PERKEMBANGAN DAN PREFERENSI TERHADAP LARVA Glyphodes pulverulentalis (HAMA ULAT PUCUK) PADA LIMA JENIS TANAMAN MURBEI (Morus sp.) ATHIRA OCTAVIANY M 111 07 005 FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 1 ABSTRAK ATHIRA OCTAVIANY (M11107005). Perkembangan dan Preferensi Terhadap Larva Glyphodes pulverulentalis (Hama Ulat Pucuk) Pada Lima Jenis Tanaman Murbei (Morus sp.). Dibimbing oleh Andi Sadapotto dan Sitti Nuraeni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pradewasa G.pulverulentalis dan preferensi makan larva pada lima jenis tanaman murbei. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar, dari awal bulan Oktober 2011 sampai Januari 2012. Aspek biologi yang diamati meliputi stadia perkembangan yang meliputi telur, larva, dan pupa. Pengamatan stadium telur dilakukan pada saat pertama ditemukan telur sampai telur menetas menjadi larva sedangkan pengamatan stadium larva dilakukan dengan cara memindahkan larva ke wadah plastik kemudian diberikan pakan daun murbei dari lima jenis murbei sampai terbentuk fase pupa. Pengamatan pada stadium pupa dilakukan saat terbentuk pupa sampai menjadi imago sedangkan pengamatan lama hidup ngengat dilakukan dengan cara mengambil ngengat yang terbentuk dari pupa, kemudian ditempatkan dalam kurungan mika plastik yang berisi tanaman murbei selanjutnya dilakukan pengamatan sampai ngengat mengalami kematian. Preferensi makan dilakukan cara mengumpankan daun murbei pada G. pulverulentalis, kemudian dilakukan pengamatan pada luas permukaan daun yang dimakan dengan menggunakan kertas milimeter blok. Kegiatan ini masing-masing dilakukan dengan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesukaan makan hama G. pulverulentalis terhadap murbei jenis M. multicaulis, M. cathayana, M. nigra, M. alba dan M. indica adalah relatif sama. Siklus hidup G. pulverulentalis adalah 28 – 29 hari yang terdiri dari telur berbentuk bulat pipih, berwarna bening transparan dengan stadium telur 2 – 3 hari. Larva yang terdiri dari empat instar dengan stadium larva 12 hari yang terdiri dari instar I berbentuk bulat pipih, berwarna hijau kekuningan dengan kepala berwarna coklat muda dan berambut halus, instar II berwarna lebih kuning kehijauan dan kepala berwarna coklat kemerahan, pada instar III awal tubuh larva berwarna hijau muda agak kekuningan, kepala berwarna hitam sedangkan pada fase akhir tubuh larva terlihat berwarna hijau kehitaman, kepala berwarna hitam dan larva instar IV awal berwarna hijau tua pekat kehitaman, kepala berwarna lebih hitam kemudian pada fase akhir terjadi pemucatan pada warna tubuh menjadi hijau muda pucat agak putih yang menandakan menjelang masa prapupa. Masa prapupa ditandai dengan perubahan warna dari orange tua pucat menjadi orange tua pucat kecoklatan yang terjadi selama 2 – 3 hari , sedangkan pada pupa berwarna coklat keemasan, ditumbuhi helaian rambut – rambut dengan stadium berkisar antara 7 – 8 hari dan pada ngengat berwarna coklat keabu-abuan, warna dasar sayap kekuningan dengan bercak-bercak coklat dan berwarna coklat tua pada pinggiran sayap dengan lama hidup ngengat berkisar antara 2 – 3 hari. 2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua Orang tuaku tercinta, Ir. Nurdin HK, SE, MM dan Dr. Herlina, M.Kes serta saudara – saudariku yang kusayangi Kartika Sari S.Kg dan Muh. Rahmat Ridha 2. Bapak Dr. Ir. Andi Sadapotto,M.P selaku dosen pembimbing dan sebagai penasehat akademik yang telah memberikan waktu dalam membimbing penulis dari perencanaan sampai pelaksanaan penelitian hingga skripsi ini selesai. 3. Ibu Ir. Sitti Nuraeni, M.P selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan kesabarannya dari membimbing penulis dari perencanaan sampai pelaksanaan penelitian hingga skripsi ini selesai. 4. Bapak Dr. Ir. Beta Putranto M.Sc, Bapak Ir. Baharuddin M.P dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran hingga skripsi ini selesai. 3 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin M.Sc selaku Pembantu Dekan I dan sekaligus Kepala Laboratorium Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan yang telah banyak membantu selama penulis berada di kampus. 6. Bapak/Ibu dosen beserta seluruh Staff Administrasi Fakultas Kehutanan atas bantuannya selama penulis berada di Kampus Universitas Hasanuddin. 7. Ibu Astuti arief, S.Hut, M.Si dan Kak Muh. Daud, S.Hut, M.Si , yang telah membantu dan memberikan saran – saran dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Bapak Hatta madjid, Ibu Mety, Dg. La’lang, Bapak Maja serta pegawai Balai Persuteraan Alam Bili-bili dan Pakatto yang telah memberikan informasi dalam penelitian dan sekaligus membimbing selama pelaksanaan penelitian. 9. Naily shofiah dan Mutmainnah lubis yang telah membantu selama penelitian. 10. Novita rani, S.Hut, Valentinus sitorus, S.Hut, Kak Agusalim B. Talebe, S.Hut dan angkatan 07 yang telah membantu dan memberikan saran serta dukungan selama menyelesaikan menyelesaikan studi dikampus. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun dari setiap pembaca dan memberikan manfaat bagi para pembaca. Makassar, 26 Februari 2012 PENULIS 4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii ABSTRAK ............................................................................................ iii KATA PENGANTAR ............................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................ vi DAFTAR TABEL .................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hama Tanaman Murbei ................................................................. B. Klasifikasi G. pulverulentalis ....................................................... C. Biologi dan Morfologi G. pulverulentalis ..................................... 1. Biologi ..................................................................................... 2. Morfologi ................................................................................ D. Tanaman Murbei ........................................................................... 1. Sistematika .............................................................................. 2. Jenis Tanaman Murbei ............................................................ 3. Penyebaran Tanaman Murbei.................................................. E. Preferensi........................................................................................ 4 6 6 6 8 9 9 10 10 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ...................................................................... 13 B. Alat dan Bahan ............................................................................ 13 C. Persiapan Tanaman ..................................................................... 14 D. Sumber Hama .............................................................................. 14 E. Variabel Pengamatan ................................................................... 14 1. Stadia Perkembangan ............................................................ 14 a. Telur ................................................................................. 14 b. Larva ................................................................................ 15 5 c. Pupa ................................................................................. 15 2. Siklus Hidup dan Lama Hidup Ngengat ................................ 15 3. Preferensi Makan Larva ......................................................... 16 F. Analisis Data ................................................................................ 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL ........................................................................................... 18 1. Preferensi Makan .................................................................... 2. Siklus Hidup ............................................................................ a. Telur ................................................................................. b. Larva ................................................................................. c. Masa Prapupa ................................................................... d. Pupa .................................................................................. e. Imago ................................................................................ B. Pembahasan .................................................................................. 18 20 20 21 24 25 26 27 1. Preferensi ............................................................................... 27 2. Siklus Hidup .......................................................................... 28 a. Telur ................................................................................ 28 b. Larva ................................................................................ 28 c. Masa Prapupa .................................................................. 30 d. Pupa ................................................................................. 30 e. Imago ............................................................................... 31 3. Gejala Kerusakan .................................................................. 31 V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 33 B. Saran ............................................................................................ 33 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 6 DAFTAR TABEL Tabel Teks Halaman 1. Jenis-jenis hama pada tanaman murbei di Sulawesi Selatan .............. 4 2. Data rata-rata jumlah daun yang dimakan oleh larva .......................... 19 7 DAFTAR GAMBAR Gambar Teks 1. Rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva pada 5 jenis murbei .... Halaman 18 2. Rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva tiap instar pada 5 Jenis murbei ...................................................................................... 20 3. Telur ngengat G. pulverulentalis pada batang daun murbei ............... 21 4. Larva instar I G. pulverulentalis ........................................................ 21 5. Larva instar II G. pulverulentalis ....................................................... 22 6. Larva instar III awal G. pulverulentalis ............................................. 23 7. Larva instar III akhir G. pulverulentalis ............................................ 23 8. Larva instar IV awal G. pulverulentalis ............................................. 24 9. Larva instar IV akhir G. pulverulentalis ............................................ 24 10. Sternum ruas abdomen terakhir pupa jantan dan pupa betina ........... 25 11. Proses terbentuknya imago dari pupa ................................................. 26 12. Ngengat betina G. pulverulentalis ..................................................... 27 13. Ngengat jantan G. pulverulentalis ..................................................... 27 8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Teks 1. Data kemampuan makan larva tiap instar pada 5 jenis murbei ... 2. Data rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva 3. Data rata-rata permukaan luas daun murbei 4. Hasil analisis ragam pengaruh kemampuan jenis murbei terhadap kemampuan makan larva 5. Telur ngengat Glyphodes pulverulentalis 6. Perkembangan larva Glyphodes pulverulentalis 7. Perkembangan masa prapupa Glyphodes pulverulentalis 8. Pupa Glyphodes pulverulentalis 9. Ngengat Glyphodes pulverulentalis 9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman murbei (Morus sp.) mempunyai peranan penting dalam usaha persuteraan alam, sebab daun tanaman ini merupakan makanan pokok bagi ulatsutera (Bombyx mori). Produksi dan kualitas daun murbei tidak hanya menentukan pertumbuhan dan kesehatan ulatnya, tetapi juga berpengaruh terhadap kualitas kokon yang dihasilkan dan sekaligus menentukan pula hasil produksi benang suteranya (Sunanto, 1997). Dengan semakin populernya persuteraan alam, maka usaha–usaha ke arah peningkatan produksi dan kualitas daun ditingkatkan, agar diperoleh jumlah kokon yang banyak dan berkualitas baik. Tanaman murbei termasuk jenis tanaman yang sering diganggu hama atau penyakit. Serangan hama atau penyakit mengakibatkan produksi daun murbei mengalami penurunan (Sunanto, 1997). Hama yang umumnya menyerang tanaman murbei adalah jenis-jenis serangga dari ordo seperti Coleoptera, Hemiptera, Lepidoptera, Thysanoptera. Hama-hama tersebut dapat menimbulkan kerusakan besar karena memakan tunas, daun, batang, bahkan akar tanaman murbei (Handoro, 1997). Hama yang banyak merusak tanaman murbei di Sulawesi Selatan ada 4 jenis yaitu hama pucuk, kutu daun, kutu batang dan penggerek batang. Hama pucuk G. pulverulentalis banyak merusak daun dan daun muda (Dirjen Kehutanan, 1995). Kuantitas dan kualitas daun murbei tidak hanya menentukan pertumbuhan dan kesehatan ulat sutera tetapi berpengaruh terhadap kualitas kokon yang dihasilkan dan sekaligus menentukan produksi benang sutera (Samsijah,1985). 10 Serangan hama G. pulverulentalis merupakan salah satu diantara beberapa spesies yang menjadi hama penting yang dapat menyebabkan rendahnya produksi sutera di Indonesia (Saranga dkk., 1992). Ngengat G. pulverulentalis merupakan hama potensial karena dapat menurunkan hasil sutera secara langsung baik kualitas maupun kuantitas (Purwaningrum, 2002). Tanaman murbei tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit. Penyebaran dan kerusakan tanaman murbei oleh hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh pengelolaan kebun murbei, seperti pemangkasan, panen, dan pemupukan. Untuk mencegah kerusakan tanaman akibat hama dan penyakit tersebut dengan mengusahakan kondisi kebun yang baik (Ahdiat, 2007). Pengendalian hama dan penyakit tanaman murbei sebaiknya dilaksanakan secara preventif. Pengendalian dan pemberantasan hama tanaman murbei dapat dilakukan secara mekanis, secara biologis dan secara kimia. Pengendalian hama secara mekanis dilakukan dengan cara mengambil/menangkap hama atau melalui pemangkasan (pemotongan) bagian tanaman yang terserang. Bagian tanaman yang terserang hama harus dibuang jauh atau dibakar untuk memutus siklus hama (Patandianan, 2007). Sedangkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit yang sudah menyerang dilakukan dengan penggunaan pestisida (Ahdiat, 2007). Pemberantasan secara kimia dilakukan dengan memakai bahan kimia berupa insektisida melalui teknik penyemprotan (Patandianan, 2007). Beberapa peneliti telah memperhatikan keadaan hama tersebut, tetapi penelitian mengenai preferensi pada beberapa jenis murbei belum dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap G. pulverulentalis. 11 B. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari perkembangan pradewasa dan imago G. pulverulentalis serta preferensi makan larva pada lima jenis tanaman murbei. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dalam menentukan strategi pengendalian pada berbagai jenis tanaman murbei terhadap hama ulat pucuk tersebut. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hama Tanaman Murbei Tanaman murbei termasuk jenis tanaman yang mudah diganggu hama atau penyakit. Serangan hama atau penyakit dapat merusak tanaman sehingga dapat mengakibatkan hasil produksi daun mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas (Sunanto,1997). Menurut Saranga dkk., (1992), di Sulawesi Selatan terdapat beberapa jenis hama yang menyerang tanaman murbei (Tabel 1). Dari hama – hama yang dilaporkan tersebut, ulat pucuk G. pulverulentalis merupakan hama yang penting pada tanaman murbei. Hama ini dapat menyebabkan penurunan kualitas kokon sebagai bahan utama produksi sutera. Tabel 1. Jenis-jenis hama pada tanaman murbei di Sulawesi Selatan No. 1 Spesies/Ordo/Famili G. pulverulentalis Hampson Keterangan Penggulung pucuk (Lepidoptera:Pyralidae) 2 Pseudeucoccus maritimus Ehrhorn Penghisap daun (Homoptera : Aleyrodidae) 3 Aleuroclava complex sp. Penghisap daun (Homoptera : Aleyrodidae) 4 Pseudoulacaspis pentagona Targ. Penghisap jaringan (Homoptera : Diaspididae) batang, cabang dan ranting Planococcus (= pseudococcus citri Risso) Penghisap jaringan 5 (Homoptera : Pseudococcidae) akar, batang bawah 6 Coccus viridis Green Penghisap jaringan (Homoptera : coccidae) batang, cabang 13 Tabel 1. Lanjutan 7 8 Maconelicoccus hirsutus Green Penghisap pucuk daun, (Homoptera : Coccidae) daun Locusta migratoria manilensis Meyen Pemakan daun (Orthoptera : Acrididae) 9 Valanga nigricornis Burn Pemakan daun (Orthoptera : Acrididae) Acrida turritra L. (Orthoptera: Acrididae) Conocephalus spp. (Orthoptera: Acrididae) Epepeotes plarator Newman (Coleoptera: Cerambycidae) Pemakan daun Dermatoda sp. (Coleoptera: Curculionidae) Omobaris Calanthes Mshl. (Coleoptera: Curculionidae) Pemakan daun 15 Aulacophora spp. (Coleoptera: Chrysomelidae) Pemakan daun 16 Aphis spp (Homoptera: Aphididae) Penghisap daun 17 Cryptothelea (=Eumeta) spp. (Lepidoptera: Psycidae) Pemakan daun 10 11 12 13 14 Zygina (=Thyplocyba) sp. (Homoptera: Jassidae) 19 Anai-anai (Isoptera) Sumber : Saranga dkk (1992). 18 Pemakan daun Penggerek batang Pemakan daun bubuk batang Pnghisap daun Pemakan batang 14 B. Klasifikasi G. pulverulentalis Hama G. pulverulentalis termasuk family Phyralidae, ordo Lepidoptera atau sejenis ngengat yang merupakan hama utama yang meyerang tanaman murbei pada pucuk-pucuknya. Klasifikasi dari G. pulverulentalis (Stang, 2009) sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phyllum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Phyralidae Genus : Glyphodes Spesies : Glyphodes pulverulentalis C. Biologi dan Morfologi G. pulverulentalis 1. Biologi Telur berbentuk bulat pipih, diameter telur kira-kira 0,7 mm, warna hijau kekuningan dan diletakkan satu per satu di sepanjang tulang daun permukaan bawah tulang daun dan pada pucuk tanaman (JOCV, 1975). Larva mengalami 4 kali pergantian kulit sampai akhir stadia larva berperiode 8 – 10 hari. Larva berwarna hijau bening, kepala berwarna coklat muda dan setelah dewasa berubah menjadi coklat kemerahan (Sunanto,1997). Panjang tubuh larva yang baru ditetaskan 1,2 mm sedangkan panjang larva dewasa 16-18 mm (Intari dan Hadisoesilo, 1978). Larva instar I yang baru terbentuk, berkumpul pada 15 permukaan bawah tulang daun dan tubuhnya ditutupi oleh jalinan benang-benang (JOCV, 1975). Larva yang baru menetas akan memakan daun daun-daun yang masih lunak dan yang lebih tua memakan seluruh jaringan daun murbei kecuali tulang daun yang besar. Daun yang dirusak akan berubah menjadi coklat transparan. Larva dewasa sering bersembunyi dan membentuk pupa pada bagian bawah batang atau pada celah-celah kulit pohon. Menjelang fase prapupa, larva tersebut terlebih dahulu menggulung bagian daun yang dimakannya dengan serat untuk melindungi dirinya. Selanjutnya akan membuat kokon tipis dari sutera. Stadia pupa akan berlangsung selama tujuh hari (Sunanto, 1997). Stadium prapupa berlangsung 1-3 hari, stadium pupa berlangsung 7-8 hari dan menyelesaikan fase pupa didalam gulungan daun. Panjang pupa 12 – 13 mm, berwarna coklat mengkilap (Intari & Hadisoesilo, 1978). Panjang ngengat sekitar 10 mm, sayap depan berwarna cokelat dengan bercak-bercak kelabu pada bagian kepala, thoraks, abdomen. Sayap depan berwarna coklat dengan bercak-bercak kelabu, pinggiran sayap berwarna coklat tua. Sayap belakang berwarna coklat muda dengan garis-garis berwarna coklat tua. Pangkal sayap belakang berwarna lebih terang. Panjang sayap jika dibentangkan sekitar 2 cm (Samsijah dan Andadari, 1992). 16 2. Morfologi G. pulverulentalis Berdasarkan deskripsi dan morfologi imago, Sutrisno (1999) membagi Glyphodes dalam tiga grup. Grup I mencakup : Glyphodes sp.A, Glyphodes sp.B, Glyphodes stolalis, (Guenee, 1854), Glyphodes Glyphodes multilinealis (Meyrick, pulverulentalis margaritaria (Clerck, (Kenrick,1907), 1887), Glyphodes (Hampson, 1764), Glyphodes caesalis 1896), Glyphodes cosmarcha (Walker,1859), Glyphodes negatalis (Walker, 1859), Glyphodes megalopa (Meyrick, 1889). Grup II mencakup : Glyphodes apiospila (Turner, 1922), Glyphodes bicolor (Swainson, 1821), Glyphodes conjunctalis (Walker, 1866), Glyphodes flavizonalis (Hampson, 1898), Glyphodes microta (Meyrick, 1889) dan Glyphodes onychinalis (Guenee, 1854). Grup III mencakup : Glyphodes actorionalis (Walker, 1859), Glyphodes bivitralis (Guenee, 1854), dan Glyphodes doleschalii (Lederer, 1863). Dari pengelompokkan tersebut ngengat G. pulverulentalis termasuk dalam grup I. Deskripsi G. pulverulentalis berdasarkan deskripsi morfologi grup I adalah sebagai berikut : Frons pada caput agak melengkung, oselli jelas, berjumlah satu pasang berwarna hitam dan mata berkembang baik. Bagian ujung palpus labium melebar, sisik bagian tepi berwarna abu-abu sedangkan bagian tengahnya berwarna abuabu tua. Palpus maksila menonjol berwarna abu-abu terang. Panjang antena 17 kurang lebih 2/3 dari panjang sayap depan, berbentuk filiform. Probosis berkembang baik. Tungkai panjang dan terdapat spurs pada tibia tungkai tengah dan tungkai belakang. Sayap depan berbentuk sub triangular, 2/3 bagian kosta dari pangkal bentuknya lurus dan 1/3 pada bagian ujung melengkung. Warna dasar sayap kekuningan. Mempunyai corak melintang dan berwarna coklat serta terdapat spotspot yang berwarna transparan. Pada bagian tepi luar sayap depan terdapat rambut-rambut pendek berwarna kekuningan. Corak pada sayap depan menjadi struktur yang bervariasi, warna pada dekat pangkal sayap coklat muda, sedangkan pada bagian ujung sayap berwarna coklat tua. D. Tanaman Murbei 1. Sistematika Sistematika tanaman murbei (Sunanto, 1997), sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub-Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Urticalis Family : Moraceae Genus : Morus Spesies : Morus sp. 18 2. Jenis Tanaman Murbei Tanaman murbei sudah lama kita kenal dan mempunyai banyak nama. Tanaman ini disebut besaran (Jawa Tengah dan Jawa Timur), kertu (Sumatra Utara), bassara’ (Sulawesi; Makassar), kitaoc (Sumatra Selatan), kitau (Lampung), ambatuah (Tanah Karo), moerbei (Belanda), mulberry (Inggris), gelsa (Italia), dan murles (Prancis) (Sunanto, 1997). Jenis tanaman murbei banyak sekali yang sudah dikenal yang penggolongannya dapat dipisahkan ke dalam spesies, sub spesies/varietas, berdasarkan struktur bunga, daun dan batang (Dirjen Kehutanan, 1995). Tanaman Murbei memiliki banyak jenis, antara lain Morus alba, M. cathayana, M. multicaulis, M. nigra, M. rubra, M. macroura, M. indica, M. kanva, M. khunpai, M. husan dan M. lembang (Handoro, 1997). Di Sulawesi selatan terdapat 6 jenis murbei yang banyak dikenal yakni M. nigra, M. australis, M. multicaulis, M. macraura, M. alba, dan M. cathayana. Sebagian besar tanaman murbei yang ada di petani adalah jenis M. nigra yang mempunyai produksi daun rendah dengan mutu yang kurang baik (Dirjen Kehutanan, 1995). 3. Penyebaran Tanaman Murbei Tanaman murbei dipercaya sebagai tanaman yang berasal dari India dan China di kaki pegunungan Himalaya. Dari wilayah tersebut kemudian tanaman murbei tersebar hingga ke beberapa wilayah seiring dengan perkembangan pengusahaan persuteraan alam. Selain itu penyebaran tanaman murbei ke beberapa wilayah juga didukung oleh kemudahan tanaman murbei yang dapat tumbuh dari daerah sub tropis hingga ke daerah tropis. Beberapa negara yang 19 telah mengembangkan tanaman murbei di antaranya Jepang, China, Korea, Rusia, India, Brazil, Italia, Perancis, Spanyol, Yunani, Yugoslavia, Hungaria, Rumania, Polandia, Bulgaria, Turki, Mesir, Syria, Cyprus, Sri Lanka, Iran, Bangladesh, Afghanistan, Lebanon, Thailand, Myanmar, Vietnam, Indonesia dan Kamboja (Patandianan, 2007). E. Preferensi Preferensi atau selera adalah sebuah konsep, yang mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan, kepuasan, pemenuhan, kegunaan yang ada. Lebih luas lagi, bisa dilihat sebagai sumber dari motivasi (Ruly, 2009). Menurut Resureccion (1998), preferensi didefinisikan sebagai suatu ekspresi tentang derajat kesukaan yang lebih tinggi antara satu objek dengan objek yang lainnya, terpilihnya suatu objek ketimbang objek lainnya dan psikologikal kontinum dari afektifitas (suka-tidak suka) yang mendasari suatu keterpilihan. Contoh uji preferensi adalah pada ulatsutera emas pada 5 jenis tanaman yang di antaranya alpukat, kayu manis, jambu mete, dan mangga. Yang dilaporkan berstatus sebagai hama pada tanaman tersebut dan terlihat bahwa larva pada ulatsutera tersebut lebih menyukai pakan alpukat yang memiliki tekstur serta daun yang lebih lunak dibandingkan daun kayu manis, jambu mete dan mangga. Lunaknya struktur daun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesukaan dalam mencerna makanan serta penyerapan saluran pencernaan pada larva (Frans dan Pelelalu, 2011). 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan dari Bulan Oktober 2011 sampai Januari 2012. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Ulat pucuk G. pulverulentalis, digunakan sebagai objek penelitian 2. Tanaman Murbei (M. nigra, M. multicaulis, M. alba, M. indica, M. cathayana,), digunakan sebagai pakan larva 3. Polybag, digunakan untuk media tanam pada tanaman murbei 4. Kamera digital, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan 5. Alat tulis menulis, digunakan untuk mencatat data 6. Kertas milimeter blok, digunakan untuk mengukur bagian daun yang telah dimakan 7. Kain kasa, digunakan untuk penutup kurungan 8. Kurungan mika plastik, digunakan untuk tempat meletakkan tanaman murbei 9. Wadah plastik, digunakan untuk tempat meletakkan larva 10. Cairan madu, digunakan untuk pakan ngengat 11. Kapas, digunakan untuk media perantara pada pakan ngengat 12. Lup, digunakan untuk melihat spesimen dengan lebih jelas. 21 C. Persiapan Tanaman Stek tanaman murbei yang digunakan dalam penelitian ini adalah M. nigra, M. multicaulis, M. alba, M. Indica, M. cathayana dengan diameter 6 cm. Stek yang akan ditanam, diberi pupuk akar dengan cara perendaman stek batang selama 1 hari, agar dapat merangsang pertumbuhan akar pada stek batang kemudian stek ditanam dan diberi pupuk. Setelah tanaman berumur 2 bulan, lalu dipindahkan ke polybag dengan menggunakan media tanah dan pupuk secukupnya. D. Sumber Hama Hama G. pulverulentalis berasal dari Balai Persuteraan Alam Kebun Bibit murbei Pakatto, Bili-Bili dan Soppeng. Hama tersebut dibiakkan di Laboratorium Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan. Pembiakan dari hama ini akan digunakan dalam penelitian. E. Variabel Pengamatan Aspek biologi yang diamati meliputi stadia perkembangan, siklus hidup dan lama hidup ngengat, dan kemampuan makan larva tiap instar. 1. Stadia Perkembangan a. Telur Satu pasang imago dimasukkan dalam kurungan mika plastik yang berisi tanaman Murbei. Pada bagian atas dan dinding kurungan dibuat lubang yang ditutup dengan kain kasa untuk sirkulasi udara. Di dalam kurungan digantungkan kapas yang dibasahi cairan madu sebagai pakan ngengat. 22 Untuk mengetahui stadium telur, dilakukan pengamatan pada saat pertama ditemukan telur sampai telur menetas menjadi larva instar I. Pengamatan ini dilakukan dengan 5 ulangan. b. Larva Pengamatan stadium larva dilakukan dengan cara larva instar I yang baru terbentuk, lalu dipindahkan ke wadah plastik dan diberikan daun murbei sebagai pakannya. Kegiatan ini dilaksanakan sampai terjadi pergantian kulit. Saat pergantian kulit, waktunya dicatat untuk mengetahui stadium instar I. Hal yang sama dilakukan pada instar-instar berikutnya sampai terbentuk fase pupa. Pengamatan ini dilakukan dengan 5 ulangan untuk setiap instar. c. Pupa Pengamatan stadium pupa dilakukan saat pupa terbentuk sampai menjadi imago. Pada pengamatan ini dibedakan antara pupa jantan dan pupa betina. Pengamatan ini dilakukan 5 ulangan. 2. Siklus Hidup dan Lama Hidup Ngengat Pengamatan siklus hidup dilakukan bersamaan dengan pengamatan stadia perkembangan. Pengamatan dimulai sejak telur diletakkan hingga menjadi ngengat dan ngengat yang terbentuk dari telur tersebut meletakkan telur kembali. Pengamatan lama hidup ngengat dilakukan dengan cara mengambil ngengat yang terbentuk dari pupa, kemudian ditempatkan dalam kurungan mika plastik yang berisi tanaman murbei lalu dimasukkan ngengat ke dalam 23 kurungan plastik tersebut. Pengamatan ini dilakukan setiap hari sampai ngengat tersebut mati. Kegiatan ini dilakukan dengan 5 ulangan. 3. Preferensi Makan Larva Untuk pengamatan preferensi makan, setiap jenis tanaman dimasukkan dalam satu wadah plastik yang berbeda. Luas daun yang dimakan selama pengamatan dicatat dan diukur dengan menggunakan kertas milimeter blok. Kegiatan ini dilakukan dengan 5 ulangan sampai larva instar IV memasuki fase prapupa. F. Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dipolakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan jenis murbei, yaitu A1 (M. nigra), A2 (M. multicaulis), A3 (M. alba), A4 (M. indica), A5 (M. cathayana). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Adapun model matematis RAL menurut Gazperz (1991) adalah : Yij = µ + זi + ε ij i = 1,2,3,4,5 j = 1,2,3, 4, 5 Dimana: Yij µ זi ε ij = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i = Nilai tengah populasi = Pengaruh dari perlakuan ke-i = Pengaruh galat percobaan pada satuan percobaan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i 24 Data persentasi kemampuan makan akan dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17. Jika perlakuan jenis murbei berpengaruh nyata terhadap kemampuan makan larva dilakukan analisis lanjutan menggunakan Uji Tuckey (honestly Significant Difference = HSD), yang biasa disebut uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Untuk mengetahui taraf perlakuan yang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap respon. Rumus uji BNJ adalah sebagai berikut: W = qά (p.fe) Sy Dimana: W = Nilai uji BNJ qά = Nilai tabel Tuckey P = Jumlah perlakuan Fe = Derajat bebas galat Sy = Galat baku nilai tengah (Sy = (KTG)/r½) (KTG = Kuadrat Tengah Galat, r = jumlah ulangan). 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Preferensi Makan Pada Tabel 2 menunjukkan peningkatan kemampuan makan seiring dengan bertambahnya umur khususnya pada instar 1 sampai instar III pada hari ke 7 dan puncak di hari ke 9 pada instar IV dan mengalami penurunan kemampuan makan sampai hari ke 12 tepatnya pada instar V. Hal ini disebabkan karena kemampuan makan larva menjelang masa prapupa mulai berkurang secara bertahap bahkan ada yang menurun drastis. Pemberian daun murbei yang berbeda jenis selama periode siklus hidup larva yang digunakan sebagai indikator preferensi atau memilih kesukaan makan terhadap pemberian daun murbei yang berbeda jenis selama perkembangan larva. Hasil uji statistik (Lampiran 2), menunjukkan bahwa pemberian daun murbei yang berbeda jenis adalah berpengaruh tidak nyata terhadap banyaknya konsumsi daun per ekor pada setiap instar. Data kuantitatif rata-rata luas daun tertinggi yang dimakan oleh larva terdapat pada pakan jenis M. multicaulis, M. cathayana, M. Luas daun (mm2/hari) nigra, M. alba dan M. indica dapat dilihat pada Gambar 1. 200.00 165.18 147.89 M. multicaulis M. nigra 150.00 134.53 134.84 M. indica M. alba 153.63 100.00 50.00 0.00 Jenis Murbei M. cathayana Gambar 1. Rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva pada 5 jenis murbei 26 Kemampuan makan larva meningkat seiring dengan meningkatnya stadia perkembangan larva. Rata-rata jumlah daun yang dimakan larva pada tiap instar tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Data rata-rata jumlah daun yang dimakan oleh larva Luas daun murbei yang dimakan oleh larva G. pulverulentalis (mm2/hari) Jenis Murbei Stadia Instar I (hari) Stadia Instar II (hari) Stadia Instar III (hari) Ratarata Stadia Instar IV (hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 M. multicaulis 5,50 17,20 25,80 34,60 52,40 75,80 271,80 488,90 665,50 244,60 64,30 35,70 M. nigra 3,40 18,90 26,00 30,30 55,50 87,30 325,50 422,00 525,10 197,20 66,80 16,70 M. indica 4,00 16,50 23,30 32,30 57,60 108,50 252,90 354,60 486,10 199,80 57,60 21,10 M. alba 3,40 11,90 20,60 39,90 60,50 104,30 228,50 343,50 453,90 235,00 99,50 17,10 M. cathayana 3,46 13,30 19,74 28,22 46,20 76,38 217,14 323,40 427,92 177,32 59,84 20,52 165,1 8 147,8 9 134,5 3 134,8 4 153,6 3 27 700 Luas daun (mm2/hari) 600 500 M. multicaulis 400 M. nigra 300 M. indica 200 M. alba 100 M. cathayana 0 1 2 Instar I 3 4 5 Instar II 6 7 Instar III Waktu (hari) 8 9 10 11 12 Instar IV Gambar 2. Rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva tiap instar pada lima jenis murbei 2. Siklus Hidup Siklus hidup Glyphodes pulverulentalis berkisar 28 – 29 hari yang terdiri dari telur, larva, pupa dan Imago. a) Telur Telur G. pulverulentalis berbentuk bulat pipih, berwarna bening transparan saat diletakkan setelah ± satu hari berubah warna menjadi putih keruh. Telur yang siap menetas berwarna kuning kecoklatan dan dilapisi lapisan berwarna orange dan apabila dilihat langsung tanpa menggunakan kaca pembesar atau mikroskop, telur terlihat berwarna orange yang menandakan bakal larva yang siap menetas menjadi instar 1 (Gambar 3). Lama stadium telur berkisar antara 2 - 3 hari. 28 Gambar 3. Telur ngengat G. pulverulentalis pada batang daun murbei (perbesaran mikroskop 2 X). b) Larva Larva instar I berbentuk bulat pipih, berwarna hijau kekuningan dengan kepala berwarna coklat muda dan berambut halus. Larva yang baru terbentuk dari telur yang menetas berwarna kuning pucat terlihat agak putih dan membungkus tubuhnya dengan benang – benang yang berasal dari mulutnya (Gambar 4). Larva yang telah yang telah mengalami perubahan warna seutuhnya menjadi hijau kekuningan mulai aktif bergerak tapi jalannya masih sangat lambat dan lebih suka bersembunyi dibalik daun atau tulang daun serta kemampuan makan masih sangat kurang. Umumnya menyerang pada pucuk– pucuk daun muda pada daun murbei. Stadium larva instar 1 adalah dua hari. 29 Gambar 4. Larva instar I Glyphodes pulverulentalis Larva instar II berwarna lebih kuning kehijauan dibanding larva instar I, kepala berwarna coklat kemerahan (Gambar 5) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 10 mm. Larva pada fase ini berjalan lebih cepat dan kemampuan makan lebih meningkat dibanding instar I yang ditandai dengan terdapat banyak lubang-lubang kecil pada pucuk – pucuk daun serta kadang memakan tulang daun pada daun murbei. Stadium larva instar II adalah dua hari. Gambar 5. Larva instar II G. pulverulentalis Larva instar III awal tubuh larva berwarna hijau muda agak kekuningan, kepala berwarna hitam (Gambar 6) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 14 mm. Larva pada fase ini lebih menyukai pakan jenis daun agak muda 30 sedangkan pada larva instar III akhir tubuh larva terlihat berwarna hijau kehitaman, kepala berwarna hitam (Gambar 7) dan ukuran tubuh larva adalah 14,5 mm. Pada fase ini larva lebih menyukai pakan jenis daun agak muda. Larva ini lebih aktif makan, berjalan sangat cepat dan terlihat lebih lincah. Larva fase ini lebih menyukai jenis daun yang muda dan tingkat serangan meningkat dibandingkan tingkat serangan pada instar II. Stadium larva instar III adalah 2-3 hari. Gambar 6. Larva instar 3 awal G. pulverulentalis Gambar 7. Larva instar 3 akhir G. pulverulentalis 31 Larva instar IV awal berwarna hijau tua pekat kehitaman, kepala berwarna lebih hitam (Gambar 8) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 22 mm. Larva pada fase ini lebih menyukai pakan jenis daun agak tua dan tingkat serangan pada daun pun meningkat drastis. Pada instar IV akhir terjadi pemucatan pada warna tubuh dari hijau tua pekat kehitaman menjadi hijau muda pucat agak putih serta ukuran tubuh terlihat lebih pendek, gemuk (Gambar 9) dan ukuran panjang tubuh larva pun mulai memendek yaitu dari 22 mm menjadi 13,5 mm. larva pada fase ini larva lebih menyukai pakan jenis daun tua dan berukuran besar tapi kemampuan makan dan keaktifan mulai berkurang. Ukuran makan yang memasuki fase akhir mulai menurun dan apabila akan memasuki tahap masa prapupa ukuran makan sangat menurun drastis. Menjelang masa prapupa tubuh kemampuan makan dan keaktifan menurun drastis serta tubuh pada larva terlihat lebih pendek, lebar dan gemuk dan tubuh kaku seperti mati serta terjadi pemucatan warna tubuh Stadium larva instar IV adalah 4-5 hari. Gambar 8. Larva instar IV awal G. pulverulentalis 32 Gambar 9. Larva instar IV akhir G. pulverulentalis. c) Masa Prapupa Masa prapupa terjadi selama 1-2 hari dan perubahan warna terjadi setiap rentang waktu 2 jam. Perubahan warna yang terjadi diawali dengan tubuh larva berwarna hijau pekat berubah menjadi hijau muda dan terlihat seperti terbungkus serat-serat sutera yang halus dan transparan. Perubahan warna selanjut dari hijau muda pada bagian anterior dan posterior (sternum abdomen) putih pucat berubah menjadi hijau tua pucat. Perubahan warna menjelang masa prapupa adalah dari oranye tua pucat berubah menjadi orange tua pucat kecoklatan (Lampiran 5). Selanjutnya masuk masa pupa dengan perubahan warna menjadi coklat keemasan. Stadium masa prapupa berkisar antara 2 – 3 hari. d) Pupa Pupa berwarna coklat mengkilap dan ditumbuhi rambut–rambut halus pada setiap segmen abdomen. Perbedaan antara pupa jantan dan betina adalah pada pupa jantan tidak ditemukan tonjolan pada sternum ruas abdomen 33 terakhir (Gambar 10a), sedangkan pada pupa betina ditandai dengan terdapatnya dua tonjolan pada sternum ruas abdomen terakhir (Gambar 10b). a b Gambar 10. Sternum ruas abdomen terakhir pupa jantan (a) dan pupa betina (b). Pupa yang siap menjadi imago dicirikan dengan perubahan warna dari coklat menjadi hitam dan sering terlihat adanya pergerakan. Proses terbentuknya imago dari pupa dimulai dengan terjadinya penyobekan pada bagian sekitar thoraks hingga ke abdomen kemudian pada bagian kepala mengikuti panjang antena (Gambar 11). Stadium pupa berkisar 7-8 hari dan biasanya terdapat di dalam gulungan daun. 34 Gambar 11. Proses terbentuknya Imago dari Pupa. e) Imago Imago yang baru terbentuk berupa ngengat berwarna coklat keabu-abuan. Warna dasar sayap kekuningan dengan bercak-bercak coklat dan pinggiran sayap berwarna coklat tua. Ngengat jantan dan betina mempunyai warna yang hampir sama. Pada ngengat betina ukuran tubuh terlihat lebih lebar, pada tampak dorsal warna sayap kuning bergaris coklat tua (Gambar 12a) sedangkan tampak ventral sayap berwarna putih pada bagian kepala, thoraks dan abdomen serta pada pinggiran sayap berwarna coklat tua (Gambar 12b). Pada ngengat jantan ukuran tubuh terlihat lebih kecil dan ukuran sayap lebih pendek. Pada tampak dorsal warna sayap kuning, pada pinggiran sayap berwarna coklat tua dan terdapat bintik - bintik putih (Gambar 13a). Sedangkan pada tampak ventral berwarna putih pada bagian kepala, thoraks dan abdomen dan pada sayap berwarna kuning kombinasi coklat tua (Gambar 13b). Lama hidup ngengat berkisar antara 2 – 3 hari. a b 35 Gambar 12. Ngengat betina G. pulverulentalis tampak dorsal (a) dan tampak ventral (b). a b Gambar 13. Ngengat jantan G. pulverulentalis tampak dorsal (a) dan tampak ventral (b). B. Pembahasan 1. Preferensi Data Tabel 1 terlihat bahwa dengan semakin bertambahnya umur ulat maka semakin luas pakan yang dimakan. Hal tersebut berkaitan dengan semakin meningkatnya ukuran tubuh ulat. Pada Lampiran 2 terlihat bahwa konsumsi daun per ekor pada tiap instar adalah berpengaruh tidak nyata atau dengan kata lain ulat tidak memilih jenis murbei dalam konsumsi daun murbei. Namun, secara kuantitatif jenis murbei yang paling banyak selama perkembangan larva adalah M. multicaulis. Jenis daun M. multicaulis ini tidak begitu keras, banyak mengandung air dengan persentase kadar air pada adalah 74,64 (Nunuh dan Andikarya, 2006). Menurut Martin dan Van’t Hof (1988) dalam Purwanti (2007), kadar air dalam pakan merupakan faktor penting dalam kehidupan serangga, rendahnya kadar air pakan menyebabkan pertumbuhan larva terhambat. Sedangkan menurut Patandianan (2007) M. multicaulis termasuk jenis daun yang banyak ditanam 36 untuk makanan ulatsutera karena bentuk daun yang besar dan cepat tumbuh. Tetapi jenis ini mudah dan cepat diserang hama serangga atau penyakit seperti bakteri, virus dan jamur sehingga mengakibatkan bentuk daun menggulung dan rusak. 2. Siklus Hidup Siklus hidup Glyphodes pulverulentalis berkisar 28 – 29 hari yang terdiri dari telur, larva, pupa dan Imago. a) Telur Telur G. pulverulentalis berbentuk bulat pipih, berwarna bening transparan saat diletakkan setelah ± satu hari berubah warna menjadi putih keruh. Telur yang siap menetas berwarna kuning kecoklatan dan dilapisi lapisan berwarna orange seperti terlihat pada Gambar 2, dan diletakkan disepanjang tulang daun, tulang daun, pada pucuk daun tanaman dan apabila dilihat langsung tanpa menggunakan kaca pembesar, telur terlihat berwarna orange yang menandakan bakal larva yang siap menetas menjadi instar 1. Lama stadium telur berkisar antara 2-3 hari. b) Larva Larva instar I berbentuk bulat pipih, berwarna hijau kekuningan dengan kepala berwarna coklat muda dan berambut halus. Larva yang baru terbentuk dari telur yang menetas berwarna kuning pucat terlihat agak putih dan membungkus tubuhnya dengan benang – benang yang berasal dari mulutnya. Larva yang telah yang telah mengalami perubahan warna seutuhnya menjadi 37 hijau kekuningan mulai aktif bergerak tapi jalannya masih sangat lambat dan lebih suka bersembunyi dibalik daun atau tulang daun serta kemampuan makan masih sangat kurang. Umumnya menyerang pada pucuk–pucuk daun muda pada daun murbei. Stadium larva instar 1 adalah dua hari. Larva instar II berwarna lebih kuning kehijauan dibanding larva instar I, kepala berwarna coklat kemerahan (Gambar 5) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 10 mm. Larva pada fase ini berjalan lebih cepat dan kemampuan makan lebih meningkat dibanding instar I yang ditandai dengan terdapat banyak lubang-lubang kecil pada pucuk – pucuk daun serta kadang memakan tulang daun pada daun murbei. Stadium larva instar II adalah dua hari. Larva instar III awal tubuh larva berwarna hijau muda agak kekuningan, kepala berwarna hitam (Gambar 6) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 14 mm. Larva pada fase ini lebih menyukai pakan jenis daun agak muda sedangkan pada larva instar III akhir tubuh larva terlihat berwarna hijau kehitaman, kepala berwarna hitam (Gambar 7) dan ukuran tubuh larva adalah 14,5 mm. Pada fase ini larva lebih menyukai pakan jenis daun agak muda. Larva ini lebih aktif makan, berjalan sangat cepat dan terlihat lebih lincah. Larva fase ini lebih menyukai jenis daun yang muda dan tingkat serangan meningkat dibandingkan tingkat serangan pada instar II. Stadium larva instar III adalah 2-3 hari Larva instar IV awal berwarna hijau tua pekat kehitaman, kepala berwarna lebih hitam (Gambar 8) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 22 mm. Larva pada fase ini lebih menyukai pakan jenis daun agak tua dan tingkat serangan 38 pada daun pun meningkat drastis. Pada instar IV akhir terjadi pemucatan pada warna tubuh dari hijau tua pekat kehitaman menjadi hijau muda pucat agak putih serta ukuran tubuh terlihat lebih pendek, gemuk (Gambar 9) dan ukuran panjang tubuh larva pun mulai memendek yaitu dari 22 mm menjadi 13,5 mm. larva pada fase ini larva lebih menyukai pakan jenis daun tua dan berukuran besar tapi kemampuan makan dan keaktifan mulai berkurang. Ukuran makan yang memasuki fase akhir mulai menurun dan apabila akan memasuki tahap masa prapupa ukuran makan sangat menurun drastis. Menjelang masa prapupa tubuh kemampuan makan dan keaktifan menurun drastis serta tubuh pada larva terlihat lebih pendek, lebar dan gemuk dan tubuh kaku seperti mati serta terjadi pemucatan warna tubuh Stadium larva instar IV adalah 4-5 hari. c). Masa Prapupa Masa prapupa terjadi selama 1-2 hari dan perubahan warna terjadi setiap rentang waktu 2 jam. Perubahan warna yang terjadi diawali dengan tubuh larva berwarna hijau pekat berubah menjadi hijau muda dan terlihat seperti terbungkus serat-serat sutera yang halus dan transparan. Perubahan warna selanjut dari hijau muda pada bagian anterior dan posterior (sternum abdomen) putih pucat berubah menjadi hijau tua pucat. Perubahan warna menjelang masa prapupa adalah dari oranye tua pucat berubah menjadi orange tua pucat kecoklatan (Lampiran 5). Selanjutnya masuk masa pupa dengan perubahan warna menjadi coklat keemasan. Stadium masa prapupa berkisar antara 2 – 3 hari. 39 d). Pupa Pupa berwarna coklat mengkilap dan ditumbuhi helaian rambut – rambut. Perbedaan antara pupa jantan dan betina adalah pada pupa jantan tidak ditemukan tonjolan pada sternum ruas abdomen terakhir (Gambar 10a), sedangkan pada pupa betina ditandai dengan terdapatnya dua tonjolan pada sternum ruas abdomen terakhir (Gambar 10b). Pupa yang siap menjadi imago dicirikan dengan perubahan warna dari coklat menjadi hitam dan sering terlihat adanya pergerakan. Proses terbentuknya imago dari pupa dimulai dengan terjadinya penyobekan pada bagian sekitar thoraks hingga ke abdomen kemudian pada bagian kepala mengikuti panjang antena (Gambar 11). Stadium pupa berkisar 7-8 hari dan biasanya terdapat didalam gulungan daun. e). Imago Imago yang baru terbentuk berupa ngengat berwarna coklat keabu-abuan. Warna dasar sayap kekuningan dengan bercak-bercak coklat dan pinggiran sayap berwarna coklat tua. Ngengat jantan dan betina mempunyai warna yang hampir sama. Pada ngengat betina ukuran tubuh terlihat lebih lebar, pada tampak dorsal warna sayap kuning bergaris coklat tua (Gambar 12a) sedangkan tampak ventral sayap berwarna putih pada bagian kepala, thoraks dan abdomen serta pada pinggiran sayap berwarna coklat tua (Gambar 12b). Pada ngengat jantan ukuran tubuh terlihat lebih kecil dan ukuran sayap lebih pendek. Pada tampak dorsal warna sayap kuning, pada pinggiran sayap berwarna coklat tua 40 dan terdapat bintik - bintik putih (Gambar 13a). Sedangkan pada tampak ventral berwarna putih pada bagian kepala, thoraks dan abdomen dan pada sayap berwarna kuning kombinasi coklat tua (Gambar 13b). Lama hidup ngengat berkisar antara 2 – 3 hari. Data karakteristik stadia hama G. pulverulentalis ini dalam kondisi laboratorium adalah sama dengan hasil penelitian sebelumnya (Purwaningrum, 2002). yaitu secara umum mulai dari telur sampai imago dengan siklus hidup 28 – 29 hari, stadium telur 2 – 3 hari, larva 12 hari, masa prapupa 2 hari, pupa 7 – 8 hari dan ngengat 3 – 4 hari tapi ukuran panjang tubuh pada larva tidak sama. Hal ini disebabkan karena pengaruh faktor lingkungan yang berbeda sehingga ukuran panjang tubuh larva berbeda. 3. Gejala Kerusakan Larva G. pulverulentalis instar I dan II memakan pucuk daun dan tulang daun yang mengakibatkan daun akan berubah menjadi coklat transparan, kering dan gugur. Larva instar III memakan daun muda dan instar IV memakan daun tua pada daun murbei tersebut. Akibat dari serangan hama pucuk ini menyebabkan kekurangan daun terutama untuk pemeliharaan ulat kecil. Waktu serangan hama mulai akhir musim hujan sampai pertengahan musim kemarau. Gejala serangan yang sama pada beberapa jenis murbei adalah menggulungnya daun pada bagian tanaman dan terdapat kotoran hitam serta terdapat seperti sarang laba-laba pada daun sehingga menyebabkan matinya tunas dan kerusakan pada daun (Dirjen Kehutanan, 2007). 41 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kesukaan makan hama G. pulverulentalis terhadap murbei jenis M. multicaulis, M. cathayana, M. nigra, M. alba dan M. indica adalah relatif sama. 2. Siklus hidup G. pulverulentalis adalah 28 – 29 hari dengan stadium telur 2 – 3 hari, larva 12 hari, masa prapupa 2 hari, pupa 7 – 8 hari dan ngengat 3 – 4 hari. B. SARAN Perlu dilakukan penelitian di lapangan dengan menggunakan penngendalian secara kimia terhadap serangan hama pada masing-masing jenis murbei. 42 DAFTAR PUSTAKA Ahdiat, N., 2007. Budidaya Murbei. http://www.agrisilk.com/Budidayamurbei/Semua-Halaman.html. Diakses tanggal 19 Februari 2012. Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1995. Pedoman Budidaya Sutera. Ujung Pandang: Balai Persuteraan Alam. Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2007. Petunjuk Teknis Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Murbei. BiliBili: Balai Persuteraan Alam. Frans, T, M dan J. Pelelalu., 2011. Uji Kesukaan Beberapa Jenis Pakan Ulat Sutera Emas (Circula Trifenesta Helf.). http://terrymfrans.blogspot.com/2011/6/Uji-kesukaan-beberapa-jenispakan-ulat-sutera-emas.html. Diakses tanggal 2 Februari 2012. Handoro, W., 1997. Budidaya Ulat Sutera. Jakarta: CV Sinar Cemerlang Abadi. Intari, SE dan S. Hadisoesilo, 1978. Fluktuasi Populasi Larva Margaronia pyloalis Wlk pada Tanaman Murbei di Kebun Percobaan Darmaga (Laporan). Bogor: Lembaga Penelitian Hutan. (JOCV) Japan Overseas Coorperation Volunteers., 1975. Texbook of Tropical Sericulture. Tokyo: Hiroo, Sibuya-ku. Hal. 242-245. Nunuh, A dan O. Andikarya. , 2006 Budidaya Sutera Alam (Bombyx mory Lin)., http://ebookbrowse.com/argus-handbook-g3h2088-booklet-pdfd29047163 . Diakses Tanggal 16 Januari 2012 Patandianan, A. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Murbei. Departemen Kehutanan, Balai Persuteraan Alam. Bili-Bili, http://s3.amazonaws.com/ppt-download/budidayatanamanmurbei110519222452-phpapp02.pdf. Diakses tanggal 30 September 2011. Purwaningrum, W. 2002. Beberapa Aspek Biologi Ulat Pucuk Glyphodes pulverulentalis Hampon (Lepidoptera : Pyralidae) pada Tanaman Murbei (Morus sp.). http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23171/A02wpu.p df?sequence=2. Diakses Tanggal 28 Oktober 2011. 43 Purwanti, R. 2007. Respon Pertumbuhan dan Kualitas Kokon UlatSutera (Bombyx mori L.) dengan Rasio Pemberian Pakan Yang Berbeda. http:// http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/2325/2007rpu.pdf ?sequence=4 . Diakses tanggal 8 Februari 201.1 Resurreccion, 1998. Tipe Pendekatan Uji Sensori Konsumen dan Kegunaannya. http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pang4412/materi2_1.htm. Diakses tanggal 5 Februari 2012. Ruly, A., 2009. Informasi dan Motivasi dalam Preferensi. http://ruliy.multiply.com/journal/item/10?&show_interstitial=1&u=%2Fj ournal%2Fitem. Diakses tanggal 5 Februari 2012. Samsijah, 1985. Persuteraan Alam di Indonesia. Prosiding Temu Karya Penelitian Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Bogor, 29 Oktober 1984. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Samsijah dan L. Andadari., 1992. Teknik Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Murbei. Bogor: Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Saranga, A. P., A. Anwar , dan Z. Sumardjito. 1992. Hama-Hama Tanaman Murbei (Morus spp.) Beserta Arthropoda Alaminya di Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan, vol. VI (2) hal. 2-4. Stang, D., 2009. Taxonomy Glyphodes pulverulentalis. http://zipcodezoo.com/Animals/G/Glyphodes_pulverulentalis/&usg=ALk JrhiMxfUbNvBNgh2aIe3SwSFPrw5Jig#top. Diakses tanggal 21 Oktober 2011. Sunanto, H. 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam. Yogyakarta: Yogyakarta Kanisius. Sutrisno. 1999. A Phylogenetic Analysis of the Australian Glyphodes Guenee and Allied Genera (Lepidoptera : Pyraloidea : Crambidae : Pyraustinae). (Thesis) Australia: The Australian National University. 44 45 46 Lampiran 1 Data kemampuan makan larva tiap instar pada 5 jenis murbei No Jenis Ulangan 1 M. Multicaulis 1 2 3 4 5 2 Rata-rata per hari M. Nigra 1 2 3 4 5 Rata-rata luas serangan per hari 3 M. Indica 1 2 3 4 5 Rata-rata luas serangan per hari 4 M. Alba 1 2 3 4 5 Rata-rata luas serangan per hari 5 M. Cathayana 1 2 Instar I 1 2 1 11 4 13,5 6 17,5 7,5 22,5 9 21,5 5,5 17,2 4 12 2,5 25 3 20 3,5 20,5 4 17 3,4 18,9 4,5 13 3 19 3,5 17,5 4 15 5 18 4 16,5 2,5 9 3 12 4 14,5 3,5 11 4 13 3,4 11,9 3,5 12,5 2,5 23 Instar II 1 2 25 33 29 34,5 25 36 22 32,5 28 37 25,8 34,6 30 39 28,5 29 22 26,5 27 29,5 22,5 27,5 26 30,3 21,5 31 23 25,5 23 37 27 39 22 29 23,3 32,3 16 26,5 23,5 26,5 22 37,5 20,5 78 21 31 20,6 39,9 26 44 27,5 31 1 41,5 49,5 48,5 55 67,5 52,4 26,5 29,5 53,5 78,5 89,5 55,5 38,5 29 76,5 87,5 56,5 57,6 33,5 27,5 64 110 67,5 60,5 59 33 Instar III 2 90 52 59,5 79,5 98 75,8 67 38,5 55 98 178 87,3 94,5 34 106 156 152 108,5 64 33,5 89 117 218 104,3 91,5 36,5 3 452,5 106 170 235,5 395 271,8 510,5 117 250 300 450 325,5 307,5 108,5 141,5 358 349 252,9 323,5 113 245 216 245 228,5 548 102,5 1 610 229 620 385,5 600 488,9 538 275,5 285 509 502,5 422 363 170 239,5 490,5 510 354,6 395 120 283,5 559 360 343,5 664 147 2 750 660 979,5 580 358 665,5 600 457,5 392 666 510 525,1 510 247 310,5 575 788 486,1 460 279 360 610,5 560 453,9 590 221 Instar IV 3 302,5 286 275,5 167 192 244,6 305 107 167 224 183 197,2 255 239,5 248,5 96 160 199,8 179,5 230 180 305,5 280 235 240 185 4 49,5 35,5 57 83,5 96 64,3 105,5 91 86 27 24,5 66,8 127,5 106,5 21 21,5 11,5 57,6 132 128,5 37 125,5 74,5 99,5 85 125 5 23 17,5 50 40 48 35,7 7,5 35,5 28,5 7 5 16,7 35,5 45,5 8,5 10,5 5,5 21,1 24,5 17,5 5,5 2,5 35,5 17,1 19 17,5 Rata-rata luas serangan 199,08 126,38 195,38 142,54 162,50 165,18 187,08 103,04 115,71 165,83 167,79 147,89 150,13 87,54 102,75 156,67 175,54 134,53 138,83 84,50 111,83 179,92 159,13 134,84 198,54 79,29 47 3 4 5 Rata-rata luas serangan per hari 5 4 7 4,4 16,5 13 18 16,6 30,5 22 25 26,2 54,5 49 58 47,3 102,5 74 82 70,1 121 107,5 85 88,3 179 390 207,5 285,4 217 363 333 344,8 390 555 694 490 262,5 385 378,5 290,2 138 239 207,5 158,9 24,5 28 18 21,4 128,42 185,79 176,13 153,63 48 Lampiran 2 Data rata-rata jumlah daun yang dimakan oleh larva Glyphodes pulverulentalis pada lima jenis tanaman murbei (Morus sp.) Luas daun murbei yang dimakan oleh larva G.pulverulentalis (mm2/hari) Jenis M. multicaulis M. nigra M. indica M. alba M. cathayana Stadia Instar I (hari) Stadia Instar II (hari) Stadia Instar III (hari) 3 Ratarata Stadia Instar IV (hari) 1 2 1 2 1 2 1 5,5 17,2 25,8 34,6 52,4 75,8 271,8 488,9 665,5 244,6 64,3 35,7 1982,1 3,4 4 3,4 18,9 16,5 11,9 26 23,3 20,6 30,3 32,3 39,9 55,5 57,6 60,5 87,3 325,5 422 108,5 252,9 354,6 104,3 228,5 343,5 525,1 486,1 453,9 197,2 66,8 199,8 57,6 235 99,5 16,7 21,1 17,1 1774,7 1614,3 1618,1 3,46 13,3 19,34 27,82 45,4 75,58 216,3 426,52 175,9 58,4 19,12 1403,24 322 2 3 4 5 49 Lampiran 3 Data rata-rata permukaan luas daun murbei Jenis M. multicaulis M.nigra M. indica M. alba M. cathayana Instar 1 Instar II 3 4 5 Luas daun asli (mm2) Instar III 6 7 8 1 2 9 1800 950 2500 3300 5500 11700 14700 18732 20000 1050 500 1100 1175 1331 1136 1800 1450 2950 1009 1991 2200 2300 2544 2400 2100 3253 1605 5167 2827 3258 1426 2576 8625 5113 8345 2850 6425 5531 6700 4500 21827 7028 10161 4590 14500 Instar IV 10 Ratarata 11 12 16325 9610 22900 128017 6419 8229 5497 4450 4539 9800 4000 9325 4413 10126 5795 3600 47185 61581 42266 78504 50 Lampiran 4 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Jenis Murbei terhadap Kemampuan makan larva Glyphodes pulverulentalis Derajat Sumber Jumlah keragaman kuadrat Jm 3391.793 4 847.948 Galat 30441.724 20 1522.086 Total 33833.517 24 bebas Kuadrat F (hitung) Signifikan 0.557 0.696 tengah 51 Lampiran 5 Telur Ngengat Glyphodes pulverulentalis 52 Lampiran 6 Instar I Instar III awal Instar IV awal Instar II Instar III akhir Instar IV akhir Perkembangan Larva Glyphodes pulverulentalis 53 Lampiran 7 54 Perkembangan Masa Prapupa G. Pulverulentalis 55 Lampiran 8 Pupa Glyphodes pulverulentali 56 Lampiran 9 Ngengat betina Ngengat Jantan Ngengat Glyphodes pulverulentalis 57 58