BAB II HUKUM KEUNGGULAN KOMPARATIF

advertisement
BAB II
TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Dalam bab ini, kita akan membahas
perkembangan teori perdagangan
internasiolanl .
1. PENGARUH PERDAGANGAN TERHADAP
PEREKONOMIAN DALAM NEGERI
Dua Konsekuensi dalam perdagangan yaitu:
a. Adanya manfaat dan Perdagangan (gains from trade)
b. Adanya kecenderungan ke arah spesialisasi dalam produksi
barang-barang yang memiliki keunggulan komparatif
Kedua akibat ini termasuk “akibat ekonomis” dan perdagangan luar
negeri. Ada akibat-akibat lain yang bersifat non ekonomis.
Dibukanya suatu perekonomian terhadap hubungan luar negeri
mempunyai konsekuensi yang luas terhadap perekonomian dalam
negeri. Konsekuensi ini mencakup aspek ekonomis maupun nonekonomis, dan bisa bersifat positif maupun negatif bagi negara yang
bersangkutan. Semua ini perlu kita kaji sebelum kita bisa
mengatakan apakah perdagangan luar negeri bermanfaat atau tidak
bagi suatu negara.
Kedua pengaruh ekonomis di atas hanyalah
sebagian dan seluruh pengaruh ekonomis dan
perdagangan. Pengaruh-pengaruh ekonomis ini
bisa digolongkan dalam tiga kelompok:
(a) Pengaruh – pengaruh pada konsumsi
masyarakat (consumption effects).
(b) Pengaruh – pengaruh pada produksi (production
effects).
(c) Pengaruh – pengaruh pada distribusi
pendapatan masyarakat (distribution effects).
Pengaruh terhadap Konsumsi
Salah satu pengaruh penting pada konsumsi masyarakat
adalah karena perdagangan, masyarakat bisa
berkonsumsi dalam jumlah yang lebih besar daripada
sebelum ada perdagangan. Ini sama saja dengan
mengatakan bahwa pendapatan riil masyarakat (yaitu,
pendapatan yang diukur dan berapa jumlah barang
yang bisa dibeli oleh jumlah uang tersebut), meningkat
dengan adanya perdagangan
Konsep yang sering disebut dengan nama Transformasi
adalah proses pengubahan sumber-sumber ekonomi
atau barang-barang dalam negeri menjadi barangbarang lain yang bisa memenuhi kebutuhan (konsumsi)
masyarakat. Konsep transformasi ini mencakup:
(a) Transformasi melalui produksi, yaitu memasukkan
sumber-sumber ekonomi (input) ke dalam pabrik-pabrik
dan proses produksi lain untuk menghasilkan barangbarang akhir (output). Inilah “proses produksi” dalam arti
yang biasanya kita gunakan.
(b) Transformasi melalui perdagangan, yaitu menukarkan
suatu barang dengan barang lain yang (lebih) kita
butuhkan. Dan segi arti ekonomisnya menukarkan satu
barang dengan barang lain melalui perdagangan adalah
juga suatu “proses pengubahan”. tidak ada bedanya
dengan proses pengubahan melalui pabrikpabrik (proses
produksi). Keduanya mencapal hasil yang sama, yaitu
mengubah satu barang menjadi barang lain (yang diang
gap lebih bernilai atau lebih dibutuhkan).
Pengaruh terhadap Produksi
Perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh
yang kompleks terhadap sektor produksi di
dalam negeri. Secara umum kita bisa
menyebutkan empat macam pengaruh yang
bekerja melalul adanya :
(a) Spsialisasi produksi.
(b) Kenaikan “investasi surplus”.
(c) “Vent for Surplus”.
(d) Kenaikan produktivitas.
Spesialisasi. Kita telah melihat bahwa perdagangan internasional mendorong
masing-masing negara ke arah spesialisasi dalam produksi barang di mana
negara tersebut memiliki keunggulan komparatifnya.
Dalam kasus constant-cost, akan terjadi spesialisasi produksi yang penuh,
sedangkan.
Dalam kasus increasing-cost terjadi spesialisasi yang tidak penuh. Yang perlu
diingat di sini adalah bahwa spesialisasi itu sendiri tidak membawa
manfaat kepada masyarakat kecuali apabila disertai kemungkinan
menukarkan hasil produksiriya dengan barang-barang lain yang
dibutuhkan. Spesialisasi plus perdagangan bisa meningkatkan pendapatan
riil masyarakat, tetapi spesialisasi tanpa perdagangan mungkin justru
menurunkan pendapatan nil dan kesejahteraan masyarakat.
Tetapi apakah spesialisasi plus perdagangan selalu
menguntungkan suatu negara? Dalam uraian kita dalam
bab-bab sebelumnya, kita menyimpulkan, bahwa
pendapatan riil masyarakat sesudah perdagangan selalu
lebih tinggi atau setidak-tidaknya sama dengan pendapatan
riil masyarakat sebelum perdagangan. ini berarti bahwa
perdagangan tidak akan membuat pendapatan riil
masyarakat lebih rendah, dan sangat mungkin membuatnya
lebih tinggi. Tetapi perhatikan bahwa analisa semacam ini
bersifat “statik”, yaitu tidak memperhitungkan pengaruh pengaruh yang timbul apabila situasi berubah atau
berkembang, seperti yang kita jumpai dalam kenyataan.
Ada tiga keadaan yang membuat spesialisasi dan
perdagangan tidak selalu bermanfaat bagi
suatu negara. Ketiga keadaan ini berkaitan
dengan kemungkinan spesialisasi produksi
yang terlalu jauh, artinya adanya sektor
produksi yang terlalu terpusatkan pada satu
atau dua barang saja. Ketiga keadaan ini
adalah:
(a) Ketidak stabilan pasar luar negeri.
Suatu negara yang karena dorongan melakukan
spesialisasi perdagangan, hanya memproduksikan karet
dan kayu. Apabila harga karet dan harga kayu dunia
jatuh, maka perekonomian dalam negeri otomatis akan
ikut jatuh.
Lain halnya apabila negara tersebut tidak hanya
berspesialisasi pada kedua barang tersebut, tetapi juga
memproduksikan barang-barang lain baik untuk ekspor
maupun untuk kebutuhannya dalam negeri sendiri.
Turunnya harga dan satu atau dua barang mungkin bisa
diimbangi oleh naiknya harga barang-barang lain.
Inilah pertentangan atau konflik antara spesialisasi
dengan diversifikasi.
1. Spesialisasi bisa meningkatkan pendapatan riil
masyarakat secara maksimal, tetapi dengan risiko
ketidak stabilan yang tinggi. Sebaliknya
2. Diversifikasi lebih menjamin kestabilan
pendapatan tetapi dengan konsekuensi harus
mengorbankan
sebagian
dan
kenaikan
pendapatan dan spesialisasi.
(b)
Keamanan
nasional.
Apabila suatu negara hanya memproduksikan satu barang,
misalnya karet, dan harus mengimpor seluruh kebutuhan
bahan makanannya Meskipun karet adalah cabang produksi
di mana negara tersebut memiliki keunggulan komparatif
yang paling tinggi, sehingga bisa meningkatkan pendapatan
riil masyarakat setinggi mungkin, tentunya keadaan seperti
di atas tidak sehat. Seandainya terjadi perang atau apapun
yang menghambat perdagangan luar negeri, dan manakah
diperoleh bahan makanan bagi penduduk negara tersebut?
Jelas bahwa pola produksi seperti yang didiktekan oleh
keunggulan komparatif tidak harus selalu dilkuti apabila
ternyata keiangsungan hidup negara itu sendiri sama sekali
tidak terjamin.
(c) Dualisme.
Sejarah perdagangan internasional negara-negara sedang berkembang
terutama semasa mereka masih menjadi koloni negara-negara
Eropa, ditandai oleh timbulnya sektor ekspor yang beronientasi ke
pasar dunia dan yang sedikit sekali berhubungan dengan sektor
tradisional dalam negeri. Sektor ekspor seakan-akan bukan
merupakan bagian dan negeri itu, tetapi bagian dan pasar dunia.
Dalam keadaan seperti ini spesialisasi dan perdagangan
internasional tidak memberi manfaat kepada perekonomian dalam
negeri.
Keadaan ini di negara-negara sedang berkembang setelah
kemerdekaan mereka, memang sudah menunjukkan perubahan.
Tetapi Seiring belum merupakan perubahan yang fundamental.
Sektor ekspor yang’“modern” masih nampak belum bisa
menunjang sektor dalam negeri yang “tradisional”
Ketiga keadaan tersebut di atas adalah peringatan bagi
kita untuk tidak begitu saja dan tanpa reserve
menerima dalil perdagangan Neo-Klasik bahwa
spesialisasi dan perdagangan selalu menguntungkan
dalam keadaan apapun. Tetapi di lain pihak. uraian di
atas tidak merupakan bukti bahwa manfaat dari
petdagangan tidaklah bisa dipetik dalam kenyataan.
Teori keunggulan komparatif masih menjadi tahapan
dasarnya, yaitu bahwa suatu negara seyogyanya
memanfaatkan
keunggulan
komparatif
dan
kesempatan “transformasi lewat perdagangan” Hanya
saja perlu diperhatikan bahwa dalam hal-hal tertentu
pentimbangan pertimbangan lain jangan lupaken.
Investible Surplus Meningkat. Pendagangan
meningkatkan pendapatan riil masyarakat.
Dengan pendapatan riil yang lebih tinggi
berarti negara tersebut mampu untuk
menyisihkan dana sumber sumber ekonomi
yang lebih besar bagi investasi (inilah. yang
disebut “investible surplus”). investasi yang
lebih tinggi berarti laju pertumbuhan ekonomi
‘yang lebih tinggi. Jadi perdagangan bisa
mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Konsep “vent for surplus” adalah bahwa pertumbuhan
ekonomi terangsang oleh terbukanya daerah pasar yang
baru. Sebagai contoh, suatu negara yang kaya akan tanah
pertanian tetapi berpenduduk relatif sedikit. Sebelum
kemungkinan perdagangan dengan luar negeri terbuka,
negara tersebut hanya menghasilkan bahan makanan yang
cukup untuk menghidupi penduduknya dan tidak lebih dan
itu. Banyak tanah yang sebenarnya subur dan cocok bagi
pertanian dibiarkan tak terpakai. Dengan adanya kontak
dengan pasar dunia, negara tersebut mulai menanam
barang-barang perdagangan dunia seperti lada, kopi, teh,
karet, gula dan sebagainya dengan mernanfaatkan tanah
pertanian yang menganggur tersebut. Dengan demikian
pertumbuhan ekonomi meningkat.
Perdagangan luar negeri menciptakan pasaran
yang lebih luas (“vent”) bagi hasil produksi
dalam negeri, sehingga sumber-sumber
ekonomi yang belum semua dimanfaatkan
(“surplus”) bisa dimanfaatkan. Modal dan
teknologi asing biasanya diperlukan untuk
pemanfaatan
sumber-sumber
ekonomi.
Dimasa lampau modal dan teknologi asing
masuk ke sektor perkebunan, sekarang ke
sektor sumber-sumber alam (energi, mineral).
Download