FENOMENA EMOSIONAL REMAJA DENGAN KEHAMILAN TIDAK

advertisement
FENOMENA EMOSIONAL REMAJA DENGAN KEHAMILAN
TIDAK DIINGINKAN DI KECAMATAN AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
Ella Herlina*)
Puji Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes (Epid)**), Raharjo Apriyatmoko, S.KM., M.Kes**)
*) Mahasiswa Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Perilaku seksual pranikah yang dilakukan remaja dapat menimbulkan
banyak dampak negatif salah satunya adalah kehamilan tidak diinginkan. Remaja
yang mengalami kehamilan tanpa menikah akan dibawa ke lingkungan yang jauh
dari tempat tinggal hingga bayi lahir atau remaja dipaksa untuk menikah dan
menjadi ibu. Di usia muda remaja belum mempunyai kesiapan secara emosional
untuk menjadi seorang ibu dan akan menjadi trauma secara psikologis.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomona emosional remaja dengan
kehamilan tidak diinginkan di kecamatan Ambarawa kabupaten Semarang.
Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan dari
sudut fenomenologis. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam
yang dilakukan kepada lima partisipan yang memenuhi kriteria. Pengambilan
sampel diambil dengan cara snowball sampling dan menggunakan triangulasi
teknik dan sumber sebagai uji validitas.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa remaja dengan kehamilan
tidak diinginkan memiliki rasa bersalah terhadap dirinya sendiri maupun orang
tua, selain itu mereka cenderung lebih mudah marah dan lebih sensitive. Depresi
yang dialami oleh remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan berbeda.
Remaja yang tidak mendapatkan dukungan positif dari orang – orang terdekatnya
terutama orang tua cenderung lebih mudah mengalami depresi daripada remaja
yang mendapatkan dukungan positif dari keluarga. Kurangnya dukungan secara
emosional pada remaja menyebabkan remaja tidak ingin hamil dan tidak siap untuk
hamil.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap remaja
dan orang terdekat untuk memberikan dukungan positif terhadap remaja dengan
kehamilan tidak diinginkan sehingga dapat mengurangi tekanan secara psikologis.
Kata kunci : KTD, emosional, remaja
Kepustakaan : 23 Literatur (2000 – 2015)
Ella Herlina | Stikes Ngudi Waluyo Ungaran |2016
Page 1
ABSTRACT
Premarital sexual behavior by teenagers can lead to many negative effects
one of which is an unwanted pregnancy. Teenagers who become pregnant without
being married will be taken away from the residence until the baby is born or they
are forced to get married and become a mother. At a young age teenagers do not
have emotional readiness to become a mother and will be psychologically
traumatized. The purpose of this study is to determine emotional phenomena of
teenagers with unwanted pregnancy in Ambarawa district Semarang regency.
This study was a qualitative research with phenomenological approach.
The data collection was done by in - depth interviews conducted to five
participants who met the criteria. Sampling was taken by snowball sampling and
used triangulation techniques and resources as a validity test.
The results of this study show that teenagers with unwanted pregnancies
have a sense of guilt towards themselves and the elderly, as well as they tend to be
more irritable and more sensitive. Depression experienced by teenagers who
experience unwanted pregnancy is different. Teenagers who do not get positive
support from the closest people especially the elderly are more likely to
experience depression than teenagers who receive positive support from family.
Lack of emotional support in teenagers causes teenagers do not want to get
pregnant and are not ready to get pregnant.
This research is expected to provide an understanding of teenagers and
people nearby to provide positive support to teenagers with unwanted pregnancies
to reduce psychological distress.
Keywords : Unwanted pregnancy, emotional, teenagers
Bibliographies : 23 Literatures (2000 – 2015)
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI)
karena persalinan di Indonesia masih
tergolong tinggi diantara negara –
negara ASEAN lainnya. Berdasarkan
data
hasil
Survei
Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup sedangkan Angka
Kematian Bayi (AKB) mencapai 32
per
1000
kelahiran
hidup
(Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2012).
Kematian ibu terjadi pada
perempuan yang terlalu muda untuk
hamil, ada juga yang terlalu tua
untuk hamil, jarak kehamilan yang
terlalu berdekatan, serta kehamilan
yang terlalu sering. Perkawinan usia
dini masih tinggi yaitu sebesar
46,7% (Riskesdas, 2010). Sedangkan
berdasarkan data dari SDKI, 2012
angka kelahiran pada usia remaja
juga masih tinggi yaitu sebesar 48
per 1.000 perempuan usia 15 - 19
tahun dan kebutuhan pelayanan KB
yang tidak terpenuhi atau unmet need
masih relatif tinggi, yaitu sebesar
8,5% ( Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2012).
Menurut WHO dalam Eny
Kusmiran, 2011 batasan usia remaja
adalah dari usia 10 hingga 19 tahun.
Sedangkan menurut Depkes, 2009
Ella Herlina | Stikes Ngudi Waluyo Ungaran |2016
Page 2
remaja dibagi menjadi dua tahap
yaitu remaja awal dimulai dari usia
12 tahun hingga 16 tahun dan remaja
akhir dimulai dari 17 tahun hingga
25 tahun.
Hasil dari sensus penduduk
pada tahun 2010 jumlah penduduk
Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa,
63,4 juta diantaranya adalah remaja
yang terdiri dari laki – laki sebanyak
32.164.436 jiwa (50,7%) dan
perempuan sebanyak 31.279.012
jiwa (49,3%). Sedangkan di Jawa
Tengah sendiri jumlah penduduk
sebesar 32,382 juta jiwa 8,033
diantaranya adalah remaja dengan
usia 10 – 24 tahun yang terdiri dari
laki – laki 4.079.528 (12,5%) jiwa
dan perempuan sebanyak 3.954.180
(12,2%) jiwa.
Permasalahan yang sering
terjadi pada remaja adalah masalah
kesehatan
reproduksi,
perilaku
beresiko, menyimpang dan tidak
sehat. Menurut Survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia, 2007
beberapa masalah kesehatan yang
terjadi pada remaja berkaitan dengan
perilaku yang beresiko yaitu
merokok,
minum
alkohol,
penyalahgunaan
narkoba
dan
perilaku seksual pranikah.
Perilaku seksual pranikah
atau orang menyebutnya dengan
istilah seks bebas adalah perilaku
menyimpang seksual yang dilakukan
tanpa adanya ikatan pernikahan.
Perilaku seksual pranikah misalnya
pacaran tidak sehat diantaranya
adalah
berpegangan
tangan,
berpelukan,
berciuman
bibir
(kissing), rabaan (petting), dan
melakukan hubungan seksual.
Perilaku seksual pranikah
yang dilakukan ini menimbulkan
banyak dampak negatif pada remaja
diantaranya adalah kehamilan yang
tidak diinginkan, penularan penyakit
seksual, HIV/AIDS, trauma pada
genitalia,
rasa
takut,
bahkan
kecanduan untuk melakukannya lagi.
Kehamilan
yang
tidak
diinginkan (KTD) adalah suatu
kehamilan yang karena suatu sebab
maka
keberadaannya
tidak
diinginkan oleh salah satu atau kedua
calon orang tua bayi tersebut (Ferry
Efendi dan Mahfudli, 2009).
Menurut BKKBN, 2007 kehamilan
tidak diinginkan adalah kehamilan
yang
dialami
oleh
seorang
perempuan yang sebenarnya belum
menginginkan atau sudah tidak
menginginkan hamil.
Data yang diperoleh melalui
studi pendahuluan kepada PILAR
PKBI Jawa Tengah di peroleh data
bahwa sejak tahun 2013 – 2014
PILAR mencatat terdapat 121 kasus
yang berkonsultasi di klinik PKBI
dengan kasus KTD. Mereka yang
datang untuk berkonsultasi terdiri
dari berbagai tingkatan pendidikan
dimulai dari SD hingga perguruan
tinggi. Kasus terbanyak terjadi pada
anak usia SMA sebanyak 73 kasus.
Berdasarkan
data
dan
fenomena diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
tentang
“Fenomena
Emosional
Remaja Dengan Kehamilan Tidak
Diinginkan
Di
Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang”
METODOLOGI
Desain penelitian ini adalah
penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
dari
sudut
fenomenologis. Data yang dipakai
berasal dari pendeskripsian objek
penelitian. penelitian ini berkarakter
Ella Herlina | Stikes Ngudi Waluyo Ungaran |2016
Page 3
exploratory dan tidak terdapat
treatment kepada subyek penelitian,
serta tidak dibuat untuk diujikan
Penelitian ini dilakukan di
kecamatan Ambarawa kabupaten
Semarang selama 2 bulan dimulai
dari tanggal 3 Februari 2016 dan
berakhir pada tanggal 30 Maret
2016. Populasi dalam penelitian ini
adalah
seluruh
remaja
yang
mengalami
kehamilan
tidak
diinginkan dan belum menikah yang
berada di kecamatan Ambarawa
dengan
sampel
berjumlah
5
partisipan.
Instrumen
dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri.
HASIL
1. Rasa bersalah
Remaja
yang
mengalami
kehamilan
tidak
diinginkan
memiliki rasa bersalah, hal ini
ditunjukkan
dengan
mereka
menyalahkan
diri
sendiri,
menghukum diri sendiri dan
memiliki rasa takut dan panik.
2. Depresi
Depresi yang dialami remaja
dengan
kehamilan
tidak
diinginkan ditunjukkan dengan
perilaku remaja yang merasa
putus asa, merasa tidak berguna
dan menarik diri dari lingkungan
karena merasa malu dan merasa
dirinya tidak berguna lagi.
3. Rasa marah
Remaja dengan kehamilan tidak
diinginkan merasa marah, jengkel,
saki hati ketika mendengar hal
negatif tentang dirinya dan
keluarga. Remaja juga mudah
tersinggung dengan hal – hal yang
tidak disukainya. Rasa marah
yang dialami remaja bersifat
pasif, mereka hanya memendam
rasa marahnya sendiri ataupun
marah – marah dengan diri
sendiri.
4. Remaja atau calon ibu merasa
tidak ingin dan tidak siap untuk
hamil
Kehamilan yang terjadi pada usia
remaja membuat remaja kurang
memperhatikan
kehamilannya.
Emosi remaja yang masih labil
juga menyebabkan remaja kurang
peduli terhadap kesehatan diri dan
jann yang ada di kandungan.
PEMBAHASAN
1. Rasa Bersalah
Rasa takut dan panik akan
dirasakan
oleh
remaja
yang
mengalami
kehamilan
sebelum
menikah. Selama kehamilan yang
dialaminya belum diketahui banyak
orang, maka remaja tersebut akan
terus mengalami ketakutan dan
merasa panik. Remaja tersebut takut
akan apa yang akan terjadi terhadap
dirinya jika orang lain mengetahui
tentang kehamilannya. Bahkan saat
remaja
tersebut
akan
memberitahukan berita tersebut
kepada orang tua. Mereka takut jika
nanti orang tuanya akan marah besar
dan menghukum mereka.
Eny
kusmiran,
2011
mengatakan bahwa pada kehamilan
yang dialami oleh remaja yang
belum menikah, rasa malu dan
perasaan bersalah yang berlebihan
dapat dialami oleh sebagian besar
remaja.
Remaja cenderung akan
menyalahkan diri sendiri atas
kehamilan yang dialaminya. Terlebih
Ella Herlina | Stikes Ngudi Waluyo Ungaran |2016
Page 4
lagi ketika orang tua mengetahui
tentang kehamilannya sehingga
menyebabkan
kesedihan
dan
kekecewaan orang tua terhadap
remaja tersebut. Mereka akan
menyalahkan diri sendiri karena
tidak bisa menjaga kehormatan
dirinya
dan
membuat
malu
keluarganya.
Remaja yang mengalami
kehamilan di usia sekolah biasanya
mendapatkan respon yang kurang
baik dari pihak sekolah yaitu remaja
putri terpaksa untuk keluar dari
sekolah. Selain itu respon dari
lingkungan tempat tinggal yang
masih memegang norma kehidupan
yang cukup kuat maka remaja
tersebut akan dikucilkan dan
mendapatkan respon negatif dari
lingkungan sekitar dan hal ini
membuat
remaja
semakin
menyalahkan diri sendiri.
Akibat dari rasa bersalah
yang dialami oleh remaja yang
mengalami kehamilan adalah mereka
akan menghukum diri sendiri dengan
mengurung diri di dalam kamar,
mengurangi segala aktivitas yang
mereka anggap menyenangkan.
Akibat dari rasa malu yang dialami
oleh remaja tersebut maka mereka
lebih memilih untuk tidak melakukan
aktivitas di luar rumah.
2. Depresi
Remaja yang mengalami
kehamilan tidak diinginkan akan
mengalami putus asa jika tidak
mendapat dukungan positif dari
orang – orang terdekat. Mereka
menganggap bahwa dirinya sudah
tidak memiliki masa depan lagi.
Putus dari sekolah dan ditambah lagi
harus menikah di usia muda
membuat remaja putri kehilangan
semangat untuk mewujudkan cita –
citanya. Seperti yang dikatakan oleh
Philip. L. Rice dalam Sumiati (2009)
yang menyatakan depresi adalah
gangguan mood atau kondisi
emosional yang berkepanjangan
yang mewarnai seorang remaja
mengalami gangguan dalam berpikir,
berperasaan dan berperilaku. Pada
umumnya remaja yang mengalami
depresi yang muncul secara dominan
adalah perasaan tidak berdaya dan
kehilangan harapan.
Perasaan tidak berguna juga
dirasakan
oleh
remaja
yang
mengalami
kehamilan
tidak
diinginkan. Mereka menganggap
bahwa dirinya hanya membuat
masalah dalam keluarga. Mereka
sudah menghancurkan harapan orang
tua terhadap dirinya. Masalah yang
dihadapi
remaja
menyebabkan
remaja kehilagan minat untuk
melakukan
altivitas
yang
menyenangkan dan bermanfaat,
selain itu respon negatif dari orang
lain terhadap dirinya semakin
menambah beban emosi dan
membuat kondisi psikologis remaja
semakin terganggu.
Remaja
putri
yang
mengalami
kehamilan
sebelum
menikah cenderung menarik diri dari
lingkungan. Hal ini dilakukan karena
remaja tersebut merasa malu untuk
ikut dalam aktivitas sosial di
lingkungannya. Selain itu mereka
juga takut jika dia akan menjadi
bahan cemoohan orang – orang
sekitar yang mengetahui tentang
kehamilannya akibatnya aktivitas
sosial remaja tersebut menjadi
berkurang.
Ella Herlina | Stikes Ngudi Waluyo Ungaran |2016
Page 5
Dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Latifah Husaeni
program
sarjana
Universitas
Gunadarma mengungkapkan tanda –
tanda depresi yang dialami oleh
remaja yang hamil sebelum menikah
adalah terpuruk, menangis, selera
makan terganggu, berat badan
menurun, sedangkan untuk motivasi
cenderung menurun, aktivitas sosial
menurun, dan hilangnya minat dalam
melakukan
aktivitas
yang
menyenangkan.
Remaja
yang
tidak
mendapatkan dukungan yang baik
dari orang terdekat terutama orang
tua akan merasa sendiri, tidak ada
lagi yang menyayangi dan peduli
terhadap dirinya, sehingga tidak ada
lagi semangat untuk membangun
masa depan yang lebih baik lagi
akibatnya remaja cenderung lebih
mudah mengalami depresi.
Menurut Hasdianah, 2013
remaja yang memiliki minimal satu
orang yang dapat dipercaya untuk
berbagi cerita akan membuat remaja
tidak merasa sendiri lagi dan dapat
menurunkan tingkat depresi. Lain
halnya
dengan
remaja
yang
mendapatkan dukungan yang baik
dari orang terdekatnya. Berkat
dukungan positif yang diberikan oleh
orang tua dan teman – teman dapat
memberikan dampak positif terhadap
remaja tersebut. Remaja yang
mendapatkan dukungan, perhatian
dan kasih sayang dari keluarga
cenderung memiliki pemikiran dan
perilaku yang lebih baik.
3. Rasa Marah
Remaja cenderung lebih
mudah marah dan jengkel jika
mendengar atau melihat sesuatu yang
tidak sesuai dengan harapan.
Tanggapan ataupun respon negatif
dari orang lain akan mempengaruhi
emosi remaja sehingga remaja
tersebut akan lebih mudah marah,
bahkan untuk hal – hal yang kecil.
Sedangkan
menurut
Hasdianah
dan
Sandu,
2013
perubahan yang terjadi pada remaja
diantaranya adalah remaja putri
menjadi lebih sensitif. Emosi seorang
remaja lebih mudah bergejolak,
diekspresikan secara meledak –
ledak dan kondisi emosionalnya
berlangsung dalam waktu yang
cukup lama. Selain itu remaja
umumnya sangat peka terhadap cara
orang lain memandang mereka,
sehingga remaja menjadi lebih
mudah tersinggung dan merasa malu.
Pada remaja perempuan
terdapat perubahan emosi yaitu
menjadi lebih sensitif, sehingga
remaja menjadi lebih mudah sakit
hati jika menerima perlakuan atau
perkataan
yang
kurang
menyenangkan terhadap dirinya.
Emosi remaja yang masih labil dan
ditambah lagi dengan adanya
perubahan emosi partisipan akibat
kehamilan menyebabkan remaja
menjadi semakin sensitive, mudah
merasakan sakit hati dan mudah
marah untuk hal – hal kecil.
4. Remaja atau calon ibu merasa
tidak ingin dan tidak siap untuk
hamil
Kurangnya
pengetahuan
remaja
tentang
kehamilan
menyebabkan
remaja
yang
mengalami kehamilan merasa belum
siap untuk hamil. pada usia remaja
mereka belum memikirkan tentang
kehamilan, sehingga pengetahuan
mereka tentang kehamilan masih
sangat minim. Seseorang yang
sedang hamil membutuhkan nutrisi
yang lebih banyak dari orang yang
Ella Herlina | Stikes Ngudi Waluyo Ungaran |2016
Page 6
tidak hamil, sehingga calon ibu harus
memperhatikan asupan nutrisi yang
dikonsumsi. Sedangkan pada remaja
yang mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan cenderung tidak
memperhatikan asupan nutrisi yang
dikonsumsi. Hal ini akan berdampak
pada calon ibu dan juga janin yang di
kandungnya.
Menurut Hasdianah, 2013
kurangnya perawatan kehamilan
pada
remaja
perempuan
mengindikasikan bahwa remaja putri
yang hamil belum memiliki kesiapan
secara emosional. Sehingga remaja
perempuan yang sedang hamil, jika
tidak memiliki dukungan yang baik
dari orang tua dapat beresiko untuk
tidak
melakukan
perawatan
kehamilan yang baik.
Remaja atau calon ibu yang
kurang
memperhatikan
kehamilannya
maka
akan
mengakibatkan
kehamilannya
beresiko tinggi, terutama pada awal
kehamilan. Menurut Hasdianah,
2013 asupan nutrisi dan aktivitas
juga perlu diperhatikan karena akan
berpengaruh pada kondisi janin.
Perawatan ini berguna untuk
memantau kondisi ibu dan janin serta
pertumbuhannya, sehingga bisa
menurunkan
komplikasi
yang
kemungkinan akan terjadi. Selain itu
remaja hamil beresiko 4 kali lipat
mengalami
luka
serius
dan
meninggal saat melahirkan, terjadi
kelahiran prematur, berat lahir bayi
rendah
Kurangnya dukungan secara
emosional
terhadap
remaja
menyebabkan remaja merasa sendiri
dan
takut.
Hal
ini
akan
mempengaruhi
perkembangan
emosional remaja yang berdampak
pada kondisi janin dalam kandungan.
Sehingga pada kondisi ini remaja
sangat membutuhkan dukungan dari
orang terdekat yang bisa dipercaya
sehingga remaja tidak akan merasa
sendiri dan dikucilkan.
Hal ini sesuai dengan
pernyataan
Ubaydillah
dalam
Hasdianah (2013) yang mengatakan
bahwa kehamilan di usia dini
memiliki resiko yang cukup berat
karena emosional ibu belum stabil
dan ibu mudah tegang, adanya rasa
penolakan secara emosional ketika
ibu mengandung bayinya.
KESIMPULAN
1. Remaja dengan kehamilan tidak
diinginkan
akan
mengalami
ketakutan
dan
kepanikan
tersendiri, selain itu mereka akan
menyalahkan diri sendiri dan
menghukum diri sendiri akibat
dari rasa bersalah yang dirasakan
oleh remaja tersebut.
2. Depresi yang dialami remaja
dengan
kehamilan
tidak
diinginkan ini ditunjukkan dengan
adanya rasa putus asa karena
merasa sudah tidak memiliki
harapan lagi untuk masa depan,
perasaan tidak berguna karena
tidak dapat melakukan hal yang
benar dan menarik diri dari
lingkungan akibat rasa malu.
3. Dengan usia yang masih muda
dan kondisi emosional yang masih
labil, remaja yang mengalami
kehamilan sebelum menikah
menjadi lebih mudah marah,
jengkel, mudah tersinggung dan
mudah merasa sakit hati bahkan
untuk hal – hal kecil.
4. Rendahnya tingkat pengetahuan
remaja
tentang
kehamilan
menyebabkan remaja kurang
Ella Herlina | Stikes Ngudi Waluyo Ungaran |2016
Page 7
memperhatikan kondisi kesehatan
diri dan janin. Selain itu asupan
nutrisi juga kurang diperhatikan,
hal ini menunjukkan bahwa
remaja belum siap untuk hamil.
SARAN
1. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kehatan diharapkan
dapat ikut berperan dalam
memberikan informasi tentang
kesehatan reproduksi kepada
masyarakat terutama anak – anak
dan remaja sesuai dengan
tingkatan pendidikannya sehingga
pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan
reproduksi
dapat
meningkat dan diharapkan dapat
mengurangi kejadian kehamilan
tidak diinginkan pada remaja.
2. Bagi remaja dengan KTD dan
keluarga
Remaja dengan kehamilan tidak
diinginkan sebaiknya memiliki
seseorang yang dapat dipercaya
sebagai tempat untuk berbagi dan
menceritakan
masalah
yang
sedang dihadapi. Dan bagi
keluarga yang memiliki remaja
yang mengalami kehamilan tidak
diinginkan sebaiknya berikan
dukungan positif kepada remaja
tersebut sehingga tidak merasa
sendiri, terasing dan dikucilkan.
Dengan adanya dukungan yang
baik dari keluarga remaja akan
lebih mudah menjalani masa –
masa sulitnya dan mengurangi
perasaan putus asa, penyesalan
dan depresi yang mendalam.
3. Bagi pengembangan ilmu
Diharapkan kedepannya nanti
masih bisa dilakukan penelitian
yang lebih mendalam lagi tentang
emosional
remaja
dengan
kehamilan
tidak
diinginkan,
karena masih banyak fenomena
yang belum tergali oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Depsos RI. 2008. Perilaku Seksual
Remaja. Sabili Nomor 14
Tahun XIV, 24 Januari 2008.
DirjenP2PL Kemenkes RI.
2011. Laporan Kasus HIVAIDS di Indonesia Tahun
2011. Jakarta: Kemenkes RI.
Ferry Efendi dan Makhfudli. 2009.
Keperawatan
Kesehatan
Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika.
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1
No. 3, Agustus 2011 : 136 –
144.
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2012. Laporan
Kasus AKI dan AKB. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan
Reproduksi Remaja dan
Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
PILAR PKBI Jawa Tengah. 2015.
Pusat Informasi Layanan
Remaja. Semarang. PILAR
PKBI Jawa Tengah.
Rohan. Hasdianah Hasan dan Sandu
Siyoto. 2013. Buku Ajar
Kesehatan
Reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sumiyati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa
Remaja Dan Konseling.
Jakarta: Trans Info Media.
Ella Herlina | Stikes Ngudi Waluyo Ungaran |2016
Page 8
Download