BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni musik adalah bahagian dari seni secara umum, yang mempunyai tempat yang mendasar dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Seni musik, sebagai salah satu dari cabang kesenian, dan suatu hasil karya seni bunyi, dalam bentuk lagu atau komposisi musik, mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya. Musik ini disukung oleh unsur-unsur seperti: irama, melodi, harmoni, bentuk, ritme, ketukan dasar, tempo, dan lainnya. Musik telah berkembang begitu pesat, sehingga bukan saja menyampaikan bunyi-bunyi yang baru, akibat munculnya berbagai alat musik baru, sesuai perkembangan teknologi yang baru, tetapi juga konsep pada penciptanya dalam menghasilkan karyakarya musiknya. Sejarah peradaban musik yang begitu panjang, yang berkembang sedemikian jauh berdasarkan waktu dan ruang yang dilaluinya. Kini musik memiliki kompleksitas problematiknya yang luas dan mendalam. Musik bukan lagi hanya sekedar sarana pengungkapan diri manusia yang terbatas pada hal-hal yang bersifat ritual, tetapi juga mencakup aspek emosional, sensual, estetis, komunikatif, juga sebagai sarana hiburan, baik di dalam masryarakat perkotaan maupun pedesaan di seluruh dunia. Pertunjukan musik dapat kita jumpai di berbagai acara, baik secara langsung maupun melalui media 1 seperti televisi, internet, radio, dan media lain yang menampilkan pertunjukan musik. Dengan demikian, musik adalah bahagian tidak terpisahkan dari kebudayaan manusia. Musik adalah ekspresi kebudayaan manusia, yang mendukungnya. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dan kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang dijadikan milik manusia dengan proses belajar. Kebudayaan itu memiliki tujuh buah unsur dan salah satunya adalah kesenian.1 Seni ini memiliki rumpun-rumpunnya seperti seni pertunjukan, seni rupa, dan seni mediia rekam. Menurut Murgiyanto, seni terdiri dari rumpun-rumpun seni, antara lain; seni pertunjukkan (seni musik, tari dan teater), seni visual(seni patung, lukis), dan seni media rekam. Pada dasarnya seni bersumber dari perasaan manusia, seperti senang, sedih, marah, kecewa, cinta, dan lain-lain yang dapat diwujudkan dalam bentuk karya seni. Perkembangan dan pertumbuhan seni tidak terlepas dari kehidupan manusia, karena seni sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia. 1 Koentjaraningrat (1980) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi, terbitan Rineka Cistra, Jakarta, membagi kebudayaan dalam dua dimensi yaitu isi dan wujud. Dimensi isi disebutnya juga dengan tujuh unsur kebudayaan universal (elements of cultural universal). Dimensi isi ini terdiri dari: sistem religi, bahasa, organisasi sosial, teknologi, pendidikan, ekonomi, dan kesenian. Seterusnya di sisi lain, dimensi wujud budaya ada tiga, yaitu wujud: (a) ide atau gagasan, (b) aktivitas atau kegiatan, dan (c) artefak atau benda-benda. Kedua dimensi ini saling berhubungan. Misalnya dalam konteks Sumatera Utara, gordang sambilan adalah artefak kebudayaan Mandailing. Di dalamnya terkandung ide kosmologi yang menghubungkan manusia dengan arwah nenek moyangnya, gordang ini menjadi sarana komunikasi. Demikian pula dalam bentuk aktivitas, gordang ini dimainkan oleh para pemusik yang menainkan alat musik: jangat (2 buah), hudong kudong (2 buah), patolu (2 buah), padua (2 buah), dan enek-enek (satu buah). Jumlah gordang ini sembilan.. Ditambah pemain gong (jantan dan dada boru), mongmongan (pamolusi dan pandua-duai), serta pemain sarune. Di dalam kegiatan gordang sambilan ini, terdapat aspek religi, bahasa, ekonomi, organisasi sosial (dalihan na tolu), teknologi, pendidikan, dan kesenian. 2 Kebudayaan musik dunia yang terwujud pada saat ini, mengandung begitu banyak ekspresi yang khas, yang di dalamnya dapat kita temui berbagai keanekaragaman konsepsi, dan gagasan budaya yang tujuan nilai-nilainya begitu mendalam. Penghayatan, pemahaman, dan daya tanggap masyarakat kepada fenomena budaya seni menyebabkan pilihan-pilihan ke mana mereka harus mengapresiasi jenis musik. Ada musik populer dunia, musik pop nasional, musik pop daerah, musik tradisi etnik, musik religi, dan lainlainnya. Termasuk di antara musik religi Islam dalam konteks Sumatera Utara adalah genre (jenis) musik Padang Pasir. Dalam kebudayaan Islam di dunia Islam dan Nusantara, terdapat berbagai jenis seni musik dan tari. Di antaranya adalah nasyid, kasidah, barzanji, marhaban, nazam, gurindam, syair, ghazal, zapin, dana, bedana, selawat. salawaik dulang, kuntulan, hadrah, marawis, saman,meusekat, dikie, zikir, terbangan, cempuling, genjring bonyok, irama Padang Pasir, dan masih banyak lagi yang lainnya.2 Di antara genre-genre seni Islam di atas, kadang saling meminjam dan menggunakan. Contohnya antara nasyid dan kasidah biasanya saling memakai lagu-lagu yang lazim digunakan dalam dua genre ini. Pada awalnya kasidah di Tanah Arab menurut pendapat para informan adalah nyanyian 2 Pada masa sekarang ini, jumlah umat Islam di seluruh dunia adalah sebesar 1,4 milyar jiwa. Islam yang awalnya diturunkan oleh Allah di Tanah Arab dengan konsentrasi di Medianah dan Mekah, kini telah menyebar ke semua penjuru dunia, baik di Timur maupun di Barat. Islam sendiri memiliki hubungan yang erat baik dari segi teologis maupun sejarah, dengan agama yahudi dan Kristen. Ketiga agama ini, dalam pandangan Islam disebut dengan agama samawiyah, yaitu agama wahyu yang diturunkan Allah ke muka bumi ini untuk kemashlahatan umat mmanusia. Di samping agama wahyu ada pula agama ardhiyah, yang muncul dan dikreasikan oleh para tokoh agamanya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah agama Budha, Hindu, Zoroaster, dan riban aliran kepercayaan. Di samping itu juga terdapat manusia yang tidak mempercayai adanya Tuhan, mereka ini selalu digolongkan kepada kelompok atheisme. Pada masa kini, umat Islam yang tersebar ke seluruh penjuru dunia berada dalam 56 negara bangsa, dan terdiaspora ke berbagai belahan bumi. Di antara negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam adalah: Arab Saudi, Yaman, Irak, Iran, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Libya, Tunisia, Algeria atau Alzajair, Kuwait, Oman, Kazakhstan, Uzbekistan, Chechnya, Turki, Syria, Pakistan, Indonesia, malaysia, Brunei Darussalam, Albania, Bosnia Herzegovna, dan lain-lainnya. Di beberapa negara umat Islam ada yang minoritas seperti di Republik Rakyat China, Inggris, Belanda, Perancis, Denmark, Swedia, Jerman, Polandia, Montenegro, Brazil, Uruguay, Chile, Amerika Serikat, Kanada, Kuba, Libanon, Singapura, Thailand, kamboja, laos, Vietnam, dan lain-lainnya. 3 para penunggang (kafilah) unta untuk memuji Nabi Muhammad. Namun dalam perkembangannya di dunia Islam, seni kasidah ini kemudian tidak saja dalam konteks dimaksud, tetapi telah mengalami perkembangan dan pembumian menurut kawasan di mana kasidah itu berkembang. Misalnya di Indonesia terdapat kasidah modern yang menggunakan alat-alat musik elektrik dan menggunakan rentak-rentak Melayu. Di antara lagu kasidah yang terkenal adalah Ya Thoyibah dan lagu-lagu Islamik yang dinyanyikan dan diciptakan oleh kelompok musik populer Indonesia yaitu Bimbo dari Kota Bandung, Jawa Barat, seperti lagu Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya kepada Bapaknya, Tuhan, dan lain-lainnya. Demikian pula dalam konteks Nusantara, muncul berbagai peristilahan setempat, yang tidak dijumpai dari negeri-negeri asal pertumbuhan Islam, khususnya di Jazirah Arab dan Afrika bahagian utara. Dalam hal ini di Nusantara muncul istilah-istilah seni Islam seperti disebut di atas. Misalnya genre salawaik dulang adalah shalawat yaitu pujipujian kepada Nabi Muhammad yang diharapkan syafaatnya oleh seluruh umat Islam di hari akhirat kelak, yabng khas bersuasana Minangkabau. Genre seni ini menggunakan talam (dulang) sebagai alat musik pengiringnya menggantikan alat musik rebana (single headed frame drum chordophone). Di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam muncul pula seni Islam yang disebut dengan tari dan musik saman, yang awalnya muncul di kawasan Gayo dan Alas. Kesenian ini diperkirakan dibawa oleh Syekh Saman yang mengembangkan tarikat samaniyah di Nusantara. Tidak ketinggalan pula, di Sumatera Utara, muncullah istilah musik Padang Pasir, untuk menyebutkan musik-musik Islam yang kuat bersuasana musik Arab. Pengertian padang pasir ini sendiri merujuk kepada kawasan negeri-negeri Arab, yang 4 ciri utamanya adalah merupakan padang pasir atau gurun, yang paling luas adalah Gurun Sahara. Istilah ini populer di tahun 1960-an ketika sebuah orkes, yang bernama ElSuraya, yang lazim membawakan lagu-lagu Islamik dibentuk oleh Haji Ahmad Baqi di Kota Medan. Beliau adalah pelopor awal pembawa musik padang pasir di kawasan Sumatera Utara. Keberadaan Haji Ahmad Baqi dan Orkes El-Suraya pimpinan belaiau ini, menurut pendapat sebahagian besar informan, menjadi penting dalam rangka pembentukan nama dan genre seni musik Padang Pasir di kawasan Sumatera Utara. Bahkan perkembangan genre musik ini sampai ke Negara Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan di negeri-negeri Melayu lainnya. Sebagaimana keberadaan orkes-orkes musik di Kota Medan di dasawarsa 1960-an, salah satunya adalah orkes musik El-Suraya dengan mengolaborasikan seni musik Melayu dan Arab. Kelompok musik El-Suraya didirikan oleh Haji Ahmad Baqi pada tahun 1964. Awal pembentukan ataupun latar belakang berdirinya orkes musik El-Suraya, karena alasan keagamaan yaitu sedikitnya lagu-lagu Islam serta anjuran dari teman-teman Ahmad Baqi yang menggeluti bidang agama di Pesantren Darul Ulum,Tapanuli Tengah. Didirikannya orkes El-Suraya di Kota Medan oleh Haji Ahmad Baqi, bertujuan dakwah. Penyiaran agama Islam ini bisa melalui sisi seni yang diwakili oleh Ahmad Baqi dan sisi syiar Islam yang diwakili ulama yaitu Al-Ustad Azra’i Abdul Rauf dan H. Abdul Razak. Kedua-duanya sebagai guru qori bertaraf international. Ketiga tokoh Islam Sumatera Utara ini bisa bersatu dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran tentang keislaman melalui musik, dengan harapan dikemudian hari kelak bisa dikenang oleh anak cucu mereka. 5 Orkes musik El-Suraya adalah orkes yang beraliran musik Arab. Pemilihan aliran musik ini dilandasi kenyataan bahwa Ahmad Baqi sangat suka mendengarkan lagu-lagu dari Arab, dan beliau juga berpendidikan agama Islam yang ditimbanya dari negeri Arab, yaitu Mesir. Menurut penjelasan para informan, hampir setiap hari beliau meluangkan waktu untuk mendengarkan lagu-lagu Arab tersebut di televisi, yang dipersembahkan oleh penyanyi Islam kenamaan Mesir yaitu Ummi Kalstum, Abdul Halim Hafiz, dan Abdul Wahab. Ketiganya adalah sebagai seniman dan pencipta lagu-lagu Mesir. Aliran musik Arab melandasi tumbuh dan berkembangnya orkes musik El- Suraya adalah karena Ahmad Baqi berasal dari keluarga ulama. Ayahnya H. Abdul Majid, adalah seorang ulama Islam. Selain itu karena Ahmad Baqi pernah mendapatkan pendidikan di Pesantren Darul Ulum, Tapanuli Tengah. Dari sinilah Ahmad Baqi mengadopsi lagu-lagu dari Arab dengan menyatukan lagulagu Melayu seperti gerenek ataupun cengkok menyanyi. Letak perpaduan antara lagu-lagu tersebut bisa disimak dalam album orkes El-Suraya. Penikmat musik bisa menemukan perpaduan antara musik Arab Timur Tengah dan musik Melayu. Seperti yang tercermin dalam lagu-lagu: Selimut Putih, El-Ghuyyum, Balladi, Zikrayat, El-Hamamah, Sadarlah, Takdir, Doa dan Air Mata, dan lain-lainnya. Musik Padang Pasir ini mengalami masa keemasannya di Sumatera Utara selama dua dekade yaitu tahun 1960 sampai 1970-an. Pada masa ini selain kelompoknya Ahmad Baqi muncul pula grup sejenis seperti Orkes Al-Wathan yang dipimpin oleh Mukhlis, juga kelompok Nurul Asiah yang diketuai oleh Hajjah Nurasiah Jamil. Ketiga tokoh inilah sebagai ikon musik Padang Pasir di Sumatera Utara. Di era 1980-an dan 1990-an keberadaan musik Padang Pasir sedikit meredup, seiring datangnya perubahan zaman. Era ini kemudian diewarnai dengan munculnya grup nasyid dan kasidah yang didukung oleh industri rekaman baik di tingkat nasional maupun 6 internasional. Era ini muncul grup-grup nasyid seperti Snada, Al-Kahfi, Debu, dan lainlainnya di peringkat nasional, yang umumnya memprduksi musik Islam di Jakarta di bawah beberapa perusahaan rekaman. Di Asia Tenggara khususnya Malaysia juga muncul kelompok-kelompok nasyid yang sifat penyebarannya adalah internasional. Di antanya yang terkenal adalah Raihan, ada pula Inteam, Hijaz, dan lain-lain. pangsa pasar mereka adalah Dunia Melayu seluruh Asia Tenggara. Selain itu ada pula kelompok musik Islam yang memperkenalkan vokal anak-anak yang bertujuan mengisi produksi musik Islam untuk anak-akan.. Di antaranya yang terkenal adalah Yulis. Untuk mengisi keberadaan genre musik Islam, maka beberapa generasi penerus genre padang Pasir, ingin terus mengekalkan seni ini. Di antaranya adalah Al-Shabab pimpinan Zulfan Effendi Lubis. Begitu pula dengan El-Suraya yang dipimpin oleh putra Ahmad Baqi yaitu Ahmad Syauqi. Kedua-duanya berada di Kota Medan. Sementara di Kota Binjai adalah kelompok Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah pimpinan Hajjah Saidah Lubis. Berdasarkan aspek sejarah musik Islam diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab yang datang untuk menjual berbagai kebutuhan3. Selain para pedagang ada juga kaum ulama yang datang untuk menyebarkan agama Islam sekaligus menyebarkan musik-musik yang bernuansa Islami yang di kenal di Indonesia yaitu musik Padang Pasir. Musik hiburan Padang Pasir sudah menjadi sebuah kebutuhan komunikasi bagi masyarakat yang menginginkan adanya perubahan 3 www.anneahira.com/irama-padang-pasir.html. 7 dalam kehidupan masyarakat menuju kebaikan melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir. Menurut pendapat informan, pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia awalnya tumbuh di Sumatera Utara sekitar tahun enam puluhan.4 Perkembangan zaman menimbulkan perubahan seperti pada berbagai jenis grup musik yang hampir sama dengan Orkes Padang Pasir yaitu seperti grup musik nasyid dan shalawat. Nasyid adalah grup musik yang mengandalkan suara vokal dan tarian, dan hanya menggunakan alat musik seperti marawis (gendang kecil), hajir (gendang besar) dan tamborin. Contoh lagu yang dibawakan oleh grup nasyid sama seperti lagu yang dibawakan oleh grup Padang Pasir yaitu lagu-lagu yang di ciptakan oleh Ahmad Baqi dan Nurasiah Jamil. Hanya konsep penyajian musiknya saja yang berbeda. Shalawat adalah grup musik Islam yang mengutamakan tema pada puji-pujian atau shalawat kepada Nabi Muhammad, yang menggunakan alat musik seperti beduk, biola, gitar, bahkan dengan jumlah personil yang tidak terbatas. Contoh lagu yang dibawakan grup nasyid adalah lagu-lagu yang dibawakan oleh Rayhan, Kahfi, Rabani, Madani, dan Opik. Keberadaan musik Padang Pasir tidak hanya dikarenakan kebutuhan rohani saja, namun banyak juga masyarakat yang menyukai musik ini dikarenakan irama-irama dan syair-syair dari musik itu sendiri yang juga bukan hanya ditujukan untuk kebutuhan religi, tetapi sekaligus untuk hiburan, khususnya untuk masyarakat muslim di Binjai. Kota Binjai adalah salah satu kota di Sumatera Utara yang menjadi tempat 4 Wawancara dengan Ibu Hajjah Saidah Lubis, selaku pimpinan Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah pada tanggal 28 Novenber 2011. 8 berkembangnya musik Padang Pasir. Dari perkembangan musik Padang Pasir ini munculah beberapa grup-grup di kota Binjai, salah satunya yaitu Grup irama Padang Pasir yang bernama Nurul Hasanah. Grup ini berdiri sendiri sampai sekarang ini dan memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Berdasarkan pengamatan sementara masyarakat di Kota Binjai, kemunculan Orkes Padang Pasir saat ini cukup diminati oleh masyarakat yang umumnya beragama Islam, ulama, dan para seniman di Binjai. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertunjukan yang dilaksanakan oleh grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah sebagai musik hiburan di Kota Binjai. Nurul Hasanah merupakan grup musik Padang Pasir di kota Binjai yang merupakan grup musik yang terdiri sejak tahun 1990. Beralamat di komplek Asrama 121 Kebun Lada Binjai. Pemimpin grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang bernama Hajjah Saidah Lubis. Beliau bertempat tinggal di Asrama 121, Kebun Lada, Binjai. Tempat tinggal beliau sekaligus menjadi tempat di mana para personil-personil musik Nurul Hasanah latihan. Nurul Hasanah tumbuh karena para musisi yang ingin mengembangkan musik yang bernuansa Islami ini agar tidak punah dan berkembang dari zaman ke zaman, karena musik Padang Pasir di Binjai cukup diminati sebagai wadah hiburan oleh masyarakat Muslim di kota Binjai. Di mana kegiatan mereka di sini adalah sebagai musik hiburan, yang biasanya berkegiatan dalam acara pernikahan, sunatan, Isra’Miraj, dan Maulid Nabi dan acara keagamaan lainnya. Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah dulunya memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung segala aktivitas persiapan untuk pertunjukan, seperti alat 9 musik suling, akordion, keyboard, biola, conga, dan tempat latihan. Namun, setelah zaman terus berkembang, sudah sangat jarang sekali orang yang bisa menggunakan alat musik yang tidak umum seperti akordion dan suling, sehingga sarana di Nurul Hasanah ini juga semakin berkurang yang sekarang hanya menggunakan alat musik seperti biola, conga, keyboard, dan tamborin. Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik yang selalu menyajikan suatu struktur musik dengan tujuan untuk dipertunjukkan. Grup musik ini menggarap musik-musik irama Padang Pasir menjadi lebih modern dengan menggunakan alat musik Barat dan digarap sebaik mungkin. Sehingga dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, penonton dapat menikmati musik mereka dan mengambil pesan yang disampaikan. Saat ini cukup banyak orang yang mengadakan acara seperti pesta pernikahan, sunatan, bahkan acara hari besar keagamaan seperti Isra’ Mi’raj, dan Maulid Nabi, yang menginginkan grup musik Padang Pasir sebagai hiburan untuk menghibur para tamu atau masyarakat setempat. Karena selain membawakan lagu-lagu yang bernuansa islami, Nurul Hasanah juga membawakan lagu-lagu hiburan seperti dangdut, India, Batak, Melayu dan lain-lain. Bagi para seniman ini sendiri, menjadikan grup musik Padang Pasir adalah sebagai wadah atau ajang kreativitas untuk menuangkan kemampuan yang mereka miliki untuk diasah agar menjadi lebih berkembang dan lebih berkualitas khususnya di grup musik Nurul Hasanah Binjai. Keberadaan Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah telah mengambil hati para masyarakat setempat. Musik Padang Pasir juga mendapat sambutan dari berbagai kelompok atau kalangan kelompok seni di Binjai maupun di Medan, dan ini terbukti dari 10 semakin bertambahnya kelompok-kelompok seni musik yang mendirikan grup-grup musik Padang Pasir sebagai wadah hiburan khususnya di Kota Binjai. Ketertarikan penulis terhadap keberadaan kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini adalah sebagai berikut. (i) Kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini berada di luar Kota Medan, yaitu tepatnya di Kota Binjai, yang selama ini bahwa pusat perkembangan awal orkes Padang Pasir adalh di Kota Medan, khususnya orkes pertama Padang Pasir El-Suraya pimpinan H. Ahmad Baqi; (ii) Kelompok musik Padang Pasir Nuruln Hasanah ini, dibentuk dan didirikikan oleh Hajjah Saidah Lubis ketika genre musik ini mengalami penurunannya. Apa latar belakang kelompok ini mempertahankan genre musik padang Pasir di tengah munculnya genre-genre yang menguasai pangsa pasar musik Islam. Apakah mereka ini berhasil? Apa-apa saja yang menjadi tantangannya. (iii) Dibandingkan dengan kelompok Orkes El-Suraya yang diteruskan oleh keturunan kandung Ahmad Baqi yaitu Ahmad Sauqi, maka Hajjah Saidah Lubis hanyalah sebagai bekas vokalis El-Suraya, maka bagaimana ia meneruskan genre musik Padang Pasir ini sesuai dengan kapasitasnya? (iii) Secara keilmuan, fenomena kelompok musik Padang Pasir Nurul hasanah di Kota Binjai ini, amat menarik dilihat dari aspek enkulturasi budaya dan juga persebarannya dari Kota Medan ke Binjai. (iv) Selain itu, kalau dalam perkembangan awal, orkes irama Padang Pasir sangatlah menonjol peran kaum lelaki, maka di dalam kelompok Nurul Hasanah ini, maka penulis melihatnya agak meononjol peranan kaum wanita, khususnya yang diperankan oleh Hajjah Saidah Lubis. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengkaji dan mengangkat topik ini menjadi bahan penelitian untuk bahan skripsi saya dengan judul: Analisis Fungsi, Struktur Musik, dan Lirik Lagu-lagu yang Dipertunjukkan oleh Kelompok Musik Padang 11 Pasir Nurul Hasanah di Binjai, Sumatera Utara. Ada tiga penekanan utama kajian ini yaitu fungsi sosial dan budaya, struktur musik yang mencakup aspek melodi dan ritme, serta struktur lirik atau teks lagu-lagu yang disajikan oleh kelompok ini. 1.2 Pokok Permasalahan Banyak aspek keilmuan secara etnomusikologis yang dapat dikaji melalui keberadaan dan fenomena kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Kota Binjai ini, baik dari segi fungsional, struktural, sosial, psikologis, dan lain-lainnya. untuk itu, perlu ditentukan pokok masalah agar lebih terfokusnya studi yang penulis lakukan ini. Adapun pokok permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana fungsi dan penggunaan musik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Fungsi dan penggunaan ini mencakup sejauh apa music mereka ini digunakan dan difungsikan oleh masyarakat pendukungnya, terutama masyarakat Islam di Kota Binjai dan sekitarnya. 2. Bagaimana struktur musik yang disajikan oleh Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Struktur musik yang akan dikaji mencakup aspek melodi, ensambel yang digunakan, ritme, dan sejenisnya yang terangkum dalam dimensi ruang dan waktunya. 3. Bagaimana struktur lirik yang disajikan oleh Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Struktur lirik yang penulis maksud adalah struktur teks yang digunakan dalam lagulagu yang dinyanyikan oleh penyanyi di dalam kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah. Struktur ini dilatarbelakangi oleh kebudayaan di mana ia tumbuh, dalam 12 hal ini adanya pantun, rima (persajakan), baris teks, bait, dan seterusnya. Dengan berkonsentrasi dalam tiga aspek ini, maka diharapkan penelitian ini akan lebih terfokus dan terarah. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapaun tujuan dari penelitian ini meliputi: 1. Untuk mengetahui fungsi dan penggunaan musik orkes Padang Pasir Nurul Hasanah. 2. Untuk mengetahui struktur musik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah. 3. Untuk mengetahui struktur lirik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah. 1.3.2 Manfaat Penelitian Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan yang lebih dalam lagi kepada para pembaca terhadap fungsi dan penggunaan musik orkes Padang Pasir di kota Binjai. 2. Penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah skripsi ini dapat menjadi Sebagai salah satu sumber informasi dan dokumentasi bagi para pembaca. 3. Penelitian ini akan bermanfaat kepada para pembaca dan semua orang yang memiliki kepedulian terhadap eksistensi orkes Padang apsir untuk menambah pengetahuan tentang struktur musik dan struktur lirik. 13 4. Memberikan manfaat kepada disiplin etnomusikologi dalam melihat musik, kebudayaan, kreativitas, dan pengembangan karya musik. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris. Konsep merupakan hal yang paling penting dalam melaksanakan penelitian. Konsep digunakan sebagai alat untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan penjabaran. Maka dari itu penulis memberikan konsep dari beberapa kata yang ada dalam tulisan ini sesuai dengan judul yang dibahas. (a) Konsep tentang analisis yang dimaksud dalam tulisan ini adalah mencakup: (1) penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, perbuatan dan lain sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebabmusabab, duduk perkaranya, dan lain sebagainya), (2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, (3) penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat-zat bagiannya dan sebagainya, dalam tulisan ini maknanya tidak mengacu kepada penyelidikan kimia, tetapi penyelidikan kebudayaan, (4) penjabaran sesuadah dikaji sebaik-baiknya, (5) proses pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya, (6) penguaraian karya sastra atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antara unsur-unsur tersebut, (7) proses akal yang memecahkan masalah ke dalam bagian-bagiannya menurut metode 14 yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya (Poerwadarminta, 1990:32). (b) Untuk lebih memahami penggunaan dan fungsi yang dimaksud, dalam penelitian ini lebih mengacu pada pandangan Allan P Marriam (1964:210) mengenai fungsi dan penggunaan musik. Penggunaan (use) lebih menitik beratkan pada masalah situasi atau cara bagaimana musik itu digunakan, sedangkan fungsi (function) lebih menitik beratkan pada alasan penggunaan atau tujuan pemakaian musik itu sendiri, dengan maksud yang lebih luas sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan dalam konteks penyajiannya. (c) Dalam Kamus Dewan (2002) musik didefinisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah. Menurut Wikipedia Indonesia (2007) musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. (d) Struktur adalah unsur serapan dari bahasa Inggris yaitu structure. Kata ini memiliki arti sebagai: susunan, bangunan dan kerangka (Echols dan Shadily 1978:563). Dalam kaitannya dengan tulisan ini, struktur yang dimaksud adalah merujuk kepada dua aspek yaitu struktur melodi dan struktur teks atau lirik. Struktur melodi lebih khusus merujuk kepada melodi lagu ciptaan Ahmad Baqi, yang terdiri dari unsur-unsur: tangga nada, nada dasar, formula melodi, interval yang digunakan, nada yang digunakan, polapola kadensa, dan kontur melodi. Sementara untuk teks atau lirik mencakup genre sastranya yaitu pantun, atau puisi. Kemudian kata-kata ini disusun oleh baris, bait, rima 15 atau sajak, makna-makna (denotatif dan konotatif), interyeksi, struktur intrinsik, dan lainlainnya. (e) Lirik atau teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari dari pengarang, kutipan dari Kitab Suci untuk pangkal ajaran, serta bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, dan sebagainya (Poerwadaminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005). Dalam kaitannya dalam penelitian ini, maka yang dimaksud dengan teks adalah lirik lagu-lagu Padang Pasir yang diciptakan oleh Ahmad Baqi. Teks ini ada yang berupa pantun, dan ada pula yang berupa puisi bebas karangan beliau, yang disesuaikan dengan progresi musiknya. (f) Musik Padang Pasir adalah salah satu musik yang memiliki irama Islami. Awalnya musik Padang Pasir ini hanya diminati oleh keturunan Arab saja, tapi sekarang sudah banyak penduduk pribumi yang menyukai lagu-lagu Padang Pasir. Musik yang berasal dari Timur Tengah ini memiliki sejarah yang sudah sangat lama dan ini dimulai sejak tahun enam puluhan. Dahulunya musik Padang Pasir bernama musik Gambus, dan setelah zaman berkembang maju, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah menjadi musik Padang Pasir.5 Musik Padang Pasir memiliki suara atau irama-irama yang berunsur Islami, baik dalam syair, melodi, dan ritme. Bahkan cara berpakaian personil grup Padang Pasir sangat menonjolkan unsur Islami. Musik Padang Pasir bukan hanya sekedar sebuah alat pengungkapan perasaan dari diri manusia yang terbatas pada hal-hal yang bersifat emosional dan sensual saja, tapi juga sebagai wadah hiburan. Musik hiburan Padang Pasir menjadi sebuah kebutuhan komunikasi bagi masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan untuk menata hidup kearah kebaikan. 5 www.wikipedia.com 16 Musik Padang Pasir merupakan musik yang syair-syairnya dapat membantu manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada pencipta alam dan isinya. Melalui syairsyair yang ada pada musik Padang Pasir, manusia dapat belajar arti hidup dan kehidupan. Lagu-lagu musik Padang Pasir mengandung syair-syair bernilai positif, karena dalam syair-syair tersebut terdapat banyak nilai-nilai agama yang secara tidak langsung mengajak pendengar lagu tersebut untuk menyadari perbuatan-perbuatan negatif yang dilakukannya selama di dunia, seperti lagu Selimut Putih, Do’a dan Air Mata, dan Takdir. Lagu-lagu yang bernuansa islami ini mulanya diciptakan oleh Bapak Prof. H. Ahmad Baqi yang merupakan pimpinan Grup musik Padang Pasir El-Surayya yang bertempat tinggal di Kota Medan. Beberapa dari anggota grup musik El-Surayya bertempat tinggal di Kota Binjai. Bapak Prof. H. Ahmad Baqi telah wafat, dan Grup ElSurayya pun juga menjadi fakum dan tidak berkegiatan lagi untuk sementara waktu berhubung sedang berduka, dan akhirnya mereka keluar dari grup musik El-Suraya dan kemudian mereka membentuk grup Marhaban di Kota Binjai. Grup Marhaban ini terdiri dari kumpulan ibu-ibu yang membacakan doa dengan cara dinyanyikan (barzanji). Barzanji ini dilaksanakan pada upacara pernikahan dan khitanan, grup Marhaban ini membawakan lagu Islami dengan mempergunakan alat-alat musik pukul seperti tambourin, gendang besar, dan gendang kecil. Grup Marhaban yang hanya mengandalkan suara vokal dan alat-alat musik yang tidak bernada ini akhirnya mempunyai semangat dan ide kreatif untuk membentuk kembali grup musik Padang Pasir, hal ini dikarenakan ada beberapa anggota grup Marhaban yang menguasai alat musik seperti biola dan gendang, dan hanya penambahan alat musik akordion dan keyboard membuat grup musik ini menjadi lengkap sehingga berubah menjadi grup 17 musik Padang Pasir. Grup musik Padang Pasir ini muncul dan dinamakan Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang artinya adalah Cahaya Kebaikan yang dipimpin oleh Ibunda Hajjah Saidah Lubis. Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah berdiri pada tahun 1990 yang beralamat di Asrama 121 Kebun Lada Binjai. Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini tumbuh karena para musisi di grup ini ingin mengembangkan musik yang bernuansa islami ini agar tidak punah dan dapat berkembang hingga saat ini. Selain itu penghasilan yang diperoleh dari setiap pementasan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah juga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi para musisi-musisi di Nurul Hasanah6. 1.4.2 Teori Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Dengan pengembangan teori-teori yang diangkat dari analisis kepustakaan, diharapkan dapat mendukung pikiran penulis apalagi didukung oleh fakta-fakta yang ada, sehingga peneliti ini dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang didasarkan pada tujuan yang telah dibuat . Dalam disiplin ilmu etnomusikologi, Merriam (1964:7-18) menyatakan bahwa dalam studi etnomusikologi tidak terlepas dari konteks kebudayaan secara keseluruhan. Untuk memahami penggunaan dan fungsi musik pada penyajian Orkes Padang Pasir pada permasalahan ini penulis berpedoman pada pendapat Allan P meriam (1964:209-226) yang menyatakan tentang penggunan musik yang meliputi perihal pemakaian musik dan 6 Wawancara dengan Ibu Hajjah Saidah Lubis, pada tanggal 10 Desember 2011 18 konteks pemakaiannya atau bagaiman musik itu digunakan. Berkenaan dalam hal penggunaan yang dikemukakan oleh Allan P Merriam (1964:217-218) menyatakan perihal penggunaan musik sebagai berikut: (1) Penggunaan musik dengan kebudayaan material, (2) Penggunaan musik dengan kelembagaan sosial, (3) Penggunan musik dengan manusia dan alam, (4) Penggunan musik dengan nilai - nilai estetika, (4) Penggunaan musik dengan bahasa. Untuk menemukan jawaban perihal fungsi musik berikut penulis berpedoman pada pendapat Allan P Merriam yang menyebutkan bahwa terdapat sepuluh fungsi musik dalam ilmu etnomusikologi yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi pengungkapan estetika, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, (8) fungsi pengesahan lembaga sosial, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan, dan (10) fungsi pengintegrasian masyarakat. Guna musik yang disajikan oleh grup Padang Pasir Nurul Hasanah, adalah pada acara pernikahan, sunatan, dan hari besar agama Islam lainnya. Fungsi utamanya adalah sebagai sarana dakwah agama Islam, yang juga berfungsi sebagai hiburan, pendidikan, kesinambungan kebudayaan, mentransmisikan makna-makna, dan lain-lainnya. Dengan adanya penyajian musik dari Nurul Hasanah mampu menghibur para pengunjung yang berkunjung ke acara-acara tersebut, namun ada sebagian kecil yang kurang merasakan hal itu namun hal itu tidak berpengaruh terhadap musik yang disajikan Nurul Hasanah hingga tetap bertahan sampai sekarang. Untuk mengkaji struktur musik Padang Pasir, dalam hal ini penulis menggunakan teori weighted scale yang dikemukakan oleh William P Malm (1977:8) yang digunakan 19 untuk mengkaji aspek musikal yang terdiri dari : (1) tangga nada, (2) nada dasar (pitch centre), (3) wilayah nada (ambitus), (4) jumlah pemakaian nada, (5) interval yang dipakai, (6) pola kadensa, (7) formula nada, (8) kontur (garis melodi). Untuk mengkaji struktur lirik, dalam hal ini penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Saussure yang digunakan untuk mengkaji aspek verbal terutama dialog atau teks nyanyian. Teori semiotika digunakan penulis dalam rangka usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri. Pierce juga menginterpertasikan bahasa sebagai system lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representatum, (2) pengamat (interpretan), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan. Dalam kaitannya teori semiotik untuk mengkaji teks lagu Padang Pasir, maka penulis mengutip pendapat van Zoest (1996:11). Menurutnya di dalam teks terdpat ikon, apabila adanya persamaan suatu tanda tekstual dengan acuannya. Segalanya memiliki kemungkinan untuk dianggap sebagai suatu tanda. Penyusunan kalimat dalam sajak adalah tanda. Adanya kalimat yang panjang adalah tanda. Banyaknya kata sifat, pergantian vokalisasi dalam sebuah cerita, panjang pendeknya sebuah teks, semua itu bisa dianggap sebagai tanda. 20 Dalam rangka kerja teori semiotik peneliti hendaklah menafsir tanda dalam teks. Suatu gejala struktural, baik yang muncul dalam teks pada tingkatan dalam kalimat maupun pada tingkatan teks yang lebih luas, selalu dapat dianggap sebagai tanda. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara-cara bekerja untuk dapat memahami objek penelitian dan merupakan bagian yang penting untuk diketahui oleh seorang peneliti. Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini dengan judul skripsi, Analisis Fungsi, Struktur Musik, dan Lirik Lagu-lagu yang Dipertunjukkan oleh Kelompok Musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Binjai, Sumatera Utara; maka di sini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang dideskripsikan berupa tulisan, rekaman secara lisan, gambar, angka, pertunjukan kesenian dan berbagai bentuk data lain yang bersumber dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1.5.1 Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca berbagai buku dan skripsi yang berhubungan dengan tulisan sehingga dapat menambah wawasan peneliti untuk mengembangkan tulisan tersebut. Selain itu penulis juga mengambil sebagian data dari internet yang berhubungan dengan tulisan dengan tujuan untuk membuat tulisan semakin sempurna. salah satu sumber utama yang sangat penting yaitu diperoleh dari hasil observasi terhadap objek yang akan diteliti yaitu melalui wawancara langsung terhadap beberapa informan. 21 1.5.2 Tempat Penelitian Tempat penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan tulisan ini yaitu di Binjai, tepatnya di grup musik Nurul Hasanah Binjai yang terletak di Asrama 121 Kebun Lada, Binjai. Tempat penelitian ini sekali gus juga sebagai rumah kediaman Ibu Hajjah saidah Lubis bersama dengan keluarganya. 1.5.3 Pengumpulan Data Untuk mendukung data-data yang diperoleh di lapangan, penulis melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian Dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa hal yang begitu sering dilakukan seperti uraian berikut ini. 1.5.3.1 Observasi Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap subjek yang akan diteliti, baik secara langsung maupun tidak langsung yang menggunakan tehnik yang disebut dengan pengamatan atau observasi (Muhammad Ali, 1987:25). Observasi, terlibat dalam pertunjukan, tanpa memposisikan diri sebagai pelaku pertunjukan, sering menyaksikan berlangsungnya pertunjukan dari awal sampai akhir. Hal ini berguna untuk mengenal dengan baik dan lebih jauh lagi jalannya pertunjukan dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Sesuai dengan pendapat diatas, maka 22 pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis, bertujuan agar pengamatan ini menciptakan komunikasi yang baik antara penulis dengan kalangan pemusik atau seniman musik Padang Pasir tersebut, dan juga masyarakat setempat, sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara lebih akurat. Maka dalam hal ini observasi dapat dilakukan dengan cara: 1. Melakukan observasi langsung ke lokasi latihan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai. 2. Melakukan observasi langsung ke lokasi pertunjukan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai. 1.5.3.2 Wawancara Menurut Poerwadarminta dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1559) “wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk diminta keterangan atau pendapat mengenai sesuatu hal. Menurut Koentjaraningrat (1991:136) bahwa kegiatan wawancara secara umum terbagi atas tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, tehnik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara. Wawancara terdiri dari dua jenis, wawancara terfokus dan wawancara bebas. Wawancara terfokus dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan tidak membosankan atau membuat kaku suasana antara penulis dan informan. Sedangkan wawancara bebas dilakukan secara tidak terfokus, tetapi mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan. Sesuai dengan teknik wawancara diatas, penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak di antaranya: 23 1. Wawancara dengan pemimpin grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai. 2. Wawancara dengan para pemusik grup musik Nurul Hasanah Binjai. 3. Wawancara dengan para penyanyi grup musik Nurul Hasanah Binjai. 4. Wawancara dengan mantan personil grup musik El-Suraya 5. Wawancara pada masyarakat yang sedang melihat pertunjukan grup musik Nurul Hasanah Binjai. Pada saat wawancara penulis tidak melakukan perekaman karena keadaan yang tidak memungkinkan (suara musik yang cukup besar dan kesibukan para informan), namun walaupun demikian peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan setelah melakukan wawancara dengan para informan dan semua data-data tersebut dicatat sewaktu penulis berada di lapangan dan kemudian diolah di kerja laboratorium. 1.5.3.3Kerja Laboratorium Kerja laboratorium disebut juga analisis yang merupakan pengolahan data yang diperoleh dari kerja lapangan, setelah pengolahan data dianalisis kemudian disusun secara sistematis sehingga hasilnya dapat dikembangkan sebagai bahan yang akurat dalam pembahasan masalah yang dihadapi. 24 BAB II GAMBARAN UMUM PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR DI NUSANTARA DAN SUMATERA UTARA 2.1 Pengertian Musik Padang Pasir Musik Padang Pasir adalah salah satu jenis musik Kasidah yang memiliki irama bernuansa islami. Musik Padang Pasir memiliki suara atau irama-irama yang bernuansa islami, dan cenderung ke dakwah baik dalam syair, melodi, dan ritme dan unsur Arab sangat menonjol dalam irama meski ada juga pengaruh lain.7 Musik Padang Pasir merupakan musik yang syair-syairnya dapat membantu manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada pencipta alam dan isinya. Kecenderungan dakwah dalam seni terutama musik, bukan semata-mata propaganda, sebab pengertian dan peranan dakwah dalam Islam sangat luas sekali. Sajak atau syair-syair dalam musik Padang Pasir mengandung unsur agama, sehingga mengajak pendengarnya untuk berbuat kebaikan yang diridhai Allah SWT. Melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir, manusia dapat belajar arti hidup dan kehidupan, sehingga akan membuat manusia lebih tawakal (berserah diri kepada Allah sebagai seorang makhluk). 7 www.wikipedia.com 25 2.2 Perkembangan Musik Padang Pasir di Indonesia Musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, dan dikembangkan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling memengaruhi di antaranya adalah seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya. Hal ini bermaksud untuk mempersatukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik Padang Pasir. Menjadikan musik Padang Pasir sebagai perbendaharaan seni musik di masyarakat, sehingga musik Padang Pasir lebih menyentuh pada sektor komersial umum. Musik Padang Pasir juga adalah musik yang berkembang secara tradisional, di kalangan suku-suku tertentu. Keberadaan musik Padang Pasir yang digunakan sebagai hiburan, tentunya sudah sangat sering dilakukan dalam sebuah seni pertunjukan. Dalam sebuah pertunjukan seni, musik Padang Pasir sering diaransemen kembali menjadi sebuah musik yang lebih modern dan dalam jumlah pemusik yang diminimaliskan dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan. Musik Padang Pasir adalah perkembangan seni yang terpengaruh dari dampak modernisasi. Musik yang bernuansa dari Timur Tengah ini memiliki sejarah yang sudah dimulai sejak tahun enam puluhan di Indonesia. Musik Padang Pasir dulu sering disebut musik Gambus, namun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah menjadi musik Padang Pasir8. Oleh karena itu, musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan sekarang ini teknologi telah mengubah warna musik. Berbagai jenis musik 8 www.wikipedia.com 26 telah banyak yang menggunakan alat-alat elektronik yang sesuai dengan apa yang dialami oleh jaman sekarang ini. Awalnya musik Padang Pasir ini hanya diminati oleh penduduk Indonesia dari keturunan Arab saja, namun sekarang sudah banyak juga penduduk pribumi yang menyukai lagu-lagu musik Padang Pasir. Musik Padang Pasir diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab yang datang untuk menjual berbagai kebutuhan9. Selain para pedagang ada juga kaum ulama dari Arab yang datang untuk menyebarkan agama islam sekaligus menyebarkan musik-musik yang bernuansa Islami di Indonesia. Musik Padang Pasir telah dikembangkan oleh seorang seniman keturunan Hadramaut (Yaman Selatan) kelahiran Surabaya, yakni Syech bin Abdullah Albar (1908-1947). Namanya melambung bersamaan dengan kemajuan peredaran piringan hitam di Indonesia, dan pada saat yang sama pula stasiun-stasiun penyiaran radio juga sedang gencar dibangun di Indonesia. Sehingga Syech Abdullah Albar memiliki popularitas melebihi dari penyanyi musik Padang Pasir sebelumnya, seperti Umi Kalsoum, Abdul Wahab, dan Farid Alatras. Pada tahun 1935, suara Syech Abdullah Albar pertama kali mengudara lewat Studio Nirom yang sekarang telah menjadi RRI Stasiun Surabaya. Lagu-lagu Syech Abdullah Albar sering diputar hampir setiap minggu. Bukan itu saja, piringan hitam rekamannya juga tersebar luas di Malaysia dan Jazirah Arab. Namun seniman berbakat itu wafat di usia muda pada 30 Oktober 1947 di Surabaya. Sepeninggal Syech Abdullah Albar sampai era tahun 1950-an, orkes-orkes musik Padang Pasir makin banyak bermunculan dan terkenal. Setiap malam jumat selalu ada dua grup yang selalu tampil 9 www.anneahira.com/irama-padang-pasir.htm 27 mengisi siaran di RRI Stasiun Surabaya . Dua grup yang selalu tampil adalah Orkes Padang Pasir Al-Wardah pimpinan Muchtar Lutfie dan Orkes Padang Pasir Al-Wathan pimpinan Hasan Alaydrus. Namun pada tahun 1960-an pamor orkes-orkes tersebut menurun akibat Politik Demokrasi Terpimpin yang melarang kesenian di Indonesia bercampur dengan kebudayaan asing. Sering kita mendengar bahkan menyanyikan lagu "Perdamaian" yang dipopulerkan group band GIGI, atau lagu Kota Santri yang dilantunkan penyanyi Diva Indonesia, Krisdayanti. Namun, sama sekali tidak disadari, kedua lagu tersebut merupakan lagu-lagu kasidah modern yang sebelumnya telah dipopulerkan oleh group musik Padang Pasir Nasida Ria asal Semarang yang hingga kini masih melegendaris. Grup musik kasidah modern ini berdiri 1975 di Kauman, Semarang, dan hingga kini telah menelurkan 34 album berbahasa Indonesia dan dua album berbahasa Arab. Album perdana, Alabaladil Makabul, diproduksi 1978 di bawah PT Ira Puspita Record yang dipasarkan di dalam dan luar negeri. Grup musik Nasida Ria telah mampu menembus hiruk pikuk berbagai aliran musik, dengan sentuhan dan kreasi yang mengkombinasikan irama Padang Pasir ini menjadi disukai masyarakat. Nasida Ria berawal dari grup rebana yang berkat inovasi dan kreasi Mudrikah Zain. Grup ini memiliki genre tersendiri, dengan ciri khasnya berupa artis dan musisi pendukung yang terdiri dari wanita berjilbab. Nasida Ria tercatat telah menyambangi beribu tempat untuk mengisi acara, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan sejumlah lagunya yang sudah tidak asing di telinga penggemar seperti Shalawat Badar, Kaya Miskin Bahagia, Damailah Palestina, Magadir, dan Nabi Muhammad Insan Pilihan. Kiprah perjalanan Nasida Ria antara lain, mengisi paket Acara Hari Raya Idhul 28 Fitri di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta setiap tahun, Tour Show Silaturrahmi Djarum 76 di 16 Kota Jateng 2001-2004. Selain itu, grup musik ini juga pernah tampil dalam Islamic Art and Cultural Perfomance di Batam Kepulauan Riau [2004] dan Isra' Mi'raj di Tanjung Pinang [2006], serta berbagai tempat di pelosok tanah air. Baik undangan hajatan maupun acara resmi berbagai lembaga. Sementara di luar negeri, Nasida Ria juga pernah tampil memenuhi undangan Kerajaan Malaysia pada peringatan 1 Muharam 1988, Berlin Maret 1994, undangan Haus de Kulturen derWelt (Lembaga Kebudayaan Jerman) dalam paket Die Garten des Islam (Pameran Kesenian Islam Dunia). Di Jerman Juli 1996, grup ini tampil dalam festival Heimatklange ‘96 Sinbad Travels di delapan kota seperti Berlin, Reclinghousen dan Dusseldof, atas undangan Cultural Departement of The Senat of Berlin and Tempodrom, SFB, ORB, European Forum of Worldwide Music Festival. Atas kiprah dan pretasi yang telah diperoleh, Nasida Ria banyak mendapat penghargaan, seperti Pengemban Budaya Islam dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pusat Jakarta (1989), Penghargaan Seni dari PWI Jateng (1992) dan Anugrah Keteladanan dari PRPP Jateng (2004). 2.3 Perkembangan Musik Padang Pasir di Sumatera Utara Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia kemudian tumbuh di Sumatra Utara sekitar tahun 1960-an. Tokoh-tokoh seperti Hasyim P.E., H. Adam Sakimaman, H. Azra'i Abdurrauf dan H. A. Rifai Abdja Manaf adalah tokoh yang dikenang sebagai penggerak orkes berirama Padang Pasir di Sumatera Utara. H. Azra'i sekarang lebih dikenal sebagai guru para qari dan qariah yang mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran Nasional, selain pernah dikenal sebagai ahli kasidah di Sumatera Utara 29 namanya juga terdengar sampai ke Malaysia. Ketika masih bekerja di Nirom sejak tahun 1938, H. Rifai sudah memulai karirnya sebagai pencipta lagu bernafas Islami. Lagu karya anggota DPRD Kotamadya Medan dari Golkar ini yang sangat populer sampai sekarang adalah lagu Panggilan Jihad yang meneriakkan seruan "Allahu Akbar". Sehingga lagu ini dinilai oleh Menteri Kemajuan Tanah, Galian dan Tugas-tugas Malaysia, Datuk Ashry bin Haji Muda, sebagai lagu yang membangkitkan semangat dan kepahlawanan bagi perjuangan umat Islam. Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara terutama di Kota Medan, sudah semakin banyak grup yang memperlihatkan kuantitasnya. Selain bertujuan untuk dakwah, masing-masing grup berlomba menyempurnakan jumlah pemain dan peralatan. Kuantitas ini mulai diperlihatkan sejak munculnya El-Kawakib yaitu sebuah lembaga gabungan orkes-orkes Padang Pasir yang ada di Medan yang terdiri dari berbagai nama. Tetapi apabila mereka dibutuhkan, mereka harus bersedia bermain di bawah sebuah nama grup di luar nama grup mereka sendiri. Sebagai pelopornya waktu itu adalah H. Rivai, Prof. H. Ahmad Baqi, dan Muhaddis Nasution. El-Kawakib didirikan sejak tahun 1968. Tetapi entah apa sebabnya, aktivitas dan perkembangan orkes gabungan ini sekarang tidak lagi berkembang. Aktivitasnya sudah tak terdengar lagi, sehingga orang mengira mereka sudah pasif. Padahal cita-cita El-Kawakib sejak mulai didirikan, yaitu agar para pemain mendalami musik modern dan klasik yang tidak saja berbau Arab. El-Kawakib diharapkan nantinya bisa menjadi sebuah orkes simphoni10. Tetapi cita-cita itu ternyata kandas. 10 Wawancara dengan Ibu Hajjah Saidah Lubis, selaku pimpinan Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah pada tanggal 28 November 2011. 30 Menurut Djohan A. Nasution, Kepala Kabin Kesenian Perwakilan Departemen P dan K Sumatera Utara, Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara yang terdaftar di arsipnya sampai sekarang 28 buah. Namun demikian yang dihitung aktif secara menyolok, terutama di TVRI (Televisi Republik Indonesia) Studio Medan atau di RRI (Radio Republik Indonesia) Medan, masih bisa dihitung dengan jari11. Perkembangan zaman menimbulkan perubahan seperti pada berbagai jenis-jenis grup musik yang hampir sama dengan Orkes Padang Pasir yaitu seperti grup musik Nasyid dan Sholawat Badar. Seni musik dengan aliran kasidah atau dikenal juga dengan Irama Padang Pasir sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Arab dan India. Group Qasidah ini menghimpun diri dalam sebuah wadah atau kelompok orkes musik yakni Orkes Padang Pasir El-Suraya dari Kota Medan (1977-1990). Orkes Padang Pasir El-Suraya adalah kelompok seni musik yang dibuat oleh seniman kota Medan sebagai wujud kreativitas. El-Suraya adalah suatu grup musik yang menyajikan musik Padang Pasir dan digarap kembali menjadi lebih modern. Terbentuknya Orkes Padang Pasir El-Suraya dilatarbelakangi adanya keinginan dari Prof. H. Ahmad Baqi untuk membentuk sebuah grup musik Padang Pasir. Prof. H. Ahmad Baqi adalah anak bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan H. Abdul Majid dan Hajjah Halimah. Beliau Lahir di Kampung Baru, Medan, 17 Juni 1921. Prof. H. Ahmad Baqi terlahir dari latar belakang keluarga yang bukan seniman. Ayah dari Prof. H. Ahmad Baqi berlatar belakang seorang guru mengaji yang sangat terpandang dan 11 www.anneahira.com/irama-padang-pasir.htm Sumber: Majalah TEMPO Edisi. 42/IV/21 - 27 Desember 1974 31 disegani didaerah mereka menetap dan karena didikan ayah beliau. Prof. H. Ahmad Baqi ditempah untuk menjadi seorang ulama. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1941 perang Asia Timur Raya, Prof. H. Ahmad Baqi memutuskan keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar di Mesir. Namun, Tuhan punya rencana lain bagi Prof. H. Ahmad Baqi, karena gagal melanjutkan cita-citanya, tidak menghambat beliau untuk maju terus mengasah ilmu dengan membantu sang ayah mengajar mengaji. Prof. H. Ahmad Baqi cukup cerdas untuk mengetahui segala tingkat bacaan di Al-Qur’an, seperti tajwid, hawa, dan lain sebagainya. Hingga pada suatu hari beliau belajar menggesek biola secara autodidak, tanpa di dampingi oleh seorang guru musik, Prof. H. Ahmad Baqi hanya berpedoman kepada hawa Al-Qur’an seperti: rast, soba, sikkah, hijaz, bayati, huzam dan lain sebagainya yang dijadikan sarana bagi Prof. H. Ahmad Baqi untuk mengasah ilmu dan sekaligus menjadi guru biola yang sangat berharga untuk beliau pelajari. Ayah Prof. H. Ahmad Baqi yang keras dan fanatik tidak mengizinkan putranya untuk mempelajari musik. Karena ayah Prof. H. Ahmad Baqi menganggap musik adalah hal yang tabu dan diharamkan. Hingga suatu ketika Prof. H. Ahmad Baqi sedang mengasah ilmu biolanya, tanpa disadari sang ayah datang kemudian biola Prof. H. Ahmad Baqi yang paling berharga itu dipatahkan oleh sang ayah. Prof. H. Ahmad Baqi berprinsip, dan tidak mau menentang pendapat sang ayah, beliau hanya berpedoman kepada fatwa yang dikutip dari Buya Hamka: “Bahwa umat Islam di Indonesia berkesenian itu halal, selama karya seni itu mengandung moral dan tidak mendatangkan kerusakan.” 32 Pada tahun 1947, Prof. H. Ahmad Baqi melamar di Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dikelola oleh orang Belanda. Disela waktu luang sebagai seorang karyawan, Prof. H. Ahmad Baqi pun tetap mengasah kecermatannya dalam menggesek biola, hingga akhirnya beliau bertemu dengan Wahab, seorang guru musik hasil didikkan orang Belanda. Hasilnya sempurnalah ilmu beliau dengan berguru pada lelaki yang lebih muda dari usianya dalam mempelajari not balok dan partiturnya. Dengan beberapa syair yang ditulis dan ia simpan, Prof. H. Ahmad Baqi mencoba menyempurnakan syair-syairnya kedalam sebuah lagu dan partitur not balok. Kesempurnaan itu terlahir dengan menciptakan lagu Teluk Berombak yang menjadi karya ciptanya yang pertama yang ia ciptakan di tanah kelahirannya Kampung Baru, Medan pada tgl 16 april 1952. Prof. H. Ahmad Baqi menikah dengan seorang wanita yang berasal dari daerah Tapanuli bernama Dewiana Siregar. Putri dari Bapak H. Mustakim Siregar dengan Hajjah Zakiah Lubis. Dari hasil pernikahannya Prof. H. Ahmad Baqi dikaruniai 8 orang anak, yang terdiri 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. El-Suraya terbentuk pada tahun 1964 karena hasrat Prof. H. Ahmad Baqi, berkeinginan untuk memiliki sebuah wadah dimana beliau mampu memotori murid didikannya yang beranggotakan 25 orang. Salah seorang murid wanita beliau kini telah berhasil ia tempah selama beberapa tahun. Namun sangat disayangkan, khusus untuk penyanyi pertama yang ia bina ini tidak ada bukti keterlibatan dalam rekaman kaset atau piringan hitam. Pada tanggal 23 Februari sampai 30 Maret 1965, adalah tahun pertama grup El-Suraya mengisi acara di Hotel Panghegar, Bandung, Jawa Barat pada acara Konferensi Asia-Afrika. Perjalanan perdana yang memakan waktu 1 bulan 7 hari ini menjadi suatu momen yang berkesan untuk Prof. H. Ahmad Baqi masa itu. 33 Pada tahun 1967, kedatangan Atikah Rahman, Asmidar Darwis, Rukiah Zein, dan Mohammad Taher menjadi semangat untuk Prof. H. Ahmad Baqi dalam kepemimpinannya sebagai seorang leader untuk membina murid-muridnya. Pada tahun 1952 hingga 1965, Prof. H. Ahmad Baqi telah menciptakan 40 buah lagu dan instrumental. Judul-judul Instrumental tersebut diantaranya adalah El Ghuyyum, Balladi, Kecewa, Zikrayat, Fuadi, El Hamamah, dan Syauqi. Judul-judul lagu yang beliau ciptakan pada masa itu adalah Pengembara, Nelayan Derita, Pemuda Islam, Bunda, Ummi-Ummi, Pusara Kasih Al’Ayyam, Dunia Bitigri, dan lain sebagainya. Bergemanya suara Atikah Rahman menyanyikan Pusara Kasih, Asmidar Darwis menyanyikan Pemuda Islam, dan Mohammad Taher menyanyikan Nelayan, menjadikan perjalanan El-Suraya semakin terkenal dalam mengisi berbagai kegiatan hiburan masyarakat, acara pernikahan, syukuran dan acara hari besar Islam di Kota Medan. Kejeniusan Prof. H. Ahmad Baqi dalam menciptakan lagu semakin tidak terbendung. Sekembalinya dalam perjalanan beliau ke daerah Tanah Karo, Tiga Binanga, tepatnya tahun 1967 beliau menciptakan lagu-lagu berjudul Beduk dan Azan, Subhanallah, Cita-Cita, Kemarau, Pilihan Terakhir, Doa dan Air mata, Sadarlah, Madah Terakhir, dan banyak lagi. Pada tanggal 18 juli 1968, Prof. H. Ahmad Baqi menciptakan lagu berjudul Selimut Putih. Lagu yang menggunakan hawa rast dalam Al-Qur’an menambah indah lagu tersebut dan menjadikan lagu ini sebagai The Symbol of El-Suraya. Instrumental musik Pantai Kenangan, Mandili, dan Khal El Habib, meramaikan karya cipta beliau hingga tahun 1970. 34 Pada tanggal 30 April sampai 1 juni 1970, Prof. H. Ahmad Baqi memboyong anggotanya yang berjumlahkan 25 orang untuk menghadiri undangan perdana El-Suraya ke Kota Baru, Kelantan, yang diundang oleh Dato’ H. Mohammad Asri Bin H. Muda. Pada tahun inilah penganugerahan gelar honoris causa diberikan oleh Perdana Menteri Besar Kelantan kepada Prof. H. Ahmad Baqi. Gelar profesor pun ia sandang di depan nama beliau. Penghargaan yang sama juga diberikan oleh H. Bahrum Jamil (pendiri Universitas Islam Sumatera Utara) kepada Prof. H. Ahmad Baqi , diberikan beberapa saat kepulangan beliau dari perjalanan Kota Baru Kelantan sebagai komponis lagu-lagu nasyid pada masa itu. Ketika usianya menginjak 75 tahun, pada 1997, pendiri El-Suraya itu juga mendapat gelar Ahli Setia Darjah Kota Kinabalu dari Kerajaan Sabah, Malaysia. Sedangkan dari Pemerintah Indonesia, Prof. H. Ahmad Baqi menerima anugerah sebagai Pembina Seni dan Budaya Sumatera Utara dari Gubernur Sumatera Utara, Raja Inal Siregar. Meskipun karya seni musik aliran irama Padang Pasir ini awalnya tidak diperhitungkan sebagai kreativitas yang bisa menghasilkan keuntungan banyak, tetapi akhirnya Orkes Padang Pasir El-Suraya menjadi salah satu orkes yang cukup populer di kota Medan bahkan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan lain-lain. Situasi perkembangan musik pada saat itu sedang hangathangatnya melawan pengaruh dari budaya Barat. Hal ini menunjukkan bahwa Orkes Musik El-Suraya tidak begitu mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mempelajarinya. 35 Pada tahun 1977, prestasi yang membanggakan bagi kota Medan, bahwa Kota Medan memiliki sebuah Orkes Padang Pasir yang diakui kemahirannya dalam segi aransement, syair, dan lagu-lagunya di industri musik Malaysia, dan Brunei Darussalam. Peran serta para seniman berbakat sangat berpengaruh pada perkembangan Orkes Padang Pasir yang ada di kota Medan pada zamannya. Tanpa penanganan kreatif dari seniman itu sendiri, Orkes Padang Pasir di kota Medan tidak akan mampu bersaing dengan OrkesOrkes lain yang berada diluar kota Medan ataupun di luar Indonesia. Penyajian lagu yang sederhana dan lirik-lirik lagu yang baik membuat Orkes Padang Pasir El-Suraya memiliki nilai plus dibanding Orkes-orkes Padang Pasir diluar kota Medan dan di luar Indonesia. Pada tahun 1984, seorang ajudan wakil presiden merekrut Prof. H. Ahmad Baqi dan sebagian anggotanya untuk hijrah ke Jakarta. Beliau meminta Prof. H. Ahmad Baqi mengganti nama El-Surayya menjadi Azzizan. Namun grup Azzizan ini hanya bertahan sampai 4 tahun saja. Selama ada di Jakarta, lagu Cintaku dan Sebuah Nama adalah 2 buah karya cipta beliau yang sangat populer. Dua tahun kepulangan dari Jakarta, membawa perubahan yang sangat melesukan di dalam El-Surayya, tepatnya pada tahun 1990. Orkes Padang Pasir El-Suraya mengalami kemunduran karena kemunculan alat musik keyboard yang serba praktis, murah ,dan serba bisa untuk menghibur suatu acara. Hingga perlahan, Orkes Padang Pasir El-Suraya semakin pudar di pasaran dan akhirnya Kota Medan harus merelakan orkes-orkes musik pusat (Jakarta) bangkit dan meraih kembali pasar musik mereka dari dunia industri musik Indonesia. Orkes Padang Pasir di Medan jelas banyak bedanya dengan Orkes Padang Pasir yang ada di Jawa, hal ini dapat dilihat bahwa gaya permainan musik mereka selalu 36 diiringi dengan full band, seperti grup Bintang-Bintang Illahi pimpinan Agus Sunaryo atau Zamain Bersaudara. Sedangkan grup-grup di Medan, begitu jelas warna musiknya yang ingin menjadi duplikat irama musik khas Arab. Pada tahun 1990, musik instan merajalela bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan. Berbagai kritik dan saran pernah diajukan oleh seorang putra beliau. Namun sedikitpun Prof. H. Ahmad Baqi tidak tergiur untuk mengikuti perubahan yang dianggapnya merusak. Pada tahun 1994 dalam acara temu ramah oleh pejabat tinggi Kota Kinabalu, sebuah penghargaan tertinggi ASDK dinobatkan kepada Profesor. H. Ahmad Baqi, sebagai seniman dan sastrawan terbaik antar bangsa. Kemudian menyusul pula Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar memberikan penghargaan sebagai seniman dan komponis Islam terbaik Sumatera Utara. Pada tahun 1988, perjalanan musik Prof. H. Ahmad Baqi yang terakhir yaitu ke Tapanuli Tengah Sibolga. Sepulang dari perjalanan ini suara Prof. H. Ahmad Baqi mulai sakit-sakitan, suaranya serak dan perlahan menghilang. Inna Lillahi Wa inna illahi Rojiun,12 tepatnya dua hari dibulan Syawal 1421 H. (22 Januari 1999). Di keheningan subuh, Ahmad Baqi mengakhiri sujud terakhirnya diatas sajadah pada pukul 2:30 wib dini hari di usia 78 tahun. Berita duka pun bertambah, ketika anak tertua Prof. H. Ahmad Baqi meninggal dunia sepulang dari pemakaman ayahnya. Kepergian beliau sangat mengejutkan kota Medan. Beberapa hari kepergian Prof. H. Ahmad Baqi, Pimpinan Orkes dihibahkan kepada seorang Putra Prof. H. Ahmad Baqi yaitu Ahmad Syauqi. Sebulan kepergian Prof. H. Ahmad Baqi, Departemen Agama Sumatera Utara 12 Ini adalah kalimat yang umum diucapkan umat Islam ketika mendengar dan melihat umat Islam lainnya yang meninggal dunia, dipanggil oleh Allah SWT. Artinya secara harfiah kita berasal dari Allah dan kembali pula kepada Allah. Di dalamnya terkandung ajaran bahwa yang namanya makhluk tu tidak kekal, dan sementara hidupnya di dunia ini. 37 mengadakan acara Malam Kenangan Ahmad Baqi di Hotel Garuda Plaza, Medan. Yang dihadiri tamu dari Negara jiran, Bapak Hanan Bin Awang dari Kota Kinabalu, serta Wakil Gubernur Sumatera Utara. Rekaman piringan hitam (dalamn pergelaran musik) yang dihasilkan oleh H. Ahmad Baqi semasa hidupnya adalah sebagai berikut: 1. JB Interprise Jakarta 19 September 1968, 2. KMI Kuala Lumpur / Life 12 Januari 1971, 3. MMI Malaysia 4 Juni 1971, 4. MMI Malaysia 7 Juni 1972, 5. RTM Kota Kinabalu 12 Juni 1972, 6. RTM / Life 12 Juni 1974, 7. RTM Malaysia 26 Februari 1976, 8. King Musical Industri, Malaysia 2 Maret 1976, 9. RTM Malaysia 20 April 1976, dan 10. RTM Kuala Lumpur & MMI 26 November 1982. Rekaman yang dihasilkan dalam bentuk kaset Ahmad Baqi di Medan dan Jakarta semasa hidupnya adalah sebagai berikut. 1. Doa dan Airmata (Vol 1) 14 Oktober 1974, 2. Hawa dan Nafsu (Vol 2) 27 Maret 1975, 3. Bisikan Dunia (Vol 3) 28 Maret 1975, 4. Tak Mungkin Kembali (Vol 4) 3 Februari 1976, 5. Madah Pusaka (Vol 5) 23 Februari 1976, 38 6. Pantai Suratan (Vol 6) 21 September 1976, 7. Hidup yang Kekal (Vol 7) 6 Oktober 1976, 8. Harga Diri (Vol 8) 26 Mei 1977, 9. Letak Bahagia (Vol 9) 28 Mei 1977, 10. Usia dan Cita -cita (Vol 10) 1 Agustus 1978, 11. Jangan Harapkan (Vol 11) 24 Agustus 1978, 12. Tangkal Melangkah (Vol 12) 28 Agustus 1978, 13. Nelayan (Vol 13) 1 September 1978, 14. Walau Dimana (Vol 14) 22 Maret 1979, 15. Seribu Kenangan (Vol 15) 23 April 1979, 16. Jadda (Vol 16) 20 Agustus 1979, 17. Pantai Narathiwat (Vol 17) 21 Agustus 1979, 18. Meniti Batang (Vol 18) 23 Agustus 1979, dan 19. Petuah Guru September 1991. karya-karya Ahmad baqi tersebut terkodifikasi di dalam album-album yang dihasilkannya, yang sebahagian besar adalah dijual dalam bentuk kaset atau piringan hitam yang komersial. Beberapa album di antaranya bahkan dicetak di Malaysia baik secara legal mauupun ilegal. Kemudian keberadaan lagu-lagu dan orekesnya ini diteruskan oleh nanandanya yaitu haji Ahmad Sauqi dan juga beberapa murid haji Ahmad Baqi seperti Zulfan Effendi Lubis. Di antara mereka juga adalah Hajjah Saidah Lubis, yang menjadi pimpinan kelompok Orkes Padang Pasir Nur Hasanah, yang menjadi objek penelitian ini. 39 Latar belakang pertumbuhan dan perkembangan orkes-orkes Padang pasir seperti terurai di atas menjadi landasan budaya, bagi Orkes Padang Pasir Nur Hasanah untuk terus mempertahankan genre seni ini. Demikian menurut penjelasan pemimpin kelompok musik ini yaitu Ibu Hajjah Saidah Lubis. Beliau terinspirasi dengan keberadaan Orkes padang pasir El-Suraya, terutama ikon dan kepemimpinan Prof. H. Ahmad Baqi, yang begitu tulus mencipta musik-musik Islam. 40 BAB III KELOMPOK MUSIK PADANG PASIR NURUL HASANAH DI BINJAI 3.1 Kelompok Musik Padang Pasir Di Binjai Mayoritas penduduk kota Binjai adalah penduduk yang beragama Islam, dan selalu mengadakan berbagai kegiatan baik dalam kegiatan adat maupun kegiatankegiatan keagamaan. Hal ini sesuai dengan suku yang mendiami kota Binjai yaitu suku Melayu, Jawa, dan Batak di mana masyarakatnya selalu mengadakan berbagai kegiatan adat dan keagamaan dengan menyertakan kesenian dalam acara tersebut. Kesenian yang disertakan beragam bentuk dan jenis, sepaerti seni tari, seni rupa, dan seni musik. Bentuk-bentuk kesenian ini disertakan dalam kegiatan utama maupun hanya sebagai hiburan, sesuai dengan keperluan dari pelaksanaan acara. Musik sebagai salah satu dari cabang kesenian yang menjadi sajian pada acara yang dilakukan oleh masyarakat, disesuaikan pula dengan pelaksanaan acara, dalam hal ini adalah musik-musik yang bernuansa Islami. Musik-musik yang dapat dikatakan musik Islami dan banyak disertakan dalam acara-acara antara lain, nasyid, Padang Pasir, dan lain sebagainya. Nasyid merupakan senandung yang biasanya bercorak Islam dan mengandungi kata-kata nasihat, kisah para Nabi, memuji Allah, dan yang berkaitan dengan Islam lainnya. Nasyid biasanna dinyanyikan secara acappela (suara instrumen musik yang dihasilkan oleh mulut manusia) atau dengan diiringi gendang. Pada awalnya, nasyid 41 selalu menyanyikan syair-syair asli berbahasa Arab. Namun akhirnya berkembang dengan adanya nasyid berbahasa Indonesia dan dengan tema yang semakin luas (tidak hanya tema syahid dan jihad), dan dipengaruhi oleh situasi kondisi masyarakat Indonesia13. Kesemua jenis musik ini cukup diminati masyarakat Binjai khususnya yang beragama Islam untuk mengisi acara-acara yang mereka lakukan, salah satunya adalah musik Padang Pasir. Keberadaan musik Padang Pasir tidak hanya dikarenakan kebutuhan rohani saja, namun banyak juga masyarakat yang menyukai musik ini dikarenakan irama-irama dan syair-syair dari musik itu sendiri yang juga bukan hanya ditujukan untuk kebutuhan religi, tetapi sekaligus untuk hiburan, khususnya untuk masyarakat Muslim di kota Binjai. Kota Binjai adalah salah satu kota di Sumatera Utara yang menjadi tempat berkembangnya musik Padang Pasir. Dari perkembangan musik Padang Pasir ini munculah beberapa grup-grup di kota Binjai, salah satunya yaitu Grup irama Padang Pasir yang bernama Nurul Hasanah. Nurul Hasanah adalah salah satu grup musik Padang Pasir di Kota Binjai yang menggarap musik Padang Pasir menjadi musik modern dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan. 3.2 Kelompok Musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Binjai Semenjak Prof. H. Ahmad Baqi wafat, Grup El-Suraya pun juga menjadi fakum dan tidak berkegiatan lagi untuk sementara waktu. Akhirnya para personil El-Surayya pun keluar dari grup dan kemudian mereka membentuk grup Marhaban di Kota Binjai. Grup Marhaban ini terdiri dari kumpulan ibu-ibu yang membacakan doa dengan cara dinyanyikan (barzanji) dan ini dilaksanakan pada upacara pernikahan dan khitanan. Grup Marhaban ini membawakan lagu Islami dengan mempergunakan alat-alat musik pukul 13 www.cybernasyid.com dan http://nurmestika1.blogdrive.com/ 42 seperti tambourin, gendang besar, dan gendang kecil. Grup Marhaban yang hanya mengandalkan suara vokal dan alat-alat musik yang tidak bernada ini akhirnya mempunyai semangat dan ide kreatif untuk membentuk grup musik Padang Pasir, dikarenakan ada beberapa anggota grup Marhaban tersebut yang menguasai alat musik seperti biola dan gendang, dan hanya penambahan alat musik akordion dan keyboard membuat grup musik ini menjadi lengkap sehingga berubah menjadi grup musik Padang Pasir. Grup musik Padang Pasir ini dipimpin oleh Ibunda Hajjah Saidah Lubis dan dinamakan Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang artinya adalah Cahaya Kebaikan. Nurul Hasanah merupakan grup musik Padang Pasir di kota Binjai yang merupakan grup musik yang berdiri sejak tahun 1990. Nurul Hasanah beralamat di komplek Asrama 121 Kebun Lada, Binjai, dimana tempat tinggal Ibunda Hajjah Saidah Lubis ini sekaligus menjadi tempat dimana para personil-personil musik Nurul Hasanah Binjai latihan. Nurul Hasanah ini tumbuh karena para musisi yang ingin mengembangkan musik yang bernuansa Islami ini agar tidak punah dan berkembang pesat dari zaman ke zaman, karena musik Padang Pasir di Binjai cukup diminati sebagai wadah hiburan khususnya oleh masyarakat Muslim di Kota Binjai. Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik yang selalu menyajikan suatu struktur musik dengan tujuan untuk di pertontonkan. Grup musik ini menggarap musik-musik irama Padang Pasir menjadi lebih modern dengan menggunakan alat musik Barat dan digarap sebaik mungkin. Sehingga dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, penonton dapat menikmati musik yang mereka sajikan dan mengambil pesan yang disampaikan. 43 Keberadaan musik Padang Pasir di Sumatera Utara khususnya di Binjai, biasanya tidak terlepas dari fungsi musik tersebut yang hanya digunakan sebagai hiburan pada suatu acara. Musik Padang Pasir juga adalah sebuah komposisi musik yang diaransemen oleh para musisi, dan biasanya musik Padang Pasir ini digarap dengan tujuan untuk dipertunjukkan dan saat ini banyak dijumpai musik Padang Pasir yang dijual di pasar dengan menggunakan rekaman audio maupun video. Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik Padang Pasir yang musiknya sering digunakan sebagai musik pengiring suatu acara baik itu secara live maupun melalui suatu rekaman audio. Cukup banyak dijumpai keterlibatan dan pengaruh Nurul Hasanah terhadap grup-grup musik Padang Pasir di Kota Binjai. Banyaknya grup-grup musik Padang Pasir yang mencontoh musik grup Nurul Hasanah, itu disebabkan latar belakang dari musik Padang Pasir yang dimiliki oleh Nurul Hasanah masih ada hubungannya dengan musik dan lagu yang diciptakan oleh Prof. H. Ahmad Baqi. Hal itu merupakan salah satu kelebihan dari Nurul Hasanah dibandingkan dengan grup musik Padang Pasir yang lain. 3.2.1 Struktur Organisasi dan Keanggotaan Grup Padang Pasir Nurul Hasanah Struktur organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam organisasi sangat didukung managemen yang baik pula. Hal ini juga terjadi pada grup musik Nurul Hasanah yang mempunyai sistem keorganisasian. Di dalam perekrutan anggota Nurul Hasanah tidak ada suatu aturan khusus untuk merekrut anggota atau pun melakukan sebuah audisi untuk menjadi anggota Nurul 44 Hasanah, tetapi dalam merekrut anggota, Nurul Hasanah terlebih dahulu berdiskusi sesama anggota kira-kira bagian apa yang atau posisi apa yang kira-kira masih dibutuhkan. Dengan melakukan diskusi sehingga para anggota dapat mengambil sebuah keputusan untuk merekrut atau pun tidak merekrut anggota. Apabila hasil dari diskusi harus merekrut anggota, maka kriteria yang paling utama yang dilihat dalam merekrut anggota adalah memiliki latar belakang musik dan yang paling utama bisa diajak kerjasama secara baik. Sistem dalam perekrutan keanggotaan dari group ini didapat dari musisi yang datang sendiri ke Nurul Hasanah karena rasa sukanya terhadap musik Padang Pasir, memiliki kelebihan dan hobi guna untuk membuat musik Padang Pasir semakin berkembang dan tidak punah ditelan zaman. Biasanya anggota yang direkrut langsung dipanggil oleh Ibu Hajjah Saidah Lubis maupun anggota yang lain untuk menjadi anggota Nurul Hasanah, dan apabila orang yang dipanggil menyetujui untuk melakukan kerjasama dengan Nurul Hasanah maka orang tersebut akan melakukan apa yang dilakukan anggota Nurul Hasanah baik itu di dalam latihan maupun di dalam melakukan sebuah pertunjukan. Anggota baru yang dipanggil untuk menjadi anggota tetap Nurul Hasanah, pada umumnya akan mempelajari juga teknik permainan alat musik yang lain yang dimiliki Nurul Hasanah, sehingga nantinya setelah masuk menjadi anggota akan bertambah alat yang bisa dimainkannya selain alat musik yang bisa dimainkannya sebelum masuk menjadi anggota Nurul Hasanah. Awalnya grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 orang pemain keyboard, 4 orang pemain biola, 1 orang pemain conga, 1 orang pemain tamborin dan 3 orang penyanyi. Keanggotaan ini berkurang menjadi 7 45 orang, disebabkan karena ada anggota yang sudah berkeluarga dan bekerja diluar kota. Dari 7 orang anggota ini terdiri dari 1 orang pemain keyboard, 2 orang pemain biola, 1 orang pemain conga, 1 orang pemain tamborin, dan 3 orang penyayi. Namun demikian kadang-kadang Nurul Hasanah juga kerap memanggil pemain musik dari grup musik lain atau pun seorang pemain musik bukan dari sebuah grup musik atau bisa dibilang seorang pemain musik solo untuk tampil disebuah pertunjukan yang dilakukan oleh Nurul Hasanah dan pemain musik tersebut dipanggil bukan untuk menjadi anggota tetap Nurul Hasanah, tetapi pemain musik tersebut hanyalah pemain musik yang disebut sebagai pemain “cabutan.” Berikut ini adalah table data anggota (seniman) kelompok Orkes Padang Pasir Nur hasanah Binjai pipmpinan Hajjah Saidah Lubis. 46 Tabel 3.1: Daftar Nama Anggota Grup Musik Padang Pasir Nurul Hasanah NO NAMA ALAMAT 1 Hajjah Saidah Lubis Asrama121 Kebun KETERANGAN Pimpinan Lada Binjai 2 Herdi Sinaga Asrama121 Kebun Pemain Keyboard Lada Binjai 3 Nurhayati Jl. Pimpong Kel. Vokal Kancil Mas Binjai 4 Iyen Hasibuan Jl.Nuri Pemain Conga Kel.Mencirim Binjai 5 Sopiana Jl. Tuanku Imam Vokal Bonjol Binjai 6 Melpa Jl. Satria Tanah Vokal Merah Binjai 7 Ririn Asridah T. Amaludin Kel. Pemain Biola LimauSundai Binjai 8 Harini Yati P. Jl. Binjai Km 13,5 Pemain Biola P. Kecil Sunggal (Hasil wawancara dan pengamatan pada tanggal 10 Januari 2012 dengan pemimpin Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah) 47 3.3 Sarana dan Prasarana Nurul Hasanah Keadaan sarana dan prasarana dalam sebuah organisasi seperti grup musik sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena berjalannya sebuah organisasi tersebut tidak akan pernah lepas dari keadaan sarana dan prasarana dalam organisasi tersebut. Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik yang juga membutuhkan sarana dan prasarana dalam grup musik tersebut, baik itu tempat latihan, secretariat, maupun alat musik yang digunakan saat latihan dan saat pertunjukan. 3.3.1 Prasarana Tempat Sekretariat dan Tempat Latihan Dalam sebuah grup musik sangat diperlukan sebuah gedung untuk digunakan sebagai tempat latihan dan sekretariat. Dengan memiliki sekretariat tentunya akan mempermudah grup tersebut dalam menjalankan roda organisasi ataupun pengelolaan grup musik tersebut. Di dalam sekretariat semua struktur organisasi disusun sebaik mungkin, baik itu jadwal latihan, jadwal pertunjukan, data-data inventaris, dan lain-lain. Untuk itu dalam sebuah organisasi musik sangatlah diperlukan sebuah sekretariat untuk keberlangsungan organisasi tersebut. 3.3.2 Alat Musik Alat musik merupakan suatu instrumen yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan musik. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh musisi, dapat disebut sebagai alat musik. 48 Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus ditujukan untuk musik. Bidang ilmu yang mempelajari alat musik disebut organologi. Berikut ini merupakan klasifikasi alat musik berdasarkan sumber bunyinya 14: ï‚· Idiofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan dasarnya atau dari badan alat musik itu sendiri. Contoh: kolintang, simbal drum, angklung. ï‚· Aerofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari hembusan udara pada rongga. Contoh: suling, trompet, harmonika, trombone. ï‚· Kordofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai yang digetarkan. Contoh: gitar, biola, gitar, sitar, piano, kecapi. ï‚· Membranofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dari selaput atau membran. contoh: tifa, drum, kendang, tam-tam, rebana. ï‚· Elektrofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dibangkitkan oleh tenaga listrik (elektronik). Contoh: keyboard, gitar listrik, bass listrik. Selain berdasarkan sumber bunyi, berikut ini merupakan klasifikasi alat musik berdasarkan cara memainkan: ï‚· Alat musik tiup menghasilkan suara sewaktu suatu kolom udara didalamnya digetarkan. Tinggi rendah nada ditentukan oleh frekuensi gelombang yang dihasilkan terkait dengan panjang kolom udara dan bentuk instrumen, sedangkan timbre dipengaruhi oleh bahan dasar, konstruksi instrumen dan cara menghasilkannya. Contoh alat musik ini adalah trompet dan suling. 14 Klasifikasi alat musik berdasarkan sumber bunyi oleh Curt Sach-Hornbostel, antara lain idiophone, membranophone, aerophone, chordophone, dan electrophone, dalam artikelnya yang berjudul “Classification of Musical Instrument” (1967 terjemahan Baines dan Wachsman). 49 ï‚· Alat musik pukul menghasilkan suara sewaktu dipukul atau ditabuh. Alat musik pukul dibagi menjadi dua yakni bernada dan tidak bernada. Bentuk dan bahan bagian-bagian instrumen serta bentuk rongga getar, jika ada, akan menentukan suara yang dihasilkan instrumen. Contohnya adalah kolintang (bernada), drum (tak bernada). ï‚· Alat musik petik menghasilkan suara ketika senar digetarkan melalui dipetik. Tinggi rendah nada dihasilkan dari panjang pendeknya dawai. ï‚· Alat musik gesek menghasilkan suara ketika dawai digesek. Seperti alat musik petik, tinggi rendah nada tergantung panjang dan pendek dawai. Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah dulunya memiliki alat musik yang cukup lengkap untuk mendukung segala aktifitas pertunjukan seperti suling, akordion, keyboard, biola, conga. Setelah zaman terus berkembang dan sudah sangat jarang sekali orang yang bisa menggunakan alat musik seperti aqordion dan suling maka sarana dan prasarana di grup ini juga semakin berkurang dan ini termasuk dalam sarana yang sekarang hanya menggunakan seperti biola, conga, keyboard, dan tamborin. Berikut ini adalah daftar alat musik yang biasa digunakan oleh Nurul Hasanah dalam pertunjukan yang dilakukan. 50 Tabel 3.2: Daftar Alat Musik Barat yang Digunakan Nurul Hasanah No Nama Alat Musik Klasifikasi Berdasarkan Sumber Bunyi 1. Biola Kordofon 2. Conga Membranofon 3. Keyboard Elektrofon 4. Tamborin Idiofon a. Biola Alat musik senar meliputi seluruh alat musik yang menggunakan dawainya yang suara itu dihasilkan oleh getaran dari sebuah senar yang ditegangkan contohnya adalah biola. Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain. Senar pertama yaitu E, senar kedua yaitu A, senar ketiga yaitu D, dan senar keempat dan sekaligus nada yang paling rendah adalah G. Cara memainkannya dengan menempatkan pangkalnya di antara dagu dan pundak. Biola memiliki bagian-bagian dari tubuhnya sendiri yaitu: 1. Peg yaitu kuping biola. 2. Bridge yaitu jembatan biola. 3. Chinrest yaitu penyangga dagu. 4. Talpis yaitu tali untuk menahan antara steam senar, jembatan dan kuping biola. 5. Body yaitu tubuh atau badan biola. 51 Tapi ada satu perbedaan dalam instrumen biola ini yang agak berbeda yaitu cara steam dalam biola klasik biasanya ke steaman biola untuk musik Padang Pasir ini sangat berbeda, karena senar yang biasanya disebut senar E menjadi D, senar A menjadi senar G, senar D menjadi senar C, dan senar G menjadi senar F. Masing-masing steaman turun menjadi satu laras dan itu dilakukan dari dulu hingga sekarang, karena menurut pendapat para musisi dulu memang seperti itu guna untuk mendapatkan nada-nada yang rendah dan indah. Dari zaman ke zaman Nurul Hasanah selalu menggunakan biola sebagai sarana dan prasarana dalam hiburan ini. Walaupun biola berasal dari negara barat tapi biola sangat berperan dan berfungsi dalam musik Padang Pasir yaitu sebaagai pembawa melodi. b. Conga Instrumen perkusi pada dasarnya merupakan benda apapun yang dapat menghasilkan suara baik karena dipukul, dikocok, digosok, diadukan, atau dengan cara apapun yang dapat membuat getaran pada benda tersebut. Istilah instrumen perkusi biasanya digunakan pada benda yang digunakan sebagai pengiring dalam suatu permainan musik. Perkusi yang di pergunakan dalam grup musik Nurul Hasanah termasuk dalam klasifikasi membranofon. Membranofon adalah alat musik yang suaranya dihasilkan oleh getaran kulit alat musik itu sendiri contohnya Conga. Conga adalah alat musik pukul yang terbuat dari kayu keras yang dibentuk bulat panjang dan memiliki rongga di tengahnya agar dapat mengeluarkan suara dan juga memiliki kulit yang biasanya terbuat dari kulit kambing atau kulit kerbau yang fungsinya untuk 52 menghasilkan suara indah. Conga memiliki dua tubuh kanan dan kiri yang masingmasing mempunyai peran dan bunyi yang berbeda. Dalam setiap jenis musik, perkusi memainkan peranan yang penting dalam pertunjukkan contohnya conga. Conga digunakan sebagai penjaga tempo, dan beat yang memungkinkan para pemain berjalan secara serempak dalam irama dan kecepatan yang sama. Conga yang termasuk di dalam instrumen musik Padang Pasir ini sangat berperan, karena selain untuk sarana dan prasarana conga juga berperan untuk menghasilkan bentuk-bentuk tempo atau rithim yang berbeda. Conga ini di pergunakan atau berperan hanya untuk lagu yang bernuansa islami saja, karena sangat berperan dan berfungsi untuk mengindahkan bentuk-bentuk tempo di dalam lagu. c. Keyboard Elektrik Menurut sejarah keyboard sudah ada sejak zaman kuno yang menggunakan tangga nada diatonis dan dibedakan dengan dua tone yang putih dan hitam. Keyboard elektrik adalah alat musik yang sama seperti piano, dan hanya berbeda pada tuts dan bentuknya. Piano memiliki tuts yang keras, bentuknya besar dan sangat berat serta hanya menggunakan senar-senar untuk menghasilkan suara. Sedangkan keyboard elektrik memiliki tuts yang lunak, bentuknya kecil dan lebih ringan sehingga mudah untuk dipindahkan atau dibawa dan suaranya juga agak berbeda dengan piano. Keyboard harus menggunakan arus listrik sehingga dia dapat mengeluarkan suara, keyboard juga memiliki program-program yang sama pada komputer, karena instrumen keyboard tidak bisa dipergunakan kalau tidak di operasikan menurut petunjuk-petunjuk yang ada di instrumen keyboard elektrik itu sendiri. 53 Keyboard elektrik adalah sumber sarana dan prasarana yang sangat paling penting, karena setiap lagu yang ingin dimainkan semua bersumber dari bunyi keyboard itu sendiri. Karena keyboard memiliki lagu-lagu yang sudah di program menjadi bentuk sequenser. Style manual keyboard hanya berfungsi sebagai tempo, akor dan melodi untuk memperlengkap atau mengiring instrumen biola dan conga, dan musik pada lagu-lagu yang akan dibawakan yaitu seperti musik yang bernuansa islami dan juga pada lagu lain. Peran dan fungsi keyboard hanya sebagai tempo di dalam program dan mengiringi instrumen biola dan conga dengan akord-akord dan bisa juga menjadi melodi, guna bergantian dengan melodi biola. 4. Tamborin Tamborin adalah termasuk alat musik idiophone yaitu alat musik yang tidak bernada dan dimainkan dengan digoncang. Alat musik ini selalu dipergunakan didalam berlangsungnya pertunjukan dalam irama Padang Pasir yang bernuansa islami dan juga yang bernuansa non -Islami juga. Peran dan fungsi tamborine ini hanya mengikuti tempo conga dan keyboard. 3.3.3 Tempat Latihan dan Jadwal latihan Sebagai grup musik yang cukup digemari, rutinitas kegiatan mereka sebagai menghibur tamu-tamu akan membuat masyarakat sangat senang dan akan terus menjadi pusat perhatian masyarakat yang berminat untuk mengundang grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah di event-event yang selanjutnya. Lagu-lagu yang dimainkan oleh grup 54 musik Padang Pasir Nurul Hasanah adalah lagu-lagu lama yang diciptakan oleh Bapak Prof. H. Ahmad Baqi. Untuk memiliki nilai jual yang tinggi, lagu-lagu lama tersebut dikemas dengan cara yang menarik. Selain lagu-lagu islami, grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah juga membawakan lagu-lagu Melayu, Dangdut, Pop, India,, dan Batak. Oleh sebab itu diperlukan latihan yang teratur yang dilakukan minimal sekali dalam seminggu. Proses latihan seperti itu dilakukan, karena setiap anggota Nurul Hasanah sudah memiliki latar belakang musik dan setiap anggota harus bertanggung jawab dengan alat musik yang dikuasainya. Setiap latihan lagu yang dilatih selalu berbeda sesuai dengan permintaan dari setiap orang yang mengundang grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah. Sebelum melakukan latihan terlebih dahulu ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu: 1. Menentukan jadwal latihan, 2. Mempersiapkan peralatan berupa alat musik yang dibutuhkan pada saat melakukan latihan, 3. Mempersiapkan lagu-lagu atau musik yang akan dilatih. Selain persiapan sebelum latihan, setelah latihan selesai ada juga hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Membereskan peralatan musik, 2. Mendiskusikan setiap kekurangan yang terdapat dalam latihan, 3. Membicarakan jadwal pertunjukan terdekat dan lagu-lagu atau musik apa saja yang akan ditampilkan dalam pertunjukan tersebut,, 4. Membicarakan jadwal latihan berikutnya, 55 Tabel 3.1: Jadwal Grup Padang Pasir Latihan Nurul Hasanah Dengsan Sampel Januari sampai Maret 2012 BULAN FEBRUARI JANUARI MARET HARI 1 Senin √ 1 √ 3 4 √ √ √ √ √ 2 √ √ √ √ 4 √ √ Kamis Jumat 3 √ Selasa Rabu 2 √ √ Tabel 4.3. Jadwal Latihan 56 √ √ √ 3 √ √ √ √ 4 √ √ Sabtu Minggu 2 √ √ √ 1 √ √ 3.4 Pendapat Masyarakat Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik Padang Pasir yang menggarap musikmusik Islami irama Padang Pasiryang terdapat di Sumatera Utara dan bersekretariat di Asrama 121 Kebun Lada,Binjai. Tentunya keberadaan Nurul Hasanah tidak asing lagi bagi masyarakat yang ada di Kota Binjai, itu dibuktikan dengan banyaknya kegiatankegiatan atau acara yang diadakan masyarakat setempat yang menggunakan Nurul Hasanah sebgai wadah hiburan acara mereka. Selain itu pemerintah Kota Binjai juga sering menggunakan jasa dari Nurul Hasanah untuk melakukan pertunjukan yang mewakili pemerintah, baik itu di kotaBinjai, maupun diluar kota Binjai. Tentunya dengan begitu, keberadaan Nurul Hasanah tidak asing lagi bagi orang-orang yang bekecimpung dalam seni musik di kota Binjai, khususnya seni musik yang berirama Padang Pasir. 57 BAB IV ANALISIS GUNA DAN FUNGSI 4.1 Pengertian Penggunaan dan Fungsi Dalam kajian-kajian terhadap fungsi musik di dalam kebudayaan, umumnya para etnomusikolog, terutama yang mendukung gagasan fungsi dari Alan P. Merriam, biasanya sepakat untuk membedakan pengertian guna dan fungsi. Lebih lanjut, dalam tataran yang lebih mum, menurut pendapat Bronislaw Malinowski, yang dimaksud fungsi itu intinya adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah keinginan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh salah satu unsur kebudayaan, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan keinginan nalurinya terhadap keindahan. Ilmu atau ilmu pengetahuan juga timbul karena keinginan naluri manusia untuk tahu. Namun banyak pula aktivitas kebudayaan yang terjadi karena kombinasi dari beberapa macam human need itu. Dengan pahaman ini seorang peneliti bisa menganalisis dan menerangkan banyak masalah dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia.15 15 Lihat Koentjaraningrat (penye.) Sejarah Teori Antropologi I (1987:171). Abstraksi tentang fungsi yang ditawarkan oleh Malinowski berkaitan erat dengan usaha kajian etnografi dalam antropologi. Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi berintegrasi secara fungsional yang dikembangkan dalam kuliah-kuliahnya tentang metode-metode penelitian lapangan dalam masa penulisan buku etnografi mengenai kebudayaan masyarakat Trobiands, selanjutnya menyebabkan bahwa konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah laku manusia dan institusi-institusi sosial menjadi mantap (Koentjaraningrat, 1987:67). 58 Sejalan dengan pendapat Malinowski, orkes padang Pasir Nur hasanah di Binjai Sumatera Utara timbul dan berkembang karena diperlukan untuk memuaskan suatu rangkaian keinginan naluri masyarakat Islam di kawasan ini dan Sumatera Utara pada umumnya. Musik ini timbul, karena masyarakat pengamalnya ingin memuaskan keinginan nalurinya terhadap keindahan. Namun lebih jauh dari itu, akan disertai dengan fungsi-fungsi lainnya, seperti integrasi masyarakat, hiburan, kontinuitas budaya, dan lainnya. Selanjutnya Radcliffe-Brown mengemukakan bahwa fungsi sangat berkait erat dengan struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus, sedangkan individu-individu dapat berganti setiap saat. Dengan demikian, Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan satu bagian aktiviti kepada keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal, seperti yang dihuraikannya berikut ini. By the definition here offered ‘function’ is the contribution which a partial activity makes of the total activity of which it is a part. The function of a perticular social usage is the contribution of it makes to the total social life as the functioning of the total social system. Such a view implies that a social system ... has a certain kind of unity, which we may speak of as a functional unity. We may define it as a condition in which all parts of the social system work together with a sufficient degree of harmony or internal consistency, i.e., without producing persistent conflicts can neither be resolved not regulated (1952:181). Selaras dengan pandangan Radcliffe-Brown, music yang dipertunjukkan oleh Orkes Padang Pasir Nur hasanah di Binaji bisa dianggap sebagai bahagian dari struktur sosial masyarakat Islam di kota ini. Seni pertunjukan ini adalah salah satu bahagian aktivitas yang bisa menyumbang kepada keseluruhan aktivitas masyarakatnya, yang pada 59 saatnya akan berfungsi bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat pengamalnya. Fungsinya lebih jauh adalah untuk mencapai tingkat harmoni dan konsistensi internal. Pencapaian kondisi itu, dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi sosial dan budaya dalam masyarakat Islam di Kota Binjai, misalnya lingkungan yang heterogen secara etnik, komposisi asyarakat Islam yang juga terdiri dari etnik-etnik seperti Melayu, mandailing, Jawa dan lainnya, dan masalah-masalah lainnya. Soedarsono yang melihat fungsi seni, terutama dari hubungan praktis dan integratifnya, mereduksi tiga fungsi utama seni pertunjukan, yaitu: (1) untuk kepentingan sosial atau sarana upacara; (2) sebagai ungkapan perasaan peribadi yang dapat menghibur diri, dan (3) sebagai penyajian estetik (1995). Selaras dengan pendapat Soedarsono musik Padang Pasir dalam masyarakat Islam di Binjai mempunyai fungsi sosial, ungkapan perasaan pribadi, yang dapat menghibur diri, dan sekali gus sebagai penyajian estetika. Dengan tetap bertolak dari teori fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yang kemudian mencuba menerapkannya dalam etnomusikologi, lebih lanjut secara tegas Merriam membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, bagi para etnomusikolog, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Para ahli etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk kepada keebiasaan (the ways) musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bahagian dari pelaksanaan adat istiadat, baik itu ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya 60 dengan aktivitas-aktivitas lain (1964:210). Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara penggunaan dan fungsi sebagai berikut. Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it may or may not also have a deeper function. If the lover uses song to w[h]o his love, the function of such music may be analyzed as the continuity and perpetuation of the biological group. When the supplicant uses music to the approach his god, he is employing a particular mechanism in conjunction with other mechanism as such as dance, prayer, organized ritual, and ceremonial acts. The function of music, on the other hand, is enseparable here from the function of religion which may perhaps be interpreted as the establishment of a sense of security vis-á-vis the universe. “Use” them, refers to the situation in which music is employed in human action; “function” concerns the reason for its employment and perticularly the broader purpose which it serves. (1964:210). Dari kutipan di atas terlihat bahwa Merriam membedakan pengertian penggunaan dan fungsi musik berdasarkan kepada tahap dan pengaruhnya dalam sebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bahagiannya. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam. Dia memberikan contoh, jika seeorang menggunakan nyanyian yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis sebagai perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan keturunan manusia—[yaitu untuk memenuhi kehendak biologis bercinta, kawin, dan berumah tangga dan pada akhirnya menjaga kesinambungan keturunan manusia]. Jika seseorang menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme tersebut behubungan dengan mekanisme lain, seperti menari, berdoa, mengorganisasikan ritual dan kegiatan-kegiatan upacara. “Penggunaan” menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayaninya. Dengan demikian, sejalan dengan Merriam, 61 menurut penulis penggunaan lebih berkaitan dengan sisi praktis, sedangkan fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan konsistensi internal budaya. Berkaitan dengan guna dan fungsi Orkes Padang Pasir Nur Hasanah dalam kebudayaan masyarakat Binjai di Sumatera Utara, penggunaan maupun fungsinya mencakup berbagai aktivitas sosial dan budaya. Lihat uraikan berikut ini. 4.2 Penggunaan Seni pertunjukan dapat diartikan sebagai salah bentuk artikulasi berkesenian manusia yang disajikan dalam format "pementasan". Kategori ini diperlukan karena seringkali artefak kebudayaan spesifik yang kita kenal dalam bentuk tarian, nyanyian, ornamen, dan sebagainya merupakan bagian utuh dari suatu pentas pertunjukan. Seni pertunjukan (performing art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman, dan hubungan seniman dengan penonton (sumber: www.wikipedia.or.id). Dalam tulisan ini penulis akan memfokuskan pertunjukan musik sebagai musik hiburan, baik itu di dalam mengisi acara pernikahan dan khitanan, maupun pada perayaan hari besar Islam. Musik adalah salah satu media ungkap kesenian. Kesenian adalah salah satu dari unsur kebudayaan universal. Musik mencerminkan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik, terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bahagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktural maupun genrenya dalam kebudayaan. 62 4.2.1 Penyajian Musik Hiburan Pada Acara Pernikahan dan Khitanan Kegiatan ini merupakan aktifitas yang rutin dilakukan setiap minggunya, baik itu untuk acara pernikahan dan khitanan. Bahkan dalam seminggu pertunjukan bisa dilaksanakan sampai empat kali dalam seminggu sesuai dengan permintaan undangan. Pertunjukan yang dilaksanakan oleh grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah tergantung pada undangan yang mereka terima, seperti pada acara pernikahan, khitanan. Pertunjukan pada acara pernikahan dan khitanan biasanya berlangsung mulai dari pukul 11.00 WIB /12.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Untuk pertunjukan awal mereka membawakan musik Instrumental yang berjudul An-Nasyim, setelah itu lalu dilanjutkan dengan ucapan salam pembuka oleh MC kepada tamu-tamu yang datang, dan langsung diikuti dengan lagu pertama dan lagu selanjutnya sampai ada permintaan yang datangnya dari tamu yang ingin bernyanyi. Apabila waktu sholat tiba (Dzuhur, Ashar, Magrib) Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah menghentikan aktifitasnya, hal ini untuk memberikan waktu kepada tamu dan anggota untuk melaksanakan ibadah. Lagu-lagu yang ditampilkan dalam upacara pernikahan dan khitanan ini biasanya tidak hanya menunjukan lagu-lagu yang bernuansa islami saja, melainkan bebas tergantung permintaan dalam acara tersebut, dan biasanya lagu-lagu yang ingin ditampilkan selalu diselingi dengan lagu-lagu yang tidak bernuansa islami juga seperti pop, batak, india dan lain sebagainya. Dengan adanya penampilan Nurul Hasanah di acara tersebut mampu memberikan hiburan tersendiri bagi setiap pengunjung yang benar-bemar menikmatinya. Pungunjung akan dihibur melalui musik dan lagu yang dibawakan Nurul Hasanah, selain mendapat hiburan, setiap pengunjung atau tamu undangan mendapat kesempatan untuk 63 menghibur diri sendiri melalui bernyanyi dan menari bersama si penyanyi maupun bersama dengan tamu lainnnya. 4.2.2 Penyajian Musik Hiburan Pada Acara Perayaan Hari Besar Islam Di dalam melakukan pertunjukan, Nurul Hasanah pada umumnya melakukan pertunjukan pada sebuah acara pernikahan, dan khitanan. Namun demikian, Nurul Hasanah juga sering melakukan pertunjukan dalam sebuah acara perayaan hari besar Islam, bahkan even-even religi Islami yang menjadi program dari pemerintah. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang tidak rutin dilakukan yang hanya dilaksanaka apabila ada hari-hari besar Islam yaitu Isra’Miraj dan Maulid Nabi yang diadakan hanya satu tahun sekali. Berbeda dengan pertunjukan pada acara pernikahan dan khitanan, pada perayaan hari besar islam pertunjukan biasanya diadakan pada siang dan malam hari. Pertunjukan di siang hari biasanya dimulai pada pukul 09.00 / 09.30 WIB sampai 14.00 WIB, sedangkan pertunjukan dilaksanakan pada malam hari biasanya dimulai pada pukul 20.00 WIB sampai 23.00 WIB. Untuk pertunjukan awal mereka membawakan musik instrumental yang berjudul An-Nasyim. Kemudian dilanjutkan dengan memainkan lagulagu yang bernuansa islami, karena bentuk acara dalam perayaan hari besar islam adalah berbentuk religi. Setelah mereka memainkan sampai lima lagu, mereka turun dari panggung dan diselingi dengan acara kata sambutan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan lain sebagainya yang sudah terkonsep dalam acara religi tersebut hingga acara selesai. Pertunjukan grup Nurul Hasanah yang sangat rutin dari minggu ke minggu membuat mereka menjadi lebih semangat untuk menjadi group yang lebih maju, sukses 64 dan juga disenangi oleh banyak masyarakat. Pertunjukkan yang sangat rutin disetiap minggunya membuat mereka sangat kurang jadwal untuk latihan. Pada saat ini Nurul Hasanah menjadi pusat perhatian masyarakat dengan wadah hiburan yang bernuansa islami, dan grup ini memiliki jadwal pertunjukan yang cukup padat. 4.3 Fungsi 4.3.1 Fungsi Pengungkapan Emosional Musik dapat memberikan kesempatan kepada setiap penikmatnya untuk mengungkapkan perasaan atau emosional yang sedang di alami saat itu, dalam hal ini syair dan musik yang dilantunkan merupakan sarana untuk mengungkapkan rasa syukur pada Allah SWT. Musik Padang Pasir merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan emosi keagamaan Islam, baik itu para seniman, pendengar, atau penontonnya. Musik ini mengekspresikan tentang emosi hubungan manusia dengan Tuahnnya. Emosi itu berupa kesan sebagai hamba Allah, yang dikaruniai kelebihan dan kekurangan. Setiap insane di dunia ini hidup atas kehendak Ilahi. ia memiliki takdir yang saling berbeda antara satu dengan yang lainnya. Emosi haru, sedih, bahagia, penyerahan diri secara ikhlas hanya pada Allah tergambar dengan jelas melalui seni ini. Musik Padang Pasir ini juga menjadi sarana mengekspresikkan emosi ketegaran dalam mengharungi hidup. Ini dapat diungkapkan melalui lagu-lagu yang bertema perjuangan hidup, atau berjihad di jalan Allah. 65 4.3.2 Fungsi Hiburan Dengan adanya penampilan grup Nurul Hasanah mampu memberikan hiburan tersendiri bagi setiap tamu yang benar-bemar menikmatinya. Tamu akan dihibur melalui musik dan lagu yang dibawakan Nurul Hasanah, selain mendapat hiburan dari si penyanyi, setiap pengunjung mendapat kesempatan untuk menghibur diri sendiri melalui bernyanyi dan menari bersama si penyanyi maupun bersama dengan pengunjung lainnnya. 4.3.3 Fungsi Komunikasi Fungsi lain dari musik adalah fungsi komunikasi. Menurut Merriam (1964 : 216- 217), komunikasi adalah sebagai proses penyampaian sesuatu kepada yang dituju yang dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, lisan atau isyarat. Penyanpaian semua bentuk komunikasi dapat dilaksanakan dengan baik jika mempunyai sarana-sarana tertentu. Salah satu komunikasi tersebut adalah musik. Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses pemyampaian pemikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan), pikiran dapat berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dengan adanya teks yang mengandung pesan tertentu kepada umat manusia umumnya, dan permohonan kepada Allah SWT, tentu menyiratkan adanya komunikasi. Komunikasi terjadi dua arah. Bisa terjadi komunikasi antara manusia dengan manusia atau manusia dengan Tuhan. 66 4.3.4 Fungsi Kesinambungan Kebudayaan Fungsi lain adalah fungsi kesinambungan kebudayaan. Kebudayaan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, dilakukan dengan proses belajar dan seleksi. Sepeti yang dikemukakan Merriam (1964:204), bahwa musik sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat juga merupakan wahana pengajaran yang dapat menjamin kesinambungan dan stabilitas kebudayaan sampai ke generasi berikutnya. Penyajian musik Padang Pasir oleh Nurul Hasanah merupakan salah satu fungsi kesinambungan kebudayaan. Melalui musik Padang Pasir, timbul proses belajar antara pemusik, penyanyi, juga pendengar, untuk mempelajari musik/lagu-lagu yang akan ditampilkan/dimainkan, untuk kelancaran penyajian musik pada Nurul Hasanah. 4.3.5 Fungsi Dakwah Agama Islam Fungsi lainnya dari pertunjukan musik oleh Orkes Padang Pasir Nur Hasanah di Binjai ini adalah sebagai sarana dakwah agama Islam. Sebagaimana kemunculannya awal kali di tahun 1964, oleh Ahmad Baqi kesenian ini dicoba untuk menjadi sarana dakwah atau syiar agama Islam, baik kepada umat Islam itu sendiri maupun kepada mereka yang mau tahu apa itu Islam. Tujuan utama saana dakwah ini adalah memberikan kebenaran-kebenaran agama Islam yang terkodifikasi dalam Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah SAW. Dalam konteks masyarakat Islam di Binjai menurut pengamatan penulis, Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah ini lebih banyak mendakwahkan tentang pendalaman pemahaman dan penghayatan terhadap agama Islam di lingkungan umat Islam itu sendiri. 67 Tujuannya yang terutama mendekatkan diri umat Islam kepada ajaran-ajaran Tuhan melalui seni, di samping melaui ceramah-ceramah atau tausyiyah-tausyiyah. Dengan mendengarkan lagu-lagu yang dipertunjukkan, para seniman orkes ini berharap para pendengar akan menyimak dan meneladani syair-syair yang terkandung di dalam lagulagunya. Sebagai contoh jika seseorang muslim mendengarkan lagu Selimut Putih, biasanya dirinya akan tergetar mendengarkan lagu ini. Isi teksnya mengingatkan bahwa setelah hidup ada saatnya manusia akan mati. Saat itulah ia terbaring di ranjang dan menunggu Malaikat Izrail, yaitu malaikat pencabut nyawa dalam ajaran Islam, mencabut nyawa seseorang. Pada saat yang seperti ini sudah 68 BAB V ANALISIS STRUKTUR MUSIK 5.1 Notasi dan Transkripsi Mengalihkan musik menjadi notasi pada kertas hal itu tidak sempurna karena setiap jenis notasi akan memilih fenomena-fenomena akustik tertentu yang dianggap lebih penting oleh penulis. Seseorang yang sedang mendengarkan musik hampir tidak dapat mengingat persis apa yang didengarnya sepuluh detik yang lalu, maka transkripsi dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk menganalisis sebuah musik, sehingga transkripsi sangat penting dalam penelitian musik. Dalam Etnomusikologi proses menotasikan bunyi, mengalihkan bunyi menjadi symbol visual disebut transkripsi. Netll (1964:98) menyebutkan ada dua pendekatan dalam pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa yang kita dengar, (2) kita dapat menuliskan dalam berbagai cara keatas kertas dan mendiskripsikan apa yang kita lihat. Dari dua hal ini untuk memvisualisasikan bunyi dari struktur musik yang digarap oleh Nurul Hasanah, penulis menggunakan transkripsi agar lebih mudah menganalisisnya terutama tangga nada, motiv, tonalitas, kadensa, dan lain-lain. Dengan demikian akan lebih mempermudah kita untuk mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang apa yang kita pikirkan dari apa yang kita dengar. 69 5.2 Analisis Musik Dalam menganalisis struktur melodi dari lagu yang akan ditranskripsi, penulis mengacu kepada teori weighted scale oleh William P. Malm yang mengungkapkan bahwa ada beberapa karakteristik dalam mendeskripsikan melodi, yaitu mencakup (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7) formula melodik (melodie formula), dan (8) kontur (contour). (Malm dalam Takari, 1993:13). Sebelum penulis mulai mentranskripsi musik Padang Pasir, terlebih dahulu penulis mencoba untuk mendengarkan dengan berulang-ulang kali serta menirukannya, menentukan bagian strukturnya dari beberapa rekaman musik yang dimainkan oleh Nurul Hasanah yang akan ditranskripsi dan dianalisis oleh penulis, untuk dapat mengamati materi nada, bentuk, motif, serta frasa dari melodi musik. Langkah selanjutnya adalah melakukan transkripsi. Dalam menuliskan hasil transkripsi musik, penulis memakai notasi Barat. Hal ini disebabkan karena notasi Barat sangat efektif dalam penulisan ritem, tinggi rendahnya nada, symbol-simbol nada pada garis paranada, durasi, pembagian waktu dalam ritem dan lain-lain. 5.2.1 Sampel Lagu Jenis lagu yang ditampilkan Nurul Hasanah beragam, namun lagu irama Padang Pasir merupakan jenis lagu yang lebih dominan yang sering dimainkan untuk menghibur para pengunjung. Dalam tulisan ini penulis menggunakan lagu Selimut Putih sebagai 70 sampel lagu dalam proses pentranskripsian. Lagu tersebut akan terlebih dahulu ditranskripsi ke notasi Barat setelah itu penulis akan menganalisis lagu tersebut secara detail. Alasan saya memilih lagu ini untuk dianalisis, dikarenakan lagu ini banyak di request para tamu terutama orang tua yang sudah sangat kenal lagu ini. Selain lagu ini sudah cukup terkenal di masyarakat, lirik yang terkandung dalam lagu tersebut cukup sederhana dan sangat dalam pengertiannya dan syair lagunya mengandung unsur agama yang bisa mengajak para pendengarnya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Sehingga lagu ini merupakan lagu yang sering dinyanyikan oleh Nurul Hasanah. 71 72 73 5.2.2 Tangga Nada (Scale) Netll (1964: 145) mengemukakan cara-cara mendeskripsikan tangga nada dengan menuliskan nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing dalam lagu. Tangga nada tersebut lalu digolongkan menurut jumlah nada yang dipakai, yaitu : Diatonik (dua nada), tritonik (tiga nada), tetratonik (empat nada), pentatonic (lima nada), hexatonik (enam nada), heptatonik (tujuh nada). Dua nada yang memiliki jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja. Yang dimaksud dengan tangga nada dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat pada repertoar Selimut Putih. Hal ini dilakukan melalui pencacahan nada-nada mulai dari nada yang paling rendah sampai tertinggi. Adapun tangga nada untuk repertoar Selimut Putih adalah sebagai berikut: 1) 2) Nada yang terdapat pada instrument flute Nada yang terdapat pada instrument violin/biola 74 Dilihat dari jenis nada yang dipakai diatas maka lagu tersebut tergolong nada pentatonik yaitu jumlah nada yang dipakai ada lima nada dan heptatonic yaitu jumlah nada yang dipakai ada tujuh nada. Nada yang terdapat pada instrument flute adalah pentatonik A, D, E, F, G, dan nada yang terdapat pada instrument violin adalah heptatonik A,Bes, B, C, D, E, F, G, Gis. 5.2.3 Nada Dasar Nada dasar pada sebuah lagu/musik sangatlah berperan penting. Netll (1964:l47) mengemukakan tentang metode atau pendekatan dalam menemukan nada dasar pada sebuah lagu/musik. Ada tujuh yang diusulkan menjadi perhatian penting yaitu: a. Melihat nada mana yang sering dipakai. b. Melihat nada mana yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar. c. Melihat nada awal atau nada akhir suatu komposisi yang dianggap mempunyai fungsi penting dalam penentuan tonalitas ( nada dasar). d. Nada paling rendah atau posisi tepat ditengah-tengah dianggap penting. e. Interval-interval yang terdapat diantara nada kadang-kadang sebagai patokan. f. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada. g. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik. Dari hasil analisis transkripsi lagu Selimut Putih di atas, khususnya analisis tangga nada dan jumlah nada digunakan penulis sebagai acuan untuk menjawab ketujuh 75 pendekatan untuk menemukan nada dasar pada sebuah reportoar/lagu sehingga dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : a. Nada yang sering dipakai adalah nada A. b. Nada yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar adalah nada -. c. Nada awal komposisi adalah nada A, dan nada akhirnya adalah nada D. d. Nada paling rendah adalah nada A dan nada paling tinggi adalah nada E. e. Interval-interval yang terdapat diantara nada kadang-kadang sebagai patokan (-). f. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada yaitu nada -. g. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik (-). Dengan demikian disimpulkan lagu Selimut Putih bernada dasar C (Natural), nada D merupakan nada akhir yang terdapat pada akhir lagu (sesuai dengan poin c diatas). 5.2.4 Wilayah Nada Metode untuk menentukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang terdengar secara alami, ditentukan oleh suara penghasil bunyi itu sendiri, yaitu dengan memperhatikan nada paling rendah dan nada paling tinggi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ellis dalam Malm (1977:35) tentang perhitungan frekuensi nada dengan menggunakan cent, yaitu nada-nada yang berjarak 1 laras sama dengan 200 cent, dan nada-nada berjarak ½ laras sama dengan 100 cent. 76 Dengan melihat nada-nada yang telah ditranskripsikan, maka lagu Selimut Putih memiliki wilayah nada dari nada A (terendah) dan E (nada paling tinggi) yang semuanya berjarak 4 laras atau sama dengan 800 cent. Untuk lebih jelas wilayah nada laguSelimut Putih, dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini. 5.2.5 Jumlah Nada-nada yang Dipakai (Modus) Netll (1964:146) menyatakan dalam mentranskripsikan modus lagu paling tidak menyebut nada mana yang yang berfungsi sebagi nada dasar , nada-nada yang dianggap penting dalam lagu tersebut, serta nada-nada pendampimg lainnya. Lebih lanjut ia mengatakan gambaran tangga nada dan modus biasanya disampaikan lewat notasi (tangga nada). Ditulis di atas garis paranada dengan hargaharga yang menandai fungsi-fungsi nada dan membedakan nada yang sering dipakai dalam komposisinya dan nada yang jarang dipakai. Nada dasar biasanya ditulis sebagai not utuh, nada penting lainnya sebagai not setengah, nada biasa sebagai not seperempat, nada hiasan (nada yang jarang muncul) sebagai not seperempat atau not seperdelapanbelas. Berpedoman pada metode diatas, maka penulis akan menganalisis jumlah nadanada yang dipakai pada lagu Selimut Putih. Berikut jumlah nada-nada yang dipakai pada lagu setelah penulis menyusun nada-nada tersebut pada garis paranada. 77 7 38 3 2 4 13 21 12 21 9 31 3 11 33 1 10 5 Untuk mengetahui jumlah frekuensi terhadap pemakaian nada pada lagu Selimut Putih yang telah ditranskripsi, dapat dibuat persentasenya untuk melihat komposisi melodi lagu. Untuk perhitungan persentasi pemakaian nada-nada, penulis mempergunakan rumus sebagai berikut: X = Y/X x 100% Dimana: X : Jumlah persentase nada Y: Jumlah pemakaian nada Z: Jumlah keseluruhan nada Dengan demikian perhitungan/persentase pemakaian nada-nada pada lagu Selimut Putih dapat dilihat pada tabel berikut. 78 Tabel 5.1 Tabel Jumlah dan Persentase Nada Lagu Selimut Putih No Nada Pemakaian nada Total Nada 1. A 7 224 7 / 224 X 100% = 3,1 2. B 3 224 3/ 224 X 100% = 1,3 3. C 4 224 4 / 224 X 100% = 1,8 4. D 21 224 21 / 224 X 100% = 9,3 5. E 21 224 21 / 224 X 100% = 9,3 6. F 31 224 31 / 224 X 100% = 13,8 7. G 33 224 33 / 224 X 100% = 14,7 8. Gis 1 224 1 /224 X 100% = 0,4 9. A’ 38 224 38 /224 X 100%= 16,9 10. Bes’ 2 224 2 /224 X 100%= 0,89 11. B’ 13 224 13 /224 X 100%= 5,8 12. C’ 12 224 12 /224 X 100%= 5,4 13. D’ 9 224 9 /224 X 100%= 4,0 14. E’ 3 224 3 /224 X 100%= 1,3 15. F’ 11 224 11 /224 X 100%= 4,9 16. G’ 10 224 10 /224 X 100%= 4,5 17. A’ 5 224 5 /224 X 100%= 2,2 79 Persentase Dari tabel persentase pemakain nada-nada pada lagu Selimut Putih diatas, dapat di tarik kesimpulan persentase pemakain nada terbesar adalah nada A’, yaitu sebanyak 16,9 %, kemudian disusul dengan nada G , sebanyak 14,7%. Sedangkan persentase pemakaian nada terkecil adalah nada Gis yaitu sebanyak 0,4 %. 5.2.6 Interval Nada Interval adalah jarak antara satu nada ke nada berikutnya, naik maupun turun. Pada komposisi lagu interval ialah penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau melompat secara baik, turun maupun mendatar. Manoff (1991:84) membuat pengukuran yang lebih akurat terhadap interval dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Interval mayor dinaikkan setengah langkah, maka interval tersebut menjadi augmented, dan jika diturunkan setengah langkah maka intervalnya minor. 2. Interval minor dinaikkan setengah langkah, maka interval itu akan menjadi mayor. Sebaliknya bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished. 3. Interval berkualitas perfect dinaikkan setengah langkah, maka interval tersebut menjadi augmented. Bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished16. Dari hasil transkripsi repertoar Selimut Putih, penulis akan menggunakan instrument violin untuk menentukan pemakaian interval, dan interval yang digunakan dapat di lihat dari table berikut: 7 Interval mayor dan minor digunakan untuk mengidentifikasi interval yang berjarak 2,3,6,7 dan sedang interval perfect, augmented, diminished untuk interval berjarak 1,4,5,8 (Manoff, 1985:73). 80 Tabel 5.2: Pemakain interval dalam repertoar Selimut Putih No Nama Interval 1 Prime 2 2m 3 2M 4 3m 5 3M 6 4P 7 5P Posisi Jumlah 12 Naik 14 Turun 8 Naik 26 Turun 32 Naik 9 Turun 10 Naik 1 Turun 1 Naik 4 Turun 1 Naik 1 Turun 4 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa interval yang paling banyak muncul adalah interval 2M, apabila digabungkan posisi naik dan turun yaitu sebanyak 58 kali. Sedangkan interval kedua yang paling banyak muncul adalah 2m, apabila digabungkan posisi naik dan turun 2m jumlahnya adalah 22 kali. Hal ini berarti bahwa banyak nada yang muncul berdampingan atau nada-nada yang digunakan memiliki jarak yang berdekatan. 81 5.2.7 Pola Kadensa (Cadence Patterns) Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu yang biasanya ditandai dengan tanda istirahat. Pola kadensa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: semi kadens (half cadence) dan kadens penuh (full cadence). Semi kadens (half cadence) adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai (complete) dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Sedangkan kadens penuh (full cadence) adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai (lengkap) sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan keinginan/ kesan untuk menambah gerakan ritem. Berikut pola kadensa yang terdapat pada lagu Selimut Putih yaitu : Frasa A Frasa B 82 5.2.8 Formula Nada (Melodie Formula) Dalam medeskripsikan formula nada, ada tiga hal yang penting untuk dibahas, yaitu bentuk, frasa, dan motif. Netll (1964:149-150) mengatakan bahwa bentuk adalah hubungan diantara bagian-bagian dari sebuah komposisi, termasuk hubungan diantara unsur-unsur melodis dan ritmis, atau dengan pemahaman sederhana, bentuk merupakan suatu aspek yang menguraikan tentang organisasi musikal. Frasa adalah suatu unit dari melodi di dalam komposisi. Sedangkan motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi. Bentuk disimbolkan dengan huruf A, B, C, dan seterusnya, sedangkan frasa dituliskan ke dalam angka-angka. Ada beberapa jenis bentuk (form) menurut Malm (1976:8) antara lain: 1. Repetitive, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan. 2. Ireratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian. 3. Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frase pertama setelah terjadi penyimpangan melodis. 4. Strofic, yaitu bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama namun menggunakan teks yang baru. 5. Progressive, yaitu bentuk nyanyian selalu berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. Berikut analisa bentuk, frasa, motif pada lagu Selimut Putih: 83 A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 B C 20 21 D 22 23 24 25 29 30 31 32 26 33 27 28 34 35 E 36 37 38 39 40 41 42 46 47 48 49 53 54 55 56 F 43 44 45 50 51 52 G H 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 84 Setelah dianalisis, bentuk repertoar pada Selimut Putih dapat dituliskan dengan urutan AB-C-D-E-F-G-H. Motif melodi pada bentuk A, B, C, D, E, F, G diulang dengan nada sedikit berbeda dan diberi lambang aksen untuk membedakan melodi tersebut. 5.2.9 Kontur (Contour) Kontur adalah garis atau melodi pada sebuah lagu (Malm 1964:8). Defenisi yang sama, kontur adalah alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik garis. Ada beberapa jenis kontur yang dikemukakan oleh Malm (Malm dalam Jonson 2000: 76), antara lain: 1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnnya naik dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi, seperti gambar : 2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke nada yang rendah, seperti gambar : 3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah. Begitu juga sebaliknya, seperti gambar : 4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti gambar: 85 5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakan intervalnya terbatas, seperti gambar: Berikut beberapa bentuk kontur yang terdapat pada lagu Selimut Putih : 1. Pendulous Terdapat pada bar 4 sampai bar 10 2. Statis Terdapat pada bar 1 dan 2 Secara ringkas, analisis lagu Selimut Putih adalah sebagai berikut. 1. Tempo : 102 MM 2. Durasi Waktu : 4.3 Menit 3. Meter : 3 ketukan dalam satu siklus dan dinyatakan dalam meter 3/4 4. Aksen : di setiap ketukan pertama 86 BAB VI ANALISIS LIRIK LAGU 6.1 Analisis Tekstual Hal-hal yang perlu dikaji pada teks musik Padang Pasir berikut ini yaitu struktur dan isi teks. Berkenaan dengan analisis, unsur yang dianalisis dari teks adalah makna denotatif (sebenarnya), konotatif (tidak sebenarnya), filosofis (makna filsafah) dan gaya bahasa yang di kutip (M. Agustina 1995:24). Dalam hubungan kajian tekstual yang dimaksud adalah kajian terhadap unsur-unsur teks yang berkenaan dengan musik Padang Pasir yang berisikan tentang nasehat dan doa. 6.2 Struktur Lirik Pengertian struktur adalah bagaimana sesuatu disusun, susunan atau bangunan (Poerwadaminta 1976: 965). Dari aspek tekstualnya, struktur dari teks musik Padang Pasir kelihatannya menuntut penggunaan aspek sastra dalam liriknya. Dalam Bab VI ini, penulis akan mengkaji lirik dalam lagu-lagu irama Padang Pasir ciptaan Ahmad Baqi. Kajian ini menggunakan teori semiotik, yang mencakup makna intrinsik lagu, kajian mengenai tanda-tanda lagu itu sendiri, seperti kualitas nyanyian, aktualisasi lagu, dan pengorganisasian lagu. Kemudian melangkah kepada refrensi lagu, yaitu kajian tandatanda nyanyian dengan berbagai objek yang mungkin memfokuskan kepada signifikasi nyanyian dengan objek yang lebih luas. 87 6.3 Teks dalam Lagu-lagu Padang Pasir Dalam setiap pertunjukkannya, terjadi komunikasi antara seniman dan penonton. Komunikasi seni pertunjukkan itu mencakup lirik atau teks lagu-lagu Padang Pasir yang memiliki ciri khas dibandingkan komunikasi verbal dengan bahasa seharian. Komunikasi lisan dalam musik Padang Pasir biasanya menggunakan berbagai gaya bahasa (metafora, aliterasi, pengulangan, hiperbola, dan sebagainya). Komunikasi lisan ini juga menjadi bagian dengan aspek-aspek yang bukan lisan seperti nada, irama, ritme, melodi, gerakgerik, dinamika dan sebagainya. Teks dalam lagu-lagu Padang Pasir biasanya mengekspresikan tema yang akan dikomunikasikan oleh pencipta kepada para pendengar. Teks ini ada yang sifatnya mudah dicerna, ad pula teks yang sulit untuk dicerna. Oleh karena itu, teks dalam lagu-lagu Padang Pasir ini perlu diresapi, dipahami oleh pendengar. 6.3.1 Teks Lagu Selimut Putih Keseluruhan teks lagu Selimut Putih ini adalah seperti berikut. Selimut Putih Bila Izrail datang memanggil, Jasad terbujur di pembaringan, Seluruh tubuh akan menggigil, Sekujur badan kan kedinginan. 88 Janganlah suka disanjug-sanjung, Engkau digelar manusia agung, Sadarlah diri tahu diuntung, Tiba saatnya keranda diusung. Bila masanya insyaflah diri, Selimut putih pembalut badan, Tinggallah semua yang dikasihi, Berbaktilah hidup sebelum mati. (Sumber: lagu nasyid ciptaan Haji Ahmad Baqi dari Sumatera Utara) Struktur intrinsik musik lagu ini adalah menggunakan meter tiga, yang tidak lazim dalam budaya musik Melayu. Pencipta musik ini, iaitu Ahmad Baqi dipengaruhi oleh rentak wals dalam muzik Barat. Pada dekade 1960-an. Rentak ini amat populer dalam kebudayaan Melayu, termasuk di Sumatera Utara di masa kini. Manakala tangga nada (scale) yang digunakan major yang umumnya digunakan untuk irama gembira. Namun untuk memberikan kesan suasana sedih digunakan nada-nada kromatik. Sementara durasi nada yang digunakan adalah dominan not seperlapan dan seperempat untuk lebih memberikan kesan tema lagu ini tentang kematian. 89 Tema tentang kematian dalam Islam ini dapat dirujuk pada Al-Quran surat Yassin ayat 12, seperti berikut ini. Artinya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk (Lauh Mahfuzh) yang nyata.” Ayat Qur’an di atas menerangkan bahwa Allah menghidupkan orang mati, dan Dia menulis semua perbuatan orang selama hidup di dunia ini. Ini adalah indeks bahwa selama hidup di dunia orang mestilah beramal baik, agar ditempatkan di tempat yang baik pula di negeri akhirat. Ajaran Islam tentang kematian ini diungkap pada lagu Padang Pasir tersebut. Pada bait pertama ayat-ayatnya adalah menggambarkan bagaimana ketika seseorang itu meninggalkan dunia fana ini, menuju alam kubur dan lebih jauh lagi alam akhirat, di mana saat itu terjadilah hari pembalasan, yaitu pembalasan terhadap semua pahala dan dosa yang dilakukan seseorang di dunia ini. Adapun selengkapnya kalimat pada bait ini adalah sebagai berikut: Bila Izrail datang memanggil; Jasad terbujur di pembaringan; Seluruh tubuh akan menggigil; Sekujur badan kan kedinginan. Bila masanya manusia mati, maka tidak ada yang boleh mengundurkannya walau sesaat pun, atau seseorang ingin lebih cepat meninggal dunia maka tidak ada seorang pun yang bisa mempercepatnya, semua itu tergantung kepada takdir Allah s.w.t.. 90 Dalam sistem keimanan Islam, malaikat pencabut nyawa adalah Izrail. Ia akan melaksanakan perintah Allah untuk mencabut nyawa manusia ketika saatnya telah tiba. Ketika Izrail mencabut nyawa, maka jasad (fisik) manusia terbujur lemas di pembaringan (tempat tidur). Seluruh tubuh manusia yang dicabut nyawanya akan menggigil dan sekujur badannya kedinginan, kerana sakitnya menghadapi kematian itu, terutama mereka yang banyak melakukan dosa ketika hidupnya. Hal ini tidak terjadi kepada yang banyak mengumpulkan pahala ketika hidupnya. Dalam menghadapi kematian ini Rasulullah berpesan kepada umat Islam untuk beribadahlah seakan-akan esok akan mati, dan bekerjalah seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi. Ajaran ini menggagaskan bahawa tujuan hidup umat Islam adalah keseimbangan antara keperluan dunia dengan akhirat sekali gus. Adalah berbahaya apabila lebih cenderung kepada salah satunya saja. Seterusnya pada bait kedua, pencipta lagu ini, Ahmad Baqi, menyampaikan pesan agar selama hidup di dunia ini jangan sombong, tidak usah mengejar-ngejar sanjungan manusia lain, tidak usah mengejar gelaran manusia agung, kerana bagaimana pun ada saatnya kita meninggalkan dunia fana ini, ketika kita berada di keranda dan diusung oleh manusia lain, oleh kerana itu sadarlah hidup selama di dunia ini. Nasehat-nasehat itu tercermin pada teks: Janganlah suka disanjug-sanjung; Engkau digelar manusia agung; Sadarlah diri tahu diuntung; Tiba saatnya keranda diusung. Demikian kira-kira tafsiran semiotik terhadap bait kedua lagu ini. Kemudian bait tiga lagu Selimut Putih karya Haji Ahmad Baqi ini pesannya juga masih merupakan nasehat kepada para pendengar. Selengkapnya teks bait ketiga adalah: Bila masanya insaflah diri; Selimut putih pembalut badan; Tinggallah semua yang dikasihi; Berbaktilah hidup sebelum mati. 91 Ketika seseorng itu telah berada dalam sakaratul maut, maka biasanya dia akan sadar dan insaf akan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Dia pergi hanya dengan membawa sehelai selimut putih sebagai pembalut badan. Tidak ada harta lain yang dibawanya selain selimut putih itu. Jadi tidak boleh terlalu dibesar-besarkan dan dibangga-banggakan harta yang ia cari selama ini. Apalagi harta itu diperoleh dari cara-cara yang haram, tentu sahaja akan berakibat bagi keturunannya. Kalimat ketiganya mengingatkan pula tentang tinggallah semua yang dikasihi, seperti isteri/suami, anak-anak, emak, ayah, kerabat dan keluarga, sahabat dan orang-orang lainnya yang selama ini dikasihi dan mengasihi. Jadi dalam menghadap Allah di alam akhirat hanya amallah yang boleh menolong seseorang yang telah meninggal dunia. Dalam ajaran Islam pula, hanya ada tiga amalan yang masih berlaku ketika seseorang meninggal dunia, yaitu: harta yang diwakafkan di jalan Allah, ilmu yang diturunkan kepada orang lain, dan amal anak-anak yang soleh. Dalam ayat keempat mesej yang disampaikan adalah nasihat berupa berbuatlah amal sebelum mati, berbuatlah kebajikan selama masa hidup di dunia, yang sebenarnya hanyalah tempat tinggal sementara menuju kampung abadi akhirat. Sebagai seorang Muslim hendaklah beribadah dalam konteks hubungan kepada Tuhan dan hubungan kepada manusia dan makhluk lainnya. Dengan demikian Allah akan meridhai kehidupan kita. Demikian kira-kira pesan semiotik yang disampaikan menerusi lagu Selimut Putih ini. 92 93