(Defisiensi) Hara mikro Pada Tanaman Jeruk

advertisement
751197
9
771693
ISSN 1693-7511
LOLITJERUK
Volume: 05, Mei 2004
MENGENAL PENYAKIT NON INFEKSIUS :
KEKURANGAN (DEFISIENSI) HARA MIKRO PADA TANAMAN JERUK
Mutia E. Dwiastuti dan Sutopo
Di Indonesia, masalah defisiensi hara mikro pada
tanaman jeruk sering rancu dengan gejala penyakit
Defisiensi Seng (Zn)
Gejala
CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang masih
Gejala pada daun sangat spesifik. Gejala ditandai
menyebabkan trauma petani jeruk karena kerugian
dengan pola kuning pada helai daun, klorofil diantara
tulang-tulang utama dan tulang ke Ova sekunder daun.
Jadi tulang daun utama dan kedua hijau kontras dan
terlihat tebal sedang tulang daun ketiga/tersier ikut
menguning (Gambar 1). Pola gejala sangat tegas
antara bagian kanan dan kiri daun atau bisa dikatakan
pola gejalanya teratur. Pada tahap awal ukuran daun
normal, tetapi pada difisiensi lebih parah ukuran daun
mengecil dan lebih kuning sangat kontras dengan
tulang daunnya. Pada perkembangan selanjutnya
yang diakibatkan penyakit tersebut. Seringkali kelainan
gejala pada daun divonis sebagai CVPD yang
menyebabkan tanaman jeruk dibongkar/dieradikasi.
Padahal sebetulnya tidak selalu demikian, tetapi justru
yang menjadi masalah adalah kekurangan hara mikro.
Yang harus menjadi pedoman bagi petani dalam
membedakan antara tanaman yang kekurangan unsur
mikro dengan tanaman yang terserang penyakit CVPD
adalah pada tanaman yang kekurangan unsur hara
mikro, gejala muncul pada seluruh tanaman dalam satu
kebun; tetapi tidak demikian pada tanaman yang
terserang penyakit CVPD, gejala hanya pada blok
tanaman tertentu saja.
Unsur hara mikro sebetulnya hanya dibutuhkan
dalam jumlah yang sangat sedikit. Namun demikian
unsur-unsur tersebut tetap diperlukan dan apabila
kekurangan akan menyebabkan kelainan
pertumbuhan. Kadang-kadang sebagian tumbuhan
pertanaman untuk jeruk mempunyai persediaan unsur
hara mikro yang cukup untuk tanaman, tetapi pda
daun menjadi kecil, sempit dan kuning seluruhnya.
Gejala yang terjadi pada awal pertumbuhan
menyebabkan kualitas buah kurang baik.
Yang sangat perlu diperhatikan adalah gejala
defisiensi Zn sangat mirip dengan gejala pada CVPD
terutama pada jeruk Siam. Tetapi biasanya terdapat
gejala belang-belang tidak merata pada CVPD yang
tidak terlihat pada gejala defisiensi Zn.
kasus-kasus terjadinya defisiensi hara mikro seringkali
karena budidaya yang kurang memadai, lapisan atas
tumbuhan yang hilang karena erosi atau tidak
seimbangnya nutrisi hara karena penumpukan yang
berlebihan.
Unsur hara mikro didalam tanaman sifatnya relatif
tidak mudah bergerak (imobil) sehingga apabila terjadi
kekurangan (defisiensi) akan menetap pada jaringan
tersebut. Unsur-unsur hara mikro tersebut adalah Zn,
Fe, Mn, Cu, B, dan Mo.
Gambar 1. Gejala defisiensi Zn.
Faktor Tanah
Faktor Tanah
Pada tanah, asam dapat memicu terjadinya
Penyebab utama defisiensi Fe atau besi adalah pH
defisiensi Zn. PH optimal untuk menyediakan Zn
tanah yang sangat tinggi seperti pada tanah berkapur,
adalah ± 6. Kekurangan Zn sering juga muncul pada
pada tanah berpasir yang sering mengalami
tanah berpasir yang sering mengalami pencucian,
pencucian, tanah-tanah tergenang atau kondisi
tanah organik dan akibat tanah yang kelebihan ion
kelebihan ion antagonis (Ca, Cu, Mg, Mn, Mo, P, dan
antagonis N, P, Ca, Cu, Mg, dan Na.
Zn)
Cara Mengatasi
Cara Mengatasi
Jika tanah diberi Zn tidak efektif, maka dapat
disemprot daunnya dengan menggunakan :
150 g Zink oxida/100 ml air
atau
150 ml nitro zink atau HZn/100 l air
atau
50 ml Zink nitrat/100 l air
Defisiensi Besi (Fe)
Perlakuan yang efektif perlu dilakukan untuk
mengatasi defisiensi besi (Fe). Kelat (Chelate) Fe
tertentu dapat efektif mengatasi pada kondisi spesifik,
tetapi memang agak mahal. Beberapa formulasi kelat
besi untuk penyemprotan daun juga tersedia,
perlakuan ini relatif murah, tetapi kurang efektif untuk
jeruk dan masih dievaluasi. Jika defisiensi besi masih
ringan dapat menggunakan bahan organik mulsa serta
amonium sulfat yang terdapat dalam blm nitrogen pada
tanah asam dapat memperbaiki defisiensi.
Gejala
Gejala defisiensi Fe pada daun sangat khas dan
berpola teratur yaitu semua tulang daun mulai dari
tulang daun utama (primer), tulang daun kedua
(sekunder) dan tulang daun ketiga (tersier) hijau pucat
sedang helai daun kekuningan. Apabila dilihat secara
keseluruhan daun seperti terlihat kerangkanya yang
berupa seluruh tulang daun menghijau (Gambar 2).
Ukuran daun cenderung masih normal.
Defisiensi Mangan (Mn)
Gejala
Sama dengan gejala defisiensi Zn dan Fe, pola
gejala di Mn berpola teratur. Gejala defisiensi Mangan
(Mn) biasanya gejalanya hubungan dengan defisiensi
Zn, tetapi defisiensi Mn tidak jelas karas perubahan
warnanya. Gejala ditandai dengan adanya daerah hijau
pucat diantara tulang daun sekunder pada daun muda,
sedangkan daerah sepanjang tulang daun berwarna
hijau, dan lebih jelas terlihat pada daun yang terkena
cahaya matahari (Gambar 3). Umumnya gejala
menjadi hilang setelah daun menjadi tua. Kebalikan
dengan defisiensi Zn, daun tidak berubah ukurannya,
jadi tetap berukuran normal. Tidak pernah dilaporkan
terjadinya kasus defisiensi Mn berat yang
menyebabkan ranting-ranting ‘die back’.
Gambar 2. Defisiensi Fe pada jeruk.
Gejala pertama terlihat pada daun-daun muda.
Jika kondisi semakin buruk, helai daun semakin pucat
dan tulang-tulang daun semakin jelas terlihat bahkan
daun menjadi memutih. Gejal defisiensi Fe sering
muncul pada awal musim penghujan.
Gambar 3. Defisiensi Mn pada jeruk.
Faktor Tanah
Faktor Tanah
Ketersediaan Mangan berhubungan erat dengan
Defisiensi Cu umunya terjadi pada tanaman-
pH tanah. Mangan tersedia pada pH tinggi dan pada pH
tanaman muda baru tanam di tanah bukaan baru yang
rendah dapat menjadi toksik. Pada tanah-tanah asam,
mengandung bahan organik tinggi. Bahan organik
berpasir mengandung sangat sedikit Mangan serta
cenderung membuat Cu tanah tidak tersedia untuk
menyebabkan defisiensi.
perakaran. Aplikasi fosfat berat yang penting untuk
tanaman muda pada fase selanjutnya mengakibatkan
Cara Mengatasi
Pada kondisi-kondisi tanah seperti yang disebut di
atas, dapat ditambah dengan penyemprotan daun
menggunakan Mangan sulfat 200 g/100 l air. Cara ini
terbukti efektif di luar negeri.
Defisiensi Tembaga (Cu)
Gejala
Gejala awal defisiensi ditandai dengan warna daun
hijau gelap, seperti kelebihan N, tunas-tunas sangat
viqour dan besar. Kadang-kadang daun berbentuk
defisiensi Cu. Jika tanaman sudah dipupuk dengan
pupuk N berlebihan, gejala defisiensi Cu pasti terjadi.
Kekurangan Cu juga terjadi pada pH tanah tinggi atau
jika ion antagonis seperti N, P, Mg, Fe, dan Mo
berlebihan.
Cara Mengatasi
Dianjurkan menyemprot dengan copper murni
seperti copper oxychloride (50% Cu) sebanyak 200
g/100 l air.
Defisiensi Boron (B)
mangkuk (’cupped leaves’), tunas kadang-kadang
berbentuk S (Gambar 4). Gejala defisiensi sedang
Gejala
ditandai dengan adanya batang atau ranting
Defisiensi Boron menyebabkan berbagai gejala
mengeluarkan getah coklat, berkerak, daun rontok dan
pada daun, ranting dan buah. Gejala pada daun
mati pucuk (Gambar 5). Gejala lanjut atau parah
ditandai dengan layu, mengkerut (daun tertarik ke
ditandai dengan adanya buah yang mempunyai
belakang) dan keriting. Tulang daun utama dan
kantong getah, retakan-retakan kecil (Gambar 5)
sekunder membesar menjadi khlorotik (Gambar 6) dan
kandungan buah rontok.
pecah (corky). Beberapa daun gugur, ranting-ranting
Gejala kekurangan Cu sering terjadi pada jeruk
manis. Bila terjadi pada jeruk nipis menyebabkan kadar
air buah rendah, kadang-kadang bentuk buah tidak
normal, ranting selalu kecil, warna coklat kandungan
mati pucuk.
mati ujung dan terdapat gum pada ranting-ranting.
Akibat defisiensi B, tanaman cenderung membentuk
bunga berlebihan, tetapi hanya sedikit yang
membentuk buah. Buah-buah yang terbentuk
cenderung gugur pada sebelum waktunya. Buah
menjadi keras dan asimetris. Jika dipotong terdapat
gum pada axis tengah yaitu pada bagian kulit albedo
(bagian dalam). Biji-biji juga menjadi abortus (Gambar
7). Gejala defisiensi B sering muncul pada musim
kemarau yang panjang.
Gambar 4. Mati ujung akibat defisiensi copper.
Gambar 5. Gejala defisiensi Cu pada buah.
Gambar 6. Gejala defisiensi Boron pada daun.
Faktor Tanah
Unsur Mo kurang tersedia pada tanah masam dan
kebutuhan tanaman jeruk terhadap Mo lebih sedikit
dibanding unsur mikro lainnya. Jika ketersediaan ion
antagonis seperti K, Cu, dan Mn berlebihan maka akan
menghambat serapan Mo.
Cara Mengatasi
Jika terjadi defisiensi Mo, pertama kali yang harus
Gambar 7. Gejala defisiensi Boron pada buah.
dikoreksi adalah pH tanah. Penyemprotan suplement
dengan sodium atau amonium molybdat 10 g/100 l air
Faktor Tanah
dapat digunakan untuk mengatasinya.
Defisiensi Boron dapat terjadi pada beberapa tipe
tanah, tetapi lebih umum terjadi pada tanah yang asam
dan tanah lebih ringan. Tidak seimbangnya kapur tinggi
dan aplikasi potasim dapat memperberat defisiensi B.
Cara Mengatasi
Aplikasi tanah dengan pupuk yang mengandung
Boron sangat efektif selama beberapa tahun. Pada
tanaman dewasa dapat dipupuk dengan sodium borat
(Borax) yang diaplikasi di tanah 50 g/tanaman dewasa.
Aplikasi harus hati-hati karena dapat menyebabkan
toksik. Pada tanaman muda dapat disemprot dengan
Solubor 100 g/100 l air diaplikasi 2 kali per tahun.
PETUNJUK UMUM
Untuk mengatasi defisiensi unsur hara mikro pada
tanaman jeruk dapat dilakukan dengan penyemprotan
daun atau penyiraman daun seperti basah. Hasil
terbaik dengan penyemprotan dapat diakukan pada
masa pertumbuhan aktif. Pada daun muda yang masih
lunak penyerapan tambahan unsur hara mikro dari
penyemprotan lebih baik daripada daun tua karena
kebutuhan unsur hara mikro paling banyak dibutuhkan
daun-daun muda. Waktu penyemprotan terbaik adalah
awal musim hujan. Beberapa unsur hara mikro tidak
dapat dicampur dalam penyemprotannya, contohnya
Defisiensi Molybdenum (Mo)
Gejala
Gejala dapat ditandai dengan belang-belang bulat
kuning terang seperti terbakar pada daun. Pada musim
adalah Seng nitrat dan Copper oxychloride. Jadi tidak
dianjurkan untuk mencampur unsur hara mikro
bersama-sama karena kompabilitasnya belum
diketahui.
hujan daun dapat menjadi gugur sedang pada musim
kemarau kembali normal atau hijau kekuningan
(Gambar 8).
Gambar 8. Defisiensi Mo.
Frekuensi Terbit : setiap bulan
Staf Redaksi
: A. Supriyanto, M.E. Dwiastuti,
Hardiyanto dan R. Riati.
Penerbit
: Loka Penelitian Tanaman
Jeruk dan Hortikultura
Subtropik-Tlekung,
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura,
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian.
Alamat
: Jl. Raya Tlekung no 1,
Tlekung-Junrejo, BATU.
Telp.
: (0341) 592683
Facsimile
: (0341) 593047
e-mail
: [email protected]
website
: www.citrusindo.org
Download