplukan dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB. Sampel terdiri dari 24 ekor tikus galur Sprague dawley diberikan selama 14 hari. Hasil dianalisis menggunakan one way Anova dan dilanjutkan dengan uji LSD. Secara statistik penurunan kualitas sperma dari kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok kontrol. Secara statistik penurunan kualitas sperma berpengaruh nyata (p<0,05) antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada penelitian ini menunjukkan penurunan motilitas tertinggi pada dosis 400 mg/kg BB. Berdasarkan hasil pengamatan pemberian ekstrak daun ceplukan mampu menurunkan viabilitas dan morfologi spermatozoa dengan hasil yang signifikan (p<0,05). Tingkatan dosis mempengaruhi tingkat penurunan kualitas spermatozoa. Kesimpulan: Pemberian dosis 400 mg/kg BB secara nyata mempengaruhi kualitas spermatozoa. Kata Kunci : Daun Ceplukan (Physalis angulata L.), Tikus Putih Jantan galur Sprague dawley, Kualitas Spermatozoa Tikus Jantan. 3 ANTIFERTILITY TEST OF CEPLUKAN LEAF (Physalis angulata L.) ON MALE RATS (Rattus norvegicus) WITH Sprague dawley STRAIN Jatmiko Susilo, Richa Yuswantina, Benny Dyah A ABSTRACT Background: The population explosion will cause problems. One of the plants that is expected as a traditional contraceptive is ceplukan (Physalis angulata L.). Ceplukan leaves contain active compounds such as alkaloids, flavonoids, saponins, and tanin suspected to affect the quality of spermatozoa. Objective: This study aimed to determine the effect of extracted ceplukan leaves as antifertility. Methods: This study used Completely Randomized Design (CRD) with six replications. The treatment used extracted ceplukan leaves 100 mg/kg, 200 mg/kg and 400 mg/kg. The samples consisted of 24 male rats with Sprague dawley strain given the treatment for 14 days. The results were analyzed by using one way ANOVA and continued with LSD. Statistically sperm quality decreased (p<0,05) between the control group and treatment group. This study showed a decrease in motility of the highest dose of 400 mg/kg. Based on observations extracted ceplukan leaves could lower sperm viability and morphology with significant results (p<0,05). Dose increase affected the rate of decline in the quality of spermatozoa. Conclusion: dosing of 400 mg/kg significantly affects the quality of spermatozoa. Keywords : Ceplukan Leaves (Physalis angulata L.), Male Rats with Strain Sprague dawley, The Quality Of Spermatozoa of Male Rat. 4 PENDAHULUAN Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan suatu permasalahan yang mengalami perkembangan komplekitas disetiap tahunnya, terlebih mengenai permasalahan yang mengacu pada aspek pengendalian kuantitas penduduk. Berbagai usaha telah dilakukan oleh para peneliti anti fertilitas untuk menemukan obat yang tepat dalam mengatasi masalah Keluarga Berencana. Kurangnya partisipasi pria dalam melaksanakan program tersebut dirangka masih kurang, disamping itu bahwa kenyataan kontrasepsi modern banyak mengakibatkan efek samping. Salah satu tanaman yang diharapkan dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi tradisional pria adalah daun tanaman ceplukan (Physalis angulata L.). Ceplukan merupakan salah satu jenis tanaman obat tradisional yang digunakan sebagai obat kencing manis, hipertensi, obat untuk nyeri-nyeri dan batuk.Hasil penelitian lain melaporkan bahwa uji fitokimia daun ceplukan positif mengandung flavonoid, alkaloid, steroid/triterpenoid, antarkuinon, dan terpenoid (Rohyani et al., 2015). Selain itu penelitian lain menyatakan bahwa daun dan batang ceplukan mengandung saponin, flavonoid, dan juga polifenol (DepKes RI, 1994). Kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman ceplukan (Physalis angulata ) lainnya seperti alkaloid, flavonoid tanin juga mempunyai aktivitas biologis yang dapat mempengaruhi sistem tubuh. Diantaranya yaitu alkaloid dapat menghambat proses spermatogenesis dan menurunkan kualitas spermatozoa yang dihasilkan (Kaspul, 2007). Senyawa flavonoid memiliki aktivitas antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker (Miller AL, 2006). Senyawa tanin mampu menyebabkan terjadinya abnormalitas morfologi spermatozoa maupun viabilitas spermatozoa (Sari, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari pemberian ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L.) sebagai antiferttilitas. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat : Alat yang digunakan untuk ekstrak reaksi yang berupa timbangan, kertas saring, waterbath, pengaduk, alat-alat gelas; alat untuk penelitian berupa untuk pembedahan hewan uji berupa dissecting kit; untuk pemberian perlakuan berupa disponsible syringe ukuran 1,0 ml yang ujungnya dipasang kanul; dan timbangan hewan; untuk pembuatan suspensi berupa cawan petri, pipet: untuk pengamatan jumlah sperma berupa cawan petri, pipet tetes,Hemostomete Improved Neubauer Hand Counter, gelas penutup,dan gelas objek; untuk pengamatan dan dokumentasi menggunakan mikroskop cahaya dan kamera foto mikroskopi; untuk skrining fitokimia berupa penangas air, labu ukur, pengaduk, pipet tetes, gelas ukur, dan tabung reaksi. 5 Bahan : Hewan uji berupa tikus putih jantan galur sprague dawley sehat berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-200 g dan fertil yang berjumlah 24 ekor; Bahan untuk ekstraksi berupa daun ceplukan (Physalis angulata L.), etanol 70 %; Bahan untuk penelitian berupa daun ceplukan, aquadest, kloroform, CMC Na 0,5%, garam fisiologi/ NaCl 0,9 % dan pewarna giemsa; Bahan untuk skrining fitokimia berupa ekstrak daun ceplukan, aquadest, HCl, H2SO4pekat, FeCl3 1% dan pereaksi Liebermen-Buchard. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biositematika Fakultas MIPA jurusan Biologi Universitas Diponegoro untuk mengetahui kebenaran dari daun ceplukan. Pembuatan Ekstrak Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 300 gram kemudian diekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Pelarut yang digunakan pada ekstraksi adalah etanol 70% sebanyak 2250 ml, maserasi dilakukan selama 5 hari. Setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dilakukan remaserasi. Remaserasi menggunakan etanol sebanyak 750ml dilakukan selama 2 hari. Maserat I dan II dikumpulkan selanjutnya diuapkan di waterbath pada suhu 50 C hingga diperoleh ekstrak pekat daun ceplukan. Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Ceplukan 1. Identifikasi Golongan Alkaloid 5 ml sampel ditambah 2 ml HCl,kemudian reagen Dragendorff ditambahkan. Warna orange/merah pada prespitat menunjukkan positif alkaloid. 2. Identifikasi Golongan Flavonoid 1ml sampel dimasukkan ke tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Terbentuknya warna kuning menunjukkan adanya flavonoid. 3. Identifikasi Golongan Tanin 0,1 g sampel ditambahkan 5 ml aquadest dididihkan selama beberapa menit, kemudian disaring dan filtratnya ditambah FeCl3 1%. Warna biru tua/hitam kehijauan yang terbentuk menandakan adanya senyawa tanin. 4. Identifikasi Golongan Saponin Dibuat 10ml ekstrak daun ceplukan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml air, tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik dan biarkan selama 30 menit. Apabila busa/buih yang terjadi lebih besar 3cm dari permukaan larutan berarti daun ceplukan mengandung positif saponin. 5. Identifikasi Golongan Triterpenoid Digunakan pereaksi Libermen-Buchard, adanya steroid menunjukkan warna biru-kehijauan. 6 Persiapan Hewan Uji Hewan uji berupa 24 ekor tikus jantan galur Sprague dawley berusia 2-3 bulan dengan berat badan 180-200 gram. Tikus diaklimatisasi selama 1 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Pemberian Ekstrak Daun Ceplukan Pada Tikus Putih Jantan Dosis ini mengacu pada pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astri (2015) menunjukkan bahwa ekstrak daun sambiloto dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400mg/kg BB berpotensi sebagai agen antifertilitas dan pemberian 1 kali sehari. Pemberian perlakuan hewan uji seperti yang tertera pada Tabel 1 diberikan selama 14 hari berturut-turut secara oral dosis tunggal. Kelompok Perlakuan Sediaan yang diberikan Kontrol Negatif Dosis 100 mg Dosis 200 mg Dosis 400 mg Aquadest Ekstrak daun ceplukan dosis 100mg/kg BB Ekstrak daun ceplukan dosis 200mg/kg BB Ekstrak daun ceplukan dosis 400mg/kg BB Pembuatan Sediaan, Pengamatan dan Pemotretan 1. Pembuatan Suspensi Pembuatan suspensi sperma dari epididimis dipotong dan diambil bagian kaudanya, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi larutan NaCl 0.9% sebanyak 1ml. Untuk mengeluarkan sperma yang ada di dalam cauda epidimis dengan menggunakan pipet, suspensi diaduk dengan disedot dan disemprotkan secara berulang (Wintaryati, 2003). 2. Pengamaatan Morfologi (Jumlah Sperma Normal) Pengamatan morfologi dilakukan dengan membuat preparat basah. Satu tetes suspensi semen diletakkan pada gelas objek, kemudian diberikan satu tetes giemsa sebagai pewarna dan ditutup dengan gelas penutup lalu dikering anginkan. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x. Jumlah sperma normal dinyatakan dalam persen dan dihitung dari 100 ekor sperma (Herlina et al, 2008). 3. Pengamatan Viabilitas Satu tetes suspensi semen diletakkan pada gelas objek, kemudian ditambahkan satu tetes giemsa setelah 1-2 menit preparat diamati dibawah mikroskop pembesaran 400x. Sperma hidup dihitung 100 ekor sperma dinyatakan persen (Herlina et al, 2008). Sperma tidak terwarnai adalah sperma yang viabel (hidup), sedangkan terwarnai adalah sperma yang non viabel (mati) (Arsyad dan Hayati, 1994) dalam Wintaryati, 2003: 14). 4. Pengamatan Motilitas Menurut Moeloek (2006), motilitas sperma ditentukan secara subjektif berdasarkan pergerakan sperma. Pengamatan motilitas sperma dilakukan 7 dengan menggunakan larutan garam fisiologis 0,9 % sebagai pengencer. Jumlah sperma yang motil dihitung atas dasar beberapa kategori : Kelas A = Sperma yang bergerak ke depan dengan kecepatan sedang, atau bergerak zig-zag dan berputar-putar (progressive) Kelas B = Sperma yang bergerak sangat lambat (non progressive) Kelas C = Sperma yang tidak bergerak sama sekali(immotil) Sperma dengan pergerakan normal apabila kelas A (progressive) > 32 % atau kelas B (nonprogressive) + C (immotil) > 40% (WHO, 2010). Pengamatan motilitas dilakukan terhadap 100 sperma untuk tiap ekor tikus putih jantan dan hasilnya dinyatakan persentase (Soeharno, 1987: 119). Analisa Data Dianalisis dengan statistik parametrik dengan menggunakan Analisis Varian satu jalan (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95%. HASIL PENELITIAN Determinasi Daun Ceplukan (Physalis angulata L.) Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang. Kunci determinasi : 1b 2B 3b 4b 6b 7b 9b 10b 11b 12b 13b 14a 15a (Golongan 8. Tanaman dengan daun tunggal dan tersebar) 109b 119b 120b 128b 129b 135b 136b 139b 140b 142b 143b 146b 146a 147a 148a 149b Fam 111. Solanaceae-1b 3b 5a Genus Physalis-Specis: Physalis angulata L. (Steenis, 1992). Identifikasi Senyawa Ekstrak Daun Ceplukan Tabel 2 Hasil Uji Identifikasi Senyawa Aktif Daun Ceplukan No. Senyawa uji daun ceplukan Hasil Keterangan 1. 1mL sampel ditambah 3 tetes Terbentuknya H2SO4 pekat warna kuning 2. 0,1g sampel ditambah 5 ml Terbentuknya aquadest dididihkan disaring, warna biru filtratnya ditambah FeCl3 1% tua/ hitam kehijauan 3. 0,1 g ekstrak di masukkan tabung Terbentuknya reaksi +aquadest, dipanaskan 2-3 busa stabil menit setelah dingin kocok kuat 4. 5ml ekstrak ditambah 2ml HCl Terbentuknya tambah reagen dragendorff warna oranye/merah 5. 0,1 g ekstrak ditambah pereaksi tidak ada warna Liebermen – Buchard merah muda/ungu + flavonoid + tanin + saponin + alkaloid - triterpenoid 8 1. Morfologi Spermatozoa Tabel 3 Hasil Morfologi Spermatozoa No. Kelompok perlakuan morfologi sperma(%) Normal (mean SD) Abnormal(mean SD) 1. 2. 3. 4. Kontrol Negatif Dosis 100mg/Kg BB Dosis 200mg/Kg BB Dosis 400mg/Kg BB 85,8 64,0 40,3 28,2 4,4 5,9 5,9 8,6 14,2 36,0 59,7 71,8 4,4 5,9 5,9 8,6 a. Uji Normalitas Tabel 4 Uji Normalitas Saphiro Wilk Kelompok Perlakuan Morfologi p-value Kesimpulan Kontrol Negatif 0,854 Normal Dosis 100 mg 0,127 Normal Dosis 200 mg 0,922 Normal Dosis 400 mg 0,477 Normal b. Uji Homogenitas Tabel 5 Uji Homogenitas Varian Variabel Levene Statistic Df1 Df2 p-value Morfologi 1,485 3 20 0,249 c. Uji ANOVA Tabel 6 Perbedaan Efek Keempat Perlakuan terhadap Morfologi sperma Variabel dependen F hitung p-value Morfologi 96,498 0,000 d. Uji Post Hoc test Tabel 7 Uji Post Hoc Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan Kontrol Negatif vs Dosis 100 mg 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Dosis 200 mg 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Dosis 400 mg 0,000 Berbeda signifikan Dosis 100 mg vs Dosis 200 mg 0,000 Berbeda signifikan Dosis 100 mg vs Dosis 400 mg 0,000 Berbeda signifikan Dosis 200 mg vs Dosis 400 mg 0,004 Berbeda signifikan 9 2. Viabilitas Spermatozoa Tabel 8 Hasil Viabilitas spermatozoa No. Kelompok perlakuan Viabilitas sperma(%) Hidup (mean SD) Mat(mean SD) 1. Kontrol Negatif 92,7 5,5 7,3 5,5 2. Dosis 100mg/Kg BB 39,7 9,9 60,3 9,9 3. Dosis 200mg/Kg BB 19,2 6,4 80,8 6,4 4. Dosis 400mg/Kg BB 9,0 7,8 91,0 7,8 a. Uji Normalitas Tabel 9 Uji Normalitas Saphiro Wilk Kelompok Perlakuan Viabilitas p-value Kesimpulan Kontrol Negatif 0,988 Normal Dosis 100 mg 0,459 Normal Dosis 200 mg 0,975 Normal Dosis 400 mg 0,278 Normal b. Uji Homogenitas Tabel 10 Uji Homogenitas Varian Variabel Levene Statistic Df1 Df2 p-value Viabilitas 1,187 3 20 0,340 c. Uji ANOVA Tabel 11 Perbedaan Efek dari Keempat Perlakuan terhadap Viabilitas Variabel dependen Viabilitas d. Uji Pos Hoc Test Tabel 12 Uji Post Hoc Pasangan Perlakuan Kontrol Negatif vs Dosis 100 mg Kontrol Negatif vs Dosis 200 mg Kontrol Negatif vs Dosis 400 mg Dosis 100 mg vs Dosis 200 mg Dosis 100 mg vs Dosis 400 mg Dosis 200 mg vs Dosis 400 mg F hitung 144,564 p-value 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,031 p-value 0,000 Kesimpulan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan 3. Motilitas Spermatozoa Tabel 13 Rata-rata kemampuan motilitas spermatozoa 10 No. Kelompok motilitas spermatozoa (%) Kelas A Kelas B Kelas C 1. Kontrol Negatif 46,67 7,41 38,89 9,87 14,44 9,88 2. Dosis 100mg/Kg BB 34,45 17,28 36,67 25,92 29,45 27,41 3. Dosis 200mg/Kg BB 29,45 26,28 45 28,72 29,45 14,67 4. Dosis 400mg/Kg BB 15,83 9,04 38,89 20,97 45,28 37,41 Keterangan : Kelas A : Progressive Kelas B : Non Progressive Kelas C : Immotile Batas minimal total motilitas sperma 40% jika kelas A+B, atau kelas A 32%. 60 40 kelas A 20 kelas B 0 kelas C kontrol dosis 100mg/kgBB dosis 200mg/kgBB dosis 400mg/kgBB PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan kelompok kontrol yaitu pemberian aquadest sebagai pembanding pada perlakuan dengan ekstrak daun ceplukan terhadap kualitas spermatozoa tikus, sedangkan kelompok dosis ekstrak daun ceplukan untuk mengetahui pada dosis berapa ekstrak daun ceplukan dapat menurunkan kualitas spermatozoa. Pengamatan kualitas spermatozoa dalam penelitian ini dilakukan secara mikroskopis dengan menggunakan 3 parameter diantaranya adalah morfologi, viabilitas dan motilitas. Spermatozoa yang diamati diambil dari bagian cauda epididimis bagian kiri. Cauda epididimis yang telah diambil spermanya dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi larutan NaCl 0,9%. Tujuan diberikan larutan NaCl pada sperma tikus yaitu larutan ini dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa diluar tubuh tikus (Nilna, 2010). Pemeriksaan kualitas spermatozoa yang pertama adalah a. Morfologi Ekstrak daun ceplukan dosis 400mg/kg BB memiliki efek yang paling tinggi terhadap morfologi sperma dibanding dengan perlakuan-perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 dari hasil rata-rata morfologi sperma yang abnormal paling tinggi yaitu pada kelompok dosis 400mg/kg BB sebesar 71,8 ± 8,6. Menurut WHO (2010), batas minimal morfologi spermatozoa dikatakan fertil jika sperma yang normal >40%. Hasil morfologi spermatozoa 11 hidup pada ketiga dosis menunjukkan nilai < 40%, sedangkan pada kelompok kontrol negatif menunjukkan nilai>40. Peningkatan abnormalitas spermatozoa akibat pemberian ekstrak daun ceplukan yang disebabkan oleh saponin dan alkaloid yang dapat menekan sekresi hormon reproduksi yang diperlukan untuk proses spermatogenesis. Abnormalitas primer spermatozoa dari hasil penelitian ini diantaranya adalah spermatozoa tanpa ekor atau spermatozoa tanpa kepala, satu kepala spermatozoa dengan dua ekor kepala spermatozoa dengan satu ekor, ekor yang bengkok atau patah, bagian tengah menebal. Abnormalitas sekunder yang ditemukan ialah ekor melingkar. Abnormalitas spermatozoa primer disebabkan oleh penurunan kadar testosteron akibat alkaloid dan saponin. Penurunan tersebut menghambat pembentukan protein α-tubulin sebagai komponen dasar mikrotubuli dan mikrofilamen yang penting dalam proses spermatogenesis. Abnormalitas sekunder disebabkan gangguan proses pematangan spermatozoa di epididimis. b. Viabilitas Menurut WHO (2010), batas minimal viabilitas spermatozoa dikatakan fertil jika spermatozoa yang hidup 58%. Hasil viabilitas spermatozoa terendah pada kelompok dosis 400mg/kg BB yaitu 9%, sedangkan viabilitas tertinggi pada kelompok kontrol negatif yaitu 92,7% dapat dilihat pada tabel 8. Hidup dan mati spermatozoa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pertama, tingkat permeabilitas membran dan kedua proses menuju kapasitas – reaksi akrosom. Keduanya berlangsung secara berurutan dari terjadinya kapasitas yang ditandai dengan perubahan–perubahan dalam adenylate cyclase, perubahan pada metabolisme serta perubahan ion–ion intraseluler yang menyebabkan hilangnya kendali penjagaan gradient ion Na+ / K+ disepanjang selaput plasma spermatozoa sehingga arus masuk besar-besaran dari Ca ++ ekstraseluler. c. Motilitas Tabel menunjukkan persentase spermatozoa yang motilitasnya baik cenderung mengalami penurunan dengan meningkatnya dosis ekstrak daun ceplukan, artinya ekstrak daun ceplukan dapat menyebabkan spermatozoa menjadi immotil. Rata-rata spermatozoa immotilpaling banyak ditemukan pada kelompok dosis 400mg/kg BB. Menurut WHO (2010), batas minimal motilitas spermatozoa dikatakn progressive 32%. Hasil motilitas spermatozoa dari ketiga dosis menunjukkan nilai < 32%, tetapi pada kelompok kontrol negatif menunjukkan nilai > 32% yaitu 46,67%. Jadi dapat dikatakan bahwa motilitas spermatozoa pada kelompok yang diberi perlakuan menunjukkan terjadinya penurunan. Efek flavonoid dapat menurunkan kadar LH sehingga mengganggu kerja sel Leydig untuk menghasilkan testosteron. Penurunan kadar terstosteron mengakibatkan terjadinya ganguan proses maturasi spermatozoa dalam epididimis terutama gangguan dalam proses glikolisis ini yang akan menghasilkan energi dalam proses pergerakan. Jika proses tersebut terganggu 12 maka motilitas sperma dan daya hidup hidup sperma juga akan terganggu akibatnya sperma akan mati. Spermatozoa yang tidak bergerak ini belum tentu mati. Immotilitas spermatozoa ini dapat saja terjadi karena spermatozoa tidak memiliki energi yang cukup. Untuk mengetahui spermatozoa yang tidak bergerak ini masih hidup atau sudah mati, dilakukan pengecatan. Penurunan viabilitas dan motilitas spermatozoa ini kemungkinan disebabkan adanya senyawa yang ada dalam daun ceplukan yang dapat menurunkan motilitas spermatozoa yaitu tanin. Tanin yang bersifat astringent sehingga dapat berpengaruh terhadap permeabilitas membran, karena dapat menyebabkan pengerutan membran sel (Merck indeks, 1983). Zat tanin yang terkandung didalam ekstrak daun ceplukan dapat menyebabkan transportasi zat makanan atau nutrisi melalui membran terganggu. Jeyendran et al (1984) menyatakan, bahwa permeabilitas spermatozoa berkaitan erat dengan motilitas spermatozoa. Selain itu, apabila transport nutrisi terganggu, spermatozoa juga akan kekurangan energi. Kemungkinan lain disebabkan zat alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun ceplukan yang dapat mengganggu aktivitas enzim ATP-ase yang berada dalam membran sel spermatozoa. Enzim ATP-ase berada dibagian tengah ekor (middle piece) spermatozoa dan berfungsi mempertahankan homeostatis internal untuk ion Na dan K. Disamping itu motilitas spermatozoa sangat tergantung pada komposisi kalium dan natrium (Grady dan Nelson, 1976). KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L.) mempunyai efek sebagai antifertilitas berdasarkan kualitas (morfologi, viabilitas, motilitas) spermatozoa pada tikus putih jantan galur Sprague dawley. 2. Pemberian dosis 400mg/kg BB yang paling tinggi mempengaruhi kualitas spermatozoa. A. SARAN Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut terkait tanaman yang digunakan apakah menimbulkan efek toksik pada organ lainnya. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada para dosen pembimbing dan staf dosen UNIVERSITAS NGUDI WALUYO yang telah memberi bimbingan dan meluangkan waktunya serta teman-teman yang telah memberi dukungan. 13 DAFTAR PUSTAKA 1. DepKes RI. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 179. 2. Herlina, T., Julaeha, E., Supratman, U., Subarnas, A., Sutardjo, S. (2008). Potensi Tumbuhan Erythrina (Leguminosae) Sebagai Antifertilitas. Jurnal Kedokteran Maranatha Vol. 7 (2). Feb 2008: 110-114. 3. Jeyendran RS., dan Zaneveld LJD.1986. Instruction for Hypoosmatic Swelling (HOS) Test. Short Course: Reproduction/Andrology and non hormonal contraception. Chicago 4. Kaspul. 2007. Kadar Testosteron Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Setelah Mengkonsumsi Buah Terung Tukak (Solanum torvum Sw). Jurnal Bioscientiae. 4 (1) : 1-8. 5. Merck Index. 1985. An Ancyciopedia of Chemical and Drugs.9th Ed. New Yersey. 6. Mesang-nalley, M., Arifiantini, I. 2007. Viabilitas spermatozoa rusa timor (cervus timorensis) di dalam pengencer tris kuning telur dengan sumber karbohidrat berbeda yang disimpan pada suhu ruang. Retrieved from Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (JITV), Vol. 12(4) (2007). http://peternakan.litbang.Deptan,go.id/?q=node/36. 7. Miller AL. Antioxidant flavonoids: structure. function and clinical usage. http://www.thorne.com/altmedrev/fulltext/flavonoid1-2.html: 1996 8. Moeloek, N. (2006) Analisis Semen Manusia. Retrieved from Cermin Dunia Kedokteran No. 30. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_AnalisisSemenManusia.pdf_Ana lisisSemenManusia.pdf 9. Rohyani, S., Aryanti E., Suripto., 2015. Kandungan Fitokimia Beberapa Jenis Tumbuhan Lokal yang Sering Dimanfaatkan sebagai Bahan Baku Obat di Pulau Lombok. Pros sem nas masy bodiv indonesia. 1(2): 389. 10. Sari, I. P., Rahayu S., Rizal, D. M. 2013. Infusa daun pacing (Costus speciosus (koen.) J.e. SMITH) sebagai Penghambat jumlah dan kualitas spermatozoa pada mencit jantan Balb/c. Traditional Medicine Journal, Vol 18(1). 11. Wintaryati, VA. 2003. Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Organ Reproduksi dan Kualitas Sepermatozoa Mencit (Mus muculus) Balb/c Jantan. Skripsi. Fakultas MIPA Universitas Jember. 14