PERKEMBANGAN DAN PREFERENSI TERHADAP LARVA

advertisement
PERKEMBANGAN DAN PREFERENSI TERHADAP LARVA
Glyphodes pulverulentalis (HAMA ULAT PUCUK) PADA LIMA
JENIS TANAMAN MURBEI (Morus sp.)
ATHIRA OCTAVIANY
M 111 07 005
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
1
ABSTRAK
ATHIRA OCTAVIANY (M11107005). Perkembangan dan Preferensi
Terhadap Larva Glyphodes pulverulentalis (Hama Ulat Pucuk) Pada Lima
Jenis Tanaman Murbei (Morus sp.). Dibimbing oleh Andi Sadapotto dan
Sitti Nuraeni.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pradewasa
G.pulverulentalis dan preferensi makan larva pada lima jenis tanaman murbei.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar, dari awal bulan
Oktober 2011 sampai Januari 2012. Aspek biologi yang diamati meliputi stadia
perkembangan yang meliputi telur, larva, dan pupa. Pengamatan stadium telur
dilakukan pada saat pertama ditemukan telur sampai telur menetas menjadi larva
sedangkan pengamatan stadium larva dilakukan dengan cara memindahkan larva
ke wadah plastik kemudian diberikan pakan daun murbei dari lima jenis murbei
sampai terbentuk fase pupa. Pengamatan pada stadium pupa dilakukan saat
terbentuk pupa sampai menjadi imago sedangkan pengamatan lama hidup ngengat
dilakukan dengan cara mengambil ngengat yang terbentuk dari pupa, kemudian
ditempatkan dalam kurungan mika plastik yang berisi tanaman murbei selanjutnya
dilakukan pengamatan sampai ngengat mengalami kematian. Preferensi makan
dilakukan cara mengumpankan daun murbei pada G. pulverulentalis, kemudian
dilakukan pengamatan pada luas permukaan daun yang dimakan dengan
menggunakan kertas milimeter blok. Kegiatan ini masing-masing dilakukan
dengan 5 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesukaan makan hama G.
pulverulentalis terhadap murbei jenis M. multicaulis, M. cathayana, M. nigra, M.
alba dan M. indica adalah relatif sama. Siklus hidup G. pulverulentalis adalah 28
– 29 hari yang terdiri dari telur berbentuk bulat pipih, berwarna bening transparan
dengan stadium telur 2 – 3 hari. Larva yang terdiri dari empat instar dengan
stadium larva 12 hari yang terdiri dari instar I berbentuk bulat pipih, berwarna
hijau kekuningan dengan kepala berwarna coklat muda dan berambut halus, instar
II berwarna lebih kuning kehijauan dan kepala berwarna coklat kemerahan, pada
instar III awal tubuh larva berwarna hijau muda agak kekuningan, kepala
berwarna hitam sedangkan pada fase akhir tubuh larva terlihat berwarna hijau
kehitaman, kepala berwarna hitam dan larva instar IV awal berwarna hijau tua
pekat kehitaman, kepala berwarna lebih hitam kemudian pada fase akhir terjadi
pemucatan pada warna tubuh menjadi hijau muda pucat agak putih yang
menandakan menjelang masa prapupa. Masa prapupa ditandai dengan perubahan
warna dari orange tua pucat menjadi orange tua pucat kecoklatan yang terjadi
selama 2 – 3 hari , sedangkan pada pupa berwarna coklat keemasan, ditumbuhi
helaian rambut – rambut dengan stadium berkisar antara 7 – 8 hari dan pada
ngengat berwarna coklat keabu-abuan, warna dasar sayap kekuningan dengan
bercak-bercak coklat dan berwarna coklat tua pada pinggiran sayap dengan lama
hidup ngengat berkisar antara 2 – 3 hari.
2
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Kedua Orang tuaku tercinta, Ir. Nurdin HK, SE, MM dan Dr. Herlina,
M.Kes serta saudara – saudariku yang kusayangi Kartika Sari S.Kg dan
Muh. Rahmat Ridha
2.
Bapak Dr. Ir. Andi Sadapotto,M.P selaku dosen pembimbing dan sebagai
penasehat akademik yang telah memberikan waktu dalam membimbing
penulis dari perencanaan sampai pelaksanaan penelitian hingga skripsi ini
selesai.
3.
Ibu Ir. Sitti Nuraeni, M.P selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu dan kesabarannya dari membimbing penulis dari perencanaan sampai
pelaksanaan penelitian hingga skripsi ini selesai.
4.
Bapak Dr. Ir. Beta Putranto M.Sc, Bapak Ir. Baharuddin M.P dan Bapak
Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran-saran hingga skripsi ini selesai.
3
5.
Bapak Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin M.Sc selaku Pembantu Dekan I dan
sekaligus Kepala Laboratorium Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan
yang telah banyak membantu selama penulis berada di kampus.
6.
Bapak/Ibu dosen beserta seluruh Staff Administrasi Fakultas Kehutanan
atas bantuannya selama penulis berada di Kampus Universitas Hasanuddin.
7.
Ibu Astuti arief, S.Hut, M.Si dan Kak Muh. Daud, S.Hut, M.Si , yang telah
membantu dan memberikan saran – saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Hatta madjid, Ibu Mety, Dg. La’lang, Bapak Maja serta pegawai
Balai Persuteraan Alam Bili-bili dan Pakatto yang telah memberikan
informasi dalam penelitian dan sekaligus membimbing selama pelaksanaan
penelitian.
9. Naily shofiah dan Mutmainnah lubis yang telah membantu selama
penelitian.
10. Novita rani, S.Hut, Valentinus sitorus, S.Hut, Kak Agusalim B. Talebe,
S.Hut dan angkatan 07 yang telah membantu dan memberikan saran serta
dukungan selama menyelesaikan menyelesaikan studi dikampus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun dari setiap pembaca dan
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Makassar, 26 Februari 2012
PENULIS
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
ABSTRAK
............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hama Tanaman Murbei .................................................................
B. Klasifikasi G. pulverulentalis .......................................................
C. Biologi dan Morfologi G. pulverulentalis .....................................
1. Biologi .....................................................................................
2. Morfologi ................................................................................
D. Tanaman Murbei ...........................................................................
1. Sistematika ..............................................................................
2. Jenis Tanaman Murbei ............................................................
3. Penyebaran Tanaman Murbei..................................................
E. Preferensi........................................................................................
4
6
6
6
8
9
9
10
10
11
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ...................................................................... 13
B. Alat dan Bahan ............................................................................ 13
C. Persiapan Tanaman ..................................................................... 14
D. Sumber Hama .............................................................................. 14
E. Variabel Pengamatan ................................................................... 14
1. Stadia Perkembangan ............................................................ 14
a. Telur ................................................................................. 14
b. Larva ................................................................................ 15
5
c. Pupa ................................................................................. 15
2. Siklus Hidup dan Lama Hidup Ngengat ................................ 15
3. Preferensi Makan Larva ......................................................... 16
F. Analisis Data ................................................................................ 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL ........................................................................................... 18
1. Preferensi Makan ....................................................................
2. Siklus Hidup ............................................................................
a. Telur .................................................................................
b. Larva .................................................................................
c. Masa Prapupa ...................................................................
d. Pupa ..................................................................................
e. Imago ................................................................................
B. Pembahasan ..................................................................................
18
20
20
21
24
25
26
27
1.
Preferensi ............................................................................... 27
2.
Siklus Hidup .......................................................................... 28
a. Telur ................................................................................ 28
b. Larva ................................................................................ 28
c. Masa Prapupa .................................................................. 30
d. Pupa ................................................................................. 30
e. Imago ............................................................................... 31
3.
Gejala Kerusakan .................................................................. 31
V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 33
B. Saran ............................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
Tabel
Teks
Halaman
1. Jenis-jenis hama pada tanaman murbei di Sulawesi Selatan .............. 4
2. Data rata-rata jumlah daun yang dimakan oleh larva .......................... 19
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Teks
1. Rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva pada 5 jenis murbei ....
Halaman
18
2. Rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva tiap instar pada 5
Jenis murbei ......................................................................................
20
3. Telur ngengat G. pulverulentalis pada batang daun murbei ...............
21
4. Larva instar I G. pulverulentalis ........................................................
21
5. Larva instar II G. pulverulentalis .......................................................
22
6. Larva instar III awal G. pulverulentalis .............................................
23
7. Larva instar III akhir G. pulverulentalis ............................................
23
8. Larva instar IV awal G. pulverulentalis .............................................
24
9. Larva instar IV akhir G. pulverulentalis ............................................
24
10. Sternum ruas abdomen terakhir pupa jantan dan pupa betina ...........
25
11. Proses terbentuknya imago dari pupa .................................................
26
12. Ngengat betina G. pulverulentalis .....................................................
27
13. Ngengat jantan G. pulverulentalis .....................................................
27
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Teks
1. Data kemampuan makan larva tiap instar pada 5 jenis murbei ...
2. Data rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva
3. Data rata-rata permukaan luas daun murbei
4. Hasil analisis ragam pengaruh kemampuan jenis murbei terhadap
kemampuan makan larva
5. Telur ngengat Glyphodes pulverulentalis
6. Perkembangan larva Glyphodes pulverulentalis
7. Perkembangan masa prapupa Glyphodes pulverulentalis
8. Pupa Glyphodes pulverulentalis
9. Ngengat Glyphodes pulverulentalis
9
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman murbei (Morus sp.) mempunyai peranan penting dalam usaha
persuteraan alam, sebab daun tanaman ini merupakan makanan pokok bagi
ulatsutera (Bombyx mori). Produksi dan kualitas daun murbei tidak hanya
menentukan pertumbuhan dan kesehatan ulatnya, tetapi juga berpengaruh
terhadap kualitas kokon yang dihasilkan dan sekaligus menentukan pula hasil
produksi benang suteranya (Sunanto, 1997).
Dengan semakin populernya persuteraan alam, maka usaha–usaha ke arah
peningkatan produksi dan kualitas daun ditingkatkan, agar diperoleh jumlah
kokon yang banyak dan berkualitas baik. Tanaman murbei termasuk jenis
tanaman yang sering diganggu hama atau penyakit. Serangan hama atau penyakit
mengakibatkan produksi daun murbei mengalami penurunan (Sunanto, 1997).
Hama yang umumnya menyerang tanaman murbei adalah jenis-jenis
serangga dari ordo seperti Coleoptera, Hemiptera, Lepidoptera, Thysanoptera.
Hama-hama tersebut dapat menimbulkan kerusakan besar karena memakan tunas,
daun, batang, bahkan akar tanaman murbei (Handoro, 1997). Hama yang banyak
merusak tanaman murbei di Sulawesi Selatan ada 4 jenis yaitu hama pucuk, kutu
daun, kutu batang dan penggerek batang. Hama pucuk G. pulverulentalis banyak
merusak daun dan daun muda (Dirjen Kehutanan, 1995). Kuantitas dan kualitas
daun murbei tidak hanya menentukan pertumbuhan dan kesehatan ulat sutera
tetapi berpengaruh terhadap kualitas kokon yang dihasilkan dan sekaligus
menentukan produksi benang sutera (Samsijah,1985).
10
Serangan hama G. pulverulentalis merupakan salah satu diantara beberapa
spesies yang menjadi hama penting yang dapat menyebabkan rendahnya produksi
sutera di Indonesia (Saranga dkk., 1992). Ngengat G. pulverulentalis merupakan
hama potensial karena dapat menurunkan hasil sutera secara langsung baik
kualitas maupun kuantitas (Purwaningrum, 2002).
Tanaman murbei tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit.
Penyebaran dan kerusakan tanaman murbei oleh hama dan penyakit sangat
dipengaruhi oleh pengelolaan kebun murbei, seperti pemangkasan, panen, dan
pemupukan. Untuk mencegah kerusakan tanaman akibat hama dan penyakit
tersebut dengan mengusahakan kondisi kebun yang baik (Ahdiat, 2007).
Pengendalian hama dan penyakit tanaman murbei sebaiknya dilaksanakan secara
preventif. Pengendalian dan pemberantasan hama tanaman murbei dapat
dilakukan secara mekanis, secara biologis dan secara kimia. Pengendalian hama
secara mekanis dilakukan dengan cara mengambil/menangkap hama atau melalui
pemangkasan (pemotongan) bagian tanaman yang terserang. Bagian tanaman
yang terserang hama harus dibuang jauh atau dibakar untuk memutus siklus hama
(Patandianan, 2007). Sedangkan untuk mengendalikan serangan hama dan
penyakit yang sudah menyerang dilakukan dengan penggunaan pestisida (Ahdiat,
2007). Pemberantasan secara kimia dilakukan dengan memakai bahan kimia
berupa insektisida melalui teknik penyemprotan (Patandianan, 2007).
Beberapa peneliti telah memperhatikan keadaan hama tersebut, tetapi
penelitian mengenai preferensi pada beberapa jenis murbei belum dilakukan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap G. pulverulentalis.
11
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari perkembangan
pradewasa dan imago G. pulverulentalis serta preferensi makan larva pada lima
jenis tanaman murbei. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi
dalam menentukan strategi pengendalian pada berbagai jenis tanaman murbei
terhadap hama ulat pucuk tersebut.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hama Tanaman Murbei
Tanaman murbei termasuk jenis tanaman yang mudah diganggu hama atau
penyakit. Serangan hama atau penyakit dapat merusak tanaman sehingga dapat
mengakibatkan hasil produksi daun mengalami penurunan baik kualitas maupun
kuantitas (Sunanto,1997). Menurut Saranga dkk., (1992), di Sulawesi Selatan
terdapat beberapa jenis hama yang menyerang tanaman murbei (Tabel 1). Dari
hama – hama yang dilaporkan tersebut, ulat pucuk G. pulverulentalis merupakan
hama yang penting pada tanaman murbei. Hama ini dapat menyebabkan
penurunan kualitas kokon sebagai bahan utama produksi sutera.
Tabel 1. Jenis-jenis hama pada tanaman murbei di Sulawesi Selatan
No.
1
Spesies/Ordo/Famili
G. pulverulentalis Hampson
Keterangan
Penggulung pucuk
(Lepidoptera:Pyralidae)
2
Pseudeucoccus maritimus Ehrhorn
Penghisap daun
(Homoptera : Aleyrodidae)
3
Aleuroclava complex sp.
Penghisap daun
(Homoptera : Aleyrodidae)
4
Pseudoulacaspis pentagona Targ.
Penghisap jaringan
(Homoptera : Diaspididae)
batang, cabang dan
ranting
Planococcus (= pseudococcus citri Risso)
Penghisap jaringan
5
(Homoptera : Pseudococcidae)
akar, batang bawah
6
Coccus viridis Green
Penghisap jaringan
(Homoptera : coccidae)
batang, cabang
13
Tabel 1. Lanjutan
7
8
Maconelicoccus hirsutus Green
Penghisap pucuk daun,
(Homoptera : Coccidae)
daun
Locusta migratoria manilensis Meyen
Pemakan daun
(Orthoptera : Acrididae)
9
Valanga nigricornis Burn
Pemakan daun
(Orthoptera : Acrididae)
Acrida turritra L.
(Orthoptera: Acrididae)
Conocephalus spp.
(Orthoptera: Acrididae)
Epepeotes plarator Newman
(Coleoptera: Cerambycidae)
Pemakan daun
Dermatoda sp.
(Coleoptera: Curculionidae)
Omobaris Calanthes Mshl.
(Coleoptera: Curculionidae)
Pemakan daun
15
Aulacophora spp.
(Coleoptera: Chrysomelidae)
Pemakan daun
16
Aphis spp
(Homoptera: Aphididae)
Penghisap daun
17
Cryptothelea (=Eumeta) spp.
(Lepidoptera: Psycidae)
Pemakan daun
10
11
12
13
14
Zygina (=Thyplocyba) sp.
(Homoptera: Jassidae)
19 Anai-anai
(Isoptera)
Sumber : Saranga dkk (1992).
18
Pemakan daun
Penggerek batang
Pemakan daun bubuk
batang
Pnghisap daun
Pemakan batang
14
B. Klasifikasi G. pulverulentalis
Hama G. pulverulentalis termasuk family Phyralidae, ordo Lepidoptera
atau sejenis ngengat yang merupakan hama utama yang meyerang tanaman
murbei pada pucuk-pucuknya. Klasifikasi dari G. pulverulentalis (Stang, 2009)
sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Family
: Phyralidae
Genus
: Glyphodes
Spesies
: Glyphodes pulverulentalis
C. Biologi dan Morfologi G. pulverulentalis
1. Biologi
Telur berbentuk bulat pipih, diameter telur kira-kira 0,7 mm, warna hijau
kekuningan dan diletakkan satu per satu di sepanjang tulang daun permukaan
bawah tulang daun dan pada pucuk tanaman (JOCV, 1975). Larva mengalami 4
kali pergantian kulit sampai akhir stadia larva berperiode 8 – 10 hari. Larva
berwarna hijau bening, kepala berwarna coklat muda dan setelah dewasa berubah
menjadi coklat kemerahan (Sunanto,1997). Panjang tubuh larva yang baru
ditetaskan 1,2 mm sedangkan panjang larva dewasa 16-18 mm (Intari dan
Hadisoesilo, 1978). Larva instar I yang baru terbentuk, berkumpul pada
15
permukaan bawah tulang daun dan tubuhnya ditutupi oleh jalinan benang-benang
(JOCV, 1975). Larva yang baru menetas akan memakan daun daun-daun yang
masih lunak dan yang lebih tua memakan seluruh jaringan daun murbei kecuali
tulang daun yang besar. Daun yang dirusak akan berubah menjadi coklat
transparan. Larva dewasa sering bersembunyi dan membentuk pupa pada bagian
bawah batang atau pada celah-celah kulit pohon.
Menjelang fase prapupa, larva tersebut terlebih dahulu menggulung bagian
daun yang dimakannya dengan serat untuk melindungi dirinya. Selanjutnya akan
membuat kokon tipis dari sutera. Stadia pupa akan berlangsung selama tujuh hari
(Sunanto, 1997). Stadium prapupa berlangsung 1-3 hari, stadium pupa
berlangsung 7-8 hari dan menyelesaikan fase pupa didalam gulungan daun.
Panjang pupa 12 – 13 mm, berwarna coklat mengkilap (Intari & Hadisoesilo,
1978).
Panjang ngengat sekitar 10 mm, sayap depan berwarna cokelat dengan
bercak-bercak kelabu pada bagian kepala, thoraks, abdomen. Sayap depan
berwarna coklat dengan bercak-bercak kelabu, pinggiran sayap berwarna coklat
tua. Sayap belakang berwarna coklat muda dengan garis-garis berwarna coklat
tua. Pangkal sayap belakang berwarna lebih terang. Panjang sayap jika
dibentangkan sekitar 2 cm (Samsijah dan Andadari, 1992).
16
2. Morfologi G. pulverulentalis
Berdasarkan deskripsi dan morfologi imago, Sutrisno (1999) membagi
Glyphodes dalam tiga grup.
Grup I mencakup : Glyphodes sp.A, Glyphodes sp.B, Glyphodes stolalis, (Guenee,
1854),
Glyphodes
Glyphodes
multilinealis
(Meyrick,
pulverulentalis
margaritaria
(Clerck,
(Kenrick,1907),
1887),
Glyphodes
(Hampson,
1764),
Glyphodes
caesalis
1896),
Glyphodes
cosmarcha
(Walker,1859),
Glyphodes negatalis (Walker, 1859), Glyphodes megalopa
(Meyrick, 1889).
Grup II mencakup : Glyphodes apiospila (Turner, 1922), Glyphodes bicolor
(Swainson, 1821), Glyphodes conjunctalis (Walker, 1866),
Glyphodes flavizonalis (Hampson, 1898), Glyphodes microta
(Meyrick, 1889) dan Glyphodes onychinalis (Guenee, 1854).
Grup III mencakup : Glyphodes actorionalis (Walker, 1859), Glyphodes bivitralis
(Guenee, 1854), dan Glyphodes doleschalii (Lederer, 1863).
Dari pengelompokkan tersebut ngengat G. pulverulentalis termasuk dalam grup I.
Deskripsi G. pulverulentalis berdasarkan deskripsi morfologi grup I adalah
sebagai berikut :
Frons pada caput agak melengkung, oselli jelas, berjumlah satu pasang
berwarna hitam dan mata berkembang baik. Bagian ujung palpus labium melebar,
sisik bagian tepi berwarna abu-abu sedangkan bagian tengahnya berwarna abuabu tua. Palpus maksila menonjol berwarna abu-abu terang. Panjang antena
17
kurang lebih 2/3 dari panjang sayap depan, berbentuk filiform. Probosis
berkembang baik. Tungkai panjang dan terdapat spurs pada tibia tungkai tengah
dan tungkai belakang.
Sayap depan berbentuk sub triangular, 2/3 bagian kosta dari pangkal
bentuknya lurus dan 1/3 pada bagian ujung melengkung. Warna dasar sayap
kekuningan. Mempunyai corak melintang dan berwarna coklat serta terdapat spotspot yang berwarna transparan. Pada bagian tepi luar sayap depan terdapat
rambut-rambut pendek berwarna kekuningan. Corak pada sayap depan menjadi
struktur yang bervariasi, warna pada dekat pangkal sayap coklat muda, sedangkan
pada bagian ujung sayap berwarna coklat tua.
D. Tanaman Murbei
1. Sistematika
Sistematika tanaman murbei (Sunanto, 1997), sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Sub-Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Urticalis
Family
: Moraceae
Genus
: Morus
Spesies
: Morus sp.
18
2. Jenis Tanaman Murbei
Tanaman murbei sudah lama kita kenal dan mempunyai banyak nama.
Tanaman ini disebut besaran (Jawa Tengah dan Jawa Timur), kertu (Sumatra
Utara), bassara’ (Sulawesi; Makassar), kitaoc (Sumatra Selatan), kitau
(Lampung), ambatuah (Tanah Karo), moerbei (Belanda), mulberry (Inggris),
gelsa (Italia), dan murles (Prancis) (Sunanto, 1997). Jenis tanaman murbei banyak
sekali yang sudah dikenal yang penggolongannya dapat dipisahkan ke dalam
spesies, sub spesies/varietas, berdasarkan struktur bunga, daun dan batang (Dirjen
Kehutanan, 1995). Tanaman Murbei memiliki banyak jenis, antara lain Morus
alba, M. cathayana, M. multicaulis, M. nigra, M. rubra, M. macroura, M. indica,
M. kanva, M. khunpai, M. husan dan M. lembang (Handoro, 1997). Di Sulawesi
selatan terdapat 6 jenis murbei yang banyak dikenal yakni M. nigra, M. australis,
M. multicaulis, M. macraura, M. alba, dan M. cathayana. Sebagian besar tanaman
murbei yang ada di petani adalah jenis M. nigra yang mempunyai produksi daun
rendah dengan mutu yang kurang baik (Dirjen Kehutanan, 1995).
3. Penyebaran Tanaman Murbei
Tanaman murbei dipercaya sebagai tanaman yang berasal dari India dan
China di kaki pegunungan Himalaya. Dari wilayah tersebut kemudian tanaman
murbei tersebar hingga ke beberapa wilayah seiring dengan perkembangan
pengusahaan persuteraan alam. Selain itu penyebaran tanaman murbei ke
beberapa wilayah juga didukung oleh kemudahan tanaman murbei yang dapat
tumbuh dari daerah sub tropis hingga ke daerah tropis. Beberapa negara yang
19
telah mengembangkan tanaman murbei di antaranya Jepang, China, Korea, Rusia,
India, Brazil, Italia, Perancis, Spanyol, Yunani, Yugoslavia, Hungaria, Rumania,
Polandia, Bulgaria, Turki, Mesir, Syria, Cyprus, Sri Lanka, Iran, Bangladesh,
Afghanistan, Lebanon, Thailand, Myanmar, Vietnam, Indonesia dan Kamboja
(Patandianan, 2007).
E. Preferensi
Preferensi atau selera adalah sebuah konsep, yang mengasumsikan pilihan
realitas atau imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari
pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan, kepuasan, pemenuhan,
kegunaan yang ada. Lebih luas lagi, bisa dilihat sebagai sumber dari motivasi
(Ruly, 2009). Menurut Resureccion (1998), preferensi didefinisikan sebagai suatu
ekspresi tentang derajat kesukaan yang lebih tinggi antara satu objek dengan
objek yang lainnya, terpilihnya suatu objek ketimbang objek lainnya dan
psikologikal kontinum dari afektifitas (suka-tidak suka) yang mendasari suatu
keterpilihan.
Contoh uji preferensi adalah pada ulatsutera emas pada 5 jenis tanaman
yang di antaranya alpukat, kayu manis, jambu mete, dan mangga. Yang
dilaporkan berstatus sebagai hama pada tanaman tersebut dan terlihat bahwa larva
pada ulatsutera tersebut lebih menyukai pakan alpukat yang memiliki tekstur serta
daun yang lebih lunak dibandingkan daun kayu manis, jambu mete dan mangga.
Lunaknya struktur daun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesukaan dalam mencerna makanan serta penyerapan saluran pencernaan pada
larva (Frans dan Pelelalu, 2011).
20
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemanfaatan dan Pengolahan
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar. Waktu
penelitian dilaksanakan dari Bulan Oktober 2011 sampai Januari 2012.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Ulat pucuk G. pulverulentalis, digunakan sebagai objek penelitian
2.
Tanaman Murbei (M. nigra, M. multicaulis, M. alba, M. indica, M.
cathayana,), digunakan sebagai pakan larva
3.
Polybag, digunakan untuk media tanam pada tanaman murbei
4.
Kamera digital, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan yang
dilakukan
5.
Alat tulis menulis, digunakan untuk mencatat data
6.
Kertas milimeter blok, digunakan untuk mengukur bagian daun yang telah
dimakan
7.
Kain kasa, digunakan untuk penutup kurungan
8.
Kurungan mika plastik, digunakan untuk tempat meletakkan tanaman murbei
9.
Wadah plastik, digunakan untuk tempat meletakkan larva
10. Cairan madu, digunakan untuk pakan ngengat
11. Kapas, digunakan untuk media perantara pada pakan ngengat
12. Lup, digunakan untuk melihat spesimen dengan lebih jelas.
21
C. Persiapan Tanaman
Stek tanaman murbei yang digunakan dalam penelitian ini adalah
M. nigra, M. multicaulis, M. alba, M. Indica, M. cathayana dengan diameter 6
cm. Stek yang akan ditanam, diberi pupuk akar dengan cara perendaman stek
batang selama 1 hari, agar dapat merangsang pertumbuhan akar pada stek batang
kemudian stek ditanam dan diberi pupuk. Setelah tanaman berumur 2 bulan, lalu
dipindahkan ke polybag dengan menggunakan media tanah dan pupuk
secukupnya.
D. Sumber Hama
Hama G. pulverulentalis berasal dari Balai Persuteraan Alam Kebun Bibit
murbei Pakatto, Bili-Bili dan Soppeng. Hama tersebut dibiakkan di Laboratorium
Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan. Pembiakan dari hama ini akan
digunakan dalam penelitian.
E. Variabel Pengamatan
Aspek biologi yang diamati meliputi stadia perkembangan, siklus hidup
dan lama hidup ngengat, dan kemampuan makan larva tiap instar.
1. Stadia Perkembangan
a. Telur
Satu pasang imago dimasukkan dalam kurungan mika plastik yang berisi
tanaman Murbei. Pada bagian atas dan dinding kurungan dibuat lubang
yang ditutup dengan kain kasa untuk sirkulasi udara. Di dalam kurungan
digantungkan kapas yang dibasahi cairan madu sebagai pakan ngengat.
22
Untuk mengetahui stadium telur, dilakukan pengamatan pada saat pertama
ditemukan telur sampai telur menetas menjadi larva instar I. Pengamatan
ini dilakukan dengan 5 ulangan.
b. Larva
Pengamatan stadium larva dilakukan dengan cara larva instar I yang baru
terbentuk, lalu dipindahkan ke wadah plastik dan diberikan daun murbei
sebagai pakannya. Kegiatan ini dilaksanakan sampai terjadi pergantian
kulit. Saat pergantian kulit, waktunya dicatat untuk mengetahui stadium
instar I. Hal yang sama dilakukan pada instar-instar berikutnya sampai
terbentuk fase pupa. Pengamatan ini dilakukan dengan 5 ulangan untuk
setiap instar.
c. Pupa
Pengamatan stadium pupa dilakukan saat pupa terbentuk sampai menjadi
imago. Pada pengamatan ini dibedakan antara pupa jantan dan pupa
betina. Pengamatan ini dilakukan 5 ulangan.
2. Siklus Hidup dan Lama Hidup Ngengat
Pengamatan siklus hidup dilakukan bersamaan dengan pengamatan stadia
perkembangan. Pengamatan dimulai sejak telur diletakkan hingga menjadi
ngengat dan ngengat yang terbentuk dari telur tersebut meletakkan telur
kembali. Pengamatan lama hidup ngengat dilakukan dengan cara mengambil
ngengat yang terbentuk dari pupa, kemudian ditempatkan dalam kurungan
mika plastik yang berisi tanaman murbei lalu dimasukkan ngengat ke dalam
23
kurungan plastik tersebut. Pengamatan ini dilakukan setiap hari sampai ngengat
tersebut mati. Kegiatan ini dilakukan dengan 5 ulangan.
3. Preferensi Makan Larva
Untuk pengamatan preferensi makan, setiap jenis tanaman dimasukkan
dalam satu wadah plastik yang berbeda. Luas daun yang dimakan selama
pengamatan dicatat dan diukur dengan menggunakan kertas milimeter blok.
Kegiatan ini dilakukan dengan 5 ulangan sampai larva instar IV memasuki fase
prapupa.
F. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dipolakan dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan jenis murbei, yaitu A1
(M. nigra), A2 (M. multicaulis), A3 (M. alba), A4 (M. indica), A5 (M. cathayana).
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Adapun model matematis
RAL menurut Gazperz (1991) adalah :
Yij = µ + ‫ז‬i + ε ij
i = 1,2,3,4,5
j = 1,2,3, 4, 5
Dimana:
Yij
µ
‫ז‬i
ε ij
= Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang memperoleh
perlakuan ke-i
= Nilai tengah populasi
= Pengaruh dari perlakuan ke-i
= Pengaruh galat percobaan pada satuan percobaan ke-j yang memperoleh
perlakuan ke-i
24
Data persentasi kemampuan makan akan dianalisis ragam untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap respon. Data hasil penelitian diolah dengan
menggunakan program SPSS versi 17. Jika perlakuan jenis murbei berpengaruh
nyata
terhadap kemampuan makan larva dilakukan analisis lanjutan
menggunakan Uji Tuckey (honestly Significant Difference = HSD), yang biasa
disebut uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Untuk mengetahui taraf perlakuan yang
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap respon. Rumus uji BNJ adalah
sebagai berikut:
W = qά (p.fe) Sy
Dimana:
W
= Nilai uji BNJ
qά
= Nilai tabel Tuckey
P
= Jumlah perlakuan
Fe
= Derajat bebas galat
Sy
= Galat baku nilai tengah (Sy = (KTG)/r½)
(KTG = Kuadrat Tengah Galat, r = jumlah ulangan).
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Preferensi Makan
Pada Tabel 2 menunjukkan peningkatan kemampuan makan seiring dengan
bertambahnya umur khususnya pada instar 1 sampai instar III pada hari ke 7 dan
puncak di hari ke 9 pada instar IV dan mengalami penurunan kemampuan makan
sampai hari ke 12 tepatnya pada instar V. Hal ini disebabkan karena kemampuan
makan larva menjelang masa prapupa mulai berkurang secara bertahap bahkan
ada yang menurun drastis.
Pemberian daun murbei yang berbeda jenis selama periode siklus hidup
larva yang digunakan sebagai indikator preferensi atau memilih kesukaan makan
terhadap pemberian daun murbei yang berbeda jenis selama perkembangan larva.
Hasil uji statistik (Lampiran 2), menunjukkan bahwa pemberian daun murbei
yang berbeda jenis adalah berpengaruh tidak nyata terhadap banyaknya konsumsi
daun per ekor pada setiap instar. Data kuantitatif rata-rata luas daun tertinggi yang
dimakan oleh larva terdapat pada pakan jenis M. multicaulis, M. cathayana, M.
Luas daun (mm2/hari)
nigra, M. alba dan M. indica dapat dilihat pada Gambar 1.
200.00
165.18
147.89
M.
multicaulis
M. nigra
150.00
134.53
134.84
M. indica
M. alba
153.63
100.00
50.00
0.00
Jenis Murbei
M.
cathayana
Gambar 1. Rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva pada 5 jenis murbei
26
Kemampuan makan larva meningkat seiring dengan meningkatnya stadia perkembangan larva. Rata-rata jumlah daun yang dimakan
larva pada tiap instar tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Data rata-rata jumlah daun yang dimakan oleh larva
Luas daun murbei yang dimakan oleh larva G. pulverulentalis (mm2/hari)
Jenis
Murbei
Stadia Instar I
(hari)
Stadia Instar II
(hari)
Stadia Instar III (hari)
Ratarata
Stadia Instar IV (hari)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
M.
multicaulis
5,50
17,20
25,80
34,60
52,40
75,80
271,80
488,90
665,50
244,60
64,30
35,70
M. nigra
3,40
18,90
26,00
30,30
55,50
87,30
325,50
422,00
525,10
197,20
66,80
16,70
M. indica
4,00
16,50
23,30
32,30
57,60
108,50
252,90
354,60
486,10
199,80
57,60
21,10
M. alba
3,40
11,90
20,60
39,90
60,50
104,30
228,50
343,50
453,90
235,00
99,50
17,10
M.
cathayana
3,46
13,30
19,74
28,22
46,20
76,38
217,14
323,40
427,92
177,32
59,84
20,52
165,1
8
147,8
9
134,5
3
134,8
4
153,6
3
27
700
Luas daun (mm2/hari)
600
500
M. multicaulis
400
M. nigra
300
M. indica
200
M. alba
100
M. cathayana
0
1
2
Instar I
3
4
5
Instar II
6
7
Instar III
Waktu (hari)
8
9
10
11
12
Instar IV
Gambar 2. Rata-rata luas daun yang dimakan oleh larva tiap instar pada lima jenis
murbei
2. Siklus Hidup
Siklus hidup Glyphodes pulverulentalis berkisar 28 – 29 hari yang terdiri
dari telur, larva, pupa dan Imago.
a) Telur
Telur
G. pulverulentalis berbentuk bulat pipih, berwarna bening
transparan saat diletakkan setelah ± satu hari berubah warna menjadi putih
keruh. Telur yang siap menetas berwarna kuning kecoklatan dan dilapisi lapisan
berwarna orange dan apabila dilihat langsung tanpa menggunakan kaca
pembesar atau mikroskop, telur terlihat berwarna orange yang menandakan
bakal larva yang siap menetas menjadi instar 1 (Gambar 3). Lama stadium telur
berkisar antara 2 - 3 hari.
28
Gambar 3. Telur ngengat G. pulverulentalis pada batang daun murbei
(perbesaran mikroskop 2 X).
b) Larva
Larva instar I berbentuk bulat pipih, berwarna hijau kekuningan dengan
kepala berwarna coklat muda dan berambut halus. Larva yang baru terbentuk
dari telur yang menetas berwarna kuning pucat terlihat agak putih dan
membungkus tubuhnya dengan benang – benang yang berasal dari mulutnya
(Gambar 4). Larva yang telah yang telah mengalami perubahan warna
seutuhnya menjadi hijau kekuningan mulai aktif bergerak tapi jalannya masih
sangat lambat dan lebih suka bersembunyi dibalik daun atau tulang daun serta
kemampuan makan masih sangat kurang. Umumnya menyerang pada pucuk–
pucuk daun muda pada daun murbei. Stadium larva instar 1 adalah dua hari.
29
Gambar 4. Larva instar I Glyphodes pulverulentalis
Larva instar II berwarna lebih kuning kehijauan dibanding larva instar I,
kepala berwarna coklat kemerahan (Gambar 5) dan ukuran panjang tubuh
larva adalah 10 mm. Larva pada fase ini berjalan lebih cepat dan kemampuan
makan lebih meningkat dibanding instar I yang ditandai dengan terdapat
banyak lubang-lubang kecil pada pucuk – pucuk daun serta kadang memakan
tulang daun pada daun murbei. Stadium larva instar II adalah dua hari.
Gambar 5. Larva instar II G. pulverulentalis
Larva instar III awal tubuh larva berwarna hijau muda agak kekuningan,
kepala berwarna hitam (Gambar 6) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 14
mm. Larva pada fase ini lebih menyukai pakan jenis daun agak muda
30
sedangkan pada larva instar III akhir tubuh larva terlihat berwarna hijau
kehitaman, kepala berwarna hitam (Gambar 7) dan ukuran tubuh larva adalah
14,5 mm. Pada fase ini larva lebih menyukai pakan jenis daun agak muda.
Larva ini lebih aktif makan, berjalan sangat cepat dan terlihat lebih lincah.
Larva fase ini lebih menyukai jenis daun yang muda dan tingkat serangan
meningkat dibandingkan tingkat serangan pada instar II. Stadium larva instar
III adalah 2-3 hari.
Gambar 6. Larva instar 3 awal G. pulverulentalis
Gambar 7. Larva instar 3 akhir G. pulverulentalis
31
Larva instar IV awal berwarna hijau tua pekat kehitaman, kepala
berwarna lebih hitam (Gambar 8) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 22
mm. Larva pada fase ini lebih menyukai pakan jenis daun agak tua dan
tingkat serangan pada daun pun meningkat drastis. Pada instar IV akhir
terjadi pemucatan pada warna tubuh dari hijau tua pekat kehitaman menjadi
hijau muda pucat agak putih serta ukuran tubuh terlihat lebih pendek, gemuk
(Gambar 9) dan ukuran panjang tubuh larva pun mulai memendek yaitu dari
22 mm menjadi 13,5 mm. larva pada fase ini larva lebih menyukai pakan
jenis daun tua dan berukuran besar tapi kemampuan makan dan keaktifan
mulai berkurang. Ukuran makan yang memasuki fase akhir mulai menurun
dan apabila akan memasuki tahap masa prapupa ukuran makan sangat
menurun drastis. Menjelang masa prapupa tubuh kemampuan makan dan
keaktifan menurun drastis serta tubuh pada larva terlihat lebih pendek, lebar
dan gemuk dan tubuh kaku seperti mati serta terjadi pemucatan warna tubuh
Stadium larva instar IV adalah 4-5 hari.
Gambar 8. Larva instar IV awal G. pulverulentalis
32
Gambar 9. Larva instar IV akhir G. pulverulentalis.
c) Masa Prapupa
Masa prapupa terjadi selama 1-2 hari dan perubahan warna terjadi setiap
rentang waktu 2 jam. Perubahan warna yang terjadi diawali dengan tubuh
larva berwarna hijau pekat berubah menjadi hijau muda dan terlihat seperti
terbungkus serat-serat sutera yang halus dan transparan. Perubahan warna
selanjut dari hijau muda pada bagian anterior dan posterior (sternum
abdomen) putih pucat berubah menjadi hijau tua pucat. Perubahan warna
menjelang masa prapupa adalah dari oranye tua pucat berubah menjadi
orange tua pucat kecoklatan (Lampiran 5). Selanjutnya masuk masa pupa
dengan perubahan warna menjadi coklat keemasan. Stadium masa prapupa
berkisar antara 2 – 3 hari.
d) Pupa
Pupa berwarna coklat mengkilap dan ditumbuhi rambut–rambut halus
pada setiap segmen abdomen. Perbedaan antara pupa jantan dan betina adalah
pada pupa jantan tidak ditemukan tonjolan
pada sternum ruas abdomen
33
terakhir (Gambar 10a), sedangkan pada pupa betina ditandai dengan
terdapatnya dua tonjolan pada sternum ruas abdomen terakhir (Gambar 10b).
a
b
Gambar 10. Sternum ruas abdomen terakhir pupa jantan (a) dan pupa betina
(b).
Pupa yang siap menjadi imago dicirikan dengan perubahan warna dari
coklat menjadi hitam dan sering terlihat adanya pergerakan. Proses
terbentuknya imago dari pupa dimulai dengan terjadinya penyobekan pada
bagian sekitar thoraks hingga ke abdomen kemudian pada bagian kepala
mengikuti panjang antena (Gambar 11). Stadium pupa berkisar 7-8 hari dan
biasanya terdapat di dalam gulungan daun.
34
Gambar 11. Proses terbentuknya Imago dari Pupa.
e) Imago
Imago yang baru terbentuk berupa ngengat berwarna coklat keabu-abuan.
Warna dasar sayap kekuningan dengan bercak-bercak coklat dan pinggiran
sayap berwarna coklat tua. Ngengat jantan dan betina mempunyai warna yang
hampir sama. Pada ngengat betina ukuran tubuh terlihat lebih lebar, pada
tampak dorsal warna sayap kuning bergaris coklat tua (Gambar 12a)
sedangkan tampak ventral sayap berwarna putih pada bagian kepala, thoraks
dan abdomen serta pada pinggiran sayap berwarna coklat tua (Gambar 12b).
Pada ngengat jantan ukuran tubuh terlihat lebih kecil dan ukuran sayap lebih
pendek. Pada tampak dorsal warna sayap kuning, pada pinggiran sayap
berwarna coklat tua dan terdapat bintik - bintik putih (Gambar 13a).
Sedangkan pada tampak ventral berwarna putih pada bagian kepala, thoraks
dan abdomen dan pada sayap berwarna kuning kombinasi coklat tua (Gambar
13b). Lama hidup ngengat berkisar antara 2 – 3 hari.
a
b
35
Gambar 12. Ngengat betina G. pulverulentalis tampak dorsal (a) dan tampak
ventral (b).
a
b
Gambar 13. Ngengat jantan G. pulverulentalis tampak dorsal (a) dan tampak
ventral (b).
B. Pembahasan
1. Preferensi
Data Tabel 1 terlihat bahwa dengan semakin bertambahnya umur ulat
maka semakin luas pakan yang dimakan. Hal tersebut berkaitan dengan semakin
meningkatnya ukuran tubuh ulat. Pada Lampiran 2 terlihat bahwa konsumsi daun
per ekor pada tiap instar adalah berpengaruh tidak nyata atau dengan kata lain ulat
tidak memilih jenis murbei dalam konsumsi daun murbei. Namun, secara
kuantitatif jenis murbei yang paling banyak selama perkembangan larva adalah M.
multicaulis. Jenis daun M. multicaulis ini tidak begitu keras, banyak mengandung
air dengan persentase kadar air pada adalah 74,64 (Nunuh dan Andikarya, 2006).
Menurut Martin dan Van’t Hof (1988) dalam Purwanti (2007), kadar air dalam
pakan merupakan faktor penting dalam kehidupan serangga, rendahnya kadar air
pakan menyebabkan pertumbuhan larva terhambat. Sedangkan menurut
Patandianan (2007) M. multicaulis termasuk jenis daun yang banyak ditanam
36
untuk makanan ulatsutera karena bentuk daun yang besar dan cepat tumbuh.
Tetapi jenis ini mudah dan cepat diserang hama serangga atau penyakit seperti
bakteri, virus dan jamur sehingga mengakibatkan bentuk daun menggulung dan
rusak.
2. Siklus Hidup
Siklus hidup Glyphodes pulverulentalis berkisar 28 – 29 hari yang terdiri dari
telur, larva, pupa dan Imago.
a) Telur
Telur G. pulverulentalis berbentuk bulat pipih, berwarna bening
transparan saat diletakkan setelah ± satu hari berubah warna menjadi putih
keruh. Telur yang siap menetas berwarna kuning kecoklatan dan dilapisi
lapisan berwarna orange seperti terlihat pada Gambar 2, dan diletakkan
disepanjang tulang daun, tulang daun, pada pucuk daun tanaman dan apabila
dilihat langsung tanpa menggunakan kaca pembesar, telur terlihat berwarna
orange yang menandakan bakal larva yang siap menetas menjadi instar 1.
Lama stadium telur berkisar antara 2-3 hari.
b) Larva
Larva instar I berbentuk bulat pipih, berwarna hijau kekuningan dengan
kepala berwarna coklat muda dan berambut halus. Larva yang baru terbentuk
dari telur yang menetas berwarna kuning pucat terlihat agak putih dan
membungkus tubuhnya dengan benang – benang yang berasal dari mulutnya.
Larva yang telah yang telah mengalami perubahan warna seutuhnya menjadi
37
hijau kekuningan mulai aktif bergerak tapi jalannya masih sangat lambat dan
lebih suka bersembunyi dibalik daun atau tulang daun serta kemampuan makan
masih sangat kurang. Umumnya menyerang pada pucuk–pucuk daun muda
pada daun murbei. Stadium larva instar 1 adalah dua hari.
Larva instar II berwarna lebih kuning kehijauan dibanding larva instar I,
kepala berwarna coklat kemerahan (Gambar 5) dan ukuran panjang tubuh larva
adalah 10 mm. Larva pada fase ini berjalan lebih cepat dan kemampuan makan
lebih meningkat dibanding instar I yang ditandai dengan terdapat banyak
lubang-lubang kecil pada pucuk – pucuk daun serta kadang memakan tulang
daun pada daun murbei. Stadium larva instar II adalah dua hari.
Larva instar III awal tubuh larva berwarna hijau muda agak kekuningan,
kepala berwarna hitam (Gambar 6) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 14
mm. Larva pada fase ini lebih menyukai pakan jenis daun agak muda
sedangkan pada larva instar III akhir tubuh larva terlihat berwarna hijau
kehitaman, kepala berwarna hitam (Gambar 7) dan ukuran tubuh larva adalah
14,5 mm. Pada fase ini larva lebih menyukai pakan jenis daun agak muda.
Larva ini lebih aktif makan, berjalan sangat cepat dan terlihat lebih lincah.
Larva fase ini lebih menyukai jenis daun yang muda dan tingkat serangan
meningkat dibandingkan tingkat serangan pada instar II. Stadium larva instar
III adalah 2-3 hari
Larva instar IV awal berwarna hijau tua pekat kehitaman, kepala berwarna
lebih hitam (Gambar 8) dan ukuran panjang tubuh larva adalah 22 mm. Larva
pada fase ini lebih menyukai pakan jenis daun agak tua dan tingkat serangan
38
pada daun pun meningkat drastis. Pada instar IV akhir terjadi pemucatan pada
warna tubuh dari hijau tua pekat kehitaman menjadi hijau muda pucat agak
putih serta ukuran tubuh terlihat lebih pendek, gemuk (Gambar 9) dan ukuran
panjang tubuh larva pun mulai memendek yaitu dari 22 mm menjadi 13,5 mm.
larva pada fase ini larva lebih menyukai pakan jenis daun tua dan berukuran
besar tapi kemampuan makan dan keaktifan mulai berkurang. Ukuran makan
yang memasuki fase akhir mulai menurun dan apabila akan memasuki tahap
masa prapupa ukuran makan sangat menurun drastis. Menjelang masa prapupa
tubuh kemampuan makan dan keaktifan menurun drastis serta tubuh pada larva
terlihat lebih pendek, lebar dan gemuk dan tubuh kaku seperti mati serta
terjadi pemucatan warna tubuh Stadium larva instar IV adalah 4-5 hari.
c). Masa Prapupa
Masa prapupa terjadi selama 1-2 hari dan perubahan warna terjadi setiap
rentang waktu 2 jam. Perubahan warna yang terjadi diawali dengan tubuh larva
berwarna hijau pekat berubah menjadi hijau muda dan terlihat seperti
terbungkus serat-serat sutera yang halus dan transparan. Perubahan warna
selanjut dari hijau muda pada bagian anterior dan posterior (sternum abdomen)
putih pucat berubah menjadi hijau tua pucat. Perubahan warna menjelang masa
prapupa adalah dari oranye tua pucat berubah menjadi orange tua pucat
kecoklatan (Lampiran 5). Selanjutnya masuk masa pupa dengan perubahan
warna menjadi coklat keemasan. Stadium masa prapupa berkisar antara 2 – 3
hari.
39
d). Pupa
Pupa berwarna coklat mengkilap dan ditumbuhi helaian rambut – rambut.
Perbedaan antara pupa jantan dan betina adalah pada pupa jantan tidak
ditemukan tonjolan
pada sternum ruas abdomen terakhir (Gambar 10a),
sedangkan pada pupa betina ditandai dengan terdapatnya dua tonjolan pada
sternum ruas abdomen terakhir (Gambar 10b).
Pupa yang siap menjadi imago dicirikan dengan perubahan warna dari
coklat menjadi hitam dan sering terlihat adanya pergerakan. Proses
terbentuknya imago dari pupa dimulai dengan terjadinya penyobekan pada
bagian sekitar thoraks hingga ke abdomen kemudian pada bagian kepala
mengikuti panjang antena (Gambar 11). Stadium pupa berkisar 7-8 hari dan
biasanya terdapat didalam gulungan daun.
e). Imago
Imago yang baru terbentuk berupa ngengat berwarna coklat keabu-abuan.
Warna dasar sayap kekuningan dengan bercak-bercak coklat dan pinggiran
sayap berwarna coklat tua. Ngengat jantan dan betina mempunyai warna yang
hampir sama. Pada ngengat betina ukuran tubuh terlihat lebih lebar, pada
tampak dorsal warna sayap kuning bergaris coklat tua (Gambar 12a) sedangkan
tampak ventral sayap berwarna putih pada bagian kepala, thoraks dan abdomen
serta pada pinggiran sayap berwarna coklat tua (Gambar 12b). Pada ngengat
jantan ukuran tubuh terlihat lebih kecil dan ukuran sayap lebih pendek. Pada
tampak dorsal warna sayap kuning, pada pinggiran sayap berwarna coklat tua
40
dan terdapat bintik - bintik putih (Gambar 13a). Sedangkan pada tampak
ventral berwarna putih pada bagian kepala, thoraks dan abdomen dan pada
sayap berwarna kuning kombinasi coklat tua (Gambar 13b). Lama hidup
ngengat berkisar antara 2 – 3 hari.
Data karakteristik stadia hama G. pulverulentalis ini dalam kondisi
laboratorium adalah sama dengan hasil penelitian sebelumnya (Purwaningrum,
2002). yaitu secara umum mulai dari telur sampai imago dengan siklus hidup
28 – 29 hari, stadium telur 2 – 3 hari, larva 12 hari, masa prapupa 2 hari, pupa
7 – 8 hari dan ngengat 3 – 4 hari tapi ukuran panjang tubuh pada larva tidak
sama. Hal ini disebabkan karena pengaruh faktor lingkungan yang berbeda
sehingga ukuran panjang tubuh larva berbeda.
3.
Gejala Kerusakan
Larva G. pulverulentalis instar I dan II memakan pucuk daun dan tulang
daun yang mengakibatkan daun akan berubah menjadi coklat transparan,
kering dan gugur. Larva instar III memakan daun muda dan instar IV memakan
daun tua pada daun murbei tersebut. Akibat dari serangan hama pucuk ini
menyebabkan kekurangan daun terutama untuk pemeliharaan ulat kecil. Waktu
serangan hama mulai akhir musim hujan sampai pertengahan musim kemarau.
Gejala serangan
yang sama pada beberapa jenis
murbei
adalah
menggulungnya daun pada bagian tanaman dan terdapat kotoran hitam serta
terdapat seperti sarang laba-laba pada daun sehingga menyebabkan matinya
tunas dan kerusakan pada daun (Dirjen Kehutanan, 2007).
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kesukaan makan hama G. pulverulentalis terhadap murbei jenis M.
multicaulis, M. cathayana, M. nigra, M. alba dan M. indica adalah relatif
sama.
2. Siklus hidup G. pulverulentalis adalah 28 – 29 hari dengan stadium telur 2 –
3 hari, larva 12 hari, masa prapupa 2 hari, pupa 7 – 8 hari dan ngengat 3 – 4
hari.
B. SARAN
Perlu
dilakukan
penelitian
di
lapangan
dengan
menggunakan
penngendalian secara kimia terhadap serangan hama pada masing-masing jenis
murbei.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ahdiat,
N.,
2007.
Budidaya
Murbei.
http://www.agrisilk.com/Budidayamurbei/Semua-Halaman.html. Diakses
tanggal 19 Februari 2012.
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1995. Pedoman Budidaya
Sutera. Ujung Pandang: Balai Persuteraan Alam.
Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2007. Petunjuk
Teknis Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Murbei. BiliBili: Balai Persuteraan Alam.
Frans, T, M dan J. Pelelalu., 2011. Uji Kesukaan Beberapa Jenis Pakan Ulat
Sutera
Emas
(Circula
Trifenesta
Helf.).
http://terrymfrans.blogspot.com/2011/6/Uji-kesukaan-beberapa-jenispakan-ulat-sutera-emas.html. Diakses tanggal 2 Februari 2012.
Handoro, W., 1997. Budidaya Ulat Sutera. Jakarta: CV Sinar Cemerlang Abadi.
Intari, SE dan S. Hadisoesilo, 1978. Fluktuasi Populasi Larva Margaronia
pyloalis Wlk pada Tanaman Murbei di Kebun Percobaan Darmaga
(Laporan). Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.
(JOCV) Japan Overseas Coorperation Volunteers., 1975. Texbook of Tropical
Sericulture. Tokyo: Hiroo, Sibuya-ku. Hal. 242-245.
Nunuh, A dan O. Andikarya. , 2006 Budidaya Sutera Alam (Bombyx mory
Lin).,
http://ebookbrowse.com/argus-handbook-g3h2088-booklet-pdfd29047163 . Diakses Tanggal 16 Januari 2012
Patandianan, A. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Murbei.
Departemen Kehutanan, Balai Persuteraan Alam. Bili-Bili,
http://s3.amazonaws.com/ppt-download/budidayatanamanmurbei110519222452-phpapp02.pdf. Diakses tanggal 30 September 2011.
Purwaningrum, W. 2002. Beberapa Aspek Biologi Ulat Pucuk Glyphodes
pulverulentalis Hampon (Lepidoptera : Pyralidae) pada Tanaman
Murbei
(Morus
sp.).
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23171/A02wpu.p
df?sequence=2. Diakses Tanggal 28 Oktober 2011.
43
Purwanti, R. 2007. Respon Pertumbuhan dan Kualitas Kokon UlatSutera
(Bombyx mori L.) dengan Rasio Pemberian Pakan Yang Berbeda.
http://
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/2325/2007rpu.pdf
?sequence=4 . Diakses tanggal 8 Februari 201.1
Resurreccion, 1998. Tipe Pendekatan Uji Sensori Konsumen dan
Kegunaannya.
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pang4412/materi2_1.htm.
Diakses
tanggal 5 Februari 2012.
Ruly, A., 2009. Informasi dan Motivasi dalam Preferensi.
http://ruliy.multiply.com/journal/item/10?&show_interstitial=1&u=%2Fj
ournal%2Fitem. Diakses tanggal 5 Februari 2012.
Samsijah, 1985. Persuteraan Alam di Indonesia. Prosiding Temu Karya
Penelitian Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Bogor, 29 Oktober
1984. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan.
Samsijah dan L. Andadari., 1992. Teknik Pengenalan dan Pengendalian Hama
dan Penyakit Tanaman Murbei. Bogor: Departemen Kehutanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan.
Saranga, A. P., A. Anwar , dan Z. Sumardjito. 1992. Hama-Hama Tanaman
Murbei (Morus spp.) Beserta Arthropoda Alaminya di Sulawesi
Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan, vol. VI (2) hal. 2-4.
Stang,
D.,
2009.
Taxonomy
Glyphodes
pulverulentalis.
http://zipcodezoo.com/Animals/G/Glyphodes_pulverulentalis/&usg=ALk
JrhiMxfUbNvBNgh2aIe3SwSFPrw5Jig#top. Diakses tanggal 21 Oktober
2011.
Sunanto, H. 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam.
Yogyakarta: Yogyakarta Kanisius.
Sutrisno. 1999. A Phylogenetic Analysis of the Australian Glyphodes Guenee
and Allied Genera (Lepidoptera : Pyraloidea : Crambidae :
Pyraustinae). (Thesis) Australia: The Australian National University.
44
45
46
Lampiran 1
Data kemampuan makan larva tiap instar pada 5 jenis murbei
No
Jenis
Ulangan
1
M. Multicaulis
1
2
3
4
5
2
Rata-rata per hari
M. Nigra
1
2
3
4
5
Rata-rata luas serangan per hari
3
M. Indica
1
2
3
4
5
Rata-rata luas serangan per hari
4
M. Alba
1
2
3
4
5
Rata-rata luas serangan per hari
5
M. Cathayana
1
2
Instar I
1
2
1
11
4
13,5
6
17,5
7,5
22,5
9
21,5
5,5
17,2
4
12
2,5
25
3
20
3,5
20,5
4
17
3,4
18,9
4,5
13
3
19
3,5
17,5
4
15
5
18
4
16,5
2,5
9
3
12
4
14,5
3,5
11
4
13
3,4
11,9
3,5
12,5
2,5
23
Instar II
1
2
25
33
29
34,5
25
36
22
32,5
28
37
25,8 34,6
30
39
28,5
29
22
26,5
27
29,5
22,5 27,5
26
30,3
21,5
31
23
25,5
23
37
27
39
22
29
23,3 32,3
16
26,5
23,5 26,5
22
37,5
20,5
78
21
31
20,6 39,9
26
44
27,5
31
1
41,5
49,5
48,5
55
67,5
52,4
26,5
29,5
53,5
78,5
89,5
55,5
38,5
29
76,5
87,5
56,5
57,6
33,5
27,5
64
110
67,5
60,5
59
33
Instar III
2
90
52
59,5
79,5
98
75,8
67
38,5
55
98
178
87,3
94,5
34
106
156
152
108,5
64
33,5
89
117
218
104,3
91,5
36,5
3
452,5
106
170
235,5
395
271,8
510,5
117
250
300
450
325,5
307,5
108,5
141,5
358
349
252,9
323,5
113
245
216
245
228,5
548
102,5
1
610
229
620
385,5
600
488,9
538
275,5
285
509
502,5
422
363
170
239,5
490,5
510
354,6
395
120
283,5
559
360
343,5
664
147
2
750
660
979,5
580
358
665,5
600
457,5
392
666
510
525,1
510
247
310,5
575
788
486,1
460
279
360
610,5
560
453,9
590
221
Instar IV
3
302,5
286
275,5
167
192
244,6
305
107
167
224
183
197,2
255
239,5
248,5
96
160
199,8
179,5
230
180
305,5
280
235
240
185
4
49,5
35,5
57
83,5
96
64,3
105,5
91
86
27
24,5
66,8
127,5
106,5
21
21,5
11,5
57,6
132
128,5
37
125,5
74,5
99,5
85
125
5
23
17,5
50
40
48
35,7
7,5
35,5
28,5
7
5
16,7
35,5
45,5
8,5
10,5
5,5
21,1
24,5
17,5
5,5
2,5
35,5
17,1
19
17,5
Rata-rata luas
serangan
199,08
126,38
195,38
142,54
162,50
165,18
187,08
103,04
115,71
165,83
167,79
147,89
150,13
87,54
102,75
156,67
175,54
134,53
138,83
84,50
111,83
179,92
159,13
134,84
198,54
79,29
47
3
4
5
Rata-rata luas serangan per hari
5
4
7
4,4
16,5
13
18
16,6
30,5
22
25
26,2
54,5
49
58
47,3
102,5
74
82
70,1
121
107,5
85
88,3
179
390
207,5
285,4
217
363
333
344,8
390
555
694
490
262,5
385
378,5
290,2
138
239
207,5
158,9
24,5
28
18
21,4
128,42
185,79
176,13
153,63
48
Lampiran 2
Data rata-rata jumlah daun yang dimakan oleh larva Glyphodes pulverulentalis pada lima jenis tanaman
murbei (Morus sp.)
Luas daun murbei yang dimakan oleh larva G.pulverulentalis (mm2/hari)
Jenis
M.
multicaulis
M. nigra
M. indica
M. alba
M.
cathayana
Stadia Instar
I (hari)
Stadia Instar II
(hari)
Stadia Instar III
(hari)
3
Ratarata
Stadia Instar IV (hari)
1
2
1
2
1
2
1
5,5
17,2
25,8
34,6
52,4
75,8
271,8 488,9
665,5
244,6 64,3
35,7
1982,1
3,4
4
3,4
18,9
16,5
11,9
26
23,3
20,6
30,3
32,3
39,9
55,5
57,6
60,5
87,3 325,5 422
108,5 252,9 354,6
104,3 228,5 343,5
525,1
486,1
453,9
197,2 66,8
199,8 57,6
235 99,5
16,7
21,1
17,1
1774,7
1614,3
1618,1
3,46
13,3
19,34
27,82
45,4
75,58 216,3
426,52 175,9 58,4 19,12 1403,24
322
2
3
4
5
49
Lampiran 3
Data rata-rata permukaan luas daun murbei
Jenis
M.
multicaulis
M.nigra
M. indica
M. alba
M. cathayana
Instar 1
Instar II
3
4
5
Luas daun asli (mm2)
Instar III
6
7
8
1
2
9
1800
950
2500
3300
5500
11700
14700
18732
20000
1050
500
1100
1175
1331
1136
1800
1450
2950
1009
1991
2200
2300
2544
2400
2100
3253
1605
5167
2827
3258
1426
2576
8625
5113
8345
2850
6425
5531
6700
4500
21827
7028
10161
4590
14500
Instar IV
10
Ratarata
11
12
16325
9610
22900
128017
6419
8229
5497
4450
4539
9800
4000
9325
4413
10126
5795
3600
47185
61581
42266
78504
50
Lampiran 4
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Jenis Murbei terhadap
Kemampuan makan larva Glyphodes pulverulentalis
Derajat
Sumber
Jumlah
keragaman
kuadrat
Jm
3391.793
4
847.948
Galat
30441.724
20
1522.086
Total
33833.517
24
bebas
Kuadrat
F (hitung)
Signifikan
0.557
0.696
tengah
51
Lampiran 5
Telur Ngengat Glyphodes pulverulentalis
52
Lampiran 6
Instar I
Instar III awal
Instar IV awal
Instar II
Instar III akhir
Instar IV akhir
Perkembangan Larva Glyphodes pulverulentalis
53
Lampiran 7
54
Perkembangan Masa Prapupa G. Pulverulentalis
55
Lampiran 8
Pupa Glyphodes pulverulentali
56
Lampiran 9
Ngengat betina
Ngengat Jantan
Ngengat Glyphodes pulverulentalis
57
58
Download