Pajak UKM PP 46 2013 27022017

advertisement
PPh Final UKM
1
Agenda
1
Latar Belakang
2
PP 46 tahun 2013 dan PMK 117
3
Aplikasi Ilustrasi
2
Data APBN 2013
Uraian
APBN (triliun)
Pendapatan Negara
1.529,7
> Penerimaan Perpajakan*
1.192,9
> Penerimaan Bukan Pajak
332,2
> Hibah
Belanja Negara
> Belanja Pemerintah Pusat
> Transfer ke Daerah
Surplus/(Defisit)
4,5
1.683,01
1.154,4
528,6
(153,3)
Pembiayaan
153,3
> Dalam negeri
172,8
> Luar Negeri
(19,4)
(sumber: www.fiskal.depkeu.go.id)
*Penerimaan Pajak (1.042T) = 78% dari Pendapatan Negara
4
3
Data UMKM
TAHUN 2011
INDIKATOR
SATUAN
JUMLAH
TAHUN 2012
PANGSA
JUMLAH
PANGSA
UNIT USAHA (A+B)
(Unit)
55,211,396
56,539,560
A. UMKM
(Unit)
55,206,444
99.99
56,534,592
99.99
- Usaha Mikro (Umi)
(Unit)
54,559,969
98.82
55,856,176
98.79
- Usaha Kecil (UK)
(Unit)
602,195
1.09
629,418
1.11
- Usaha Menengah(UM)
(Unit)
44,280
0.08
48,997
0.09
B. Usaha Besar (UB)
TENAGA KERJA (A+B)
(Unit)
(Orang)
4,952
104,613,681
0.01
4,968
110,808,154
0.01
A. UMKM
(Orang)
101,722,458
97.24
107,657,509
97.16
- Usaha Mikro (UMi)
(Orang)
94,957,797
90.77
99,859,517
90.12
- Usaha Kecil (UK)
(Orang)
3,919,992
3.75
4,535,970
4.09
- Usaha Menengah(UM)
(Orang)
2,844,669
2.72
3,262,023
2.94
B. Usaha Besar (UB)
PDB ATAS DASAR HARGA BERLAKU (A+B)
(Orang)
(Rp. Milyar)
2,891,224
7,427,086.1
2.76
3,150,645
8,241,864.3
2.84
A. UMKM)
(Rp. Milyar)
4,303,571.5
57.94
4,869,568.1
59.08
- Usaha Mikro (UMi)
(Rp. Milyar)
2,579,388.4
34.73
2,951,120.6
35.81
- Usaha Kecil (UK)
(Rp. Milyar)
722,012.8
9.72
798,122.2
9.68
- Usaha Menengah(UM)
(Rp. Milyar)
1,002,170.3
13.49
1,120,325.3
13.59
(Rp. Milyar)
3,123,514.6
42.06
3,372,296.1
40.92
B. Usaha Besar (UB)
4
Data Wajib Pajak Terdaftar
URAIAN/TAHUN
WP Terdaftar
Orang Pribadi
Badan
WP Terdaftar Wajib SPT
SPT Tahunan PPh
2010
2011
15,911,576
19,112,590
13,861,253
16,880,649
1,608,337
1,760,108
14,101,933
17,694,317
8,202,309
9,332,657
5
Penerimaan dan Potensi PPh
TAHUN
2011
WP Daftar*)
Badan
OP
WP SPT
1.760.108
662.189
16.880.649
11.218.770
Omzet
PPh Terutang
WP Bayar
100.178
65.256.897.086.200
2.836.791.399.813
283.093**)
62.037.545.399.400
1.295.438.807.189
Total
4.132.230.207.002
Tax Ratio WP Bayar
Existing terhadap
Pelaku Usaha MikroKecil-Menengah
Omzet /tahun
0.5%
Jumlah Pelaku UMKM
87%
Perkiraan Total Omzet
Tax Gap PPh Terutang
Existing terhadap
Potensi PPh 1%
Perkiraan PPh Disetor
Dengan Tarif 1%
Potensi Pajak
s.d Rp.4,8 M
55.162.164
3.301 T
*) WP Terdaftar Badan dan OP yang melakukan kegitan usaha dengan omzet s.d. Rp4,8 Miliar
**) WP Dengan Omset s.d Rp4,8M yang membayar PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29
Sumber: Dit. TIP dan Dit TKP yang diolah
33.01 T
8
6
Tujuan Kebijakan Pajak Penghasilan UMKM
Latar Belakang:
 Kontribusi UMKM
dalam
perekonomian
sangat besar
(57.94%)
 Kontribusi UMKM
dalam penerimaan
perpajakan sangat
kecil (0,5%)
 Kemudahan dan
penyederhanaan
perlakuan
perpajakan;
 Penentuan beban
pajak sesuai
kemampuan
UMKM.
 Cost of
Compliance
rendah
 Cost of
Collection
rendah
Hasil Diharapkan:
 Kepatuhan WP
UMKM meningkat
 Kontribusi UMKM
dalam penerimaan
perpajakan
meningkat
10
7
Regulasi
• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013
TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN
BRUTO TERTENTU
• PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
l07/PMK.011/2013 TENTANG TATACARA PENGHITUNGAN, PENYETORAN,
DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA
YANG DITERlMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI
PER.EDARAN BRUTO TERTENTU
8
Maksud
a. untuk memberikan kemudahan dan
penyederhanaan aturan perpajakan;
b. mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi;
c. mengedukasi masyarakat untuk transparansi;
d. memberikan kesempatan masyarakat untuk
berkontribusi dalam penyelenggaraan negara.
9
Tujuan
a. kemudahan bagi masyarakat dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan;
b. meningkatnya pengetahuan tentang
manfaat perpajakan bagi masyarakat;
c. terciptanya kondisi kontrol sosial dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.
10
Obyek Pajak
• Yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) ini adalah
Penghasilan dari USAHA yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang
tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak.
• Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran
bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau
sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
• Jika kurang dalam satu tahun, perhitungan omset
disetahunkan.
• Untuk orang pribadi omzet dikurangi PTKP
11
Pajak
1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)
• Dasar pengenaan adalah peredaran bruto setiap
bulan untuk setiap tempat usaha.
• Usaha meliputi usaha dagang, industri, dan jasa,
seperti misalnya toko/kios/los kelontong, pakaian,
elektronik, bengkel, penjahit, waruing/rumah
makan, salon, dan usaha lainnya.
12
Perubahan Omzet
• Dalam hal peredaran bruto kurnulatif Wrijib Pajak pada suatu
bulan telah melebihi jumlah Rp4.8 miliar dalam suatu Tahun,
Wajib Pajak tetap dikenai tarif Pajak Perighasilan sesuai PP
46 sampai dengan akhir 'l'ahun Pajak yang bersangkutan.
• Dalam hal peredaran bruto Wajib Pajak telah melebihi Rp4.8
miliar pada suatu Tahun Pajak, atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak pada 'I'ahun Pajak
berikutnya dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif
urnum Undang-Undang Pajak Penghasilan,
13
Pemotongan Pihak Lain
• Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
yang berdasarkan ketentun wajib dilakukan pemotongan dan
/ atau pemungutantidak bersifat final, dapat dibebaskan
dari pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan
oleh pihak lain.
• Pembebasan dari pemotongan dari/atau pemungutan Pajak
Penghas dan oleh pihak lain diberikan melalui Surat
Keterangan Bebas.· .
• Surat Keterangan Bebas diterbitkan olen Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib ajak terdaftar atas tlama·
Direktur Jerideral Pajak berdasarkan permohonan Wajib
Pajak.,
14
Obyek Pajak tidak Dikenai
• Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas,
seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara penilai,
akuntan, notaris, PPAT, arsitek, pemain musik, perantara,
agen asuransi, pengajar, penceramah, pembawa acara, dan
sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut;
• Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat
(2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa
konstruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh
usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersendiri.
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
15
Subyek Pajak
a. Orang Pribadi;
b. Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT)
yang menerima penghasilan dari usaha dengan
peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi
Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
16
Subyek Pajak tidak Dikenai
a.
b.
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat
dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh
tempat untuk kepentingan umum. misalnya: pedagang
keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kakilima, dan sejenisnya.
Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi
secara komersial memperoleh peredaran bruto (omzet)
melebihi Rp4,8 miliar.
Orang Pribadi dan Badan di atas, wajib
melaksanakan ketentuan pajak sesuai dengan UU
KUP dan UU PPh secara umum
17
Pajak Final
• Pajak Penghasilan yang diatur dalam PP 46 tahun
2016 adalah PPh Pasal 4 ayat 2, bersifat FINAL
• setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4
ayat (2), bukan PPh Pasal 25.
• Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh nal,
tidak wajib PPh Pasal 25.
• Jika memiliki penghasilan lain, wajib membayar
angsuran PPh 25.
18
Kompensasi
• Jika melakukan pembukuan dapat melakukan kompensasi
kerugian.
• Kompensasi kerugian dilakukan atas penghasilan yang tidak
dikenai pajak penghasilan tidak final
• Kompensasi kerugian 5 tahun berturut-turut, tahun pajak
dikenakan pajak final tetap diperhitungkan sebagai jangka
waktu 5 tahun.
• Kerugian pada suatu tahun pajak dikenakan pajak final tidak
dapat dikompensasikan pada periode berikutnya.
19
Penyetoran dan Pelaporan
• Penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
• Jika SSP sudah validasi NTPN, Wajib Pajak tidak perlu
melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) karena dianggap
telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai
tanggal validasi NTPN.
• Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP Nomor 46 Tahun
2013 dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok
penghasilan yang dikenai pajak nal dan/atau bersifat final.
20
Analisis
• Kebijakan ini membuat dis-insentintif untuk melakukan
pembukuan.
• Kegiatan pembukuan hanya diperlukan jika omzet lebih dari
4,8m. Untuk omzet yang berfluktuasi, kewajiban menjadi onoff.
• Untuk UKM dengan laba sebelum pajak kurang dari 4% maka
pajak 1% yang dibayarkan menjadi lebih besar.
• Pengusaha individu tidak diperhatikan PTKP karena pajak
dikenakan atas peredaran bruto.
• Pengawasan di lapangan untuk memastikan bahwa pajak
yang dibayarkan sesuai dengan aktual omzet, perlu dikaitkan
dengan kebijakan lain
21
Ilustrasi 1
• Ilham menjalankan usaha reparasi komputer dan penjualan
peralatan komputer. Peredaran usaha tahun 2013 di Pasar A
(KPP A) dengan peredaran bruto 500juta dan Pasar B (KPP B)
dengan peredaran bruto 3.500juta.
• Peredaran pada Januari 2014 Pasar A 40juta, Pasar B 300juta.
• Ilham meminta SKB dari pemotongan / pemungutan
• Karena peredaran usaha 2013 total < 4,8milyar, maka
dikenakan pajak final.
• Pajak bulan Januari 2014
– Usaha di Pasar A 40jt x 1% = 0,4 jt dilaporkan ke KPP A
– Usaha di Pasar B 300jt x 1% = 3 jt dilaporkan ke KPP B
• Atas setiap jasa yang diberikan tidak dikenakan PPh 23
22
Ilustrasi 2
• Mira memiliki usaha garmen di Riau dan Malaysia. Omset
usaha garmen di Riau 4milyar sedangkan di Malaysia 6milyar.
Mira memperoleh penghasilan dari sewa apartemen di
Malaysia.
• Perhitungan peredaran bruto hanya untuk usaha garmen di
Riau, peredaran usaha di LN dan sewa apartemen tidak
dimasukkan.
23
Ilustrasi 3
• Kurnia K/2, memiliki toko material dan memberikan
konsultasi pada kilen.
– Penjualan bruto toko material 4milyar
– Kontrak pelaksanaan konstruksi termasuk pemakaian material dari toko
sebesar 1 milyar
– Jasa konsultasi manajemen 500juta.
• Usaha toko material dikenakan final 4milyar x 1% = 40jt
• Pelaksanaan konstruksi final 1 milyar x 4% = 40juta
• Jasa konsultasi  dikenakan pajak tidak final sesuai dengan
tarif umum. Atas penghasilan ini Kurnia harus melakukan
angsuran PPh 25 berdasarkan laba tahun sebelumnya.
24
Dwi Martani - 081318227080
[email protected] atau [email protected]
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
25
25
Download