FORMULASI DAN EVALUASI GRANUL EFFERVESCENT SARI

advertisement
FORMULASI DAN EVALUASI GRANUL EFFERVESCENT
SARI JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.)
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi DIII Farmasi
Oleh :
NINA SITI MUNAWAROH
NIM. 13DF277036
PROGRAM STUDI D III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
INTISARI
FORMULASI DAN EVALUASI GRANUL EFFERVESCENT SARI JAMBU
BIJI MERAH (Psidium guajava L.)1
Nina Siti Munawaroh2 Siti Rahmah KR3 Nurhidayati Harun4
Granul effervescent merupakan bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Formulasi granul
effervescent sari jambu biji merah dibuat dengan metode granulasi kering
dengan membandingkan perbedaan penggunaan bahan pengikat CMC
Na, amilum jagung dan Polivinilpirolidon. Hasil formulasi dilakukan
evaluasi yang meliputi uji organoleptik, uji pH, uji waktu larut dan uji waktu
alir. Dari hasil evaluasi terhadap sediaan granul effervescent sari jambu
biji merah diperoleh pH dengan rata-rata 5,3, uji waktu larut 2,24 dan uji
waktu alir 8,31.
Kata Kunci
:
Keterangan
:
Granul Effervescent, Jambu biji merah, CMC Na, amilum
jagung,Polivinilpirolidon
1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Pembimbing I, 4 Pembimbing II
vi
ABSTRACK
FORMULATION AND EVALUATION OF GRANULE EFFERVESCENT
RED GUAVA JUICE (Psidium guajava L.)1
Nina Siti Munawaroh2 Siti Rahmah KR3 Nurhidayati Harun4
Effervescent granule is a form of preparations that produce gas
bubbles as a result of chemical reaction solution. Effervescent granule
formulation of guava juice red made with dry granulation methods by
comparing the difference in the usage of binder CMC Na, corn starch and
Polivinilpirolidon. The results of the evaluations undertaken include
formulations organoleptic test, pH, soluble time trials and test flow time.
From the results of the evaluation of Inventory granule effervescent red
guava juice obtained by the average pH 5.3, a late time trials and test flow
time 2.24 8.31.
Keywords
:
Description
:
Effervescent granule, guava red, CMC Na, corn starch,
Polivinilpirolidon
1 title , 2 Name Of Student, 3 Supervisor I, 4 Supervisor II
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal memiliki iklim tropis dan kaya akan
keanekaragaman hayati termasuk keanekaragaman plasma nutfah.
Plasma nutfah atau sumber daya genetik adalah bahan-bahan dari
tumbuhan, hewan, dan jasad renik yang dimanfaatkan secara nyata.
Namun, banyak sumber daya yang belum sepenuhnya dimanfaatkan
oleh masyarakat Indonesia. Termasuk sumber daya tanaman seperti
tanaman jambu biji. Jambu biji merupakan salah satu buah yang
tidak asing bagi masyarakat Indonesia.
Seperti yang terkandung dalam ayat al-Qur’an surat shaad ayat
27 yang berbunyi :
Artinya : ‘’Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah
anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu
karena mereka akan masuk neraka’’.(QS Shaad : 27).
Dan ayat hadits yang berbunyi :
-‫ﻰﻠﺻﺍﻪﻴﻠﻋﻪﻟﻠ ﻢﻠﺳﻭ‬- ‫ﻠ ﻋﻠﻰ ﺍﻟ ﻰ‬
‫ﻢ ﺍﻟ ﺍ‬
‫ﻠ‬
‫ﻭ‬
‫ﻠ‬
‫ﻠ‬
‫ﻋ‬
‫ﻭﻴ ﺳ‬
Artinya : Dari Thalhah ra, Beliau mengatakan : ‘’Aku menemui
Nabi saw. Ditangan beliau ada buah safarjal / jambu biji. Kemudian
beliau bersabda : Makanlah ini, karena buah ini bisa melembutkan
hati.”(HR. Ibnu Majah no. 3494).
1
2
Dari ayat diatas dapat diambil pelajaran bahwa segala sesuatu
yang Allah ciptakan di muka bumi ini pasti memberikan manfaat bagi
makhluk hidup yang diciptakannya. Dari ayat diatas, maka akan
dilakukan penelitian formulasi dan evaluasi granul effervescent sari
jambu biji merah (Psidium guajava L.) dengan perbandingan
pengikat amilum jagung, CMC Na dan PVP.
Buah jambu biji dapat dijadikan sebagai sajian buah segar dan
juga dapat bermanfaat sebagai obat, mulai dari akar sampai
daunnya. Daun jambu biji mempunyai sifat penetral, dan berkhasiat
astringen. Daunnya mengandung tanin, minyak lemak, triterpenoid,
asam malat, dan asam aptel. Bagian buahnya mengandung asam
amino, pektin, kalsium, magnesium, belerang, vitamin A, vitamin B1,
dan vitamin C (T. Puji Rahayu,2007).
Jambu biji ini sangat populer karena mudah didapat dan
memiliki harga yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki
khasiat untuk meningkatkan kadar trombosit sehingga dapat
menyembuhkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Dan
selain untuk mengobati DBD, juga dapat mengobati diare, maag,
disentri, luka, sakit kulit, serta membantu sistem pencernaan (M. Nur
Aini, M.Kes.2015).
Jambu biji yang banyak di gemari oleh masyarakat adalah yang
mempunyai sifat unggul antara lain berdaging lunak dan tebal,
rasanya manis, tidak mempunyai biji, dan buahnya berukuran besar.
Terdapat beberapa jenis jambu biji yang di unggulkan yaitu Jambu
Pasar Minggu, Jambu Bangkok, Jambu Palembang, Jambu Sukun,
Jambu Apel, Jambu Sari, Jambu Merah, dan Jambu Merah Getas
(Wirakusumah, 2002).
Granul
merupakan produk
yang
dihasilkan dari proses
granulasi yang selanjutnya akan dijadikan sediaan tablet. Tetapi
granul tidak
hanya
merupakan produk
antara pada proses
pembuatan tablet, akan tetapi juga merupakan sediaan obat
3
tersendiri. Dalam skala besar, banyak campuran serbuk diubah
menjadi serbuk granulat, agar lebih baik penggunaannya dan
takarannya lebih pasti. Dengan zat tambahan rasa atau melalui
penyalutan, penggunaannya semakin mudah. Apalagi pada saat ini
konsumen banyak yang memilih sesuatu yang praktis dan menarik.
Sehingga banyak perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan
inovasi baru yang dapat diterima oleh pasien dan masyarakat luas.
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan granul effervescent
berfungsi sebagai sumber asam, sumber basa dan bahan pengikat.
Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh perbedaan bahan pengikat.
B.
Batasan Masalah
1. Sampel yang digunakan yaitu buah dari tanaman jambu biji
merah (Psidium guajava L.).
2. Pengikat yang digunakan dalam formulasi ini yaitu amilum jagung,
CMC Na dan PVP.
C.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
formulasi
sari
jambu
biji
merah
dengan
menggunakan pengikat amilum jagung, CMC Na dan PVP ?
2. Apakah sediaan granul effervescent sari jambu biji merah
dengan pengikat amilum jagung, CMC Na dan PVP memenuhi
syarat evaluasi ?
D.
Tujuan Penelitian
1.
Melakukan formulasi granul effervescent sari jambu biji merah.
2.
Melakukan evaluasi yang meliputi uji organoleptik, uji pH, uji
waktu larut dan waktu alir terhadap sediaan granul effervescent
sari jambu biji merah.
4
E.
Manfaat Penelitian
1.
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang pengaruh perbedaan pengikat terhadap formulasi granul
effervescent.
2.
Dapat memberikan informasi bagi penelitian berikutnya terhadap
granul effervescent sari jambu biji merah.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama
Judul Penelitian
Peneliti
Tahun
Kesamaan
Perbedaan
Penelitian
M. Dafit
FORMULASI GRANUL
Mulyadi
2011
Sama-sama
Perbedaannya
INSTAN JUS KELOPAK
melakukan
adalah pada
BUNGA ROSELA (Hibicus
formulasi
tanaman yang
sabdariffa L) DENGAN
granul
digunakan dan
VARIASI KONSENTRASI
sediaan yang
POVIDON SEBAGAI
dibuat
BAHAN PENGIKAT
SERTA KONTROL
KUALITASNYA
Pramulani
Mulya
Lestari
FORMULASI DAN
Sama-sama
Perbedaannya
EVALUASI FISIK GRANUL
melakukan
yaitu penelitian
EFFERVESCENT SARI
formulasi
nya, metodenya
BUAH NAGA (Hylocereus
granul
dan sampelnya
undatus)
effervescent
Lidya
FORMULASI GRANUL
Rahmani
2014
2015
Sama-sama
Perbedaanya
EFFERVESCENT
melakukan
adalah pada
EKSTRAK DAUN PEPAYA
formulasi
sampel yang
GANTUNG (Carica Papaya
granul
digunakan
L)
effervescent
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Tanaman Jambu Biji Merah
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah
yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung
air cukup banyak. Pohon ini banyak ditanam sebagai pohon buahbuahan. Namun, sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada
ketinggian 1-1.200 mdpl. Jambu biji berbunga sepanjang tahun
(Hapsoh, 2011).
a. Sistematika Tanaman Jambu Biji Merah
Sistematika tanaman jambu biji merah diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom
:
Plantae
Divisi
:
Spermatophyta
Subdivisi
:
Angiospermae
Kelas
:
Dicotyledonae
Ordo
:
Myrtales
Famili
:
Myrtaceae
Genus
:
Psidium
Spesies
:
Psidium guajava L (Parimin,SP,2008).
5
6
b. Morfologi Tanaman Jambu Biji Merah
Gambar 2.1 Jambu Biji Merah (sumber : pondokibu.com)
Jambu biji merah merupakan tanaman perdu bercabang
banyak, tingginya dapat mencapai 3–10 m. Umumnya umur
tanaman jambu biji hingga sekitar 30–40 tahun. Tanaman
yang
berasal
dari
biji
relatif
berumur
lebih
panjang
dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi.
Namun, tanaman yang berasal dari okulasi memiliki
postur lebih pendek dan bercabang lebih banyak.
1.) Buah
Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong
dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan
berubah kuning muda mengilap setelah matang. Warna
daging buah pada umumnya putih, putih susu, merah
muda dan merah menyala serta merah tua. Aroma
biasanya harum saat buah matang.
2.)
Biji
Biji jambu biji pada umumnya cukup banyak, meskipun
ada beberapa jenis buah yang berbiji sedikit bahkan
tanpa biji. Umumnya, buah jambu yang berbiji berbentuk
lebih sempurna dan simetris, sesuai karakter jenisnya.
7
Sementara bentuk buah jambu tanpa biji relative tidak
beraturan. Buah jambu tanpa biji tersebut terbentuk
tanpa penyerbukan.
3.) Batang
Batang
jambu
biji
merah
memiliki
ciri
khusus,
diantaranya berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat
dan padat. Kulit kayu tanaman jambu biji merah halus
dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu tanaman
mengalami pergantian atau peremajaan kulit. Batang
dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna coklat
atau coklat keabu-abuan.
4.)
Daun
Daun jambu biji merah berbentuk bulat panjang, bulat
langsing, oval dengan ujung tumpul atau lancip. Warna
daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah
tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada
yang halus mengkilap dan hijau berbelang kuning. Tata
letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal.
Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm,
sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm.
5.)
Bunga
Tanaman jambu biji dapat berbunga sepanjang tahun.
Bunga keluar di ketiak daun. Kelopak dan mahkota
masing-masing terdiri dari 5 helai. Benang sari banyak
dengan tangkai sari berwarna putih. Bunganya ada yang
sempurna (hemaprodit) sehingga pembuahannya akan
terbentuk jika terjadi penyerbukan. Ada pula yang tanpa
penyerbukan (partenokarpi) sehingga terbentuk buah
jambu biji tanpa biji. Jumlah bunga disetiap tangkai
antara 1-3 bunga.
8
6.)
Akar
Tanaman jambu biji berakar tunggang, perakarannya
lateral, berserabut cukup banyak dan tumbuh relatif
cepat. Perakaran jambu biji cukup kuat dan penyerapan
unsur haranya cukup efektif sehingga mampu berbuah
sepanjang tahun (Parimin,SP,2008)
2. Jenis Jambu Biji
Indonesia memiliki banyak koleksi jenis tanaman jambu biji
atau dikenal dengan koleksi plasma nutfah jambu biji. Ada
beberapa jenis atau varietas jambu biji yang banyak dikenal
masyarakat antara lain sebagai berikut :
a. Jambu biji kecil
Jambu biji kecil atau jambu biji menir adalah salah satu jenis
yang unik dan menarik. Tanaman ini biasanya ditanam dipot
karena penampilannya yang unik dan indah.
b. Jambu biji sukun
Jambu biji sukun cukup digemari banyak perkebunan karena
merupakan salah satu jenis jambu tanpa biji. Namun, ada
jenis jambu biji sukun yang berbiji.
c. Jambu biji Bangkok
Jambu biji bangkok mulai populer pada tahun 1980. Jambu
beraroma harum ini berasal dari Bangkok,Thailand. Buahnya
berukuran besar dengan bobot sekitar 500-1200 gram per
buah. Daging buah tebal,berwarna putih dan bijinya sedikit.
Kulit buah berwarna hijau muda mengkilap bila sudah matang.
Rasa daging buah manis serta enak dengan tekstur keras dan
renyah. Jenis tanaman jambu biji bangkok termasuk pendek
dan berbuah sangat lebat. Jambu ini sudah banyak tersebar di
Indonesia.
9
d. Jambu biji Australia
Jambu biji Australia memiliki ciri yang unik, yaitu batang, daun,
maupun buahnya berwarna merah tua. Jambu biji ini berasal
dari Australia. Jambu biji ini hanya cocok dijadikan tanaman
buah dalam pot (tanaman hias).
e. Jambu biji brasil
Jambu biji brasil termasuk unik dan langka karena memiliki
buah yang kecil dan berwarna kemerahan setelah matang.
Jambu ini berasal dari brasil sehingga dinamakan jambu
brasil. Tanaman ini sangat baik untuk dijadikan tanaman buah
dalam pot atau tanaman hias karena penampilan buahnya
menarik.
f.
Jambu biji merah getas
Jambu biji merah getas merupakan hasil temuan Lembaga
Penelitian Getas, Salatiga, Jawa Tengah pada tahun 1980-an.
Jambu biji ini merupakan hasil silangan antara jambu pasar
minggu yang berdaging merah dengan jambu biji bangkok.
Jambu biji merah getas memiliki keunggulan antara lain
daging buahnya merah menyala atau merah cerah, tebal,
berasa manis, harum dan segar. Ukuran buahnya cukup besar
dengan ukuran 400 gram per buah. Jambu ini banyak diminati
karena
selain
meningkatkan
rasanya
trombosit
lebih
darah
enak,
pada
ternyata
penderita
dapat
demam
berdarah.
g. Jambu biji susu
Jambu biji susu berasal dari pasar minggu. Jambu ini banyak
ditanam oleh masyarakat.
h. Jambu biji bangkok epal
Jambu Bangkok epal atau epal biji banyak dikenal di Malaysia.
Bobot buah hanya 400 g per buah. Permukaan kulit buahnya
halus, rata dan licin. Warna buah saat matang hijau kekuning-
10
kuningan. Jambu Bangkok epal termasuk jenis unggul dan
sangat baik untuk dikembangkan.
i.
Jambu biji pasar minggu
Jambu biji pasar minggu adalah jenis unggul karena hasil
seleksi kultivar jambu biji kebun rakyat pada tahun 1920-1930.
Bobot buah jambu ini sekitar 150-200 g per buah. Bentuk
buahnya agak lonjong seperti alpukat. Daging buahnya
merah, berasa manis, bertekstur lembut dan beraroma harum.
Kulit buahnya tipis dan berwarna hijau kekuning-kuningan
dengan permukaan halus pada saat matang. Sampai saat ini
jambu jenis ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat
(Parimin, SP, 2008).
3. Kandungan Kimia
Jambu biji mengandung tanin yang menimbulkan rasa sepat
pada buah, tetapi bermanfaat memperlancar sistem pencernaan
dan
sirkulasi
darah
serta
menyerang
virus.
Jambu
biji
mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan keteraturan
denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman
zat-zat gizi ke sel tubuh, serta menurunkan kadar kolesterol dan
hipertensi (Parimin,SP,2008).
Jambu biji juga mengandung likopen, yaitu zat karotenoid
(pigmen penting dalam tanaman) yang terdapat dalam darah serta
memiliki aktivitas antioksidan yang bermanfaat memberikan
perlindungan
pada
tubuh
dari
kanker.
Jambu
biji
yang
mengandung likopen terdapat pada jenis jambu biji merah getas
(Parimin,SP,2008).
Kandungan gizi dalam 100 gram buah jambu biji merah
adalah 36-50 kalori; 77-86 g air; 2,8-5,5 g serat; 0,9-1,0 g protein;
0,1-0,5 g lemak; 0,43-0,7 g abu; 9,5-10 g karbohidrat; 9,1-17 mg
kalsium; 17,8-30 mg fosfor; 0,3-0,7 mg besi; 200-400 IU vitamin A;
11
200-400 mg vitamin C; 0,046 mg vitamin B1; 0,03-0,04 mg vitamin
B2; 0,6-1,068 mg vitamin B3; dan 82% bagian yang dimakan
(Cahyono B, 2010).
4. Manfaat Tanaman Jambu Biji
Tanaman jambu biji atau (Psidium guajava L.) banyak
tumbuh di daerah-daerah di tanah air kita. Penduduk terlalu
mementingkan
buahnya,
sedangkan
daun-daunnya
hanya
sebagian kecil saja yang memperhatikannya, padahal mempunyai
nilai obat yang baik, terutama untuk menyembuhkan sakit : diare
dan astringensia (Kartasapoetra, 1992).
Beberapa kelebihan jambu biji antara lain buahnya dapat
dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai
bentuk makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji
bermanfaat untuk pengobatan bermacam-macam penyakit, seperti
memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan,
menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan
sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman lainnya, seperti daun,
kulit akar maupun akarnya, dan buahnya yang masih muda juga
berkhasiat
obat
untuk
menyembuhkan
penyakit
disentri,
keputihan, sariawan, kurap, diare, pingsan, radang lambung, gusi
bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar
matahari (Cahyono B, 2010).
Manfaat jambu biji merah sebagai obat demam berdarah
karena dapat menginduksi terbentuknya antibodi, telah membuat
buah jambu biji merah lebih dikenal masyarakat dan nilai
ekonomisnya semakin meningkat (Ali dan Lazan, 2001).
12
5. Sari Buah
Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan
atau penghancuran buah segar yang telah masak. Pada
prinsipnya ada 2 macam sari buah, yaitu :
1)
Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah
yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan
dengan penambahan air dan gula pasir.
2)
Sari buah pekat / sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari
pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses
pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun
dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara,
dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi
harus diencerkan dulu dengan air.
Dalam sari buah masih terdapat sejumlah besar gizi,
misalnya vitamin, bahan mineral, gula, dan pektin dalam serat
makanan.
Sari buah merupakan larutan inti daging buah yang
diencerkan, sehingga memiliki cita rasa yang sama dengan buah
aslinya. Proses pengolahan produk sari buah umumnya masih
dilakukan secara sederhana. Sari buah yang dihasilkan masih
bersifat keruh dan mengandung endapan, akibat tingginya kadar
pektin buah (Satuhu, 1996).
Sebelum menjadi sari buah, buah perlu melalui tahap yaitu
pemilihan
dan
penentuan
kemasakan
buah,
sortasi
dan
pengupasan, dilanjutkan dengan pemotongan dan pencucian.
Kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi untuk memperoleh cairan
buah
yang
diinginkan.
Ekstraksi
dapat
digunakan
untuk
memperoleh hasil yang terbaik (Ashurst, 1998). Pada prinsipnya,
ekstraksi buah merupakan pemisahan cairan buah dari biji, kulit
serta daging buahnya. Setelah dilakukan tahap ekstraksi,
kemudian dilakukan tahap untuk memperoleh sari buah yang
13
jernih, sehingga perlu dilakukan pemisahan atau penyaringan.
Tahap selanjutnya pencampuran dengan menambahkan bahanbahan tambahan kedalam ekstrak buah tersebut.
6. Granul
Granul adalah gumpalan–gumpalan dari partikel–partikel
yang lebih kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi
seperti partikel besar tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya
berkisar antara ayakan 4–12, walaupun demikian granul dari
macam–macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat
tergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).
Granul mengalir baik dibanding dengan serbuk. Dari bahan
asal yang sama, bentuk granul biasanya lebih stabil secara fisik
dan kimia daripada serbuk saja. Setelah dibuat dan dibiarkan
beberapa waktu, granul tidak segera mengering atau mengeras
seperti balok bila dibandingkan dengan serbuknya. Hal ini karena
luas permukaan granul lebih kecil bila dibandingkan serbuknya.
Granul biasanya lebih tahan terhadap pengaruh udara (Ansel,
1989).
7. Granul Effervescent
Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang
menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan.
Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon
dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti
air soda) (Lieberman, dkk., 1992).
Effervescent merupakan sediaan yang mengandung unsur
obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium
bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat. Bila ditambah dengan
air, asam atau basanya bereaksi membebaskan karbondioksida
sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1989).
14
Gambar 2.2 Granul Effervescent
Berikut adalah reaksi kimia natrium bikarbonat dengan asam
sitrat, reaksinya adalah :
NaHCO3(s) + C6H8O7 (aq) → NaC6H7O7 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Granul effervescent adalah serbuk kasar atau kasar sekali
dan mengandung unsur obat dalam campuran yang kering,
biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam
tartrat, bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya bereaksi
membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih.
Larutan dengan karbonat yang dihasilkan menutupi rasa garam
atau rasa lain yang tidak diinginkan dari zat obat (Ansel,1989).
Granul effervescent mengandung bahan asam, sumber
karbondioksida, dan zat-zat eksipien lainnya. Proses pembuatan
serbuk effervescent memerlukan kelembaban yang rendah
(temperatur ± 250C) (Goeswin, 2008).
Bahan tambahan dalam formulasi granul effervescent adalah
sumber asam, sumber basa, dan bahan pengikat. Sumber asam
yang biasa digunakan adalah asam sitrat dan asam tartrat. Asam
sitrat adalah asam makanan yang paling umum digunakan dalam
15
sediaan effervescent karena mudah didapat, relatif tidak mahal,
sangat mudah larut, memiliki kekuatan asam yang tinggi, tersedia
sebagai granul halus, dan mengalir bebas. Asam tartrat juga
digunakan
dalam
banyak
sediaan
effervescent
karena
kelarutannya tinggi dan tersedia secara komersial (Siregar, 2007).
8. Komponen Granul Effervescent
Pada umumnya bahan baku granul effervescent terdiri dari
zat aktif dan bahan tambahan yang terdiri dari :
a. Sumber Asam
Senyawa asam dapat diperoleh dari tiga sumber utama yaitu
asam makanan, asam anhidra dan garam asam. Asam
makanan paling sering dan umum digunakan pada makanan
serta secara alami terdapat pada makanan. Contohnya asam
sitrat, asam tartrat, asam malat, asam fumarat, asam adipat
dan asam suksinat (Siregar, 2010).
b. Sumber Karbonat
Garam karbonat padatan kering memberikan
dalam
kebanyakan
sediaan
yang
effervescent
menggunakan
gas
karbondioksida sebagai disintegran. Baik bentuk bikarbonat
maupun karbonat dapat digunakan, namun bikarbonat lebih
reaktif dan paling sering digunakan (Siregar,2010).
c. Bahan Pengikat
Pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai dan selanjutnya ditambahkan
dalam
proses
granulasi.
Granul
effervescent
dapat
diformulasi dengan pengikat karena luas permukaan yang
luas
dibandingkan
dengan
tablet
konvensional
dan
effervescent (Goeswin,2008).
Terdapat beberapa bahan pengikat, diantaranya : pengikat
alami, pengikat semi sintetik dan pengikat sintetik. Pengikat
16
alami merupakan bahan pengikat yang berasal dari alam dan
terjadi secara alami. Pengikat alami sering disebut sebagai
polimer biologis. Contoh dari pengikat alami adalah amylum
dan selulosa. Pengikat semi sintetik merupakan derivate dari
pengikat alami yang diproses lebih lanjut sehingga menjadi
suatu bahan yang baru. Adapun contoh dari polimer semi
sintetik yaitu eter selulosa, CMC-Na, derivate karet, derivate
gom, metil selulosa, dan lain-lain. Dan adapun pengikat
sintetik yaitu pengikat yang dihasilkan melalui suatu reaksi
kimia tertentu. Contoh dari polimer sintetik adalah asam
akrilat, etilen oksida, dan lain-lain.
d. Bahan Tambahan
Bahan-bahan
yang
sering
ditambahkan
dalam
serbuk
effervescent biasanya berupa bahan pemanis dan pewarna
yang bertujuan untuk memperbaiki penampilan dan rasa
sediaan. Tetapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah
bahan tersebut harus mudah larut dalam air (Siregar,2010).
9. Metode Pembuatan Granul Effervescent
a. Metode Kering
Sebelum serbuk-serbuk dicampur atau diaduk, kristal asam
sitrat dijadikan serbuk, baru dicampurkan dengan serbukserbuk lainnya, (setelah diayak dengan ayakan no.60) untuk
memantapkan keseragaman atau meratanya campuran.
Ayakan dan alat pengaduk harus terbuat dari stainless stell
atau bahan lain yang tahan asam. Mencampur/mengaduk
harus dilakukan secara cepat. Setelah selesai pengadukan,
serbuk di letakkan di atas lempeng atau wadah yang sesuai
dalam sebuah oven yang telah dipanaskan pada suhu 330430C
selama proses pemanasan serbuk dibolak-balikkan
dengan memakai spatel tahan asam. Setelah mencapai
17
kepadatan yang tepat (seperti adonan roti), serbuk ini
dikeluarkan dari oven dan diremas melalui ayakan, granul–
granul ini segera mengering pada suhu tidak lebih dari 540C
dan segera dipindahkan ke wadah lalu disegel secara tepat
dan rapat (Ansel, 1989).
b. Metode Basah
Metode ini berbeda dengan metode kering, dalam hal sumber
unsur penentu tidak perlu pada air kristal asam sitrat, akan
tetapi boleh juga air ditambahkan ke dalam
bukan pelarut
(seperti alkohol) yang digunakan sebagai unsur pelembab
untuk membuat adonan bahan yang lunak dan larutan untuk
pembuatan
granul.
Begitu
cairan
cukup
ditambahkan
(sebagian) untuk mengolah adonan pada kepadatannya yang
tepat, baru granul diolah dan dikeringkan dengan cara seperti
diuraikan diatas (Ansel, 1989).
10. Evaluasi Granul Effervescent
a. Uji Waktu Alir
Waktu alir granul adalah waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan dari sejumlah serbuk melalui sebuah corong
dalam
suatu
waktu
tertentu.
Prosedur
kerja
untuk
mendapatkan aliran granul yang baik yaitu sejumlah granul
dimasukkan ke dalam corong yang tertutup bagian bawahnya.
Buka secara perlahan sampai semua granul keluar dari
corong dan membentuk timbunan di atas kertas grafik. Aliran
granul
yang
baik
jika
waktu
yang
diperlukan
untuk
mengalirkan 100 gram serbuk kurang dari 10 detik (Anshory
dkk., 2007).
b. Uji Organoleptik
Pengamatan dilihat dan dirasakan secara langsung granul
yang dihasilkan. Pengamatan rasa dilakukan dengan cara
18
diambil sedikit granul kemudian diletakkan diujung lidah dan
dikecap selama 10 detik. Pengamatan warna granul dilakukan
dengan melihat bentuk fisik secara langsung, sedapat
mungkin terlihat homogen (Ansel,1989). Jika asam sitrat dan
natrium bikarbonat bereaksi maka mengeluarkan gas CO2,
CO2 akan membuat warna larutan semakin pudar dan juga
akan menimbulkan efek sparkle seperti pada minuman soda
(Imanuela, 2012).
c. Uji pH
Syarat standar sediaan granul effervescent ditinjau dari sifat
fisiknya adalah memiliki pH larutan 1–7, memiliki waktu larut
kurang dari 5 menit, dan memiliki waktu alir kurang dari 10
detik (Anshory dkk., 2007).
d. Uji Waktu Larut
Dimasukkan 250 ml air dingin dengan suhu 150C-250C ke
dalam gelas bekker 250 ml. Setelah itu, dimasukkan 5 gram
granul effervescent ke dalam air tersebut. Bila granul tersebut
larut dalam air dan menyelesaikan reaksinya dalam waktu
kurang dari 5 menit, itu menunjukkan sediaan memenuhi
standar waktu larut (Siregar, 2010).
11. Monografi Bahan Aktif dan Bahan Tambahan
a. Asam Sitrat
Asam sitrat bentuk anhidrat atau monohidrat merupakan
bahan hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur
granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak
berbau, memiliki rasa sangat asam, sangat mudah larut dalam
air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter dan
bersifat higroskopis. Pada kelembaban relatif antara 65% 75% asam sitrat menyerap kelembaban. Asam sitrat memiliki
kristal monohidrat yang akan hilang ketika dipanaskan sekitar
19
400–500C (Depkes RI,1995). Asam sitrat memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk
granular. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa asam
sitrat lebih sering digunakan sebagai sumber asam dalam
proses pembuatan effervescent (Rodhiana,2002).
b. Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan serbuk hablur, putih. Stabil di
udara kering, tetapi di dalam udara lembab secara perlahan–
lahan terurai. Natrium bikarbonat larut dalam air, tidak larut
dalam etanol (Depkes RI,1995).
d. CMC Na
CMC Na praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter
dan toluen, mudah terdispersi dalam air pada berbagai suhu
membentuk larutan koloid jernih. Stabil, meskipun higroskopis.
Dalam kondisi yang tingkat kelembaban tinggi, CMC Na dapat
mengabsorbsi air dalam jumlah yang besar (50%). CMC Na
dapat berfungsi sebagai pengikat.
e. Amilum
Amilum merupakan salah satu bentuk bahan tambahan dalam
pembuatan tablet sebagai bahan pengisi, bahan pengikat,
bahan penghancur. Sebagai bahan penghancur amilum akan
pecah dari bahan pengikat dan menyebabkan pembengkakan
dari beberapa komponen penyusun sehingga sebagian tablet
akan hancur.
Di
indonesia terdapat
bermacam-macam
tanaman yang mengandung amilum yang mungkin dapat
digunakan sebagai bahan tambahan.
Salah satu tanaman penghasil amilum adalah jagung. Jagung
mempunyai beragam jenis amilum, mulai dari amilosa dan
amilopektin rendah sampai tinggi. Berdasarkan kandungan
amilosa
dan
digolongkan
amilopektin
menjadi
yang
empat
dimiliki,
jenis
yaitu
jagung
dapat
jenis
normal
20
mengandung 74-76% amilopektin dan 24-26% amilosa, jenis
waxy
mengandung
99%
amilopektin,
jenis
amilomaize
mengandung 20% amilopektin dan 40-70% amilosa, dan
jagung manis mengandung 22,8% amilosa saja (Singh et al.,
2005). Dari empat jenis jagung tersebut, pada penelitian ini
digunakan jagung normal karena mengandung amilosa dan
amilopektin yang relatif besar.
f.
Polivinilpirolidon (PVP)
Polivinilpirolidon
(PVP)
merupakan
polimerisasi
dari
1-
vinilpirolid-2-on. Bentuknya berupa serbuk putih atau putih
kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau dan higroskopis.
PVP mudah larut dalam air, etanol 95%, dan dalam kloroform
P. Kelarutan tergantung dari bobot rata-rata dan tidak larut
dalam ester (Depkes RI, 1995).
g. Dekstrin
Dekstrin merupakan bahan pengisi yang sering digunakan
dalam pembuatan effervescent. Dekstrin adalah golongan
karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang dibuat dari
modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air,
lebih cepat terdispersi, tidak kental serta lebih stabil daripada
pati (Pulungan dkk, 2004).
21
B.
Kerangka Berfikir
Jambu biji merah
(Psidium guajava L.)
Pembuatan sari
jambu biji merah
dengan penambahan
dekstrin
Pembuatan granul
effervescent dengan
menggunakan
metode granulasi
kering
Evaluasi granul
meliputi uji
organoleptik, uji pH,
waktu larut dan waktu
alir
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Pembuatan Granul Sari Jambu Biji
Merah
C.
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan diatas, maka diduga dari penelitian ini
granul effervescent sari jambu biji merah dapat di evaluasi dengan
syarat yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
QS Shaad : 27
HR.Ibnu Majah No. 3494
Agoes, Goeswin, 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi, Bandung : ITB
Press.
Aini, M. Nur, M.Kes., 2015, Aneka Buah Berkhasiat Obat, Yogyakarta : Jl.
Wulung Pandean Condong Catur.
Anonim, 2011, Amilum. http://id.wikipedia.org/wiki/pati_%28polisakarida29
Ansel, HC, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : UI Press.
Ashurst, Philip R, 1998, The Chemistry and Technology of Soft Drinks and
Fruit Juices, Sheffield Academic Press, England.
Cahyono, B, 2010, Sukses Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan
Perkebunan, Andi, Yogyakarta.
Hapsoh dan Hasanah, Y, 2011, Budidaya Tanaman Obat dan Rempah,
Medan : USU Press.
Imanuela M, Sulisyawati, Ansori M , 2012, Penggunaan asam sitrat dan
natrium bikarbonat dalam minuman jeruk nipis berkarbonasi. J
Food and Culi-nary Eduction Univ Negeri Semarang.
Kartasapoetra, G, 1992, Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Parimin, S.P., 2008, Jambu Biji Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya,
Bogor : Swadaya
Rahayu, T. Puji, 2007, Budi Daya Jambu Biji Buah Multimanfaat. CV
Aneka Ilmu, Anggota IKAPI No. 002/JTE Jl. Semarang –
Demak Km 8,5, Semarang.
37
38
Siregar, C.J.P, dan Wikarsa, S, 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet :
Dasar-Dasar Praktis, Jakarta: EGC.
Wirakusumah, Ema, S., 2002, Buah dan Sayur untuk Terapi, Jakarta :
Penebar Swadana.
Download