Analisis Reservoar Daerah Potensi Panasbumi Gunung Rajabasa

advertisement
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 141-146
141
Analisis Reservoar Daerah Potensi Panasbumi Gunung Rajabasa Kalianda
dengan Metode Tahanan Jenis dan Geotermometer
Geothermal Reservoir Analysis of Mount Rajabasa Kalianda Potency Area
using Resistivity Method and Geothermometer
Nandi Haerudin, Vina Jaya Pardede, Syamsurijal Rasimeng
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung
ABSTRACT
A research has been done to determine geothermal reservoir boundaries of Mount Rajabasa by using 1D
sounding and mapping resistivity method. The mapping acquisition data was done by means of Schlumberger
configuration for AB/2 = 150 m, AB/2 = 300 m, AB/2 = 450 m and AB/2 = 600 m, next the data was correlated
with ID sounding data at 3–2 line and 3–4 line. Geothermal reservoir was found with depth ≤ 450 m with
resistivity value is 35  m. The reservoir has been estimated as sandstone tuff which lay in Lampung
formation. From 1D sounding correlated at line 3-2 and 3-4 are indicated existing fluid flowed at 20 m under
suface. Geothermal reservoir of Mount Rajabasa has temperature 212.08oC and potency of energy is 12.5
MW/Km2. it classified as medium temperature.
Keywords: Geothermal., reservoir, resistivity,
PENDAHULUAN
Kegiatan vulkanik dari gunung berapi yang
mengitari wilayah Indonesia menghasilkan
energi panas bumi yang sangat berlimpah.
Energi panasbumi dapat digunakan sebagai
pengganti tenaga listrik yang menggunakan
bahan bakar minyak sehingga dapat dijadikan
sumber energi alternatif untuk menghemat
cadangan minyak nasional.
Propinsi Lampung merupakan salah satu
daerah di Indonesia yang menyimpan potensi
panasbumi yang cukup banyak, dan yang
paling terkenal adalah panasbumi Ulubelu di
Tanggamus
yang
sudah
dieksplorasi.
Sedangkan tempat lain yang juga memiliki
potensi panasbumi dan belum dilakukan
eksplorasi adalah potensi panasbumi di
Gunung Rajabasa.
Di daerah Gunung Rajabasa terdapat empat
lokasi manifestasi panas bumi yaitu daerah
manifestasi belerang kering, Kecapi, Gunung
Kunjir dan Gunung Botak. Untuk menggali
potensi panasbumi di daerah tersebut, perlu
dilakukan penelitian pendahuluan dengan
menggunakan metode survei geofisika, salah
satunya adalah metode magnetik yang
dilakukan tahun 2006. Dari penelitian dengan
metode magnetik didapatkan daerah yang
dicurigai sebagai sumber geothermal yaitu
daerah manifestasi belerang kering dan kecapi
(Karyanto 2006).
Berdasarkan hasil magnetik tadi, dilakukan
penelitian lanjutan
dengan menggunakan
metode geolistrik metode Slumberger di daerah
yang diduga agar gambaran lapisan bawah
permukaan bumi yang lebih detil dimana pola
aliran fluida didapatkan (Haerudin et al. 2008)
dan diharapkan batas-batas reservoar bisa
ditafsirkan.
Penerapan metode geolistrik telah banyak
dilakukan seperti di Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pada kedua daerah tersebut
ditemui keberadaan manifestasi permukaaan
berupa mata air panas (Hidayati 2004).
Manifestasi thermal juga terdapat di daerah
Pulu, Pakuli dan sekitarnya. Pada umumnya
mata air panas di daerah ini termasuk ke dalam
tipe air panas bikarbonat (Hadian et al. 2006).
Metode geolistrik juga dapat digunakan untuk
menentukan sebaran dan pola pengaliran air
tanah (Bakrun et al. 2003) di Kecamatan
Batuceper dan Kecamatan Benda, Kota
Tangerang yang merupakan Cekungan Jakarta
bagian Barat (Bakrun et al. 2003) dan
menentukan lokasi pusat pengolahan limbah
bahan beracun di Bekasi.
Penyelidikan geolistrik tahanan jenis
dengan konfigurasi Schlumberger biasa
dilakukan sebagai salah satu metode yang
diterapkan pada penyelidikan terpadu, dengan
tujuan untuk mempelajari struktur tahanan jenis
daerah penyelidikan terutama dalam membantu
Analisis Reservoar………..(Nandi Haerudin dkk)
142
membatasi daerah prospek panas bumi
(Suhanto & Bakrun 2007). Keuntungan
konfigurasi
Schlumberger
dibandingkan
konfigurasi
lain
adalah
konfigurasi
Schlumberger
banyak
dipakai
untuk
penyelidikan dalam dan lebih sedikit
membutuhkan pekerja karena elektroda
potensial jarang diubah (Hendrajaya & Arif
1998).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan batas-batas reservoar daerah
potensi panasbumi Gunung Rajabasa Kalianda
Lampung
Selatan
mendapatkan
nilai
temperatur di reservoar panas bumi dengan
metode geotermometer.
METODE PENELITIAN
Tempat pengambilan data geolistrik 1D dan
mapping di Belerang Kering Gunung Rajabasa
Kalianda. Tahap Pengolahan data dilakukan di
laboratorium Geofisika, Fakultas MIPA, UNILA.
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data
dan pengolahannya adalah : Resistivitimeter tipe
Naniura NRD 22S, GPS, Elektroda potensial dan
elektroda arus, Kabel penghubung, dan Seperangkat
komputer yang dilengkapi program Surfer 8.0 juga
Resty.
Metode akuisisi data lapangan
Konfigurasi
Schlumberger
dipakai
untuk
mengetahui variasi harga tahanan jenis secara lateral
dan vertikal, konfigurasi ini dipakai untuk
mengetahui kecenderungan harga tahanan jenis di
suatu areal tertentu. Setiap lintasan memiliki
beberapa titik pengukuran.
Tahanan jenis semu medium yang terukur
dihitung berdasarkan persamaan
K

Setelah melakukan perhitungan
(resistivity)
berdasarkan data tahanan jenis 1D Sounding, dibuat
kurva resistivitas. Input data 1D Sounding
dimasukkan dalam program Resty sehingga
menghasilkan kurva tahanan jenis antara kedalaman
dengan harga tahanan jenisnya. Dari hasil

perhitungan
semu yang telah dilakukan maka
data diolah dengan dengan pemodelan satu dimensi
dari titik ukur data tahanan jenis dan kedalaman di
Resty 1D, kemudian untuk mendapatkan pola
sebaran tahanan jenis dapat melalui program Surfer,
sehingga didapatkan peta kontur tahanan jenis semu
untuk harga AB / 2  150 m ,
V
I
(1)
 1
1   1
1 
K  2 




 AM MB   AN NB 
1
(2)
Pengolahan data
Setelah data didapat maka dilakukan perhitungan
semu atau tahanan jenis semu dengan rumus

seperti pada Persamaan (1). Nilai
semu ini akan
digunakan dalam pembuatan peta tahanan jenis
semu yang dikorelasikan dengan data tahanan jenis
1D Sounding.
AB / 2  300 m ,
AB / 2  450 m , AB / 2  600 m .
Interpretasi
Interpretasi secara geofisika dibantu dengan data
geologi. Interpretasi dilakukan untuk menganalisa
batas daerah reservoar dan luar daerah reservoar
berdasarkan kontras resistivitas yang tegak dan
analisis resistivitas berdasarkan kandungan elektrolit
reservoar. Analisis dilakukan dengan asumsi
a  35 m
a
dengan

Gambar 1. Konfigurasi Schlumberger (Telford et al.
1990).
sebagai batas reservoar dan nilai
35 m
yang lebih kecil dari
yang
merupakan reservoarnya.
Pendugaan potensi panas bumi Gunung Rajabasa
Kalianda, Lampung Selatan dilakukan dengan
menganalisis unsur kimia yang terkandung pada
mata air panas yang muncul di permukaan seperti
SiO2, Na, K dan Mg. Berdasarkan persamaan
geotermometer air dan gas, konsentrasi unsur-unsur
tersebut dapat ditentukan suhu reservoar panas bumi
agar diketahui potensinya.
Tabel 1 merupakan perumusan yang dipakai
dalam menentukan suhu reservoar dengan cara
mengambil sampel fluida geotermal di daerah
manifestasi, lalu di analisis dilaboratorium kimia
untuk melihat unsur mana yang paling dominan
terkandung dalam fluida geotermal. Kemudian hasil
perhitungan dikorelasikan ke Tabel 2, sehingga bisa
diperkirakan termasuk tipe reservoar yang mana dan
asumsi daya persatuan luasnya.
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 141-146
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta kontur dibuat dengan menggunakan
software Surfer 8.0 berdasarkan data mapping
di lapangan untuk AB/2 = 150 meter, AB/2 =
300 meter, AB/2 = 450 meter dan AB/2 = 600
meter yang dikorelasikan dengan data 1D
Sounding. Pada peta tahanan jenis semu AB/2
= 150 meter memperlihatkan sebaran harga
tahanan jenis dengan anomali rendah berada di
sebelah barat laut. Semakin ke timur laut dan
tenggara, penyebaran harga tahanan jenis semu
semakin besar.
Pola penyebaran tahanan jenis semu AB/2 =
300 meter menunjukkan nilai anomali rendah
di sebelah barat laut dan timur laut. Nilai
anomali tahanan jenis paling rendah adalah 40
 m. Nilai anomali tahanan jenis semu yang
tinggi terlihat menyebar ke arah selatan. Nilai
tahanan jenis semu ini berkisar antara 80-110
 meter berupa lava andesit-basal.
143
Peta tahanan jenis semu AB/2 = 450 meter
menunjukkan garis kontur yang rapat dan
kemudian renggang menyebar dari utara dan
menyebar di bagian timur dan tenggara. Dari
pola kontur rapat ke renggang diduga sebagai
tempat yang curam yang menjadi batas dari
reservoar panas bumi. Daerah reservoar ini
ditandai dengan warna gelap yang memiliki
harga tahanan jenis  35  m. Daerah
reservoar ini diduga berupa tuf-pasiran. Nilai
anomali tahanan jenis semu yang tinggi terlihat
menyebar di sebelah barat Laut, barat dan barat
daya dan kemungkinan merupakan tuf berbatu
apung.
Pola penyebaran anomali rendah yang
menjadi batas reservoar dan reservoar
panasbumi, berada di sebelah utara. Reservoar
ini ditemukan juga di sebelah timur dan
merupakan tuf pasiran. Semakin ke arah barat
laut, nilai tahanan jenis semu semakin tinggi.
Daerah ini kemungkinan berupa lava andesit.
Tabel 1. Persamaan geotermometer air dan gas.
Geotermometer air
Persamaan geotermometer ( oC)
SiO2 (Fournier, 1991)
T
Na-K (Giggenbach, 1988)
K-Mg (Giggenbach, 1988)
1309
 273,15
5,19  log SiO2
1390
T
 273,15
log Na  1,75
K
4410
T
 273,15
14,0  log K
Mg
Tabel 2. Klasifikasi reservoar dan asumsi daya persatuan luas yang digunakan dalam estimasi
potensi panasbumi (Standar Nasional Indonesia 1998).
Reservoar
Batas Temperatur (oC)
Daya persatuan luas
(MW/Km2)
Temperatur rendah
<125
10
Temperatur sedang
125 sampai 225
12,5
Temperatur tinggi
>225
15
Analisis Reservoar………..(Nandi Haerudin dkk)
144
Gambar 2. Model perlapisan peta tahanan jenis semu.
Model perlapisan dari geolistrik mapping
dapat dilihat pada Gambar 2 yang
menunjukkan batas-batas reservoar daerah
panas bumi. Batas reservoar panasbumi ini
memiliki nilai tahanan jenis  35 ohm meter
dan ditandai dengan warna gelap. Reservoar
panasbumi muncul pada AB/2 = 450 meter
dengan penetrasi kedalaman efektifnya adalah
 125 meter hingga 225 meter dan AB/2 =
600 meter dengan penetrasi kedalaman
efektifnya adalah  150 meter hingga 300
meter dan ditempati oleh formasi Lampung.
Berdasarkan kurva resistivitas data 1D
Sounding pada lintasan 3-2 dan 3-4 (Gambar 3
dan 4) maka ditemukan lapisan pada
kedalaman antara 10 m – 20 m dengan nilai
tahanan jenis 20  m yang ditafsirkan sebagai
batuan tempat fluida yaitu batu pasir. Namun
melihat posisinya yang dangkal tapi dekat
dengan daerah menifestasi, maka lapisan itu
diduga bukan merupakan daerah reservoir
geotermal tapi merupakan reservoir air tanah
yang terpengaruh oleh aliran out flow fluida
geothermal yang keluar pada daerah
manifestasi. Lapisan itu bisa juga berfungsi
sebagai daerah aliran re-charge area sistem
geothermal Gunung Rajabasa.
Analisis temperatur reservoar dan potensi
panas bumi
Pengambilan sampel ini dilakukan di dua
tempat yaitu mata air panas Way Belerang dan
mata air panas Kecapi. Hal ini berdasarkan data
dari pengukuran magnetik sebelumnya. Dari
hasil analisis kimia terhadap sampel yang
diambil pada mata air panas Way Belerang,
didapatkan konsentrasi unsur-unsur tersebut
yaitu SiO2 = 0,107 ppm; Na = 104,16 ppm; K
= 8 ppm dan Mg = 0,408 ppm. Berdasarkan
persamaan geotermometer air dan gas (Tabel 1)
temperatur reservoar panas bumi dengan
menggunakan geotermometer SiO2 adalah 60,671oC, sedangkan jika menggunakan
geotermometer Na-K adalah
212,08oC dan
jika menggunakan geotermometer K-Mg
adalah 73,88oC.
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 141-146
Hasil analisis kimia terhadap sampel yang
diambil pada mata air panas Kecapi,
didapatkan konsentrasi unsur-unsur tersebut
yaitu SiO2 = 0,043 ppm; Na = 66,67 ppm; K =
20 ppm dan Mg = 0,288 ppm. Dengan cara
yang sama, didapatkan temperatur reservoar
panasbumi
dengan
menggunakan
geotermometer SiO2 adalah -73,5oC, sedangkan
jika menggunakan geotermometer Na-K adalah
338,4oC
dan
jika
menggunakan
145
geotermometer
K-Mg adalah
89,57oC.
Temperatur antara mata air panas Way
Belerang dan Kecapi nilainya tidak jauh
berbeda. Namun karena lokasi pengukuran
geolistrik dilakukan di Belerang Kering, maka
digunakan hasil analisis kimia dari mata air
panas Way Belerang. Nilai temperatur air
panas kecapi dilakukan untuk kontrol adanya
kesinambungan dari reservori.
Gambar 3. Kurva resistivitas sounding 1D lintasan 3-2.
Gambar 4. Kurva resistivitas sounding 1D lintasan 3-4.
Analisis Reservoar………..(Nandi Haerudin dkk)
146
Adanya batuan basalt di daerah penelitian
serta keadaan temperatur air panas di
permukaan yang diperkirakan berkisar antara
40o – 60oC, mendukung bahwa geotermometer
Na-K yang paling sesuai dalam kondisi
tersebut. Pendugaan temperatur reservoar
panasbumi
dengan
menggunakan
geotermometer Na-K adalah 212,08oC.
Semakin ke dalam, temperatur di bawah
permukaan semakin semakin tinggi. Hal ini
tentunya
bertentangan
jika
digunakan
geotermometer SiO2 maupun geotermometer
Mg. Potensi daya dengan menggunakan
geotermometer Na-K adalah 12,5 MW/Km2
dan termasuk ke dalam reservoar tipe sedang.
KESIMPULAN
Batas-batas reservoar panas bumi ditemukan
pada kedalaman  450 meter yang merupakan
batuan tuf pasiran. Batas reservoar ini memiliki
nilai tahanan jenis  35  m dan ditandai
dengan garis kontur rapat ke renggang yang
menunjukkan suatu lereng yang curam. Sedang
Batuan penudung diperkirakan batu lempung
dengan nilai tahanan jenis kurang dari 10  m.
Gunung Rajabasa Kalianda diduga termasuk
memiliki reservoar temperatur sedang yaitu
212,08 °C dengan potensi daya 12,5 MW/Km2.
Pengukuran data geofisika tambahan di sebelah
utara dan timur daerah penelitian disarankan
menggunakan metode lain untuk penetrasi yang
lebih dalam seperti gravity atau CSAMT.
DAFTAR PUSTAKA
Bakrun Sundoro H. Sulaeman B. Mustang A.
Solaviah. 2003. Penyelidikan Terpadu Daerah
Panas Bumi Pulu. Kab. Donggala-SulTeng.
Jurnal Sumber Daya Mineral 3:60-65.
Fournier RO. 1991. Water geothermometers applied
to geothermal energy. In Applications of
geochemistry
in
geothermal
reservoir
development, (Ed) D'Amore, United Nations
Institute for Training and Research, USA,
Pub:37-69.
Giggenbach WF. 1988. Geothermal solute
equilibria.
Derivation
of
Na-K-Mg-Ca
geoindicators. Geochim. Cosmochim. Acta. 37:
515-525.
Hadian SPD. Mardianan U. Abdurahman O. Iman
MI. 2006. Sebaran Akuifer dan Pola Aliran Air
Tanah di kecamatan Batuceper dan Kecamatan
benda Kota Tangerang, Propinsi Banten. Jurnal
Geologi Indonesia 1.
Haerudin N, Rasimeng, Yuliana E. 2008. Metode
Geolistrik Untuk Menentukan Pola Penyebaran
Fluida Geothermal Di Daerah Potensi
Panasbumi Gunung Rajabasa Kalianda Lampung
Selatan, Prosiding Seminar Nasional SATEKS
II, Universitas Lampung.
Hendrajaya L & Arif I. 1998. Geolistrik Tahanan
Jenis. Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika
FMIPA ITB. Bandung.
Hidayat L. 2004. Penentuan Batas-batas Reservoar
Daerah Panasbumi Parangtritis Yogyakarta
dengan Metode tahanan Jenis. Skripsi
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Karyanto 2006. Penyelidikan daerah potensi
geothermal dengan metode magnetik Proyek Tri
Partit (belum di publikasikan) Universitas
Lampung Bandar Lampung.
Suhanto E & Bakrun. 2007. Laporan Penyelidikan
Geolistrik Daerah Sudit Panas Bumi Pincara
Kabupaten Masamba Sulawesi Utara.
Telford WM. Gerald LP. Sheriff R. 1990. Applied
Geophysics Second Edition. Cambridge
University Press. New York.
Download