BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dekade terakhir perhatian dan penelitian dalam bidang sel mengalami kemajuan
yang amat pesat. Hal ini terkait dengan upaya manusia untuk mengetahui dan mengobati
penyakit-penyakit yang sudah tidak mungkin untuk diobati lagi baik secara konservatif
maupun operatif khususnya penyakit degeneratif maupun kelainan lainnya seperti trauma,
keganasan dan sebagainya.1
Para ahli telah mulai meneliti kemungkinan penggunaan sel induk (stem cell ) untuk
mengobati penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan yang tak mungkin lagi untuk diobati
dengan obat-obatan atau tindakan operatif. Sel induk ( stem cell ) adalah sumber dari semua
sel dalam individu dan ini merupakan sebuah sumber bagi pengobatan sel yang sekarang ini
merupakan sebuah jalan revolusi untuk mengatasi berbagai penyakit yang mematikan. Stem
cell atau sel induk adalah sekelompok sel di dalam tubuh mahluk dengan kemampuan
regenerasi, yang dapat mengalami diferensiasi lebih lanjut menjadi sel-sel lain (sel-sel
pembangun organ maupun sel-sel darah) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka,
dan sel pankreas.2
Teknologi stem cell kini semakin menjadi trend yang dianggap bisa membantu
pengobatan dalam bidang medis. Di Indonesia pengembangan terapi stem cell diarahkan
kepada penyakit degeneratif dan keturunan yang banyak terdapat di masyarakat. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang, peningkatan taraf hidup masyarakat,
peningkatan perhatian terhadap pemenuhan hak asasi manusia serta peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup sehat menyebabkan peningkatan tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Teknologi stem cell
perlu dikembangkan
sebagai alternatif terapi penyakit untuk kepentingan pasien dan terjangkau masyarakat. sel
induk memiliki potensi yang besar dalam dunia kedokteran untuk dimanfaatkan sebagai
terapi sel bagi berbagai penyakit degeneratif dan kanker yang sulit disembuhkan,di antaranya
diabetes, infark jantung, stroke, parkinson, dan sebagainya. Di tingkat dunia saat ini sel induk
merupakan salah satu fokus utama dalam penelitian
bioteknologi, khususnya dalam
kaitannya dengan terapi sel serta pengobatan regeneratif. Dunia sekarang sedang mengalami
pergeseran paradigma dalam hal pengobatan, dari obat-obatan kimia konvensional menuju
1
ke arah terapi yang lebih molekuler, perubahan ini telah membuka pintu harapan untuk
menyembuhkan bermacam penyakit yang sebelumnya tidak dapat disembuhkan.2
Penggunaan dan pengembangan sel punca dalam bidang penelitian dan aplikasinya
diklinik dalam rangka mengobati penyakit tidak terlepas dari masalah etik yang mungkin
membayanginya, khususnya penggunaan dan pemanfaatan sel punca yang berasal dari
embrio (embryonic stem cells). Meskipun demikian stem cell ini tetap merupakan satu
fenomena menarik dan merupakan hal baru dalam dunia IPTEK. Stem cell merupakan hal
yang baru dipublikasikan untuk dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman
masyrakat. Walaupun masih tergolong mahal, tidak bisa dipungkiri stem cell ini merupakan
sebuah harapan baru dalam bidang pengobatan.3
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Stem Cell
Stem cell diperkenalkan sebagai sel-sel “undifferentiated” karena belum dapat
berkembang dan membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik. Sel punca, sel induk, sel
batang (bahasa Inggris:
stem cell ) merupakan sel yang belum
berdiferensiasi dan
mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang
berbeda di dalam tubuh. Proses perubahan stem cell menjadi tipe sel yang spesifik dikenal
sebagai “differentation”. Selain berfungsi untuk membentuk jaringan atau organ yang lebih
spesifik , stem cell juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh
yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme. Saat stem cell terbelah, sel yang baru
mempunyai potensi untuk tetap menjadi stem cell atau menjadi sel dari jenis lain dengan
fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak.1,4
3
Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu:4
1. Differentiate
yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel Punca mampu berkembang
menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot
rangka, sel pankreas dan lain-lain
2. Self regenerate/self renew
yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells
mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
2.2 Penggolongan Stem Cell
Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dikelompokkan
menjadi:
1. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang
termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan
sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel
termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca
kelompok ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.3
2. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi
jaringan
4
ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel punca pluripoten
adalah sel punca embrionik (embryonic stem cells).3
3. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
misalnya sel punca hemopoetin (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada sumsum
tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya
adalah sel punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan
berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.3
4. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel.
Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat
memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew). Contohnya
erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.3
Berdasarkan sel induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh, maka sel induk
dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
1. Sel induk embrio (embryonic stem cell ) adalah sel induk yang diambil dari embrio
pada fase blastosit yang terdiri dari 50-150 sel (berumur 5-7 hari setelah pembuahan).
Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel induk
embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel bagian dalam dan dikultur
secarain vitro di laboratorium. Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi semua
jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, selsel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya. Embryonic stem cell biasanya didapatkan
5
dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Akan tetapi saat
ini telah dikembangkan teknik pengambilan sel induk embrionik (embryonic stem
cell ) yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan
tumbuh. Untuk masa dapan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis
terhadapembryonic stem cell.3
.
2. Sel induk dewasa (adult stem cells) adalah sel induk dewasa yang mempunyai dua
karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut dapat berfroliferasi untuk
periode yang panjang untuk memperbaharui diri. Karakteristik kedua, sel-sel tersebut
dapat berdiferensiasi untu menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai karakteristik
morfologi dan fungsi yang spesial. Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel
induk hematopoietik (hematopoietik stem cell), yaitu sel induk pembentuk darah yang
mampu membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan keeping darah yang sehat.
Sumber sel induk hematopoietik dapat ditransplantasikan dari beberapa organ seperti:
sumsum tulang, sel darah tepi, dan darah tali pusar.3
 Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar
seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk. Sumsum
tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik. Sejak
dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang
digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan
6
anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat,
maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pada
transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam
keadaan teranastesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang
panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum
tulang itu disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah
dan menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berfroliferasi. Pada
akhirnya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan
tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi
sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah
dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru
memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah
putih yang diperlukan guna melindungiresipien terhadap infeksi. Transplantasi sel

induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).3
Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk
walaupun jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang.
Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya mencukupi untuk suatu
transplantasi, biasanya pada donor diberikan granulosyte coloni stimulating factor
(G-CSF) untuk menstimulasi sel induk hematopoietik bergerak dari sumsum
tulang ke
peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang
disebutaferesis. Jika resipien membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses
ini darah lengkap diambil dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah
menjadi komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sek induk dan
mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi pertama
kali berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah
tepi adalah lebih mudah didapat. Selain itu pengambilan sel induk darah tepi tidak
menyakitkan dan hanya membutuhkan sekitar 100cc. Keuntungan lain sel induk
darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentang tidak
setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung
sel induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu,

transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang.3
Transplantasi sel induk darah tali pusat. Pada tahun 1970-an para peneliti
menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama
7
dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel induk dalam
sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit
kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan gangguan-gangguan
sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa mereka juga dapat
menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan jiwa pasien
mereka. Darah tali pusat mengandung sel induk yang bermakna dan memiliki
keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi
bagi pasien-pasien tertentu. Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah
mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi suatu sumber yang dapat
menyelamatkan jiwa. Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali
dilakukan di Prancis pada penderita anemia fanconi tahun 1988 pada tahun 1991,
darah tali pusat di transplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous
Leukimia. Kedua trasnplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah
dilakukan kira-kira tiga ribu transplantasi darah tali pusat.3
2.3 Penggunaan Kultur Stem Cell dalam Bidang Bioteknologi
8
Stem cell dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun
pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:5
2.3.1
Pemanfaatan Stem Cell Dalam Riset
1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa
transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem
cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem
cell mempunyai sifat self-renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu
dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga dapat
berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut dapat
menetap di berbagai macam sel.5
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan
kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel
kanker.5
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap
berbagai jaringan.5
4. Terapi sel (cell based therapy) Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya
di cawan petri. Sifat ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem
cells yang akan ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakitpenyakit tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.5
Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-
based therapy:
1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi dapat
bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi
organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),transplantasi stem cell
dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.5
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam
jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit
yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal ini
terapi stem cell sangat berguna.5
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui
metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di
atas. 4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan
serta berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.
9
2.3.2 Penggunaan Stem Cell Dalam Pengobatan Penyakit
Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan stem
cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cell untuk mengobati penyakit
dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip terapi yang dimaksud adalah dengan melakukan
transplantasi stem cell pada organ yang rusak. Tujuan dari transplantasi stem cell ini adalah
sebagai berikut.6
1. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan
atau organ tubuh pasien. 6
2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan
sel-sel baru yang ditranspalantasikan. Sel induk embrio (Embryonic stem cell ) sangat
plastik dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan menjadi berbagai macam
jaringan sel seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan
sebagainya, sehingga dapat dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel
induk dewasa (adult stem cells) juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya sudah berkurang.6
Keuntungan dari penggunaan sel stem dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan
masalah dan kontroversi etika.
1. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula spinalis (spinal
cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya fungsi
neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara melakukan
remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik tikus dapat menghasilkan
oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi akson yang rusak.
2. Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim (mesenchymal
stem cell ) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini didasarkan
pada hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Mesenchymal stem cells diperoleh dari
aspirasi sumsum tulang. Setelah disuntikkan perifer MSC akan melintas sawar darah
otak pada daerah otak yang rusak. Pemberian MSC intravenous akan mengurangi
terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi sel endogen setelah terjadinya
stroke. 6
3. Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap insulin.
Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi
10
kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8% transplantasi
sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi penolakannya besar
sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin
besar steroid yang
dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel
penghasil insulin.
Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada,
berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak
dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada penelitian
tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak
memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap normal setahun setelah
transplantasi. Penelitian- penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini
mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell.
Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi
yang optimal dalam produksi insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin
secara permanen.6
4. Penggunaan sel punca untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell , maka peneliti telah dapat
membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut.
Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga menghindari
masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat dalam terapi ulkus
vena ataupun luka bakar.
5. Penggunaan sel punca dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal, yang
merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter yang
berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin, maka pada
penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus. Dalam hal ini
transplantasi neuron dopamin diharapkan dapat memperbaiki gejala
penyakit
Parkinson. Tahun 2001, dilakukan penelitian dengan menggunakan
jaringan
mesensefalik embrio manusia yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan
tersebut ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau
dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi
terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai
penyakit Parkinson,
peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan
bermakna ini tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15%
dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau
dihentikan.6
11
6. Penggunaan sel punca dalam pengobatan HIV
Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam pengobatan
penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS menyerang sistem
kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap gangguan virus atau
penyakit. Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami degradasi akan tergantikan
sehingga kekebalan tubuh pengidap akan berangsur pulih. Namun setelah itu terjadi
mutasi gen yang mengakibatkan sel darah menjadi resisten terhadap virus HIV.Mutasi
tersebut terjadi pada reseptor yang dikenal sebagai CCR5, yang secara normal
ditemukan pada permukaan T cell – sel pada sistem kekebalan tubuh yang diserang
oleh virus HIV. Gen yang telah bermutasi tersebut dikenal sebagai CCR5 delta 32,
dan ditemukan pada 1% - 3% populasi orang kulit putih di Eropa. Virus HIV
menggunakan CCR5 sebagai co-reseptor untuk merusak sistem kekebalan tubuh.
Sejak CCR5 bermutasi menjadi CCR5 delta 32, virus HIV tidak lagi mampu
menyerang sel sehingga terjadi kekebalan tubuh alami pada orang yang mengalami
mutasi gen.7
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sel Induk (Stem Cell)
Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan antara
lain:
1. Penggunaan sel induk embrionik (embryonic stem cell) pada terapi sel.6
 Kelebihan penggunaan sel induk embrionik antara lain:
a. Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.
b. Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis
germinal (ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat
membentuk selubung embrio.
c. Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak

diri ratusan kali pada media kultur.
d. Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.
Kekurangan penggunaan sel induk embrionik adalah:
1. Dapat bersifat karsinogenik artinya setiap kontaminasi dengan sel yang
tidak berdifferensiasi dapat menimbulkan kanker.
2. Selalu bersifat allogenik yaitu sel induk yang diambil berasal dari
pendonor yang cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok
sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya rejeksi immunitas.
12
3. Secara kode etik masih kontroversial, di mana yang menjadi kontroversi
dalam penggunaan stem cell embrio yakni sumber sel tersebut
(embrio)Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell
menimbulkan kontroversi karena pengklonan manusia tersebut ditentang
oleh semua agama, hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa embrio
berstatus sama dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat
diterima. Selain itu status moral embrio, apakah embrio harus
diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk
menjadi manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya masih menjadi
kontroversi.
2. Penggunaan sel induk dewasa (adult stem cell )6
 Kelebihan penggunaan sel induk dewasa adalah:
a. Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari
terjadinya penolakan imun.
b. Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih

sederhana.
c. Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem etika.
Kekurangan dari penggunaan sel induk dewasa antara lain:
a. Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah kecil di 12 tempat yang
berbeda dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit,
daerah gigi, pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, otot
tengkorak, dan usus). sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam
jumlah banyak.
b. Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.
c. Bersifat multipotent, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu
macam sel sehingga differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang
bersifat pluripotent.
3. Penggunaan sel induk dari darah tali pusat.6
 Kelebihan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.
b. Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testingdan
pembekuan
c. Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk yang

berasal dari sumsum tulang.
d. Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor.
Kekurangan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
13
a. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik
yang terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor
meningkat menjadi dewasa.
b. Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara
jumlah sel induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia
dari donor.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa simpulan yaitu sebagai
berikut.
1. Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai
kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik
yang membentuk berbagai jaringan tubuh.
2. Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dikelompokkan
menjadi: totipoten, pluripoten, multipoten, unipotent. Sedangkan
berdasarkan sel
induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh, sel induk dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu : Sel induk embrio (embryonal stem cell ) dan Sel induk
dewasa (adult stem cells).
3. Pemanfaatan stem cell dalam bioteknologi yakni digunakan dalam riset dan dalam
pengobatan penyakit. Pemanfaatan stem cell dalam riset adalah untuk terapi gen,
engetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker,
14
penemuan dan pengembangan obat baru dan terapi sel (cell based therapy).
Sedangkan
penggunaan
stem
cell
dalam
pengobatan
penyakit,yaitu
untuk
mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan
atau organ tubuh pasien dan untuk menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat
penyakit atau cidera tertentu dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
4. Dalam penggunaan stem celltentu saja terdapat kelebihan dan kekurangan, secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut. Keuntungannya yaitu stem cellmudah
didapatkan, stem cellmempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi
berbagai macam sel. Sedangkan kekurangannya adalah adanya kemungkinan terkena
penyakit genetik pada sel induk tali pusat, secara kode etik penggunaan stem
cellmasih kontroversial khususnya dalam penggunaan sel induk embrionik
Daftar Pustaka
1. Brooks, Geo.F, dkk.1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta.EGC
2. Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima.Jakarta: Erlangga
3. Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja:
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
4. D. Enger, Eldon, dkk. 2007. Consepts In Biology. New York: The McGraw-Hill
Companies
5. Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue of The
Americans: Mc Graw Hill Higher Education
6. Setiawan, Benjamin. 2006. Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada Berbagai
Penyakit Degeneratif. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No.153, (online) (diakses
pada tanggal 19 Maret 2011)
7. Voyles, Bruce A. 2002. The Biology of Viruses Second Edition. New York: McGraw-
Hill
15
Download